ANALISIS PEMBUATAN SEMIKONDUKTOR DARI KOMPLEKS LOGAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMBUATAN SEMIKONDUKTOR DARI KOMPLEKS LOGAM"

Transkripsi

1 Bimafika, 2009, 1, ANALISIS PEMBUATAN SEMIKONDUKTOR DARI KOMPLEKS LOGAM Gazali Rahman 1 I Wayan Sutapa 2 * 1 Jurusan FisikaFKIP, Universitas Pattimura-Ambon 2 Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Pattimura-Ambon Diterima ; Terbit ABSTRACT A theoretical study has been performed to determine of metalloporphyrin structures using ab initio quantum mechanics approach at the Hartree-Fock level of theory with basis set STO-3G and LANL2DZ ECP. Effect of Fe, metals on the structure of porphyrin for application as organic semiconductor was studied by analyzing HOMO- LUMO energy gap. The sensitivity of porphyrin complexes to UV-Vis radiation was studied by absorption wavelength maximum and electronic transition. The C=N, C-N and N-H group vibration of conjugated porphyrin was evaluated by IR-vibration. The result showed that ban gap of porphyrin is 1.20 ev, Fe-porphyrin 0.39 ev to match for application organic semiconductor material. Fe-porphyrin, Fe2+-porphyrin complexes are sensitive to UV-C according to their wavelength maximum. Adding metals in porphyrin structure affect the C=N, C-N and N-H vibration frequencies, behaving the red-shifted frequencies. Keywords: Metalloporphyrin, Semiconductor, UV-C, IR vibration, Ab initio PENDAHULUAN Kemampuan menguasai teknologi adalah merupakan syarat mutlak bagi suatu negara untuk memasuki era industri baru. Salah satu bidang teknologi tinggi yang sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini adalah teknologi semikonduktor dan mikroelektronika. Dewasa ini bahan semikonduktor organik mendapat perhatian baik dari kalangan peneliti maupun industri, karena ramah lingkungan, dalam arti mudah hancur di alam, sehingga tidak merusak lingkungan. Bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan semikonduktor merupakan makro molekul terkonjugasi. Pada umumnya makro molekul ini memiliki ikatan tunggal (C-C) dan ikatan rangkap (C=C) terkonjugasi yang memiliki sifat yang didominasi sistem elektron π pada rantainya. Makro molekul terkonjugasi ini dapat diupayakan sebagai bahan elektroluminesensi. Elektrolumenesensi yang berarti emisi cahaya akibat rekombinasi elektron-lubang mempunyai aplikasi luas dalam devais display, indikator dan sensor. Hal yang menjadi perbedaan mendasar antara semikonduktor organic dengan * Korespondensi : wayansutapa@gmail.com semikonduktor anorganik adalah molekul-molekul padatan organik terikat oleh ikatan Van der Walls, sedangkan kristal anorganik terikat oleh ikatan kovalen. Hal ini menyebabkan bahan organik memilki struktur yang fleksibel/lentur. Tetapi kerugiannya adalah kecilnya delokalisasi elektron antar molekul organik yang mempengaruhi sifatsifat penting seperti transfer dan mobilitas muatannya. Perbedaan penting lainnya adalah adanya eksiton, yaitu pembawa muatan yang terlokalisasi dalam molekul-molekul yang tereksitasi. Pengertian lain dari eksiton adalah pasangan pembawa muatan elektron-lubang yang tidak sepenuhnya terpisah sebagaimana pada semikonduktor anorganik. Porfirin merupakan salah satu jenis makro molekul terkonjugasi yang memiliki potensi sebagai bahan semikonduktor organik karena efek elektroluminesensinya. Struktur porfirin didominasi sistem elektron π pada rantainya. Karena mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi yang memungkinkan terjadinya proses serapan gelombang elektromagnetik untuk eksitasi elektron dari tingkat dasar ke keadaan eksitasi. Cahaya yang diserap oleh senyawa porfirin terkait

2 dengan beda energi pada tingkat dasar dan tingkat eksitasi. Elektron yang tereksitasi kembali ke tingkat dasar akan memancarkan sinar sesuai dengan panjang gelombang yang telah diserap. Beda energi antara tingkat eksitasi dan dasar disebut sebagai celah energi. Kajian tentang porfirin sebagai polimer terkonjugasi untuk bahan semikonduktor organik mulai berkembang pesat, karena: 1. Tersedia dalam jumlah banyak dan mudah diperoleh. 2. Lebih kompatibel (compatible) bahan penyusunya dibandingkan dengan semikonduktor anorganik. 3. Sifat-sifat kimia dan fisikanya dapat diketahui dengan sintesis bahan organik yang tepat. Secara teoritik, fisikawan mengembangkan algoritma dan program komputer untuk memungkinkan peramalan sifat-sifat atom dan molekul, dan/atau lintasan reaksi untuk reaksi kimia, serta simulasi system makroskopis. Kimiawan komputasi kebanyakan menggunakan program computer dan metodologi yang ada dan menerapkannya untuk permasalahan fisika tertentu. Di dalam penelitian ini dilakukan penghitungan energi ikatan untuk menentukan konformasi senyawa kompleks logam-porfirin yang paling stabil dan paling mungkin dijumpai dalam rangkaian semikonduktor organik. Dibuat beberapa senyawa kompleks logam-porfirin untuk selanjutnya dihitung energinya masing-masing. Perhitungan spektra elektronik dilakukan terhadap nilai-nilai transisi energi antar orbital yang dialami elektron dalam senyawa kompleks logam-porfirin. Tiap transisi elektron terjadi pada nilai energi tertentu yang khas dan ditunjukkan oleh nilai panjang gelombang yang terkait. Intensitas tertinggi pada spektra yang dihasilkan menunjukan panjang gelombang serapan maksimum teoritik senyawa kompleks logam-porfirin. Dengan menggunakan data log file dapat dihitung selisih energi (band gap) antara Orbital Molekul Terisi tertinggi (Highest Occupied Molecular Orbital, HOMO) dan Orbital Molekul Tak Terisi Terendah (Lowest Unoccupied Molecular Orbital, LUMO) sehingga dapat diketahui secara teoritik sifat fotosensitivitas senyawa kompleks logam-porfirin tersebut. Selain itu perhitungan spektra vibrasi elektron juga dilakukan terhadap frekuensi yang diserap oleh senyawa kompleks logam-porfirin sehingga diketahui gugus fungsi yang saling berinteraksi dengan logam sebagai ion pusatnya. METODE PENELITIAN Peralatan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi komputer sebagai berikut : 1. Prosesor Intel Pentium 4 CPU 2,66 GHz 2. Harddisk 20GB 3. Random Access Memory (RAM) 256 MB 4. Display Card (VGA) 64 MB 5. Monitor LG 505G 15 Prosedur Untuk melakukan penelitian ini dibutuhkan struktur tiga dimensi dari porfirin dasar yang tepat dan benar. Oleh karena itu, dibutuhkan informasi dari literatur dan struktur tiga dimensi porfirin dasar yang tepat yang diambil dari situs-situs internet kemudian struktur yang sudah jadi tersebut dipindahkan ke dalam program HyperChem dan disimpan dengan jenis file.hin. Selanjutnya model struktur porfirin tersebut digunakan sebagai model awal. Model struktur porfirin yang disisipi atom dan ion logam dengan cara plot atom atau ion logam pada posisi tengah dari struktur porfirin. Untuk model struktur porfirin yang disisipi logam, pada ab initio options dipilih spin pairing UHF dengan total 8

3 charge dan spin mulityplicity harus sesuai dengan atom atau ion logamnya. Optimasi Geometri Langkah berikutnya adalah meminimisasi struktur dengan menjalankan optimasi geometri terhadap senyawa yang diteliti. Sebelum dilakukan optimasi geometri ditentukan terlebih dahulu metode perhitungan yang akan digunakan.dalam penelitian ini digunakan metode mekanika kuantum ab initio dengan basis set minimal STO-3G menu Setup. Setelah itu dipilih Menu Compute dan kemudian Geometry Optimization. Diklik OK untuk memulai perhitungan. Setiap akan melakukan perhitungan apapun dibuat log files untuk mencatat proses yang terjadi. Optimasi geometri ini dilakukan untuk semua senyawa sebagai materi dalam penelitian ini dan setiap struktur disimpan baik sebelum optimasi maupun setelah optimasi. Setelah dioptimasi maka akan diperoleh energi dari masing-masing senyawa yang kemudian akan digunakan untuk menetukan energy interaksinya. Dengan menggunakan log file dapat dihitung energi HOMO-LUMO dari senyawa tersebut. Kemudian setelah energi HOMO-LUMO diketahui maka dapat dihitung selisih energi HOMO-LUMO yang disebut juga celah energi atau band gap untuk setiap senyawa tersebut. Uji serapan UV-Vis Pemodelan terhadap struktur hasil optimasi geometri dengan metode ab initio menghasilkan struktur yang terstabilkan. Perhitungan uji serapan UV-Vis dilakukan dengan batasan configuration interaction (CI) dan dengan eksitasi tunggal (singlyexcited-ci), kemudian dilakukan perhitungan single point dan dihasilkan spektra transisi elektronik berupa panjang gelombang (λ) dan intensitas serapannya. Pada saat perhitungan data disimpan dalam file.log sehingga output perhitungan dapat ditunjukan secara rinci dan spektra yang disajikan sebagai diagram spektra diskontinyu. Penentuan spektra ini dilakukan pada semua struktur senyawa tersebut dan hasil analisis dilakukan dengan tinjauan nilai-nilai transisi elektronik yang berada pada daerah senyawa tabir surya UV-A ( nm), UV-B ( nm) dan UV-C ( nm). Data selanjutnya digunakan untuk memprediksikan tipe aktivitas senyawa porfirin secara teoritik. Pemilihan serapan sinar UV maksimum ditentukan berdasarkan transisi elektron dengan intensitas serapan paling tinggi dan dibandingkan serapan sinar UV maksimum standar. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan Senyawa kompleks Porfirin Penelitian ini mengkaji struktur senyawa porfirin yang ditambahkan logam sebagai atom pusat. Logam yang digunakan divariasi baik dalam bentuk atom netral maupun logam bermuatan. Struktur porfirin tersebut dimodelkan berdasarkan literatur dan penelitian yang pernah dilakukan, ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur porfirin Dari struktur porfirin yang sudah ada itu selanjutnya ditambahkan logam sebagai atom pusatnya. Logam yang digunakan divariasi, baik dalam bentuk atom netral maupun logam bermuatan (ion). Dalam penelitian ini digunakan logam Fe maka struktur senyawa porfirin tersebut menjadi senyawa kompleks Fe-porfirin seperti terlihat pada gambar 2. 9

4 = atom pusat Fe Gambar 2 Struktur kompleks logam-porfirin Analisis Struktur Senyawa Kompleks Porfirin Model struktur porfirin sebelum optimasi seperti terlihat pada Gambar 2 yaitu tidak planar melainkan melengkung. Sudut yang terbentuk merupakan interaksi elektron yang terkecil untuk mencapai keadaan yang stabil. Salah satunya adalah interaksi antara pasangan elektron bebas pada atom N dengan awan elektron yang terbentuk dari ikatan tunggal (C-C) dan rangkap (C=C) terkonjugasi. Pada porfirin terdapat ikatan tunggal (C-C) dan rangkap (C=C) terkonjugasi yang pada umunya memiliki sifat yang didominasi system elektron π yang membentuk awan elektron pada rantainya. Porfirin merupakan ligan siklis yang memiliki ikatan rangkap atau ikatan π yang terkonjugasi. Dengan adanya ikatan π, maka atom N pada ligan porfirin akan menjadi terstabilkan karena adanya efek resonansi, sehingga sifat elektronegatif atom N menjadi berkurang dan memperkecil medan ligan oleh karena itu porfirin merupakan ligan lemah. Selanjutnya ditinjau dari sifat logamnya sebagai atom pusat pada porfirin maka logam bermuatan lebih stabil dibandingkan dengan logam netral dalam proses pembentukan senyawa kompleks. Semakain besar muatan ion, maka semakin mudah mempolarisasikan elektron pada ligan sehingga strukturnya semakin stabil. Pada penelitian ini digunakan logam Fe. Sesuai dengan prinsip elektronetralitas yang menggambarkan bahwa kompleks akan stabil bila elektronegativitas ligan sedemikian sehingga logam sebagai atom pusat dapat mencapai kondisi netral. Pada penelitian ini atom N pada porfirin merupakan atom yang elektronegativitasnya tinggi sehingga dapat menetralkan muatan dari kation logam sebagai atom pusatnya. Kajian Energi Interaksi Semakin rendah energi interaksi maka semakin stabil struktur geometri kompleks porfirin tersebut. Untuk menentukan energi interaksi maka dilakukan optimasi geometri terhadap porfirin dan Fe-porfirin. Berdasarkan data energi total senyawa porfirin dan kompleks logam-porfirin dan data energi atom pusat kemudian data yang diperoleh tersebut digunakan untuk menentukan energi interaksinya. Dari hasil optimasi diperoleh energi porfirin murni tanpa logam adalah ,482 kkal/mol. Selanjutnya ditentukan energi interaksinya sehingga diperoleh informasi tentang ΔEint dimana kompleks Fe-porfirin memiliki nilai energi intraksi - 22,853 kkal/mol Energi HOMO-LUMO Pada penelitian ini dilakukan penentuan kompleks logam-porfirin sebagai semikonduktor organik berdasarkan kajian selisih energi HOMO- LUMO. HOMO (Highest Occupied Molecular Orbitals) adalah orbital tertinggi pada pita valensi yang ditempati elektron. Sedangkan LUMO (Lowest Unnoccupied Molecular Orbitals) adalah orbital terendah pada pita konduksi yang tidak terisi elektron. Energi HOMO adalah energi ionisasi (ionization energy) bahan yang membatasi perbedaan energi antara tingkat vakum (vacuum level) dengan tepi bawah energy ikat dari orbital HOMO, sedangkan energi LUMO adalah afitinas electron (electron affinity) yang membatasi perbedaan energi antara tingkat vakum (vacuum level) dengan tepi atas energi ikat dari orbital LUMO (Khan dan Hill, 1998). Proses eksotermis akibat dari energi ionisasi yang terjadi pada orbital 10

5 HOMO menyebabakan ΔH negatif (-). Sedangkan pada orbital LUMO terjadi proses endotermis akibat dari afinitas elektron sehingga ΔH positif (+). Selisih energi HOMO-LUMO disebut juga band gap (Eg) yang dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan: Eg =E LUMO - E HOMO Selisih energi HOMO-LUMO akan menggambarkan kemudahan suatu sistem molekul untuk mengalami eksitasi ke keadaan elektronik yang lebih tinggi. Selisih energi HOMO-LUMO yang lebih rendah akan mencerminkan kemudahan dalam proses terjadinya eksitasi elektron sehingga sifat kepekaanya terhadap terhadap cahaya (fotosensitivitas) akan cenderung lebih kuat.pada porfirin memiliki Eg = 1,2 ev sedangkan data eksperimen menunjukan porfirin memiliki Eg = 0,73 ev (Pedersenat al. 2004). Hal ini menunjukan bahwa hasil perhitungan telah sesuai karena nilai Eg porfirin hasil perhitungan telah mendekati data eksperimen. Perbedaan tingkat energi diantara orbital HOMO-LUMO dalam sistem molekul kompleks Fe-porfirin adalah 0,39 ev. Hal ini menunjukkan bahwa kompleks Fe-porfirin kurang peka terhadap cahaya (fotosensitivitas lemah) dibandingkan dengan porfirin. Hal ini sesuai dengan prinsip kestabilan dimana kompleks Feporfirin lebih stabil sehingga cenderung lebih mempertahankan elektronnya agar tidak tereksitasi keluar sistem (vacuum level). Hal ini juga didukung karena muatan positif atom Kajian Transisi Elektronik Sensitivitas suatu senyawa terhadap radiasi sinar UV-Visible dipengaruhi oleh transisi elektronik yang terjadi. Jika senyawa tersebut dikenai sinar dengan panjang gelombang yang sesuai maka akan terjadi transisi elektronik dari orbital molekul yang ditempati elektron menuju ke tingkat orbital yang tidak ditempati elektron. Fotosensitivitas kompleks logam-porfirin ini juga dapat diamati melalui spektrum transisi elektronik yang dihitung melalui komputasi program Spektra UV-Vis untuk kompleks Fe-porfirin bervariasi sesuai dengan panjang gelombang maksimum. Spektra UV-Vis untuk kompleks Fe-porfirin dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Spektra UV-Vis porfirin Kajian Spektra Vibrasi IR Tujuan pengukuran vibrasi IR ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan logam pada senyawa porfirin terhadap serapan vibrasi gugus fungsi C=N, C-N dan N-H. Serapan cahaya dalam daerah inframerah dari spektrum elektromagnetik akan mengeksitasi gerakan vibrasi. Frekuensi serapan dan intensitasnya sangat sensitif terhadap detail dari geometri molekular. Karena itu spektroskopi vibrasi IR dapat digunakan untuk menentukan gugus fungsi C=N, C-N dan gugus N-H dalam kompleks porfirin. Dalam penelitian ini gugus C=N, C-N dan N-H diplih untuk dipelajari karena merupakan gugus fungsi utama yang terdapat pada porfirin yang berinteraksi langsung dengan logam sebagai atom pusatnya. Selain itu juga ditinjau dari atom N pada porfirin. Dimana atom N sebagai atom donor elektron yang berinteraksi langsung dengan logam sebagai atom pusatnya yang merupakan atom 11

6 akseptor elektron. Spektra vibrasi juga bermanfaat sebagai petunjuk yang sensitif tentang perubahan baik pada geometri maupun struktur elektronik akibat adanya interaksi molekul seperti terjadinya gaya van der Waals dan ikatan hidrogen. Secara umum pengaruh logam Fe akan menggeser frekuensi vibrasi gugus C=N, C-N dan N-H pada porfirin yang tidak disisipi logam. Perubahan spektra IR yang terjadi bervariasi, semakin besar perubahan yang terjadi semakin mudah molekul tersebut untuk bervibrasi. Sebaliknya semakin kecil perubahan yang terjadi, molekul tersebut sukar untuk melakukan vibrasi. Dari hasil spektra IR terjadi pergeseran frekuensi gugus C=N, C-N dan N-H pada setiap kompleks porfirin N-H bending adalah cm-1. Dari hasil yang diperoleh terlihat perbedaan frekuensi dari literatur eksperimen dengan data teoritis, yakni terjadi penurunan nilai frekuensi atau disebut redshif. Perubahan ini terjadi karena penambahan logam sebagai atom pusat pada porfirin. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Band gap porfirin 1,20 ev, Fe-Porfirin 0,39 ev dapat diaplikasikan sebagai semikonduktor organik. 2. Logam Fe mempengaruhi vibrasi gugus fungsi C=N, C-N dan N-H pada porfirin sehingga terjadi pergeseran merah pada frekuensi spektra IR. DAFTAR PUSTAKA 1. Baker, J., 1993, Techniques for Geometry Optimization : A Comparison of Cartesian and Natural Internal Coordinates, J. Comp. Chem., 14, Bazaraa, M. S., 1993, Nonlinear Programming, Theory and Algorithms, John Wiley & Sons Inc., New York. 3. Bradshaw, J. S. and Izzatt Rr. M., 1997, Crown Ethers : The Search for Selective Ion Ligating Agents, Acc. Chem. Res., 30, Feller, D., 1997, Ab Initio Study of M+: 18- Crown-6 Microsolvation, J.Phys.Chem.A., 1001, Ford, G. P., Wang, B., 1993, New Approach to the Rapid Semiempirical Calculation of Molecular Electrostatic Potensial based on the AM1 Wave Function: Comparison with Ab Initio HF/6-31G* Results, J.Comp. Chem., 14, Golberg, I., 1989, Library of Congress Cataloging in Publication Data : Crown Ethers and Analogs, John Wiley and Sons Ltd., Chichester. 7. Gundertofte, K., Liljefors, T., Norrby, P. and Pettersson, I., 1996, A Comparison of Conformational Energies Calculated by Several Molecular Mechanic Methods, J. Comp. Chem., 17,

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Matahari adalah sumber energi yang sangat besar dan tidak akan pernah habis. Energi sinar matahari yang dipancarkan ke bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur Porfirin (Jaung, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur Porfirin (Jaung, 2005) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara isolator dan konduktor dengan rentang energi band gap 1,5-4 ev (Mitchell, 2004). Semikonduktor

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI KOMPLEKS Ag-PHTHALOCYANINE DENGAN MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA KUANTUM SEMIEMPIRIS ZINDO/1

KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI KOMPLEKS Ag-PHTHALOCYANINE DENGAN MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA KUANTUM SEMIEMPIRIS ZINDO/1 SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1)

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) Agung Tri Prasetya, M. Alauhdin, Nuni Widiarti Kimia FMIPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur (a) porfirin dan (b) corrole (Jaung, 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur (a) porfirin dan (b) corrole (Jaung, 2005) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semikonduktor adalah salah satu material yang paling banyak dikaji dewasa ini karena banyaknya pemanfaatan yang bisa dilakukan dengan material ini mulai dari komponen

Lebih terperinci

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon 4 Pembahasan 4.1 Sintesis Resasetofenon O HO H 3 C HO ZnCl 2 CH 3 O Gambar 4. 1 Sintesis resasetofenon Pada sintesis resasetofenon dilakukan pengeringan katalis ZnCl 2 terlebih dahulu. Katalis ZnCl 2 merupakan

Lebih terperinci

MODELING OF ALKYL SALICYLATE COMPOUNDS AS UV ABSORBER BASED ON ELECTRONIC TRANSITION BY USING SEMIEMPIRICAL QUANTUM MECHANICS ZINDO/s CALCULATION

MODELING OF ALKYL SALICYLATE COMPOUNDS AS UV ABSORBER BASED ON ELECTRONIC TRANSITION BY USING SEMIEMPIRICAL QUANTUM MECHANICS ZINDO/s CALCULATION 64 MODELING OF ALKYL SALICYLATE COMPOUNDS AS UV ABSORBER BASED ON ELECTRONIC TRANSITION BY USING SEMIEMPIRICAL QUANTUM MECHANICS ZINDO/s CALCULATION Pemodelan Senyawa Alkil Salisilat sebagai Penyerap Sinar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI

I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI I. KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI Pendahuluan Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet dapat dianggap menyerupai gelombang. Beberapa sifat

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 PEMODELAN

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Salah satu keistimewaan logam transisi adalah dapat membentuk senyawa klompeks, yaitu senyawa yang paling sedikit terdiri dari satu ion kompleks (terdiri dari kation

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom: Senyawa Koordinasi Terdiri dari atom pusat (kation logam transisi), ligan(molekul yang terikat pada ion kompleks) dan di netralkan dengan bilangan koordinasi. Dari gambar [Co(NH 3 )6]CI 3, 6 molekul NH3

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR)

SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) SPEKTROSKOPI INFRA MERAH (IR) Spektrum Elektromagnetik tinggi tinggi Frekuensi (ν) Energi rendah rendah X-RAY ULTRAVIOLET INFRARED MICRO- WAVE RADIO FREQUENCY Ultraviolet Visible Vibrasi Infrared Resonansi

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN UKURAN RONGGA ZEOLIT RHO BERDASARKAN VARIASI RASIO Si/Al DAN VARIASI KATION ALKALI MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER

KAJIAN PERUBAHAN UKURAN RONGGA ZEOLIT RHO BERDASARKAN VARIASI RASIO Si/Al DAN VARIASI KATION ALKALI MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 1 November 2016 P-ISSN 1693-5616 Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258 KAJIAN PERUBAHAN UKURAN RONGGA ZEOLIT RHO BERDASARKAN VARIASI RASIO Si/Al DAN VARIASI KATION

Lebih terperinci

Struktur Atom. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang

Struktur Atom. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton (bermuatan positif) dan neutron

Lebih terperinci

PERCOBAAN I ANALISIS BUTANA

PERCOBAAN I ANALISIS BUTANA PERCOBAAN I ANALISIS BUTANA Tujuan : Minimisasi energi konformasi butana dengan menggunakan medan gaya (Force Field) MM+. Latar Belakang : Minimisasi energi mengubah geometri dari molekul ke energi yang

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH ENKAPSULASI Be TERHADAP KARAKTERISASI SILICON NANOTUBE ARMCHAIR

PENGARUH ENKAPSULASI Be TERHADAP KARAKTERISASI SILICON NANOTUBE ARMCHAIR PENGARUH ENKAPSULASI Be TERHADAP KARAKTERISASI SILICON NANOTUBE ARMCHAIR ENCAPSULATION EFFECT OF Be ON THE SILICON NANOTUBES ARMCHAIR CHARACTERIZATION Cindy Putri Arinta* dan I Gusti Made Sanjaya Department

Lebih terperinci

#1 Material Organik Elektronika Organik Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#1 Material Organik Elektronika Organik Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #1 Material Organik Elektronika Organik Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya Februari, 2015 Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang karakteristik material dan

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI. Analisis Butana. Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/ Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami

LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI. Analisis Butana. Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/ Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI Analisis Butana Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/15202 Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami Laboratorium Kimia Komputasi Departemen Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

I BAB I PENDAHULUAN I.1

I BAB I PENDAHULUAN I.1 I BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan penanganan pencemaran lingkungan mulai dari limbah industri maupun kegiatan rumah tangga belum dapat ditangani dengan baik hingga saat ini. Berbagai

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya.

Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton (bermuatan positif) dan neutron

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON 1. Atom adalah bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi lagi.. Atom suatu unsur serupa semuanya, dan tak

Lebih terperinci

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI

MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI MOLEKUL, ZAT PADAT DAN PITA ENERGI MOLEKUL ZAT PADAT PITA ENERGI edy wiyono 2004 PENDAHULUAN Pada umumnya atom tunggal tidak memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti gas mulia, maka atom atom

Lebih terperinci

#2 Steady-State Fotokonduktif Elektronika Organik Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

#2 Steady-State Fotokonduktif Elektronika Organik Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya #2 Steady-State Fotokonduktif Elektronika Organik Eka Maulana, ST., MT., MEng. Teknik Elektro Universitas Brawijaya 2015 Kerangka materi Tujuan: Memberikan pemahaman tentang mekanisme efek fotokonduktif

Lebih terperinci

KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi

KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi Austrian Indonesian Centre (AIC) for Computational Chemistry Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Austrian-Indonesian

Lebih terperinci

Dr. Sci. Muhammad Zakir Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, FMIPA, Unhas Makassar

Dr. Sci. Muhammad Zakir Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, FMIPA, Unhas Makassar Perhitungan Orbital Molekul Dr. Sci. Muhammad Zakir Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, FMIPA, Unhas Makassar Maksud percobaan 1. Mempelajari aplikasi software Hyperchem. Mempelajari cara menghitung

Lebih terperinci

Info Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science

Info Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PENGARUH ENKAPSULASI LOGAM TERHADAP NILAI CELAH PITA BORON NITRIDE NANOTUBES (4,4)

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT (THEORETICAL CHARACTERIZATION OF ARMCHAIR SILICON NANOTUBE BASED DFT METHOD) Rieska Amilia* dan I Gusti Made Sanjaya

Lebih terperinci

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum

Lebih terperinci

ATOM BERELEKTRON BANYAK

ATOM BERELEKTRON BANYAK ATOM BERELEKTRON BANYAK A. MODEL ATOM BOHR * Keunggulan Dapat menjelaskan adanya : 1. Kestabilan atom. Spektrum garis pada atom hidrogen (deret Lyman, Balmer, Paschen, Brackett, Pfund) * Kelemahan Tidak

Lebih terperinci

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS

PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS PENENTUAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV- VIS Anggota Kelompok : Azizah Puspitasari 4301412042 Rouf Khoironi 4301412050 Nur Fatimah 4301412057 Singgih Ade Triawan 4301412079 PENGERTIAN DAN PRINSIP

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP Standar Kompetensi 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat

Lebih terperinci

Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis Prinsip Spektrometri Larutan sampel dikenai radiasi elektromagnetik, sehingga menyerap energi / radiasi terjadi interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi (atom/molekul)

Lebih terperinci

TiO 2 jatuh pada 650 nm sedangkan pada kompleks itu sendiri jatuh pada 600 nm, dengan konstanta laju injeksi elektron sekitar 5,5 x 10 8 s -1 sampai

TiO 2 jatuh pada 650 nm sedangkan pada kompleks itu sendiri jatuh pada 600 nm, dengan konstanta laju injeksi elektron sekitar 5,5 x 10 8 s -1 sampai BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Transfer elektron antara material semikonduktor nanopartikel dengan sensitiser, yaitu suatu senyawa berwarna (dye) yang didopingkan pada semikonduktor merupakan subyek

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA

SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA SIFAT SIFAT ATOM DAN TABEL BERKALA 1. Hukum Berkala dan Tabel Berkala SIFAT SIFAT HUKUM BERKALA Sifat - sifat hukum berkala melibatkan sifat yang di kenal sebagai volume atom yang dimana bobot atom suatu

Lebih terperinci

IKATAN KIMIA MAKALAH KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA MAKALAH KIMIA DASAR IKATAN KIMIA MAKALAH KIMIA DASAR dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai mata kuliah kimia dasar Oleh : AZKA WAFI EL HAKIM ( NPM : 301014000 ) HELGA RACHEL F ( NPM : 3010140014 ) MUHAMMAD

Lebih terperinci

ANALISIS SPEKTRA TRANSISI ELEKTRONIK BENTUK DIMER SENYAWA TABIR SURYA AVOBENZON DAN OKSIBENZON AKIBAT PENGARUH INTERAKSI IKATAN HIDROGEN

ANALISIS SPEKTRA TRANSISI ELEKTRONIK BENTUK DIMER SENYAWA TABIR SURYA AVOBENZON DAN OKSIBENZON AKIBAT PENGARUH INTERAKSI IKATAN HIDROGEN ANALISIS SPEKTRA TRANSISI ELEKTRONIK BENTUK DIMER SENYAWA TABIR SURYA AVOBENZON DAN OKSIBENZON AKIBAT PENGARUH INTERAKSI IKATAN HIDROGEN ELECTRONIC TRANSITION SPECTRA ANALYSIS OF DIMER COMPOUNDS OF AVOBENZONE

Lebih terperinci

KARAKTERISASI GaAs DENGAN PHOTOLUMINESCENCE LASER ARGON

KARAKTERISASI GaAs DENGAN PHOTOLUMINESCENCE LASER ARGON KARAKTERISASI GaAs DENGAN PHOTOLUMINESCENCE LASER ARGON Surantoro Pendidikan Fisika PMIPA FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami 36 A Kampus Kentingan Surakarta. ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil berupa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi merupakan masalah terbesar pada abad ini. Hal ini dikarenakan pesatnya pertumbuhan ekonomi dunia sehingga kebutuhan manusia akan sumber energi pun meningkat.

Lebih terperinci

STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA

STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA Objektif: Bab ini akan menguraikan tentang sifatsifat fisika SENYAWA ORGANIK seperti : Titik Leleh dan Titik Didih Gaya antar molekul Kelarutan Spektroskopi dan karakteristik

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI KOMPLEKS 8-HIDROKSIQUINOLIN TERKONJUGASI LOGAM BESI DENGAN MENGGUNAKAN TEORI KERAPATAN FUNGSIONAL

KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI KOMPLEKS 8-HIDROKSIQUINOLIN TERKONJUGASI LOGAM BESI DENGAN MENGGUNAKAN TEORI KERAPATAN FUNGSIONAL KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI KOMPLEKS 8-HIDROKSIQUINOLIN TERKONJUGASI LOGAM BESI DENGAN MENGGUNAKAN TEORI KERAPATAN FUNGSIONAL A THEORETICAL STUDIESTO DETERMINE BAND GAP OF 8-HYDROXYQUINOLINE

Lebih terperinci

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami konsep tingkat tenaga dan pita tenaga untuk menerangkan perbedaan daya hantar listrik.. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

PAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk

PAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Poliaromatik hidrokarbon (PAH) adalah golongan senyawa organik yang terdiri atas dua atau lebih molekul cincin aromatik yang disusun dari atom karbon dan hidrogen.

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia :

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : Ikatan Kimia Ikatan Kimia : Gaya tarik yang menyebabkan atom-atom yang terikat satu sama lain dalam suatu kombinasi untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : 1. Ikatan ion

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

1.3 Pemodelan Molekul dalam Kurikulum A. Mengapa pemodelan molekul penting untuk pembelajaran kimia?

1.3 Pemodelan Molekul dalam Kurikulum A. Mengapa pemodelan molekul penting untuk pembelajaran kimia? 11 1.3 Pemodelan Molekul dalam Kurikulum Berikut disampaikan pentingnya pemodelan molekul dalam pembelajaran pada jenjang strata 1 bagi mahasiswa kimia. Beberapa contoh diberikan untuk dapat lebih memahami

Lebih terperinci

Harno Dwi Pranowo, Tuti Hartati Siregar, Mudasir Austrian-Indonesian Centre for Computational Chemistry Gadjah Mada University Yogyakarta ABSTRACT

Harno Dwi Pranowo, Tuti Hartati Siregar, Mudasir Austrian-Indonesian Centre for Computational Chemistry Gadjah Mada University Yogyakarta ABSTRACT 111 THEORETICAL STUDY OF THE EFFECT OF WATER MOLECULE ADDITION ON THE CONFORMATION OF SUBSTITUTED DIBENZO-18-CROWN-6 ETHER IN ITS COMPLEXATION WITH Na + CATION USING SEMI EMPIRICAL METHOD MNDO/d Kajian

Lebih terperinci

REAKSI DEKOMPOSISI SENYAWA ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F SUATU KAJIAN MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) ABSTRAK

REAKSI DEKOMPOSISI SENYAWA ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F SUATU KAJIAN MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1) ABSTRAK 1 REAKSI DEKMPSISI SENYAWA ERITRMISIN F DAN 6,7 ANHIDRERITRMISIN F SUATU KAJIAN MENGGUNAKAN METDE SEMIEMPIRIS AUSTIN MDEL 1 (AM1) Enokta Hedi Permana 1, Agung Tri Prasetya 2, Kasmui 3 1) Mahasiawa Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Falerin (4,5-dihidroksi-5 -metoksibenzofenon-3-o-glukosida) adalah isolat dari buah mahkota dewa berkerangka benzofenon yang mempunyai aktivitas antiinflamasi. Penelitian

Lebih terperinci

Mengenal Sifat Material. Teori Pita Energi

Mengenal Sifat Material. Teori Pita Energi Mengenal Sifat Material Teori Pita Energi Ulas Ulang Kuantisasi Energi Planck : energi photon (partikel) bilangan bulat frekuensi gelombang cahaya h = 6,63 10-34 joule-sec De Broglie : Elektron sbg gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanopartikel saat ini sangat pesat. Dalam beberapa puluh tahun terakhir berbagai negara di Eropa, Amerika, Australia dan sebagian Asia mengarahkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza

Lebih terperinci

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor MAKALAH PITA ENERGI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna (4211412011) Rombel 1 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Schrodinger s Wave Function

Schrodinger s Wave Function SPEKTRA RADIASI ELEKTROMAGNET SPEKTRUM KONTINYU TEORI MAX PLANK TEORI ATOM BOHR SIFAT GELOMBANG Schrodinger s Wave Function MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM Persamaan gelombang Schrodinger TEORI MEKANIKA KUANTUM

Lebih terperinci

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Sifat sifat zat padat bergantung pada: Jenis atom penyusunnya Struktur materialnya Berdasarkan struktur

Lebih terperinci

STUDI KOMPUTASI SENYAWA BERBASIS ANISIL INDOL DENGAN SENYAWA AKSEPTOR ASAM SIANOAKRILIK SEBAGAI SENSITIZER SOLAR SEL ORGANIK

STUDI KOMPUTASI SENYAWA BERBASIS ANISIL INDOL DENGAN SENYAWA AKSEPTOR ASAM SIANOAKRILIK SEBAGAI SENSITIZER SOLAR SEL ORGANIK STUDI KOMPUTASI SENYAWA BERBASIS ANISIL INDOL DENGAN SENYAWA AKSEPTOR ASAM SIANOAKRILIK SEBAGAI SENSITIZER SOLAR SEL ORGANIK SONI SETIADJI,* ATTHAR LUQMAN IVANSYAH, DAN ADI BUNGSU PRIBADI. Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan senyawa kompleks yang didopingkan pada material semikonduktor semakin banyak dilakukan dalam rangka mendapatkan material semikonduktor rekaan. Penggunaan

Lebih terperinci

Gambar 4-12 Skema dari spektrofotometer inframerah.

Gambar 4-12 Skema dari spektrofotometer inframerah. 4-4 Spektroskopi Molekul Tabel 4-2 menunjukkan kisaran radiasi elektromagnetik, yang mana dapat memberikan energi di seluruh unit umum yang digunakan, dan menunjukkan jenis Spektroskopi yang digunakan

Lebih terperinci

Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN STUDI KOMPUTASI SENYAWA DOPAMIN DAN DOPAMIN-TI(OH) 2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA

Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN STUDI KOMPUTASI SENYAWA DOPAMIN DAN DOPAMIN-TI(OH) 2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA STUDI KOMPUTASI SENYAWA DOPAMIN DAN DOPAMIN-TI(OH) 2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA Soni Setiadji*, Atthar Luqman Ivansyah, Bio Insan Akbar Abstrak Penelitian ini memprediksi sifat elektronik

Lebih terperinci

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis

Hari Gambar 17. Kurva pertumbuhan Spirulina fusiformis 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kultivasi Spirulina fusiformis Pertumbuhan Spirulina fusiformis berlangsung selama 86 hari. Proses pertumbuhan diketahui dengan mengukur nilai kerapatan optik (Optical Density).

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Ikatan Kimia 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam Ikatan Kimia Ikatan Ion:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intan adalah salah satu jenis perhiasan yang harganya relatif mahal. Intan merupakan kristal yang tersusun atas unsur karbon (C). Intan berdasarkan proses pembentukannya

Lebih terperinci

Jilid 1. Penulis : Citra Deliana D.S, M.Si. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.

Jilid 1. Penulis : Citra Deliana D.S, M.Si. Copyright 2013 pelatihan-osn.com. Cetakan I : Oktober Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn. Jilid 1 Penulis : Citra Deliana D.S, M.Si. Copyright 2013 pelatihan-osn.com Cetakan I : Oktober 2012 Diterbitkan oleh : Pelatihan-osn.com Kompleks Sawangan Permai Blok A5 No.12 A Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

ORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK

ORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK ORBITAL DAN IKATAN KIMIA ORGANIK Objektif: Pada Bab ini, mahasiswa diharapkan untuk dapat memahami, Teori dasar orbital atom dan ikatan kimia organik, Orbital molekul orbital atom dan Hibridisasi orbital

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry

Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik Posted by ferry Spektroskopi IR Dalam Penentuan Struktur Molekul Organik 08.30 Posted by ferry Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus fungsinya. Untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP kimia K e l a s XI REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami teori atom mekanika kuantum dan hubungannya dengan bilangan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur.

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. 1 Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur. Subcapaian pembelajaran: 1. Menjelaskan sifat unsur golongan

Lebih terperinci

Semiempirical Study on Electronical Transition Spectra of Ethyl p- methoxycinnamate (EPMS) from Kencur (Kaempferia galanga) for Sunscreen Component

Semiempirical Study on Electronical Transition Spectra of Ethyl p- methoxycinnamate (EPMS) from Kencur (Kaempferia galanga) for Sunscreen Component Semiempirical Study on Electronical Transition Spectra of Ethyl p- methoxycinnamate (EPMS) from Kencur (Kaempferia galanga) for Sunscreen Component Salmahaminati a, and Mokhammad Fajar Pradipta b a Chemistry

Lebih terperinci

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd.

KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. KERAMIK Mimin Sukarmin, S.Si., M.Pd. m.sukar1982xx@gmail.com A. Keramik Bahan keramik merupakan senyawa antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan atau ikatan kovalen. Jadi sifat-sifatnya

Lebih terperinci

1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain. 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain

1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain. 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain 1. Semikonduktor intrinsik : bahan murni tanpa adanya pengotor bahan lain 2. Semikonduktor ekstrinsik : bahan mengandung impuritas dari bahan lain Adalah Semikonduktor yang terdiri atas satu unsur saja,

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 2 KONFIGURASI ELEKTRON, HUBUNGANNYA DENGAN LETAK UNSUR DALAM SISTEM PERIODIK, DAN SIFAT PERIODIK UNSUR

KEGIATAN BELAJAR 2 KONFIGURASI ELEKTRON, HUBUNGANNYA DENGAN LETAK UNSUR DALAM SISTEM PERIODIK, DAN SIFAT PERIODIK UNSUR KEGIATAN BELAJAR 2 KONFIGURASI ELEKTRON, HUBUNGANNYA DENGAN LETAK UNSUR DALAM SISTEM PERIODIK, DAN SIFAT PERIODIK UNSUR A. CAPAIAN PEMBELAJARAN 1. Menentukan letak suatu unsur dalam SPU berdasarkan konfigurasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemodelan molekul untuk mempelajari sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimia sistem molekul dengan perlakuan komputasi merupakan penelitian yang banyak diminati. Pemodelan

Lebih terperinci

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford. 1 BAB FISIKA ATOM Perkembangan teori atom Model Atom Dalton 1. Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi-bagi 2. Atom-atom suatu unsur semuanya serupa dan tidak dapat berubah

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI PORFIRIN TERKONJUGASI LOGAM KALSIUM MENGGUNAKAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN (DFT)

KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI PORFIRIN TERKONJUGASI LOGAM KALSIUM MENGGUNAKAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN (DFT) KAJIAN TEORITIS UNTUK MENENTUKAN CELAH ENERGI PORFIRIN TERKONJUGASI LOGAM KALSIUM MENGGUNAKAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN (DFT) A THEORETICAL STUDIES TO DETERMINE BAND GAP OF CONJUGATED PORPHYRIN WITH CALCIUM

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

TERHADAP PERUBAHAN UKURAN WINDOW

TERHADAP PERUBAHAN UKURAN WINDOW Maria Amelia Pengaruh Variasi PENGARUH VARIASI RASIO Si/Al STRUKTUR ZEOLIT A DAN VARIASI KATION (Li +, Na +, K + ) TERHADAP PERUAHAN UKURAN WINDOW ZEOLIT A MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER THE STUDY

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol. 0, No. 02 (207) 28 33 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN LIU KIN MEN *, SETIANTO, BAMBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

! " "! # $ % & ' % &

!  ! # $ % & ' % & Valensi ! " "! # $ % & ' %& # % ( ) # *+## )$,) & -#.. Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +1 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +2 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +3. Tl juga memiliki bilangan

Lebih terperinci

Dr. rer. Nat. Agustino Zulys M.Sc.

Dr. rer. Nat. Agustino Zulys M.Sc. Pendahuluan Teori Ikatan Mata Kuliah Ikatan Kimia Dr. rer. Nat. Agustino Zulys M.Sc. 1 6/12/2009 Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Ikatan Kimia Dosen

Lebih terperinci

Bab 1. Semi Konduktor

Bab 1. Semi Konduktor Bab 1. Semi Konduktor Operasi komponen elektronika benda padat seperti dioda, LED, Transistor Bipolar dan FET serta Op-Amp atau rangkaian terpadu lainnya didasarkan atas sifat-sifat semikonduktor. Semikonduktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Material Organik Material organik adalah material yang terdiri dari karbon dan hidrogen dengan sedikit heteroatom seperti sulfur, oksigen atau nitrogen. Sementara sifatnya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2012 pemanfaatan bahan bakar fosil mengakibatkan pelepasan CO 2 ke atmosfer sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2012 pemanfaatan bahan bakar fosil mengakibatkan pelepasan CO 2 ke atmosfer sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akitivitas kehidupan sehari-hari manusia melalui pembangunan ekonomi dan industri selalu disertai dengan penggunaan energi. Peningkatan penggunaan energi akan memicu

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI KIMIA ANORGANIK 14 OKTOBER 2012 RINGKASAN MATERI SENYAWA KOMPLEKS Definisi Senyawa kompleks itu: Ada ion logam sebagai atom pusat Ada ligan yang berupa anion atau molekul netral Memiliki counter ion supaya

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM

BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM BAB 1 PERKEMBANGAN TEORI ATOM 1.1 Teori Atom Perkembangan teori atom merupakan sumbangan pikiran dari banyak ilmuan. Konsep dari suatu atom bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli filsafah Yunani pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN I. Total. Dimensi Proses Pengetahuan Kognitif Menerapkan Menganalisa (C4) 15 3,6,9,11,21 4,12,18,26 5,19,20,25

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN I. Total. Dimensi Proses Pengetahuan Kognitif Menerapkan Menganalisa (C4) 15 3,6,9,11,21 4,12,18,26 5,19,20,25 ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN I Mata pelajaran Kimia Kelas/Semester XI IPA 1/1 Kisi Butir Soal ClassXI Mudah Sedang Susah C1 C2 and C3 C 4,5,6 Total Presentase 12% 56% 32% 100% Jumlah soal 3 14 8 25 Dimensi

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 CATATAN KULIAH PENGANTAR SPEKSTOSKOPI Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 PENGANTAR SPEKTROSKOPI Pengertian Berdasarkan teori klasik spektoskopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak

Lebih terperinci