BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentonit merupakan suatu lempung yang terutama terdiri dari monmorilonit.
|
|
- Veronika Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan suatu lempung yang terutama terdiri dari monmorilonit. Selain monmorilonit, bentonit juga mengandung sedikit kuarsa, kalsit, dolomite dan feldspar (Alemdar et. al. 2005). Bentonit terjadi karena adanya proses devitrivikasi abu vulkanik. Proses ini dipengaruhi oleh adanya air, seperti air laut, danau alkali atau air segar lainnya. Istilah bentonit pertama kali digunakan untuk lempung yang ditemukan oleh Fort Benton seorang ahli geologi Amerika pada tahun 1890 di Wyoming, Amerika Serikat. Bentonit memiliki warna yang bervariasi, diantaranya putih, krem, kuning, abu-abu, merah muda dan kuning kehijauan. Bentonit dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Natrium bentonit (swelling bentonit) dan Kalsium bentonit (nonswelling bentonit). Na-bentonit memiliki kemampuan mengembang (swelling) yang lebih besar daripada Ca-bentonit ketika dimasukan ke dalam air. Kendati demikian Ca-bentonit dapat menyerap dengan baik dalam keadaan alami maupun diaktifasi. Perbedaan sifat Ca-bentonit dan Na-bentonit disajikan dalam Tabel berikut: 7
2 8 Tabel 2.1. Perbedaan sifat Na-bentonit dan Ca-bentonit No Sifat Fisik Na-bentonit Ca-bentonit 1. Daya mengembang*, ** Sangat baik Tidak baik 2. Kekuatan dalam keadaan basah* Sedang Tinggi 3. Perkembangan daya ikat* Sedang Cepat 4. Kekuatan tekanan* Tinggi Sedang 5. Daya tahan terhadap penyusutan* Tinggi Rendah 6. Daya mengalirkan pasir* Sedang Sangat baik 7. Warna dalam keadaan kering** Putih atau Abu-abu, biru, kuning, krem merah atau coklat 8. Perbandingan Na dan Ca** Tinggi Rendah 9. ph suspensi koloidal** 8,5 9,8 4-7 Sumber : *Kunrat (1994) dan **Tirani (2006) Monmorilonit yang merupakan penyusun utama bentonit dengan luas permukaan 750 m 2 /gram bentonit. Monmorilonit termasuk ke dalam golongan smektit dengan rumus kimia (Na,Ca) 0.33 (Al,Mg) 2 (Si 4 10 )(H) 2 nh 2. Struktur monmorilonit terdiri atas lapisan alumina oktrahedral yang terdapat diantara dua lapisan silika tetrahedral. Atom yang terdapat di masing-masing lapisan adalah oksigen. Ketiga unit lapisan ini rigid dengan oksigen sebagai pembatas dengan lapisan lainnya, seperti terlihat pada gambar berikut:
3 9 Gambar 2.1 Struktur montmorillonit Sumber: thmer (2005) Di lapisan tetrahedral, kation Si 4+ seringkali digantikan oleh kation Al 3+, padahal pada lapisan oktrahedral juga dimungkinkan adanya subtitusi Al oleh Fe atau Mg. Subtitusi isomorfik ini menyebabkan permukaan montmorilonit bermuatan negatif sehingga memungkinkan terjadinya adsropsi kation di daerah interlayer (Grim, 1986). Keberadan kation anorganik di daerah interlayer tersebut menyebabkan bentonit bersifat hidrofilik. Karakteristik montmorilonit disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2.2 Karakteristik Monmorilonit Karakteristik Nilai Massa jenis 2,2-2,8 gram/l Massa molekul relatif 549,07 gram/mol Indeks bias 1,547-1,557 Titik leleh Penyebaran bentonit di Indonesia terdapat di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan Tengah dan Selawesi Selatan. Bentonit yang terdapat di Indonesia
4 10 pada umumnya merupakan jenis Kalsium Bentonit (Ca-bentonit), salah satunya terdapat di daerah Karangnunggal, Tasikmalaya. Komposisi kimia bentonit yang berasal dari Karangnunggal Tasikmalaya yang telah dianalisis oleh PD. Agribisnis dan Pertambangan ditunjukkan pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Komposisi kimia bentonit Senyawa Kadar (%) Si 2 65,00 75,00 Al ,00-18,00 Fe 2 3 0,50 100,00 Ca 1,00-2,50 Mg 0,50 1,50 K 2 0,50-1,26 Na 2 0,50-1,2 H 2 7,50 12,00 Sumber : Rusmiasih (2005) 2.2 Kitosan Kitosan (poli-β(1 4)-2-amino-2-deoksi-D-glokopiranosa) merupakan biopolimer karbohidrat yang didapat dari proses deasetilasi kitin (poli-β(1 4)-2- asetamida-2-deoksi-d-glokopiranosa) dengan menggunakan basa. Secara alami kitosan dapat dihasilkan dari beberapa jenis jamur, sedangkan kitin merupakan zat penyusun utama pada kulit/cangkang Crustaceace. Suatu kitin dapat dikatakan telah menjadi kitosan apabila derajat deasetilasinya telah mencapai 70%-80%. Perbedaan struktur selulosa, kitin dan kitosan terlihat pada gambar berikut:
5 11 CH 2 H CH 2 H CH 2 H a H H H H H NHCCH 3 NHCCH 3 NHCCH 3 CH 2 H CH 2 H CH 2 H b H H H H H NH 2 NH 2 NH 2 Gambar 2.2 Struktur Kitin (a) dan Kitosan (b). (sumber: Li dan Kegley, 2005) Kitosan tidak beracun, bersifat polielektronik dan mudah mengalami biodegradasi, sehingga kitosan lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan dan industri kesehatan. (Zakaria, 2000). Secara ekonomi, kitosan merupakan bahan yang relatif lebih murah, karena kitin sebagai bahan baku pembuatan kitosan merupakan polimer kedua yang jumlahnya melimpah di alam. Selain itu, kitosan mudah berinteraksi dengan zat organik lainnya, seperti protein. Kitosan bersifat tidak larut dalam air, sedikit larut dalam HCl, HN 3 dan H 3 P 4, namun tidak larut dalam H 2 S 4. Dalam air, kitosan dapat larut jika kondisi air memiliki ph di bawah 4. Namun kelarutan kitosan ini akan menurun dengan semakin tingginya derajat deasetilasi.
6 12 Kitosan memiliki konstanta disosiasi asam (Ka) yang dipengaruhi oleh derajat deasetilasi. Peningkatan derajat deasetilasi akan meningkatkan Ka dan kelarutan kitosan (Domard dalam Li dan Kegley, 2005). Kitosan merupakan adsorben yang baik untuk logam berat, seperti Cu dan juga untuk senyawa organik, baik netral maupun bermuatan. (Wu et al, 1999). Hal ini dikarenakan adanya gugus amino (-NH 2 ) dan hidroksil (-H) yang reaktif pada rantai polimer dan dapat digunakan untuk ikatan koordinasi. Kemampuan sebagai agen pengkelat dan elektrolitnya ditentukan oleh derajat protonasi dari gugus NH 3+ (pk=6,3), derajat protonasi ini tergantung pada keasaman (ph) (Dambies et al, 2001). Walaupun kitosan menunjukan hasil yang baik sebagai adsorben, di dalam air kitosan akan sangat mengembang dan kitosan memilki daya apung tinggi, sehingga kitosan sulit digunakan sebagai adsorben baik di model batch maupun kolom. Sifat fisik dari kitosan ini dapat diperbaiki, jika kitosan diadsorpsikan pada bentonit (Dultz et al, 2006). 2.3 Kitosan-Bentonit Pada tahun 1980-an, untuk pertama kalinya Wolfe memperkenalkan organoclay, yaitu suatu lempung yang dimodifikasi dengan senyawa organik. Tujuan dari modifikasi ini adalah untuk meningkatkan daya adsorpsi lempung terhadap polutan organik, dengan memodifikasi monmorilonit dengan senyawa amina alifatik. Salah satu organoclay yang banyak dikembangkan saat ini adalah organo-bentonit.
7 13 rgano-bentonit dibuat dengan cara mempertukarkan kation anorganik (seperti Na +, Ca 2+ dan H + ) pada daerah interlayer dan outlayer. Hal ini dapat dilakukan karena adanya subtitusi isomorfik pada lapisan oktahedral dan tetrahedral. Subtitusi isomorfik ini diimbangi dengan adanya pertukaran kation. Modifikasi bentonit dengan senyawa organik dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya, terutama untuk keperluan adsorpsi senyawa organik dalam air minum (Akcay et al., 1999). Salah satu organo-bentonit yang saat ini sedang diteliti adalah kitosanbentonit. Aldiantono (2009), telah berhasil mensintesis kitosan-bentonit dengan perbandingan 1:180 pada kecepatan pengadukan 160 rpm. Setelah dilakukan uji kinerja adsorpsi terhadap pestisida didapat bahwa kitosan-bentonit dapat mengadsorpsi diazinon sebesar 79,04%. Permana (2009), telah melakukan penelitian mengenai mekanisme adsorpsi kitosan terhadap bentonit. Mekanisme yang terjadi ketika kitosan berinteraksi dengan bentonit didominasi oleh interaksi ikatan hidrogen (91,37), pertukaran ion (5,18%), dan 3,45% kontribusi interaksi kitosan dengan bentonit diduga terjadi melalui mekanisme lainnya seperti interaksi ion-dipol, dipol-dipol, atau dipol-dipol terinduksi. Gambar 2.3 menunjukan ikatan hidrogen yang terjadi antara atom H yang terikat pada atom N dari molekul kitosan dengan atom pada bentonit.
8 n 14 H H H N H H H N H 2 H n Gambar 2.3 Ikatan Hidrogen Antara Kitosan dengan Bentonit (sumber: Permana, 2009) Sedangkan mekanisme pertukaran ion saat adsorpsi dan mekanisme pertukaran ion pada saat desorpsi ditunjukkan pada Gambar H 3 N H H N H 3 + Ca 2+ H H Gambar 2.4 Mekanisme pertukaran ion saat adsorpsi (sumber: Permana, 2009)
9 Diazinon Diazinon merupakan salah satu pestisida golongan organofosfat yang digunakan untuk membasmi kutu, ngengat, kecoa dan tungau. Diazinon banyak digunakan dalam bidang pertanian, perkebunan dan perhutanan. Diazinon dikenal dengan nama dagang dianon, dizinon, antigal, alfa tox, basudin, galesan, nipsan, fesudin, gardentox, diazitol, knox out, spektrasida dan diagran. Diazinon berupa cairan berwarna coklat tua dengan nama (, -dietil--(2-isopropil-6-metilpirimidin-4-il) fosforotioat) atau 4-(2-isopropil-6-pirimidinil) fosforotioat, dengan struktur seperti terlihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.5 Struktur Diazinon Seperti pestisida golongan organofosfat lainnya, diazinon mempengaruhi sistem saraf dengan menghambat aktivitas enzim kolinesterase. Diazinon mudah terserap oleh kulit dan bersifat sinergis dengan racun lainnya. Keracunan diazinon pada manusia dapat menyebabkan iritasi pada kulit, sakit kepala, berkeringat, gelisah, kehilangan konsentrasi, mual, muntah, denyut jantung melemah, sakit perut, diare, pingsan, koma dan kematian. Pada manusia nilai LD 50 diazinon sebesar mg/kg berat badan, sedangkan ambang batas konsentrasinya dalam air sebesar 0,014 mg/l. Beberapa sifat fisik dan kimia dari diazinon, disajikan dalam Tabel 2.4:
10 16 Tabel 2.4 Sifat Fisika dan Kimia Diazinon Rumus molekul Massa Molekul Relatif Warna Kelarutan Kelarutan (H 2, 20 o C) C 12 H 21 N 2 3 PS 304,36 gram/mol tak berwarna sampai coklat Air, eter, alkohol, benzena 40 mg/l Massa Jenis (20 o C) 1,116-1,118 Titik Didih 120 o C Tekanan Uap (20 0 C) 1,9 x Adsorpsi Adsorpsi merupakan suatu proses pengikatan molekul oleh permukaan luar padatan atau oleh permukaan cairan (Benefield et al., 1982), sedangkan menurut Lyman (dalam Khoerunnisa, 2005) adsorpsi merupakan proses yang melibatkan pemusatan subtansi adsorbat pada permukaan adsorben yang dapat terjadi pada antarmuka antara dua fasa, misalnya fasa cair dengan fasa cair, fasa gas dengan fasa cair, fasa gas dengan fasa padat, dan fasa cair dengan fasa padat. Adsorpsi dapat juga terjadi karena adanya interaksi pada permukaan adsorben. Berdasarkan besarnya interaksi antara adsorbat dengan adsorben, adsorpsi dibedakan menjadi dua yaitu adsorpsi fisika (physisorption) dan adsorpsi kimia (chemisorption). Pada adsorpsi fisika terjadi proses interaksi antara adsorben dengan adsorbat yang melibatkan gaya-gaya antar molekul seperti gaya van der Waals. Ikatatan yang dihasilkan pada adsorpsi fisika merupakan ikatan yang lemah, yaitu
11 17 molekul yang teradsorpsi dapat dilepaskan kembali dengan cara menurunkan tekanan gas atau konsentrasi zat. Sedangkan adsorpsi kimia melibatkan ikatan koordinasi sebagai hasil pemakaian elektron oleh adsorben dan adsorbat (scik, 1982). Menurut Adamson, batas minimal energi adsorpsi kimia adalah 20,92 kj/mol. Sedangkan menurut scik perkiraan harga energi adsorpsi kimia berkisar antara kj/mol dan menurut Lyman besar energi adsorpsi kimia adalah sebesar kj/mol (Khoerunnisa, 2005). Menurut Benefield (1984), faktorfaktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah karakteristik adsorben, kelarutan adsorbat, ukuran molekul adsorbat, keasaman (ph), suhu dan kejenuhan adsorbat Isoterm Adsorpsi Isoterm adsorpsi merupakan suatu persamaan matematis yang dikembangkan untuk menggambarkan distribusi kesetimbangan molekul teradsorpsi diantara fasa cair dan fasa padat yang dilakukan pada suhu tetap. Persamaan yang sering digunakan untuk menjelaskan isoterm adsorpsi adalah persamaan isoterm Langmuir dan persamaan isoterm Freundlich. Pada tahun 1918, menggambarkan model sederhana pada permukaan zat padat pada saat terjadi adsorpsi ke dalam suatu persamaan. Persamaan Langmuir merupakan teori untuk adsorpsi yang terjadi pada permukaan datar (flat surface), yang didasarkan dari sudut pandang kinetika, dimana terjadi proses kontinu pada saat molekul teradsorpsi dan yang terdesorpsi di permukaan hingga terjadinya kesetimbangan.
12 18 Asumsi dari model persamaan Langmuir adalah: 1. Seluruh permukaan adsorben adalah homogen (seragam), sehingga energinya konstan (tetap) di semua situs. 2. Adsorpsi pada permukaan terlokalisasi, sehingga atom atau molekul adsorbat teradsorpsi pada situs yang terlokalisasi. 3. Masing-masing situs aktif adsorben hanya dapat mengadsorpsi hanya satu atom atau molekul adsorbat. Dengan kata lain, Langmuir mengasumsikan bahwa permukaan zat padat seragam, dan molekul adsorben tidak berinteraksi satu sama lain. Pada permukaan adsorben terdapat situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan. Setiap situs aktif hanya memungkinkan untuk dapat mengadsorpsi satu molekul sehingga laju pengadsorpsi akan menjadi satu lapisan tebal. Semua bagian yang mengadsopsi memiliki afinitas yang sama terhadap molekul adsorbat dan molekul yang telah teradsorpi pada satu sisi tidak mempengaruhi adsorpsi molekul pada sisi yang lain, dengan demikian adsorpsi hanya terbatas pada pembentukan lapisan tunggal (monolayer). Berikut merupakan persamaan Isoterm Langmuir: q = q K ads C K ads C (1) Keterangan: q = densitas adsorpsi (massa adsorbat/massa adsorben) q m = kapasitas maksimum adsorben untuk adsorbat (massa adsorbat/massa adsorben) C = konsentrasi adsorbat pada saat setimbang (massa/volum) K ads = tetapan kesetimbangan adsorpsi
13 19 Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan linier yaitu : 1 q = +...(2) q Kads C m q m dengan mengukur q sebagai fungsi C dan memplot (1/q) terhadap (1/C), maka nilai (1/q m K ads ) dan (1/q m ) dapat ditentukan dari slop dan intersep Kinetika Adsorpsi Kinetika adsorpsi penting untuk dipelajari dalam aplikasi pengolahan limbah pada air. Parameter yang sering dipakai untuk menentukan kinetika adsorpsi adalah laju adsorpsi (k) dan tetapan kesetimbangan adsorpsi (K), yang nilainya khas untuk setiap reaksi. Nilai tetapan laju adsorpsi memberikan gambaran tentang kecepatan suatu adsorbat teradsorpsi ke dalam suatu adsorben. Jika tetapan laju adsorpsinya besar, maka adsorben dapat mengadsorpsi adsorbat dengan cepat. Kinetika adsorpsi bergantung pada interaksi antara adsorben dengan adsorbat dan kondisi sistem. Hal lain yang erat kaitannya dengan laju adsorpsi adalah proses difusi. Jenis difusi yang terjadi pada gugus aktif adsorben dapat dibedakan menjadi dua yaitu difusi fisika dan difusi kimia. Menurut Effendi (dalam Ferdiyana, 2007) difusi fisika merupakan difusi perpindahan massa yang disebabkan tumbukan molekul adsorbat dengan adsorben. Sedangkan difusi kimia merupakan suatu proses adsorpsi molekul adsorbat terikat dalam gugus aktif adsorben.
14 20 Difusi kimia melalui tahapan berikut : 1. Perpindahan adsorbat dari fasa larutan menuju permukaan yang mengelilingi partikel adsorben, 2. Perpindahan adsorbat melewati lapisan bidang batas menuju permukaan adsorben, 3. Difusi adsorbat dari permukaan adsorben menuju bagian situs aktif adsorben, 4. Pengikatan adsorbat secara fisika atau kimia pada bagian situs aktif adsorben. Penentuan parameter kinetika adsorpsi dapat menggunakam persamaan kinetika adsorpsi. Model kinetika Langmuir Hinshelwood dapat digunakan untuk menetapkan laju adsorpsi. Menurut Jin dkk dalam (Khoerunnisa, 2005), model ini memberikan persamaan : ln( Co/ Ca) kt = K ( Co Ca) Co Ca...(3) Keterangan; Co = konsentrasi awal adsorbat C a = konsentrasi akhir adsorbat setelah adsorpsi t = waktu kontak adsorbat dengan adsorben K = konstanta kesetimbangan laju adsorpsi k = tetapan laju adsorpsi. Persamaan di atas menunjukkan harga tetapan kesetimbangan negatif. Secara termodinamika hal ini tidak dimungkinkan karena K = e 0 G / RT
15 21 sehingga tetapan kesetimbangan akan memiliki harga 0<K<. leh karena itu, pada penelitian ini digunakan persamaan kinetika adsorpsi orde satu yang dikembangkan oleh Santosa (2001). ln( Co / Ca) Ca = kt Ca + K...(4) Besarnya jumlah energi adsorpsi yang terlibat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: E= RT ln K. (5) Keterangan: E = energi (kj/mol) R = konstanta gas (8,314 J/mol K) T = suhu (K) K= konstanta kesetimbangan adsorpsi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.
5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia yang fungsinya tidak dapat diganti oleh senyawa lain. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia
Lebih terperinci*ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â. Okki Novian / Michael Wongso / Jindrayani Nyoo /
*ÄÂ ¾½ Á!" ÄÂ Â Okki Novian / 5203011009 Michael Wongso / 5203011016 Jindrayani Nyoo / 5203011021 Chemical Engineering Department of Widya Mandala Catholic University Surabaya All start is difficult Perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan hama dan penyakit pada tanaman baik dari jenis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat pula. Peningkatan kebutuhan pangan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Bentonit adalah istilah untuk lempung yang terdiri atas mineral
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit adalah istilah untuk lempung yang terdiri atas mineral monmorilonit sebagai kandungan utamanya. Kandungan monmorilonit pada bentonit berkisar antar 70-80%. leh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.
8 kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo Ultisol. Ditinjau dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai September 2012 di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan
Lebih terperinciUji Kinerja Adsorben Amino-Bentonit Terhadap Polutan Pestisida Dalam Air Minum ABSTRAK
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia UNLA, 26 Januari 2008 1 Uji Kinerja Adsorben Amino-Bentonit Terhadap Polutan Pestisida Dalam Air Minum ABSTRAK Anna Permanasari, Erfi Rusmiasih, Irma Junita,
Lebih terperinciet al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri tapioka merupakan industri rumah tangga yang memiliki dampak positif bila dilihat dari segi ekonomis. Namun dampak pencemaran industri tapioka sangat dirasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Mutu Kitosan Hasil analisis proksimat kitosan yang dihasilkan dari limbah kulit udang tercantum pada Tabel 2 yang merupakan rata-rata dari dua kali ulangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Terdapat banyak unsur di alam yang berperan dalam pertumbuhan tanaman, contohnya karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), fosfor (P), nitrogen (N), kalium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna
Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 POLUTAN LOGAM BERAT Pencemaran lingkungan dengan zat beracun telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari pesatnya pertumbuhan industri [8]. Aktivitas berbagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka yang dicuci dengan akuades, bertujuan untuk membersihkan pengotorpengotor yang bersifat larut dalam air. Selanjutnya
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara penghasil tebu yang cukup besar di dunia. Menurut data FAO tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke-9 dengan produksi tebu per
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban
5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong pesatnya perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia terutama sektor industri. Perkembangan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
digilib.uns.ac.id Pembuatan Kitosan dari Cangkang Keong Mas untuk Adsorben Fe pada Air BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka A.1. Keong mas Keong mas adalah siput sawah yang merupakan salah satu hama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran belakangan ini sangat menarik perhatian masyarakat banyak.perkembangan industri yang demikian cepat merupakan salah satu penyebab turunnya kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang
I.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Limbah cair yang mengandung zat warna telah banyak dihasilkan oleh beberapa industri domestik seperti industri tekstil dan laboratorium kimia. Industri-industri tekstil
Lebih terperinciBAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah
Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan
Lebih terperinciION EXCHANGE DASAR TEORI
ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Stuktur Kimia Zeolit
TINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Unsur kadmium dengan nomor atom 48, bobot atom 112,4 g/mol, dan densitas 8.65 g/cm 3 merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya, karena dalam jangka waktu panjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras yang berasal dari tanaman padi merupakan bahan makanan pokok bagi setengah penduduk dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, tanaman padi banyak dibudidayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Menentukan Suhu dan Waktu Karbonisasi Pada penentuan suhu dan waktu karbonisasi yang optimum, dilakukan pemanasan sampel sekam pada berbagai suhu dan waktu pemanasan. Hasil
Lebih terperinciLembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)
Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten (Asisten) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul Kinetika Adsorbsi yang bertujuan untuk mempelajari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Ginjal Puyuh yang Terpapar Timbal (Pb)
48 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Ginjal Puyuh yang Terpapar Timbal (Pb) Hasil penelitian kadar kalsium (Ca) pengaruh pemberian kitosan pada ginjal puyuh yang terpapar
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan. konsentrasi awal optimum. abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82%
konsentrasi awal optimum abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82% zeolit -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,5 mg/g - q%= 90% Hubungan konsentrasi awal (mg/l) dengan qe (mg/g). Co=5-100mg/L. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak 4000 SM, manusia telah mengenal dan mengolah emas, berdasarkan penemuan arkeolog di Bulgaria. Pengolahan emas berlanjut hingga sekarang. Emas menjadi salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian umumnya digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian umumnya digunakan oleh petani sebagai bagian dari upaya mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang seefisien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahanperubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat
Lebih terperinciImobilisasi Enzim Lipase pada Ca-Bentonit serta Aplikasinya pada Produksi Asam Lemak Omega-3 dari Limbah Minyak Ikan Ruth Chrisnasari 1)*, Restu Kartiko Widi 2), Billy Adrian Halim 1), Maria Goretti Marianti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.
Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Emas merupakan logam mulia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki berbagai keistimewaan dibandingkan golongan logam lainnya dan sejak dulu emas telah digunakan
Lebih terperinciPEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)
Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logam krom (Cr) merupakan salah satu logam berat yang sering digunakan dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri pelapisan logam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi kinetika adsorpsi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia industri selain kondisi kesetimbangan (isoterm adsorpsi) dari proses adsorpsi. Kinetika
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi
BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI
Lebih terperinciUJI KAPASITAS DAN ENERGI ADSORPSI KARBON AKTIF, KITOSAN-BENTONIT, DAN KOMBINASINYA TERHADAP RESIDU PESTISIDA ENDOSULFAN DAN ION
KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmanirrahiim Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya serta shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
Lebih terperinciKata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan
dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kitosan Kitosan merupakan polimer dengan kelimpahan kedua setelah selulosa. Pada umumnya kitosan dapat
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kitosan Kitosan merupakan polimer dengan kelimpahan kedua setelah selulosa. Pada umumnya kitosan dapat diperoleh dari cangkang kepiting atau udang. Pemanfaatan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Limbah dari berbagai industri mengandung zat pewarna berbahaya, yang harus dihilangkan untuk menjaga kualitas lingkungan. Limbah zat warna, timbul sebagai akibat langsung
Lebih terperinciIV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Waktu Optimal yang Diperlukan untuk Adsorpsi Ion Cr 3+ Oleh Serbuk Gergaji Kayu Albizia Data konsentrasi Cr 3+ yang teradsorpsi oleh serbuk gergaji kayu albizia
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Kualitas air semakin hari semakin menurun akibat aktivitas manusia yang banyak menimbulkan polusi di perairan. Penurunan kualitas air
Lebih terperinciIV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH
IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA K I M I A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan
Lebih terperinciKelarutan & Gejala Distribusi
PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA
Laporan Akhir Tesis LOGO PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Disusun Oleh: M. Furoiddun Nais 2309201016 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, M.Eng
Lebih terperinciLemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C
Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut
Lebih terperinciPENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN
PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN Anggit Restu Prabowo 2307 100 603 Hendik Wijayanto 2307 100 604 Pembimbing : Ir. Farid Effendi, M.Eng Pembimbing :
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku
Lebih terperinciDisusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
Perlakuan nh 4 cl dan gelombang mikro terhadap karakter keasaman montmorillonit Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M.0304063 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempung merupakan materi yang unik.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MINYAK KELAPA SAWIT Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia [11]. Produksi CPO Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, seperti
Lebih terperinciLIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.
LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Lebih terperinciUJI KINERJA ADSORBEN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP LOGAM BERAT DAN DIAZINON SECARA SIMULTAN
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, Vol 1. No.2 ISSN 2087-7412 Oktober 2010, Hal 121-134 UJI KINERJA ADSORBEN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP LOGAM BERAT DAN DIAZINON SECARA SIMULTAN Anna Permanasari, Wiwi Siswaningsih,
Lebih terperinciC w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan
Adanya film monomolekuler menyebabkan laju penguapan substrat berkurang, sedangkan kesetimbangan tekanan uap tidak dipengaruhi Laju penguapan dinyatakan sebagai v = m/t A (g.det -1.cm -2 ) Tahanan jenis
Lebih terperinciD. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam
JURNAL KELARUTAN D. Tinjauan Pustaka 1. Kelarutan Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan logam berat sebagai polutan bagi lingkungan hidup diawali dengan meningkatnya populasi dan industrialisasi dari proses modernisasi manusia dan lingkungan
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN
BAB III TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Tambang Zeolit di Desa Cikancra Tasikmalaya Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, Maluku sampai Sulawesi.
Lebih terperinciStruktur atom, dan Tabel periodik unsur,
KISI-KISI PENULISAN USBN Jenis Sekolah : SMA/MA Mata Pelajaran : KIMIA Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : Pilihan Ganda : 35 Essay : 5 1 2 3 1.1. Memahami struktur atom berdasarkan teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Logam berat merupakan salah satu pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, sebab toksisitasnya dapat mengancam kehidupan mahluk hidup. Salah satu
Lebih terperinciadsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang industri sampai saat ini masih menjadi tolak ukur perkembangan pembangunan dan kemajuan suatu negara. Kemajuan dalam bidang industri ini ternyata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sifat Umum Tanah Masam
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Umum Tanah Masam Tanah tanah masam di Indonesia sebagian besar termasuk ke dalam ordo ksisol dan Ultisol. Tanah tanah masam biasa dijumpai di daerah iklim basah. Dalam keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang industri saat ini cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan manusia seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbandingan nilai ekonomi kandungan logam pada PCB (Yu dkk., 2009)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas telah muncul sebagai salah satu logam yang paling mahal dengan mencapai harga tinggi di pasar internasional. Kenaikan harga emas sebanding dengan peningkatan permintaan
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 asil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan dan Kitosan Kulit udang yang digunakan sebagai bahan baku kitosan terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Tahapan-tahapan dalam pengolahan kulit udang menjadi kitosan
Lebih terperinciSOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA
SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban
Lebih terperinci