BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pencemaran Udara yang Terjadi di Lokasi Penelitian Potensi pencemaran yang terjadi di lokasi penelitian Kualitas udara dapat diketahui dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kualitas udara baku yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Pencemaran udara yang terjadi di lokasi penelitian dapat dilihat dari hasil pemantauan dan pengujian kualitas udara yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian terletak di antara dua lokasi pemantaun yang dilakukan oleh BLHD yaitu di depan pintu Tol Gunung Putri serta kawasan CCIE Citeureup. Potensi pencemaran yang terbesar adalah pencemaran udara karena partikel debu atau total suspended particle (TSP) yang melebihi batas baku mutu udara yaitu sebesar 158,10 µg/nm 2 hingga µg/nm 2. Hasil pemantauan udara oleh BLHD Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil pemantauan udara BLHD Kabupaten Bogor semester 1 tahun 2012 Parameter Unit Baku mutu Pengukuran PPRI No. 41/1999 KEP. MENLH No.48/1988 Pertigaan Depan Pintu Tol CCIE Citereup Gunung Putri TSP g/nm ,10 SO 2 g/nm ,00 5,96 CO 2 Ppm ,50 749,00 NO 2 µg/nm ,5 <10 <10 H 2 S µg/nm ,0 22,6 NH 3 µg/nm ,4 <20,00 O 3 µg/nm <19,60 <19,60 Sumber : BLHD Kabupaten Bogor (2012) Potensi pencemaran yang terjadi pada RW 03 dan RW 06 tidak jauh berbeda karena kedua lokasi penelitian ini hanya berjarak 1 km dan berjarak 1 km dari sumber pencemar. Partikel debu merupakan parameter pencemar yang melebihi baku mutu udara di lokasi penelitian karena lokasi penelitian ini berdekatan dengan pabrik semen dengan kapasitas produksi 3,1 juta ton per tahun (PT. Indocement 2010) dan pada akhir tahun 2012 akan dinaikkan menjadi 4,4 juta ton per tahun (Syafputri 2012). Pabrik semen ini akan mengeluarkan polutan ke udara berupa partikel halus karena aktivitas produksi.

2 31 Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh Septiyani pada tahun 2010 sebelumnya potensi pencemaran yang terjadi di Desa Gunung Putri pada jarak 1000 meter dengan pengujian di beberapa titik vegetasi dapat dilihat pada Tabel 6. Jarak ini sesuai dengan kondisi RW 03 dan RW 06 yang berjarak 1000 m dari sumber pencemar yang dijadikan sebagai titik acuan. Pengukuran pada titik yang tidak ada vegetasi dan tidak rindang menggambarkan kondisi RW 03 dengan kondisi vegetasi yang mempunyai kerapatan pohon 9 pohon per hektar. Pengukuran pada titik rindang dan sangat rindang menggambarkan kondisi RW 06 yang mempunyai kerapatan vegetasi 88 pohon per hektar. Tabel 6 Konsentrasi partikel debu Desa Gunung Putri tahun 2009 pada jarak 1000 m dari pabrik semen. Titik pengukuran Baku mutu (TSP) ( g/nm 2 )* Konsentrasi debu di bawah tegakan ( g/nm 2 ) 24 jam 1 jam Tidak ada vegetasi 3194,74 Tidak rindang 337,57 230,00 Rindang 230,24 Sangan rindang 124,93 Sumber : Septiyani (2010). Keterangan : *) Peraturan Pemerintah No. 41 tahun Besarnya konsentrasi debu di Desa Gunung Putri disebabkan oleh beberapa faktor. Aktivitas produksi pabrik semen merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya pencemaran udara. Selain itu aktivitas distribusi hasil produksi mengakibatkan arus lalu lintas transportasi cukup padat menyebabkan konsentrasi zat pencemar terutama debu akan semakin meningkat (Yusad 2003) Potensi kemampuan pekarangan dalam mereduksi zat pencemar Pengaruh parameter vegetasi dalam mereduksi zat pencemar Keberadaan pohon di pekarangan rumah akan menjadi filter udara bebas. Berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan di lokasi penelitian dengan mengambil beberapa contoh pekarangan berdasarkan SPPT Desa Gunung Putri 2012 jenis yang banyak ditanam di pekarangan warga RW 03 dan RW 06 merupakan jenis tanaman buah. Jenis yang ditemukan di RW 03 terdapat 5 jenis spesies pohon dari 5 famili. Pohon yang ditemukan di RW 06 terdapat 27 jenis dari 17 famili. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan kerapatan vegetasi di

3 32 RW 03 dapat dikatakan rendah karena hanya berkisar 9 pohon per ha. RW 06 mempunyai kerapatan vegetasi yang lebih tinggi yaitu 88 pohon per ha. Jenis pohon mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menjerap dan menyerap zat pencemar. Berdasarkan Iwan (2011) diacu dalam Santoso (in press) tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menyerap polutan secara umum mempunyai ciri yang serupa. Ciri tersebut antara lain tanaman memiliki tajuk yang rimbun, tidak gugur daun, tanaman tinggi. Pohon yang terdapat di pekarangan mempunyai kemampuan dalam mereduksi zat pencemar. Parameter vegetasi seperti luas proyeksi tsajuk, leaf area index dan tinggi pohon yang terdapat di pekarangan diduga dapat mempengaruhi kemampuan vegetasi dalam mereduksi zat pencemar (Septiyani 2010). Hasil pengukuran parameter vegetasi dikedua lokasi penelitian ditunjukkan dengan Tabel 7. Tabel 7 Hasil pengukuran parameter vegetasi di kedua lokasi penelitian Rata-rata Leaf Lokasi Luas Proyeksi Luas tajuk penelitian tajuk (m 2 Area Index ) (m 2 ) (LAI) Rata-rata tinggi pohon (m) RW ,05 0,82 318,54 5,40 RW ,12 1, ,39 6,09 Vegetasi dapat mereduksi dengan baik zat pencemar apabila terdapat pohon dengan tajuk yang rindang hal ini sesuai dengan pernyataan Irwan (1994) fungsi hutan kota akan lebih efektif apabila banyak vegetasi yang membangun hutan kota. Hal ini dapat diterjemahkan ketika banyak pohon di pekarangan maka fungsi pekarangan akan lebih efektif dalam menyerap dan menjerap zat pencemar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan LAI yang ditunjukkan oleh pohon di RW 03 dengan LAI 0,82 dan RW 06 1,12 cukup kecil hal ini disebabkan karena perhitungan jenis pohon yang berada di kedua lokasi hampir sama yaitu jambu air, mangga dan rambutan. Pengambilan data LAI di kedua lokasi penelitian dilakukan per pohon sehingga memperlihatkan rata-rata LAI masing-masing pohon. Luas tajuk mempunyai hubungan yang erat dengan LAI dimana LAI merupakan perbandingan antara luas proyeksi tajuk dan LAI. Berdasarkan penelitian Septiyani (2010) luas proyeksi tajuk tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap konsentrasi debu. Hal ini disebabkan oleh parameter yang digunakan hanya strata bawah sehingga memerlukan parameter lain yaitu luas tajuk. Perhitungan luas tajuk diperoleh

4 33 dengan mengalikan LAI dengan luas proyeksi tajuk, sehingga diperoleh luas tajuk untuk masing-masing lokasi penelitian. Berdasarkan Wood (2001) diacu dalam Wawo (2010) menyebutkan LAI merupakan perbandingan luas daun total dengan luas tanah yang ditutupi. Penelitian Wawo (2010) menunjukkan bahwa pohon dengan LAI yang lebih besar akan mampu menurunkan konsentrasi zat pencemar yang lebih besar sehingga dapat dijelaskan bahwa dengan semakin besar luas tajuk maka kemampuan pohon dalam mereduksi zat pencemar juga akan semakin tinggi. Berdasarkan Septiyani (2010) menjelaskan bahwa korelasi antara parameter vegetasi dengan partikel di udara mempunyai korelasi yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari parameter vegetasi maka konsentrasi zat pencemar terutama partikel debu akan semakin rendah. Penelitian Septiyani menunjukkan bahwa parameter vegetasi berupa LAI dan tinggi pohon sangat mempengaruhi penurunan konsentrasi zat pencemar di udara. Hal ini menunjukkan bahwa dengan luas tajuk yang luas maka konsentrasi zat pencemar juga akan semakin berkurang Kemampuan pekarangan dalam mereduksi zat pencemar Kemampuan daun pohon dalam mereduksi zat pencemar bervariasi hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut Smith (1981) diacu dalam Dahlan (2004) faktor tersebut antara lain daya kelarutan polutan di dalam air atau cairan sel, kelembaban lingkungan di sekitar daun, intensitas cahaya matahari, kedudukan daun, SO 2 dan NO 2 mampu diserap dalam keadaan gelap sedangkan laju penyerapan akan berkurang jika dalam keadaan terang. Kemampuan vegetasi di lokasi penelitian dalam mereduksi zat pencemar dapat dilihat dalam Tabel 8. 1 CO 2 Tabel 8 Kemampuan serapan zat pencemar oleh pekarangan No. Jenis Polutan Luas Tajuk (m 2 ) Serapan Oleh Tajuk Pohon Kemampuan Serapan Oleh Tajuk ( g/jam) RW 03 RW 06 ( g/m 2 /jam)* RW 03 RW , ,62 2 NO 318, , , ,97 3 SO , ,86 Total serapan , ,44 Sumber: *) Smith (1981) diacu dalam Dahlan (2004)

5 34 Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa kemampaun vegetasi menyerap zat pencemar pada RW 06 lebih tinggi yaitu sebesar ,44 g/jam dari RW 03 sebesar ,35 g/jam. Hal ini disebabkan karena luas tajuk di RW 06 lebih luas dibandingkan di RW 03. Luas tajuk RW 06 dipengaruhi oleh keberadaan vegetasi di wilayah tersebut. Kemampuan vegetasi dalam menyerap zat pencemar akan mengurangi gangguan kesehatan bagi manusia. Melihat kemampuan vegetasi dalam mereduksi pencemaran yang terjadi maka keberadaan pekarangan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dan perlu dijaga keberadaanya. Menjaga keberadaan pekarangan yang merupakan bagian dari RTH merupakan pendekatan planologis yaitu upaya pencegahan pencemaran lingkungan dengan penataan fisik. Penataan ini penting dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman serta sehat (Kristanto 2004). Berdasarkan hasil pemantauan dari BLHD Kabupaten Bogor emisi partikel debu di Desa Gunung Putri sudah melebihi batas baku mutu udara sehingga akan mengganggu kesehatan masyarakat. Partikel debu akan berbahaya bagi kesehatan karena partikel debu mengakibatkan beberapa penyakit dan dapat memicu munculnya beberapa penyakit. Penyakit yang disebabkan karena partikel debu antara lain batuk, iritasi kerongkongan, kanker serta akan memperberat penyakit jantung (Satriyo 2008). Penelitian Septiyani (2010) dan Wawo (2010) menunjukkan bahwa keberadaan pohon di pekarangan dapat mengurangi pencemaran udara terutama debu. Berdasarkan Karyono (2005) pohon sangat membantu bagi kesehatan manusia, disamping menyerap gas polutan dan debu di udara juga menghasilkan gas oksigen yang diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia Jumlah penderita penyakit yang diduga karena pencemaran udara pada RW 06 lebih sedikit dibandingkan dengan warga RW 03. Hal ini menunjukkan manfaat ekologis adanya pekarangan bagi masyarakat. 5.2 Dampak Pencemaran Udara Korelasi parameter vegetasi dengan kesehatan masyarakat Parameter vegetasi yang diduga akan mempengaruhi konsentrasi zat pencemar di udara yiatu luas proyeksi tajuk, LAI serta tinggi pohon. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Wawo (2010) dan Septiyani (2010)

6 35 menunjukkan bahwa LAI dan tinggi pohon merupakan parameter vegetasi yang mempunyai korelasi negatif dengan konsentrasi zat pencemar. LAI merupakan perbandingan antara luas proyeksi tajuk dan luas tajuk, sehingga semakin tinggi LAI maka tajuk pohon akan semakin luas. Hal ini akan meningkatkan penjerapan dan penyerapan partikel debu di udara oleh pekarangan akan semakin tinggi. Partikel debu merupakan salah satu zat pencemar yang akan memengaruhi kesehatan masyarakat sehingga dengan adanya pekarangan dapat mengurangi kadar debu di udara (Wardhana 2004) Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan masyarakat Potensi pencemaran yang terdapat di lokasi penelitian akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Gangguan kesehatan ini akan dialami oleh semua orang baik laki-laki, perempuan, anak-anak maupun dewasa akan berpotensi terkena penyakit yang disebabkan karena pencemaran udara ini. Hal ini disebabkan oleh semua orang membutuhkan O 2 dari udara yang sama sedangkan kondisi udara yang ada sudah tercemar. Ada tiga cara masukkanya bahan pencemar udara ke tubuh manusia yaitu melalui sistem pernapasan atau inhalasi, melalui sistem pencernaan ingestasi dan penetrasi kulit (Budiyono 2001). Jenis zat pencemar akan memberikan pengaruh yang berbeda untuk kesehatan. Zat pencemar yang banyak terjadi di lokasi penelitian adalah debu sehingga penyakit yang banyak terjadi di lokasi penelitian adalah jenis penyakit yang disebabkan karena debu. Gangguan kesehatan dari zat pencemar ini tergantung dari ukuran yang terhembus ke udara. Menurut Budiyono (2001) pada tingkat konsentrasi tertentu zat pencemar akan berakibat langsung terhadap kesehatan baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronis dengan gejalagejala yang samar. Gejala ini biasanya dimulai dari iritasi saluran pernapasan, iritasi mata hingga timbulnya kanker paru-paru. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Gunung Putri ada 10 golongan penyakit dengan jumlah penderita terbanyak. Jumlah penderita terbanyak selama 5 tahun terakhir adalah jenis penyakit ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) serta jenis penyakit lain yang berhubungan dengan saluran pernapasan antara lain nesofaringis akuta (flu/ CC) dan faringis akuta untuk lebih jelasnya pada Gambar 6.

7 36 4% 7% 9% 9% 3% 3% 3% 9% 19% 34% ISPA CC Diare demam Migren Dermatis Myalgia Hypertensi faringitis Peny pulpa Sumber : Puskesmas Kecamatan Gunung Putri (2011). Gambar 6 Sepuluh penyakit terbesar Desa Gunung Putri dan Desa Keranggan. Berdasarkan Gambar 6 jenis penyakit gangguan pernapasan di duga akibat dari pencemaran udara yang terjadi di desa tersebut ISPA merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak di derita warga Desa Gunung putri. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan dari tahun 2007 hingga 2011 Puskesmas Kecamatan Gunung Putri jumlah penderita penyakit ini mengalami fluktuasi dari tahun ketahun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar Jumlah Jumlah penderita ISPA Tahun Sumber : Puskesmas Kecamatan Gunung Putri (2007, 2008, 2009, 2010, 2011) Gambar 7 Jumlah penderita ISPA warga Desa Gunung Putri tahun Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di RW 03 dan RW 06 sebanyak 77% dan 50 % responden menyatakan bahwa pencemaran udara yang terjadi di Desa Gunung Putri akan mempengaruhi kesehatan. Gangguan

8 37 kesehatan yang dialami warga di kedua RW tersebut antara lain gangguan pernapasan, pusing, batuk dan iritasi mata. Gangguan kesehatan tersebut diduga karena adanya pencemaran udara. Jumlah warga, jenis penyakit dan jumlah kasusu yang terjadi per tahun yang diduga dampak dari pencemaran udara berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Pendugaan jumlah kasus dan jenis penyakit yang diduga karena pencemaran udara RW 03 dan RW 06 tahun 2012 No Jenis Penyakit Penderita Rata-rata frekuensi sakit orang per tahun Jumlah kasus per tahun RW 03 RW 06 RW 03 RW 06 RW 03 RW 06 1 Sakit kepala Gangguan pernapasan Batuk Iritasi mata Pelupa Tidak sakit Total Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa jumlah kasus penyakit yang terjadi di RW 03 cukup tinggi yaitu sebanyak 192,04 kasus dengan kasus batuk merupakan jenis penyakit terbanyak yang terjadi yaitu 108,00 kasus. Jumlah kasus di RW 06 lebih rendah dibanding dengan RW 03 yaitu 56,79 kasus. Pendugaan jumlah kasus pertahun akan menggambarkan kasus yang terjadi setiap tahun di RW 03 dan RW 06. Kasus Batuk merupakan jenis penyakit yang diduga karena pencemaran udara dan paling banyak diderita dan terjadi di warga RW 03 dibandingkan dengan RW 06. Hal ini disebabkan karena gangguan kesehatan ini disebabkan oleh debu yang terkandung di udara. Debu merupakan zat pencemar yang akan disebarkan oleh angin pada lahan yang luas atau kosong sedangkan kondisi RW 03 padat dengan perumahan warga serta kerapatan vegetasi yang rendah sehingga tidak ada pohon yang akan mampu menjerap debu yang terkandung dalam udara dan debu akan terus berada diruang yang sempit dan akan terhirup oleh manusia (Satriyo 2008). Perbandingan jenis penyakit dan jumlah kasus penyakit yang terkena dampak pencemaran udara antara RW 03 dan RW 06 dapat dilihat pada Gambar 8.

9 Jumlah Kasus RW 03 RW 06 0 Sakit kepala Gangguan pernapasan Batuk Iritasi mata Jenis Penyakit Gambar 8 Pendugaan perbandingan jumlah kasus penyakit akibat pencemaran udara di RW 03 dan RW 06 tahun RW 03 merupakan daerah dengan kerapatan vegetasi yang rendah sehingga potensi pencemaran udara akan mengganggu kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan sebagian besar responden sering mengalami batuk sebanyak 56 % dari seluruh kasus yang terjadi. Batuk merupakan jenis penyakit yang diduga karena pencemaran udara yang disebabkan oleh kadar debu di udara yang tinggi. Persentase gangguan kesehatan yang dialami oleh warga RW 03 dapat dilihat pada Gambar 9. Iritasi mata 12% Sakit kepala 29% Batuk 56% Gangguan pernapasan 3% Gambar 9 Persentase penyakit yang diduga karena pencemaran udara warga RW 03 tahun Jenis penyakit yang diduga karena pencemaran udara warga RW 06 tidak jauh berbeda dengan warga yang berada di RW 03. Hal ini disebabkan letak kedua lokasi ini yang berdekatan serta mempunyai jarak yang sama dengan sumber pencemar. Berdasarkan hasil wawancara gangguan kesehatan yang paling

10 39 banyak dialami adalah sakit kepala dan gangguan pernapasan sebanyak 33% dan 32% dari seluruh kasus yang terjadi. Jenis penyakit dan persentase warga RW 06 yang mengalami gangguan kesehatan dapat dilihat pada Gambar 10. Iritasi mata 21% Sakit kepala 33% Batuk 14% Gambar 10 Persentase penyakit yang diduga karena pencemaran udara warga RW 06 tahun Mengacu pada Tabel 9 maka dugaan terhadap jumlah kasus penyakit per kapita yang terkena dampak pencemaran udara akan dapat dihitung. Kasus perkapita ini akan menggambarkan peluang sakit setiap orang dalam satu tahun. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 10. Gangguan pernapasan 32% Tabel 10 Pendugaan jumlah kasus penyakit karena dampak pencemaran udara di RW 03 dan RW 06 tahun 2012 Jenis penyakit Jumlah kasus per tahun kasus per kapita RW 03 RW 06 RW 03 RW 06 Sakit kepala 56,04 19,00 1,87 0,63 Gangguan pernapasan 6,00 17,99 0,20 0,60 Batuk 108,00 7,80 3,60 0,26 Iritasi mata 22,00 12,00 0,73 0,40 Pelupa 0,00 0,00 0,00 0,00 Tidak sakit 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah total 19,04 56,79 6,40 1,89 Tabel 10 memperlihatkan bahwa jumlah kasus penyakit karena dampak pencemaran udara di RW 03 lebih tinggi yaitu 192,04 kasus di bandingkan dengan RW 06 sebanyak 56,79 kasus penyakit. Jumlah kasus pertahun ini akan mempengaruhi kasus per kapita masing-masing RW. Berdasarkan Tabel 10

11 40 terlihat bahwa peluang sakit setiap orang RW 03 lebih tinggi yaitu sebanyak 6,04 kasus setiap tahun. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kondisi vegetasi, lokasi tempat bekerja atau lokasi aktivitas keseharian. Wawancara di lakukan kepada responden dengan lokasi kerja di luar dari sumber pencemar sehingga faktor tempat bekerja untuk penelelitian ini dapat diabaikan. Responden yang bekerja di sumber pencemar secara langsung akan terpapar dengan zat pencemar Biaya pengobatan sebagai dampak pencemaran udara Pengobatan merupakan salah satu langkah yang harus ditempuh ketika mengalami gangguan kesehatan. Penyakit yang diduga diakibatkan oleh pencemaran udara dapat menyerang kepada seluruh masyarakat baik laki-laki perempuan bahkan juga anak-anak sehingga biaya pengobatan yang harus dikeluarkan sama. Biaya pengobatan ini sebagai bentuk kerugian ekonomi dalam jangka pendek. Kerugian ekonomi dalam jangka panjang akibat pencemaran udara ini yaitu timbulnya masalah sosial ekonomi keluarga dan masyarakat (Budiyono 2001) Pengobatan penyakit yang diduga disebabkan oleh pencemaran udara yang terjadi di RW 03 dan RW 06 dapat dihitung dengan menggunakan standar pengobatan dari salah satu rumah sakit swasta di Bogor dengan menggunakan obat generik. Perhitungan biaya pengobatan akan memperlihatkan biaya yang harus disediakan oleh masyarakat per kapita. Perhitungan ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Pendugaan biaya pengobatan penyakit akibat pencemaran udara di RW 03 dan RW 06 Gunung Putri tahun 2012 Kasus per kapita Biaya per Biaya pengobatan per Jenis penyakit pengobatan kapita (Rp.) RW 03 RW 06 (Rp.) RW 03 RW 06 Sakit kepala 1,87 0, Gangguan pernapasan 0,20 0, Batuk 3,60 0, Iritasi mata 0,73 0, Pelupa 0,00 0, Tidak sakit 0,00 0, Jumlah total 6,40 1, Keterangan : penyakit pelupa tidak dihitung karena biaya pengobatan penyakit ini tidak dapat ditentukan.

12 41 Berdasarkan Tabel 11 memperlihatkan biaya pengobatan per kapita yang harus disediakan oleh warga RW 06 lebih rendah dibandingkan dengan warga RW 03. Biaya pengobatan per kapita per tahun warga RW 03 mencapai Rp ,- atau tiga kali lipat pengobatan per kapita per tahun RW 06 hanya berkisar Rp ,-. Biaya ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan pengeluaran untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara (Fuady 2003). Biaya yang semula disediakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari karena pencemaran udara masyarakat harus menyediakan biaya yang lebih untuk biaya pengobatan Biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kesehatan Berbagai zar pencemar yang terkandung di dalam udara akan berpotensi menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan. Upaya pencegahan untuk menghindarkan dari penyakit juga perlu untuk dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara di RW 03 dan RW 06 terlihat 50% dan 40% warga melakukan upaya pencegahan. Upaya yang dilakukan antara lain dengan mengkonsumsi vitamin tambahan, menggunakan masker serta olah raga. Warga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk upaya pencegahan ini. Perhitungan biaya pencegahan ini dibuat dengan harga standar vitamin dan masker. Biaya yang harus disediakan oleh warga untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Pendugaan biaya pencegahan yang dikeluarkan oleh warga RW 03 dan RW 06 tahun 2012 Biaya Total Biaya per tahun Responden Biaya orang Jenis orang per (Rp.) per bulan pencegahan tahun RW 03 RW 06 (Rp.) RW 03 RW 06 (Rp.) Vitamin masker Senam Tidak melakukan Total Biaya pencegahan per kapita Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa biaya yang harus disediakan oleh per orang pada RW 03 lebih besar dari pada RW 06. Biaya yang harus disediakan oleh per kapita di RW 03 mencapai Rp ,- dan Rp ,- untuk RW 06.

13 42 Kondisi RW 03 yang mempuyai kerapatan vegetasi rendah sehingga tidak ada filter terhadap zat-zat pencemar. Hal ini menyebabkan udara yang ada banyak mengandung zat pencemar sehingga dibutuhkan biaya yang lebih untuk menjaga kesehatan karena pencemaran lingkungan. Biaya ini menunjukkan perubahan pengeluaran untuk menghindari polutan yang berbahaya (Fuady 2003) Pendapatan yang hilang karena dampak pencemaran udara Salah satu faktor yang memepengaruhi kondisi tubuh manusia adalah kualitas udara, yaitu dengan kondisi udara yang bersih maka kesehatan manusia akan semakin baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada warga di RW 03 dan RW 06 menunjukkan pendapatan warga yang hilang akibat sakit karena pencemaran udara di kedua lokasi tersebut dapat dihitung dengan banyaknya hari kerja yang ditinggalkan. Penghitungan pendapatan yang hilang didasarkan pada waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan. Dimana waktu yang dibutuhkan untuk sembuh masing-masing jenis penyakit berbeda. Hal ini tergantung kondisi badan manusia itu sendiri sehingga dalam perhitungan ini waktu kerja yang hilang dihitung hanya 1 hari yaitu waktu yang digunakan untuk berkunjung berobat. Produktivitas kerja akan berpengaruh terhadap tingkat upah akibat berubahnya status kesehatan sehingga akan berakibat pada bertambah atau berkurangnya waktu kerja (Fuady 2003). Upah yang diterima akan berkaitan dengan jenis pekerjaan. Perhitungan pendapat warga yang hilang karena sakit akibat pencemaran udara dengan mengelompokkan jenis pekerjaan menjadi empat (4) kelompok yaitu pekerjaan sendiri (wiraswasta), PNS, karyawan serta tidak bekerja. Pengelompokan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Pendugaan jumlah kasus per tahun berdasarkan jenis pekerjaan RW 03 dan RW 06 tahun 2012 Jumlah kasus per Jumlah responden Kasus perkapita Jenis pekerjaan tahun RW 03 RW 06 RW 03 RW 06 RW 03 RW 06 Pekerjaan sendiri Karyawan PNS Tidak bekerja Total

14 43 Perhitungan pendapatan yang hilang menggunakan standar pendapatan pedagang kelontong dan UMR (upah minimum regional). Pekerjaan sendiri menggunakan standar pendapatan pedagangan kelontong karena sebagian besar warga di lokasi penelitian merupakan pedagang kelontong. Standar gaji karyawan menggunakan UMR Kabupaten Bogor sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/Kep-1540-bangsos/2011 tentang Upah Minimum Kabupaten/ Kota di Jawa Barat yang menegaskan bahwa UMR Kabupaten Bogor sebesar Rp ,-.. PNS dan tidak bekerja tidak dihitung karena kedua pekerjaan meskipun tidak sakit tidak ada pendapatn yang hilang. Kerugian yang ditimbulkan adalah pekerjaan tersebut harus digantikan oleh orang lain. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan pendapatan yang hilang RW 03 lebih besar dari RW 06 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Pendugaan pendapat yang hilang per kapita RW 03 dan RW 06 tahun 2012 Jenis pekerjaan Jumlah kasus per tahun (Rp.) Pendapatan per hari Pendapatan yang hilang per tahun (Rp.) RW 03 RW 06 (Rp.) RW 03 RW 06 Pekerjaan sendiri 25,61 18, Karyawan 102,42 17, PNS 6,40 1, Tidak bekerja 57,61 18, Total 192,04 56, Pendapatan yang hilang per kapita , ,7 Berdasarkan pada Tabel 14 terlihat bahwa pendapatan yang hilang per kapita per tahun warga RW 03 mencapai Rp ,7,-. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadinya perubahan tingkat upah karena berkurangnya produktivitas kerja. 5.3 Valuasi Pekarangan Pekarangan merupakan salah stau RTH dengan manfaat yang tinggi. Dewasa ini kebutuhan akan lahan yang semakin meningkat dibarengi dengan pengukuran segala sesuatu dengan uang maka keberadaan pekarangan akan semakin berkurang. Pekarangan bagian dari RTH privat dengan kepemilikan pribadi sehingga pengelolaannya pun diserahkan kepada masing-masing pemiliknya. Hal ini akan membuka peluang lebih besar untuk hilangnya

15 44 pekarangan rumah yang menjadi filter dalam mereduksi sumber pencemar bagi penghuni rumah. Pekarangan memberikan manfaat besar untuk lingkungan. Dari data hasil wawancara terlihat bahwa nilai ekonomi pekarangan sangat tinggi. Hasil perhitungan biaya yang harus dikeluarkan karena pencemaran udara dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Biaya yang harus disediakan RW 03 dan RW 06 tahun 2012 karena pencemaran udara tahun 2012 Biaya Dampak Pencemaran RW 03 (Rp.) RW 06 (Rp.) Biaya pengobatan Biaya pencegahan Pendapatan yang hilang , ,7 Total , ,7 Biaya yang harus disediakan per kapita per tahun oleh RW 03 akibat pencemaran udara yaitu sebesar Rp ,7,- dan RW 06 sebesar Rp ,7-. Perhitungan dengan pendekatan pendugaan jumlah kasus per kapita pertahun yang terkena dampak pencemaran udara adalah VP = Rp ,7 - Rp ,7 = Rp ,-. Perhitungan biaya ini menunjukkan potensi biaya yang harus disediakan oleh pemerintah setiap tahunnya untuk setiap orang apabila akan memberikan biaya subsidi kesehatan. 5.4 Persepsi Masyarakat Karakteristik responden Berdasarkan hasil wawancara 43% responden RW 06 dan 47% responden RW 06 pendidikan terakhir adalah SMA. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan masyarakat juga akan semakin luas. Lama tinggal di suatu lokasi juga akan berpengaruh pada tingkat adaptasi masyarakat terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara responden sudah bertempat tinggal di kedua lokasi penelitian antara 1 tahun- 50 tahun. Perbedaan lama tinggal yang cukup besar ini disebabkan ada responden pendatang dari luar daerah dan penduduk asli. Pekerjaan utama responden adalah karyawan pabrik, pedagang dan ibu rumah tangga.

16 Persepsi masyarakat terhadap pekarangan Persepsi masyarakat tentang pekarangan dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan pada kedua lokasi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa 87 % responden di RW 03 dan 60% responden RW 06 sudah mengetahui bahwa pekarangan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau. Pengetahuan masyarakat tentang pengertian pekarangan hanya apa yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat mengetahui tentang pekarangan merupakan lahan disekitar rumah. Masyarakat belum mengetahui manfaat secara ekologi dari pekarangan. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa masyarakat melihat manfaat yang dapat dirasakan langung. Hal ini sesuai hasil wawancara dimana pengetahuan masyarakat tentang pekarangan ini tidak menghasilkan sikap masyarakat untuk mempertahankan keberadaan pekarangan. Berdasrkan hasil wawancara sebanyak 66% responden di RW 06 dan 67% responden di RW 03 lebih memilih menjadikan pekarangan sebagai kontrakan. Hal ini disebabkan oleh kondisi lokasi penelitian yang dekat dengan kawasan industri sehingga banyak penduduk pendatang yang mencari tempat tinggal di lokasi penelitian. Sebagian besar responden menyatakan bahwa ketika dibangun sebagai kontrakan akan lebih cepat dalam mendapatkan uang. Pandangan masyarakat tentang manfaat pekarangan sudah baik dari 77 % responden sudah mengetahui keberadaan pohon di pekarangan akan mengurangi pencemaran udara. Selain itu juga responden merasakan kesejukan adanya vegetasi di pekarangan. Hal ini terlihat di RW 06 dimana pekarangan masyaraaat masih banyak yang ditanami berbagai macam tanaman baik tumbuhan buah maupun jenis tanaman yang lain Persepsi masyarakat terhadap permasalahan lingkungan Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa 18 dari 30 responden di RW 06 dan 25 responden di RW 03 setuju bahwa pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi di Desa Gunung Putri saat ini. Responden yang RW 06 lebih sedikit yang menyatakan bahwa pencemaran udara merupakan bagian dari pencemaran udara disebabkan oleh kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah kerapatan vegetasi

17 46 RW 06 lebih rapat darai pada RW 03. Kondisi vegetasi yang arapat akan menyerap dan menjerap zat pencemar lebih baik sehingga warga di RW 06 merasakan udara yang lebih sehat. Sebanyak 50% responden RW 03 dan 70% responden RW 06 menyatakan setuju bahwa pencemaran udara akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Responden RW 03 lebih banyak yang menyatakan setuju karena kondisi RW 03 yang padat dengan bangunan dengan kerapatan pohon 8 pohon per hektar. Hal ini menyebabkan masyarakat di RW 03 banyak terganggu kesehatannya akibat pencemaran udara Persepsi masyarakat terhadap keberadaan pohon di pekarangan Salah satu manfaat keberadaan pohon di pekarangan adalah untuk mengurangi pencemaran udara. Hal ini juga sudah diketahui oleh 60% responden RW 06 dan 80% responden RW 03 yang menyatakan bahwa pohon akan mengurangi pencemaran udara. Manfaat ini dirasakan oleh masyarakat karena responden marasa lebih sejuk dan segar ketika berada di bawah pohon. Persepsi ini muncul karena apa yang dirasakan oleh masyarakat secara langsung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor yang dilakukan di dua lokasi yaitu dilakukan di Rukun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri merupakan salah satu penggerak perekonomian negara. Keberadaan industri memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyakat karena menyediakan lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya kemajuan dan kestabilan pembangunan nasional menempatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan kondisi perekonomian yang selama

Lebih terperinci

Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu (Studi Kasus Di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Bogor)

Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu (Studi Kasus Di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Bogor) LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1 Lembar pernyataan Tanggal pengisian: Jarak dari titik acuan: Kriteria vegetasi pekarangan: Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen hidup yang sangat penting untuk manusia maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa hari, tanpa minum manusia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Nilai Konsentrasi Partikel Debu di Udara Tercemarnya udara oleh partikel debu dapat diketahui dengan membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu ambien yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat terutama pada pernafasan. Polutan di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan manusia, pada dasarnya menimbulkan suatu dampak yang positif maupun negatif. Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dapat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan. VI. IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN C 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan Pertambangann Banyaknya industri tambang di berbagai skala menjadikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen lingkungan yang memiliki peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat berlangsung tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semburan lumpur panas yang terletak di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur adalah salah satu dari akibat ekplorasi di bidang perminyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan ekosistem buatan yang terjadi karena campur tangan manusia dengan merubah struktur di dalam ekosistem alam sesuai dengan yang dikehendaki (Rohaini, 1990).

Lebih terperinci

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR Cesaria Wahyu Lukita, 1, *), Joni Hermana 2) dan Rachmat Boedisantoso 3) 1) Environmental Engineering, FTSP Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan industri saat ini menjadi sektor yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih banyak menghabiskan

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling banyak kita jumpai di jalan raya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa alat transportasi sangat berperan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah

Lebih terperinci

VALUASI RUANG TERBUKA HIJAU TIPE PEKARANGAN BERDASARKAN PENDEKATAN BIAYA KESEHATAN

VALUASI RUANG TERBUKA HIJAU TIPE PEKARANGAN BERDASARKAN PENDEKATAN BIAYA KESEHATAN 1 VALUASI RUANG TERBUKA HIJAU TIPE PEKARANGAN BERDASARKAN PENDEKATAN BIAYA KESEHATAN (Studi Kasus Desa Gunung Putri, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor) ANA WIDIYAWATI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa daerah di Jawa Timur yang mengalami perkembangan yang pesat dari sektor industri salah satunya di Kecamatan Ngoro. Jumlah perusahaan industri pengolahan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM Izzati Winda Murti 1 ), Joni Hermana 2 dan R. Boedisantoso 3 1,2,3) Environmental Engineering,

Lebih terperinci

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Bencana kabut asap yang menimpa saudara kita di Sumatera dan Kalimantan sungguh mengkhawatirkan. Selain merusak kualitas udara, juga membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Namun pembangunan industri dengan berbagai macam jenisnya tentunya memiliki dampak positif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan menjadi masalah utama baik di pedesaan maupun di perkotaan. Khususnya di negara berkembang pencemaran udara yang disebabkan adanya aktivitas dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA Abstrak Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat bahkan beberapa kota sudah melampaui ambang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang berwawasan lingkungan telah diterima sebagai suatu prinsip Pembangunan Nasional dengan berbagai peraturan pelaksanaannya. Walaupun demikian, dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya dapat ditimbulkan dari aktivitas kegiatan di tempat kerja setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai Nilai Fisik dan Sosial Vegetasi Pekarangan dalam Penurunan Konsentrasi Partikel Debu di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri memberi manfaat bagi

PENDAHULUAN. listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri memberi manfaat bagi PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan disatu pihak menunjukkan dampak positif terhadap lingkungan dan masyarakat, seperti tersedianya jaringan jalan, telekomunikasi, listrik, air, kesempatan kerja serta

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS UDARA

ANALISIS KUALITAS UDARA ANALISIS KUALITAS UDARA Kualitas Udara Pencerminan dari konsentrasi parameter kualitas udara yang ada di dalam udara Konsentrasi parameter udara tinggi kualitas udara semakin Jelek Konsentrasi parameter

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis 4.1.1 Gambaran Umum Kota Bogor Kota Bogor terletak di antara 106 43 30 BT - 106 51 00 BT dan 30 30 LS 6 41 00 LS dengan jarak dari ibu kota 54 km. Dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan lingkungan di dunia yang utama adalah pencemaran udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di bidang industri merupakan perwujudan dari komitmen politik dan pilihan pembangunan yang tepat oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi segenap

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat. Dalam lingkup lingkungan perkotaan keadaan tersebut membuat pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebanyakan dihasilkan oleh industri-industri. Pada awalnya kegiatan industri

BAB I PENDAHULUAN. kebanyakan dihasilkan oleh industri-industri. Pada awalnya kegiatan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia perkembangan industri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Masalah pencemaran lingkungan selalu berkaitan erat dengan proses kegiatan industri.

Lebih terperinci

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah perkotaan pada umumnya tidak memiliki perencanaan kawasan yang memadai. Tidak terencananya penataan kawasan tersebut ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi

Lebih terperinci

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif PEMBAHASAN UMUM Dalam studi ini salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi partikel Pb yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dengan besarnya penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri seharusnya memiliki kualitas sesuai standar yang ditentukan. Dalam proses pembuatannya tentu diperlukan

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012 NURHAYATI WADJAH 811408078 ABSTRAK Di Indonesia TBC merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia saat ini meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran lingkungan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara merupakan masalah lingkungan global yang terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan kematian

Lebih terperinci

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR

POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR POLA PERSEBARAN KUALITAS UDARA AMBIENT KAWASAN PERMUKIMAN DI SEKITAR INDUSTRI CILEGON SEBAGAI ACUAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA CILEGON TUGAS AKHIR Oleh : WAHYU WARDANI L2D 098 471 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tikupon. b) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tomini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tikupon. b) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tomini 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Pagimana Merupakan pusat pelayanan kesehatan yang berada di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. Kecamatan Pagimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR 346/S1-TL/1011-P ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR Oleh: DHONA MARLINDRA 07 174 024 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

Lebih terperinci