PENGENDALIAN MUTU TERHADAP BAHAN BAKU PRODUK MINUMAN KARBONASI PADA LINE 8 PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN MUTU TERHADAP BAHAN BAKU PRODUK MINUMAN KARBONASI PADA LINE 8 PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA"

Transkripsi

1 PENGENDALIAN MUTU TERHADAP BAHAN BAKU PRODUK MINUMAN KARBONASI PADA LINE 8 PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Oleh : Julius Sebastian Kuncoro 14.I PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2017

2 PENGENDALIAN MUTU TERHADAP BAHAN BAKU PRODUK MINUMAN KARBONASI PADA LINE 8 PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA Oleh : Julius Sebastian Kuncoro NIM : 14.I Program Studi : Teknologi Pangan Laporan kerja praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang penguji pada Semarang, 8 Juni 2017 Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata i

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek di PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java (PT. CCAI Central Java) tanpa adanya masalah atau hambatan apapun. Laporan Kerja Praktek ini di dasarkan pada observasi dan studi literatur yang dilakukan terhitung mulai 4 Januari 17 Februari 2017 bertempat di PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java, khususnya bagian Produksi, Water Treatment, Waste Water Treatment, Quality Assurance, dan Logistik. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini, yaitu : 1. Ibu Dr. Victoria Kristina Ananingsih, ST., MSc. selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UNIKA Soegijapranata. 2. Ibu Dr. Ir. Lindayani, MP. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan tenaga nya dalam membimbing, memberi saran, kesempatan, dan juga semangat hingga akhir penyelesaian laporan Kerja Praktek ini. 3. Ibu Ida Lukitowati selaku Public Relation yang telah memberikan kesempatan penulis dan teman-temannya dalam melakukan Kerja Praktek di PT. CCAI Central Java. 4. Ibu Meiliana, S.Gz, M.S. selaku koordinator kerja praktek. 5. Bapak Agus Joko H. selaku Supervisor QA dan pembimbing lapangan yang telah menyediakan waktu dan membantu saat pelaksanaan kerja praktek serta dalam proses pembuatan laporan Kerja Praktek ini. 6. Seluruh staf dan karyawan PT. CCAI yang telah membantu penulis beserta teman-temannya saat pelaksanaan Kerja Praktek. 7. Orang tua dan keluarga penulis yang telah menyumbangkan doanya dan semangat selama Kerja Praktek serta saar proses pembuatan laporan Kerja Praktek ini. 8. Melvern Jan Chance dan Liliana Rahmadewi sebagai teman satu kelompok yang selama satu bulan telah berjuang bersama di PT. CCBI Central Java dan selama proses pengerjaan laporan Kerja Praktek ini hingga selesai. ii

4 Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak. Harapan dari penulis yaitu semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis secara pribadi dan bagi lingkungan sekitar penulis. Semarang, 8 Juni 2017 Penulis Julius Sebastian Kuncoro iii

5 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Metode Pelaksanaan PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan Coca-Cola di Indonesia Coca-Cola di Jawa Tengah Visi & Misi dan Nilai-Nilai Coca-Cola Struktur Organisasi Spesifikasi Produk Minuman Ringan Berkarbonasi Minuman Ringan Non-karbonasi PROSES PRODUKSI MINUMAN BERKARBONASI Pengolahan Bahan Baku Air Raw Water Treated Water Soft Water Soft Treated Water Karbondioksida (CO 2 ) Container Evaporation Proses Pembuatan Sirup Pembuatan Simple Syrup Pembuatan Simple Finish Syrup Pembuatan Finsih Syrup Proses Pembotolan (Bottling) Gudang Empties Depalletizer Uncaser Pre Inspection Case Washer Bottle Washer Post Inspection Electronic Bottle Inspection (EBI) iv

6 Mixing Filler Crowner Date Coder Checkmat Caser dan Palletizer PEMBAHASAN Standar Mutu Pengendalian Mutu Air Pengendalian Mutu Gula Pengendalian Mutu Konsentrat Pengendalian Mutu Karbondioksida (CO 2 ) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Produk Coca-Cola Indonesia... 8 Gambar 2. Produk Coca-Cola Dalam Berbagai Ukuran... 9 Gambar 3. Produk Sprite Dalam Berbagai Ukuran Gambar 4. Produk Fanta Dalam Berbagai Ukuran dan Varian Rasa... 9 Gambar 5. Produk Minute Maid Pulpy & Nutriboost Dalam Berbagai Varian Rasa. 10 Gambar 6. Produk Frestea Dalam Berbagai Varian Rasa & Ukuran Gambar 7. Tata Letak Produksi Line 8 dalam PT Coca-Cola Bottling Indonesia vi

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Profil Umum Perusahaan Lampiran 2. Lini Produksi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Lampiran 3. Diagram Alir Struktur Organisasi PT Coca-Cola Bottling Indonesia Lampiran 4. Diagram Alir Purifikasi Air Lampiran 5. Tabel Standar Mutu Air Lampiran 6. Tabel Standar Mutu Gula Lampiran 7. Tabel Standar Mutu Karbondioksida (CO2) Lampiran 8. Daftar Hadir vii

9 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perkembangan pengetahuan serta teknologi semakin pesat yang memberi dampak yang sangat signifikan pada semua bidang. Dalam bidang industri terutama industri pangan, kepercayaan konsumen terhadap suatu produk pangan merupakan aspek yang sangat penting. Berbagai cara ditempuh industri pangan untuk menarik hati konsumen, salah satu caranya adalah melakukan inovasi produk, inovasi kemasan, dan sebagainya. Selain itu, masyarakat pada zaman ini mulai memperhatikan pentingnya nutrisi serta keamanan makanan maupun minuman yang di konsumsi. Mulai bermunculan produk organik, produk dietary, dan sebagainya. Proses produksi juga menggunakan alat modern yang meminimalisir kontak dengan manusia. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata memiliki 2 program untuk membekali mahasiswanya dengan pengetahuan mengenai industri pangan. Program tersebut adalah Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan Kerja Praktek (KP). Program Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah kunjungan ke beberapa industri pada daerah yang ditentukan oleh Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katholik Soegijapranata. Sedangkan, dalam program Kerja Praktek (KP) mahasiswa terjun langsung ke perusahaan untuk melakukan observasi maupun bekerja selama waktu yang telah disetujui. Dengan adanya program Kerja Praktek (KP) mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan di bidang industri pangan, dapat membandingkan ilmu yang telah diterima di bangku perkuliahan dengan aktivitas yang sebenarnya terjadi di dunia industri. Sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kompontensi kerja yang dibutuhkan di dunia profesional industri. PT Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) Central Java menjadi tempat yang dipilih penulis dalam melaksanakan program Kerja Praktek (KP). Perusahaan tersebut adalah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pangan terutama pada produk minuman (beverage) sehingga sesuai dengan dasar ilmu yang diperoleh penulis pada bangku perkuliahan di Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian 1

10 2 Universitas Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Perusahaan tersebut berfokus pada pengemasan produk seperti Coca Cola, Sprite, Fanta, Frestea serta Minute Maid. Sehingga selama kerja praktek di perusahaan tersebut mahasiswa dapat memperoleh berbagai macam pengetahuan baru dari proses produksi yang dimulai dari tahap pengolahan air, pencampuran bahan baku, pengemasan minuman, pengujian produk untuk menjamin kualitas serta proses pengolahan limbah dalam rangka upaya menjaga dan melestarikan lingkungan di sekitar perusahaan Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktek Tujuan dilaksanakannya kerja praktek ini yaitu : Mendapatkan pengalaman bekerja di industri pangan dan dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dibangku perkuliahan. Mengetahui standart mutu yang diterapkan untuk mengontol bahan baku produk Coca-Cola. Mengetahui apakah standart yang digunakan perusahaan dapat aman dikomsumsi oleh masyarakat Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja Praktek dilaksanakan pada 4 Januari februari 2017 yaitu 5 hari kerja (sabtu minggu libur) selama periode tersebut. Tempat pelaksanaan adalah PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java, lokasinya terletak pada Jalan Soekarno-Hatta km 30 Bawen, Kabupaten Semarang

11 Metode Pelaksanaan Dalam proses pengumpulan data untuk menyusun laporan kerja praktek digunakan beberapa metode, antara lain dengan observasi atau pengamatan secara langsung pengujian mutu terutama dalam sector incoming material di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java. Selain itu, data didapatkan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak yang berkaitan untuk mengetahui prosedur kerja dalam menjaminan mutu yang berkaitan dengan incoming material. Dan pengumpulan data yang diperoleh dengan mempelajari buku-buku penunjang, instruksi kerja, maupun dokumen yang berkaitan dengan incoming material.

12 II. PROFIL PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Minuman Coca-Cola yang dikenal saat ini pertama kali ditemukan oleh seorang ahli farmasi bernama John Styth Pemberton pada tahun Dimana beliau membuat sirup karamel yang bercampur dengan air berkarbonasi dan diletakkan di dalam sebuah ketel kuningan di kebun belakang rumahnya. Pada zaman itu, John menjual hasil temuannya tersebut hanya dengan harga 5 sen saja di jalan menuju Jacobs Pharmacy yang merupakan sebuah Rumah Obat pada zaman tersebut. Minuman sirup buatannya dianggap sebagai obat berbagai macam penyakit seperti masuk angin dan masih banyak lagi. Rasanya yang nikmat dan sensasi yang menyegaran dalam segelas minuman baru tersebut menjadi daya tarik konsumen sehingga sangat diminati. John Styth Pemberton memiliki rekan kerja sekaligus penasihat keuangannya, yaitu Frank M. Robinson. Atas saran yang diberikan, John menulis sendiri nama dan tulisan Coca-Cola secara mengalir dan menjadi terkenal hingga saat ini. Pada awal penjualannya, Coca-Cola berhasil dijual mencapai 25 galon sirup yang diangkut di dalam sebuah tong kayu yang berwarna merah menyala. Warna merah tersebut kemudian menjadi warna khas dari merek minuman nomor satu di dunia. Dari hasil penjualan, saat itu Dr. Pemberton memperoleh keuntungan kotor sebesar $50 dan menghabiskan $73.96 untuk iklan. Pada tahun 1981, seorang pengusaha Atlanta bernama Asa G. Chandler mengambil alih seluruh kepemilikan atas bisnis Coca-Cola dari Dr. Pemberton. Dalam kurun waktu empat tahun Chandler telah berhasil memperluas penjualan dan distribusi Coca-Cola hingga ke setiap negara bagian dan beberapa wilayah di Amerika. Pada tahun 1919, The Coca-Cola Company kemudian dijual kepada kelompok investor dengan harga 25 juta dolar. Pada tahun 1923, Robert W. Woodruff kemudian diangkat sebagai presiden direktur The Coca-Cola Company. Selama enam dekade masa kepemimpinannya, ia telah sukses membawa produk Coca-Cola menjadi dikenal hingga ke seluruh dunia seperti sekarang ini. 4

13 Coca-Cola di Indonesia Pada tahun 1927, produk Coca-Cola mulai di distribusikan dan diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Pada tahun 1932, produk Coca-Cola mulai diproduksi secara lokal oleh pembotolan De Water Nederlands Indische Mineral Fibriek yang bertempat di Jakarta. Sejak saat itu, The Coca-Cola System telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan negara baik sebagai penyedia lapangan pekerjaan, investor, maupun sebagai anggota masyarakat yang peduli. Produksi Coca-Cola sempat berhenti dan kembali beroperasi pada tahun 1942 oleh Indonesia Bottler Limited (IBL). Pada tahun 1971, produk Sprite mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Pada tahun 1973, produk Fanta mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Pada tahun 1986, produk dengan kemasan kaleng mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. The Coca-Cola System yang berada di Indonesia terdiri dari PT Coca-Cola Indonesia (CCI) yang bertanggung jawab atas pemasaran merek dagang produk dari The Coca-Cola Company untuk Indonesia. Pada tahun 1992, Coca-Cola Amatil Indonesia mulai berinvestasi dan beroperasi di Indonesia. Coca-Cola Amatil Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan di Indonesia yang memiliki lisensi dari The Coca-Cola Company. Pada tahun 1996, Coca-Cola Amatil mulai memproduksi produk-produk Coca-Cola dalam kemasan botol plastic (PET). Pada tahun 2000, sepuluh dari perusahaan pembotolan independen dikonsolidasikan dibawah Coca-Cola Amatil Indonesia. Pada tahun 2002, produk teh Frestea mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia dan merek lokal air minum dalam kemasan, Ades, diakuisisi oleh The Coca-Cola Company. Pada tahun 2008, produk Minute Maid dan Coke Zero mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Pada tahun 2013, produk minuman isotonic Aquarius mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Pada tahun 2014, produk susu Nutriboost mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia Coca-Cola di Jawa Tengah Perusahaan Coca-Cola di Jawa Tengah pertama kali resmi didirikan pada 1 November 1974 di atas lahan seluas 8,5 Ha. Pada saat itu perusahan bernama PT Pan Java Bottling Company. Perusahaan tersebut dirintis oleh pengusaha bernama Partoguis Hutabarat

14 6 dan Mugijanto. PT Pan Java Bottling Company ini mulai resmi beroperasi pada 5 Desember Pada April 1992, PT Pan Java Bottling Indonesia bergabung dengan Coca-Cola Amatil Limited Australia dan mengubah nama menjadi PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Pada 1 Juli 2002, PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java mengubah nama kembali menjadi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI) Visi, Misi dan Nilai-Nilai Coca-Cola Visi Perusahaan Misi Perusahaan Nilai-Nilai Perusahaan : Menciptakan berjuta momen kebahagiaan dan peluang sehari-hari. : Menginspirasi karyawan untuk senantiasa meraih peluang, tumbuh dan berinovasi, berkolaborasi sebagai tim dan berpikir kreatif. : Berterus terang dan terbuka, focus pada hari ini dan esok, mengambil inisiatif dan bertanggung jawab terhadap hasilnya Struktur Organisasi PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java memiliki struktur organisasi garis (line organization) yang membentuk piramida. Seperti pada umumnya, setiap atasan memiliki wewenang dan tanggungjawab terhadap bawahannya dan setiap bawahan memiliki tugas sesuai arahan atasan. Diagram alir struktur organisasi secara lengkap dapat dilihat pada lembar lampiran 3. Berikut penjabaran tugas dan tanggungjawab dari masing-masing jabatan pada struktur organisasi di PT Coca-Cola Bottling Indonesia : Manufacturing Manager adalah struktur tertinggi di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java yang bertugas untuk mengawasi, merencanakan maupun membina segala sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi dan pembotolan.

15 7 Manufacturing Manager bertanggungjawab atas segala kegiatan yang dilakukan oleh departemen-departemen dibawahnya, yaitu: a. Quality Assurance (QA) Manager QA Manager memiliki tugas dalam meneliti dan mengawasi sebelum, setelah maupun selama proses produksi agar hasil yang didapatkan sesuai dengan standar mutu dan prosedur kerja yang telah disepakati, selain itu untuk mengurangi resiko adanya keluhan produk yang beredar dipasaran. b. Production Manager Manager produksi memiliki tugas dalam melaksanakan, mengawasi dan memastikan seluruh rangkaian proses produksi seperti air, limbah, bahan baku dan output produksi yang dihasilkan berkualitas sesuai standar The Coca-Cola Company. c. Maintanance Engineering (ME) Manager Memiliki tugas dalam merawat, menjaga dan memastikan semua mesin maupun peralatan yang digunakan selama produksi berjalan dan berfungsi dengan baik. d. Quality Management System (QMS) Manager QMS manager bertugas dalam memastikan seluruh rangkaian produksi dapat terdata dan didokumentasikan dengan baik dan benar sesuai dengan standar yang disepakati oleh The Coca-Cola Company. Selain itu, bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan audit yang dilakukan oleh Coca-Cola Corporate dan external audit dari segi kualitas (Quality), GMP (Good Manufacturing Practices) dan EMS (Environment Management System) Spesifikasi Produk PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java telah memproduksi berbagai macam produk Coca-Cola. Selain itu, PT Coca-Cola Distribution Indonesia juga menerima maupun mengirim berbagai macam varian produk Coca-Cola dari berbagai daerah di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bali. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan penjualan karena tidak semua produk diproduksi dalam pabrik ini. Produk Coca-Cola yang dihasilkan di Indonesia juga memiliki perbedaan dengan PT Coca-Cola di negara lain, namun bukan perbedaan dari segi rasa melainkan varian produk. Hal ini dikarenakan kebutuhan konsumen, tingkat kesukaan dan juga budaya dari setiap negara

16 8 berbeda-beda maka produk yang diproduksi lokal adalah produk yang diminati oleh konsumen Indonesia. Produk yang dihasilkan oleh PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java dibagi menjadi dua kelompok yaitu minuman ringan berkarbonasi dan minuman ringan non-karbonasi. Beberapa contoh produk yang dipasarkan PT Coca- Cola Indonesia dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Produk Coca-Cola Indonesia Minuman Ringan Berkarbonasi Minuman jenis ini mengandung gula rafinasi (gula sukrosa murni) dan konsentrat yang dicampurkan dengan air karbonat lalu ditambahkan dengan gas CO 2. Gas CO 2 memberikan sensasi menyegarkan sekaligus sebagai bahan pengawet untuk produk. Minuman ringan berkarbonasi yang di produksi PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java dibuat di dalam berbagai ukuran. Untuk botol PET diproduksi dalam ukuran 250 ml, 390 ml, 1 Liter dan 1,5 Liter. Kemudian untuk botol kaleng diproduksi dalam ukuran 250 ml. Dan untuk botol RGB atau botol kaca diproduksi dalam ukuran 200 ml dna 295 ml. Beberapa contoh produk dari minuman ringan berkarbonasi dapat dilihat pada gambar 2, 3 dan 4.

17 9 Coca-Cola Gambar 2. Produk Coca-Cola Dalam Berbagai Ukuran Sprite Gambar 3. Produk Sprite di Dalam Berbagai Ukuran Fanta Gambar 4. Produk Fanta Dalam Berbagai Ukuran dan Beberapa Varian Rasa

18 Minuman Ringan Non-karbonasi Minuman ringan non-karbonasi terbuat dari air, gula rafinasi (gula sukrosa murni) dan konsentrat (ekstrak daun teh, ekstrak susu dan konsentrat jeruk serta bulir jeruk) baik alami maupun buatan yang telah diizinkan sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku. Sesuai dengan namanya, produk minuman non-karbonasi tidak ditambahkan dengan gas CO 2 karena selama proses produksi digunakan suhu yang sangat tinggi atau disebut dengan Ultra High Temperature (UHT). Gas CO 2 dapat terikat dengan sempurna dengan baverage dalam suhu rendah dan akan menguap pada suhu tinggi. Suhu yang tinggi yaitu C yang berguna untuk proses sterilisasi produk agar bebas dari kontaminasi mikroorganisme dan memperpanjang umur simpan. Minuman non-karbonasi yang diproduksi PT Coca-Cola Bottling Indonesia adalah Frestea, Minute Maid Nutriboost dan Minute Maid Pulpy. Bahan baku untuk pembuatan minuman ini adalah air yang sudah mengalami pelunakan (soft treated water). Produk minuman ini juga tersedia di dalam berbagai ukuran dan kemasan. Untuk botol PET diproduksi dalam ukuran 300 ml, 350 ml, 500 ml, 900 ml. Dan untuk botol RGB atau botol kaca diproduksi dalam ukuran 330 ml. Beberapa contoh produk dari minuman ringan nonkarbonasi dapat dilihat pada gambar 5 dan 6. Gambar 5. Produk Minute Maid Pulpy & Nutriboost Dalam Berbagai Varian Rasa Gambar 6. Produk Frestea Dalam Berbagai Varian Rasa & Ukuran

19 III. PROSES PRODUKSI MINUMAN BERKARBONASI Proses produksi yang akan diuraikan di bawah ini merupakan proses produksi Carbonated Soft Drink (CSD) yang berlangsung pada line 8 menggunakan kemasan Returnable Glass Bottle (RGB) mulai dari proses pengolahan bahan baku hingga menjadi produk siap konsumsi Pengolahan Bahan Baku Air Raw Water Raw water merupakan sumber air yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan proses produksi. Raw water atau sumber air tersebut antara lain : a. Air STU (city water) yang berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM) Kabupaten Semarang yaitu Sarana Tirta Ungaran. b. Deep Well (air sumur), PT Coca-Cola Amatil Indonesia Cental Java memiliki sebelas sumur yang terletak di sekitar kawasan pabrik. Dari sebelas sumur tersebut, yang digunakan dalam proses pembuatan Treated Water adalah sumur nomor 3, 4, 8, 9 sedangkan sumur lainnya digunakan dalam proses pembuatan Softener Water. c. Storm Water, berasal dari air hujan yang ditampung di dalam sebuah tangki yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan produksi. Namun air ini jarang sekali digunakan, hanya sebagai cadangan untuk kebutuhan produksi. d. Air recylce, berasal dari air sisa proses produksi yang akan diolah kembali menjadi air baru dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan produksi. Air sumur (deep well) dan air STU kemudian ditampung dalam tiga buah tangki reservoir berkapasitas 200 m 3. Didalam tangki reservoir tersebut diberi perlakuan prechlorine, yaitu dengan menambahkan klorin dengan kadar rendah (1-3 ppm). Tujuan ditambahkan klorin (Cl 2 ) adalah untuk menjaga kondisi air bebas dari mikroorganisme, karena klorin berperan sebagai desinfektan. 11

20 Treated Water (Air Olahan) Treated water adalah air yang dihasilkan melalui berbagai proses pengolahan untuk mendapatkan air yang berkualitas tinggi sebagai bahan baku proses produksi. Pertamatama, air diambil dari tangki reservoir seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya, air dilewatkan ke dalam tangki sand filter yang berisi pasir silika sebagai penyaring partikel-partikel kecil, selain itu juga berisi antrasit yang berguna untuk mencegah terjadinya penyumbatan dan untuk menyaring partikel yang besar. Tangki sand filter tersebut berkapasitas 38,5 m 3 per jam dengan menggunakan pompa berkapasitas 60 m 3 per jam. Setelah itu, dilakukan proses filtrasi didalam tangki carbon purifier yang memiliki kapasitas 38,5 m 3 per jam. Dalam tangki carbon purifier tersebut berisi active carbon untuk mendapatkan air yang bebas dari klorin (Cl 2 ), bau, rasa dan mineral yang tidak diinginkan. Active carbon yang digunakan dalam penyaringan adalah jenis NORIT GAC 1240 W. Air yang bebas dari klorin akan memperlancar proses purifikasi ketika air di lewatkan ke reserve osmosis (RO). Ketika air yang mengandung klorin (Cl 2 ) dilewatkan ke RO jenis Thin Film Composite (TFC) maka akan mempercepat proses kerusakan membran. Setelah air mengalami tahap penyaringan diatas selanjutnya air disimpan di dalam buffer tank dengan kapasitas 5 m 3, tujuannya untuk menjaga air tetap stabil sebelum masuk ke dalam Reserve Osmosis (RO). Air yang ditampung dalam buffer tank kemudian dipompa oleh feed pump untuk disaring kedalam cartridge filter. Cartridge filter merupakan penyaring dengan ukuran 5 mikron, tujuannya untuk menyaring padatan yang ukurannya lebih dari 5 mikron seperti serpihan karbon dan perlakuan tersebut dapat mengurangi kerja RO. Yang digunakan memiliki bahan penyusun Melt Blown Polypropylene Catridge. Setelah disaring menggunakan cartridge filter, air dipompa menggunakan high pressure pump dengan kapasitas 30 m 3 per jam menuju membrane RO. Selama penyaringan didalam RO, dibantu menggunakan anti scalant (AS) maksimal 10 ppm. Fungsi anti scalant ini untuk mencegah terjadinya kerak karena kotoran atau padatan lain dibagiar terluar membran RO sehingga RO tidak akan mengalami blocking pada saat pemisahan

21 13 ion. Selama proses, air bersih yang tersaring sempurna atau permeate water akan masuk ketengah-tengah membran RO. Air tersebut kemudian dipompa dengan tekanan 20 m 3 per jam dan dialirkan ke dalam storage tank dengan kapasitas 50 m 3. Air yang tidak tersaring oleh membran RO kemudian dialirkan kedalam reject tank yang memiliki kapasitas 110 m 3. Air didalam storage tank selanjutnya disirkulasi atau dilewatkan pada UV Lamp dengan panjang gelombang 250 nm 260 nm, tujuannya untuk mendapatkan air yang bebas dari mikroorganisme. Terdapat 4 buah UV Lamp yang digunakan dalam proses sterilisasi, 1 diantaranya untuk proses sirkulasi dalam storage tank ketika kebutuhan produksi tercukupi. Namun, ketika proses produksi membutuhkan banyak air, air dalam storage tank akan dilewatkan pada 3 UV Lamp. Air yang masuk ke dalam reject tank akan dialirkan kembali ke dalam reservoir tank dan akan mengulangi proses pengolahan air dari awal. Hal ini dikarenakan air tersebut masih memiliki total padatan yang tinggi walaupun secara penampakan sudah terlihat baik dan jernih. Air dari juga dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, washing diarea produksi dan untuk toilet Soft Water (Air Lunak) Air lunak merupakan air yang telah mengalami pelunakan yaitu air yang telah diturunkan jumlah kesadahannya. Proses pelunakan ini dilakukan dengan menggunakan cation exchanger yang berfungsi untuk menurunkan tingkat kesadahan dengan menggunakan resin. Proses pelunakan ini berawal dari air sumur yang telah di aerasi kemudian dilewatkan ke dalam cation exchanger, di mana di dalam penukar kation tersebut ion seperti Ca dan Mg kemudian dipindahkan atau diturunkan kadar nya kemudian digantikan dengan sodium. Soft water ini dibagi menjadi dua macam yaitu : a. Soft Water with Chlorine merupakan air lunak yang mengalami proses pelunakan dengan ditambahkan klorin 1-3 ppm. Air lunak ini digunakan untuk membersihkan botol kaca pada line 8 agar terbebas dari mikroorganisme seperti bakteri atau jamur yang masih tersisa, air ini juga digunakan dalam membersihkan kaleng sebelum digunakan untuk produksi pada line 4.

22 14 b. Soft Water Non-chlorine digunakan di dalam sistem pemanasan pada boiler dan pendinginan (evacondenser). Air lunak ini mengandung 0 ppm klorin yang bertujuan agar tidak menimbulkan kerak pada tangki boiler atau evacondenser. Jika menimbulkan kerak maka akan memperlambat proses produksi dimana perlu pembersihan tangki dan sebagainya Soft Treated Water (Air Olah Lunak) Air ini merupakan air olahan yang sudah mengalami pelunakan atau telah diturunkan lebih lanjut tingkat kesadahannya. Untuk mendapatkan air olah lunak ini digunakan metode yang sama dengan treated water, namun terdapat pengolahan tambahan yaitu dilewatkan pada cation exchanger tank dimana akan mendapatkan total hardness < 2 ppm. Air olah lunak ini digunakan pada proses produksi minuman non karbonasi dengan suhu yang relatif tinggi sehingga mencegah terjadinya pengendapan pada produk akhir dan mengurangi timbulnya kerak pada peralatan proses produksi. Dalam menjamin mutu air yang dihasilkan dilakukan juga proses cleaning disetiap tangki yang digunakan, proses tersebut yaitu backwash. Backwash adalah proses cleaning dengan membalikkan aliran air sehingga kotoran yang ada disaringan menjadi terangkat. Air yang digunakan dalam proses backwash adalah raw water. Indikator proses cleaning adalah dengan melihat tekanan yang digunakan dalam proses penyaringan, jika tekanan semakin tinggi maka perlu dilakukan proses cleaning. Standar mutu air dipantau selama 4 jam sekali. Standar mutu air yang digunakan PT. CCAI dapat dilihat pada lampiran. Dari standar diatas yang digunakan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang air minum. Dimana bau dan rasa harus normal, tidak berwarna, memiliki kandungan padatan terlarut maksimal 500 mg/l, kandungan cemaran Timbal (Pb) maksimal 0,005 mg/l (Standar Coca-Cola maksimal 0,001). Batas maksimal Alumunium, Zat Besi, Klorida dan Sulfat yang sesuai dengan standar yang ditetapkan Indonesia (SNI). Batas maksimal dari tingkat kesadahan

23 15 treated water untuk produksi carbonated soft drink yaitu tidak boleh lebih dari 30 ppm sedangkan untuk soft treated water untuk produk frestea tidak lebih dari 3 ppm Karbondioksida (CO 2 ) CO 2 yang diterima oleh PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java belum tentu memiliki tingkat kemurnian 99,9%, maka perlu diproses lebih lanjut agar mencapai kemurnian yang telah ditentukan. Pemurnian bertujuan agar tidak mempengaruhi rasa (taste) dan bau (odor) dari minuman juga CO2 tersebut digunakan dalam proses produksi. Alat yang digunakan dalam pemurnian CO 2 adalah Domnick Hunter yang di dalamnya terdapat Gas Phase Purifier. Berikut adalah penjelasan mengenai proses pemurnian CO Container Di dalam kontainer ini CO 2 yang akan digunakan untuk keperluan produksi disimpan terlebih dahulu untuk tahap pemurnian yang pertama. Penyimpanan ini dilakukan di dalam tangki miliki supplier / manufaturer yang menyuplai CO 2 tersebut. CO 2 yang disimpan di dalam tangki masih berbentuk cairan (liqiud) Evaporation Proses penguapan ini terjadi dengan mengubah CO 2 yang awalnya masih berbentuk cairan menjadi CO 2 yang sudah berbentuk gas. Tahap berikutnya mulai dilakukan pemurnian CO 2 menggunakan sistem pemurnian yang disebut PCO 2 Domnick Hunter yang memiliki beberapa tahapan, yaitu : a. Pre Filter Tahap awal yang dilakukan adalah menyaring partikel dengan ukuran cartridge 0,01 mikron kemudian menghilangkan Non-Volatile Organic Residue (NVOR) lalu menurunkan cemaran lainnya hingga mencapai angka 0,01 ppm. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah Oil-X-Evolution.

24 16 b. CO 2 Purifier Tahap ini menggunakan alat yang dinamakan PCO 2 Gas Phase Purifier yang terdiri dari tiga lapiran penyerap yang berguna untuk menyerap bahan pencemar yang berpotensial. Tahapan yang berlangsung ini adalah tahap 2, tahap 3 dan tahap 4. Tahap 2 merupakan tahap untuk menghilangkan kandungan uap air dan menghilangkan sebagian dari hidrokarbon. Tahap 3 adalah tahap utama yang berguna untuk menghilangkan senyawa hidrokarbon seperti halnya Benzena, Asetildehid, Toluen dan senyawa yang lainnya sedangkan tahap 4 merupakan tahap untuk menghilangkan komponen sulfur (COS, H 2 S, DMS dan lainnya). c. Post Filter Tahap ini merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menyaring partikel dengan ukuran 0,01 mikron Proses Pembuatan Sirup Sirup merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam proses produksi di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java, karena sirup merupakan bahan yang akan menentukan cita rasa, aroma dan kualitas produk. Dalam proses pembuatan sirup, dilakukan pelarutan gula, air dan konsentrat pada konsentrasi tertentu. Pembuatan sirup disesuaikan dengan jumlah produk minuman yang akan dihasilkan. Hal tersebut dapat mempengaruhi penggunaan konsentrasi dari air, gula serta konsentrat yang diperlukan. Pembuatan sirup melalui dua tahap yaitu pembuatan simple syrup, simple finish syrup dan pembuatan finish syrup Pembuatan Simple Syrup Simple syrup merupakan proses pelarutan gula dengan treated water pada konsentrasi tertentu. Sebelum melarutkan gula tangki harus dipastikan bersih dengan melakukan proses sanitasi, yaitu dengan dibilas dengan treated water. Simple syrup dapat dibuat dalam 3 tangki yang masing-masing memiliki volume liter. Proses pembuatan simple syrup ini dimulai dari pencampuran gula sebanyak 6500 kg (130 sak) dengan 4400 Liter air dalam tangki yang memiliki kapasitas 8000 Liter. Setelah tercampur

25 17 sempurna (± 1 jam) dilakukan pengecekan meliputi tes warna, rasa, ph dan brix supaya larutan gula sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh The Coca-Cola Company. Brix merupakan standar untuk padatan terlarut yang dinyatakan di dalam persen w/w yang ada di dalam air. Brix yang dituju dalam pembuatan simple syrup adalah 59,5 0 Brix Pembuatan Simple Finish Syrup Simple Finish Syrup merupakan Simple Syrup yang telah melewati berbagai proses filtrasi dan sterilisasi. Proses filtrasi ini bertujuan untuk memisahkan padatan yang tidak terlarut dari larutan sirup. Larutan Simple Syrup akan dilewatkan pada bag filter dengan ukuran 100 mikron dan cartridge dengan ukuran 10 mikron. Simple syrup yang telah dilakukan proses penyaringan kemudian di sterilisasi dengan mengalirkan sirup ke tabung sterilisasi UV lamp yang telah dihidupkan terlebih dahulu selama 10 menit. Hal tersebut memiliki tujuan untuk memusnahkan mikroorganisme yang terkandung dalam larutan sirup. Proses sterilisasi dengan menggunakan lampu UV dengan jumlah 48 buah dan memiliki panjang gelombang (λ) µm. Larutan yang telah di saring dan di sterilisasi ditampung dalam tangki buffer sebelum dibuat finish syrup Pembuatan Finsih Syrup Finish syrup merupakan simple syrup yang sudah dihomogenisasikan dengan air olahan dan konsentrat. Tangki finsih syrup memiliki kapasitas liter per tangki. Jumlah tangki yang ada alah sebanyak 8 tangki. Finish syrup dibuat dengan proses pencampuran simple syrup beserta konsentrat pada mixer concentrate tank dengan durasi 1 jam. Kemudian finish syrup dipindahkan pada mixing tube untuk dicampurkan dengan air olahan. Finish syrup yang sudah ditambahkan dengan treated water dinamakan beverage. Penambahan treated water memiliki tujuan memperoleh kadar brix yang sesuai dengan standar serta jenis produk yang akan di produksi. Tahapan pembuatan finish syrup adalah sebagai berikut :

26 18 Persiapan pembuatan simple syrup Simple syrup yang sudah dilakukan suatu proses akan dimasukkan dalam tangki untuk diuji kadar brix. Penggunaan simple syrup dikalkulasi dengan menyesuaikan flavor serta jumlah finish syrup dengan rumus perhitungan : Volume penampungan = Pemeriksaan kembali g ula per nit x umlah nit rix ensity Pengecekan kembali pada jumlah unit serta flavor concentrate dilakukan sesaat setelah tahapan menghitung volume simple syrup yang ditampung serta diperlukan dalam pembuatan finish syrup. Konsentrat padatan dilaurtkan dalam tangki. Setelah itu dihomogenisasikan selama kurang lebih 15 menit. Tangki finish syrup dijalankan serta larutan tersebut kemudian ditambahkan dalam tangki dengan proses penyaringan 100 mesh. Konsentrat yang sudah homogen akan dilakukan uji brix serta pengujian volume finish syrup. Setelah itu ditambahkan dengan air olahan dari hasil perhitungan. Volume finish syrup akhir = ol irup wal x rix wal x ensity rix asaran ensity asaran Air yang ditambahkan = vol. finish syrup akhir vol. finish syrup awal 3.3. Proses Pembotolan (Bottling) Di dalam PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java terdapat 4 line produksi untuk proses pembotolan produk minuman. Setiap line memiliki spesifikasi, keuntungan dan kerugian masing-masing untuk kebutuhan produksi. Penggunaan setiap line disesuaikan dengan kebutuhan produksi (jumlah botol), varian produk yang akan diproduksi, kemampuan mesin (Carbonated atau Non-carbonated) dan jenis kemasan (PET, can atau RGB). Berikut adalah penjelasan mengenai line produksi di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java. Skema proses pembotolan pada Line 8 dapat dilihat pada Gambar 7.

27 19 Gambar 7. Tata Letak Produksi Line 8 dalam PT Coca-Cola Bottling Indonesia Gudang Empties Merupakan tempat penyimpan terbuka untuk botol-botol kaca kosong di dalam krat tersusun di dalam pallet-pallet yang siap digunakan untuk proses produksi. Botol-botol kosong tersebut di sortasi terlebih dahulu secara manual oleh petugas dan di angkut menggunakan forklift Depalletizer Alat ini berguna untuk memindahkan case yang berisi botol kosong yang ditransfer menggunakan rolling conveyor. Depalletizer dapat bergerak sesuai arah gerakan yang telah disesuaikan yaitu maju-mundur dan gerakan naik-turun yang dapat dilihat pada gambar 3.3. Depalletizer ini dilengkapi dengan sensor yang berfungsi untuk mengatur gerakan naik-turun sehingga gripper dapat mengambil case dari berbagai ketinggian yang berbeda-beda. Gripper ini berguna untuk mengangkut case sebanyak satu demi satu tingkat. Gripper berbeda dengan depalletizer yang digerakkan dengan motor namun gripper digerakkan berdasarkan sistem pneumatik yaitu menggunakan tekanan udara. Gerakan maju-mundur digunakan untuk memindahkan case ke atas konveyor yang akan digunakan pada proses selanjutnya menggunakan motor listrik. Sensor ataupun tekanan udara di dalam depalletizer ini diatur dengan PLC (Programmable Logic Controller) yang diprogram menggunakan komputer.

28 Uncaser Setelah pallet diangkat menggunakan depalletizer kemudian selanjutnya pallet akan masuk ke dalam proses uncaser di mana proses ini diawali dengan pallet yang masuk ke dalam case position depalletizer (CPD). Di dalam proses ini semua pallet yang masuk akan diubah posisi nya sesuai dengan yang diinginkan sehingga pallet akan tersusun dengan rapi saat masuk ke dalam proses uncaser. Uncaser ini merupakan alat yang berfungsi untuk memindahkan botol-botol dari dalam case. Alat ini memiliki gripper yang berada pada ujungnya yang dihubungkan dengan semacam katup yang disesuaikan dengan diameter botol yang akan diangkat. Saat katup ini menempel pada tutup botol, tekanan yang ada pada botol dibuat vakum dengan cara menghisap udara yang ada di dalam botol sehingga botol-botol dapat terangkat. Setelah itu krat yang sudah kosongkan dibawa dengan konveyor ke dalam mesin case washer yang akan mencuci krat-krat kosong tersebut menggunakan raw water Pre Inspection Sebelum memasuki proses yang selanjutnya maka terlebih dahulu harus diadakan pemeriksaan terhadap botol-botol yang telah dipindahkan dari case. Pemeriksaan ini dilakukan secara manual oleh inspektor yang bertugas untuk memeriksa setiap botol sebelum dicuci. Botol yang lolos dalam pemeriksaan ini diharuskan dalam keadaan yang baik, terbebas dari kotoran yang mungkin masih tersisa di dalam botol seperti halnya sedotan ataupun plastik. Kemudian apabila ada botol dengan merk lain yang terbawa maka akan langsung dimusnahkan. Dipastikan juga botol yang ada tidak pecah ataupun berkarat. Adapun klasifikasi botol yang tidak lolos dalam tahap ini yaitu botol scuffing, botol pecah, logo pada botol sudah memudar, mulut pada botol sumbing, botol dengan noda cat, botol kotor, botol retak dan botol yang berkarat Case Washer Setelah botol di pisahkan dari krat (case), krat di bersihkan dari kotoran dengan di semprot dengan air bertekanan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi silang

29 21 dari kotoran yang menempel pada case, selain itu untuk menjaga case tetap terlihat bersih Bottle Washer Tahap selanjutnya yaitu botol memasuki bottle washer untuk dicuci dengan beberapa proses yang dimaksudkan agar botol yang tersedia benar-benar bersih dan terbebas dari mikroorganisme yang merugikan. Proses pencucian dibagi dalam beberapa tahap, yaitu: a. Pre Rinse Merupakan proses penyemprotan botol dengan menggunakan soft water. Botol yang akan disemprotkan harus dalam keadaa terbalik sehingga kotoran yang mungkin masih tersisa akan keluar dari botol. Selain itu, tujuan dari keadaan botol yang terbalik adalah supaya dapat meningkatkan efesiensi pencucian dan dapat memperpanjang umur karena menggunakan larutan pencuci yaitu caustic soda. Dalam tahap ini digunakan tekanan sebesar 1,0 2,0 kg/cm 2 dengan temperatur minimal 45 C dimana terdapat empat jalur nozzle inside dan dua jalur nozzle outside. b. Compartment I dan II Compartment dalam tahap pencucian botol dibagi menjadi dua bagian yaitu compartment I dan II yang digunakan untuk merendam botol. Pada compartment I bahan yang digunakan yaitu caustic dengan kadar minimal 1,5% dengan temperatur yang digunakan minimal 70 C dengan contact time selama 2,32 menit. Sementara untuk compartment II bahan yang digunakan adalah caustic dengan kadar minimal 2,0% dengan temperatur minimal 75 C dan contact time yang digunakan selama 5,6 menit. Kedua tahap ini merupakan teknik penyemprotan dan perendaman botol dengan tujuan untuk membunuh mikroba dan kuman-kuman yang masih terdapat di dalam botol. c. Post Caustic Dalam tahap ini digunakan temperatur minimal 60 C yang berfungsi untuk merendahkan konsentrasi caustic yang berasal dari tahap sebelumnya hingga mencapai 2% dengan menggunakan tekanan 0,5 1,2 kg/cm 2.

30 22 d. Warm Water I dan II Pada warm water I dilakukan penyemprotan dengan temperatur 50 C sedangkan pada warm water II menggunakan temperatur 45 C. Di dalam kedua tahap ini digunakan tekanan sebesar 0,5 1,0 kg/cm 2 dengan tujuan untuk menghilangkan residu caustic dari proses sebelumnya dan untuk menurunkan temperatur botol. e. Semifinal Rinse Di dalam tahap ini digunakan larutan Divo AI yang berguna untuk mengendalikan ph hingga berada antara 7,0 8,0 dan larutan Divo LE yang berguna untuk menghilangkan logam berat dengan konsentrasi ppm. Di dalam tahap ini dibutuhkan tekanan sebesar 1,0 2,0 kg/cm 2 serta membutuhkan waktu selama kurang lebih 2,5 menit. f. Final Rinse Tahap ini merupakan tahap akhir dari pencucian botol yang menggunakan klorin sebesar 1-3 ppm dan soft water dengan suhu kurang dari 30 C. Waktu yang diperlukan untuk mencuci botol ketika memasuki mesin washing hingga keluar dari mesin yaitu kurang lebih 22 menit Post Inspection Setelah botol selesai dicuci tahap selanjutnya adalah pemeriksaan ulang yang berguna untuk memastikan ada tidaknya botol yang cacat yang masih bisa lolos dari pencucian serta untuk dapat memastikan pula botol yang dicuci benar-benar sudah bersih. Klasifikasi botol yang tidak lolos dari pemeriksaan ini antara lain botol scuffing, logo botol yang memudar serta botol yang masih kotor Electronic Bottle Inspection (EBI) Mesin EBI ini menggunakan sensor agar dapat mendeteksi botol-botol yang kosong. Sistem yang digunakan untuk mendeteksi terdiri dari empat sensor sebagai berikut : a. Caustic Detection Sensor ini berguna untuk mendeteksi ada tidak nya cairan kaustik yang masih tertinggal di dalam botol. Adapun botol yang masih mengandung kaustik akan

31 23 menyebabkan perubahan pada sinyal receiver sehingga apabila semakin banyak high frequency yang diterima akan menyebabkan botol dilempar kembali untuk dicuci ulang dengan bantuan back conveyor. b. Residual Liquid Detection Sensor selanjutnya yang terdapat di dalam mesin EBI yaitu berguna untuk mendeteksi adanya sisa cairan yang ada di dalam botol selain caustic seperti halnya minyak atau air. Sistem deteksi ini menggunakan infrared dimana sinyal penerima akan mengukur jumlah cahaya yang ditransmisikan. Apabila jumlah cahaya inframerah yang diterima kurang dari standar maka botol yang lewat akan segera dilempar kembali ke dalam mesin pencuci untuk di cuci ulang. c. Base Inspection Sensor ini berupa kamera yang terletak dibagian bawah botol serta berfungsi untuk mendeteksi defect khususnya pada bagian bawah botol. Kecacatan yang terjadi dapat berupa cacat fisik maupun kotoran yang masih menempel di dasar botol. Kemudian, botol yang cacat selanjutnya akan dibuang ke tempat sampah oleh swing pusher. d. Neck Finish Inspection Mesin EBI dapat mendeteksi kecacatan tidak hanya pada bagian bawah botol namun juga pada bagian permukaan botol. Prinsip kerja yang dilakukan berdasarkan base inspection dimana botol yang cacat akan langsung dibuang Mixing Proses ini merupakan proses untuk mencampur treated water dengan finish syrup serta menginjeksikan CO 2 didalam mesin pencampur (mixer). Treated water yang telah ditampung di dalam deaeration tank kemudian dibuat dalam kondisi vaccum dengan menghilangkan kandungan oksigen dan di ganti dengan karbondioksida. Tujuan karbondioksida dalam deaeration tank agar air lebih mudah terikat dengan CO 2 dalam proses mixing. Kemudian, air tersebut dialirkan menuju static mixer untuk selanjutnya dicampur dengan finish syrup. Setelah tercampur, larutan tersebut didinginkan dengan dilewatkan dalam plate heat exchanger yang berisi glycol. Pendinginan ini dilakukan pada suhu 4 C, tujuannya agar karbondioksida dapat terikat sempurna dengan air. Suhu

32 24 diatur rendah dikarenakan sifat CO 2 cair yang stabil bila di dalam suhu yang rendah sedangkan bila ditempatkan dalam suhu yang tinggi maka CO 2 ini akan lebih cenderung berbentuk gas. Larutan yang telah di dinginkan kemudian di injeksikan dengan gas CO 2 dalam injector dan dialirkan kedalam carbonation tank. Di dalam carbonation tank terjadi pencampuran antara gas CO2 dengan air sirup yang akan menjadi baverage, gas CO2 yang tidak terikat sempurna dengan air akan dialirkan ke deaeration tank untuk di proses kembali. Setelah proses mixing selesai, baverage akan alirkan kedalam filler Filler Setelah botol dicuci dengan bersih kemudian botol-botol tersebut akan diisi menggunakan mesin filler. Botol yang akan diisi harus dipastikan sudah lolos inspeksi dari mesin EBI pada proses sebelumnya. Proses pengisian ini dibagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu : a. Tahap Pre Setter Di dalam bowl terdapat sensor guna pengaktifan cam yang akan dipergunakan jika ada botol yang masuk. Kemudian, botol yang sudah memasuki bowl cam digerakkan dengan silinder pneumatic yang berfungsi sebagai penahan butterfly. Setelah itu butterfly akan menggerakan arm ke atas sehingga akan mengangkat needle. b. Tahap Counter Pressure Di dalam tahap ini CO 2 dimasukkan dari bowl bertekanan ke dalam botol sehingga akan terbentuklah tekanan yang sama di dalam kemasan botol. Apabila proses ini tidak berjalan dengan lancar maka proses filling tidak akan sempurna sehingga mengakibatkan botol tidak akan terisi sesuai dengan takaran yang telah disesuaikan dan akan berdampak pada pecahnya botol. c. Tahap Filling Terbentuknya tekanan yang sama di dalam botol akan menyebabkan spring di dalam filling valve station mengendur serta beverage needle akan naik sehingga beverage dapat keluar melalui sela-sela needle dan akan masuk ke dalam botol. Botol akan terisi dengan beverage hingga mencapai batas panjang vent tube.

33 25 Setelah itu, CO 2 counter pressure yang ada di dalam botol akan kembali ke dalam bowl tank melalui vent tube. d. Tahap Settling Tahap ini merupakan suatu proses untuk mengatur serta menstabilkan kondisi beverage setelah proses pengisian berlangsung sehingga busa yang terbentuk akan berkurang. Pada tahap ini juga terjadi proses leveling atau proses penyamaan filling height dan juga proses penutupan filling valve. e. Tahap Snifting Tahap pembuangan sisa gas tekanan CO 2 yang masih terdapat di dalam botol melalui snift valve. Hal ini menyebabkan produk yang keluar tidak akan ada busa yang masih tertinggal dikarenakan adanya perbedaan tekanan. f. Tahap Blow Out Tahap pembersihan vent tube dari sisa-sisa beverage yang tertinggal setelah proses snifting Crowner Botol yang telah selesai diisi kemudian akan keluar dan menuju unit crowner. Crowner ini berguna untuk pemasangan tutup botol (crown) sehingga botol akan tertutup dengan standar kerapatan yang telah ada. Di dalam mesin ini, penutup botol akan ditutup sesuai dengan jenis produk yang diproduksi. Crown yang akan digunakan harus di sterilisasi terlebih dahulu menggunakan lampu UV. Kapasitas crowner setiap putaran adalah 19 crown Date Coder Date coding ini bertujuan untuk mencetak tanggal produksi, lokasi produksi serta best before minuman pada leher botol. Terdapat 2 macam sensor di dalam mesin date coding mengetahui ini yang masing-masing berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya botol di depan print head dan encoder serta untuk apakah konveyor berjalan atau tidak.

34 Checkmat Checkmat merupakan unit inspeksi yang berbeda dengan mesin EBI namun memiliki fungsi yang sama. Alat ini berguna untuk menginspeksi botol setelah proses pengisian, sedangkan mesin EBI digunakan sebelum pengisian berlangsung. Inspeksi yang dilakukan sebagai berikut : a. Inspeksi Level Pengisian Berguna untuk menginspeksi level ketinggian permukaan cairan menggunakan sinar X kemudian pancaran sinar X ini akan ditangkap oleh receiver. b. Inspeksi Tutup Botol Inspeksi ini bertujuan untuk memastikan apakah tutup botol sudah terpasang dengan benar atau belum. Inspeksi ini memerlukan gelombang ultrasonik untuk mendeteksi tutup botol yang miring dan detector untuk mendeteksi botol yang tidak ada tutupnya. Jika terdapat tutup botol miring melebihi 1,5 maka akan langsung terdeteksi dan apabila ada botol yang tidak memiliki tutup maka akan langsung dibuang oleh swing pusher menuju ke rejection conveyor dan dinyatakan sebagai produk gagal. c. Inspeksi Logo Berguna untuk memastikan logo yang tercetak pada botol apakah masih dalam keadaan yang baik. Inspeksi ini menggunakan reflector Caser dan Palletizer Mesin caser merupakan alat untuk memasukkan botol yang telah terisi dengan beverage ke dalam case. Alat ini memiliki prinsip yang sama dengan mesin uncaser tetapi dengan cara kerja yang berlawanan. Setelah masuk ke dalam case kemudian botol-botol tersebut dimasukkan ke dalam pallet lalu pallet tersebut akan diteruskan oleh rolling conveyor hingga ujung. Kemudian di ujung konveyor, pallet-pallet ini akan diambil menggunakan forklift menuju gudang penyimpanan sementara atau langsung di kirim ke tempat pemasaran sesuai dengan pesanan.

35 4. PEMBAHASAN Minuman ringan berkarbonasi adalah minuman yang dikarbonasi, diberi perasa, nonalkoholik, dan biasa diminum dalam keadaan dingin. Minuman ringan biasa dikemas dalam botol atau kaleng. Minuman karbonasi pada umumnya mengandung air yang telah dimurnikan (hingga standar tertentu), high fructose syrup, gula, karbondioksida (yang membentuk gelembung-gelembung dan meningkatkan rasa), senyawa natrium, dan perasa (Shachman, 2004) Standar Mutu Peraturan perundangan dan standar mutu yang diterapkan di PT Coca-Cola Amatil Indonesia berdasarkan pada International Standardization for Organization (ISO) yaitu ISO 9001:2008 tentang penerapan system menejemen mutu perusahaan (Quality Management System), ISO 14001:2004 mengenai lingkungan kerja pabrik, dan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor tentang air soda, yang membahas mengenai syarat mutu yaitu cara uji kadar karbondioksida, padatan tertentu, bahan tambahan, cemaran logam, cemaran arsen, cemaran mikrobia, garam mineral dan cara pengemasan. ISO 14001:2004 berisi bahwa organisasi (perusahaan) harus memiliki kebijakan atau pernyataan komitmen tentang dikembangkan oleh top relatif terhadap lingkup Enviroment Management System (EMS) yang sesuai dengan standar menejemen. Kebijakan tersebut antara lain, seperti kepatuhan terhadap hukum yang berlaku, pencegahan pencemaran dan perbaikan lingkungan kerja yang berkelanjutan. ISO 9001:2008 menetapkan kriteria untuk sistem menejemen mutu dan merupakan satu-satunya standar dalam organisasi yang dapat disertifikasi. Hal ini dapat digunakan oleh setiap organisasi, besar atau kecil, terlepas dari bidang kegiatannya. ISO 9001:2008 memberikan cara kerja yang terstruktur dalam pengelolaan system manajemen mutu yang efektif dan digunakan pada kegiatan pembuatan minuman, 27

36 28 produk dan jasa baik yang dilakukan oleh karyawan maupun oleh pihak ketiga, pemasok, tamu, kontraktor, subkontraktor yang bekerja atas nama perusahaan. PT Coca-Cola menggabungkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga menjadi Coca-Cola Operating Requirements (KORE). KORE adalah sistem pengendalian mutu yang terintegrasi dengan program menejemen mutu, yang dirancang untuk memastikan bahwa semua operasi, produksi dan distribusi dilakukan dalam standar yang sama tinggi. Sistem KORE meliputi 3 hal, yaitu kualitas, lingkungan dan produksi. Sistem KORE merupakan sistem menejemen mutu Coca-Cola yang digunakan secara global diseluruh perusahaan Coca-Cola didunia, namun disesuaikan dengan masing-masing negara. Untuk Asia-Pasifik disamakan dengan Quality, Enviroment, Occupational Safety and Health (QEOSH). Misalnya untuk standar mutu bahan baku gula, di SNI memiliki parameter tersendiri, di KORE memiliki parameter yang lebih ketat pada rasa, warna, kemurnian, dll. Kemudian di QEOSH memiliki ketentuan dimana perusahaan membeli gula pasir, di pabrik gula mana yang memenuhi kriteria parameter tersebut. Sistem Manajemen Mutu Coca-Cola diatur oleh Coca-Cola Operating Requirements (KORE), yang merupakan sistem manajeman baru yang menggantikan The Coca-Cola Management System (TCCMS) pada januari KORE memungkinkan sistem Coca- Cola untuk mengatasi perubahan landscape bisnis sementara mendukung rencana pertumbuhan strategis perusahaan dengan menciptakan program terpadu kualitas manajemen yang memegang semua operasi, sistem yang luas, dengan standar yang sama untuk produksi dan distribusi minuman disetiap perusahaan. KORE menjamin standar tertinggi dalam keamanan dan kualitas produk, keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan standar di seluruh sistem Coca-Cola dengan menguraikan persyaratan yang jelas untuk kebijakan, spesifikasi dan program yang memandu operasi. KORE mengintegritaskan tujuan bisnis dan kualitas serta menggabungkan Hazard Analysis Critical Contol Points (HACCP) kedalam standar sistem, mengelola resiko diperusahaan, operasi pembotolan dan seluruh rantai pasokan, mengidentifikasi metode pemecahan masalah dan alat untuk mendorong kualitas yang

37 29 konsisten dengan perbaikan. Dalam sistem ini juga mengatur tentang ketentuan supplier yang dapat mensuplai bahan baku ke perusahaan Coca-Cola yang ada diseluruh dunia untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan Pengendalian Mutu Air Air merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi minuman sehingga air yang digunakan harus diolah sebaik mungkin sehingga sesuai dengan kriteria yang telah berlaku yaitu KORE. Pada setiap cabang PT Coca-Cola Amatil Indonesia memiliki tempat pengolahan air (Water Treatment Plant / WTP) yang memiliki tujuan utama untuk menurunkan tingkat alkalinitas dan tingkat kesadahan serta untuk mengurangi kandungan mineral yang tidak diperlukan tubuh. Tempat pengolahan air tersebut memiliki standar yang tinggi dalam menghasilkan air dengan kualitas terbaik. Standar analisa yang ditetapkan PT Coca-Cola Bottling Indonesia untuk bahan baku air dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengujian pada air, rutin dilakukan setiap proses pengolahan untuk memantau perubahan selama empat jam sekali. Adanya pengendalian mutu air dalam industri pengolahan pangan sangat penting, karena rasa atau bau yang tidak semestinya pada air akan mempengaruhi rasa akhir produk. Selain itu, kesadahan karbonat yang tinggi (alkalinitas) dapat menyebabkan minuman asam menjadi tidak lezat dan rasanya menjadi tawar. Komponen lain yang terlarut dalam air seperti padatan, zat besi, sisa klorin, dan mikroorganisme perlu dikendalikan agar tidak membahayakan konsumen (Shachman, 2004). Pengujian yang dilakukan dalam menentukan kualitas air antara lain: 1. Pengujian Kadar Sulphate a. Sebanyak 2,5 ml sampel diambil menggunakan pipet volume, kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi yang ditambahkan dengan 2 tetes SO 4 1A, kemudian ditambahkan 1 tetes SO 4 2A dan dipanaskan didalam waterbath pada suhu 40 0 C selama 5 menit. b. Sampel ditambahkan dengan 2,5 ml SO 4 3A, kemudian ditambahkan 4 tetes SO 4 4A dan dipanaskan didalam waterbath pada suhu 40 0 C selama 7 menit.

38 30 c. Sampel dipindahkan kedalam cuvet. d. Kadar sulfat diukur dengan menggunakan alat spectroquant nova 60 dan hasilnya dibandingkan dengan standar mutu yang ditetapkan. Sulphate adalah koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan saat koagulasi. Standar kandungan sulphate pada air yang digunakan dalam proses produksi pengolahan minuman karbonasi adalah < 250 ppm. Apabila air yang digunakan dalam proses produksi melebihi standar yang telah ditentukan akan menyebabkan pembentukan gumpalan dan flock. 2. Pengujian Kadar Chloride a. Sebanyak 50 ml sampel diambil dan ditambahkan dengan KCrO 4. b. Larutan dititrasi dengan AgNO 3 0,0282N sampai larutan berubah warna menjadi merah bata. Rumus : Chloride = volume AgNO 3 x 20 (satuan ppm) 3. Pengujian Total Dissolved Solid (TDS) a. Sebanyak 50 ml sampel dimasukkan kedalam beaker glass. b. Pengukuran dilakukan dengan alat TDS meter dengan cara mencelupkan alat pada sampel didalam beaker glass. c. TDS meter dibilas menggunakan aquades. TDS menunjukkan padatan yang terlarut dalam air. Standar TDS pada air yang akan digunakan dalam proses minuman berkarbonasi adalah < 500 ppm. Apabila air yang digunakan melebihi standar TDS yang ditentukan maka akan menyebabkan kualitas air tidak baik dan menimbulkan reaksi pada air. 4. Pengujian Free Chlorine dan Total Chlorine a. Pengukuran dilakukan dengan alat disk comparator yang memiliki 2 cell tube.

39 31 b. Cell tube pertama diisi dengan 5 ml aquades dan cell tube lain diisi dengan 5 ml sampel. c. Kemudian disk comparator diarahkan kesumber cahaya dan membandingkan antara kedua sampel. d. Jika warna sampel sama dengan warna aquades maka sampel tersebut bebas chlorine. Chlorine berfungsi sebagai disinfektan guna membunuh bakteri pathogen dalam proses pengolahan air. Standar chlorine pada air yang digunakan dalam proses produksi minuman karbonasi adalah 0 ppm. Apabila chlorine yang digunakan dalam pembuatan minuman karbonasi melebihi standar yang telah ditentukan dapat memicu terjadinya korosi pada mesin dan peralatan dalam proses produksi. 5. Pengujian Total Hardness a. Sebanyak 50 ml sampel diambil dan ditambahkan dengan 3-4 tetes HBS dan 3-4 tetes TH indicator. b. Larutan dititrasi dnegan EDTA 0,01 N dengan titik akhir titrasi warna ungu berubah menjadi biru. Rumus : Total hardness = volume EDTA x 20 (satuan ppm) Hardness berkaitan dengan kadar keasamaan ph, jika air asam umumnya menunjukkan reaksi lunak dan air biasa umumnya merupakan air sadah (keras). Tingkat kesadahan air ditentukan oleh banyaknya kandungan kalsium karbonat dalam air. Standar total hardness dalam air yang digunakan dalam proses produksi minuman karbonasi adalah <100 ppm. Apabila total hardness kurang dari standar yang telah berakibat timbulnya kerak pada pipa-pipa atau tangka maupun botol. Adanya kerak mengakibatkan proses penghantaran panas menjadi rendah sehingga biaya produksi menjadi meningkat.

40 32 6. Pengujian Alkalinity a. Sebanyak 50 ml sampel diambil dan ditambahkan dengan 3-4 tetes T. Solution dan 3-4 tetes indikator PP (jika tidak ada perubahan warna maka P alkalinity = 0). b. Kemudian larutan tersebut ditambahkan 3-4 tetes indikator MR. Mix dan warna berubah menjadi biru. c. Sampel dititrasi menggunakan larutan H 2 SO 4 hingga berubah warna menjadi kuning. Rumus : P -Alkalinity = volume titrasi 1 20 (satuan ppm) M -Alkalinity = volume titrasi 2 20 (satuan ppm) A - Alkalinity = 2P - M (satuan ppm) Alkalinity menunjukkan konsentrasi total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air. Standar alkalinity pada air yang akan digunakan dalam proses produksi adalah < 85 ppm, alkalinity ini mempengaruhi kesadahan dan menjaga kestabilan ph. Jika alkalinity pada air melebihi standar yang ditentukan maka air tidak mudah dikarbonasi dan rasa yang ingin dicapai menjadi tidak sesuai. 7. Pengujian ph a. Sebanyak 50 ml sampel dimasukkan kedalam beaker glass. b. Pengukuran dilakukan dengan alat ph meter dengan cara mencelupkan alat pada sampel didalam beaker glass. c. ph meter dibilas menggunakan aquades. ph atau derajat keasaman menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Standar ph pada air yang akan digunakan dalam proses produksi minuman berkarbonasi adalah > 4,9. Jika ph air kurang dari standar yang telah ditentukan maka akan menyebabkan korosi pada alat-alat produksi yang dilalui air.

41 33 8. Pengujian Turbidity a. Pengukuran dilakukan dengan alat turbidity meter. b. Sampel dimasukkan kedalam cell tube dan hasilnya dibandingkan dengan standar mutu yang berlaku. Turbidity menunjukkan tingkat kekeruhan pada air yang ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan bahan organik dalam air. Standar turbidity pada air yang digunakan dalam proses pembuatan minuman karbonasi adalah <0,3 NTU. 9. Pengujian Mikrobiologi a. Pengambilan Sampel Draining air dilakukan pada pipa Sample Cock. Kapas dinyalakan dangan menggunakan api yang terpasang pada Cruser Tang (sebelum direndam dengan alkohol) untuk memanasi Sample Cock. Draining pada air dikran dilakukan kembali untuk mengkondisikan suhu kamar pada Sample Cock. Api didekatkan pada Sample Cock untuk mensterilkan lingkungan sample. Botol steril di siapkan dan di dekatkan dengan Sampel Cock. Tutup botol dibuka kemudian air dari Sample Cock ditampung lalu di tutup kembali. b. Uji Mikrobiologi Setelah Sampel di dapatkan, kemudian petridish berisi pad diisi dengan media ± 1,5 ml dalam Laminar Air Flow. Membran Filter di letakkan ke dalam Filter Holder steril secara aseptis pada Laminar Air Flow. Sample (air) dituang ke dalam Filter Holder steril yang berisi Membran Filter sebanyak 25 ml dengan menggunakan Scoop (untuk TPC) dan 100 ml untuk Coliform dan E. coli kemudian di tutup dan di hisap dengan menggunakan Vacuum Pump.

42 34 Membran Filter tersebut dibilas dengan air steril ± 20 ml kemudian di hisap dengan menggunakan Vacuum Pump. Funnel dibuka dan Membran Filter diambil lalu di masukkan ke dalam Petridisc yang berisi media. Labeling dilakukan pada Petridisc dan diinkubasi dalam inkubator dengan posisi Petridisc terbalik. Pengamatan dilakukan setiap 48 jam, 72 jam untuk uji Total Count dan 24 jam untuk Coliform dan E. coli. Hasil pengujian dicatat pada form yang tersedia dengan benar dan dapat dibaca. Pengambilan sampel pada pengujian mikrobiologi ini dilakukan pada area sample cock yaitu: Sample Cock Raw Water Sample Cock Flow Mix Water Sample Cock Carbon Purifier Sample Cock Polisher Sample Cock Supply water syrup room Sample Cock Softener Water Sample Cock Softtreated Water Sample Cock Cooling Water Sample Cock Can Warmer Pengujian mikrobiologi dilakukan setiap 1 hari (24 jam). Sample cock adalah keran yang terpasang pada setiap tangki pada proses pengolahan air Pengendalian Mutu Gula Gula yang digunakan untuk menciptakan rasa manis dalam kadar tertentu menurut produk yang akan dihasilkan. Dalam produksi minuman coca-cola gula yang digunakan adalah gula rafinasi atau gula murni dan harus memiliki kualitas baik (R1) untuk menghasilkan simple syrup yang baik pula. Gula rafinasi adalah gula yang mengandung 100% sukrosa. Gula yang digunakan oleh PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java berasal dari PT Sugar Labinta dengan kemurnian 99,9%. Pengukuran kualitas gula

43 35 dilakukan setiap kedatangan bahan baku (incoming material) dengan cara pengambilan sampel gula secara acak guna memenuhi standar mutu PT Coca-Cola Amatil Indonesia. Pengukuran Standar analisa yang ditetapkan PT Coca-Cola Bottling Indonesia untuk bahan baku gula dapat dilihat pada Lampiran 6. Pengujian yang dilakukan untuk menentukan kualitas gula antara lain: 1. Pengujian Visual Pengujian visual dilakukan untuk mengamati kondisi kemasan, appearance dan foreign pada bahan baku oleh operator QA. 2. Pengujian Sensoris Pengujian sensoris dilakukan untuk mengidentifikasi rasa dan bau pada bahan baku gula oleh operator QA. 3. Pengujian Warna a. Larutan gula dengan kadar 50 0 Brix diambil b. Pengukuran warna dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan gula 50 0 Brix ke alat DMA. Kemudian, angka yang tertera pada display DMA brix dan density actual dibandingkan dengan standar mutu yang ditentukan. c. Pengukuran absorban pada alat spectrophotometer dilakukan dengan panjang gelombang 420 nm. Rumus perhitungan warna gula : bsorban sampel x 000 Rumus (IU) = panjang cuvet x konsentrasi Konsentrasi = rix actual x ensity actual ( g cm 3) Pengujian Sedimentasi a. Membran filter 8 mikron ditimbang dengan neraca analisis. b. 300 gram gula dilarutkan dalam 300 ml aquades yang dipanaskan pada suhu 80 0 C.

44 36 c. Larutan tersebut dimasukkan kedalam filter holder yang telah dipasang membrane filter, kemudian ditarik menggunakan vaccum pump. d. Setelah disaring, membrane filter dibilas dengan aquades yang dipanaskan hingga gula terlarut dan tersaring. e. Membrane filter diambil dan dikeringkan di oven pada suhu C selama 1 jam. f. Membrane filter ditimbang dengan neraca analisis. g. Kandungan sedimentasi dihitung dengan rumus sebagai berikut. (b-a)gram x Sediment (mg/kg) = 300 gram solids Pada proses pengolahan sirup dilakukan analisis derajat brix dari larutan simple syrup, larutan simple syrup tersebut memiliki nilai 59,5 0 brix. Derajat brix adalah zat padat yang terlarut dalam larutan (g/100g larutan) yang dihitung sebagai sukrosa atau padatan terlarut lainnya. Brix digunakan untuk menghitung presentasi kandungan gula yang terlarut dalam suatu larutan dengan weight for weight basis dan digunakan satuan derajat brix ( 0 B). Kenaikan 0 brix yang terjadi secara menyeluruh disebabkan karena terjadinya penguapan. Semakin banyak jumlah air yang keluar, jumlah padatan yang larut akan semakin meningkat. Semakin tinggi 0 brix maka semakin manis rasa larutan yang dihasilkan. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer dan Density Meter Actual (DMA). Pada soft drink biasanya tidak hanya terkadung gula tetapi mengandung padatan lain yang akan mempengaruhi hasil analisa Brix. Untuk mengantisipasi hal tersebut, industri minuman seperti baverages, syrups, juices, dll, menggunakan larutan gula murni untuk meminimalisir kesalahan (Shachman, 2004). Dari teori diatas dapat diketahui mengapa PT. Coca-Cola Amatil Indonesia menggunakan gula dengan kemurnian 99,9% Pengendalian Mutu Konsentrat Konsentrat merupakan kunci atau bumbu rahasia yang memberikan cita rasa berbagai produk Coca-Cola. PT Coca-Cola Amatil Indonesia tidak memproduksi konsentrat sendiri, melainkan disuplai dari PT Coca-Cola Indonesia yang merupakan perwakilan dari The Coca-Cola Company yang merupakan pemilik merek dagang. Karena

45 37 konsentrat adalah bahan baku yang sifatnya rahasia dan tidak diproduksi sendiri oleh PT Coca-Cola Amatil Indonesia, maka pemeriksaan konsentrat saat penerimaan bahan baku (incoming metrial) hanya dilakukan secara visual. Pemeriksaan konsentrat meliputi kecocokan antara surat penerimaan barang dengan jenis, flavor dan jumlah konsentrat yang diterima; kondisi, segel, label maupun kode produksi pada kemasan. Konsentat tersebut akan ditambahkan dengan simple finish syrup yang dicampur untuk menjadi finish syrup. Pada produk Coca-Cola, terdapat 2 macam konsentrat yaitu part 1 (berbentuk cairan yang memberikan warna dan pengawet) dan part 2 (berbentuk cairan yang memberikan aroma dan flavor). Secara umum, konsentrat memiliki kandungan seperti natrium benzoat, bahan kimia aromatik, minyak essensial, asam sitrat dan vegetable plant. Konsentrat cair disimpan dalam cool room pada suhu 4 10ºC untuk menjaga kualitas konsentrat. Sedangkan, untuk konsentrat padat atau serbuk disimpan pada ruangan dengan suhu sekitar 20ºC. Konsentrat ditambahkan dalam kadar tertentu untuk memperbaiki rasa, warna, cita rasa serta memperpanjang umur simpan dari minuman. Secara umum konsentrat akan mempengaruhi jumlah total padatan dan tidak bersifat toksik (Murdianto & Syahrumsyah, 2012) Pengendalian Mutu Karbondioksida (CO 2 ) Karbonasi adalah suatu proses memasukkan gas karbondioksida kedalam air atau kedalam baverage. Dalam industri minuman ringan, CO 2 biasanya diperoleh dari pabrik yang dikemas dalam tabung bertekanan tinggi. Dibawah tekanan tinggi, sekitar 50 atmosfer, gas CO 2 akan berbentuk cair, dan akan mudah larut dalam air pada suhu 20C. Karbondioksida akan memberikan sensasi menggigit atau sensasi sparkling pada mulut. Untuk mengukur kadar CO 2 dalam botol atau mengukur banyaknya volume gas pada baverage perlu dilakukan pengukuran tekanan serta suhu dalam botol. Berdasarkan prinsip gas, volume atau berat CO 2 yang terkandung dapat dihitung menggunakan table konversi gas volume (Shachman, 2004). Gas CO 2 merupakan bahan baku yang digunakan untuk keperluan minuman carbonated soft drink seperti Coca-Cola, Fanta dan Sprite. Karbondioksida didatangkan dari PT. Aneka Gas Industri Tbk, dengan kemurnian 99,99%, tak berbau, tak berasa serta dalam bentuk cairan. Standar analisa

46 38 yang ditetapkan PT Coca-Cola Bottling Indonesia untuk karbondioksida dapat dilihat pada Lampiran 7. Gas CO 2 merupakan salah satu komponen yang penting di dalam pembuatan minuman berkarbonasi dimana gas ini berfungsi sebagai penyegar dan bahan pengawet serta dapat memperkuat flavor dari produk Coca-Cola, Fanta maupun Sprite. Pada tekanan yang lebih tinggi dari atmosfer gas CO 2 ini dapat memiliki sifat mengawetkan. Gas ini disuplai dalam bentuk cairan kemudian diproses sedemikian rupa sehingga menjadi uap. Gas yang disuplai belum tentu sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 99,9%. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kondisi selama pendistribusian bahan baku. Oleh karena itu, diperlukan proses pemurnian CO 2 dari supplier mendapatkan CO 2 yang sesuai dengan standar yang ditentukan dengan cara melalui proses pemurnian yaitu 99,9%. Pengendalian mutu CO 2 dilakukan secara sensoris dengan melihat rasa, bau, kenampakan di dalam air dan kemurniannya menggunakan Zahm CO 2 purity tester. Standar mutu yang ditetapkan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java sangat baik, dilihat dari standar yang ditetapkan Indonesia (SNI) hanya menetapkan kemurnian CO 2 hanya 50 90%.

47 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Bahan baku yang digunakan dalam produksi minuman karbonasi Coca-Cola pada line 8 yaitu air, gula, konsentrat, karbondioksida (CO2). PT Coca-Cola Bottling Indonesia telah menerapkan standar mutu bahan baku yang baik dan benar, mulai dari proses pemeriksaan bahan baku masuk kedalam pabrik hingga menghasilkan produk jadi. Standar mutu bahan baku yang digunakan PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java adalah Coca-Cola Operating Requirements (KORE) Saran Para karyawan di PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Java perlu memperhatikan kebersihan baik ketika masuk ke dalam ruang produksi maupun keluar lingkungan produksi, seperti memakai perlengkapan kerja dan baju untuk meminimalisir adanya kontaminasi mikrobiologi pada produk. Kedisiplinan dan kompetensi karyawan juga perlu ditingkatkan, tidak hanya kompeten pada satu line produksi tapi seluruh rangkaian produksi agar proses produksi yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. 39

48 6. DAFTAR PUSTAKA Diakses pada tanggal 20 Februari KORE Quality Management System. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia. Murdianto, W., & Syahrumsyah, H. (2012). Pengaruh Natrium Bikarbonat Terhadap Kadar Vitamin C, Total Padatan Terlarut Dan Nilai Sensoris Dari Sari Buah Nanas Berkarbonasi. Jurnal Teknologi Pertanian, 8(1), 5. Shachman, M. (2004). The Soft Drinks Companion. Florida: CRC PRESS. Standar Nasional Indonesia. Air Soda. SNI 3708:2015 Standar Nasional Indonesia. Air Minum Dalam Kemasan. SNI :2006 Standar Nasional Indonesia. Gula Kristal Bagian 3 : Putih. SNI :2010 Standar Nasional Indonesia. Karbon dioksida cair. SNI 0029:2015 Standar Nasional Indonesia. Sistem Manajemen Lingkungan - Persyaratan dan Panduan Penggunaan. SNI Standar Nasional Indonesia. Sistem Manajemen Mutu - Persyaratan. SNI ISO

49 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Profil Umum Perusahaan Nama Perusahaan : PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Alamat Perusahaan : Jl. Raya Soekarno-Hatta KM 30 Harjosari, Bawen, Kabupaten Semarang Telepon : (0298) (Hunting) Fax : (0298) Tahun Berdiri : 1976 Perintis : Partogius Hutabarat dan Mugijanto Pemilik : PT.Coca-Cola Amatil Limited (CCAL) Australia Jenis Perusahaan : Joint venture Produk Utama : Carbonated Soft Drink (CSD) dan Noncarbonated Soft Drink (Non CSD) Jumlah Pekerja : Sekitar 1000 orang Luas Pabrik : Sekitar 8,5 Ha 41

50 42 Lampiran 2. Lini Produksi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Line Kecepatan Produk Line cpm Carbonated, Can 250 ml Line bpm Non-carbonated, PET (300, 350, 500, 900) ml Line bpm Carbonated, PET (250, 390, 1000, 1500) ml Line bpm Carbonated dan Non-carbonated, RGB (200, 220, 295) ml *cpm / bpm = can per minute / bottle per minute

51 43 Lampiran 3. Diagram Alir Struktur Organisasi PT Coca-Cola Bottling Indonesia Sumber : PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java

52 44 Lampiran 4. Diagram Alir Purifikasi Air Sumber : PT Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Botol botol yang digunakan oleh PT. Bangun Wenang Beverage

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Botol botol yang digunakan oleh PT. Bangun Wenang Beverage BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Bahan Pengemas Botol botol yang digunakan oleh PT. Bangun Wenang Beverage Company merupakan Returnable Glass Bottle (RGB). Botol yang digunakan adalah botol baru

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan merupakan pengembangan dari penemuan Dr. John Styth Pemberton secara industri. John Styth Pemberton,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. oleh PT. Coca Cola Indonesia terdiri dari gula murni, air bersih, dan gas CO2.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. oleh PT. Coca Cola Indonesia terdiri dari gula murni, air bersih, dan gas CO2. BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Produksi Bahan baku dasar (Concentrate) yang dibuat dengan proses ilmiah oleh PT. Coca Cola Indonesia terdiri dari gula murni, air bersih, dan gas CO2. Bahan-bahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK TUGAS 1 MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK 1. Feriska Yuanita (105100200111012) 2. Alifian Juantono Sahwal (105100213111003) 3. Nadia Sabila

Lebih terperinci

SANITASI AREA PRODUKSI HOT FILLING DAN COLD FILLING LINE 8 DI PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA

SANITASI AREA PRODUKSI HOT FILLING DAN COLD FILLING LINE 8 DI PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA SANITASI AREA PRODUKSI HOT FILLING DAN COLD FILLING LINE 8 DI PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 1. General Manager Menentukan dan merumuskan kegiatan utama dalam perusahaan untuk pencapaian tujuan umum perusahaan. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Profil Perusahaan Gambar 4.1 Logo CCBI Nama Perusahaan : PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Alamat Perusahaan : Jl. Raya Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

Lampiran 1. Mesin dan Peralatan. - Mesin. - Bagian Water Treatment. a. Sand Filter. Diameter Tangki : 81 cm

Lampiran 1. Mesin dan Peralatan. - Mesin. - Bagian Water Treatment. a. Sand Filter. Diameter Tangki : 81 cm Lampiran 1 Mesin dan Peralatan - Mesin - Bagian Water Treatment a. Sand Filter Tinggi Tangki : 180 cm Diameter Tangki : 81 cm Isi Media : Pasir kuarsa : Untuk menyaring material berat dari air sumur :

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN MINUMAN KARBONASI DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN MINUMAN KARBONASI DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN MINUMAN KARBONASI DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA OLEH : FENNY KUMALASARI 6103007003 ANASTASIA KRISTIEN NATALIA N. 6103007014

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta,

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Coca-Cola Rasa Menyegarkan Coca Cola pertama kali diperkenalkan pada tanggal 8 Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN BOTOL MENGGUNAKAN ELECTRONIC BOTTLE INSPECTION (EBI) DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA (CCBI) UNIT SEMARANG

DETEKSI KERUSAKAN BOTOL MENGGUNAKAN ELECTRONIC BOTTLE INSPECTION (EBI) DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA (CCBI) UNIT SEMARANG DETEKSI KERUSAKAN BOTOL MENGGUNAKAN ELECTRONIC BOTTLE INSPECTION (EBI) DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA (CCBI) UNIT SEMARANG Dista Yoel T (L2F 007 025) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. COCA-COLA AMATIL INDONESIA (CCAI)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. COCA-COLA AMATIL INDONESIA (CCAI) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT. COCA-COLA AMATIL INDONESIA (CCAI) 2.1 Asal Mula Berdirinya Coca-Cola Company Melihat kilas balik sejarah Coca-Cola yang teramat panjang tentu akan memakan waktu yang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG PENGENDALIAN MUTU AIR SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA PRODUKSI DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

DETEKSI KECACATAN BOTOL MENGGUNAKAN EMPTIES BOTTLE INSPECTION (EBI) DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA (CCBI) UNIT SEMARANG

DETEKSI KECACATAN BOTOL MENGGUNAKAN EMPTIES BOTTLE INSPECTION (EBI) DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA (CCBI) UNIT SEMARANG DETEKSI KECACATAN BOTOL MENGGUNAKAN EMPTIES BOTTLE INSPECTION (EBI) DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA (CCBI) UNIT SEMARANG Oleh : Mohroji (L2F 005 558) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PALLETIZING MACHINE PRESSAN SUPER 1 NT PADA LINE 8 PROSES PEMBUATAN MINUMAN BOTOL DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA

PENGGUNAAN PALLETIZING MACHINE PRESSAN SUPER 1 NT PADA LINE 8 PROSES PEMBUATAN MINUMAN BOTOL DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA PENGGUNAAN PALLETIZING MACHINE PRESSAN SUPER 1 NT PADA LINE 8 PROSES PEMBUATAN MINUMAN BOTOL DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA Oleh : Ahmad Ramali D (L2F 007 007) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar spesifikasi mesin produksi di PT. Sinar Sosro Bagian Water Treatment a. Sand Filter Tinggi Tangki : 180 cm Diameter Tangki : 81 cm Kapsitas Tangki : 3000 liter Isi Media Cara

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN DAN ANALISA MUTU SIMPLE SYRUP DAN FINISH SYRUP SPRITE PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA

PROSES PENGOLAHAN DAN ANALISA MUTU SIMPLE SYRUP DAN FINISH SYRUP SPRITE PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA PROSES PENGOLAHAN DAN ANALISA MUTU SIMPLE SYRUP DAN FINISH SYRUP SPRITE PT.COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBUATAN PRODUK FRESTEA RGB DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA, CIBITUNG-BEKASI

MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBUATAN PRODUK FRESTEA RGB DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA, CIBITUNG-BEKASI MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PEMBUATAN PRODUK FRESTEA RGB DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA, CIBITUNG-BEKASI Nama : Dede Agus Maulana NPM : 31412769 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSI

BAB III PROSES PRODUKSI BAB III PROSES PRODUKSI Dalam melaksanakan suatu aktivitas produksi pada perusahaan, tentunys tidak terlepas dari bahan-bahan yang digunakan dan jenis produk yang akan dibuat. Oleh sebab itu PT. Ananda

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG PENGAWASAN MUTU MINUMAN BERKARBONASI KEMASAN PET DI PROSES PRODUKSI LINE 6 PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

QUALITY CONTROL AIR PRODUK MINUMAN BERKARBONASI FANTA STRAWBERRY RGB 295 ML SECARA MIKROBIOLOGI DI PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA

QUALITY CONTROL AIR PRODUK MINUMAN BERKARBONASI FANTA STRAWBERRY RGB 295 ML SECARA MIKROBIOLOGI DI PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA QUALITY CONTROL AIR PRODUK MINUMAN BERKARBONASI FANTA STRAWBERRY RGB 295 ML SECARA MIKROBIOLOGI DI PT COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG ANALISIS REJECT PRODUCT MINUMAN NON KARBONASI DI LINE 5 (FRESTEA) PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Coca Cola Amatil Indonesia Pada Tanggal 12 Oktober 1993, sebuah perusahaan publik Australia yang merupakan perusahaan terbesar di dunia untuk

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) PT.ATLANTIC BIRURAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MARCELIA LEMBONO (6103008014) ISABELLA GUNAWAN (6103008024) STEPHANNIE (6103008078)

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG CLEANING DAN SANITASI PADA PROSES PRODUKSI FRESTEA DI PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahan baku produk ataupun air konsumsi. Tujuan utama dari pengolahan air ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahan baku produk ataupun air konsumsi. Tujuan utama dari pengolahan air ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Bahan Baku (Air) Pengolahan Air (Water Treatment) adalah Suatu proses pengolahan air dari sumur untuk di proses sedemikian rupa sehingga dapat di gunakan sebagai

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Coca-cola pertama kali diciptakan oleh John Stith Pemberton yang

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Coca-cola pertama kali diciptakan oleh John Stith Pemberton yang BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Berdirinya Coca-Cola Coca-cola pertama kali diciptakan oleh John Stith Pemberton yang merupakan seorang ahli farmasi di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Pada

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT Sinar Sosro merupakan suatu perusahaan yang memproduksi minuman dalam kemasan botol. Adapun produk yang dihasilkan berupa teh botol sosro, fruit tea dan prim-a. Pada

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Sinar Sosro adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang minuman teh dalam kemasan. Perusahaan ini terletak di Jalan Raya Bekasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Umum Perusahaan Coca Cola masuk ke Indonesia pada tahun 1927 dan pertama kali dibuat di Jakarta pada tahun 1932 dengan produksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Cikal bakal PT. Sosro bermula dari usaha keluarga Sosrodjojo yang menjual teh wangi pada tahun 1940 di Kabupaten Slawi, Propinsi Jawa Tengah. Setelah

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta Telp

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta Telp IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB DEFECT PRODUK CSD SPRITE 295 ML KEMASAN RGB PADA PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA SEMARANG PLANT Raksaka Ardy Damara 1, Ilham Priadythama 2 1,2 Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kebutuhan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, masak, mandi, mencuci, pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

The water softening proses

The water softening proses Difusi adalah pergerakan molekul dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah. Osmosis adalah kasus khusus difusi di mana molekul air dan gradien konsentrasi terjadi melintasi membran semipermeabel.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Keluarga Sosrodjojo memulai usaha dengan menjual teh wangi pada tahun 1940 di Slawi, Jawa Tengah. Pada tahun 1965 keluarga Sosrodjojo melakukan ekspansi

Lebih terperinci

ANALISA BESARAN NILAI EFISIENSI POMPA (P3) PADA MESIN MIXER DI LINE 2 PT. CCAI

ANALISA BESARAN NILAI EFISIENSI POMPA (P3) PADA MESIN MIXER DI LINE 2 PT. CCAI ANALISA BESARAN NILAI EFISIENSI POMPA (P3) PADA MESIN MIXER DI LINE 2 PT. CCAI Nama : Rama Pradana NPM : 25411817 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. RR. Sri Poernomo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java Alamat Perusahaan : Jl. Raya Soekarno-Hatta Km 30 Harosari, Bawen, Kab. Semarang 50501,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranannya dalam kesehatan manusia. Disamping digunakan untuk air minum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranannya dalam kesehatan manusia. Disamping digunakan untuk air minum, 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar sekali peranannya dalam kesehatan manusia. Disamping digunakan untuk air minum, keperluan perikanan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN BAB IV PROFIL PERUSAHAAN 4.1 Sejarah PT.Coca-Cola Kesegaran Coca-Cola pertama kali diperkenalkan oleh John Styth Pemberton seorang ahli farmasi pada tanggal 8 Mei 1886 di Atlanta, Georgia. Pemberton membuat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 17 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Dalam bab ini akan di bahas alur proses pencucian membran mesin pengolahan air minum osmosis terbalik (Reverse Osmosis, R.O). Bahan yang gunakan dalam pencucian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Cikal bakal PT. Sosro bermula dari usaha keluarga Sosrodjojo yang menjual teh wangi pada tahun 1940 di Kabupaten Slawi, Propinsi Jawa Tengah. Setelah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pabrik yang dimiliki Keluarga Sosrodjojo ini memulai usaha dengan menjual teh wangi pada tahun 1940 di Slawi, Jawa Tengah. Pada tahun 1965 keluarga

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN DAN FABRIKASI ALAT ION EXCHANGER BERBASIS KARBON AKTIF UNTUK PENGOLAHAN AIR SANITASI DIII TEKNIK KIMIA

TUGAS AKHIR DESAIN DAN FABRIKASI ALAT ION EXCHANGER BERBASIS KARBON AKTIF UNTUK PENGOLAHAN AIR SANITASI DIII TEKNIK KIMIA TUGAS AKHIR DESAIN DAN FABRIKASI ALAT ION EXCHANGER BERBASIS KARBON AKTIF UNTUK PENGOLAHAN AIR SANITASI DIII TEKNIK KIMIA (Design and Fabrication Ion Exchanger-based Activated Carbon for Water Treatment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya era globalisasi menyebabkan peningkatan persaingan di berbagai bidang salah satunya dalam bidang industri air minum dalam kemasan, dimana industri

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DESAIN DAN APLIKASI KOLOM ADSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN ION EXCHANGER BERBASIS ZEOLIT-KARBON AKTIF UNTUK PRODUKSI AIR SANITASI

TUGAS AKHIR DESAIN DAN APLIKASI KOLOM ADSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN ION EXCHANGER BERBASIS ZEOLIT-KARBON AKTIF UNTUK PRODUKSI AIR SANITASI TUGAS AKHIR DESAIN DAN APLIKASI KOLOM ADSORBSI DENGAN MENGGUNAKAN ION EXCHANGER BERBASIS ZEOLIT-KARBON AKTIF UNTUK PRODUKSI AIR SANITASI (Design and Application Adsorption Column with Ion Exchanger using

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kebutuhan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, masak, mandi, mencuci,

Lebih terperinci

MEMPELAJARI TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI DAN PENGENDALIAN MUTU DI PT. COCA COLA AMATIL JAKARTA

MEMPELAJARI TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI DAN PENGENDALIAN MUTU DI PT. COCA COLA AMATIL JAKARTA MEMPELAJARI TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI DAN PENGENDALIAN MUTU DI PT. COCA COLA AMATIL JAKARTA Oleh : HEXA RIANDI F 29.0960 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR MINUM DEMINERAL DALAM KEMASAN GALON PT. SARIGUNA PRIMATIRTA PASURUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PENGOLAHAN AIR MINUM DEMINERAL DALAM KEMASAN GALON PT. SARIGUNA PRIMATIRTA PASURUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PENGOLAHAN AIR MINUM DEMINERAL DALAM KEMASAN GALON PT. SARIGUNA PRIMATIRTA PASURUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : GRACE SRI PURBA 6103012105 SENDY VIOLITA 6103012121 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Klasifikasi Air FARMASI INDUSTRI 02/10/2017

Klasifikasi Air FARMASI INDUSTRI 02/10/2017 Klasifikasi Air FARMASI INDUSTRI Drinking Water a. Tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna. b. Bebas mikro-organisme patogen yang sering dijumpai dalam air, seperti : E. coli,salmonella, Mycobacteri

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 INSTALASI PENGOLAHAN AIR Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan yang cukup besar dalam kehidupan,bagi manusia air berperan dalam pertanian, industri,

Lebih terperinci

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK)

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK) REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK) Asti Sawitri (208 700 573) Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2011 A. Membran Reverse Osmosis (RO) Membran RO dibuat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS 8.1. Sistem Daur Ulang Di BTIK Magetan mempunyai dua unit IPAL yang masingmasing berkapasitas 300 m 3 /hari, jadi kapasitas total dua IPAL 600 m 3 /hari.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan manusia yang mutlak harus dipenuhi dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa yang lain. Kandungan air dalam tubuh manusia rata-rata 65 %

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Air Minum dalam Kemasan Ketika perkembangan zaman semakin menuntut segalanya harus lebih praktis, maka para pengusaha AMDK berusaha mengemas tempat untuk air agar konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) merupakan salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) merupakan salah satu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) merupakan salah satu perusahaan dibawah lisensi The Coca-Cola Company yang memproduksi minuman ringan berkarbonasi maupun minuman

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sinar Sanata Electronic Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi bola lampu untuk kebutuhan rumah tangga (merk Dai-ichi)

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4. Pengumpulan Data 4.. Proses Produksi Sistem produksi yang dilakukan pada PT Sinar Sosro KPB Cakung merupakan sistem produksi dengan kategori batch production.

Lebih terperinci

PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN SARI BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L) DENGAN KAPASITAS 2500 LITER PER JAM PLANT DESIGN OF PINK GUAVA JUICE

PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN SARI BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L) DENGAN KAPASITAS 2500 LITER PER JAM PLANT DESIGN OF PINK GUAVA JUICE PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN SARI BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L) DENGAN KAPASITAS 2500 LITER PER JAM PLANT DESIGN OF PINK GUAVA JUICE (Psidium guajava L) WITH 2500 LITER PER HOUR CAPACITY SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Gambar 4.1 Proses Design 17 18 4.2 PEMBAHASAN Prosedur perencanaan water treatment didalam Pt. Tirta Teknosys melalui beberapa langkah antara lain : 1.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan minuman Sosro pada awalnya merupakan perusahaan keluarga yang didirikan oleh Bapak Sosrodjojo (alm) pada tahun 1940. Merek Sosro yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bagi manusia air adalah salah satu kebutuhan utama. Hal ini dikarenakan manusia tidak hanya membutuhkan air untuk kebutuhan tubuh (minum) tetapi juga membutuhkan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi setiap tahun serta percepatan perkembangan pembangunan yang terjadi di propinsi DKI Jakarta menyebabkan peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) YASMIN DI PT. JAYA LESTARI SEJAHTERA. Hilmy Pandu Oktapriana

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) YASMIN DI PT. JAYA LESTARI SEJAHTERA. Hilmy Pandu Oktapriana ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) YASMIN DI PT. JAYA LESTARI SEJAHTERA Hilmy Pandu Oktapriana Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan, Bogor Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Air demineral SNI 6241:2015

Air demineral SNI 6241:2015 Standar Nasional Indonesia Air demineral ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Air mineral alami SNI 6242:2015

Air mineral alami SNI 6242:2015 Standar Nasional Indonesia Air mineral alami ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Coca Cola Amatil Indonesia Pada Tanggal 12 Oktober 1993, sebuah perusahaan publik Australia yang merupakan perusahaan terbesar di dunia untuk

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA LAPORAN KERJA PRAKTEK DI COCA-COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA Oleh: ANDIKA JATI NUGROHO NPM: 14 060 8050 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2017

Lebih terperinci

REGISTER TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN TERVERIFIKASI

REGISTER TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN TERVERIFIKASI Nomor register : 044/TRL/Reg-1/KLHK Instalasi Pengolahan Air Limbah Merk REDOX Advanced Oxydation Process () System FUNGSI ALAT REDOX adalah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang menggunakan metode

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Laporan Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Oleh: Didit Fitriawan 3305.100.042 Dosen Pembimbing : Ir. Ati Hartati, M.Sc JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. Libe Bumi Abadi yang didirikan pada tanggal 28 Oktober 2005 adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang budi daya, industri pengolahan, pemasaran produk industri siap

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES 78 Direktur Utama Divisi Pemasaran Produksi Direktur Pemasaran Divisi Pengembangan Bisnis Logistik Divisi Pabrik Ass. Pabrik Umum Divisi Manajemen Mutu

Lebih terperinci

Biofouling Pada Industri Bir. Kelompok 1

Biofouling Pada Industri Bir. Kelompok 1 Biofouling Pada Industri Bir Kelompok 1 1 6-+*#( )&$%-'4#;(

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISA KADAR Fe DENGAN METODE PERMANGANOMETRI MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ION (ION EXCHANGER) DALAM AIR SUNGAI BANJARSARI

TUGAS AKHIR. ANALISA KADAR Fe DENGAN METODE PERMANGANOMETRI MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ION (ION EXCHANGER) DALAM AIR SUNGAI BANJARSARI TUGAS AKHIR ANALISA KADAR Fe DENGAN METODE PERMANGANOMETRI MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ION (ION EXCHANGER) DALAM AIR SUNGAI BANJARSARI (Fe Content Analysis with Permanganometry Method Using an Ion Exchanger

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.862, 2011 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. AMDK. Persyaratan Teknis. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/M-IND/PER/12/2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: PENGOLAHAN AIR TANAH ARTESIS MENJADI AIR LAYAK MINUM DI DESA BURUK BAKUL Hikmatul Amri* 1, Syaiful Amri 2 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bengkalis, Bengkalis e-mail: hikmatul_amri@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi mempertahankan hidupnya. Air yang

Lebih terperinci

ecosphere WATER PURIFIER 3in1 PANDUAN PENGGUNA

ecosphere WATER PURIFIER 3in1 PANDUAN PENGGUNA ecosphere WATER PURIFIER 3in1 PANDUAN PENGGUNA DAFTAR ISI Sistem Komponen 3 Gambaran Fungsi 4 Cara Memasang Water Purifier Anda 6 Pemasangan Cartridge 3in1 7 Pengaturan Awal 8 Penggunaan 8 Air yang Dimurnikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat

Lebih terperinci

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Sanitasi Peralatan Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP Definisi Sanitasi Peralatan : Tujuan : membunuh mikroba vegetatif yg tinggal di permukaan

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PT. INDESSO AROMA BATURRADEN

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PT. INDESSO AROMA BATURRADEN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PT. INDESSO AROMA BATURRADEN PROSES INDUSTRI PT. INDESSO AROMA PT. Indesso Aroma merupakan industri manufaktur yang bergerak dibidang pengolahan minyak cengkeh dan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Proses pengolahan air umpan boiler pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Maluku Utara 2x7 MW yang diproses dalam unit Water Treatment Plant (WTP)

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 4 2016 ISSN : 2339028X PERBAIKAN KUALITAS PRODUK SPRITE CAN 250ML MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Much. Djunaidi *), Dilla Rahma Yunita 2) 1,2) Teknik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Definisi Minuman Ringan

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Definisi Minuman Ringan 27 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Definisi Minuman Ringan Minuman ringan termasuk dakam kategori pangan. Adapun pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN,

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI UD. BUGAR BANGKALAN-MADURA

PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI UD. BUGAR BANGKALAN-MADURA PENGOLAHAN AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI UD. BUGAR BANGKALAN-MADURA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: YUNITA KUMALASARI NRP 6103012021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 75 VI. UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM A. Unit Utilitas Seperti halnya dengan pabrik-pabrik kimia lainnya, pada pabrik pembuatan Sodium Styrene Sulfonate dari 2-bromo ethyl benzene dan sulfur triokside

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

Air mineral SNI 3553:2015

Air mineral SNI 3553:2015 Standar Nasional Indonesia ICS 67.160.20 Air mineral Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci