BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Persamaan regresi linear berganda dapat dinyatakan dalam bentuk matriks. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan matematis dari analisis regresi ganda tersebut. Untuk itu akan dibahas beberapa hal mengenai matriks. Definisi 2.1 Matriks Matriks (Ruminta, 2009) adalah himpunan skalar yang disusun/dijajarkan secara khusus dalam bentuk baris dan kolom sehingga membentuk empat persegi panjang atau persegi. Suatu matriks A berukuran m n didefinisikan sebagai susunan angka-angka dengan m baris dan n kolom, yang anggotanya a ij dimana a terletak pada baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks A tersebut. Matriks A dapat dituliskan sebagai berikut : Definisi 2.2 Transpos Matriks a 11 a 12 a 1n a 21 a 22 a 2n A (mxn) = [ ] a m1 a m2 a mn Jika A adalah sembarang matriks m n, maka transpos A dinyatakan dengan A T, didefinisikan sebagai matriks n m yang didapatkan dengan mempertukarkan baris dan kolom dari A; yaitu, kolom pertama dari A T adalah baris pertama dari A, kolom kedua dari A T adalah baris kedua dari A dan seterusnya. 6

2 7 Jika a 11 a 12 a 1n a 21 a 22 a 2n A (mxn) = [ ] = [a ij ] a m1 a m2 a mn maka: Definisi 2.3 Matriks Persegi a 11 a 21 a n1 A T a 12 a 22 a n2 (mxn) = [ ] = [a ji ] a 1m a 2m a nm Matriks persegi adalah matriks yang memiliki baris dan kolom yang sama banyak atau matriks yang berukuran n n. Definisi 2.4 Trace Matriks Jika A adalah suatu matriks persegi, maka trace A dinyatakan dengan tr(a), didefinisikan sebagai jumlah anggota-anggota pada diagonal utama A, yaitu: tr(a) = n i=1 a ii (2.1) Trace A tidak terdefinisi jika A bukan matriks persegi. Definisi 2.5 Invers Matriks Jika A adalah suatu matriks persegi, maka invers dari A dinyatakan dengan simbol A 1, sehingga AA 1 = A 1 A = I, dimana I adalah matriks identitas. Sifat-sifat invers matriks: 1. Jika A non singular maka A 1 non singular, dan (A 1 ) 1 = A 2. Jika A dan B matriks persegi berukuran sama dan non singular maka AB non singular dan (AB) 1 = B 1 A 1 3. Jika A non singular maka A T non singular dan (A T ) 1 = (A 1 ) T

3 8 2.2 Nilai Eigen dan Vektor Eigen Eigen dalam bahasa Jerman berarti asli, jadi nilai eigen adalah nilai asli atau nilai karakteristik. Jika A adalah sebuah matriks n n, maka sebuah vektor tak nol x pada R n disebut vektor eigen (eigenvector) dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x yakni: Ax = λ x (2.2) untuk suatu skalar λ. Skalar λ disebut nilai eigen (eigenvalue) dari A, dan x dinamakan vektor eigen dari A yang bersesuaian dengan λ (Anton, 2005). Untuk memperoleh nilai eigen dari matriks A yang berukuran n : a 11 a 12 a 1n a 21 a 22 a 2n A (nxn) = [ ], I (nxn) = a m1 a m2 a mn [ x 1 0 x 2 0, x = x 3 1 ] [ x n ] Ax = λ x, x 0 Ax = λ Ix Ax λ Ix = 0 (A λ I)x = 0 (2.3) Agar λ dapan menjadi nilai eigen, harus terdapat satu solusi tak nol dari persamaan 2.3. Persamaan ini memiliki solusi tak nol jika dan hanya jika x 0, A λ I = 0 Persamaan ini disebut persamaan karakteristik matriks A, skalar-skalar yang memenuhi persamaan ini adalah nilai-nilai eigen A. Nilai λ diperoleh dengan menyelesaikan persamaan karakteristik A λ I = 0. A λ I = 0

4 9 a 11 λ a 12 a 1n a 21 a 22 λ a 2n = 0 a m1 a m2 a mn λ Jika nilai eigen λ n disubstitusi pada persamaan (A λ I)x = 0, maka vektor eigen adalah solusi dari (A λ n I)x n = Ukuran Pemusatan dan Penskalaan (Centering and Scaling) Pemusatan dan penskalaan data merupakan bagian dari pembakuan (standardized) peubah. Hal ini dilakukan untuk meminimumkan kesalahan pembulatan dalam perhitungan dan menjadikan satuan koefisien regresi dapat dibandingkan (Neter et al, 1997). Pemusatan merupakan perbedaan antara masing-masing pengamatan dengan rata-rata dari semua pengamatan untuk peubah. Sedangkan penskalaan meliputi gambaran pengamatan pada kesatuan (unit) standar deviasi dari pengamatan untuk peubah. Dalam persamaan regresi yang memiliki model : Y i = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 2i + + β k X ki + ε i (2.4) Persamaan tersebut di atas dapat dibentuk menjadi : Y i = β 0 + β 1 (X 1i X 1 ) + β 1 X 1 + β 2 (X 2i X 2 ) + β 2 X β k (X ki X k ) + β k X k + ε i Y i = (β 0 + β 1 X 1 + β 2 X β k X k ) + β 1 (X 1i X 1 ) + β 2 β 2 (X 2i X 2 ) + + β k (X ki X k )+ε i (2.5) Berdasarkan rumus untuk mendapatkan β 0 : β 0 = Y β 1 X 1 β 2 X 2 β k X k (2.6) maka berlaku : Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X β k X k (2.7) sehingga dari persamaan (2.5) :

5 10 Y i = (β 0 + β 1 X 1 + β 2 X β k X k ) + β 1 (X 1i X 1 ) + β 2 (X 2i X 2 ) + + β k (X ki X k )+ε i Y i (β 0 + β 1 X 1 + β 2 X β k X k ) = β 1 (X 1i X 1 ) + β 2 (X 2i X 2 ) + + β k (X ki X k )+ε i Y i Y = β 1 (X 1i X 1 ) + β 2 (X 2i X 2 ) + + β k (X ki X k )+ε i (2.8) jika : y i = Y i Y x ki = X ki X k maka didapatkan persamaan baru : y i = β 1 x 1i + β 2 x 2i + + β k x ki + ε i (2.9) Prosedur untuk membentuk persamaan pertama menjadi persamaan terakhir disebut dengan prosedur pemusatan (Centering). Prosedur ini mengakibatkan hilangnya β 0 (intercept) yang membuat perhitungan untuk mencari model regresi menjadi lebih sederhana. Bila dari persamaan (2.9) dibentuk persamaan : Y i = β 1 Z 1i + β 2 Z 2i + + β k Z ki + ε i (2.10) dengan: Y i = y i S y = Y i Y S y Z ki = x ki S k = X ki X k S k maka prosedur ini disebut dengan prosedur Scaling atau penskalaan (Chatterjee, 2006). Hubungan penduga parameter regresi dalam model standarisasi dengan penduga parameter regresi dalam model awal adalah: β 1 = β 1 ( S y S 1 ) β 2 = β 2 ( S y S 2 ) (2.11)

6 11 dimana: β k = β k ( S y S k ) β 0 = y β 1x 1 β 2x 2 β kx k S y = n i=1 (y i y ) 2 n 1 ; S k = n i=1 (x ki x k )2 n 1, k = 1,, p dengan: β k β k S y S k = penduga parameter regresi dalam model awal = penduga parameter regresi dalam model standarisasi = galat baku dari data awal Y = galat baku dari data awal X ke-k 2.4 Regresi Linear Berganda Analisis regresi merupakan alat statistik yang memanfaatkan hubungan antara dua atau lebih peubah kuantitatif sehingga salah satu peubah bisa diramalkan dari peubah-peubah lainnya (Neter et al, 1997). Pada analisis regresi akan dihasilkan sebuah model regresi. Model regresi merupakan suatu cara formal untuk mengekspresikan dua unsur penting suatu hubungan statistik, yaitu suatu kecenderungan berubahnya peubah tidak bebas Y secara sistematis sejalan dengan berubahnya peubah bebas X dan perpencaran titik-titik di sekitar kurva hubungan statistik itu. Selain melihat pola hubungan antar peubah, analisis regresi juga bertujuan untuk melihat kontribusi relatif dari masing-masing peubah bebas terhadap peubah tak bebas dan melakukan prediksi terhadap nilai dari peubah tak bebas dari peubah bebas yang diketahui.

7 12 Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam metode regresi linear terdapat hubungan linear antara peubah tak bebas Y dengan peubah bebas X, galat (ε) menyebar normal dengan nilai tengah 0 dan ragam konstan σ 2, dan tidak teradapat korelasi antar sisaan (Montgomery, 1992). Selain itu pada analisis regresi linear berganda terdapat asumsi yang harus dipenuhi yaitu tidak terjadi multikolinearitas. Analsis regresi linear yang melibatkan lebih dari satu peubah bebas dinamakan analsis regresi linear berganda. Model umum dari regresi linear berganda seperti persamaan (1.2): dimana: Y i = β 0 + β 1 X 1i + β 2 X 2i + + β k X ki + ε i Y β = nilai amatan dari peubah tak bebas; = parameter regresi atau koefisien regresi; X = peubah bebas yang diketahui nilainya; N ; 2 ε = sisaan yang saling bebas dan menyebar normal : 0, i = 1, 2,, n Persamaan regresi linear berganda dapat dinyatakan dalam notasi matriks. Notasi matriks adalah bentuk perluasan dari model regresi linear secara umum. Notasi matriks dijabarkan dengan tujuan aljabar matriks dapat mengindikasikan langkah-langkah penting dalam menemukan solusi. Berikut ini adalah notasi matriks dalam model regresi linear: Y nx1 = X nxp β px1 + ε nx1 (2.12)

8 13 dengan notasi matriks: Y y1 y2, yn X x x x n1 x x x n2 x1 p x 2 p, xnp 0 1, p 1 2 n Keterangan: Y = vektor peubah tak bebas β = vektor koefisien regresi X = matriks peubah bebas ε = vektor peubah acak (sisaan) dan menyebar normal : Dengan demikian nilai harapan vektor acak Y yaitu: E{Y} = Xβ Tabel 2.1 Tabel ANOVA Model Linear Umum Sumber Keragaman Regresi 2 N 0, db JK KT p JKR = β X Y ( 1 n ) Y JY ; KTR = JKR/(p) Galat n-p-1 JKG = Y Y β X Y KTG = JKG/(n p 1) Total n-1 JKT = Y Y ( 1 n ) Y JY Uji Hipotesis pada Regresi Linear Berganda Setelah dilakukan pendugaan parameter dengan menggunakan metode kuadrat terkecil akan didapatkan sebuah model yang menjelaskan hubungan antara peubah tak bebas dengan peubah-peubah bebas. Kemudian akan dilakukan pengujian hipotesis untuk menguji kecocokan model.

9 14 1. Uji F (Uji Signifikansi Model) Uji F digunakan untuk menggambarkan adanya hubungan linear antara peubah tak bebas Y dengan peubah bebas X 1 X k secara simultan dengan hipotesis: H 0 : β 1 = β 2 = = β k = 0 H 1 : β j 0 minimal untuk satu nilai j, j=1,2,...,k Penolakan hipotesis H 0 : β j = 0 menunjukkan bahwa terdapat minimal satu peubah bebas X 1 X k yang mempunyai kontribusi yang signifikan pada model. Digunakan statistik uji (Neter et al, 1997): F 0 = SSR/k = MSR = KTR SSE/(n k 1) MSE KTG (2.12) Dengan kaidah keputusan: Jika F 0 F (α,k,n k 1) maka terima H 0 Atau Jika F 0 > F (α,k,n k 1) maka tolak H 0 Jika Pvalue < α maka tolak H 0 Jika Pvalue > α maka terima H 0 2. Uji t (Uji Individu Koefisien Regresi) Uji t digunakan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masingmasing peubah bebas secara individu terhadap peubah tak bebas. Dengan hipotesis: H 0 : β j = 0

10 15 H 1 : β j 0 Digunakan statistik uji (Neter et al, 1997): t 0 = β j Se(β j) (2.13) Dengan kaidah keputusan: Atau Jika t 0 tα 2,n k 1 maka terima H 0 Jika t 0 > tα 2,n k 1maka tolak H 0 Jika Pvalue < α maka tolak H 0 Jika Pvalue > α maka terima H Koefisien Determinasi Ganda Koefisien determinasi ganda (Neter et al, 1997) dilambangkan dengan R 2 yang didefinisikan sebagai: R 2 = JKR JKG = 1 JKT JKT (2.14) Koefisien ini memiliki sifat: 0 R 2 1 Koefisien determinasi ganda adalah proporsi besarnya keragaman data yang dapat diberikan atau diterangkan oleh model regresi. Makin dekat R 2 dengan 1 maka makin baik kecocokan data dengan model, dan sebaliknya, makin dekat R 2 dengan 0 maka makin buruk kecocokan data tersebut dengan model. Nilai R 2 biasa dinyatakan dalam persen, hal ini menunjukkan persentase keragaman data yang dapat diberikan oleh model regresi. Nilai R 2 yang besar belum tentu menyatakan bahwa model yang diperoleh merupakan model yang baik. Penambahan lebih banyak peubah bebas ke dalam model selalu menaikkan nilai

11 16 R 2 dan tidak pernah menurunkannya. Oleh karena itu, digunakan koefisien determinasi ganda terkoreksi yang dilambangkan dengan R a 2 dan didefinisikan sebagai: R a 2 = 1 JKG/(n p) JKT/(n 1) (2.15) 2.5 Metode Kuadrat Terkecil Metode pendugaan yang digunakan untuk menduga koefisien regresi dalam analisis regresi berganda adalah metode kuadrat terkecil. Metode ini (Neter et al, 1997) bertujuan untuk meminimumkan jumlah kuadrat dari galat. Vektor koefisien regresi dugaan β 0, β 1,, β p 1 akan dilambangkan sebagai berikut: b px1 = [ β 0 β 1 β p 1] Persamaan normal kuadrat terkecil bagi model regresi linear umum adalah: Dan penduga kuadrat terkecilnya adalah: X Xβ = X Y (2.16) β px1 = (X X) 1 pxp X Y px1 (2.17) Pada dasarnya X X mempunyai peranan penting dalam sifat-sifat penduga β dan sering menjadi faktor utama dalam kesuksesan atau kegagalan pedugaan kuadrat terkecil. Sifat penduga-penduga kuadrat terkecil yaitu tidak berbias dan mempunyai ragam minimum. Untuk membuktikan bahwa β merupakan penduga tak bias, dapat diperlihatkan sebagai berikut :

12 17 E(β ) = E[(X X) 1 X Y] = E[(X X) 1 X (Xβ + ε)] = E[{(X X) 1 X Xβ} + {(X X) 1 X ε}] = E[(X X) 1 X Xβ] + E[(X X) 1 X ε] = (X X) 1 X XE(β) + (X X) 1 X E(ε) = (X X) 1 X Xβ = Iβ = β Jadi β merupakan penduga tak bias bagi β. Selain tak bias, metode kuadrat terkecil menghasilkan penduga dengan ragam minimum. Hal ini dapat diperlihatkan apabila diambil sebuah penduga tak bias lain β, ragam dari penduga kuadrat terkecil β akan lebih kecil dari penduga β (var(β ) var(β )). 2.6 Multikolinearitas Istilah multikolinearitas pertama kali ditemukan oleh Ragnar Frisch pada tahun 1934 yang berarti adanya hubungan linear diantara beberapa atau semua peubah bebas dalam model regresi Pengertian Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara peubah-peubah bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linear. Dalam bentuk matriks, multikolinearitas adalah suatu kondisi buruk atau ill condition dari matriks X X. Jika multikolinearitas terjadi antara dua peubah atau lebih dalam suatu persamaan regresi, maka determinan dari matriks

13 18 X X akan mendekati 0 sehingga akan menyebabkan nilai matriks tersebut hampir singular yang mengakibatkan nilai dari penduga paremeternya tidak stabil. Dalam multikolinearitas terdapat dua jenis hubungan linear yang sempurna (multikolinearitas sempurna) dan hubungan linear kurang sempurna (multikolinearitas kurang sempurna). 1. Multikolinearitas Sempurna Untuk hubungan yang terdiri dari k peubah, mencakup peubah bebas X 1, X 2,, X k. Hubungan linear yang sempurna terjadi jika berlaku hubungan berikut: C 1 X 1 + C 2 X C k X k = 0 (2.18) dengan C 1, C 2,, C k merupakan bilangan konstan dan tidak seluruhnya nol atau paling tidak ada satu yang tidak sama dengan nol, yaitu C j 0 ( j = 1,2,..., k ). 2. Multikolinearitas Kurang Sempurna Istilah multikolinearitas digunakan dalam arti lebih luas, yaitu mencakup hubungan linear sempurna dan juga dimana peubah-peubah bebas X interkorelasi tetapi tidak sempurna seperti hubungan berikut: C 1 X 1 + C 2 X C k X k + ε i = 0 (2.19) dengan ε i : galat baku (standard error). Untuk mengetahui perbedaan antara multikolinearitas sempurna dan multikolinearitas kurang sempurna, dimisalkan C 2 0. Dapat ditunjukkan untuk setiap amatan ke-i persamaan (2.18) menjadi: X 2i = c 1 c 2 X 1i c 2 c 2 X 3i c k c 2 X ki (2.20)

14 19 yang menunjukkan bagaimana peubah bebas X 2i berhubungan linear secara sempurna dengan peubah lainnya secara keseluruhan atau bagaimana hubungan tersebut dapat diturunkan dari suatu hubungan linear antara peubah bebas-peubah bebas lainnya. Diasumsikan C 2 0, maka setiap amatan ke-i pada persamaan (2.19) menjadi X 2i = c 1 c 2 X 1i c 2 c 2 X 3i c k c 2 X ki 1 c 2 ε i (2.21) Persamaan diatas menunjukkan bahwa X 2i tidak berhubungan linear sempurna dengan peubah lainnya, sebab masih tergantung pada galat baku (ε i ) (Sumodiningrat, 2002) Konsekuensi Multikolinearitas Terdapat beberapa masalah penting yang sering muncul apabila peubahpeubah bebas yang disertakan ke dalam model regresi berkorelasi satu sama lain (Neter et al, 1997) : 1. Pemasukan atau pengeluaran peubah bebas mengubah koefisien regresi. 2. Jumlah kuadrat ekstra yang berasal dari suatu peubah bebas berubah-ubah, bergantung pada peubah bebas mana yang sudah ada di dalam model. 3. Galat baku dugaan koefisien-koefisien regresi menjadi besar bila peubahpeubah bebas di dalam model regresinya saling berkorelasi tinggi satu sama lain. 4. Secara individual koefisien-koefisien regresi dugaan mungkin tidak nyata secara statistik walaupun tampak jelas adanya hubungan statistik antara peubah tidak bebas dengan peubah-peubah bebas.

15 20 Masalah-masalah ini juga bisa muncul meskipun tidak terdapat multikolinearitas, namun hanya dalam situasi yang sangat langka yang jarang ditemui dalam praktek Mendeteksi Adanya Multikolinearitas Menurut Neter et al (1997) terdapat beberapa diagnostik informal yang sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya multikolinearitas di samping diagnostik formal yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Indikasi adanya masalah multikolinearitas yang serius ditunjukkan oleh diagnostik-diagnostik informal sebagai berikut: 1. Terjadi perubahan besar pada koefisien regresi dugaan bila suatu peubah bebas ditambahkan atau dibuang, atau bila suatu amatan diubah atau dibuang. 2. Uji-uji individu terhadap koefisien regresi bagi peubah-peubah bebas penting memberikan hasil yang tidak nyata. 3. Tanda koefisien regresi dugaan yang diperoleh bertentangan dengan yang diharapkan berdasarkan pertimbangan teoritis atau pengalaman sebelumnya. 4. Koefisien korelasi sederhana yang besar antara pasangan-pasangan peubah bebas di dalam matriks korelasi r xx. 5. Selang kepercayaan yang lebar bagi koefisien regresi peubah yang penting. Menurut Montgomery dan Peck (1991) langkah yang paling sederhana untuk mengukur adanya multikolinearitas adalah dengan melakukan pemeriksaan terhadap elemen-elemen di luar diagonal r ij (i j) dalam matriks korelasi X X, yang mana kolom dari X adalah hasil dari pemusatan dan penskalaan dari matriks X.

16 21 Jika peubah bebas X i dan X j mempunyai hubungan linear yang erat, maka r ij yang mengindikasikan korelasi berpasangan dari peubah-peubah bebas akan mendekati satu. Apabila dua peubah mempunyai nilai r ij = 0 berarti antara dua peubah tidak terdapat hubungan, tetapi jika dua peubah mempunyai r ij = +1 atau r ij = 1 maka kedua peubah tersebut mempunyai hubungan sempurna. Menurut Budiono dan Koster (2002), arti koefisien korelasi r ij adalah sebagai berikut: a. Jika 0,7 < r ij < 0,9 atau 0,9 < r ij < 0,7 maka terdapat kolinearitas sangat kuat b. Jika 0,5 < r ij < 0,7 atau 0,7 < r ij < 0,5 maka terdapat kolinearitas kuat c. Jika 0,3 < r ij < 0,5 atau 0,5 < r ij < 0,3 maka terdapat kolinearitas lemah d. Jika 0 < r ij < 0,3 atau 0,3 < r ij < 0 maka terdapat kolinearitas sangat lemah Metode informal yang dijelaskan diatas memiliki sejumlah keterbatasan. Metode ini tidak memberikan ukuran kuantitatif mengenai dampak multikolinearitas. Keterbatasan lain metode diagnostik informal adalah adakalanya perilaku yang teramati terjadi tanpa adanya multikolinearitas antar peubah bebas. Oleh karena itu perlu dilakukan diagnostik formal dalam mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu Variance Inflation Factors (VIF). Suatu metode formal untuk mendeteksi adanya multikolinearitas pada regresi linear berganda adalah Variance Inflation Factors (VIF). VIF menunjukkan seberapa besar ragam koefisien regresi dugaan membesar di atas nilai idealnya, yaitu dimana diantara peubah-peubah bebasnya tidak terjadi korelasi linier (Neter et al, 1997).

17 22. VIF j = (1 R 2 j ) 1 (2.22) disebut sebagai Variance Inflation Factors (VIF) pada setiap bagian (untuk setiap 2 peubah bebas-j) dalam model. R j merupakan koefisien determinasi ganda dengan meregresikan x j dengan p-1 peubah bebas lainnya. Adapun batasan yang biasa digunakan untuk menyatakan bahwa peubah bebas sudah tidak terlibat dalam masalah multikolinearitas adalah 10 atau 5, tergantung kepada keputusan peneliti. Pada penelitian ini batasan yang dipilih peneliti adalah 5 agar lebih meyakinkan bahwa peubah-peubah bebas yang terlibat dalam model tidak terlibat dalam masalah multikolinearitas. Apabila terdapat satu atau lebih nilai VIF yang lebih besar dari batasan yang digunakan maka dapat disimpulkan terjadi masalah multikolinearitas. Selain itu, VIF juga dapat membantu mengidentifikasi peubahpeubah bebas yang mana yang terlibat dalam masalah multikolinearitas. 2.7 Ordinary Ridge Regression Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menduga koefisien regresi dari model regresi linear berganda adalah metode kuadrat terkecil. Penduga kuadrat terkecilnya adalah: b px1 = (X X) 1 pxp X Y px1 Jika metode kuadrat terkecil diaplikasikan dalam data yang mengandung multikolinearitas maka dapat menyebabkan pendugaan koefisien regresi yang diperoleh tidak stabil dan tanda dari nilai dugaan koefisien regresi mungkin berbeda dengan tanda sebenarnya. Ini dikarenakan variansi yang dihasilkan besar yang juga mengakibatkan galatnya besar, sehingga metode kuadrat terkecil kurang

18 23 tepat untuk digunakan. Ordinary Ridge Regression merupakan salah satu cara untuk mengatasi multikolinearitas, tanpa membuang peubah bebas. Ordinary Ridge Regression diperkenalkan pertama kali oleh Hoerl dan Kennard [1970a,b]. Vektor dari penduga Ordinary Ridge Regression β R dibentuk dengan menambahkan konstanta bias positif yang kecil ke dalam persamaan normal kuadrat terkecil dengan X dan Y telah ditransformasi Centering dan Scaling: (X X + ki)β = X Y (2.24) sehingga penduga dari Ordinary Ridge Regression akan menjadi: β R = (X X + ki) 1 X Y (2.25) dimana k 0, jika k = 0 maka penduga Ordinary Ridge Regression akan bernilai sama dengan penduga kuadrat terkecil. Penduga ridge merupakan transformasi linear dari metode kuadrat terkecil saat: β R = (X X + ki) 1 X Y = (X X + ki) 1 (X X)β = Z k β (2.26) Oleh karena itu saat E(β R) = E(Z k β ) = Z k β, β R adalah penduga bias dari β. Oleh karena itu konstanta k sering disebut sebagai parameter bias (biasing parameter). Matriks kovarian dari penduga ordinary ridge (β R) adalah: V(β R) = σ 2 (X X + ki) 1 X X(X X + ki) 1 (2.27) Kuadrat tengah galat (MSE) dari penduga ridge (β R): MSE(β R) = Var (β R) + (bias dalam β R) 2

19 24 = σ 2 Tr[X X 1 X X(X X + ki) 1 ] + k 2 β (X X + ki) 2 β p λ j (λ j +k) 2 = σ 2 j=1 + k 2 β (X X + ki) 2 β (2.28) dimana λ 1, λ 2,, λ p adalah nilai eigen dari matriks X X. Persamaan p λ j (λ j +k) 2 σ 2 j=1 menyatakan jumlah dari ragam parameter-parameter pada β R dan k 2 β (X X + ki) 2 β menyatakan kuadrat dari bias. Jika k > 0, bias padaβ R meningkat seiring dengan kenaikan k. Sebaliknya, ragam menurun seiring kenaikan k. Ragam yang kecil pada penduga bias mengakibatkan β R menjadi penduga yang lebih stabil dibandingkan dengan penduga tak bias β (Montgomery, 1992). Pada Ordinary Ridge Regression, pemilihan nilai k berdasarkan pada nilai yang dapat mereduksi ragam lebih besar dibandingkan peningkatan kuadrat bias. Jika hal ini dapat dilakukan, maka MSE penduga ordinary ridge β R akan lebih kecil dibandingan dengan ragam dari penduga kuadrat terkecil β. Hoerl dan Kennard telah membuktikan bahwa terdapat sebuah nilai k 0 yang menyebabkan MSE dari β R lebih kecil dibandingkan ragam penduga kuadrat terkecil β, yang membuktikan bahwa β β terbatas. Jumlah kuadrat galatnya : SSE = (y Xβ R) (y Xβ R) = (y Xβ ) (y Xβ ) + (β R β )X X(β R β ) (2.29) (y Xβ ) (y Xβ ) merupakan jumlah kuadrat galat (SSE) dari penduga kuadrat terkecil β, dapat dilihat bahwa ketika nilai k meningkat, jumlah kuadrat galat (SSE) juga meningkat. Karena jumlah kuadrat total tetap, akibatnya R 2 menurun

20 25 seiring peningkatan k. Hal ini tidak terlalu menjadi masalah karena yang menjadi tujuan utama dari Ordinary Ridge Regression adalah mendapatkan penduga parameter yang stabil. Beberapa metode dalam menentukan nilai k (Chatterjee dan Hadi, 2006) adalah: 1. Fixed Point. Hoerl, Kennard, dan Baldwin (1975) mengusulkan menduga k dengan cara: k = pσ 2(0) p [β j (0)] 2 j=1 (2.30) dengan: r = jumlah peubah bebas β j(0) = penduga kuadrat terkecil untuk β j σ 2(0)= kuadrat tengah galat yang bersesuaian 2. Iterative Method. Hoerl dan Kennard (1976) menyarankan metode iteratif untuk memilih k. Dimulai dengan menduga k awal dalam persamaan (2.30). Nilai tersebut ditulis dengan k 0. Selanjutnya dihitung: k 1 = pσ 2(0) p [β j(k 0 )] 2 j=1 (2.31) selanjutnya gunakan k 1 untuk menghitung k 2 dimana: k 2 = pσ 2(0) p [β j(k 1 )] 2 j=1 (2.32) Ulangi proses ini hingga tidak ada perbedaan di antara kedua nilai k. 3. Ridge Trace. β j(k) sebagai fungsi dari k lebih mudah diamati dari ridge trace. Nilai k yang dipilih adalah nilai terkecil untuk memperoleh koefisien β j(k) yang stabil. Dalam memilih nilai k, jumlah kuadrat galat bernilai

21 26 minimum. Variance Inflation Factors, VIF j (k) juga bernilai kurang dari 5. VIF j (k) sebagai fungsi dari k merupakan unsur diagonal ke j dalam matriks (X X + ki) 1 X X(X X + ki) 1 (2.33) Contoh tampilan ridge trace dan plot VIF adalah sebagai berikut: Ridge Trace Standardized Betas Variables X1 X2 X3 X4 X K Gambar 2.1 Ridge Trace Data Kebutuhan Tenaga Kerja di 17 Rumah Sakit Angkatan Laut U.S

22 27 Variance Inflation Factor Plot VIF Variables X1 X2 X3 X4 X Gambar 2.2 Plot VIF Data Kebutuhan Tenaga Kerja di 17 Rumah Sakit Angkatan Laut U.S Penelitian sebelumnya oleh Wulandari (2011) menggunakan ridge trace dalam memilih nilai k K 2.8 Generalized Ridge Regression Hoerl dan Kennard (1970a) mengusulkan pengembangan dari prosedur Ordinary Ridge Regression yang memungkinkan terdapat parameter bias (k) berbeda untuk setiap peubah bebas. Prosedur ini disebut Generalized Ridge Regression. Pembahasan mengenai Generalized Ridge Regression akan lebih sederhana apabila dilakukan transformasi terhadap data sehingga peubah bebas menjadi peubah bebas yang orthogonal (Montgomery dan Peck, 1991). Pertama-tama, asumsikan bahwa Λ merupakan matriks p p dimana anggota dari diagonal utamanya merupakan nilai eigen (λ 1, λ 1,, λ p ) dari matriks X X dan jika T p p merupakan matriks orthogonal dari vektor eigen yang bersesuaian dengan λ, maka

23 28 T X XT = Λ (2.34) Misalkan Z = XT (2.35) dan α = T β (2.36) Maka model linear persamaan regresi menjadi y = Xβ + ε = (ZT )(Tα) + ε = Zα + ε (2.37) Penduga kuadrat terkecil dari α merupakan solusi dari (Z Z)α = Z y (2.38) yang setara dengan Λα = Z y (2.39) Maka penduga kuadrat terkecil menjadi α = Λ 1 Z y (2.40) Vektor penduga parameter awal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.36) yaitu β = Tα (2.41) Mengacu kepada persamaan (2.37) sebagai bentuk kanonik dari model, penduga generalized ridge merupakan solusi dari (Λ + K)α GR = Z y (2.42) dimana K merupakan matriks diagonal dengan anggota (k 1, k 2,, k p ). Koefisien generalized ridge pada model awal yaitu

24 29 β GR = Tα GR (2.43) Selanjutnya, pertimbangan untuk pemilihan parameter bias pada K berdasarkan pada nilai MSE. Kuadrat tengah galat (MSE) untuk generalized ridge regression yaitu MSE(β GR ) = E[(β GR β) (β GR β)] = E[(α GR α) (α GR α)] p λ j (λ j +k) 2 = σ 2 p λ j j=1 (λ j +k) 2 p α j 2 k j 2 + j=1 (2.44) (λ j +k) 2 σ 2 j=1 menyatakan jumlah dari ragam parameter yang diduga dan p α j 2 k j 2 j=1 menyatakan kuadrat dari bias. MSE diminimumkan dengan memilih (λ j +k) 2 k j = σ2 α 2, j = 1,2,, p (2.45) j Sayangnya k j optimal tergantung kepada parameter yang tidak diketahui yaitu σ 2 dan α j. Hoerl dan Kennard [1970a] menyarankan pendekatan iteratif untuk menentukan k j. Diawali dengan solusi kuadrat terkecil, didapatkan penduga awal untuk k j k j 0 = σ 2 α j2, j = 1,2,, p Pendugaan awal dari k j digunakan untuk menghitung pendugaan awal generalized ridge dari 0 α GR,j = (Λ + K 0 ) 1 Z y dimana K 0 = diag(k 0 1, k 0 2,, k 0 0 p ). Selanjutnya pendugaan awal α GR,j digunakan untuk menghitung pendugaan k j 1

25 30 k j 1 = σ 2 0 (α GR,j ) 2, j = 1,2,, p 1 1 Nilai k j ini dapat digunakan untuk menghitung pendugaan dari α GR,j dan seterusnya. Proses iterasi harus dilanjutkan hingga penduga parameter yang stabil didapatkan. Salah satu yang biasa digunakan untuk memastikan kestabilan yaitu kuadrat panjang vektor α GR α GR. Ketika kuadrat panjang vektor parameter yang diduga tidak mengalami perubahan yang signifikan dari iterasi i 1 ke iterasi i, maka hentikan proses iterasi. Setelah mendapatkan penduga koefisien regresi dari metode Generalized Ridge Regression, perlu dipastikan apakah peubah-peubah bebas yang terlibat dalam model sudah tidak terlibat masalah multikolinearitas dengan melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF). VIF j (K) sebagai fungsi dari K merupakan unsur diagonal ke j dalam matriks (X X + K) 1 X X(X X + K) 1 (2.46) Apabila nilai VIF dari masing-masing peubah bebas yang dalam hal ini merupakan unsur diagonal ke j dalam matriks persamaan (2.46) sudah lebih kecil dari 5, maka dapat dipastikan bahwa peubah-peubah bebas yang terlibat dalam model sudah tidak terlibat masalah multikolinearitas.

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua peubah atau lebih (Draper dan Smith, 1992).

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS e-jurnal Matematika Vol. 2, No. 1, Januari 2013, 54-59 PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS NI KETUT TRI UTAMI 1, I KOMANG GDE SUKARSA 2, I PUTU EKA NILA

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi linear, metode kuadrat terkecil, restriksi linear, multikolinearitas, regresi ridge, uang primer, dan koefisien

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

= parameter regresi = variabel gangguan Model persamaan regresi linier pada persamaan (2.2) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut:

= parameter regresi = variabel gangguan Model persamaan regresi linier pada persamaan (2.2) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan salah satu analisis statistik yang sering digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE RIDGE TRACE DAN VARIANCE INFLATION FACTORS (VIF) PADA REGRESI RIDGE SKRIPSI

PENGGUNAAN METODE RIDGE TRACE DAN VARIANCE INFLATION FACTORS (VIF) PADA REGRESI RIDGE SKRIPSI PENGGUNAAN METODE RIDGE TRACE DAN VARIANCE INFLATION FACTORS (VIF) PADA REGRESI RIDGE SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Bab ini akan membahas mengenai pengertian-pengertian dasar yang akan

BAB II KAJIAN TEORI. Bab ini akan membahas mengenai pengertian-pengertian dasar yang akan 5 BAB II KAJIAN TEORI Bab ini akan membahas mengenai pengertian-pengertian dasar yang akan digunakan sebagai landasan pembahasan mengenai model Seemingly Unrelated Regression (SUR). Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Tidak jarang dihadapkan dengan persoalaan yang melibatkan dua atau lebih peubah atau variabel yang ada atau diduga ada dalam suatu hubungan tertentu. Misalnya

Lebih terperinci

PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE

PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE SKRIPSI Disusun Oleh: HILDAWATI 24010211130024 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi,

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi, BAB II LANDASAN TEORI Beberapa teori yang diperlukan untuk mendukung pembahasan diantaranya adalah regresi linear berganda, pengujian asumsi analisis regresi, metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi

Lebih terperinci

KINERJA JACKKNIFE RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS

KINERJA JACKKNIFE RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS KINERJA JACKKNIFE RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS Hany Devita 1, I Komang Gde Sukarsa 2, I Putu Eka N. Kencana 3 1 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA - Universitas Udayana [Email: hanydevita92@gmail.com]

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Matriks 2.1.1 Matriks Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan dalam susunan itu disebut anggota dalam matriks tersebut. Suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan TINJAUAN PUSTAKA Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan memodelkan hubungan diantara peubah-peubah, yaitu peubah tak bebas (respon) dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, metode statistika telah banyak diterapkan pada berbagai bidang sebagai dasar bagi pengambilan keputusan / kebijakan.

Lebih terperinci

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 14, No. 1, 93-99, Juli 2017 Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Nurhasanah Abstrak Regresi berganda dengan peubah bebas saling berkorelasi (multikolinearitas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda TINJAUAN PUSTAKA Model Regresi Linier Ganda Hubungan antara y dan X dalam model regresi linier umum adalah y = X ß + e () dengan y merupakan vektor pengamatan pada peubah respon (peubah tak bebas) berukuran

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 71-81, Agustus 2001, ISSN : PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Multikolinearitas yang tinggi diantara peubah-peubah bebas,

Lebih terperinci

PERTURBASI NILAI EIGEN DALAM MENGATASI MULTIKOLINIERITAS

PERTURBASI NILAI EIGEN DALAM MENGATASI MULTIKOLINIERITAS PERTURBASI NILAI EIGEN DALAM MENGATASI MULTIKOLINIERITAS ANDI YUNI DEVIYANTI 1 ANDI KRESNA JAYA 2 DAN ANISA 3 Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi pertama kali dikembangkan oleh Sir Francis Galton pada abad ke-19. Analisis regresi dengan satu peubah prediktor dan satu peubah

Lebih terperinci

MENGATASI MULTIKOLINEARITAS MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

MENGATASI MULTIKOLINEARITAS MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) MENGATASI MULTIKOLINEARITAS MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) Laporan Praktikum ke-2 Disusun untuk Memenuhi Laporan Praktikum Analisis Regresi Lanjutan Oleh Nama : Faisyal Nim : 125090507111001

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER REGRESI RIDGE MENGGUNAKAN ITERASI HOERL, KENNARD, DAN BALDWIN (HKB) UNTUK PENANGANAN MULTIKOLINIERITAS

ESTIMASI PARAMETER REGRESI RIDGE MENGGUNAKAN ITERASI HOERL, KENNARD, DAN BALDWIN (HKB) UNTUK PENANGANAN MULTIKOLINIERITAS ESTIMASI PARAMETER REGRESI RIDGE MENGGUNAKAN ITERASI HOERL, KENNARD, DAN BALDWIN (HKB) UNTUK PENANGANAN MULTIKOLINIERITAS (Studi Kasus Pengaruh BI Rate, Jumlah Uang Beredar, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap

Lebih terperinci

Perturbasi Nilai Eigen dalam Mengatasi Multikolinearitas

Perturbasi Nilai Eigen dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 10, No. 1, 6-13, Juli 2013 Perturbasi Nilai Eigen dalam Mengatasi Multikolinearitas Andi Yuni Deviyanti 1, Andi Kresna Jaya 1, Anisa 1 Abstrak Multikolinieritas adalah salah satu pelanggaran asumsi

Lebih terperinci

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lebih terperinci

REGRESI BEDA DAN REGRESI RIDGE Ria Dhea Layla N.K 1, Febti Eka P. 2 1)

REGRESI BEDA DAN REGRESI RIDGE Ria Dhea Layla N.K 1, Febti Eka P. 2 1) REGRESI BEDA DAN REGRESI RIDGE Ria Dhea Layla N.K 1, Febti Eka P. 2 1) 1311105003 2) 1311106009 email: 1) riadhea0863@yahoo.co.id 2) febti08.10@gmail.com ABSTRAK Analisis regresi dalam statistika adalah

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan.

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. BAB II KAJIAN TEORI A. Matriks 1. Definisi Matriks Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Howard

Lebih terperinci

PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE

PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA MENGGUNAKAN REGRESI RIDGE ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 123-132 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder dengan jenis data bulanan mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 (bulan September).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Dalam ilmu statistika teknik yang umum digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua variabel atau lebih adalah analisa regresi linier. Regresi pertama

Lebih terperinci

Analisis Regresi 2. Multikolinier & penanganannya

Analisis Regresi 2. Multikolinier & penanganannya Analisis Regresi 2 Pokok Bahasan : Multikolinier & penanganannya TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat menjelaskan adanya multikolinieritas pada regresi linier berganda serta prosedur penanganannya

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Sri Siska Wirdaniyati 1), Edy Widodo ) 1) Mahasiswa Prodi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2 Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui deraat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain (Algifari, 997)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI RIDGE DAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS

PERBANDINGAN REGRESI RIDGE DAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS PERBANDINGAN REGRESI RIDGE DAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS 1) Irwan dan Hasriani 1) Dosen Pada Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Lebih terperinci

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA. Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP PENANGANAN MULTIKOLINEARITAS (KEKOLINEARAN GANDA) DENGAN ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Tatik Widiharih Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Multikolinearitas yang tinggi diantara peubah-peubah bebas,

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi STK 511 Analisis statistika Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi 1 Pendahuluan Kita umumnya ingin mengetahui hubungan antar peubah Analisis Korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antar

Lebih terperinci

Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka-Ambon ABSTRAK

Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka-Ambon ABSTRAK Jurnal Barekeng Vol. 8 No. 1 Hal. 31 37 (2014) MODEL REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI MODEL REGRESI LINIER BERGANDA YANG MENGANDUNG MULTIKOLINIERITAS (Studi Kasus: Data Pertumbuhan Bayi di Kelurahan Namaelo

Lebih terperinci

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi.

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi. 10 BAB II METODE ANALISIS DATA 2.1 Pengertian Regresi Berganda Banyak data pengamatan yang terjadi sebagai akibat lebih dari dua variabel, yaitu memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu

Lebih terperinci

ANALISIS GENERALIZED TWO STAGES RIDGE REGRESSION (GTSRR) UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN AUTOKORELASI BESERTA APLIKASINYA SKRIPSI

ANALISIS GENERALIZED TWO STAGES RIDGE REGRESSION (GTSRR) UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN AUTOKORELASI BESERTA APLIKASINYA SKRIPSI ANALISIS GENERALIZED TWO STAGES RIDGE REGRESSION (GTSRR) UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN AUTOKORELASI BESERTA APLIKASINYA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. principal component regression dan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG.

BAB II KAJIAN TEORI. principal component regression dan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG. BAB II KAJIAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas mengenai matriks, koefisien korelasi dan matriks korelasi, regresi linear berganda, metode kuadrat terkecil biasa, multikolinearitas, principal component

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini yaitu analisis regresi, analisis regresi multilevel, model regresi dua level, model regresi tiga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Pokok Bahasan Pengujian pada Regresi Ganda

Analisis Regresi 1. Pokok Bahasan Pengujian pada Regresi Ganda Analisis Regresi Pokok Bahasan Pengujian pada Regresi Ganda Model Regresi Linier Berganda Model Regresi Linier Berganda, dengan k peubah penjelas : Y β β X β X β X k k Parameter regresi sebanyak k+ diduga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Runtun Waktu Data runtun waktu (time series) merupakan data yang dikumpulkan, dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat berupa

Lebih terperinci

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS)

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS) BAB. IX ANALII REGREI FAKTOR (REGREION FACTOR ANALYI) 9. PENDAHULUAN Analisis regresi faktor pada dasarnya merupakan teknik analisis yang mengkombinasikan analisis faktor dengan analisis regresi linier

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Regresi Perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, namun perubahan nilai variabel itu dapat disebabkan oleh berubahnya variabel lain yang berhubungan

Lebih terperinci

LEAST SQUARE AND RIDGE REGRESSION ESTIMATION ABSTRAK ( ) = ( + ) Kata kunci: regresi linear ganda, multikolinearitas, regresi gulud.

LEAST SQUARE AND RIDGE REGRESSION ESTIMATION ABSTRAK ( ) = ( + ) Kata kunci: regresi linear ganda, multikolinearitas, regresi gulud. 1 LEAST SQUARE AND RIDGE REGRESSION ESTIMATION ABSTRAK Metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) merupakan suatu metode penaksiran koefisien regresi yang paling sederhana. Jika diantara

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DENGAN REGRESI RIDGE PADA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DENGAN REGRESI RIDGE PADA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI JAWA TENGAH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 1-10 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DENGAN REGRESI RIDGE PADA ANALISIS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian ini yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel. Pengujian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Linear Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai berikut : Y i = β 0 + X i1 β 1 + X i2 β 2 + + X ip β p +ε i ; i = 1,2,, n bila dirinci

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Nilai Matematika Nilai matematika dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang telah diberi nilai atau bobot. Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan atau cara yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Repeated Measurement Dalam repeated measurement setiap perlakuan menunjukkan pengukuran terhadap satu sampel (unit eksperimen ) atau beberapa sampel yang memiliki karakter sama

Lebih terperinci

Analisis Regresi 2. Multikolinier & penanganannya

Analisis Regresi 2. Multikolinier & penanganannya Analisis Regresi 2 Pokok Bahasan : Multikolinier & penanganannya TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat menjelaskan adanya multikolinieritas pada regresi linier berganda serta prosedur penanganannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak metode yang dapat digunakan untuk menganalisis data atau informasi pada suatu pengamatan. Salah satu metode statistik yang paling bermanfaat dan paling sering

Lebih terperinci

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda Pengantar Pada sesi sebelumnya kita hanya menggunakan satu buah X, dengan model Y = b 0 + b 1 X 0 1 Dalam banyak hal, yang mempengaruhi X bisa lebih dari satu.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 9 Bab 2 LANDASAN TEORI 21 Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel Pengujian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN REGRESI RIDGE DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

PERBANDINGAN METODE REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN REGRESI RIDGE DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA PERBANDINGAN METODE REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN REGRESI RIDGE DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Oleh La Ode Hajar Fotoro, Dr. Makkulau, S.Si., M.Si. 2, Rasas Raya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda adalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda adalah BAB LANDASAN TEORI Regresi Linier Berganda Bentuk umum persamaan regresi linier berganda adalah Y = b 0 + b X + b X + b 3 X 3 + + b k X k + e () dengan: Y = variabel respon b 0 = konstanta regresi b i

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yaitu variabel independen (prediktor) dan variabel dependen (respon) untuk mengetahui

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

KNM XVI 3-6 Juli 2012 UNPAD, Jatinangor

KNM XVI 3-6 Juli 2012 UNPAD, Jatinangor KNM VI - Juli 0 UNPAD, Jatinangor PERBANDINGAN REGRESI BERTATAR (STEPWISE REGRESSION) DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA (RKU) DALAM MENGATASI MULTIKOLINIERITAS PADA MODEL REGRESI LINIER BERGANDA MADE SUSILAWATI,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Persamaan Regresi Linear Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Analisis regresi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Suatu matriks didefinisikan dengan huruf kapital yang dicetak tebal, misalnya A,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Suatu matriks didefinisikan dengan huruf kapital yang dicetak tebal, misalnya A, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep-konsep Matriks Definisi Matriks Suatu matriks didefinisikan dengan huruf kapital yang dicetak tebal, misalnya A, B, X, Y. Elemen-elemen di dalamnya disebut skalar yang berasal

Lebih terperinci

Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Regresi Berganda Contoh Menguji hubungan linier antara variabel dependen (y) dan atau lebih variabel independen (x n ) Hubungan antara suhu warehouse dan viskositas cat dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Dalam ilmu statistika teknik yang umum digunakan untuk menganalisa hubungan anatara dua variabel atau lebih adalah analisa regresi linier. Regresi pertama digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan merupakan suatu uji dalam atau deretan uji baik menggunakan statistika deskripsi maupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Analisis Regresi Linier Analisis regresi merupakan teknik yang digunakan dalam persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Analisis regresi linier

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR di wilayah perkotaan ini dilakukan di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank ini dipilih

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

REGRESI LINIER BERGANDA. Debrina Puspita Andriani /

REGRESI LINIER BERGANDA. Debrina Puspita Andriani    / REGRESI LINIER BERGANDA 9 Debrina Puspita Andriani E-mail : debrina.ub@gmail.com / debrina@ub.ac.id Outline 03//04 Regresi Berganda : PENGERTIAN 3 Menguji hubungan linier antara variabel dependen (y) dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci

MATRIKS Nuryanto, ST., MT.

MATRIKS Nuryanto, ST., MT. MateMatika ekonomi MATRIKS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan dapat : 1. Pengertian matriks 2. Operasi matriks 3. Jenis matriks 4. Determinan 5. Matriks invers 6.

Lebih terperinci

BAB III METODE WEIGHTED LEAST SQUARE

BAB III METODE WEIGHTED LEAST SQUARE BAB III METODE WEIGHTED LEAST SQUARE 3.1 Uji White Salah satu asumsi dari model regresi linear klasik adalah varian error ε i pada setiap nilai variabel bebas adalah sama (konstan). Asumsi ini disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Matriks adalah himpunan bilangan real yang disusun secara empat persegi panjang, mempunyai baris dan kolom dengan bentuk umum : Tiap-tiap bilangan yang berada didalam

Lebih terperinci

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) 3.1 Data Spasial Data spasial memuat informasi tentang atribut dan informasi lokasi. Sedangkan data bukan spasial (aspatial data) hanya memuat informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi yang berarti peramalan, penaksiran, atau pendugaan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton (1822-1911) sehubungan dengan penelitiannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisa, penafsiran, dan penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI 214 MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI Astri Fitria Nur ani Aljabar Linear 1 1/1/214 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I MATRIKS DAN SISTEM PERSAMAAN A. Pendahuluan... 1 B. Aljabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Regresi Poisson telah mendapat banyak perhatian dalam literatur sebagai model untuk mendeskripsikan data hitungan yang mengasumsikan nilai bilangan bulat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1)

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1) STK511 Analisis Statistika Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1) Analisis Hubungan Jenis/tipe hubungan Ukuran Keterkaitan Skala pengukuran peubah Pemodelan Keterkaitan anang kurnia (anangk@apps.ipb.ac.id)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang paling populer dan luas pemakaiannya. Analisis regresi dipakai secara luas tak hanya oleh seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Analisis regresi merupakan salah satu metode analisis dalam statistika yang sangat familiar bagi kalangan akademis dan pekerja. Analisis regresi dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Objek dalam penelitian ini yaitu nilai tukar rupiah atas dollar Amerika

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS

PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS PENERAPAN METODE GENERALIZED RIDGE REGRESSION DALAM MENGATASI MASALAH MULTIKOLINEARITAS KOMPETENSI STATISTIKA [SKRIPSI] NI KETUT TRI UTAMI 0808405017 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci