KLASIFIKASI DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL WIRDANIA USTAZA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KLASIFIKASI DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL WIRDANIA USTAZA"

Transkripsi

1 KLASIFIKASI DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL WIRDANIA USTAZA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Klasifikasi dengan Analisis Komponen Utama Kernel adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2014 Wirdania Ustaza NIM G

4

5 ABSTRAK WIRDANIA USTAZA. Klasifikasi dengan Analisis Komponen Utama Kernel. Dibimbing oleh SISWADI dan TONI BAKHTIAR. Analisis komponen utama (AKU) merupakan bentuk khusus dari AKU kernel dengan fungsi kernel linear. Tujuan dari studi ini ialah untuk menyelesaikan permasalahan data yang tak terpisah secara linear dan mengklasifikasikan suatu objek ke dalam suatu kelompok menggunakan AKU kernel sehingga diperoleh salah klasifikasi terkecil. Pengklasifikasian kelompok menggunakan AKU kernel diselesaikan dengan fungsi kernel linear dan Gauss. Hasil untuk data pengenalan anggur menunjukkan bahwa fungsi kernel linear dan Gauss (parameter 2.5) masing-masing memberikan % dan % salah klasifikasi. Kata kunci: analisis komponen utama, kernel, salah klasifikasi ABSTRACT WIRDANIA USTAZA. Classification with Kernel Principal Component Analysis. Supervised by SISWADI and TONI BAKHTIAR. Principal component analysis (PCA) is a special case of the kernel PCA with linear kernel function. The aim of this study is to resolve the data problem that is not linearly separated and to classify an object into a group by using kernel PCA to obtain the smallest classification error. Group classification using kernel PCA is performed by the linear and Gaussian kernel function. The result of the study shows for wine recognition data with the linear and Gaussian (parameter 2.5) kernel function produces % and % classification error, respectively. Keywords: principal component analysis, kernel, classification error

6 KLASIFIKASI DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

7

8 Judul Skripsi : Klasifikasi dengan Analisis Komponen Utama Kernel Nama : Wirdania Ustaza NIM : G Disetujui oleh Prof Dr Ir Siswadi, MSc Pembimbing I Dr Toni Bakhtiar, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Toni Bakhtiar, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9 Judul Skripsi : Klasifikasi dengan Analisis Komponen Utama Kernel Nama : Wirdania Ustaza NlM : G Disetujui oleh Prof Dr Ir Siswadi, MSc Pembimbing I Dr Toni Bakhtiar, MSc Pembimbing II L ' os, - Dr Torti Bakhtiar, MSc Ketua Departemen /,/ Tanggal Lulus: 04 MAR 2014

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah analisis data, dengan judul Klasifikasi dengan Analisis Komponen Utama Kernel. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Siswadi MSc yang banyak memberikan saran, waktu, dan arahannya selama ini, terima kasih yaa pak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Toni Bakhtiar MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan Bapak Ir Ngakan Komang Khuta Ardana MSc yang telah banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahku, Emakku, Ayekku, Maktoku seluruh keluarga besarku yang sudah memberikan doa dan semangat, kepada Danty, Meliza, Nindy, Vina, Risa, Ermi, Nisa, Ivon, Dewi, Fitria, Bu Susi, Ratri, Rizka, Nova, Nuke, Tika, Restu, Janah, Leli, Syahibah, Wanda, Ara, Farel, Iham, Ka Lina atas perhatian dan kasih sayangnya, serta kepada Evy, Bari, Rudy, Syukrio dan Meda yang sudah membantu dalam penggunaan software, kepada seluruh sahabat SMP, SMA, dan seluruh keluarga Matematika IPB, terima kasih atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2014 Wirdania Ustaza

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Analisis Komponen Utama 2 Analisis Komponen Utama Kernel 5 METODE PENELITIAN 9 Data 9 Prosedur Analisis Data 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 SIMPULAN DAN SARAN 17 Simpulan 19 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 29 vii vii viii

12 DAFTAR TABEL 1 Klasifikasi kelompok 10 2 Deskripsi data pengenalan anggur 12 3 Fungsi kernel yang diaplikasikan 12 4 Matriks kovarians 12 5 Matriks korelasi 13 6 Hasil salah klasifikasi (SK) fungsi Gauss 17 7 Hasil pengklasifikasian kelompok data dengan fungsi linear 18 8 Hasil pengklasifikasian kelompok data dengan fungsi Gauss 0 = Hasil pengklasifikasian kelompok data dengan fungsi Gauss 0 = Hasil pengklasifikasian kelompok data dengan fungsi Gauss 0 =6 19 DAFTAR GAMBAR 1 Ide dasar AKU kernel 5 2 Ide utama metode kernel: memetakan data asal ke dimensi lebih tinggi ruang fitur 6 3 Plot pencar dari beberapa pasang peubah data pengenalan anggur 10 4 AKU atau fungsi linear 13 5 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Fungsi Gauss dengan parameter 0 = Perbandingan hasil data pengenalan anggur Perbandingan hasil data tanaman iris Grafik kesalahan klasifikasi 18

13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data pengenalan anggur 21 2 Data nilai eigen dan vektor eigen 26

14

15

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Analisis data adalah proses penyederhanaan data agar lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Ada banyak alat yang dapat digunakan untuk menganalisis data baik secara manual ataupun dengan bantuan aplikasi komputer. Salah satunya ialah dengan menggunakan analisis statistika peubah ganda, yang sudah banyak berkembang di masyarakat. Analisis statistika peubah ganda mampu mengidentifikasi pola dalam data dan mengekspresikan data sedemikian rupa sehingga menyorot persamaan dan perbedaannya (Shen 2007). Salah satu cara dalam analisis statistika peubah ganda yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut ialah analisis komponen utama. Analisis komponen utama (AKU) pertama kali diperkenalkan oleh Karl Pearson pada tahun AKU sering digunakan untuk mereduksi dimensi dari suatu matriks data yang terdiri atas sejumlah besar peubah yang saling berkorelasi menjadi sejumlah kecil peubah dan tidak saling berkorelasi, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin informasi yang terkandung dalam matriks data baru (Jolliffe 2002). AKU menggunakan kombinasi linear antarpeubah untuk merepresentasikan suatu data. Namun, kombinasi linear ini tidak dapat memodelkan data yang kompleksitasnya tinggi dengan hubungan taklinear antarpeubah. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan menggunakan AKU kernel. AKU merupakan bentuk khusus dari AKU kernel dengan fungsi kernel linear. Fungsi kernel memetakan data ke dimensi yang lebih tinggi dan membangun fungsi pemisah dalam ruang yang terpisahkan. Hal ini dilakukan dengan menghitung fungsi kernel yang memberikan nilai hasil kali dalam pada ruang fitur tanpa menunjukkan pemetaan secara eksplisit. AKU kernel juga sebagai metode berbasis memori, yaitu jika x adalah suatu objek maka menemukan skor untuk objek tersebut dapat menggunakan nilai eigen dan vektor eigen dari data asal (Nielsen dan Canty 2008). Karena dalam mengklasifikasikan suatu objek ke dalam suatu kelompok diperlukan beberapa peubah penciri yang dapat membedakan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, maka atas dasar inilah AKU kernel dapat digunakan dalam menyelesaikan pengklasifikasian suatu objek ke dalam suatu kelompok untuk memperoleh salah klasifikasi terkecil. Tujuan Karya ilmiah ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan data yang tak terpisah secara linear dan mengklasifikasikan suatu objek ke dalam suatu kelompok menggunakan AKU kernel dengan fungsi kernel linear dan Gauss sehingga diperoleh salah klasifikasi terkecil.

17 2 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Komponen Utama Analisis komponen utama (AKU) adalah bagian dari analisis statistika peubah ganda yang banyak digunakan sebagai alat analisis pada data. AKU merupakan suatu teknik analisis data untuk mereduksi dimensi peubah asal yang saling berkorelasi menjadi peubah baru yang tidak saling berkorelasi sehingga lebih mudah dalam menjelaskan data yang digunakan. AKU membentuk peubah baru yang merupakan kombinasi linear dari seluruh peubah asal, yang disebut komponen utama. Meskipun dibutuhkan p komponen untuk menunjukkan keseluruhan variasi data, seringkali variasi ini dapat diwakili oleh k komponen utama, dengan k p (Jollife 2002). Sehingga data asal yang mengandung n objek dengan p peubah dapat direduksi menjadi n objek dengan k komponen utama pertama. Misalkan vektor peubah acak X T = X 1, X 2,, X p memunyai matriks kovarians Σ dengan nilai eigen λ 1 λ 2 λ p 0. Misalkan kombinasi linear u T 1 X dari vektor X memiliki varians terbesar, dengan u 1 merupakan vektor koefisien u 11, u 12,, u 1p, sehingga u T p 1 X = u 11 X 1 + u 12 X u 1p X p = i=1 u 1i X i. Kombinasi linear kedua, u T 2 X, tidak berkorelasi dengan u T 1 X. Kombinasi linear ini memiliki varians terbesar kedua, dan seterusnya, sehingga kombinasi linear ke-k, u T k X, memiliki varians maksimum ke-k dan tidak berkorelasi dengan u T 1 X, u T 2 X T,, u k 1 X. Dengan demikian terdapat vektor bobot yang tidak diketahui u T i = (u i1, u i2,, u ip ). Misalkan X memiliki matriks kovarians Σ dengan elemen σ ij merupakan kovarians antara peubah ke-i dan peubah ke-j dari X saat i j dan varians peubah ke-j saat i = j. Jika X memiliki nilai harapan E[X] maka kovarians X ialah sebagai berikut cov X = E[ X E X X E X T ] misalkan Y i = u T i X maka E Y i = E[u T i X ]= u T i E[X] dengan varians Y i sebagai berikut var Y i = E Y i E[Y i ] Y i E[Y i ] T = E[ u T i X E u T i X u T i X E u T i X T ] = u T i E[ X E X X E X T ]u i = u T i cov X u i = u T i Σu i. Untuk menentukan komponen utama pertama, pandang kombinasi linear pertama u T 1 X dan vektor u 1 yang memaksimumkan var Y 1 = u T 1 Σu 1. Nilai var Y 1 dapat terus membesar bila u 1 dikalikan dengan suatu konstanta yang lebih besar dari satu maka dibutuhkan batasan u T 1 u 1 = 1, yaitu jumlah kuadrat elemen u 1 sama dengan 1. Untuk komponen utama pertama yang ingin memaksimumkan var Y 1 = var u T i X = u T 1 Σu 1 dengan kendala u T 1 u 1 = 1 dapat diselesaikan melalui persamaan Lagrange berikut L u 1, λ 1 = u T 1 Σu 1 λ 1 u T 1 u 1 1

18 dengan λ 1 adalah pengganda Lagrange, kemudian mencari titik kritis dari persamaan Lagrange dapat dilakukan dengan cara mencari turunan pertama terhadap u 1 sebagai berikut: L u 1 = 2Σu 1 2λ 1 u 1 = 0 atau Σu 1 λ 1 u 1 = 0 Σ λ 1 I p u 1 = 0 dengan I p merupakan matriks identitas berukuran p p. Dengan demikian λ 1 adalah nilai eigen dari Σ dan u 1 merupakan vektor eigen yang bersesuaian. Untuk menentukan vektor eigen yang memberikan kombinasi linear u 1 T X dengan varians terbesar, kuantitas yang akan dimaksimumkan ialah u 1 T Σu 1 = u 1 T λ 1 u 1 = λ 1 Dengan demikian agar var Y 1 maksimum maka haruslah λ 1 merupakan nilai eigen terbesar dari matriks kovarians Σ dan u 1 merupakan vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen λ 1 terbesar dari Σ. Komponen utama kedua, u 2 T X, memaksimumkan u 2 T Σu 2 dengan kendala u 2 T u 2 = 1 dan tidak berkorelasi dengan u 1 T X, atau ekuivalen dengan syarat cov u 1 T X, u 2 T X = 0, dengan cov X 1, X 2 menyatakan kovarians antara peubah X 1 dan peubah X 2. Diperoleh cov u 1 T X, u 2 T X = u 1 T Σu 2 = u 2 T Σu 1 = u 2 T λ 1 u 1 = λ 1 u 2 T u 1 = λ 1 u 1 T u 2 (1) karena λ 1 0 maka u 1 T u 2 = 0. Didefinisikan kembali fungsi Lagrange L u 2, λ 2, α = u 2 T Σu 2 λ 2 u 2 T u 2 1 α u 1 T u 2 0 dengan λ 2 dan α adalah pengganda Lagrange, untuk mencari titik kritis dapat diperoleh sebagai berikut L u 2 = 2Σu 2 2λ 2 u 2 αu 1 = 0 (2) Jika persamaan (2) dikalikan dengan u 1 T didapatkan 2u 1 T Σu 2 2λ 2 u 1 T u 2 αu 1 T u 1 = 0 Persamaan (1) menjadikan u 1 T u 2 = 0 dan karena u 1 T u 1 = 1 maka haruslah α = 0, sehingga persamaan (2) dapat ditulis menjadi Σu 2 λ 2 u 2 = 0 atau Σ λ 2 I p u 2 = 0 merupakan persamaan eigen dari matriks Σ. Dengan demikian λ 2 merupakan nilai eigen Σ dan u 2 merupakan vektor eigen yang bersesuaian. Untuk menentukan vektor eigen yang memberikan kombinasi linear u 2 T X dengan varians terbesar, kuantitas yang akan dimaksimumkan ialah u 2 T Σu 2 = u 2 T λ 2 u 2 = λ 2. Karena nilai eigen terbesar pertama merupakan varians dari komponen utama pertama maka λ 2 dipilih nilai eigen terbesar kedua dari matriks Σ. Demikian juga dengan vektor eigen u 2 merupakan vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai eigen terbesar kedua λ 2. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat ditunjukkan bahwa komponen utama ketiga, keempat sampai ke-p, vektor koefisien u 3, u 4,, u p merupakan vektor 3

19 4 eigen Σ yang bersesuaian dengan nilai eigen λ 3, λ 4,, λ p, secara berturut-turut. Secara umun, komponen utama ke-k dari X adalah u T k X dan var[u T k X ] = λ k untuk k = 1, 2,, p dengan λ k merupakan nilai eigen Σ terbesar ke-k dan u k adalah vektor eigen yang p i=1 λ i bersesuaian. Total varians yang dijelaskan oleh komponen utama adalah sehingga proporsi total varians dari k komponen utama pertama ialah λ 1 +λ 2 + +λ k 100%. Belum ada patokan baku berapa batas minimum banyaknya λ 1 +λ 2 + +λ p komponen utama, sebagian buku menyebutkan 70%, 80%, dan ada yang 90%. Apabila satuan pengukuran untuk setiap peubah yang diamati tidak sama dan varians antarpeubah memiliki perbedaan cukup besar yang mengakibatkan salah satu peubah menjadi dominan dalam menentukan komponen utama maka biasanya digunakan matriks korelasi ρ. Bila peubah telah dibakukan sebagai berikut Z 1 = Z 2 = X 1 E[X] σ 11 X 2 E[X] σ 22 Z p = X p E[X] σ pp maka komponen utama dari Z T = Z 1, Z 2,, Z p adalah kombinasi linear dari p peubah baku Y i = u T i Z = u i1 Z 1 + u i2 Z u ip Z p i = 1, 2,, p dalam kasus ini λ 1, u 1, λ 2, u 2,, λ p, u p adalah sepasang nilai eigen dan vektor eigen untuk matriks korelasi ρ = V 1 2 ΣV 1 2, dengan V 1 2 = diag( 1 1 1,,, ) dan λ σ 11 σ 22 σ 1 λ 2 λ p 0 (Johnson dan Wichern pp 2007). Misalkan X adalah matriks data asal dengan n objek dan p peubah. Selanjutnya matriks X dikoreksi terhadap rataanya sehingga diperoleh matiks X, X = I JJ T X dengan J = 1 1, 1,, 1 T dan I matriks identitas. Apabila matriks kovarians n populasi Σ dan matriks korelasi dari populasi ρ tidak diketahui, maka dapat diduga dengan matriks kovarians contoh S = X T X (n 1) dan matriks korelasi contoh R = D 1 2 SD 1 2 dengan D 1 2 = diag( 1 1 1,,, ) yang s 11 s 22 s pp berukuran p p. Permasalahan ini biasa disebut juga sebagai formulasi primal. Formulasi primal sangat baik digunakan saat ukuran n p, sehingga dapat meringkas dalam menyelesaikan masalah persamaan eigen. Selain formulasi primal dijelaskan pula tentang formulasi dual. Formulasi dual dianalisis dengan XX T n 1 yang berukuran n n dalam amatan dapat menjadi sangat besar. Formulasi dual memiliki permasalahan persamaan eigen sebagai berikut: XX T n 1 v i = λ i v i

20 dengan λ i adalah nilai eigen dan v i adalah vektor eigen yang bersesuaian dengan λ i. Jika persamaan ini dikalikan X T dari kiri maka akan diperoleh X T X n 1 XT v i = λ i X T v i X T X n 1 u i = λ i u i u i proporsional dengan X T v i, u i X T v i adalah sebuah vektor eigen dari matriks kovarians Σ dengan nilai eigen λ i. Sehingga dalam hal ini nilai eigen yang diperoleh dari kedua formulasi adalah sama-sama λ i dan dengan mengasumsikan vektor eigen v i adalah vektor satuan 1 = v T i v i u T i X T Xu i = n 1 λ i u T i u i = 1 diperoleh u i = 1 n 1 λ i X T v i. Jika X T X berpangkat r min (n, p), X T X n 1 dan XX T n 1 memunyai r nilai eigen taknol λ i yang sama dan bahwa vektor eigennya saling terkait yaitu u i = X T v i n 1 λ i dan v i = Xu i n 1 λ i. Formulasi dual akan sangat baik digunakan saat n p. Keuntungan lainnya untuk n p adalah bahwa unsur-unsur dari matriks G = XX T, yang mana diketahui sebagai matriks Gram, terdiri atas produk dalam (inner, dot atau scalar product) dari pengamatan peubah ganda dalam baris dari X, yaitu x i T x j (Nielsen dan Canty 2008). Analisis Komponen Utama Kernel AKU adalah suatu metode yang biasa digunakan untuk mereduksi dimensi dari suatu matriks data. AKU menggunakan kombinasi linear antarpeubah untuk merepresentasikan suatu data, sehingga hanya dapat mengatasi hubungan linear antarpeubah. Namun, pada kenyataannya banyak data yang memiliki hubungan taklinear dan tak terpisah antarpeubah. Diperlukan suatu metode untuk menunjukkan bentuk taklinear dari AKU, yaitu dengan menggunakan AKU kernel. Dengan menggunakan fungsi kernel dapat menghitung komponen utama secara lebih efisien dalam dimensi lebih tinggi ruang fitur (ruang abstrak yang kadang tidak diketahui hasil pemetaannya). Transformasi dari taklinear di ruang input menjadi linear di ruang fitur, dijelaskan pada Gambar 1. 5 Gambar 1 Ide dasar AKU kernel (Sugiyama 2013) Dalam kondisi tertentu, fungsi-fungsi kernel dapat diartikan mewakili hasil kali dalam dari objek data dengan pemetaan taklinear secara implisit pada ruang fitur. Melalui transformasi ini (dari ruang input ke ruang fitur), diharapkan terdeteksi pola tertentu dalam data (Schölkopf dan Smola 2002).

21 6 Selanjutnya akan diformulasikan metode kernel. Lambangkan pemetaan dari ruang input ke ruang fitur dengan Φ: X H x Φ x ϵ H. Transformasi dari taklinear dan tak terpisah di ruang input menjadi linear terpisah di ruang fitur, dijelaskan pada Gambar 2. Gambar 2 Ide utama metode kernel: memetakan data asal ke dimensi lebih tinggi ruang fitur (Schölkopf dan Smola 2002) Sebuah kernel adalah sebuah fungsi k yang untuk semua x, z ε X memenuhi k x, z = Φ x, Φ z. Misalkan pemetaan fitur diberikan sebagai berikut Φ: x = x 1, x 2 Φ x = x 1 2, x 2 2, 2x 1 x 2 ε H = R 3 atau Φ x = a 1, a 2, a 3 = x 1 2, x 2 2, 2x 1 x 2. Pemetaan fitur mengambil data dari dua dimensi ruang input ke tiga dimensi ruang fitur dengan cara hubungan linear dalam ruang fitur bersesuaian dengan hubungan kuadrat dalam ruang input. Semua fungsi linear yang dapat diterapkan dalam H dapat dinyatakan sebagai f x = w 11 x w 22 x w 12 2x 1 x 2. Komposisi dari pemetaan fitur dengan hasil kali dalam pada ruang fitur dapat dievaluasi sebagai berikut Φ x, Φ(z) = x 1 2, x 2 2, 2x 1 x 2, z 1 2, z 2 2, 2z 1 z 2 = x 1 2 z x 2 2 z x 1 x 2 z 1 z 2 = x 1 z 1 + x 2 z 2 2 = x, z 2. Karenanya, fungsi k x, z = x, z 2 adalah sebuah fungsi kernel dengan H sebagai ruang fitur yang bersesuaian. Ini artinya dapat menghitung hasil kali dalam antara proyeksi dari dua titik ke dalam ruang fitur tanpa mengevaluasi koordinatnya secara eksplisit. Sebelum menggunakan fungsi kernel, haruslah ditentukan apa bentuk dari fungsi k x, z untuk memastikan bahwa itu adalah kernel untuk beberapa ruang fitur. Oleh karena itu, perlu diketahui beberapa hal yang berhubungan dengan fungsi kernel 1. Fungsi kernel harus simetrik k x, z = Φ x, Φ z = Φ z, Φ x = k z, x. 2. Memenuhi ketaksamaan Cauchy-Schwarz k x, z 2 = Φ x, Φ z 2

22 Φ x 2 Φ z 2 = Φ x, Φ x Φ z, Φ z = k x, x k z, z. Diberikan sebuah kernel dan suatu matriks data, yang dapat membentuk matriks Gram, yang mana berisi evaluasi dari fungsi kernel pada semua pasang titik data. Diberikan matriks data, X T = x 1, x 2,, x n, matriks Gram dilambangkan oleh G yang didefinisikan sebagai matriks berukuran n n yang berelemen g ij = k x i, x j. Sehingga digunakan fungsi kernel k untuk mengevaluasi hasil kali dalam pada ruang fitur dengan pemetaan fitur Φ, dihubungkan dengan matriks Gram G yang berelemen g ij = Φ x i, Φ x j = k x i, x j. Dalam kasus ini matriks G disebut juga sebagai matriks kernel K. Lambang standar untuk menggambarkan matriks kernel K adalah sebagai berikut k x 1, x 1 k x 1, x 2 k x 1, x n k x K = 2, x 1 k x 2, x 2 k x 2, x n. k x n, x 1 k x n, x 2 k x n, x n Misalkan matriks data, X T = x 1, x 2,, x n dengan x i = x i1, x i2,, x T ip, terdiri atas n objek dan p peubah. Pemetaan ditunjukkan dengan menggunakan fungsi Φ: R p H, dengan data asal berada dalam ruang R p dan fitur dalam H. Catat bahwa H dapat memunyai perubahan dimensi yang besar dan mungkin tak terbatas (Shen 2007). Transformasi fungsi Φ mungkin taklinear dan mungkin tidak dapat dijelaskan secara eksplisit. Pemetaan oleh fungsi Φ terhadap X sehingga Φ berisi n objek dan q peubah dengan q p menghasilkan matriks data sebagai berikut: φ x T 1 Φ = φ x T 2. φ x T n Asumsikan bahwa data dalam ruang fitur memunyai rata-rata nol, sehingga matriks kovarians memiliki bentuk C = Φ T Φ n 1 = 1 n 1 n i=1 φ x i φ x T i yang bersesuaian dengan formulasi primal sebagai berikut: Φ T Φu i = λ i u i dengan menggunakan kembali simbol λ i dan u i sebagai nilai eigen dan vektor eigen secara berturut-turut dalam ruang H. Untuk formulasi dual yang bersesuaian diperoleh ΦΦ T n 1 v i = λ i v i dengan menggunakan kembali simbol λ i dan v i sebagai nilai eigen dan vektor eigen secara berturut-turut. Seperti pada AKU nilai eigen taknol untuk formulasi primal dan dual adalah sama dan vektor eigen dihubungkan dengan 1 u i = Φ T v i n 1 λ i dan v i = Φu i n 1 λ i. Pada formulasi dual ΦΦ T diketahui bersesuaian dengan matriks Gram atau matriks kernel yang berisi elemen dari fungsi kernel. 7

23 8 Mengulang kembali masalah persamaan eigen pada formulasi dual, untuk nilai eigen taknol λ i dan vektor eigen yang bersesuaian v i. Dengan mengganti produk dalam φ x T i φ x j dalam ΦΦ T dengan sebuah fungsi kernel k x i, x j = k ij yang berasal dari beberapa pemetaan Φ, diperoleh Kv i = n 1 λ i v i dengan K = ΦΦ T adalah matriks berukuran n n. Permasalahan nilai eigen tersebut normalnya diformulasikan tanpa faktor n 1, Kv i = λ i v i memberikan semua solusi v i dari vektor eigen dan (n 1)λ i dari nilai eigen. Sehingga dalam kasus ini u i = Φ T v i λ i dan v i = Φ u i λ i. Untuk menemukan skor komponen utama kernel dari permasalahan nilai eigen, proyeksikan pemetaan x atas vektor eigen primal u i φ x T u i = φ x T Φ T v i λ i = φ x T φ x 1 φ x 2 φ x n v i λ i = φ x T φ x 1 φ x T φ x 2 φ x T φ x n v i λ i = k x, x 1 k x, x 2 k x, x n v i λ i. Pada kenyataannya tidak dapat diasumsikan bahwa data pada ruang fitur sudah terkoreksi terhadap nilai tengah. Oleh karena itu agar matriks Gram K terkoreksi terhadap nilai tengah gunakan K = I JJ T K I JJ T. Berikut merupakan tiga fungsi kernel yang biasa digunakan Gauss: k x i, x j = exp( x i x j 0 polinom: k x i, x j = x T i x j + d 0 sigmoid: k x i, x j = tanh k x i, x j + θ dengan 0 dan θ adalah parameter. Pada dasarnya ada fungsi kernel yang dapat diketahui jenis pemetaannya pada ruang fitur, misalnya fungsi kernel polinom dengan menggunakan k x, x = x T x dengan vektor 2 dimensi x = x 1 x 2 dan x = x 1 x 2. Diperoleh sebagai berikut k x, x = x T x = (x 1 x 1 + x 2 x ) 2 = x 2 1 x x 2 2 x x 1 x 1 x 2 x 2 + 2x 1 x x 2 x = x x 2 x 1 x 2 2x 1 x x x 2 x x 2 2x 1 x T 2 = φ x T φ x. Terlihat bahwa fungsi kernel memetakan vektor 2 dimensi ke vektor 6 dimensi. Namun, untuk banyak fungsi kernel fungsi balikan ke φ x T φ x tidak mungkin diperoleh (Nielsen dan Canty 2008). Djakaria et al. (2010) menjelaskan bahwa fungsi kernel Gauss dengan parameter 0 = menghasilkan pemisahan antarkelompok dengan sangat baik untuk data tanaman iris. Sugiyama (2013) menjelaskan bahwa fungsi kernel Gauss dengan parameter 0 = 3 menghasilkan pemisahan antarkelompok dengan cukup baik untuk data pengenalan anggur. 2 )

24 9 METODE PENELITIAN Data Data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini merupakan data sekunder sebagai data asal yang diperoleh melalui internet yaitu data tanaman iris (Fisher 1988) dan data pengenalan anggur (Forina 1991). Matriks data tanaman iris terdiri atas 150 objek dengan 3 kelompok yaitu Iris setosa, Iris virginica, dan Iris versicolor di mana setiap kelompok terdiri atas 50 objek dengan empat peubah yaitu panjang sepal, lebar sepal, panjang petal, dan lebar petal. Matriks data pengenalan anggur terdiri atas 178 objek dengan 3 kelompok di mana setiap kelompok terdiri atas 59, 71, dan 48 objek untuk kelompok 1, 2, dan 3 secara berturut-turut, dengan tiga belas peubah yaitu kadar alkohol, kadar asam malat, banyaknya abu, banyaknya alkali pada abu, kadar magnesium, kadar fenol, kadar flavonoid, kadar fenol yang bukan flavonoid, kadar proanthosianin, dan kadar prolina, intensitas warna dan warna berdasarkan tingkat kecerahannya, dan anggur yang diencerkan pada OD280/OD315 berdasarkan nilai serapannya. Prosedur Analisis Data Data asal merupakan data sekunder yang berasal dari data populasi tanaman iris dan data pengenalan anggur. Analisis data yang pertama dilakukan dalam karya ilmiah ini ialah mengamati plot pencar antarpeubah yang dihasilkan. Kemudian data asal distandarisasi. AKU kernel akan dianalisis menggunakan dua fungsi kernel yaitu linear dan Gauss. Matriks kernel dengan fungsi linear ialah bersesuaian dengan AKU dalam formulasi dual yaitu dalam bentuk XX T. Matriks 2 kernel fungsi Gauss= exp x i x j dengan parameter 0 = untuk 0 data tanaman iris dan 0 = 1, 1.25,, 6 untuk data pengenalan anggur. Tiga langkah berikut adalah perlu untuk menunjukkan AKU kernel: 1. Menentukan fungsi kernel yang akan digunakan dalam hal ini linear dan Gauss, kemudian menghitung hasil kali dalam matriks kernel K = (k ij ) dengan k ij = k x i, x j = φ x i, φ x j. Matriks kernel juga harus dikoreksi terhadap nilai tengah setiap fungsi dengan K = I JJ T K I JJ T. 2. Menyelesaikan permasalahan nilai eigen dan vektor eigen dari matriks K dengan persamaan K v i = λ i v i. Kemudian dipilih 2 nilai eigen terbesar dan vektor eigen yang bersesuaian. Dua nilai eigen ini adalah varians maksimum dari komponen utama 1 dan komponen utama 2 secara berturut-turut. 3. Untuk menemukan skor komponen utama kernel dari permasalahan nilai eigen, proyeksikan pemetaan x atas vektor eigen primal u i. φ x T u i = φ x T Φ T v i λ i = k x, x 1 k x, x 2 k x, x n v i λ i. Selanjutnya visualisasikan plot pencar 2 komponen utama pertama dari masingmasing fungsi dan parameter.

25 10 Pengklasifikasian kelompok dengan AKU kernel dilakukan menggunakan kuadrat jarak Euclid untuk ruang dimensi dua dengan menghitung jarak terdekat antara objek dengan rataan dari setiap kelompok sebagai berikut d x 0, x i = x 0 x i T x 0 x i dengan x 0 adalah objek pada skor komponen utama dan x i adalah rata-rata skor komponen utama dari data asal pada setiap kelompok. Evaluasi hasil dapat diperoleh dengan menghitung jumlah salah klasifikasi dari semua kelompok seperti yang diberikan pada Tabel 1. Kelompok asal Tabel 1 Klasifikasi kelompok Kelompok prediksi π 1 π 2 π 3 Total π 1 n 11 n 12 n 13 n 1. π 2 n 21 n 22 n 23 n 2. π 3 n 31 n 32 n 33 n 3. n.1 n.2 n.3 n = n.. Salah klasifikasi (SK) didefinisikan sebagai SK = n - 3 k=1 n n kk 100% dengan n kj = banyaknya anggota kelompok k yang diklasifikasikan menjadi anggota kelompok j. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis dilakukan terhadap data populasi tanaman iris dan data pengenalan anggur. Kedua data digunakan untuk memverifikasi hasil yang diperoleh menggunakan AKU kernel. Selanjutnya data yang memberikan hasil yang sama dengan karya ilmiah ini dipilih untuk dianalisis salah klasifikasinya dalam hal ini data pengenalan anggur. Gambar 3 memvisualisasikan plot pencar dari beberapa pasang peubah untuk data pengenalan anggur, diambil beberapa pasang peubah karena dimensi data yang cukup besar. Pada gambar terlihat bahwa plot pencar hanya terdiri atas satu kelompok yang berisi baik kelompok 1, 2, dan 3 yang tidak dapat dipisahkan dengan beberapa data menjadi pencilan. Hal ini tidak cukup baik bila digunakan dalam menganalisis struktur pada data dan akan menyulitkan dalam pengklasifikasian data objek ke dalam kelompok tersebut, karena akan menyebabkan salah klasifikasi yang cukup besar. Oleh karena itu, AKU kernel akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini.

26 11 Gambar 3 Plot pencar dari beberapa pasang peubah data pengenalan anggur Terlihat dari gambar bahwa hubungan antarpeubah adalah tak terpisah untuk setiap kelompok. Deskripsi data yang digunakan dapat diamati dalam Tabel 2. Pemilihan parameter pada fungsi kernel didasarkan pada plot pencar dari setiap pasang peubah, dengan mencoba-coba beberapa nilai yang berbeda dan dipilih parameter dengan hasil yang lebih baik. Karena pada dasarnya belum ada ketentuan nilai parameter untuk setiap fungsi kernel. Tabel 2 menggambarkan nilai-nilai yang ada dari setiap peubah. Rata-rata dan simpangan baku (SB) dari setiap peubah akan digunakan untuk standarisasi data. Karya ilmiah ini akan menggunakan dua fungsi kernel yaitu linear (sesuai dengan AKU) dan Gauss. Deskripsi kedua fungsi kernel diberikan pada Tabel 3.

27 12 No. Tabel 2 Deskripsi data pengenalan anggur Peubah Rata-rata Maksimum Minimum SB 1 Alkohol (Al) Asam malat (AM) Abu (Ab) Alkali pada abu (AA) Magnesium (Mg) Total fenol (TF) Flavonoid (Fl) Fenol yang bukan flavonoid (FF) Proanthosianin (Pa) Intensitas warna (IW) Warna (Wa) Anggur yang diencerkan pada OD280/OD315 (OD) Prolina(Pr) * SB = simpangan baku Tabel 3 Fungsi kernel yang diaplikasikan No. Jenis fungsi Fungsi Par. 0 1 Linear k x i, x j = x i T x j - 2 Gauss k x i, x j = exp( x i x j ) 1, 1.25,, 6 Analisis data dilakukan pada data yang telah distandarisasi, atau bersesuaian dengan matriks korelasi. Hal ini dikarenakan varians setiap peubah memiliki nilai yang perbedaannya cukup besar, sehingga tanpa distandarisasi analisis hanya akan terfokus pada peubah dengan varians terbesar. Tabel 4 dan Tabel 5 masing-masig menjelaskan matriks kovarians dan matriks korelasi. Tabel 4 Matriks kovarians No Peubah Al AM Ab AA Mg TF Fl FF Pa IW Wa OD Pr 1 Al AM Ab AA Mg TF Fl FF Pa IW Wa OD Pr

28 Tabel 5 Matriks korelasi No Peubah Al AM Ab AA Mg TF Fl FF Pa IW Wa OD Pr 1 Al AM Ab AA Mg TF Fl FF Pa IW Wa OD Pr Analisis data menggunakan AKU kernel cukup baik memisahkan antarkelompok dengan menggunakan dua komponen utama pertama. Walaupun masih ada sebagian kecil objek antarkelompok yang bercampur. Dari kedua fungsi yang digunakan terlihat bahwa plot pencar dari dua komponen utama kernel pertama cukup mampu mengambarkan pola yang terpisah pada data. Gambar selanjutnya akan memvisualisasikan plot pencar dari dua komponen utama untuk setiap fungsi kernel. 13 Gambar 4 AKU atau fungsi linear Gambar 5 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 1 Gambar 6 Fungsi Gauss dengan Gambar 7 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 1.25 parameter 0 = 1.5

29 14 Gambar 8 Fungsi Gauss dengan Gambar 9 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 1.75 parameter 0 = 2 Gambar 10 Fungsi Gauss dengan Gambar 11 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 2.25 parameter 0 = 2.5 Gambar 12 Fungsi Gauss dengan Gambar 13 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 2.75 parameter 0 = 3 Gambar 14 Fungsi Gauss dengan Gambar 15 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 3.25 parameter 0 = 3.5

30 15 Gambar 16 Fungsi Gauss dengan Gambar 17 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 3.75 parameter 0 = 4 Gambar 18 Fungsi Gauss dengan Gambar 19 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 4.25 parameter 0 = 4.5 Gambar 20 Fungsi Gauss dengan Gambar 21 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 4.75 parameter 0 = 5 Gambar 22 Fungsi Gauss dengan Gambar 23 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 5.25 parameter 0 = 5.5

31 16 Gambar 24 Fungsi Gauss dengan Gambar 25 Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 5.75 parameter 0 = 6 Dengan menggunakan dua komponen utama pertama, fungsi kernel linear dan Gauss memberikan hasil pemisahan antarkelompok yang lebih baik jika dibandingkan dengan plot pencar antarpeubah. Dalam karya ilmiah ini dilakukan perbandingan pada dua buah data yaitu data tanaman iris dan data pengenalan anggur. Keduanya memiliki perbandingan dengan artikel dalam jurnal yang sudah ada, hasilnya dijelaskan dalam Gambar 26 dan 27. Pada data pengenalan anggur yang dijelaskan dalam Lampiran 1 untuk fungsi Gauss dengan parameter 0 = 3 diperoleh hasil yang cukup baik dan relatif sama dengan yang diperoleh pada artikel dalam jurnal. Nilai dan vektor eigen untuk 0 = 3 dijelaskan dalam Lampiran 2. (a) (b) Gambar 26 Perbandingan hasil data pengenalan anggur (a) karya ilmiah (b) Sugiyama (2013) Pemisahan data tanaman iris menggunakan AKU kernel sebelumnya telah dikerjakan dan menghasilkan plot yang berbeda dengan yang dijelaskan oleh Djakaria et al. (2010). Karena jurnal tersebut hanya menggunakan fungsi kernel Gauss dengan tidak menjelaskan setiap parameter yang digunakan, sehingga perbedaan ini sulit diketahui di mana letaknya. Walaupun ada satu parameter yang dijelaskan yaitu untuk parameter 0 = namun hasilnya tetap sangat berbeda.

32 17 (a) (b) Gambar 27 Perbandingan hasil data tanaman iris (a) karya ilmiah (b) Djakaria et al. (2010) Karena tidak mungkin kedua hasil benar, maka kemungkinan salah satu ada yang salah atau kedua-duanya salah. Oleh karena itu diperlukan penelusuran selanjutnya yang dapat memberikan hasil yang baik dan benar untuk dalam penggunaan AKU kernel. Setelah diperoleh hasil pemisahan yang cukup baik antarkelompok, selanjutnya akan dibahas tentang pengklasifikasian kelompok menggunakan AKU kernel. Pengklasifikasian ini akan membandingkan dua fungsi kernel yaitu fungsi linear (bersesuaian dengan AKU) dan Gauss. Analisis data yang dilakukan pada prosedur analisis data ialah untuk data yang distandarisasi. Pada Tabel 7, 8, 9, dan 10 dijelaskan hasil yang diperoleh menggunakan fungsi kernel linear dan Gauss. Pada Tabel 6 dijelaskan jumlah kesalahan untuk setiap parameter dari fungsi Gauss, serta grafiknya. Tabel 6 Hasil salah klasifikasi (SK) fungsi Gauss h SK %SK 32.58% 36.51% 33.15% 20.78% 29.77% 31.46% 17.42% 34.27% 21.35% 21.58% h SK %SK 37.08% 25.3% 25.3% 26.4% 39.88% 41.01% 29.2% 28.09% 28.65% 39.33% Semula diperkirakan ada tren kuadrat dari salah klasifikasi yang dapat digunakan untuk menduga hasil klasifikasi terkecil dengan menggunakan regresi kuadratik untuk nilai parameter 0 yang digunakan. Namun, hasil yang diperoleh terlihat pada Gambar 28 yaitu terjadi perubahan banyaknya salah klasifikasi yang tidak teratur. Selanjutnya akan digunakan AKU kernel untuk menyelesaikan klasifikasi kelompok. Pada dasarnya studi dilakukan pada fungsi Gauss untuk parameter 0 = 1, 1.25,, 6. Namun, untuk memberikan gambaran hasilnya, dipilih tiga parameter dengan nilai kesalahan yang berbeda-beda yaitu untuk 0 = 1, 2.5, 6.

33 18 Gambar 28 Grafik kesalahan klasifikasi Fungsi linear memiliki salah klasifikasi sebesar 30.89%. Terlihat bahwa salah klasifikasi kelompok menggunakan fungsi ini banyak terdapat pada kelompok 3. Hal ini terjadi karena antarkelompok ini memang sulit dipisahkan secara keseluruhan dan juga karena jarak yang berdekatan antarkelompok. Tabel 7 Hasil pengklasifikasian kelompok data dengan fungsi linear Kelompok Kelompok prediksi asal Total SK Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 1 memiliki salah klasifikasi sebesar %. Terlihat bahwa salah klasifikasi kelompok menggunakan fungsi ini banyak terdapat pada kelompok 3. Hal ini juga terjadi karena antarkelompok ini memang sulit dipisahkan secara keseluruhan dan juga karena jarak yang berdekatan antarkelompok. Hasil ini relatif mirip dengan fungsi kernel linear. Tabel 8 Hasil pengklasifikasian kelompok data dengan fungsi Gauss 0 = 1 Kelompok Kelompok prediksi asal Total SK Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 2.5 memiliki salah klasifikasi sebesar %. Terlihat bahwa salah klasifikasi kelompok menggunakan fungsi ini banyak terdapat pada kelompok 2. Hal ini berbeda dengan yang hasil diperoleh sebelumnya. Tabel 9 Hasil pengklasifikasian kelompok data dengan fungsi Gauss 0 = 2.5 Kelompok Kelompok prediksi asal Total SK Fungsi Gauss dengan parameter 0 = 6 memiliki salah klasifikasi sebesar %, hasil ini cukup besar bila dibandingkan dengan yang lainnya. Terlihat

34 bahwa salah klasifikasi kelompok menggunakan fungsi ini banyak terdapat pada kelompok 2. Hasil salah klasifikasi yang dipeoleh cukup besar dan kurang baik digunakan untuk klasifikasi kelompok. Tabel 10 Hasil pengklasifikasian kelompok data dengan fungsi Gauss 0 = 6 Kelompok Kelompok prediksi asal Total SK Pengklasifikasian menggunakan fungsi Gauss dengan menggunakan parameter 0 = 1, 2.5, 6 memiliki hasil salah klasifikasi sebesar %, % dan % secara berturut-turut. Terlihat bahwa salah klasifikasi kelompok menggunakan fungsi ini banyak terdapat pada setiap kelompok bergantung pada parameter. Hal ini terjadi karena dalam pemilihan parameter untuk fungsi kernel belum ada ketentuannya, hanya disesuaikan berdasarkan hasil atau tipe plot yang lebih baik. 19 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Visualisasi data menggunakan AKU kernel akan menghasilkan berbagai bentuk plot pencar untuk dua komponen utama pertama bergantung pemilihan fungsi kernelnya. Dalam pemilihan fungsi kernel yang tepat akan memberikan pola linear terpisah pada data sehingga akan mempermudah saat menganalisis. Hasil untuk data pengenalan anggur menunjukkan bahwa fungsi kernel linear dan Gauss (parameter 2.5) masing-masing menghasilkan salah klasifikasi sebesar % dan %. Saran AKU kernel sebagai salah satu teknik penyelesaian dari AKU taklinear masih belum dapat memisahkan data kelompok yang digunakan dalam karya ilmiah secara efisien. Karena karya ilmiah ini memiliki perbandingan dengan artikel dalam jurnal, dengan metode analisis yang sama, namun hasilnya sangat berbeda untuk data tanaman iris, disarankan untuk mencoba teknik yang sama untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian diharapkan dengan pemisahan yang lebih baik akan menghasilkan tingkat kesalahan yang lebih kecil lagi dalam pengklasifikasian kelompok.

35 20 DAFTAR PUSTAKA Fisher RA Iris Plants Database. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 20]. Tersedia pada: iris.data. Forina M Wine Recognition Data. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 20]. Tersedia pada: wine.data. Djakaria I, Guritno S, Kartiko SH Visualisasi Data Iris Menggunakan Analisis Komponen Utama dan Analisis Komponen Utama Kernel. Jurnal Ilmu Dasar. 11(1): Johnson RA, Wichern DW Applied Multivariate Statistical Analysis. 6 th ed. New Jersey (US): Pearson Education. Jolliffe IT Principal Component Analysis. 2 nd ed. New York (US): Springer-Verlag. Nielsen AA, Canty MJ Kernel Principal Component Analysis for Change Detection. Image and Signal for Remote Sensing XIV Doi: / Shen Y Outlier Detection Using the Smallest Kernel Principal Component. Philadelphia (US): Temple University. Schölkopf B, Smola AJ Learning with Kernels. London (UK): The MIT Press. Sugiyama M Advanced Data Analysis: Kernel PCA. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 20]. Tersedia pada:

36 21 Lampiran 1 Data pengenalan anggur No. Kelompok Al AM Ab AA Mg TF Fl FF Pa WI Wa OD Pr

37

38

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL DENGAN FUNGSI ISOTROPIK HANIF KHARISMAHADI

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL DENGAN FUNGSI ISOTROPIK HANIF KHARISMAHADI KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL DENGAN FUNGSI ISOTROPIK HANIF KHARISMAHADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL: SUATU STUDI EKSPLORASI PEMBAKUAN PEUBAH PUTRI THAMARA

ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL: SUATU STUDI EKSPLORASI PEMBAKUAN PEUBAH PUTRI THAMARA ANALISIS KOMPONEN UTAMA KERNEL: SUATU STUDI EKSPLORASI PEMBAKUAN PEUBAH PUTRI THAMARA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier Bernhard M. Wongkar 1, John S. Kekenusa 2, Hanny A.H. Komalig 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, bernhard.wongkar2011@gmail.com

Lebih terperinci

Plot Multivariate Menggunakan Kernel Principal Component Analysis (KPCA) dengan Fungsi Power Kernel

Plot Multivariate Menggunakan Kernel Principal Component Analysis (KPCA) dengan Fungsi Power Kernel Plot Multivariate Menggunakan Kernel Principal Component Analysis (KPCA) dengan Fungsi Power Kernel Vitawati Bawotong, Hanny Komalig, Nelson Nainggolan 3 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT, vbawotong@gmail.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut: . Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

Penggunaan Kernel Principal Component Analysis Fungsi Polinomial Dalam Menyelesaikan Masalah Pengelompokan Plot Peubah Ganda

Penggunaan Kernel Principal Component Analysis Fungsi Polinomial Dalam Menyelesaikan Masalah Pengelompokan Plot Peubah Ganda Penggunaan Kernel Principal Component Analysis Fungsi Polinomial Dalam Menyelesaikan Masalah Pengelompokan Plot Peubah Ganda Sueharti Maatuil, Hanny A. H. Komalig, Charles Mongi 3 Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal BAB III ANALISIS FAKTOR 3.1 Definisi Analisis faktor Analisis faktor adalah suatu teknik analisis statistika multivariat yang berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

Lebih terperinci

SVM untuk Regresi Ordinal

SVM untuk Regresi Ordinal MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN

(α = 0.01). Jika D i > , maka x i atau pengamatan ke-i dianggap pencilan (i = 1, 2,..., 100). HASIL DAN PEMBAHASAN 4 karena adanya perbedaan satuan pengukuran antar peubah. 1.. Memastikan tidak adanya pencilan pada data dengan mengidentifikasi adanya pencilan pada data. Pengidentifikasian pencilan dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) Analisis Komponen Utama (Principal component analysis) A. LANDASAN TEORI Misalkan χ merupakan matriks berukuran nxp, dengan baris-baris yang berisi observasi sebanyak n dari p-variat variabel acak X. Analisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

S 10 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis)

S 10 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) PROSIDING ISBN : 978 979 6353 6 3 S 0 Studi Simulasi Tentang Penerapan Grafik Pengendali Berdasarkan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) Wirayanti ), Adi Setiawan ), Bambang Susanto

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

Metode Kernel. Machine Learning

Metode Kernel. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus Machine Learning Metode Kernel Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439,

Lebih terperinci

Minggu XI ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Utami, H

Minggu XI ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Utami, H Minggu XI ANALISIS KOMPONEN UTAMA Utami, H Outline 1 Pendahuluan 2 Tujuan 3 Analisis Komponen Utama 4 Contoh Utami, H Minggu XIANALISIS KOMPONEN UTAMA 2 / 16 Outline 1 Pendahuluan 2 Tujuan 3 Analisis Komponen

Lebih terperinci

Abstract. Abstrak. Keywords : Principal Component Analysis, Agriculture Production and Plantation

Abstract. Abstrak. Keywords : Principal Component Analysis, Agriculture Production and Plantation JdC, Vol. 3, No. 2, September, 2014 1 Penggunaan Analisis Komponen Utama Dalam Penggabungan Data Peubah Ganda pada Kasus Produksi Pertanian dan Perkebunan Di Wilayah Bolaang Mongondow Tahun 2008 1 Sunarsi

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR E-Jurnal Matematika Vol. 4 (2), Mei 2015, pp. 37-42 ISSN: 2303-1751 KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR Ni Luh Ardila Kusumayanti 1, I Komang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda TINJAUAN PUSTAKA Model Regresi Linier Ganda Hubungan antara y dan X dalam model regresi linier umum adalah y = X ß + e () dengan y merupakan vektor pengamatan pada peubah respon (peubah tak bebas) berukuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN : PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Multikolinearitas yang tinggi diantara peubah-peubah bebas,

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KANONIK PERILAKU BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP (STUDI KASUS SISWA SMPN I SUKASARI PURWAKARTA)

ANALISIS KORELASI KANONIK PERILAKU BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP (STUDI KASUS SISWA SMPN I SUKASARI PURWAKARTA) Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN: 978-60-61-0-9 hal 693-703 November 016 ANALISIS KORELASI KANONIK PERILAKU BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP (STUDI KASUS SISWA SMPN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA. Bahriddin Abapihi 1)

ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA. Bahriddin Abapihi 1) Bahriddin Abapihi//Paradigma, Vol.15 No.1 Pebruari 2011 hlm.11 18 11 ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA Bahriddin Abapihi 1) 1) Jurusan Matematika FMIPA, Universitas Haluoleo,

Lebih terperinci

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali Jurnal Matematika Vol. 6 No. 1, Juni 2016. ISSN: 1693-1394 Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali I Gusti Ayu Made Srinadi Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Ronny Susetyoko, Elly Purwantini Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

Oleh: Agus Mohamad Soleh. Departemen Statistika FMIPA IPB. Abstrak

Oleh: Agus Mohamad Soleh. Departemen Statistika FMIPA IPB. Abstrak Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 Analisis Diskriminan Linier untuk Klasifikasi Komponen Obat Bahan Alam Berdasarkan Spektrum Inframerah. Studi Kasus :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas pengertian metode klasifikasi berstruktur pohon, konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma CHAID, keakuratan dan kesalahan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran?? TINJAUAN PUSTAKA Data Disagregat dan Agregat Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dibedakan atas data internal dan data eksternal. Data internal berasal dari lingkungan sendiri sedangkan data eksternal

Lebih terperinci

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Multikolinearitas yang tinggi diantara peubah-peubah bebas,

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

SVM untuk Regresi. Machine Learning

SVM untuk Regresi. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar

Lebih terperinci

aljabar geo g metr me i

aljabar geo g metr me i Pertemuan 12 & 13 ANALIS KOMPONEN UTAMA & FUNGSI DISCRIMINAN Obyektif : Reduksi variabel Interpretasi Aplikasi AKU dalam Anls Regresi Discrimination Fisher and Classification Classification with two Multivariate

Lebih terperinci

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 i BEBERAPA METODE PENDUGAAN JUMLAH KOMPONEN DALAM CAMPURAN SENYAWA KIMIA MURDAN ALFA SATYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1 Fast Fourier Transform (FFT) Dalam rangka meningkatkan blok yang lebih spesifik menggunakan frekuensi dominan, akan dikalikan FFT dari blok jarak, dimana jarak asal adalah: FFT = abs (F (u, v)) = F (u,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR Jur. Ris. & Apl. Mat. I (207), no., xx-xx Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 258-054 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO

KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO KAJIAN PENGARUH NOISE DALAM ANALISIS KOMPONEN UTAMA UNTUK PEUBAH-PEUBAH YANG BERKORELASI FAJRIANZA ADI NUGRAHANTO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR DAN ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PRODUK SUSU BALITA DENGAN GRAFIK KENDALI Z-MR

PENERAPAN ANALISIS FAKTOR DAN ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PRODUK SUSU BALITA DENGAN GRAFIK KENDALI Z-MR PENERAPAN ANALISIS FAKTOR DAN ANALISIS DISKRIMINAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PRODUK SUSU BALITA DENGAN GRAFIK KENDALI Z-MR Inge Ratih Puspitasari, Hendro Permadi, dan Trianingsih Eni Lestari Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis regresi multilevel, model regresi dua level, model regresi tiga

Lebih terperinci

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS)

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS) BAB. IX ANALII REGREI FAKTOR (REGREION FACTOR ANALYI) 9. PENDAHULUAN Analisis regresi faktor pada dasarnya merupakan teknik analisis yang mengkombinasikan analisis faktor dengan analisis regresi linier

Lebih terperinci

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015, Halaman 697-704 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL

Lebih terperinci

MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG

MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG MATRIKS PASCAL DAN SIFAT-SIFATNYA YOGIE BUDHI RANTUNG DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa teori pendukung yang digunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa teori pendukung yang digunakan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa teori pendukung yang digunakan dalam proses analisis klaster pada bab selanjutnya. 2.1 DATA MULTIVARIAT Data yang diperoleh dengan mengukur

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE WARD DAN AVERAGE LINKAGE SKRIPSI

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE WARD DAN AVERAGE LINKAGE SKRIPSI PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE WARD DAN AVERAGE LINKAGE SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Sri Siska Wirdaniyati 1), Edy Widodo ) 1) Mahasiswa Prodi

Lebih terperinci

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

SELEKSI PEUBAH DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN PROCRUSTES ACHMAD MUSLIM

SELEKSI PEUBAH DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN PROCRUSTES ACHMAD MUSLIM SELEKSI PEUBAH DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN PROCRUSTES ACHMAD MUSLIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA BEBERAPA METODE KLASIFIKASI HASIL REDUKSI DATA BERDIMENSI TINGGI

PERBANDINGAN KINERJA BEBERAPA METODE KLASIFIKASI HASIL REDUKSI DATA BERDIMENSI TINGGI ISSN 1858-4667 JURNAL LINK Vol 16/No. 1/Februari 212 PERBANDINGAN KINERJA BEBERAPA METODE KLASIFIKASI HASIL REDUKSI DATA BERDIMENSI TINGGI Ronny Susetyoko 1, Elly Purwantini 2 1,2 Departemen Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya)

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya) (M.2) ANALISIS BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR PADA MASYARAKAT MISKIN ANTAR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 1 11. IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Aswin Bahar, Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak. Pernikahan dini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 529-536 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS VARIAN PERCOBAAN FAKTORIAL DUA FAKTOR RAKL DENGAN METODE

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 507 516. PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Juliarti Hardika,

Lebih terperinci

REDUKSI DIMENSI INPUT PADA JARINGAN SYARAF PCA-RBF DENGAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION

REDUKSI DIMENSI INPUT PADA JARINGAN SYARAF PCA-RBF DENGAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION REDUKSI DIMENSI INPUT PADA JARINGAN SYARAF PCA-RBF DENGAN SINGULAR VALUE DECOMPOSITION Abdul Hakim Maulana, Oni Soesanto, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Email:

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G

ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU. Oleh : Heru Novriyadi G ANALISIS KORELASI KANONIK ANTARA CURAH HUJAN GCM DAN CURAH HUJAN DI INDRAMAYU Oleh : Heru Novriyadi G4004 PROGRAM STUDI STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

(M.6) FUZZY C-MEANS CLUSTERING DENGAN ANALISIS ROBUST

(M.6) FUZZY C-MEANS CLUSTERING DENGAN ANALISIS ROBUST (M.6) FUZZY C-MEANS CLUSTERING DENGAN ANALISIS ROBUST 1Nor Indah FitriyaNingrum, 2 Suwanda, 3 Anna Chadidjah 1Mahasiswa JurusanStatistika FMIPA UniversitasPadjadjaran 2Jurusan Statistika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik

Kata Kunci: Analisis Regresi Linier, Penduga OLS, Penduga GLS, Autokorelasi, Regresor Bersifat Stokastik Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 168 176 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN PENDUGA ORDINARY LEAST SQUARES (OLS) DAN GENERALIZED LEAST SQUARES (GLS) PADA MODEL REGRESI

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI

ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA UNTUK MENGATASI MASALAH MULTIKOLINIERITAS SKRIPSI LEONARDO SILALAHI 070803049 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

BAB III METODE POHON KLASIFIKASI QUEST

BAB III METODE POHON KLASIFIKASI QUEST BAB III METODE POHON KLASIFIKASI QUEST 3.1 Metode Berstruktur Pohon Istilah pohon dalam matematika dikenal dalam teori graf. Pertama kali konsep pohon digunakan oleh Gustav Kirchhoff (184-1887) dalam bidang

Lebih terperinci

Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi. Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception

Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi. Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception Jurnal EKSPONENSIAL Volume, Nomor, Mei ISSN 85-89 Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception Fitriani, Rito Goejantoro, dan Darnah Andi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar, definisi-definisi serta teorema

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar, definisi-definisi serta teorema II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar, definisi-definisi serta teorema yang berkaitan dalam hal pendugaan parameter pada model linier campuran ini, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

Jurnal Gradien Vol. 10 No. 1 Januari 2014 : 957-962 Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface * Henoh Bayu Murti, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION DENGAN SOFTWARE R

PEMODELAN PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION DENGAN SOFTWARE R PEMODELAN PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION DENGAN SOFTWARE R Margaretha Ohyver Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE KDDA MENGGUNAKAN KERNEL RBF, KERNEL POLINOMIAL DAN METODE PCA UNTUK PENGENALAN WAJAH AKIBAT VARIASI PENCAHAYAAN ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE KDDA MENGGUNAKAN KERNEL RBF, KERNEL POLINOMIAL DAN METODE PCA UNTUK PENGENALAN WAJAH AKIBAT VARIASI PENCAHAYAAN ABSTRAK PERBANDINGAN METODE KDDA MENGGUNAKAN KERNEL RBF, KERNEL POLINOMIAL DAN METODE PCA UNTUK PENGENALAN WAJAH AKIBAT VARIASI PENCAHAYAAN Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

METODE PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA

METODE PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 169 174. METODE PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA Romika Indahwati,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Persamaan regresi linear berganda dapat dinyatakan dalam bentuk matriks. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan matematis dari

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI TINGGI GENANGAN BANJIR DI KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMODELAN DAN SIMULASI TINGGI GENANGAN BANJIR DI KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMODELAN DAN SIMULASI TINGGI GENANGAN BANJIR DI KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Penyusun Tugas Akhir : Ratri Enggar Pawening/5107100613 Pembimbing I Dr. Ir. Joko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi pertama kali dikembangkan oleh Sir Francis Galton pada abad ke-19. Analisis regresi dengan satu peubah prediktor dan satu peubah

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPONEN UTAMA PADA PENERAPAN APLIKASI PEMBELAJARAN METODE GLENN DOMAN

ANALISIS KOMPONEN UTAMA PADA PENERAPAN APLIKASI PEMBELAJARAN METODE GLENN DOMAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA PADA PENERAPAN APLIKASI PEMBELAJARAN METODE GLENN DOMAN Anik Rufaidah 1, Muhamad Afif Effindi 2 1 Program Studi Teknik Industri, 2 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Matriks 1. Pengertian Matriks Definisi II.A.1 Matriks didefinisikan sebagai susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan yang diatur dalam baris dan kolom. Contoh II.A.1: 9 5

Lebih terperinci

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR)

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR) 25 BAB III (MSAR) 3.1 Model Markov Switching Autoregressive Model runtun waktu Markov Switching Autoregressive adalah salah satu model runtun waktu yang merupakan perluasan dari model Autoregressive (AR).Ide

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS REGRESI

BAB IX ANALISIS REGRESI BAB IX ANALISIS REGRESI 1. Model Analisis Regresi-Linear Analisis regresi-linear adalah metode statistic yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antarsifat permasalahan yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 1-5 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA NI WAYAN

Lebih terperinci

Support Vector Machine

Support Vector Machine MMA10991 Topik Khusus Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Berikut ini adalah beberapa definisi dan teorema yang menjadi landasan dalam penentuan harga premi, fungsi permintaan, dan kesetimbangannya pada portfolio heterogen. 2.1 Percobaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, kerangka berpikir diarahkan untuk mendapatkan konsep-konsep penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang ada sehingga dapat dijadikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Linear Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai berikut : Y i = β 0 + X i1 β 1 + X i2 β 2 + + X ip β p +ε i ; i = 1,2,, n bila dirinci

Lebih terperinci

Analisis Regresi Nonlinear (I)

Analisis Regresi Nonlinear (I) 9 Oktober 2013 Topik Inferensi dalam Regresi Nonlinear Contoh Kasus Regresi linear berganda secara umum sesuai untuk kebanyakan kasus. Namun, banyak kasus peubah respons dan bebas berhubungan melalui fungsi

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh: 5 II LANDASAN TEORI 2.1 Keterkontrolan Untuk mengetahui persoalan sistem kontrol mungkin tidak ada, jika sistem yang ditinjau tidak terkontrol. Walaupun sebagian besar sistem terkontrol ada, akan tetapi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian hipotesis, metode klasifikasi berstruktur pohon, metode-metode statistika yang menjadi dasar pada metode QUEST, dan algoritme QUEST..1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan

Lebih terperinci