4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENGUJIAN PENDAHULUAN FILTER Dalam pengambilan sampel partikel tersuspensi (TSP) dengan metode high volume air sampling, salah satu komponen utama yang harus tersedia adalah filter. Filter berfungsi untuk menyaring partikel atau debu yang ikut bersama udara yang dihisap oleh alat HVAS. Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh filter tersebut antara lain harus memiliki lubang pori berukuran sangat kecil atau sebesar 0,3-0,45 µm agar dapat menyaring partikel tersuspensi dari udara serta tahan terhadap perubahan suhu lingkungan. Jenis filter yang biasa digunakan untuk pengambilan sampel dengan metode HVAS yaitu berbahan dasar fiber glass dan selulose. Kekurangan dari fiber jenis tersebut adalah harganya yang sangat mahal. Padahal, untuk pengambilan sampel, diperlukan minimal tiga buah filter sebagai ulangan. Oleh karena itu, dicari alternatif bahan filter untuk mensubsitusi filter yang telah ada sehingga harganya lebih terjangkau. Bahan yang diuji untuk dijadikan sebagai alternatif filter yaitu berupa kain yang mudah ditemukan di pasaran dengan jenis dan kerapatan yang berbeda-beda. Terdapat tiga jenis kain yang diuji, yaitu high twist (JG9), snogen (JG10) dan drill (JG11). Masing-masing kain diukur besar diameter lubang pori dan jarak antar lubang dengan menggunakan mikroskop elektron. Kode kain Tabel 9. Hasil pengukuran jarak antar lubang kain Jarak antar lubang (µm) Perbesaran Pengulangan mikroskop Rata-rata JG ,6 760,0 1065,1 804,5 JG ,6 478,7 511,3 480,2 JG ,0 439,3 480,4 488,9 22

2 Kode kain Perbesaran mikroskop Tabel 10. Hasil pengukuran dimensi lubang pori kain Ukuran lubang (µm) Pengulangan Rata-rata d 1 d 2 d 1 d 2 d 1 d 2 JG ,5 121,7 229,1 147,2 189,2 130,4 166,5 JG ,8-315, ,5 JG , ,4 161, ,3 Keterangan: d 1 = diameter 1 d 2 = diameter 2 Berdasarkan hasil pengujian tiga bahan kain pada tabel di atas, besarnya lubang serat kain masih sangat jauh dari yang diharapkan. Ukuran lubang paling kecil yaitu terdapat pada kain jenis high twist (JG9) yaitu 166,52 µm. Dengan besar ukuran lubang tersebut, kain tidak akan mampu untuk menjerap partikel tersuspensi (TSP), sehingga bahan kain biasa tidak dapat digunakan sebagai filter pada pengambilan sample dengan metode high volume air sampling. Oleh karena itu, untuk pengujian unit HVAS pada penelitian ini tetap menggunakan filter standar yang berbahan dasar fiber glass. Keunggulan dari filter dengan bahan fiber glass yaitu tahan terhadap perubahan suhu sehingga pada saat pengujian berlangsung, bobot filter relatif tidak mudah berubah RANCANG BANGUN HVAS Pembuatan unit High Volume Air Sampler (HVAS) harus memenuhi beberapa kriteria desain, antara lain perancangan sederhana, alat mudah untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, alat dapat dioperasikan dengan mudah serta bahan yang digunakan mudah diperoleh dan berkualitas, namun harganya relatif murah. Persyaratan utama yang harus dimiliki oleh unit HVAS adalah mampu menghasilkan laju alir pompa vakum 1,13 sampai 1,70 m 3 /min pada saat pengujian berlangsung (SNI ). Pada penelitian ini, dibuat empat buah unit HVAS dengan menggunakan jenis kipas yang berbeda-beda dengan tujuan untuk mengetahui besarnya penurunan laju alir udara untuk setiap jenis kipas. Untuk memudahkan penjelasan selanjutnya, maka masing-masing unit diberi nama sebagai berikut: 23

3 Tabel 11. Penamaan HVAS berdasarkan jenis kipas dan pompa udara No Nama Unit Jenis Pompa/Kipas Daya Motor (Watt) 1 HVAS-S1 Sentrifugal 28 2 HVAS-A1 Aksial 65/75 3 HVAS-V1 Vakum HVAS-V2 Vakum HVAS-S1 Unit HVAS-S1 menggunakan kipas sentrifugal yang berfungsi untuk menghisap udara dari lingkungan. Kipas sentrifugal meningkatkan kecepatan aliran udara dengan impeler berputar. Kecepatan meningkat sampai mencapai ujung bilah dan kemudian diubah ke tekanan. Kipas ini ini mampu menghasilkan tekanan tinggi yang cocok untuk kondisi operasi yang kasar, seperti sistim dengan suhu tinggi, aliran udara kotor atau lembab, dan handling bahan (UNEP, 2006). Pada penelitian ini, jenis kipas sentrifugal yang digunakan yaitu jenis backward inclined dengan Merk Windy Model DB-85. Kipas setrifugal yang digunakan mampu menghasilkan putaran sebesar 2650 rpm dengan daya 28 Watt. Karena penggunaan kipas sentrifugal hanya untuk mengetahui besarnya kemampuan aktual kipas dan penurunan laju alir udara ketika diaplikasikan filter, maka perancangan HVAS-S1 menggunakan bahan-bahan yang sesederhana mungkin. Bahan-bahan tersebut antara lain sebuah sambungan reducer pipa PVC ukuran 2,5 ke 2 inchi (2,5 2 inchi), filter serat kaca, ring plat, kawat nyamuk, 3 buah pengunci filter dan steker. Pada prinsip kerja kipas setrifugal, udara dihisap melalui inlet yang berukuran 2,5 inchi kemudian keluar melalui saluran outlet berukuran 25 cm 2. Karena filter yang akan digunakan berukuran 5 cm, maka untuk menyesuaikannya, inlet pada HVAS-S1 dirancang berukuran 2 inchi. Untuk itu, digunakan sambungan reducer pipa PVC dari 2,5 inchi ke 2 inchi dan dipasang pada inlet kipas sentrifugal. Untuk menyangga filter, digunakan kawat nyamuk berbahan aluminium yang dibentuk lingkaran dengan diameter 5 cm. Penyangga filter dan filter tersebut dijepit oleh pelat ring berbahan besi berdiameter luar 6,8 cm dan diameter dalam 4,7 cm serta dikencangkan oleh tiga buah pengunci di sisisisinya. Untuk gambaran detail dapat dilihat pada Lampiran 8. 24

4 HVAS-A1 Rancangan kedua yaitu HVAS dengan menggunakan kipas aksial sebagai pemompa udara. Kipas jenis ini menggerakkan aliran udara sepanjang sumbu kipas. Kipas aksial yang digunakan memiliki 9 buah bilah dan motor listrik berdaya 65/75 Watt sebagai penggeraknya. Ukuran diameter kipas yaitu 8 inchi. Casing kipas HVAS-A1 menggunakan bahan stainless steel dengan ketebalan 1 mm agar tidak berkarat, awet dan memiliki bobot yang ringan. Ukuran inlet pada HVAS-A1 sedikit dibuat lebih besar daripada rancangan sebelumnya, yaitu berdiameter 6 cm. Pengunci filter dibuat seperti tutup toples dengan membuat ulir agar mudah untuk dibuka-tutup. Penutup belakang casing HVAS-A1 menggunakan plat stainless steel berlubang 8 mm di seluruh permukaannya sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Dimensi keseluruhan dari casing yang dirancang dapat dilihat pada Lampiran 10. Gambar 8. Casing HVAS-A1 tampak bagian depan (kiri) dan bagian belakang (kanan) HVAS-V1 Motor vacuum cleaner berukuran 4,5 inchi dengan daya listrik 600 Watt digunakan untuk perancangan HVAS-V1. Casing yang digunakan untuk HVAS- V1 yaitu berupa pipa dengan bahan PVC kualitas 1. Karena ukuran motor yang relatif kecil, maka digunakan sambungan reducer pipa PVC untuk pipa ukuran 4 inchi ke 2 inchi (4 2). Panjang sambungan pipa tersebut yaitu 18 cm dan sangat sesuai untuk motor vakum yang akan digunakan. Untuk menahan kestabilan posisi motor, bagian belakang pipa diberi penahan motor. Pada awalnya, penahan terbuat dari bahan acrylic yang dibentuk sesuai dengan ukuran diameter pipa, namun 25

5 ternyata banyak udara yang tertahan, sehingga menimbulkan suara yang sangat bising. Oleh karena itu, penahan diganti dengan kawat berbahan besi lunak yang menekan motor. Dengan begitu, udara dapat mengalir keluar dengan bebas karena bagian belakang casing terbuka. Motor vakum yang digunakan sudah memiliki potensiometer sehingga kecepatan putar motor dapat diatur. Untuk keamanan, pengatur kecepatan putar motor dan tombol on/off motor diberi kotak pelindung (Gambar 9). Gambar 9. Casing HVAS-V1 tampak bagian depan (kiri) dan tampak bagian belakang (kanan) Penyangga filter terbuat dari kawat nyamuk berbahan aluminium dan acrilic. Sama halnya dengan HVAS-S1, penyangga filter dan filter tersebut dijepit oleh pelat ring berbahan besi berdiameter luar 6,8 cm dan diameter dalam 4,7 cm serta dikencangkan oleh tiga buah pengunci di sisi-sisinya (Gambar 10). Penyangga filter (kawat aluminium) Penjepit filter Penyangga filter (acrylic) Gambar 10. Komponen penyangga dan pengunci filter pada HVAS-V1 26

6 HVAS-V2 HVAS-V2 menggunakan motor wet and dry vacuum cleaner berdaya 1000 Watt. Rumah/casing motor terbuat dari bahan stainless steel dan dirancang memiliki panjang 16 cm, lebar 19 cm dan tinggi 20 cm (Gambar 11). Penyangga dan pengunci filter memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan HVAS-V1, yaitu berdiameter 8 cm (Gambar 12). Gambar 11. Casing HVAS-V2 berbahan stainless steel Tutup pengunci berulir Penyangga filter Penjepit filter (bahan silikon) Gambar 12. Komponen penyangga, penjepit dan pengunci filter Saluran inlet udara berdiameter 6 cm atau luas inlet udara sebesar 2, m 2, sedangkan jarak antara inlet dengan kipas penggerak yaitu sebesar 5 cm. Agar udara yang telah melewati filter dapat keluar dengan bebas, maka penutup sisi belakang rumah motor tidak ditutup, namun diberi saringan kawat stainless steel dengan ukuran celah 5 mm. 27

7 Gambar 13. Bagian belakang HVAS-V2 Modifikasi pada HVAS-V2 dilakukan sebanyak 1 kali, yaitu dengan menambah lubang pengeluaran udara pada sisi kiri dan kanan rumah motor dengan ukuran lubang 12 cm 5,5 cm. Modifikasi ini dilakukan karena pada awalnya, motor terlalu panas akibat sirkulasi udara kurang baik sehingga udara panas terperangkap dalam rumah motor dan mengakibatkan over-heated sehingga motor tidak dapat berfungsi dalam waktu yang lama. Padahal, untuk pengujian performansi alat, motor diharapkan dapat berfungsi selama kurang lebih 3 jam. Dengan adanya lubang pengeluaran tambahan, over-heated dapat dikurangi sehingga alat dapat berfungsi lebih lama daripada sebelumnya. Gambar 14. Modifikasi casing HVAS-V2 28

8 4.3. PENURUNAN LAJU ALIR UDARA Pada pengambilan sampel partikel tersuspensi di udara ambien dengan menggunakan metode high volume air sampling, laju alir udara merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI ), nilai laju alir rata-rata pompa vakum untuk alat HVAS berkisar antara 1,13 sampai 1,70 m 3 /menit ketika beroperasi. Dengan laju alir ini, maka diperoleh partikel tersuspensi kurang dari 100 µm (diameter ekivalen) yang dapat dikumpulkan. Ketika filter standar berbahan serat kaca (glass fiber) diaplikasikan pada alat HVAS, maka akan terjadi penurunan laju alir udara karena aliran udara terhambat oleh filter tersebut. Dari besarnya penurunan laju alir tersebut, maka dapat diketahui besarnya kapasitas motor yang seharusnya digunakan untuk perancangan HVAS. Untuk mengetahui besarnya penurunan laju alir udara tersebut, dilakukan pengukuran besarnya laju alir sebelum diaplikasikan filter pada setiap jenis HVAS yang telah dibuat serta pengukuran ketika filter diaplikasikan pada alat tersebut. Setiap pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan menggunakan anemometer. Hasil dari bacaan anemometer kemudian dikonversi menjadi laju alir (m 3 /menit) dengan menggunakan Persamaan (2). Hasil pengukuran penurunan laju alir udara HVAS hasil rancangan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Hasil pengukuran penurunan laju alir udara HVAS hasil rancangan Laju alir udara Laju alir udara Penurunan No. Jenis Kipas/Pompa tanpa filter dengan filter laju alir (m 3 /menit) (m 3 /menit) (%) 1 Kipas sentrifugal 2,049 0, Kipas aksial 1,786 0, Pompa vakum 600 Watt * 3,115 0, Pompa vakum 1000 Watt 5,124 0, * pengukuran pada RPM maksimal Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada HVAS hasil rancangan dengan menggunakan kipas sentrifugal (HVAS-S1) dan aksial (HVAS-A1) laju alir udara ketika filter diaplikasikan pada alat tersebut tidak dapat terdeteksi oleh anemometer. Untuk HVAS-S1, kemungkinan besar dikarenakan kapasitas aliran 29

9 udara pada kipas masih terlalu kecil. Penggunaan jenis kipas sentrifugal berukuran kecil dilakukan agar tercapai tujuan pembuatan alat yang mudah untuk dibawa. Apabila menggunakan kipas atau pompa udara sentrifugal yang berkapasitas besar, disamping harganya yang mahal, ukuran dari kipas atau pompa pun terlalu besar dan berat, sehingga sulit untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu, hal ini dapat terjadi karena salah satu karakteristik kipas sentrifugal dimana aliran udara cenderung turun secara drastis begitu tekanan sistim meningkat, yang dapat merupakan kerugian pada sistem pengangkutan bahan yang tergantung pada volum udara yang mantap (Munson et al., 2006). Oleh karena itu, kipas jenis ini dapat dikatakan kurang sesuai untuk penerapan sistem yang cenderung terjadi penyumbatan seperti HVAS. Sama halnya dengan HVAS-S1, laju alir udara pada HVAS-A1 tidak dapat terukur oleh anemometer ketika diaplikasikan filter, sehingga penurunan laju alir hampir mencapai 100%. Pada dasarnya, kipas aksial yang digunakan memiliki diameter 8 inchi dengan kecepatan angin normal (tanpa casing) rata-rata 9,03 m/detik. Dengan kata lain, laju alir kipas aksial normal tanpa casing yaitu sebesar 18,11 m 3 /menit. Namun, ketika kipas ditutup oleh casing yang memiliki bentuk kerucut di bagian depannya, laju alir menurun drastis hingga hanya 1,786 m 3 /menit. Terlebih ketika diaplikasikan filter, laju alir udara tidak dapat terukur oleh anemometer sehingga tidak memungkinkan HVAS-A1 untuk menghisap debu tersuspensi dalam udara ambien. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kipas aksial untuk HVAS tidak sesuai, karena jenis kipas ini tidak dapat digunakan untuk sistem yang memiliki penyumbatan terlalu besar. HVAS ketiga (HVAS-V1) yang dibangun menggunakan pompa vakum yang diambil dari motor vacuum cleaner kapasitas kecil dengan daya 600 Watt. Sebelum diaplikasikan filter, pompa ini menghasilkan laju alir udara sebesar 3,115 m 3 /menit. Namun, ketika diaplikasikan filter pada inlet, terjadi penurunan laju alir sebesar rata-rata 89% sehingga laju alir udara menjadi 0,345 m 3 /menit. Sedangkan untuk HVAS-V2, jenis pompa yang digunakan sama dengan HVAS- V1 yaitu pompa vakum yang merupakan motor vacuum cleaner, namun memiliki kapasitas pompa yang lebih besar yaitu dengan daya hingga 1000 Watt. Laju alir rata-rata yang dihasilkan oleh HVAS-V2 sebelum pemasangan filter yaitu 5,124 30

10 m 3 /menit. Ketika filter diaplikasikan pada inlet HVAS-V2, rata-rata laju alir yang terukur mengalami penurunan 90% sehingga laju alirnya menjadi 0,518 m 3 /menit. Berdasarkan nilai penurunan laju alir yang terjadi pada HVAS-V1 dan HVAS-V2 tersebut, misalkan penurunan laju alir dibulatkan menjadi 90%, maka untuk mencapai nilai standar nasional laju alir pada pengambilan sampel TSP dengan metode HVAS, atau sebesar 1,13-1,70 m 3 /menit ketika beroperasi, diperlukan pompa yang memiliki kapasitas laju alir hingga 11,3-17,0 m 3 /menit dengan desain casing yang sama UJI PERFORMANSI Uji Banding Pengukuran Konsentrasi TSP High Volume Air Sampler (HVAS) yaitu alat yang digunakan untuk mengukur partikel tersuspensi total (Total Suspended Particulate/TSP) dengan laju alir udara yang sangat besar. Menurut SNI , nilai rata-rata laju alir pompa vakum untuk HVAS yaitu sebesar 1,13-1,70 m 3 /menit. Berdasarkan hasil pengukuran besar laju alir pada masing-masing unit HVAS dengan jenis kipas yang berbeda-beda, HVAS rancangan dengan menggunakan kipas vakum berdaya 1000 Watt memiliki laju alir rata-rata paling besar ketika beroperasi, yaitu 0,5182 m 3 /menit, sedangkan untuk jenis kipas yang lain memiliki laju alir yang masih sangat jauh dari target yang diharapkan. Oleh karena itu, pengujian banding dengan alat HVAS buatan Amerika hanya berlaku untuk HVAS vakum berdaya 1000 Watt (HVAS-V2). Alat HVAS yang digunakan sebagai pembanding dalam pengujian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut: Produsen/Firma : General Metal Works Inc. Model no. : 2000 HX Voltase : 220 V Kuat arus : 4 Ampere Cycles : 50 Lokasi titik sampel yaitu di Bengkel Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor. Sedangkan untuk persiapan pengujian dan analisis hasil pengambilan sampel dilakukan di Laboratorium Terapan AKA Bogor. Lokasi persiapan 31

11 pengujian, pengambilan sampel serta analisis hasil pengujian tersebut saling berdekatan, sehingga dapat mengurangi eror hasil pengujian. Gambar 15. Uji banding HVAS Amerika (kiri) dengan HVAS-V2 (kanan) Pengukuran konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP) dalam udara dilakukan dengan metode gravimetri. Pada prinsipnya, filter berbahan serat kaca (fiber glass) akan menyaring TSP dari udara bebas yang terhisap oleh alat HVAS. Dengan menggunakan metode gravimetri, sebelum dilakukan pengambilan sampel, filter ditimbang terlebih dahulu untuk diketahui bobot awal filter kosong sebelum menyaring TSP. Untuk keakuratan hasil yang akan diperoleh, filter dipanaskan di dalam oven pada suhu berkisar antara o C selama 30 menit agar kandungan air yang terdapat pada filter menguap. Ukuran filter yang digunakan pada masing-masing HVAS berbeda. Untuk HVAS buatan Amerika, filter berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8 10 inchi dan inlet udara sebesar 7 9 inchi. Sedangkan untuk HVAS hasil rancangan, filter berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 8 cm dengan inlet udara sebesar 6 cm. Setelah filter ditimbang, filter kemudian diaplikasikan pada alat yang telah disiapkan sebelumnya. Pengambilan sampel TSP dilakukan selama 45 menit dan sebanyak tiga kali ulangan untuk masing-masing HVAS dalam waktu yang bersamaan. Pengambilan sampel tersebut dilakukan di dalam ruangan tepatnya di bengkel Akademi Kimia Analisis. Pemilihan tempat pengukuran di dalam ruangan bertujuan untuk menghindari perubahan cuaca mendadak seperti pada pengukuran yang dilakukan di luar ruangan dimana dapat mengakibatkan 32

12 gangguan ketika pengukuran berlangsung. Hasil yang diperoleh dari uji banding alat HVAS rancangan dengan HVAS buatan Amerika dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil uji banding unit HVAS buatan Amerika dan hasil rancangan Jenis HVAS Amerika Rancangan Ulangan Besaran Satuan Simbol Tekanan udara mmhg P Kelembaban udara % RH 71,40 70,6 73,75 71,40 70,60 Suhu lingkungan K T1 302,1 302,6 301,0 302,1 302,6 T2 302,6 302,9 301,6 302,6 302,9 Durasi pengujian menit t Laju alir terukur m3/min Q1 1,176 1,120 0,497 0,541 0,500 Q2 1,176 1,120 0,536 0,491 0,486 Laju alir Qs1 1,153 1,097 0,488 0,530 0,490 m3/min terkoreksi Qs2 1,152 1,097 0,526 0,482 0,476 Volume udara m3 V 51,877 49,374 22,815 22,763 21,750 Bobot filter kosong gram M1 4,9415 4,9881 0,5252 0,4994 0,5072 Bobot filter setelah pengujian gram M2 4,9561 4,9972 0,5287 0,5033 0,5093 Bobot TSP gram M2-M1 0,0146 0,0091 0,0035 0,0039 0,0021 Konsentrasi TSP µg/nm3 C 281, , , ,332 96,551 Rata-rata C µg/nm3 C rata-rata 232, ,431 Rasio konsentrasi TSP hasil HVAS rancangan dengan HVAS buatan 60,30 Amerika (%) Berdasarkan Tabel 12, perbedaan laju alir antara HVAS buatan Amerika dengan HVAS hasil rancangan masih tinggi. Untuk HVAS buatan Amerika, laju alir udara ketika beroperasi yaitu berkisar antara 1,120-1,176 m 3 /menit, sedangkan untuk HVAS hasil rancangan, laju alir udara ketika beroperasi yaitu berkisar antara 0,476-0,541 m 3 /menit. Jika dibandingkan, konsentrasi TSP yang terukur oleh HVAS hasil rancangan sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari rasio konsentrasi TSP HVAS rancangan terhadap HVAS buatan Amerika yaitu sebesar 60,30%. Namun, laju alir yang dihasilkan oleh HVAS hasil rancangan masih belum memenuhi kriteria sebagai HVAS. Semakin besar laju alir yang dihasilkan oleh pompa vakum, maka semakin besar ukuran partikel yang dapat terbawa oleh 33

13 udara yang terhisap. Dengan laju alir berkisar antara 1,13-1,70 m 3 /menit, partikel yang dapat terbawa yaitu berukuran hingga 100 µm. Karena laju alir pada HVAS hasil rancangan masih setengah dari laju alir standar, maka ukuran partikel yang terhisap pun hanya berupa partikel ringan sehingga bobot partikel yang terjerap pun lebih ringan daripada HVAS buatan Amerika. Gambar 16 menunjukkan banyaknya TSP yang tersaring pada filter setelah 45 menit pengoperasian alat HVAS buatan Amerika dan hasil rancangan. Gambar 16. Banyaknya TSP tersaring pada filter oleh HVAS buatan Amerika (kiri) dan HVAS hasil rancangan (kanan) Adapun satuan untuk konsentrasi TSP di udara yaitu µg/nm 3 atau dibaca sebagai mikrogram per normal meter kubik. Notasi N menunjukkan satuan volume hisap udara kering dikoreksi pada kondisi normal yaitu pada suhu 25 o C dan tekanan sebesar 760 mmhg (SNI ). Secara keseluruhan, HVAS hasil rancangan memiliki beberapa keunggulan, yaitu mudah dibawa dan dipindahkan karena ukurannya yang tidak terlalu besar. Namun, HVAS hasil rancangan masih belum dapat dikatakan sebagai HVAS karena laju alir udara pada saat alat beroperasi belum sesuai dengan standar SNI untuk pengujian partikel tersuspensi total Uji Kebisingan Menurut Wilson (1989), kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh transportasi dan industri sehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan. Salah satu pokok permasalahan pada pengoperasian alat HVAS adalah 34

14 kebisingan yang diakibatkan oleh alat tersebut. Kebisingan dapat mengakibatkan ketidaknyamanan operator pada saat pengambilan sampel berlangsung dan dapat juga mengganggu kegiatan di sekitar titik pengambilan sampel. Oleh karena itu, tingkat kebisingan alat yang dirancang perlu dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan seberapa layak alat tersebut untuk digunakan. Pengujian tingkat kebisingan alat hasil rancangan dengan vakum berdaya 1000 Watt dilakukan di ruangan terbuka dengan jarak 5 meter dari sumber suara. Gambar 17 menunjukkan besarnya tingkat kebisingan yang diakibatkan oleh alat tersebut ketika beroperasi terhadap jarak sumber dengan pendengar Tingkat Kebisingan Unit HVAS Rancangan Tingkat kebisingan (db) Jarak dari sumber (meter) Gambar 17. Grafik tingkat kebisingan HVAS-V2 hasil rancangan Berdasarkan grafik di atas, HVAS-V2 menghasilkan bunyi yang sangat bising terutama pada jarak yang sangat dekat dengan sumber. Pada jarak terdekat dengan sumber (5 meter), intensitas bunyi yang terukur yaitu sebesar 75,54 db. Mengacu pada KepmenLH No. 48 tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan, setiap kawasan memiliki baku tingkat kebisingan seperti tertera pada Tabel 4. Tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh HVAS hasil rancangan tidak memungkinkan alat tersebut digunakan di dalam ruangan ataupun di kawasan padat penduduk karena selain tidak memenuhi baku mutu, kebisingan yang 35

15 dihasilkan pun dapat mengganggu aktivitas serta kesehatan objek bunyi. Namun, apabila objek pendengar berada pada jarak aman dengan lokasi titik pengambilan sampel, seperti pada jarak 50 m dimana bunyi yang didengar sebesar 55,54 db, maka alat tersebut masih dapat untuk digunakan di beberapa kawasan terbuka. 36

3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian

3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian 3. METODOLOGI 3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juni sampai Desember 2009. Kegiatan penelitian terdiri dari perancangan, pembuatan serta pengujian alat HVAS. Pembuatan

Lebih terperinci

SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA ALAT PENGUKUR TOTAL SUSPENDED PARTICULATE (TSP) DENGAN METODE HIGH VOLUME AIR SAMPLING

SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA ALAT PENGUKUR TOTAL SUSPENDED PARTICULATE (TSP) DENGAN METODE HIGH VOLUME AIR SAMPLING SKRIPSI RANCANG BANGUN DAN UJI KINERJA ALAT PENGUKUR TOTAL SUSPENDED PARTICULATE (TSP) DENGAN METODE HIGH VOLUME AIR SAMPLING Oleh: ASTITI PURIWIGATI F14052798 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL Hampir kebanyakan pabrik menggunakan fan dan blower untuk ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara. Sistim fan penting untuk menjaga pekerjaan proses

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional 1 SNI 19-7117.12-2005 Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara STANDARDS Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang: Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak KepKaBaPedal No 205/1996 tentang: Pengendalian

Lebih terperinci

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara Eko Hartini STANDARDS Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang: Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak KepKaBaPedal No 205/1996 tentang:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PENGHISAP DEBU (VACUUM CLEANER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL IV. ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN Alat pemerah susu sapi ini dibuat sesederhana mungkin dengan memperhitungkan kemudahan penggunaan dan perawatan. Prinsip pemerahan yang dilakukan adalah dengan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POLUSI UDARA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POLUSI UDARA 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POLUSI UDARA Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER 4.1 TUJUAN PENGUJIAN Tujuan dari pengujian Cigarette Smoke Filter ialah untuk mengetahui seberapa besar kinerja penyaringan yang dihasilkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Desember 2016. Kegiatan penelitian ini mencakup perancangan dan pembuatan alat,

Lebih terperinci

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS

SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS SISTEM MEKANIK MESIN SORTASI MANGGIS Perancangan dan pembuatan mekanik mesin sortasi manggis telah selesai dilakukan. Mesin sortasi manggis ini terdiri dari rangka mesin, unit penggerak, unit pengangkut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan senyawa campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandung nitrogen, oksigen, uap air dan gas-gas lain. Udara ambien,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN 4.1 Konsep Pembuatan Mesin Potong Sesuai dengan definisi dari mesin potong logam, bahwa sebuah mesin dapat menggantikan pekerjaan manual menjadi otomatis, sehingga

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. fluida incompressible (fluida yang tidak mampu mampat) dari tempat yang rendah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. fluida incompressible (fluida yang tidak mampu mampat) dari tempat yang rendah 11 BAB II PEMBAHASAN MATERI Pompa adalah suatu jenis mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida incompressible (fluida yang tidak mampu mampat) dari tempat yang rendah ke tempat lebih tinggi alau dari

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2 Jurusan Teknik Lingkungan FALTL Universitas Trisakti Gasal 2015/2016

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2 Jurusan Teknik Lingkungan FALTL Universitas Trisakti Gasal 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2 Jurusan Teknik Lingkungan FALTL Universitas Trisakti Gasal 2015/2016 KELOMPOK 9 1. Anggie Trixy (082001300004) 2. Annisa Muthiya (082001300005) TOTAL SUSPENDED

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

Perangkat keras Stasiun Bumi Pemantau Gas Rumah Kaca (SBPGRK) Versi 1.0 merupakan integrasi antara beberapa komponen, yakni :

Perangkat keras Stasiun Bumi Pemantau Gas Rumah Kaca (SBPGRK) Versi 1.0 merupakan integrasi antara beberapa komponen, yakni : II. PERAKITAN KOMPONEN SISTEM Perangkat keras Stasiun Bumi Pemantau Gas Rumah Kaca (SBPGRK) Versi 1.0 merupakan integrasi antara beberapa komponen, yakni : 1. Gas Analyser GA2000Plus yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

Penyehatan Udara. A. Sound Level Meter

Penyehatan Udara. A. Sound Level Meter Penyehatan Udara Penyehatan udara merupakan upaya yang dilakukan agar udara yang ada disekeliling kita sebagai makhluk hidup tidak mengalami cemaran yang dapat berdampak pada kesehatan. Penyehatan udara

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pompa Pompa adalah peralatan mekanis untuk meningkatkan energi tekanan pada cairan yang di pompa. Pompa mengubah energi mekanis dari mesin penggerak pompa menjadi energi

Lebih terperinci

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater.

S o l a r W a t e r H e a t e r. Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. BUKU PANDUAN SOLAR WATER HEATER Pemanas Air Dengan Tenaga Matahari S o l a r W a t e r H e a t e r Bacalah buku panduan ini dengan seksama sebelum menggunakan / memakai produk Solar Water Heater. Pengenalan

Lebih terperinci

MESIN PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYER)

MESIN PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYER) MESIN PENGGORENG VAKUM (VACUUM FRYER) Buku Petunjuk Perakitan Perawatan Pengoperasian Jl. Rajekwesi 11 Malang Jawa Timur Indonesia (0341)551634 Website: 1 a. CARA PERAKITAN Untuk dapat memperoleh kinerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DAN PABRIKASI Dalam bab ini membahas tentang segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan penelitian seperti: tempat serta waktu dilakukannya penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. MEODOLOGI PENELIIAN A. EMPA DAN WAKU PENELIIAN Penelitian ini dilakukan di Lab. E, Lab. Egrotronika dan Lab. Surya Departemen eknik Mesin dan Biosistem IPB, Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Rancangan

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Rancangan 25 PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Rancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Peralatan Yang Digunakan Penelitian dilakukan dengan menggunakan suatu reaktor berskala pilot plant. Reaktor ini mempunyai ukuran panjang 3,4 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman air

Lebih terperinci

Semen portland campur

Semen portland campur Standar Nasional Indonesia Semen portland campur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT ANALISIS PEMBUATAN JIG PENGUBAH SUDUT KEMIRINGAN VALVE SILINDER HEAD SEPEDA MOTOR MATIC Nama NPM : 20410985 Jurusan Fakultas : Ardi Adetya Prabowo : Teknik Mesin : Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat ditunjukkan pada diagram alur penelitian yang ada pada gambar 3-1. Mulai Identifikasi Masalah Penentuan Kriteria Desain

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump). BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI 3.1 Perancangan Reaktor Gasifikasi Reaktor gasifikasi yang akan dibuat dalam penelitian ini didukung oleh beberapa komponen lain sehinga membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB III PENGUJIAN DAN ANALISA POMPA VAKUM

BAB III PENGUJIAN DAN ANALISA POMPA VAKUM BAB III PENGUJIAN DAN ANALISA POMPA VAKUM 3.1 Prinsip Kerja Pompa Vacum Pada gambar 2-5 dijelaskan bahwa proses terjadinya hisapan adalah akibat adanya kehilangan tekanan pada aliran udara didalam pipa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

III. METODA PENELITIAN

III. METODA PENELITIAN III. METODA PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Proses Balai Besar Industri Agro (BBIA), Jalan Ir. H. Juanda No 11 Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL LOGO POMPA CENTRIFUGAL Dr. Sukamta, S.T., M.T. Pengertian Pompa Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Klasifikasi

Lebih terperinci

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai BAB V PERCOBAAN V. PERCOBAAN 5.1. Bahan dan alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari model alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Lebih terperinci

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan 33 karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan polimer yang lebih kuat dan tebal. Canister model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian explanatory research atau penelitian penjelasan karena data yang dipergunakan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut

BAB III METODE PENELITIAN. persiapan dan pembuatan kincir Savonius tipe U dengan variasi sudut A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi persiapan dan pembuatan kincir

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 5: Cara uji oksida-oksida nitrogen dengan metoda Phenol Disulphonic Acid (PDS) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE 4.1 EVALUASI PROTOTYPE Setelah selesai pembuatan prototype, maka dilakukan evaluasi prototipe untuk mengetahui apakah prototipe tersebut telah memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dengan topik Desain Cetakan Tapioca Based Puffed Snack Panggang Dengan Bahan Dasar Stainless Steel dan Aluminium dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

LABORATORIUM PILOT PLAN SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015

LABORATORIUM PILOT PLAN SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015 LABORATORIUM PILOT PLAN SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015 MODUL PEMBIMBING : Cooling Tower : Ir. Nurcahyo, MT. Praktikum : 29 September 2014 Penyerahan : 6 Oktober 2014 (Laporan) Oleh : Kelompok :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan pada bulan Desember 2007 Februari 2008 bertempat di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) yang

Lebih terperinci

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D

UJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D 1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI

Lebih terperinci

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin : BOILER FEED PUMP A. PENGERTIAN BOILER FEED PUMP Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan dengan cara

Lebih terperinci

Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja

Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja Standar Nasional Indonesia Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja ICS 17.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1. Ruang lingkup... 1 2.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang terdapat di Kecamatan Kemiling,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Menghitung Kapasitas Silinder Pada perencangan alat uji kekentalan plastik ini sampel akan dilebur didalam silinder. Untuk itu dibutuhkan perhitungan untuk mencari

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM. Ahmad Mahfud ABSTRAK

KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM. Ahmad Mahfud ABSTRAK KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM Ahmad Mahfud ABSTRAK Permasalahan terkait dengan tingginya losses dan kadar kotoran kernel produksi di Pabrik Kelapa Sawit merupakan permasalahan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda/media

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Fasilitas Fisik Aktual 6.1.1.1 Kursi Kursi aktual yang digunakan dalam aktifitas jemaat di GMS Bandung berbahan pipa besi sebagai kaki dan penyangganya sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci