Bab IV Metodologi Penelitian
|
|
- Teguh Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab IV Metodologi Penelitian Alur penelitian yang dilakukan terdiri atas survei lapangan, pengumpulan data primer dan sekunder, analisis partikulat, serta analisis paparan unsur-unsur kimia. Metodologi penelitian ini juga dilengkapi dengan diagram alir untuk menggambarkan alur penelitan yang dilaksanakan. IV.1 Survei Lapangan Survei lapangan perlu dilakukan sebelum pengambilan sampel partikulat udara di lapangan untuk mengetahui keadaan di lokasi yang akan dilakukan pengambilan sampel. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain pertimbangan dalam penetapan lokasi studi, jenis peruntukkan lokasi, perkiraan sumber pencemar utama, serta keberadaan objek studi, sehingga dapat diketahui hal-hal yang dapat dimungkinkan atau tidak dimungkinkan untuk dilakukan dalam mendukung perolehan data. Lokasi pengambilan sampel partikulat udara dilakukan di empat lokasi yang berbeda. Penentuan lokasi berdasarkan kepada perbedaan tataguna lahan dengan asumsi bahwa dengan perbedaan karakteristik lokasi dapat terlihat perbedaan sumber polutan yang memapari masyarakat di lokasi tersebut. Di samping itu penentuan lokasi juga disesuaikan dengan lokasi stasiun tetap yang dipergunakan oleh BPLHD Provinsi Jawa Barat untuk memantau kualitas udara Kota Bandung perbulan tiap tahunnya dan beberapa penelitian yang terkait hal yang sama. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh data sekunder mengenai partikulat yang dapat mendukung penelitian ini. Lokasi-lokasi tersebut adalah : Daerah Aria Graha : mewakili kawasan pemukiman Daerah Cisaranten Wetan : mewakili kawasan industri Daerah Tegalega : mewakili kawasan bisnis, keramaian transportasi, pasar, dan pertokoan Daerah Dago Pakar : mewakili kawasan bersih
2 IV.2 Pengumpulan Data Informasi serta data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa konsentrasi paparan partikulat terespirasi serta unsur-unsur kimia yang terkandung di dalamnya. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data kejadian penyakit ISPA di Kota Bandung, data pencemaran udara, serta data tingkat emisi di Kota Bandung. IV.2.1 Pengumpulan Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah data partikulat terespirasi di tiap-tiap lokasi yang ditentukan. Pengambilan sampel menggunakan alat Hi Flow Personal Sampler Gilian HFS-513A yang dilengkapi dengan filter Mixed Cellulose Ester (MCE) diameter 25 mm, kerapatan 0,8μm, dan SKC alumunium cyclone /02 (SKC Catalog, 2003/2004). Alat tersebut di pasang pada responden selama waktu yang ditentukan yaitu 8 jam kerja sesuai aktifitas responden dan kemampuan alat. Responden di masing-masing lokasi diambil secara sukarela. Responden adalah orang-orang yang melakukan kegiatan dan berada pada lokasi tersebut sepanjang hari seperti pedagang kaki lima, pemilik warung-warung, satpam dan lain sebagainya dengan pertimbangan responden tersebut bekerja di area terbuka sehingga berpotensi terpapar polutan partikulat terespirasi dari udara ambien. Responden yang dipilih adalah orang-orang yang tidak merokok atau yang dipastikan tidak akan merokok selama proses pengambilan sampel berlangsung. Pengambilan sampel dilakukan dua hari dalam satu minggu di setiap lokasi dengan perbedaan hari berdasarkan aktivitas keramaian. Penentuan hari berdasarkan aktivitas yang diamati dan hasil wawancara dengan responden mengenai kondisi daerah tersebut. Adanya perbedaan aktifitas dan keramaian pada waktu-waktu tersebut diperkirakan dapat membuat perbedaan paparan polutan pada masyarakat.
3 Pengambilan sampel dilakukan dalam tiga kali pengulangan, dengan jumlah responden satu hari yaitu tiga orang sehingga dalam satu lokasi akan diperoleh 24 sampel sehingga dari keseluruhan lokasi akan terkumpul sejumlah 72 sampel. Jumlah sampel yang diperoleh dari masing-masing lokasi diperlihatkan pada Tabel IV.1. Tabel IV.1 Jumlah sampel di setiap lokasi Lokasi Jumlah sampel Hari kerja Akhir pekan Tegalega 9 9 Aria Graha 12 6 Dago Pakar 9 9 Cisaranten Wetan 9 9 Total Pada hari kerja jumlah sampel di Aria Graha lebih banyak jika dibandingkan dengan akhir pekan. Hal tersebut didasarkan pada tidak ada perbedaan aktifitas yang mencolok di kawasan tersebut pada hari kerja dan akhir pekan, sehingga diupayakan pengambilan sampel lebih banyak pada hari kerja. Sampel yang terkumpul kemudian dilakukan analisis, yaitu analisis konsentrasi, dan analisis kandungan unsur-unsur. Analisis kandungan unsur-unsur dilakukan dengan tiga cara yaitu analisis elemental dengan INAA, analisis Pb dan Hg dengan AAS, analisis black carbon dengan reflektometer. Analisis konsentrasi dan black carbon dilakukan terhadap seluruh sampel, sedangkan tidak seluruh sampel dianalisis dengan INAA dan AAS. Hal tersebut dikarenakan sampel yang telah dianalisis dengan INAA akan bersifat radioaktif sehingga tidak bisa dilakukan analisis dengan AAS, begitu pula sebaliknya sampel yang telah dianalisis dengan AAS telah mengalami proses destruksi sehingga tidak dapat dianalisis dengan INAA. Dengan demikian sebagian sampel dianalisis dengan INAA dan sebagian dengan AAS. Jumlah sampel yang dianalisis dengan INAA sebanyak 25 sampel dengan masing-masing dipilih tiga sampel pada hari kerja dan akhir pekan dari masing-masing lokasi. Di Aria Graha diambil lima sampel dan akhir pekan dua sampel karena jumlah sampel pada hari kerja diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan pada akhir pekan. Jumlah sampel yang dianalisis
4 dengan AAS adalah sebanyak 47 sampel, dengan di masing-masing lokasi sebanyak 6 sampel pada hari kerja dan akhir pekan, kecuali di Aria Graha dipilih sebanyak 7 sampel pada hari kerja dan 4 sampel pada akhir pekan. IV.2.2 Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder dibutuhkan untuk menunjang analisis dan pembahasan data paparan partikulat terespirasi sebagai data primer. Data sekunder tersebut diantaranya yaitu data monitoring kualitas udara di kota Bandung yang dilakukan di stasiun-stasiun pemantau kualitas udara BPLHD dan data-data dari penelitian sebelumnya yang menunjang tentang polutan partikulat di udara kota Bandung. Data monitoring khususnya untuk partikulat yang diperoleh dari stasiun pemantau milik BPLHD tidak lengkap mengingat karena berbagai keterbatasan sehingga operasi stasiun pemantau ini tidak maksimal. Data yang digunakan hanya data monitoring dari tahun 2001 hingga 2002 yang dianggap cukup lengkap dibandingkan tahun-tahun sesudahnya. Data sekunder lainnya adalah data kejadian penyakit saluran pernafasan di tiaptiap puskesmas di kota Bandung yang diperoleh dari Dinas kesehatan Kota Bandung. Data ini diperlukan untuk memberikan informasi mengenai jumlah serta perkembangan kejadian penyakit saluran pernafasan dari tahun ke tahun yang terjadi di kota Bandung. Data kejadian penyakit yang digunakan adalah dari tahun 2003 hingga Data meteorologi, khususnya data kecepatan dan arah angin juga diperlukan untuk mengetahui gambaran umum kondisi meteorologi khususnya arah dan kecepatan angin di kota Bandung dalam satu tahun terakhir. Hal ini diperlukan sebagai pendukung dalam penentuan perkiraan sumber pencemar. Data ini diperoleh dari pencatatan yang dilakukan BMG kota Bandung, serta Lanud Husein Sastranegara Bandung. Data tingkat emisi di kota Bandung, diperlukan untuk mengetahui potensi-potensi pencemaran yang ada di kota Bandung sehingga dapat mendukung dalam proses interpretasi karakteristik perkiraan sumber pencemar. Data emisi ini diperoleh
5 dari penelitian serta kajian-kajian mengenai emisi dan tingkat emisi yang pernah dilakukan di kota Bandung. Pengukuran serta observasi kondisi lingkungan juga dilakukan pada waktu dilakukan pengambilan sampel partikulat. Parameter yang diukur adalah temperatur kering, temperatur basah, arah angin, cuaca, dan kecepatan angin. Pengukuran temperatur kering dan temperatur basah sekaligus untuk menghitung kelembaban udara menggunakan sling psychrometer. Kecepatan angin diketahui dengan menggunakan anemometer. Arah angin ditentukan dengan menggunakan kompas, sedangkan keadaan cuaca ditentukan dengan mengamati kondisi lingkungan sekitar. IV.3 Analisis Partikulat Terespirasi Partikulat terespirasi di analisis untuk mengetahui konsentrasi, unsur-unsur kimia yang terkandung dalam partikulat terespirasi tersebut. 1. Analisis Konsentrasi Partikulat Analisis gravimetri dilakukan untuk mengetahui konsentrasi partikulat pada sampel yang terukur di setiap lokasi penelitian. Konsentrasi partikulat terespirasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Wight, 1994): C s = M V s Keterangan: C S : Konsentrasi partikulat tersuspensi (µg/m 3 ) M s : Massa yang terkumpul (μg) V : Volume udara (m 3 ) 2. Identifikasi Unsur-unsur Kimia dalam Partikulat Terespirasi Metoda ini menggunakan tiga alat yaitu EEL smokestain reflectometer, Analisa Pengaktifan Neutron (APN) atau dikenal juga sebagai Instrumental Neutron
6 Activation Analysis (INAA), dan dengan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). A. Pengukuran black carbon Pengukuran black carbon dilakukan setelah penimbangan berat sampel partikulat sebelum dilakukan analisis dengan INAA atau dengan AAS. Pengukuran black carbon ini menggunakan metode refleksi cahaya dengan alat EEL smokestain reflectometer. Pengukuran black carbon dilakukan di PTNBR BATAN Bandung. Perhitungan konsentrasi black carbon menggunakan rumus (Cohen et al., 2000): keterangan : A 100 Ro BC = ln V 2ε R BC : Konsentrasi black carbon (μg/m 3 ) A : Luas permukaan sampel (cm 2 ) V : Volume udara (m 3 ) R 0 R ε : Reflektansi filter kosong : Reflektansi sampel : Koefisien absorbsi (m 2 /g) = 7 untuk aerosol B. Analisis Unsur dengan INAA INAA merupakan analisis unsur-unsur menggunakan neutron yang diaktivasi. Pemanfaatan INAA diantaranya untuk mengkarakterisasi partikel-partikel di udara dengan ketelitian hingga nanogram (Santoso, 2006). Proses iradiasi sampel partikulat udara dilakukan di BATAN Serpong, dan proses pencacahan unsur dilakukan di Serpong dan Bandung. Kadar unsur dalam sampel yang telah diiradiasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Susetyo, 1984): A t = A o ε t T. 0,693. A C = A o ostd W x V std
7 Keterangan: A t A o A ostd t T W std : Aktivitas radioaktif unsur setelah diiradiasi (cps) : Aktivitas radioaktif unsur sebelum diiradiasi (cps) : Aktivitas radioaktif standar sebelum diiradiasi (cps) : Waktu iradiasi (s) : Waktu paruh unsur (s) : Berat standar (μg) V : Volume udara (m 3 ) C. Analisis Pb dan Hg Beberapa elemen logam tidak dapat dikarakterisasi menggunakan INAA, karena itu dilakukan analisis dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) untuk mengetahui keberadaan logam Pb dan Hg baik secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis dengan AAS ini dilakukan di PTNBR BATAN Bandung. Dasar perhitungan kadar unsur Pb dan Hg menggunakan persamaan berikut (Sumber: GBC, 1993): C = K s D Keterangan: C : Kadar unsur (ppm) K s D : Konsentrasi sampel dari kurva yang terbaca (ppm) : Densitas (berat sampel/pengenceran) (mg/ml) IV.4 Analisis Sumber Pencemar Analisis faktor digunakan sebagai alat untuk memperkirakan sumber yang berkontribusi dalam pencemaran partikulat. Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) ver Interpretasi terhadap hasil yang diperoleh didasarkan atas unsur-unsur penanda pada profil sumber yang dikeluarkan oleh US EPA dan dilengkapi dengan literatur-literatur lain serta hasil penelitian terdahulu mengenai karakterisasi
8 partikulat. Langkah-langkah dalam analisis sumber ini ditampilkan dalam Lampiran K. IV.5 Analisis Paparan Unsur-unsur Kimia Analisis paparan partikulat dilakukan dengan perhitungan nilai IEC (Inhalation exposure concentration). Perhitungan nilai IEC dilakukan sebagai gambaran awal untuk mengetahui potensi paparan dari unsur-unsur kimia terhadap manusia melalui jalur inhalasi di lingkungan umum (udara ambien), dengan menggunakan persamaan berikut (Foster, 1994): ET EF ED IEC = Ca BIO Keterangan: IEC : Inhalation exposure concentrations atau konsentrasi paparan melalui inhalasi (mg/m 3 ) Ca : Konsentrasi unsur kimia di udara (mg/m 3 ) ET : Waktu paparan (jam/hari) EF : Frekuensi paparan (hari/tahun) ED : Durasi terpapar (tahun) BIO : Faktor bioavailibility = 1,0 Dalam perhitungan IEC, waktu paparan ET yang digunakan untuk seluruh lokasi adalah 8 jam disesuaikan dengan rata-rata aktivitas di luar ruangan dari penduduk di keseluruhan lokasi. Frekuensi paparan (EF) yang digunakan adalah 365 hari, sedangkan durasi terpapar (ED) adalah selama 67,8 tahun yang merupakan ratarata usia harapan hidup penduduk Indonesia baik laki-laki maupun perempuan pada periode (Statistik Indonesia, 2008) Hasil dari perhitungan IEC merupakan gambaran yang akan merujuk pada estimasi rata-rata paparan polutan partikulat terespirasi pada masyarakat selama kurun waktu tersebut. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai dasar untuk studi
9 epidemiologi dengan menghubungkannya dengan data kejadian penyakit saluran pernafasan. IV.6 Diagram Alir Alur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan secara sederhana dalam diagram alir. Diagram alir tersebut ditampilkan pada Gambar IV.1
10 Identifikasi Permasalahan Survei Lapangan Pengumpulan Data di Lapangan Pengumpulan Data Primer: Sampel partikulat terespirasi Penentuan Konsentrasi Partikulat Terespirasi Pengumpulan Data Sekunder: - Data monitoring kualitas udara BPLHD Provinsi Jawa Barat - Data Kejadian ISPA di kota Bandung Penentuan Unsur-unsur Kimia Analisis Elemental Analisis Pb dan Hg Analisis black carbon Penentuan Sumber Pencemar Analisis Paparan Terhadap Reseptor Kesimpulan Gambar IV.1 Diagram alir garis besar penelitian
Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pencemaran udara didefinisikan sebagai hadirnya satu atau lebih substansi/ polutan di atmosfer (ambien) dalam jumlah tertentu yang dapat membahayakan atau mengganggu
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi (Noneng Dewi Zannaria) ISSN 1411-3481 KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI Noneng Dewi Zannaria 1, Dwina Roosmini 2, Muhayatun Santoso 3
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
Bab V Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian mengenai paparan partikulat terespirasi ini disajikan dalam beberapa bagian, yaitu paparan partikulat terespirasi, komposisi unsur-unsur dan kemungkinan sumber
Lebih terperinciBab IV Metodologi Penelitian
Bab IV Metodologi Penelitian 4.1 Alur Penelitian Secara umum alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1: PENDAHULUAN Survei Tempat Penelitian Proses Kerja Jumlah Pekerja Kondisi Ruang Kerja PENGUMPULAN
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Menentukan Tujuan Penelitian Studi Pustaka Pemilihan Lokasi : Tegalega Menentukan parameter yang diukur: Konsentrasi massa rata-rata fine & coarse particles Elemen Logam,Ion
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI (Studi Kasus: Kota Bandung) TESIS
STUDI KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI (Studi Kasus: Kota Bandung) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh: NONENG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan
Lebih terperinciKajian logam berat di udara ambien-th2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam konsep pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara adalah pelaksanaan pemantauan secara kontinu. Karena polusi udara
Lebih terperinciPENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 1 LATAR BELAKANG Timbal (Pb) adalah logam berat yang berbahaya karena dapat merusak organ tubuh terutama sistem syaraf,sistem Pembentukan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode potong lintang (cross sectional study) yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika hubungan atau korelasi
Lebih terperinciUdara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom
Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar
Lebih terperinciPenilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan
Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan Kuliah Minggu V Laboratorium Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim (LPUPI) Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Host of Urban Problems Problem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat terutama pada pernafasan. Polutan di
Lebih terperinciB A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN SERTA INFORMASI INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA B A P E D A L Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBab IV Gambaran Umum Daerah Studi
Bab IV Gambaran Umum Daerah Studi IV.1 Umum Kota Bandung yang merupakan ibukota propinsi Jawa Barat terletak pada 107 o 36 Bujur Timur dan 6 o 55 Lintang Selatan. Secara topografis terletak pada ketinggian
Lebih terperinciSTUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG)
INFOMATEK Volume 18 Nomor 1 Juni 2016 STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG) Astri W Hasbiah *), Lili Mulyatna, Fazari Musaddad
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional (penelitian survey), Sifat data adalah kuantitatif dan kualitatif. Sifat data kuantitatif deskriptif
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI UDARA AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUME AIR SAMPLER DAN GENT STACKED FILTER UNIT SAMPLER
PERBANDINGAN PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI UDARA AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUME AIR SAMPLER DAN GENT STACKED FILTER UNIT SAMPLER MEASUREMENT COMPARISON OF PARTICULATE CONCENTRATION IN AMBIEN
Lebih terperinciLaboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri
Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri Laboratorium Teknik Analisis Radiometri (TAR) merupakan salah satu laboratorium Badan Tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskritif yaitu metode yang menjelaskan atau menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta di lapangan dan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal
Lebih terperinciPROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA
PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik
Lebih terperinciPemantauan dan Analisis Kualitas Udara
Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara STANDARDS Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang: Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak KepKaBaPedal No 205/1996 tentang: Pengendalian
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISASI PARTIKULAT UDARA ABIENT DI SURABAYA
ANALISIS KARAKTERISASI PARTIKULAT UDARA ABIENT DI SURABAYA Eka Fitriani Ahmad 1), Muhayatun Santoso 2),Anni Anggraeni 1) 1) Program Studi Magister Kimia FMIPA UNPAD Jl. Singaperbangsa No.2 Bandung 40133,
Lebih terperinciPemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini
Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara Eko Hartini STANDARDS Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang: Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak KepKaBaPedal No 205/1996 tentang:
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH
Lebih terperinciSAMPLING DAN PREPARASI SAMPEL POLUTAN UDARA DI LINGKUNGAN PLTU BATUBARA CILACAP
SAMPLING DAN PREPARASI SAMPEL POLUTAN UDARA DI LINGKUNGAN PLTU BATUBARA CILACAP Sutanto.W.W., Iswantoro, Tri Rusmanto -BATAN Yogyakarta Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 e-mail : ptapb@batan.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aplikasi Arima Dan Arfima Pada Data Kondentrasi Balck Carbon Partikulat Udara Halus PM2,5 Di Daerah Lembang Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Black carbon (BC) merupakan bentuk impuritas dari karbon hasil pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil atau pembakaran biomassa. Black carbon memiliki pengaruh
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.
Lebih terperinciKeputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara
Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, yaitu pada awal bulan Mei 2008 hingga bulan Nopember 2008. Lokasi penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Umum Bab ini berisi tentang metodologi yang akan dilakukan selama penelitian, di dalamnya berisi mengenai cara-cara pengumpulan data (data primer maupun sekunder), urutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya
Lebih terperinci1. Indek Standar Pencemar Udara (ISPU)
NDEX KUALTA UDARA 1. ndek tandar Pencemar Udara (PU) aat ini ndeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di ndonesia adalah ndek tandar Pencemar Udara (PU), hal ini sesuai dengan Keputusan
Lebih terperinciTersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)
ESTIMASI SEBARAN DAN ANALISIS RISIKO TSP DAN PB DI TERMINAL BIS TERHADAP KESEHATAN PENGGUNA TERMINAL (STUDI KASUS: TERMINAL MANGKANG DAN PENGGARON, SEMARANG) Gina Fita Prilila *), Irawan Wisnu Wardhana
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan
Lebih terperinciPencemaran Timbel (Pb) di Udara dan Kadar Timbel pada Darah Anak2: Studi Kasus di Bandung
Pencemaran Timbel (Pb) di Udara dan Kadar Timbel pada Darah Anak2: Studi Kasus di Bandung Dr. Puji Lestari Departmen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Email: pujilest@indo.net.id Acknowledgement
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak mungkin dapat
Lebih terperinciidentifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data
BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling
Lebih terperinciKANDUNGAN BLACK CARBON PADA PARTIKULAT UDARA HALUS DAN KASAR DALAM UDARA AMBIEN DI DAERAH SERPONG - TANGERANG
KANDUNGAN BLACK CARBON PADA PARTIKULAT UDARA HALUS DAN KASAR DALAM UDARA AMBIEN DI DAERAH SERPONG - TANGERANG Rita Mukhtar 1), Esrom Hamonangan 1), Hari Wahyudi 1), Muhayatun Santoso 2), Diah Dwiana Lestiani
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan
Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 04 Tahun 2011 Tanggal : 14 September 2011 STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian explanatory research atau penelitian penjelasan karena data yang dipergunakan untuk menjelaskan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian
Lebih terperinciBEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kontaminan Adalah semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih. 2. Cemaran (Pollutant) Adalah kontaminan
Lebih terperinciUdara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien
Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...
Lebih terperinciKonsep Penelitian Kualitas Lingkungan (Udara) dalam Membangun IKLH
Konsep Penelitian Kualitas Lingkungan (Udara) dalam Membangun IKLH Oleh : RITA, S.Si., M.Si disampaikan pada acara: RAKERNIS KUALITAS UDARA PM 10, PM 2.5 DI 17 KOTA DI INDONESIA Serpong, 25 Agustus 2016
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR
ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR OLEH ELGA MARDIA BP. 07174025 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciPemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya
Pemantauan kualitas udara Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya Keabsahan dan keterpercayaannya ditentukan oleh metode dan analisis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi Sumut,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif karena tidak dilakukan perlakuan terhadap objek yang diuji (Nazir,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.
Lebih terperincike tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif
PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PARTIKULAT UDARA AMBIEN DAN TERESPIRASI DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI NON FORMAL. Jl. Tamansari 71, Bandung 40132
Karakteristik Partikulat Udara Ambien dan Terespirasi di Sekitar Kawasan Industri Non Formal ISSN 1411 3481 (Muhayatun) KARAKTERISTIK PARTIKULAT UDARA AMBIEN DAN TERESPIRASI DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI
Lebih terperinciBab III Gambaran Umum Wilayah Studi
Bab III Gambaran Umum Wilayah Studi Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bandung dengan pembagian lokasi berdasarkan peruntukkan lahan dengan tujuan mengetahui karakteristik polutanpolutan yang ada
Lebih terperinciKANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA
Rita Muktar, Hari Wahyudi, Esrom Hamongan...: Kandungan Logam Berat dalam Udara Ambien... KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA HEAVY METAL CONCENTRATIONS OF AIR AMBIENT
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen lingkungan yang memiliki peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat berlangsung tanpa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau menginterpretasikan datadata yang
Lebih terperinciSUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO
SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Iis Haryati, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan
Lebih terperinciTIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan
Materi #3 Definisi 2 Risiko: Ukuran dari probabilitas/kemungkinan. Penilaian Kuantitatif Risiko (Penilaian Risiko): Perkiraan risiko untuk berbagai fenomena lingkungan. Contoh: risiko dari badai, banjir,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PROSEDUR PENGENDALIAN DAMPAK PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEBAKARAN HUTAN TERHADAP KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciStudi Identifikasi Karakteristik Anorganik PM10 terhadap Mortalitas dan Morbiditas di Udara Ambien pada Kawasan Pemukiman
Reka Lingkungan Teknik Lingkungan Itenas No.1 Vol.1 Jurnal Institut Teknologi Nasional [Februari 2013] Studi Identifikasi Karakteristik Anorganik PM10 terhadap Mortalitas dan Morbiditas di Udara Ambien
Lebih terperinciPeta PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills Karawang Sumber: Gambar 3. Lokasi Penelitian
25 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan, berlangsung dari bulan Maret 2010 sampai bulan Agustus 2010. Penelitian ini mengambil tempat di Kawasan Industri PT Pindo
Lebih terperinciRita Muktar, Esrom Hamonangan...: Komponen Kimia PM 2,5 DAN PM 10. (Diterima tanggal ; Disetujui tanggal )
KOMPONEN KIMIA PM 2,5 DAN DI UDARA AMBIEN DI SERPONG TANGERANG CHEMICAL COMPONENT OF PM 2.5 AND IN AMBIENT AIR AT SERPONG TANGERANG Rita Mukhtar 1), Esrom Hamonangan 1), Hari Wahyudi 1), Muhayatun Santoso
Lebih terperinciKUALITAS UDARA DALAM RUANG DI DAERAH PARKIR BASEMENT DAN PARKIR UPPERGROUND (STUDI KASUS DI SUPERMARKET SEMARANG)
KUALITAS UDARA DALAM RUANG DI DAERAH PARKIR BASEMENT DAN PARKIR UPPERGROUND (STUDI KASUS DI SUPERMARKET SEMARANG) Haryono S Huboyo *, Titik Istirokhatun, Endro Sutrisno Jurusan Teknik Lingkungan FT. UNDIP,
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Sumber Pencemaran Udara Sumber pencemaran udara secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua sumber utama yaitu (Depkes, 1994): a. Sumber alamiah Pencemaran udara yang berasal
Lebih terperinciAnalisis Karaterisasi Konsentrasi dan Komposisi Partikulat Udara (Studi Case : Surabaya)
Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia, 2(2), November 2016, 97-103 Available online at Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi Analisis Karaterisasi Konsentrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan senyawa campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandung nitrogen, oksigen, uap air dan gas-gas lain. Udara ambien,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Konsentrasi Partikulat yang Diukur Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan di lokasi pertambangan Kapur Gunung Masigit, didapatkan bahwa total
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PENANGGUNG JAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografis dan Topografis Kota Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia yang juga berfungsi sebagai ibukota Propinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.
Lebih terperinciEmisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik
Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR
346/S1-TL/1011-P ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR Oleh: DHONA MARLINDRA 07 174 024 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
Lebih terperinciKarakteristik Anorganik PM10 Di Udara Ambien Terhadap Mortalitas Dan Morbiditas Pada Kawasan Industri di Kota Bandung
Reka Lingkungan Teknik Lingkungan Itenas No.1 Vol.1 Jurnal Institut Teknologi Nasional [Februari 2013] Karakteristik Anorganik PM10 Di Udara Ambien Terhadap Mortalitas Dan Morbiditas Pada Kawasan Industri
Lebih terperinciANALISIS KONSENTRASI PARTICULATE MATTER 10 (PM10) PADA UDARA DILUAR RUANG (STUDI KASUS : STASIUN TAWANG - SEMARANG)
ANALISIS KONSENTRASI PARTICULATE MATTER 1 (PM1) PADA UDARA DILUAR RUANG (STUDI KASUS : STASIUN TAWANG - SEMARANG) Haryono Setiyo Huboyo, Endro Sutrisno *) Abstract The need to obtain the speed and information
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KADAR UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM HEWAN DI SUNGAI GAJAHWONG YOGYAKARTA DENGAN METODE AANC (ANALISIS AKTIVASI NEUTRON CEPAT)
18 Cahaya Rosyidan dkk, Identifikasi IDENTIFIKASI KADAR UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM HEWAN DI SUNGAI GAJAHWONG YOGYAKARTA DENGAN METODE AANC (ANALISIS AKTIVASI NEUTRON CEPAT) Cahaya Rosyidan 1*, Sunardi
Lebih terperinci4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011
4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA)
PENERAPAN MODEL FINITE LENGTH LINE SOURCE UNTUK MENDUGA KONSENTRASI POLUTAN DARI SUMBER GARIS (STUDI KASUS: JL. M.H. THAMRIN, DKI JAKARTA) EKO SUPRIYADI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciANALISA PENGARUH KELEMBABAN KAYU TERHADAP KONSENTRASI PM 2,5 DALAM DAPUR BERBAHAN BAKAR KAYU SKALA REPLIKASI DAN RUMAH TANGGA
ANALISA PENGARUH KELEMBABAN KAYU TERHADAP KONSENTRASI PM 2,5 DALAM DAPUR BERBAHAN BAKAR KAYU SKALA REPLIKASI DAN RUMAH TANGGA T. Istirokhatun, Irawan Wisnu Wardhana, dan Azaria Primelya Program Studi Teknik
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 2017
LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 217 UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI PAPUA 217 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kepada
Lebih terperinciPENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT
PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT PENGAMBILAN & ANALISIS SAMPEL EMISI CEROBONG, UDARA AMBIEN & FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA @ngga Q.S. Ar Ruum, 30:41
Lebih terperinciPENGAMBILAN SAMPEL ANALISA KUALITAS UDARA
PENGAMBILAN SAMPEL ANALISA KUALITAS UDARA A. EMISI CEROBONG INDUSTRI Pengambilan sampel emisi cerobong industri membutuhkan sarana pendukung sebagai berikut: 1) Tangga besi dan selubung pengaman berupa
Lebih terperinci