BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh
|
|
- Yandi Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran bagi lingkungan, serta terdegradasi lambat oleh cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh cincin aromatik dan adanya kemampuan fenol untuk melepaskan H +, sehingga kepolarannya cukup tinggi. Teknologi konvensional telah banyak dilakukan untuk mengolah limbah fenol melalui oksidasi menggunakan ozon, H 2 O 2, adsorbsi dan secara elektrokimia telah banyak dilaporkan. Tetapi, metode tersebut masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya efisiensi pengolahan limbah yang rendah, pemakaian energi dan bahan kimia yang cukup tinggi, serta proses pengolahan limbah yang dilakukan ternyata masih menghasilkan residu berbahaya (Ku et al., 2001) Katalis semikonduktor merupakan katalis dengan konduktifitas yang berada diantara insulator dan konduktor. Diantara banyak semikonduktor, seng oksida (ZnO) dianggap lebih baik karena memiliki kapasitas untuk menghilangkan kontaminan senyawa organik seperti fenol, memiliki celah pita sebesar 3,37 ev dan energi ikat sebesar 60 MeV, serta aktivitas katalitik dari ZnO jauh lebih baik dan lebih stabil 33
2 34 daripada bahan lain karena ZnO dapat menyerap cahaya dalam spektrum yang lebih luas dibanding dengan bahan lain. Beberapa upaya untuk meningkatkan aktivitas fotokatalitik melalui pengembanan dengan logam maupun non logam dengan membentuk komposit seperti ZnO yang diembankan dengan karbon aktif akan mengoptimalkan sifat listriknya. Modifikasi semikonduktor dengan karbon aktif diharapkan dapat meningkatkan proses degradasi fotokatalitik. Salah satu teknologi yang sedang dikembangkan untuk mendegradasi berbagai limbah industri yaitu teknologi fotokatalis.teknologi fotokatalis ini dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair fenol.teknologi fotokatalis dinilai lebih ekonomis dalam pemakaian energi, selain itu juga dapat menekan pemakaian bahan kimia serta mengahasilkan produk yang ramah lingkungan. Fotokatalis merupakan kemampuan ganda suatu material semikonduktor seperti TiO 2, ZnO, Fe 2 O 3, CdS, ZnS untuk menyerap cahaya (foton) dan melakukan reaksi yang berlangsung pada permukaan katalis.bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ZnO, dimana ZnO memiliki aktvitas fotokatalitiknya yang tinggi, stabil, tidak beracun, serta mudah disintesis.sedangkan karbon aktif digunakan sebagai adsorben.karbon aktif merupakan suatu padatan yang mengandung pori-pori dan memiliki luas permukaan yang tinggi, luas permukaan yang tinggi ini dapat digunakan untuk penghilangan senyawa organik.
3 35 Penelitian ini akan akan dibahas mengenai pengaruh kandungan Zn pada preparasi ZnO/C sebagai fotokatalis pada degradasi fenol dengan menggunakan metode impregnasi yang dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Prodi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia. Penelitian ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap yang dilakukan berupa preparasi dan karakterisasi dengan SAA menggunakan metode BET (Brunauer-Emmet-Teller) dan DR UV-Visible (Diffuse Reflectance UV-Visible) serta uji aktivitas fotokatalis ZnO/C menggunakan Spektrofotometer UV-Visible dan GC (Gas Chromatography). 5.1 Preparasi Fotokatalis ZnO/C Fotokatalis ZnO/C dibuat dengan tahapan mengembankan Zn Asetat ke dalam karbon aktif melalui tahapan impregnasi dan tahapan kalsinasi. Preparasi fotokatalis ZnO/C dibuat dengan empat variasi kandungan Zn yaitu 2,5%; 5%; 7,5%; dan 10%. Pembuatan fotokatalis ZnO/C dimulai dengan menimbang sebesar 0,5036 gram untuk kandungan Zn 2,5%, 1,0072 gram untuk kandungan Zn 5%, 1,5109 gram untuk kandungan Zn 7,5% dan sebesar 2,0146 gram untuk kandungan Zn 10% kemudian ditambah dengan 25 ml aquadest sebagai pelarut. Setelah itu masingmasing konsentrasi ditambah 6 gram karbon aktif dan dilakukan pengadukan selama semalam pada temperatur kamar untuk meningkatkan homogenitas Zn Asetat dalam karbon aktif agar Zn asetat masuk ke dalam pori-pori karbon aktif.setelah itu dilakukan penguapan pelarut air dengan memanaskan di atas kompor.kemudian padatan yang diperoleh dimasukkan dalam oven pada temperatur 70 ๐ C selama
4 36 semalam untuk menguapkan air yang masih terkandung didalamnya. Selanjutnya, padatan yang sudah kering dilakukan kalsinasi pada temperatur 400 ๐ C selama 4 jam. Tujuan kalsinasi adalah untuk mengubah bentuk Zn 2+ menjadi ZnO serta menghilangkan senyawa organik di dalam material tersebut, preparasi fotokatalis ZnO/C dapat dilihat pada lampiran Karakterisasi Fotokatalis ZnO/C metode BET (Brunauer-Emmet-Teller) Karakterisasi fotokatalis ZnO/C menggunakan metode Brunauer-Emmet- Teller (BET) menggunakan alat Quantachrome Instrument. Karakterisasi ini dilakukan untuk menentukan luas permukaan material dan volume total poriserta rerata jejari pori karbon aktif sebelum dan sesudah dipreparasi. Karbon aktif sebelum dipreparasi merupakan karbon aktif yang belum mengalami perlakuan, sedangkan karbon aktif yang telah dipreparasi merupakan karbon aktif yang telah diembankan dengan Zn Asetat dengan variasi ZnO/C 2,5%; 5%; 7,5% dan 10% dengan pola adsorbsi-desorbsi N 2.
5 37 Gambar 4. Grafik isoterm adsorbsi-desorbsi N 2 Karbon aktif Gambar 5. Grafik adsorbsi-desorbsi N 2 dari ZnO/C 2,5% ; 5% ; 7,5% dan 10%
6 38 Terdapat dua tahapan yang dilakukan dalam analisis menggunakan BET yaitu adsorbsi dan desorbsi. Adsorbsi adalah proses penyerapan (adsorben) oleh gas N 2 pada permukaan padatan sedangkan desorbsi adalah pengeluaran zat yang telah diadsorb oleh gas N 2. Gambar 4 dan 5 merupakan grafik jumlah adsorbsi nitrogen terhadap tekanan relatif P/Po. Gambar 4kurva histerisis karbon aktif murni hasil karakterisasi BET menunjukkan bahwa karbon aktif memiliki luas permukaan spesifik 617,7 m 2 /g, volume pori 5,187x 10-1 serta rerata jejaripori 16,79Å dapat dilihat pada Tabel 1. Ukuran pori diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori dengan diameter < 20 Å, mesopori dengan diameter Å, dan makropori dengan diameter >500 Å. Berdasarkan hasil analisis BET diameter pori karbon aktif murni sebesar 33,58 Å dengan ukuran pori yaitu mesopori. Berdasarkan karakteristik grafik isoterm maka sesuai dengan isoterm tipe IV. Pada grafik fotokatalis ZnO/C 2,5%; 5%; 7,5% dan 10% tersebut menunjukkan kesesuaian pola adsorbsi-desorbsi. Grafik tesebut memenuhiisoterm tipe adsorbsi.gambar 5 tersebut dapat dilihat bahwa isoterm adsorbsi nitrogen semua fotokatalis ZnO/C menunjukkan pola yang serupa.pada kurva ini terjadi kenaikan pada tekanan relativ P/Po rendah, kemudian naik secara perlahan pada pertengahan dan mengalami peningkatan adsorbsi dengan cepat pada P/Po mendekati satu.kenaikan pertama terjadi karena molekul gas yang teradsorb berinteraksi dengan daerah yang berenergi pada permukaan padatan. Pada pengisian tersebut telah terbentuk lapisan tunggal, kemudian pada daerah P/Po yang lebih tinggi, pertambahan
7 39 molekul gas terjadi pada permukaan yang telah ditempati molekul gas dimana telah terbentuk lapisan tunggal. Pada pertambahan ini terbentuk lapisan multilayer dan pada pengisian terakhir, terjadi kondensasi molekul gas yang teradsorb.selain itu juga terlihat adanya histerisis loop. Berdasarkan grafik isoterm, isoterm ini merupakan isoterm tipe IV yaitu jenis adsorbsi mesopori. Adanya pori pada permukaan padatan akan memberikan efek pembatasan jumlah lapisan pada adsorbat dan terjadi fenomena kondensasi kapiler. Kondensasi kapiler ini menyebabkan terjadinya histerisis (Adamson, 1990). Berdasarkan pola adsorbsi ini dapat disimpulkan secara umum bahwa fotokatalis ZnO/C dengan variasi 2,5%; 5%; 7,5% dan 10% menunjukkan profil isoterm adsorbsi tipe IV dengan karakteristik jenis padatan berpori meso. Selain itu, pada Gambar 5 terlihat bahwa loop histerisis paling besar pada ZnO/C 5% hal ini menunjukkan bahwa jumlah adsorbat (N 2 ) yang tertinggal dalam pori saat desorbsi paling banyak, yang mengindikasikan bahwa jumlah mesopori pada ZnO/C 5% paling banyak. Adanya pori meso dibuktikan pada permukaan padatan yang dapat dilihat dari data distribusi ukuran pori yang disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa adanya histerisis pada semua sampel ZnO/C disebabkan adanya padatan pori berukuran meso. Hal ini ditunjukkan dengan distribusi ukuran pori yang terus mengalami kenaikan diameter pori lebih dari 20 Å.
8 40 Tabel 1. Data rerata jari pori, luas permukaan pori spesifik serta volume pori dari fotokatalis ZnO/C Fotokatalis Rerata Jejari Luas Permukaan Volume Pori Pori (Å) (m 2 /g) (cc/g) Karbon Aktif 16,79 617,684 5,187x 10-1 ZnO/C 2,5% 17,48 556,644 4,865x10-1 ZnO/C 5% 20,71 322,588 3,341x10-1 ZnO/C 7,5% 24,24 176,631 2,141x10-1 ZnO/C 10% 22,24 205,768 2,288x10-1 Dalam hasil analisis dengan adsorbsi-desorbsi nitrogen yang ditunjukkan pada Tabel 1 bahwa luas permukaan sampel yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan karbon aktif murni yaitu sebesar 617,684 m 2 /g. Adanya penurunan luas permukaan sampel dan volume pori serta kenaikan rerata jejari pori dimungkinkan karena dispersi ZnO yang tidak merata dan membentuk agregat pada permukaan karbon aktif sehingga menutupi pori-pori karbon aktif, perhitungan luas permukaan dan volume total pori fotokatalis ZnO/C dapat dilihat pada lampiran 3 sampai Penentuan Energi Band GapZnO/C Mengetahui aktivitas fotokatalitik ZnO dapat diukur berdasarkan nilai celah energi (Energy gap, Eg) yang diperoleh. Untuk mengetahui besarnya energi gap ZnO, serbuk ZnO hasil preparasi dianalisis dengan menggunakan Diffuse Reflectance UV- Visible (DR UV-Visible). Energi band gap dapat diperoleh melalui persamaan:
9 41 Eg = Dimana: edge adalah panjang gelombang tepi. Spektra DRUV-Visible ZnO dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Absorbansi 1.14 ZnO/C 2,5% Panjang Gelombang (nm) Absorbansi 1.15 ZnO/C 5% Panjang Gelombang (nm) Absorbansi 1.15 ZnO/C 7,5% Panjang Gelombang(nm) Absorbansi 1.14 ZnO/C 10% Panjang Gelombang (nm) Gambar 6. Spektra DR UV-Visible fotokatalis material ZnO hasil preparasi
10 42 Dapat dilihat pada Gambar 6 memperlihatkan bahwa ZnO/C 2,5%, ZnO/C 5%, ZnO/C 7,5% dan ZnO/C 10% memiliki harga edge berturut-turut sebesar 481,74 nm, 427,25 nm, 436,79 nm dan 455,14, serta 407,78 nm dan 458,32 nm. Menurut Gang dan Wao (2004) panjang gelombang ZnO umumnya berkisar 368 nm sehingga dapat dikatakan panjang gelombang ZnO hasil preparasi cenderung relatif lebih besar. Panjang gelombang berpengaruh pada energi gap suatu fotokatalis, dimana semakin besar panjang gelombang maka energi gap yang dimiliki semakin kecil sebaliknya semakin kecil panjang gelombang maka energi gap yang dimiliki akan semakin besar. Pada penelitian ini terlihat bahwa terjadi pergeseran merah. Pergeseran ke arah merah ini mengindikasikan bahwa ZnO hasil preparasi memiliki ukuran yang lebih kecil. Harga Eg untuk setiap fotokatalis ZnO/C disajikan pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Energi band gap pada variasi fotokatalis ZnO/C Fotokatalis Eg ZnO/C 2,5% Eg = 2,60 ev ZnO/C 5% Eg = 2,90 ev ZnO/C 7,5% Eg 1 = 2,83 ev Eg 2 = 2,72 ev ZnO/C 10% Eg 1 =3,04 ev Eg 2 =2,70 ev Dari data di Tabel 2 di atas menunjukkan energi band gap yang terbentuk dari fotokatalis ZnO/C. Dari keempat fotokatalis ZnO/C tersebut, ZnO/C 10% memiliki band gappaling besar dibandingkan dengan ZnO/C 2,5%, ZnO/C 7,5% dan ZnO/C 5%. Hal tersebut dapat disebabkan karena dispersi ZnO yang homogen ke dalam pori-pori karbon aktif. Pada ZnO/C 2,5%, ZnO/C 7,5% dan
11 43 ZnO/C 5% distribusi ZnO ke dalam pori-pori karbon aktif tidak merata sehingga membentuk gumpalan-gumpalan (agregat) ZnO pada permukaan karbon aktif. 5.4 Uji Aktivitas Fotokatalis ZnO/C menggunakan Spektrofotometer UV- Visible Uji aktivitas fotokatalis ZnO/C dilakukan menggunakan instrumenspektrofotometer UV-Visible untuk mengetahui aktivitas fotokatalis yang paling baik. Uji aktivitas fotokatalis ZnO/C dengan variasi 2,5%; 5%; 7,5% dan 10% dilakukan pada degradasi larutan fenol 20 ppm pada lama penyinaran selama 1 jam. Hasil uji aktivitas fotokatalitik yang telah dilakukan, disajikan pada Tabel 3 Tabel 3. Data absorbansi uji aktivitas fotokatalitik ZnO/C dengan variasi 2,5%; 5%;7,5% dan 10% Fotokatalis Absorbansi Fenol 20 ppm 0,256 ZnO/C 2,5% 0,043 ZnO/C 5% 0,038 ZnO/C 7,5% 0,060 ZnO/C 10% 0,045 Berdasarkan Tabel 3, dari data hasil uji menggunakan Spektrofotometer UV-Visiblepada panjang gelombang 269 nm dengan empat variasi ZnO/C.
12 44 Konsentrasi ZnO/C 5% menunjukkan absorbansi yang paling kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan katalitik dari fotokatalis ZnO/C 5% tersebut merupakan katalis yang memberikan aktivitas fotokatalitik paling baik dalam degradasi fenol. 5.5 Uji Aktivitas Fotokatalis ZnO/C dengan GC (Gas Chromatography) Dalam analisis uji aktivitas fotokatalis ZnO/C menggunakan reaktor fotokatalisis. Pengujian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ZnO yang menempel pada permukaan adsorben karbon aktif untuk melihat pengaruhnya dalam mendegradasi senyawa fenol. Pengujian aktivitas fotokatalis ZnO/C 5% dilakukan selama satu jam di bawah sinar UV, untuk mengetahui aktivitas fotokatalis dilihat dari perbedaan kondisi. Pada kondisi A (fotolisis), kondisi B (adsorbsi), dan kondisi C(fotokatalisis). Setelah itu dilakukan analisis secara kuantitatif menggunakan kromatografi gas untuk membuktikan efektivitas fotokatalis dengan metode yang digunakan dan melihat seberapa besar senyawa fenol yang terdegradasi.
13 45 Gambar 7. Kromatogram Fenol 10 ppm dengan Proses Fotokatalisis Analisis sampel dengan menggunakan kromatografi gas memiliki keuntungan yaitu tidak hanya senyawa kromofor yang dapat dideteksi dan dapat diketahui adanya senyawa lain yang terbentuk setelah degradasi (oksidasi) fenol. Berdasarkan hasil uji menggunakan GC (Gas Chromatography) pada kromatogram Gambar 6 di atas dapat dilihat pada standar fenol 10 ppm bahwa adanya peak fenol yang terbentuk pada waktu retensi 0,730. Pada kromatogram kondisi C (fotokatalisis) menunjukkan adanya puncak yang terdeteksi yang diperkirakan adanya senyawa lain yang terbentuk pada saat degradasi fenol.
14 46 Uji aktivitas katalis ini dapat diketahui persen penurunan konsentrasi fenol. Perhitungan persen penurunan konsentrasi fenol dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % Penurunan Konsentrasi= Keterangan: Ao = konsentrasi awal At = konsentrasi akhir Berdasarkan rumus persen penurunan konsentrasi fenol di atas, data disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4. Konversi persen penurunan konsentrasi fenol dengan variasi kondisi Sampel Penurunan konsentrasi Fenol (%) A (Fotolisis) 49,08 B (Adsorbsi) 51,47 C (Fotokalisis) 57,03 Hasil analisis dengan GC pada Tabel 3, menunjukkan penurunan konsentrasi fenol terhadap variasi kondisi, dimana pada kondisi fotokatalisis menunjukkan persen penurunan konsentrasi fenol yang paling besar. Rumus persen penurunan konsentrasi fenol dengan variasi kondisi dapat dilihat pada lampiran 2. Jadi, dalam proses degradasi fenol dengan menggunakan proses fotokatalisis lebih baik jika dibandingkan tanpa penyinaran lampu UV(adsorbsi).
15 47 Pada saat pengujian dengan fotokatalisis, ketika katalis dikontakkan dengan fenol terjadi dua proses yaitu adsorbsi dan fotokatalisis. Efek dari adanya reaksi fotokatalisis ini berpengaruh terhadap pengurangan senyawa fenol dikarenakan penyinaran radiasi sinar UV pada permukaan fotokatalis. Jika fotokatalis semikonduktor (ZnO/C) dikenai oleh energi foton yang besarnya setara atau lebih besar dari energy band gap, maka akan mengalami eksitasi elektron dari pita valensi (valence bond) menuju pita konduksi (conduction band) dan akan dihasilkan suatu lubang hole (h + ) dan electron pada permukaan fotokatalis. Holeakan berinteraksi dengan H 2 O yang berada pada permukaan katalis membentuk OH radikal (OH ) sedangkan elektron (e - ) akan bereaksi dengan O 2 membentuk radikal superoksida (O 2 ). Radikal-radikal inilah yang akan mengoksidasi senyawa kimia seperti fenol. Dengan kata lain, degradasi (oksidasi) ini hanya dapat terjadi di bawah efek cahaya. Dalam penelitian ini, reaksi yang terjadi pada fotokatalis ZnO sebagai berikut: ZnO + hv ZnO (e cb - + h vb + ) ZnO (e cb - + h vb + ) ZnO + headand/orhv ZnO + H 2 O ads ZnO + OH - + H + h vb + + OH - e cb - + O 2ads OH + Fenol (senyawa organik) OH O 2 CO 2, H 2 O dimana: hv: sinar ultraviolet
16 48 h vb + : lubang positif pada pita valensi e cb - : elektron pada pita konduksi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis diperkenalkan pertama kali oleh Fujishima dan Honda tahun 1972 mengenai pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen secara fotoelektrokimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi.
BAB III DASAR TEORI 3.1 Semikonduktor Semikonduktor adalah bahan yang mempunyai energi celah (Eg) antara 2-3,9 elektron volt. Bahan dengan energi celah diatas kisaran energi celah semikonduktor adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. alkohol, dan fenol alkohol (Nair et al, 2008). Fenol memiliki rumus struktur
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fenol Fenol (C 6 H 6 OH) merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti asam karbolik,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan
Lebih terperinciI. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT
I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diulas dalam tiga subbab. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam, yaitu SEM-EDS, XRD dan DRS. Karakterisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR LAMPIRAN...xiii. 1.2 Perumusan Masalah...
DAFTAR ISI JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR...... iii INTISARI......v ABSTRACT...... vi DAFTAR ISI......vii DAFTAR TABEL...... x DAFTAR GAMBAR...... xi DAFTAR LAMPIRAN....xiii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis
Lebih terperinciBAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar misalnya pencemaran oleh limbah industri dimana limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan industri tekstil selain menguntungkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinciJurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X
17 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Vol. 3 No.5, Juni 5 ISSN 1693248X Saifuddin, Kombinasi Berbagai Oksidator Untuk Mendegradasi 2Chlorobifenil Dalam Sistem UV/TiO 2 /Oksidant KOMBINASI BERBAGAI OKSIDATOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenol merupakan senyawa organik yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang bersifat karsinogenik,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspek Kimia CO 2 Karbon dioksida adalah produk akhir oksidasi senyawa organik dan karena itu dianggap sebagai senyawa yang stabil. Senyawa ini dapat diproses secara kimiawi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.
5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI FOTOKATALIS ZnO PADA ZEOLIT
KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 1, No. 2, pp. 241-247, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 2 April 2014, Accepted 3 April 2014, Published online 3 April 2014 SINTESIS DAN KARAKTERISASI FOTOKATALIS ZnO PADA
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan
OP-015 PENGARUH BERAT TiO 2 ANATASE, KECEPATAN PENGADUKAN DAN ph DALAM DEGRADASI SENYAWA FENOL Zulkarnaini 1, Yeggi Darnas 2, Nofriya 3 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Unversitas Andalas Kampus
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi manusia dan merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh mahluk hidup di muka bumi ini, diantaranya
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap
Lebih terperinciAKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL
L/O/G/O AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL SAMIK (1409201703) Pembimbing: Dra. Ratna Ediati, M.S., Ph.D. Dr. Didik Prasetyoko,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan senyawa kompleks yang didopingkan pada material semikonduktor semakin banyak dilakukan dalam rangka mendapatkan material semikonduktor rekaan. Penggunaan
Lebih terperinciADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam industri tekstil, kertas, kulit, plastik, cat, farmasi dan makanan yang digunakan sebagai
Lebih terperinciUJI AKTIVITAS FOTOKATALIS SENYAWA Ca1-xCoxTiO3 PADA PROSES DEGRADASI METILEN BIRU DENGAN SINAR UV DAN SINAR TAMPAK
UJI AKTIVITAS FOTOKATALIS SENYAWA Ca1-xCoxTiO3 PADA PROSES DEGRADASI METILEN BIRU DENGAN SINAR UV DAN SINAR TAMPAK PHOTOCATALYTIC ACTIVITY OF Ca1-xCoxTiO3 IN DEGRADATION OF METHYLENE BLUE BY USING UV AND
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI. 3.1 Karbon aktif. Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang
BAB III DASAR TEORI 3.1 Karbon aktif Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandungkarbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara kovalenmembentuk struktur heksagonal
Lebih terperinciALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia
Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi
Lebih terperinciDistribusi Celah Pita Energi Titania Kotor
Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 009 Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Indah Nurmawarti, Mikrajuddin Abdullah (a), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan). Perlakuan modifikasi ini diharapkan akan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adsorpsi ion logam Pb 2+, Cr 3+ dan Cu 2+ pada Abu Sekam Padi yang diimobilisasi dengan EDAPTMS (3- Etilendiaminopropil)-Trimetoksisilan).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan adsorben dan uji kinerja adsorben tersebut untuk menyisihkan phenanthrene dari dalam air. 4.1 Pembuatan adsorben
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciFOTODEGRADASI ZAT WARNA METHYL ORANGE MENGGUNAKAN Fe 2 O 3 -MONTMORILLONIT DAN SINAR ULTRAVIOLET
FOTODEGRADASI ZAT WARNA METHYL ORANGE MENGGUNAKAN Fe 2 O 3 -MONTMORILLONIT DAN SINAR ULTRAVIOLET Yuni Dhamayanti, Karna Wijaya dan Iqmal Tahir Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, FMIPA Universitas
Lebih terperinciLogo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si
SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan konsentrasi ammonium dengan metode spektrofotometri
Lebih terperinci2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO
2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT
KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 2, pp. 576-582, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 26 September 2014, Accepted 26 September 2014, Published online 28 September 2014 PENGARUH PENAMBAHAN HIDROGEN PEROKSIDA
Lebih terperinciPemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol
Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Oleh : Ferlyna Sari 2312 105 029 Iqbaal Abdurrokhman 2312 105 035 Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, M.T NIP 1955
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa mual pada lambung, muntah, dan diare. Bahan ini juga bila terkena mata dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Congo Red Congo Red merupakan bahan kimia yang memiliki potensi berbahaya terhadap kesehatan tubuh manusia, diantaranya bila tertelan dapat mengakibatkan rasa mual pada lambung,
Lebih terperinciMETODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna
bermuatan positif. Kation yang dihasilkan akan berinteraksi dengan adsorben sehingga terjadi penurunan intensitas warna. Penelitian ini bertujuan mensintesis metakaolin dari kaolin, mensintesis nanokomposit
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit
Lebih terperinciLembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)
Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten (Asisten) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul Kinetika Adsorbsi yang bertujuan untuk mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam mulia yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki banyak kegunaan. Sifatnya yang tahan korosi dan memiliki penampilan menarik membuat
Lebih terperinciKIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)
KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Energi merupakan salah satu kebutuhan wajib bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI
39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih
Lebih terperinciIMMOBILISASI TiO 2 DALAM MATRIKS SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK MENDEGRADASI LIMBAH CAIR PEWARNA TEKSTIL SKRIPSI
IMMOBILISASI TiO 2 DALAM MATRIKS SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK MENDEGRADASI LIMBAH CAIR PEWARNA TEKSTIL SKRIPSI Oleh Angga Pradana NIM 061810301045 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan
Lebih terperinciPengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal
Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan
Lebih terperinciUji fotokatalisis reduksi benzaldehida menggunakan titanium dioksida hasil sintesis
Uji fotokatalisis reduksi benzaldehida menggunakan titanium dioksida hasil sintesis Diana Rakhmawaty Eddy*, Sanidya Saraswati B, Rustaman Departemen Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran, Bandung *Email:
Lebih terperinciIndo. J. Chem. Sci. 1 (1) (2012) Indonesian Journal of Chemical Science
Indo. J. Chem. Sci. 1 (1) (2012) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs FOTODEGRADASI ZAT WARNA REMAZOL RED MENGGUNAKAN KATALIS - CORE SHELL NANOSTRUKTUR Agus
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Sampel Buatan Pada prosedur awal membuat sampel buatan yang digunakan sebagai uji coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan
Lebih terperinciFOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2
FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2 Oleh : Mohammad Khoirudin Alfan Nrp. 3307100080 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Yulinah T, MAppSc NIP 195307061984032004
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Titanium dioksida atau TiO 2 merupakan material semikonduktor yang banyak dimanfaatkan untuk fotokatalis, mikroelektronik, sel optik, inaktivasi mikroorganisme,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah berkembang suatu mekanisme fotokatalis yang menerapkan pemanfaatan radiasi ultraviolet dan bahan semikonduktor sebagai fotokatalis, umumnya menggunakan bahan TiO2
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +
6 adsorpsi sulfur dalam solar juga dilakukan pada AZT2 dan AZT2.5 dengan kondisi bobot dan waktu adsorpsi arang aktif berdasarkan kadar sulfur yang terjerap paling tinggi dari AZT1. Setelah proses adsorpsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory), Karakterisasi FTIR dan Karakterisasi UV-Vis dilakukan di laboratorium Kimia Instrumen,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban
5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.
Lebih terperinciSekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang
PENGGUNAAN KOMBINASI FOTOKATALIS TiO 2 DAN ARANG AKTIF UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH FARMASI Sofia Fatmawati 1, F.X Sulistiyanto W. S 1, Uning Rininingsih E. M 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS
Lebih terperinciLOGO. KINETIKA DEGRADASI FOTOKATALITIK MALACHITE GREEN DENGAN KATALIS SEMIKONDUKTOR TiO 2 DAN O 2 /UV. Nama : Yusnaya Adisti NRP :
LOGO KINETIKA DEGRADASI FOTOKATALITIK MALACHITE GREEN DENGAN KATALIS SEMIKONDUKTOR TiO 2 DAN O 2 /UV Nama : Yusnaya Adisti NRP : 1410100012 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endah Mutiara Marhaeni Putri, M.Si.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis Penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks) dengan mengukur absorbansi sembarang
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT ii iii iv v vi x xi xii
Lebih terperinciPENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT
PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan oleh zat warna yang berasal dari industri tekstil dan pewarnaan (dying) serta pencemaran logam berat Cu(II) dari kegiatan electroplating
Lebih terperinciZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO
SKRIPSI TK091383 PEMBUATAN HIDROGEN DARI GLISEROL DENGAN KATALIS KARBON AKTIF DAN Ni/HZSM-5 DENGAN METODE PEMANASAN KONVENSIONAL ZAHRA NURI NADA 2310100031 YUDHO JATI PRASETYO 2310100070 Dosen Pembimbing:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan
Lebih terperinciSintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar karbon aktif dari tempurung kelapa dan batu bara, serta hasil karakterisasi luas permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari, menciptakan dan merekayasa material berskala nanometer dimana terjadi sifat baru. Kata nanoteknologi berasal dari
Lebih terperinci