BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai Nilai Fisik dan Sosial Vegetasi Pekarangan dalam Penurunan Konsentrasi Partikel Debu di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Juni hingga Agustus Pengambilan data lapangan dilaksanakan di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Analisis sampel partikel debu dilakukan di Laboratorium Air dan Udara SEAMEO Biotrop Bogor Jenis Data Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan serta dengan wawancara. Data sekunder dikumpulkan sebagai data penunjang Jenis data untuk mengetahui penurunan konsentrasi partikel debu Jenis-jenis data yang diperlukan untuk mengetahui penurunan konsentrasi partikel debu di udara diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran langsung di lapang. Pengukuran parameter vegetasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan keterkaitan antara parameter vegetasi dengan penurunan konsentrasi partikel debu. Parameter vegetasi yang diukur antara lain: luas proyeksi tajuk, Leaf Area Index (LAI) dan tinggi pohon seperti dijelaskan pada Tabel 1. Penentuan kriteria pohon dalam penelitian ini menggunakan hasil modifikasi rumusan yang dikemukakan oleh Wyatt-Smith (1963) diacu dalam Soerianegara dan Indrawan (2002) yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai sebuah batang utama dengan dahan dan ranting jauh di atas tanah serta berdiameter batang diatas 10 cm. Pengklasifikasian plot contoh berdasarkan tingkat kerindangan dilakukan secara visual dan memperhatikan nilai LAI terukur. Pengklasifikasian tingkat kerindangan secara visual dilakukan dengan mengamati secara umum keberadaan fisik pohon pada plot contoh (pekarangan). Semakin banyak jumlah dan jenis pohon yang terdapat dalam plot contoh pekarangan (semakin hijau) maka semakin rindang plot contoh tersebut. Pengklasifikasian tingkat kerindangan juga

2 18 dilakukan dengan mengkelompokkan nilai LAI, semakin besar nilai LAI maka semakin rindang plot contoh tersebut (Tabel 1). Tabel 1 Tabel kerindangan plot contoh dan pengukuran parameter vegetasi pada masing-masing plot contoh (500 m dan 1000 m) Plot Contoh Jenis Pohon Luas Proyeksi Tajuk LAI*) Tinggi Total Pohon K TR R SR Keterangan: K = Kontrol (tanpa vegetasi) TR = Tidak Rindang R = Rindang SR = Sangat Rindang *) LAI sebagai penentu klasifikasi kerindangan pekarangan. Hasil pengukuran konsentrasi partikel debu pencemar di udara diperoleh setelah dilakukan analisis di laboratorium, selain itu juga dilakukan pengukuran terhadap parameter meteorologi udara yang diduga mempengaruhi konsentrasi partikel debu pencemar di udara seperti dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2 Tabel konsentrasi partikel debu dan parameter meteorologi udara pada kedua jarak pengukuran Plot Contoh K TR R SR Konsentrasi Partikel Debu (µg/nm³) Suhu Udara (ºC) Parameter Fisik Udara Kelembaban Angin (% ) Kecepatan (m/s) Arah Data sekunder untuk menunjang hasil pengukuran konsentrasi partikel debu meliputi data kondisi lingkungan sebelum dilakukan penelitian sebagai data pembanding yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) PEMDA Bogor, jumlah rata-rata transportasi yang melintas sepanjang tahun 2008 dan 2009 di sekitar lokasi penelitian yang diperoleh dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) Bogor serta data series parameter meteorologi udara yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bogor Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat Jenis data yang dibutuhkan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap pentingnya fungsi RTH pekarangan diperoleh dengan cara meminta tanggapan

3 19 responden mengenai keberadaan RTH pekarangan yang berfungsi untuk mereduksi dampak partikel debu pencemar. Jenis data tersebut dijelaskan pada Tabel 3. Selain itu karakteristik sosial responden juga dicatat sebagai data pendukung (Tabel 4). Tabel 3 Jenis data untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap fungsi RTH pekarangan bagi kesehatan No. Parameter Jenis data Sumber data 1. Sikap terhadap lingkungan 1. Kondisi fisik lingkungan 2. Tingkat pencemaran udara 1. Responden, BMKG dan PEMDA Bogor 2. Pengamatan langsung dan PEMDA 2. Sikap terhadap keberadaan RTH 3. Sikap terhadap kondisi kesehatan 4. Sikap terhadap fungsi RTH bagi kesehatan 1. Pembangunan kawasan industry 2. Jenis-jenis RTH 3. Usaha pemerintah 4. Keberadaan pekarangan rumah 1. Kondisi kesehatan masyarakat 2. Jenis-jenis penyakit yang sering dialami 3. Pengaruh limbah dan transportasi 1. Partisipasi masyarakat dalam memelihara RTH 2. Kesadaraan akan pentingnya RTH Bogor 1. Responden, pemerintah setempat dan PEMDA Bogor 2. Responden dan pengamatan lapang 3. Responden, pemerintah setempat dan PEMDA Bogor 4. Responden dan pengamatan lapang 1. Responden dan puskesmas Kecamatan Gunung Putri 2. Responden dan puskesmas Kecamatan Gunung Putri 3. Responden dan DLLAJ Bogor 1. Responden dan pemerintah setempat 2. Responden dan pengamatan lapang Tabel 4 Pembagian kelompok untuk setiap variabel karakteristik sosial responden No Karakteristik Responden Kelompok 1. Umur tahun (remaja) tahun (dewasa muda) tahun (dewasa) > 55 tahun (tua/usia pensiun) 2. Pendidikan formal Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT/Akademi 3. Jenis pekerjaan Pelajar/mahasiswa Pegawai industri Wiraswasta PNS (Pegawai Negri Sipil) TNI/ABRI/POLRI Ibu rumah tangga Tidak/belum bekerja 4. Lama tinggal di lokasi penelitian Baru : < 5 tahun Sedang : 5-24 tahun Lama : > 24 tahun

4 20 Data sekunder untuk menunjang sikap masyarakat meliputi data geografi dan demografi Desa Gunung Putri yang diperoleh dari kantor desa setempat, Badan Pusat Statistik (BPS) Bogor dan PEMDA Kabupaten Bogor serta data kesehatan penduduk desa tersebut sepanjang tahun 2008 dan 2009 yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Gunung Putri Metode Pengambilan Data Penarikan sampel Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) metode penarikan sampel acak berkelompok (cluster sampling); (2) metode penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) dan (3) metode penarikan sampel acak berstrata (stratified sampling). Metode penarikan sampel acak berkelompok (cluster sampling) digunakan untuk menentukan daerah yang akan dijadikan lokasi penelitian. Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri dipilih karena merupakan kawasan padat perindustrian, pemukiman dan transportasi. Selain itu, Desa Gunung Putri juga berbatasan langsung dengan pabrik industri semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. diharapkan lokasi ini dapat mewakili kawasan industri secara keseluruhan. Kecepatan dan arah angin merupakan beberapa faktor meteorologi utama yang mempengaruhi distribusi pencemar (Sastrawijaya 1991), oleh karena itu kecepatan dan arah angin perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi wilayah penelitian. Arah angin rata-rata per 6 bulan kota Bogor pada tahun 2008 (BMKG 2009) berasal dari Barat Daya menuju Timur Laut. Pabrik industri semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. dijadikan sebagai titik acuan dalam menentukan daerah sampel karena pabrik ini merupakan daerah perbatasan wilayah Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Citeureup Bogor. Wilayah penelitian yang terpilih terletak pada arah Timur Laut dari titik acuan. Plot contoh merupakan RTH tipe pekarangan rumah dengan tingkat kerindangan vegetasi yang berbeda-beda. Metode penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) untuk menetapkan plot contoh yang akan digunakan, penetapan jarak plot contoh tidak ditentukan, namun setiap plot contoh berjarak linier terhadap pabrik yang dijadikan sebagai acuan dan searah dengan jalan besar (Gambar 3).

5 m 1000 m Gambar 3 Lokasi pengukuran konsentrasi partikel debu pencemar. Keterangan: = Titik acuan jarak plot contoh ; Letak Dust Air Sampler Kriteria Plot contoh : 1 = Kontrol/tanpa vegetasi (K) 2 = Tidak Rindang (TR) 3 = Rindang (R) 4 = Sangat Rindang (SR) Pertimbangan lain yang digunakan yaitu jarak pengukuran dari titik acuan. Jarak yang digunakan adalah 500 m dan 1000 m karena pada jarak tersebut terdapat jalan-jalan besar yang dilalui oleh lalulintas transportasi yang padat baik oleh pengangkut hasil produksi (truk dan container) serta masyarakat sekitar. Metode penarikan sampel berlapis (stratified sampling) digunakan untuk menentukan klasifikasi plot contoh yang dijadikan acuan baik dalam mengkaji nilai konsentrasi partikel debu di udara maupun sikap responden terhadap fungsi dan keberadaan RTH pekarangan. Klasifikasi yang digunakan adalah kerindangan pekarangan dasarnya bahwa semakin rindang vegetasi pekarangan maka akan semakin besar konsentrasi partikel debu yang tereduksi dan semakin baik sikap penghuninya. Kondisi masing-masing plot contoh seperti dijelaskan pada Tabel 5.

6 22 Tabel 5 Kondisi lahan pekarangan (plot contoh) pada lokasi penelitian Plot contoh Luas lahan (m²) Jumlah pohon Jumlah jenis LAI*) K TR ,03 1,59 R ,56 2,96 SR ,82 3,03 *) LAI sebagai penentu klasifikasi kerindangan pekarangan Pengukuran konsentrasi partikel debu di udara Pengambilan sampel partikel debu di udara menggunakan alat pengukur konsentrasi debu (Dust Air Sampler), seperangkat Dust Air Sampler terdiri atas High Volume Air Sampler (HVAS), kertas saring/filter whatman (Ø = 55 mm), neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg, barometer, pencatat laju alir, dan desikator. Sebelum digunakan, filter yang akan digunakan terlebih dahulu ditandai untuk identifikasi, kemudian ditempatkan pada pada desikator (Gambar 4a) dengan kelembaban ruangan 50% (terkondisikan AC) dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu filter ditimbang untuk memperoleh berat tetap. Perlakuan ini bertujuan untuk memastikan bahwa kertas saring tersebut benar-benar bebas dari partikel yang menempel. Kerapatan daun berhubungan erat dengan jarak tanam antar pohon. Semakin rapat jarak antar pohon maka akan semakin tinggi kerapatan daun (Sitompul 1995) dan akan semakin besar konsentrasi partikel debu yang dapat direduksi. Rapatnya jarak tanam serta tingginya kerapatan daun juga menyebabkan total luas tajuk semakin besar. Oleh karena itu, High Volume Air Sampler diletakkan di bawah naungan pohon yang memiliki jarak tanam yang lebih rapat atau di bawah naungan pohon yang memiliki luas tajuk dan kerapatan daun yang tinggi. Selain itu High Volume Air Sampler diletakkan dengan posisi filter holder (tempat untuk kertas saring) menghadap ke jalan raya. Tidak ada spesifikasi penentuan jenis pohon dalam peletakkan High Volume Air Sampler, peletakkan alat hanya didasarkan pada keteduhan naungan pohon (Gambar 4b).

7 23 a b Gambar 4 a. Filter dalam desikator; b. High Volume Air Sampler (HVAS) pada plot contoh. Langkah selanjutnya dalam mengambil sampel debu yang akan diuji yaitu dengan menempatkan filter pada filter holder dan meletakkan alat uji pada plot contoh penelitian yang telah ditetapkan. Pengukuran pengambilan sampel udara ini dilakukan selama ± 1 jam untuk setiap titik plot contoh pada saat cuaca cerah. Selama periode pengambilan, laju alir dan tekanan barometer dibaca secara berkala dengan selang waktu 30 menit. Laju alir di pantau saat periode pengujian, kemudian hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan massa partikel yang terkumpul per satuan volume contoh uji udara yang dinotasikan dengan µg/nm³ (Lampiran 9). Satuan ini dibaca sebagai mikrogram per normal meter kubik dimana notasi N (Normal) menunjukan satuan volume hisap udara kering yang dikoreksi pada kondisi normal (25ºC, 760 mmhg). Setelah pengukuran sampel uji selesai, pindahkan filter secara hati-hati agar tidak ada partikel yang terlepas dengan melipat filter dengan partikulat tertangkap di dalamnya. Tempatkan lipatan filter dalam plastik transparan dan tandai untuk identifikasi kemudian letakkan kembali pada desikator untuk mengeringkan kadar air yang ikut terhisap pada saat pengambilan sampel. Setelah filter kering kemudian kembali dilakukan penimbangan dengan menggunakan neraca analitik merk Mettler Toledo (Gambar 5) untuk mengetahui berat konsentrasi partikel debu yang terkandung pada filter tersebut.

8 24 a b Gambar 5 Neraca analitik Mettler Toledo; b. Proses penimbangan filter. Pembuatan profil tajuk pohon dilakukan untuk mengetahui bentuk strata tajuk, letak pohon dan komposisi jenis yang ada pada lokasi penelitian. Data yang telah dikumpulkan sebelumnya digambarkan dalam bentuk peta dan diagram profil dengan menggunakan bantuan software Corel Draw X3. Pengukuran parameter meteorologi udara yang meliputi suhu, kelembaban, kecepatan dan arah angin dilakukan di setiap plot pengamatan. Penentuan arah angin dilakukan terlebih dahulu sebagai acuan meletakkan HVAS. Pengukuran terhadap suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin dilakukan sebanyak dua kali ulangan (setiap 30 menit) pada setiap plot Sikap masyarakat terhadap RTH tipe pekarangan Metode yang digunakan untuk mengetahui sikap masyarakat yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif, menurut Nawawi (1991) diacu dalam Tampang (1999) adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Menurut Koentjaraningrat (1983), metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu keadaan individu atau kelompok tertentu. Responden dimintai tanggapannya mengenai (1) permasalahan lingkungan; (2) keberadaan RTH dan fungsinya bagi penyehatan lingkungan; (3) kondisi kesehatan masyarakat akibat tercemarnya udara oleh partikel debu. Tanggapan

9 25 mengenai hal-hal tersebut untuk mengetahui sikap mereka dengan memberikan lembar pernyataan (Lampiran 1) Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tally sheet, kamera digital dan alat pengukur kualitas udara (Dust Air Sampler) yang terdiri dari High Volume Air Sampler (HVAS), filter whatman Ø 55 mm, neraca analitik (merk Mettler Toledo), barometer, pencatat laju alir (flow meter) dan desikator. Pengukuran parameter vegetasi dilakukan dengan menggunakan HemisphericalView Canopy Analyzer untuk mengetahui Leaf Area Index (indeks luas daun), hagahypsometer, rollmeter dan pita ukur. Selain itu anemometer (merk Veloccalc TSI Model 8357), satuan penghitung waktu (jam), termometer dry-wet dan kompas juga digunakan untuk melengkapi data lapangan. Lembar pernyataan dan tape recorder digunakan untuk wawancara dengan masyarakat Pengolahan dan Analisis Data Pengukuran parameter vegetasi Pengukuran parameter vegetasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan keterkaitan antara parameter vegetasi dengan penurunan konsentrasi partikel debu di udara ambien. Parameter pengukuran yang diduga mempengaruhi penurunan konsentrasi partikel debu antara lain adalah luas proyeksi tajuk, Leaf Area Index (LAI) dan tinggi total pohon. Luas proyeksi tajuk dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Loveless 1989): Luas Proyeksi Tajuk (m²) = 0,25 Dengan pengertian : = Konstanta hitung (3,14) D1 = Tajuk terpanjang (m) D2 = Tajuk terlebar (m) Kesalahan (error) dalam penghitungan LAI dapat ditekan dengan menggunakan bantuan alat HemisphericalView Canopy Analyzer (HemiView). Cara kerja HemiView menyerupai kamera digital, yaitu dilengkapi dengan program khusus untuk memotret tajuk pohon agar diketahui LAI-nya berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan HemiView 2.1 Canopy Analysis Software.

10 26 HemiView diposisikan di bawah tajuk pohon dengan penempatan mencakup seluruh tajuk kemudian memotret tajuk pohon tersebut (Gambar 6). a b Gambar 6 a. HemiView diposisikan dibawah tajuk pohon; b. Hasil potret/photo tajuk pohon. Pengukuran tinggi pohon menggunakan hagahysometer. Banyard (1973) diacu dalam Subrata (1978) menyatakan bahwa alat ukur ini sangat praktis dan memiliki skala terperinci serta mudah dan cepat dalam penggunaannya. Pengolahan dan analisis data untuk tinggi pohon dilakukan secara manual, yaitu dengan menjumlahkan semua tinggi total pohon terukur dari seluruh jumlah pohon yang terdapat pada setiap plot contoh kemudian dirata-ratakan Konsentrasi partikel debu di udara Konsentrasi partikel debu di udara dapat dianalisis secara gravimetri, yaitu dengan mengkoreksi laju alir pada kondisi standar dan menghitung volume udara terkoreksi, berikut langkah perhitungannya: Koreksi laju alir pada kondisi standar: Qs = Q 0 x Dengan Pengertian: Qs = Laju alir volume terkoreksi standard (m 3 /menit) Q 0 = Laju alir volume uji (m 3 /menit) Ts = Temperatur standar, 298 K T 0 = Temperatur absolut (273+ t ukur ) Ps = Tekanan barometik standar, 101.3kPa (760mmHg) P 0 = Tekanan barometik dimana Q 0 ditentukan

11 27 Volume udara yang diambil: V= x t Dengan pengertian: V = Volume udara yang diambil (m 3 ) = Laju alir awal terkoreksi pada pengukuran pertama (m 3 /menit) = Laju alir akhir terkoreksi pada pengukuran kedua (m 3 /menit) t = Durasi pengambilan contoh uji (menit) Konsentrasi partikel tersuspensi total dalam udara ambien: C = Dengan pengertian: C = Konsentrasi massa partikel tersuspensi (µg/nm 3 ) W1 = Berat filter awal (g) W2 = Berat filter akhir (g) V = Volume contoh uji udara (m 3 ) 10 6 = Konversi g ke µg Uji korelasi Pearson Uji korelasi Pearson mencoba mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel peubah (x dan y) melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi (r). Variabel peubah (x) yaitu peubah bebas yang diduga akan mempengaruhi nilai variabel peubah respon/tak bebas (y). Variabel peubah (x) pada penelitian ini adalah jarak pengukuran dari titik acuan dan parameter-parameter vegetasi (luas proyeksi tajuk, LAI dan tinggi pohon). Selang nilai korelasi yaitu -1 r 1 dan diperoleh berdasarkan rumus sebagai berikut: r = Dengan pengertian: y = Konsentrasi partikel debu (µg/nm 3 ) x = Jarak pengukuran dari titik acuan atau parameter vegetasi (luas proyeksi tajuk, LAI dan tinggi pohon) n = Banyaknya data Hasil perhitungan koefisien korelasi (r) dengan nilai -1 atau +1 menunjukkan ada hubungan yang sempurna antara kedua variabel (x) dan (y). Tanda plus (+) dapat diartikan bahwa variabel (x) dan (y) berkorelasi positif,

12 28 artinya setiap kenaikan variabel (x) sebesar satu satuan akan menaikkan (y) sebesar satuan pula, sedangkan tanda minus (-) berarti (x) dan (y) berkorelasi negatif yang artinya setiap terjadi kenaikan variabel (x) sebesar satu satuan akan menurunkan (y) sebesar satuan. Program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS) 13.0 for Windows digunakan untuk memudahkan semua langkah diatas. Setelah koefisien korelasi (r) diperoleh kemudian dilakukan pengujian hipotesis untuk setiap variabel peubah bebasnya (x). Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada atau tidak pengaruh dari (x) terhadap nilai (y). Hipotesis yang digunakan yaitu Ho : ρ = 0 dan H1 : ρ 0 dengan ketetapan selang kepercayaan pada penelitian ini adalah 90% (taraf α 10%). Taraf alpha adalah persentase kesalahan yang masih dapat ditoleransi pada saat penelitian. Kesimpulan untuk uji hipotesis masing-masing (x) adalah sebagai berikut: (a) apabila P-value α maka terima Ho dan (b) apabila P-value < α maka tolak Ho. Hipotesis yang digunakan untuk melihat pengaruh jarak terhadap nilai konsentrasi partikel debu yaitu (Ho) nilai konsentrasi partikel debu di udara tidak dipengaruhi oleh jarak pengukuran, sedangkan hipotesis untuk mengetahui pengaruh parameter vegetasi terhadap nilai konsentrasi partikel debu yaitu (Ho) nilai konsentrasi partikel debu di udara tidak dipengaruhi oleh parameter vegetasi Analisis regresi linear sederhana Analisis regresi linear sederhana merupakan alat statistika yang digunakan untuk mengevaluasi hubungan/melihat seberapa besar pengaruh antara satu atau lebih peubah bebas (x1, x2,..., xk) dengan peubah tak bebas (y). Analisis ini dilakukan setelah tahap uji hipotesis korelasi Pearson menghasilkan keputusan tolak Ho yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel (x) terhadap variabel (y). Oleh karena itu, analisis regresi linear sederhana dapat digunakan untuk mengetahui, memprediksi dan melihat seberapa jauh/besar pengaruh jarak pengukuran dan beberapa parameter vegetasi (x) terhadap penurunan konsentrasi partikel debu pencemar (y). Grafik regresi linear sederhana menunjukkan sebuah garis lurus yang menginterpretasikan terdapat hubungan positif (kenaikan) atau hubungan negatif (penurunan) antara variabel dependent/peubah respon (y) terhadap setiap

13 29 perubahan variabel independentnya (x). Persamaan matematika yang menunjukkan hubungan tersebut ditetapkan dengan model sebagai berikut: y = a + b x Dengan pengertian: y = Konsentrasi partikel debu (µg/nm 3 ) x = Jarak pengukuran dari titik acuan dan parameter vegetasi (luas proyeksi tajuk, LAI dan tinggi pohon) a, b = Koefisien regresi linear sederhana Garis regresi pada persamaan yang akan dihasilkan menjelaskan nilai koefisien determinasi. Koefisien determinasi biasanya dilambangkan dengan R² yang digunakan untuk mengukur proporsi keragaman (variasi total) di sekitar nilai tengah. Semakin kecil R² maka semakin buruk model dugaan yang didapat karena titik amatan semakin menjauhi kurva regresi. Keterandalan model yang diperoleh dapat dilihat dari kemampuan model menerangkan keragaman nilai variabel tak bebasnya (y). Jika titik-titik amatan semakin mendekati kurva maka model yang didapat semakin baik. Nilai koefisien determinasi dapat dicari dengan menggunakan rumus: R² = = Dengan pengertian: = Jumlah Kuadrat Regresi = Jumlah Kuadrat Total Y = Konsentrasi partikel debu hasil pengukuran (µg/nm 3 ) = Konsentrasi partikel debu hasil regresi (µg/nm 3 ) = Rata-rata konsentrasi partikel debu hasil pengukuran (µg/nm 3 ) Sikap masyarakat Data yang terkumpul berdasarkan hasil pada lembar pernyataan ditabulasikan untuk kemudian dilakukan proses entry, editing dan coding yang kemudian dianalisis dengan menggunakan program Statistical Program for Social Science (SPSS) 13.0 for Windows. Perolehan data berupa catatan-catatan dari hasil pengamatan langsung di lapangan dengan responden dan studi pustaka/literatur dianalisis berdasarkan tiga jalur analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

14 30 Reduksi data dilakukan dengan menyederhanakan data yang diperoleh dari lapangan dengan meringkas dan menggolongkannya, sedangkan penyajian data dilakukan secara naratif deskriptif serta ditunjang dengan bentuk-bentuk tabel untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang telah diperoleh. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan memverifikasi data yaitu melakukan pemikiran dan peninjauan ulang data untuk menarik kesimpulan yang kokoh dan tepat. Tanggapan terhadap lembar pernyataan selanjutnya diberi nilai (score) menggunakan skala Likert (Singarimbun & Efendi 1989 diacu dalam Gunawan 1999) untuk mengkategorikan sikap. Penilaian sikap dalam penelitian ini terdiri atas lima skala yaitu (1) sangat tidak setuju; (2) tidak setuju; (3) ragu-ragu; (4) setuju; (5) sangat setuju. Skala penilaian tersebut diberikan untuk pernyataanpernyataan yang bersifat positif. Nilai tanggapan tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah pernyataan yang tersedia sehingga diperoleh nilai yang menggambarkan kategori sikap responden. Interval nilai tanggapan untuk setiap kategori sikap dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kategori sikap berdasarkan skala Likert No. Interval Tanggapan Kategori Sikap 1 4,00 5,00 Baik 2 3,00 3,99 Sedang 3 1,00 2,99 Buruk Pengujian data statistik non-parametrik. Pengujian data dengan cara ini merupakan pengujian hipotesa kerja dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui terdapat/tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan antara karakteristik sosial responden terhadap sikap masyarakat dengan perumusan sebagai berikut : = 1 Dengan pengertian : = Beda antara 2 rangking pengamatan N = Total populasi = Koefisien korelasi Spearman

15 31 Nilai rs dapat terjadi dari -1 sampai +1. Nilai -1 atau +1 menunjukkan ada hubungan yang sempurna antara karakteristik x dan y, dalam hal ini variabel x adalah karakteristik sosial responden dan y adalah kategori sikap responden. Kriteria keputusan untuk uji hipotesis ini adalah sebagai berikut: (a) apabila nilai apabila P-value α, maka terima Ho yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengamatan (karakteristik responden) dengan sikap responden, dan (b) apabila nilai P-value <, maka tolak Ho yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengamatan (karakteristik responden) dengan sikap reponden.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor yang dilakukan di dua lokasi yaitu dilakukan di Rukun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan (September-November 2009) di salah satu jalur hijau jalan Kota Bogor yaitu di jalan dr. Semeru (Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya kemajuan dan kestabilan pembangunan nasional menempatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan kondisi perekonomian yang selama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di jalur hijau jalan yang terdapat di Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi). Analisis konsentrasi partikel timbal udara dilaksanakan di

Lebih terperinci

Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu (Studi Kasus Di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Bogor)

Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu (Studi Kasus Di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Bogor) LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1 Lembar pernyataan Tanggal pengisian: Jarak dari titik acuan: Kriteria vegetasi pekarangan: Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Nilai Konsentrasi Partikel Debu di Udara Tercemarnya udara oleh partikel debu dapat diketahui dengan membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu ambien yang telah

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013. 30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

Bab IV Metodologi Penelitian

Bab IV Metodologi Penelitian Bab IV Metodologi Penelitian Alur penelitian yang dilakukan terdiri atas survei lapangan, pengumpulan data primer dan sekunder, analisis partikulat, serta analisis paparan unsur-unsur kimia. Metodologi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemilihan Moda Menurut Tamin (2000), pemilihan moda sangat sulit dimodelkan walaupun hanya dua buah moda yang akan digunakan (taksi dan bus). Hal tersebut disebabkan karena banyak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pencemaran Udara yang Terjadi di Lokasi Penelitian 5.1.1 Potensi pencemaran yang terjadi di lokasi penelitian Kualitas udara dapat diketahui dengan membandingkan hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode survey di Kelurahan Kertamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemilihan

Lebih terperinci

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang Penentuan Kuota Panenan dan Ukuran Populasi Awal Rusa Timor di Penangkaran Hutan Penelitian Dramaga ini dilakukan di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-65 Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan Yani Wulandari dan Rulli Pratiwi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENGUJIAN PENDAHULUAN FILTER Dalam pengambilan sampel partikel tersuspensi (TSP) dengan metode high volume air sampling, salah satu komponen utama yang harus tersedia adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif yaitu mempelajari masalah dalam masyarakat,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu Dan Tempat penelitian METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat penelitian Tempat penelitian adalah kebun campur Sumber Tirta Senjoyo Desa Tegalwaton Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada Oktober

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 31 IV. METODE PENELITIAN 4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan secara langsung di Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran, dan menggunakan data populasi rusa timor di Taman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di yang beralamatkan di Jl. Penghulu KH. Hasan Mustapa No. 23 kota Bandung Provinsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian 8 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain cross sectional study. Disain ini dipilih karena ingin mendapatkan data pada saat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara

III. METODOLOGI. Gambar 3.1 Lokasi Penelitian WP Bojonagara III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2009. Lokasi penelitian yaitu di Wilayah Pengembangan (WP) Bojonagara, Kota Bandung. Gambar 3.1

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN III. 1. Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan dengan mencatat secara penuh data kurva pengendapan lumpur dengan parameter fisiko-kimiawi untuk pembuatan modelnya. Sampel lumpur

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, tabung reaksi, higrometer, altimeter, pipet berskala, labu ukur, oven, spektrofotometer, gunting, plastik, alat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang terkenal Galton menemukan bahwa meskipun terdapat tendensi atau kecenderungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di perkebunan rakyat Desa Huta II Tumorang, kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara STANDARDS Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang: Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak KepKaBaPedal No 205/1996 tentang: Pengendalian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam upaya menggambarkan bagaimana kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari Januari sampai April 2010, dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : a. pengambilan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu dimulai pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan September 2011. Lokasi yang dipilih

Lebih terperinci

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara Eko Hartini STANDARDS Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang: Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak KepKaBaPedal No 205/1996 tentang:

Lebih terperinci

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN Media Konservasi Vol. 17, No. 3 Desember 2012 : 143 148 HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN (Correlation between Leaf Area Index with Micro Climate and Temperature

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Pindah Panas serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi : METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi Taman Nasional Ujung Kulon. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2009 hingga Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di daerah Semenanjung Ujung Kulon yaitu Cigenter, Cimayang, Citerjun,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Umum Bab ini berisi tentang metodologi yang akan dilakukan selama penelitian, di dalamnya berisi mengenai cara-cara pengumpulan data (data primer maupun sekunder), urutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitiatu

Lebih terperinci

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version  METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian evaluasi kualitas ecological aesthetics lanskap kota ini dilaksanakan di Kecamatan Beji Kota Depok. Periode penelitian berlangsung dari Maret 2004 sampai Nopember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kota Per Kecamatan Kota yang terdiri dari enam kecamatan memiliki proporsi jumlah penduduk yang tidak sama karena luas masing-masing kecamatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih. Istilah

Lebih terperinci

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 37 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan untuk memperoleh karakteristik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun tanaman singkong 1-3 bulan, alkohol 70%, HCl 0,7%, NaOH 1N, ZnSO 4 5%, Ba(OH) 2 0,3%, pereaksi Cu, pereaksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Leaf Index Area (LAI) Lokasi Sampel Kerapatan daun atau kerindangan, biasa diukur dengan nilai indeks luas daun atau Leaf Area Index (LAI) (Chen & Black 1992 diacu dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan di kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk kegiatan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisa Regresi Regresi pertama kali dipergunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Galton melakukan studi tentang kecenderungan tinggi badan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tinggi : memiliki kartu ASKES, berobat di puskesmas atau mempuyai dokter pribadi. 2. Rendah : tidak memiliki ASKES, berobat di dukun. 14. Tingkat Kepemilikan aset adalah jumlah barang berharga yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pulau Bintan Timur, Kepulauan Riau dengan tiga titik stasiun pengamatan pada bulan Januari-Mei 2013. Pengolahan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung (Gambar 2) pada bulan Juli sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian, secara umum menggambarkan bagaimana sutu proses penelitian

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan pertanaman nanas (Ananas comosus L.) yang banyak mengandung bahan kasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 40 hari pada tanggal 16 Juni hingga 23 Juli 2013. Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n =

METODE PENELITIAN. N 1+ Ne 2. n = 27 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan metode survei. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 3 Penetapan Responden menggunakan snowball sampling technique.

Gambar 3 Penetapan Responden menggunakan snowball sampling technique. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di desa-desa yang berbatasan langsung dengan Koridor Halimun Salak yang termasuk Kabupaten Sukabumi, yaitu Kampung Sukagalih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat. BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan mangrove di hutan alam Batu Ampar Kalimantan Barat. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan dari bulan Januari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa dan memberi interpretasi terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa 1. Perubahan Kadar Air terhadap Waktu Pengeringan buah mahkota dewa dimulai dari kadar air awal bahan sampai mendekati

Lebih terperinci

Resume Regresi Linear dan Korelasi

Resume Regresi Linear dan Korelasi Rendy Dwi Ardiansyah Putra 7410040018 / 2 D4 IT A Statistika Resume Regresi Linear dan Korelasi 1. Regresi Linear Regresi linear merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat eksplanasi. Menurut Sugiyono (2013), penelitian eksplanasi adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2009:2).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. eksplanatory dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Iqbal Hasan (2002: 14)

METODE PENELITIAN. eksplanatory dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Iqbal Hasan (2002: 14) 30 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatory dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Iqbal Hasan (2002: 14) penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisa, penafsiran, dan penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang 70 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peritiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Lokasi ini dipilih secara sengaja dikarenakan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data yang dilakukan dibatasi hanya di dalam wilayah Jabodetabek. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer maupun data sekunder. Data primer meliputi kriteria drainase

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Bahwa dalam penelitian kuantitatif

Lebih terperinci