6 ANALISIS STRUCTURE, CONDUCT, PERFORMANCE (SCP) PASAR KARET RAKYAT
|
|
- Surya Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 38 tingkat pendidikan tertinggi petani karet mencapai perguruan tinggi (1%). Usia produktif dan tingkat pendidikan berpengaruh dalam respon inovasi teknologi. Selain itu juga, hal ini mengindikasikan bahwa di wilayah penelitian potensi pengembangan komoditas karet di masa datang memiliki peluang yang cukup menjanjikan, bila didasarkan pada usia petani saat ini. Pengalaman petani karet di Provinsi Jambi dalam usaha tani sudah tinggi yaitu sekitar 10 sampai 20 tahun (62%). Pengalaman dalam usaha tani juga diperlukan dalam respon inovasi teknologi. Pengalaman petani dalam usaha tani karet di Provinsi Jambi sangat terkait dengan awal mulanya dibudidayakan tanaman karet yaitu sekitar 1910an. Faktor umur, pendidikan, dan pengalaman berusaha tani mempunyai peranan penting bagi petani dalam mengembangkan usaha taninya baik dari segi produksi maupun produktivitas. Sebab dalam usia produktif, tingkat pendidikan dan pengalaman yang memadai, petani akan lebih rasional dalam mengambil keputusan untuk memilih jenis komoditas dan skala usahanya. 6 ANALISIS STRUCTURE, CONDUCT, PERFORMANCE (SCP) PASAR KARET RAKYAT Bab 6 membahas sistem pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi dengan pendekatan structure, conduct, performance (SCP). Struktur pasar yang dianalisis yaitu pangsa pasar, konsentrasi pasar, dan hambatan masuk pasar. Analisis perilaku dilakukan secara deskriptif terkait dengan aktivitas pemasaran, penentuan harga serta kerjasama antar lembaga pemasaran. Analisis kinerja pasar mencakup marjin pemasaran, farmer share, dan integrasi pasar vertikal. Setiap analisis akan dijelaskan secara sistematis terkait dengan tujuan penelitian serta akan di jelaskan hubungan antar variabel struktur, perilaku dan kinerja dalam menentukan pola pembentukan harga dan kaitannya dengan efisiensi pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi. Analisis Struktur Pasar (Market Structure) Analisis struktur pasar bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat persaingan yang terjadi dalam pasar karet rakyat di Provinsi Jambi. Identifikasi dilakukan menggunakan analisis pangsa pasar, hambatan masuk pasar dan konsentrasi pasar. Melalui analisis tersebut akan dapat diamati bentuk pasar yang terjadi dalam pasar karet rakyat di Provinsi Jambi. Pangsa pasar dianalisis dengan menggunakan persentase penjualan suatu perusahaan pengolah (eksportir) dengan total penjualan seluruh perusahaan, konsentrasi pasar dianalisis dengan menggunakan konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar (CR4) dan hambatan masuk pasar dianalisis menggunakan Minumum Efficiency Scale (MES). Pangsa Pasar dan Konsentrasi Pasar Pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi sebagian besar ditujukan pada pasar ekspor dalam bentuk SIR 20 dan SIR 10, karet dari petani berbentuk bokar (bahan olahan karet rakyat) dipasarkan hingga pabrik Crumb rubber sebagai
2 pabrik pengolah dan eksportir kemudian pabrik akan mengolah bokar dari petani menjadi SIR 20 dan SIR 10 untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri dan dalam negeri. Selama tahun 2012 ekspor karet yang berasal dari Provinsi Jambi mencapai 290 ton dan sebagian besar (63.78 persen) diekspor ke negara Jepang, China dan Amerika Serikat. (Disperindagkop Provinsi Jambi 2012). Besarnya volume karet yang dipasarkan ke pasar dunia menunjukkan bahwa eksportir memiliki peran strategis dalam pasar karet di Provinsi Jambi. Saat ini jumlah perusahaan pengolah yang melakukan perdagangan karet ke luar negeri (eksportir) sebanyak 10 unit. Perhitungan pangsa pasar perusahaan diperoleh melalui data realisasi ratarata penjualan karet per bulan di empat perusahaan karet terbesar terhadap total penjualan karet di Provinsi Jambi. Pada tabel 7 terlihat nilai pangsa pasar pada setiap pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi. Tabel 7 Pangsa pasar dan konsentrasi pasar 10 pabrik crumb di Provinsi Jambi Nama Perusahaan Ratarata Volume Pangsa pasar Penjualan Karet (w) (kg/bulan) CR4 PT Djambi Waras PT Aneka Bumi Pratama PT Remco PT Megasawindo Perkasa PT Batanghari Tembesi PT Hoktong PT Angkasa Raya DJambi PT Anugerah Bungo Lestari PT Golden Energi PTPN VI Jumlah Hasil analisis konsentrasi pasar (CR4) menunjukkan bahwa terdapat empat perusahaan terbesar yang menguasai persen dari total penjualan karet di Provinsi Jambi. Artinya tingkat persaingan perusahaan ekspor karet di Provinsi Jambi terkonsentrasi dengan tingkat persaingan kecil hal ini dikarenakan terdapat 4 (empat) perusahaan terbesar yang menguasai penjualan karet di Provinsi Jambi. Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar antara 60 hingga 80 persen artinya industri semakin terkonsentrasi dan semakin sedikit jumlah produsen yang berada di pasar maka tingkat persaingan kecil, sedangkan semakin rendah rasio konsentrasi pasar artinya konsentrasi pasar yang rendah dan persaingan lebih tinggi (Jaya, 2001). Kondisi ini juga menggambarkan bahwa pasar karet rakyat di Provinsi Jambi cenderung berada dalam struktur pasar oligopoli ditingkat pabrik dan petani menghadapi pasar oligopsoni. Kohls dan Uhl (2002) menyatakan bahwa apabila CR4 perusahaan terbesar lebih dari 50 persen, maka struktur pasar cenderung berada pada kondisi pasar oligopoli. Pasar oligopoli merupakan bentuk pasar dengan beberapa penjual dalam suatu industri yang memiliki persaingan yakni persaingan harga dan nonharga untuk memperoleh konsumen (Baye, 2010). Konsekuensi bagi petani dalam menghadapi struktur pasar oligopsoni adalah petani cenderung sebagai penerima harga (price taker) dan posisi tawar petani 39
3 40 lemah (bargaining position) yakni petani tidak memiliki kekuatan dalam menentukan harga jual karet yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuprin (2009) dalam pasar karet di Kabupaten Kapuas dan Giroh et al. (2010) dalam pasar karet alam di Nigeria yang menunjukkan bahwa adanya dominasi pelaku pemasaran yang menentukan harga dan petani cenderung sebagai penerima harga (price taker). Analisis pangsa pasar perusahaan dapat dilihat juga melalui nilai HHI (HerfindahlHirschman Index). Baye (2010) menyatakan bahwa nilai HHI dapat dihitung dengan menggunakan jumlah total kuadrat pangsa pasar (market share) dari perusahan yang berada pada suatu industri. Pada tabel 8 terlihat nilai HHI (HerfindahlHirschman Index) pada pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi. Tabel 8 HerfindahlHirschman Index (HHI) pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi Tahun 2012 Nama Perusahaan Ratarata Volume Pangsa pasar Penjualan Karet (w) (kg/bulan) PT Djambi Waras PT Aneka Bumi Pratama PT Remco PT Megasawindo Perkasa PT Batanghari Tembesi PT Hoktong PT Angkasa Raya DJambi PT Anugerah Bungo Lestari PT Golden Energi PTPN VI Jumlah HHI=10000Σwi Berdasarkan Tabel 8 nilai HHI pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi bernilai Baye (2010) mengemukakan bahwa nilai HHI berada diantara Jika nilai HHI sama dengan 0, maka terdapat perusahaanperusahaan dalam industri yang sangat kecil. Namun, jika nilai HHI diatas 0 hingga mengindikasikan bahwa pangsa pasarnya bernilai 1. Artinya CR4 berada pada sedikit persaingan antara produsen dan konsumen (pasar terkonsentrasi). Hal ini sesuai dengan kesimpulan pada analisis CR4 bahwa pasar karet di Provinsi Jambi menghadapi pasar dengan tingkat persaingan yang kecil dengan konsentrasi tinggi. Hambatan Masuk Pasar Perusahaan dalam suatu industri memiliki kekuatan tersendiri sehingga mampu bertahan menghadapi pesaing baru yang akan masuk pada suatu industri tersebut. Setiap perusahaan baru memiliki peluang dan kesempatan untuk bersaing. Persaingan yang terjadi merupakan persaingan alami yang potensial. Namun, perusahaan tersebut menghadapi hambatan pasar yang ada sehingga menimbulkan penurunan kesempatan atau mempengaruhi cepat atau lambat masuknya perusahaan baru dalam suatu pasar. Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyak pesaing bermunculan untuk bersaing mencapai target yang diinginkan.
4 Analisis hambatan masuk pasar bertujuan untuk melihat banyaknya lembaga pemasaran yang dapat masuk untuk bersaing merebut pangsa pasar. Hambatan masuk pasar hal yang dimungkinkan terjadi dalam suatu struktur pasar. Adanya kesempatan dan peluang dalam melakukan bisnis memungkinkan banyak perusahaan baru yang masuk untuk menguasai pasar. Masuknya lembaga pemasaran baru akan menimbulkan pesaing sekaligus ancaman bagi lembaga pemasaran yang sudah ada. Hambatan masuk pasar dapat dihitung menggunakan MES (Minimum Efficiency Scale). Nilai MES diperoleh dari volume penjualan karet oleh perusahaan terbesar di Provinsi Jambi terhadap total penjualan karet di Provinsi Jambi. Artinya bila nilai MES > 10 % mengindikasikan terdapat hambatan masuk pasar bagi perusahaan baru (Jaya, 2001). Pada tabel 9 terlihat perkembangan nilai MES (Minimum Efficiency Scale) selama kurun waktu 2007 sampai Tabel 9 Nilai MES (Minimum Efficiency Scale) pabrik crumb rubber di Provinsi Jambi Tahun (%) Tahun MES a (%) Keterangan Ada hambatan masuk Ada hambatan masuk Ada hambatan masuk Ada hambatan masuk Ada hambatan masuk Ada hambatan masuk Ratarata a Persentase penjualan karet terbesar dari suatu perusahaan terhadap total penjualan karet di Provinsi Jambi Berdasarkan Tabel 9 Nilai MES cenderung berfluktuatif selama lima tahun karena PT. DJambi Waras sebagai perusahaan terbesar di Provinsi Jambi tahun 2007 hingga menghasilkan produksi karet yang fluktuatif sehingga menghasilkan MES yang fluktuatif pula. Hambatan masuk terbesar yaitu persen dan pada tahun 2012 sebesar persen. Fluktuasi nilai MES terjadi karena adanya perubahan jumlah penjualan karet yang dilakukan oleh perusahaan. walaupun demikian, nilai MES yang terlihat lebih besar dari 10 persen. Nilai ratarata MES dari tahun 2007 hingga 2012 mencapai artinya nilai MES lebih dari 10 persen. Hal ini mengindikasikan adanya hambatan masuk dalam perdagangan karet di tingkat perusahaan pengolah (eksportir). Artinya angka tersebut merupakan indikator output minimal bagi pesaing baru untuk bersaing dalam industri crumb rubber di Provinsi Jambi. Bagi perusahaan, tingginya hambatan masuk pasar antara lain disebabkan oleh beberapa faktor yaitu oleh besarnya modal yang dibutuhkan, kerjasama antar perusaaan dan jaringan rantai pasok bahan baku yang kuat dengan pedagang pengumpul dan petani. 41 Analisis Perilaku Pasar (Market Conduct) Perilaku pasar karet rakyat di Provinsi Jambi dianalisis secara deskriptif. Analisis perilaku pasar akan menggambarkan perilaku setiap lembaga pemasaran
5 42 dalam menghadapi struktur pasar yang ada. Adapun elemen yang terdapat dalam perilaku pasar meliputi lembaga dan praktek fungsi pemasaran yang didalamnya akan terlihat kondisi kerjasama antar lembaga pemasaran, saluran pemasaran, mekanisme penentuan harga dan sistem pemasaran. Lembaga dan Praktek Fungsi Pemasaran Lembaga pemasaran merupakan badan usaha atau individu yang melakukan kegiatan atau fungsi pemasaran sehingga produk atau jasa akan berpindah dari produsen ke konsumen. Adapun lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi meliputi petani, pedagang pegumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar Provinsi, pasar lelang karet, dan pabrik pengolah karet (crumb rubber). a. Petani merupakan pemilik produk hasil panen yang siap dijual. Petani dalam penelitian ini bukan hanya sebagai pemilik lahan saja tetapi juga petani penyadap yang menyadap batang karet orang lain dengan sistem bagi hasil maupun sistem upahan. b. Pedagang pengumpul desa atau tauke desa merupakan pedagang yang mengumpulkan bokar (bahan olahan karet) dari petani. Pedagang pengumpul desa hanya mengumpulkan bokar dalam satu desa dan kemudian menjualnya ke lembaga pemasaran lain yaitu ke pasar lelang karet atau ke pedagang besar Provinsi. Lembaga pemasaran ini berdomisili di daerah penelitian. c. Pedagang pengumpul kecamatan atau tauke kecamatan merupakan pedagang yang mengumpulkan bokar dari petani yang berada di beberapa desa dalam kecamatan yang sama. Pedagang pengumul kecamatan memiliki cakupan pemasaran yang lebih besar dari pedagang pengumpul desa. Lembaga pemasaran ini menjual bokar dari petani ke pedagang besar Provinsi. d. Pedagang besar Provinsi merupakan pedagang yang memperoleh bokar dari berbagai pedagang di dalam Provinsi Jambi. Penjual biasanya langsung mendatangi pedagang besar Provinsi dalam transaksi jual beli. Lembaga pemasaran ini merupakan kaki tangan pabrik atau orang yang dipercaya oleh pabrik untuk menyuplai bahan baku dari petani. Lembaga ini memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dari pada pedagang lainnya. e. Pasar lelang karet merupakan sarana bertemunya petani dan pedagang atau pabrikan secara langsung dimana pembentukan harga yang terjadi dilakukan secara transparan tanpa ada kolusi antar pelaku usaha dan tanpa tekanan dari pihak manapun. Pelaku pasar lelang meliputi penjual, pembeli, panitia lelang, lembaga penjamin, perbankan. Pihak penjual dapat meliputi petani produsen individu skala besar, kelompok tani, koperasi/kud. Sedangkan pihak pembeli dapat meliputi pedagang pengumpul tingkat kabupaten, pedagang pengumpul antar daerah, maupun pabrik crumb rubber. f. Pabrik crumb rubber (Eksportir). Perusahaan atau lembaga yang mengolah bokar dari petani menjadi SIR 20 atau SIR 10 serta memasarkannya ke negara konsumen. Lembaga ini memperoleh bahan baku dari kelompok tani, pedagang pengumpul maupun dari pasar lelang karet. Setiap lembaga pemasaran mampu menciptaan nilai secara spesifik untuk produk dan jasa yang ditawarkan (Levens 2010). Penciptaan nilai ini dapat dilakukan melalui fungsifungsi pemasaran. Fungsi pemasaran tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan
6 penjualan), fungsi fisik (pengolahan, transportasi/pengangkutan dan penyimpanan) dan funngsi fasilitas (standardisasi, pennanggulangan risiko, pembiayaan dan informasi pasar) (Kohls dan Uhl 2002). Adapun fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran karet rakyat akan dijelasakan berikut: Petani Karet Petani karet merupakan pemilik bokar hasil panen yang siap dijual. Petani dalam penelitian ini bukan hanya sebagai pemilik lahan tetapi juga petani penyadap yang menyadap batang karet orang lain dengan sistem bagi hasil maupun sistem upahan. Ratarata petani karet mengolola tanaman karet sebanyak pohon. Semakin tinggi tingkat ekonomi petani karet maka total luas lahan tanam karet akan semakin tinggi dan jumlah tanaman karet akan semakin banyak, begitu sebaliknya. Kebun karet dikelola baik secara intensif maupun non intensif. Budidaya intensif yakni pengelolaan kebun karet dengan memperhatikan kebersihan kebun karet yang dikelola sedangkan budidaya non intensif yaitu kebun karet yang dikelola secara agroforestri (hutan karet) dengan membiarkan tanaman lain tumbuh bersama pada satu lahan. Para petani karet di Provinsi Jambi saat ini masih banyak yang menggunakan bibit karet cabutan, anakan liar, atau hasil semaian karet dari pohon karet alam yang dibudidayakan sebelumnya. Meskipun demikian, bibit karet unggul sebenarnya sudah dikenal luas oleh petani. Bibit karet unggul dihasilkan dengan teknik okulasi antara batang atas dengan batang bawah yang tumbuh dari karetkaret karet pilihan. Okulasi dilakukan untuk mendapatkan bibit karet berkualitas tinggi. Batang atas dianjurkan berasal dari karet klon PB260, IRR118, RRIC100 dan batang bawah dapat menggunakan bibit dari karet karet klon PB20, GT1, dan RRIC100 yang diambil dari pohon berumur lebih dari 10 tahun. Perawatan secara rutin dalam pertumbuhan tanaman karet seperti pemangkasan, pemupukan, pengairan atau penyiraman, dan pengobatan kurang dilakukan oleh petani. Untuk ketiga kecamatan yang diamati, perawatan petani terhadap tanaman karet bervariasi. Kecamatan Pelepat dan Kecamatan Bajubang kegiatan perawatan masih relatif rendah, terutama pada pemupukan dan pengobatan. Sedangkan beberapa desa di Kecamatan Muarabulian sudah melakukan proses perawatan yang baik. Petani karet di Provinsi Jambi sebagian besar menyadap batang karet setiap hari dan mencetak bokar 47 hari sekali. Penanganan pasca panen karet dan kualitas bokar dijual oleh petani di Provinsi Jambi dipengaruhi oleh tingkat ekonomi petani. Petani yang tingkat ekonominya kurang, akan melakukan penjualan dengan segera mungkin setelah panen dilakukan, hal ini akan berakibat pada rendahnya pendapatan yang diperoleh petani karena KKK masih tergolong rendah. Petani karet yang berada di Provinsi Jambi menjual bokar kepada beberapa alternatif pemasaran diantaranya pasar lelang karet pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, dan pabrik. Harga karet tergantung pada perlakukan yang telah dilakukan oleh petani karet dan kepada siapa petani menjual bokarnya. Bahan olah karet rakyat atau lateks asalan yang berkembang didaerah sentra produksi karet di Provinsi Jambi adalah bentuk slab tebal (ojol). Ada beberapa cara pengolahan slab yang biasa dilakukan petani yaitu pembekuan slab dengan cuka para, pembekuan slab dengan Pupuk P dan pembekuan slab 43
7 44 secara alami. Namun dari hasil pengamatan pembekuan slab dengan pupuk P sudah mulai berkurang karena kelangkaan pupuk dan harga pupuk yang mahal. Apabila dilihat dari kualitas slab yang di produksi yakni dengan semua komponen mutu yaitu: KKK, Po, PRI, kadar abu, dan kadar kotoran masih belum memenuhi persyaratan mutu. Pada tabel 10 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh petani responden. Tabel 10 Fungsifungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat petani Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas Penjualan Transportasi Penyimpanan Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Informasi Pasar Keterangan: PPD = Pedagang pengumpul desa PPKec = Pedagang pengumpul kecamatan PLK = Pasar lelang karet PPD/PPKec/PLK/Pabrik PPD/PPKec PPD/PPKec/PLK/Pabrik Pasar Lelang Karet Pasar lelang dibentuk untuk melakukan kontrol terhadap harga yang ditetapkan oleh tauke atau pedagang pengumpul yang membeli karet dari petani secara langsung. Melalui pasar lelang, harga bahan olahan karet (bokar) dibeli dari petani berdasarkan kualitas karet yang diproduksi. Harga yang ditentukan oleh pasar lelang biasanya lebih besar dari harga beli tauke atau pedagang pengumpul yang ada di desa atau kecamatan. Namun, kondisi dilapangan masih banyak petani yang menjual karetnya pada pedagang pengumpul yaitu sebesar persen. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu keterikatan hutang atau pinjaman, proses jual beli yang mudah dan keparcayaan pada pedagang pengumpul walaupun harga jual lebih murah dibandingkan dengan harga di pasar lelang. Pada tabel 11 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pasar lelang karet. Tabel 11 Fungsifungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat pasar lelang karet Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas Pembelian Penjualan Transportasi Penyimpanan Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Petani/PPD Pabrik Perbankan Petani/PPD/Pabrik Informasi Pasar Keterangan: PPD = Pedagang pengumpul desa
8 Pasar lelang dapat meningkatkan mutu karet petani, mengurangi fluktuasi harga yang terjadi (elastisitas) dan memberikan pengaruh pendapatan petani produsen di sekitar pasar lelang karet. Harga Karet melalui pedagang pengumpul ditentukan secara sepihak oleh pedagang berdasarkan penilaian kadar karet kering (KKK), tanpa adanya perbandingan harga dan mutu sebagai pedoman. Kondisi tersebut meyebabkan posisi tawar petani lemah serta petani cenderung berada pada kondisi price taker (menerima harga). Pada lokasi penelitian terdapat 3 (tiga) pasar lelang karet (PLK) dan telah terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi yaitu PLK Desa Panerokan, PLK Desa Ladang Peris dan PLK Kecamatan Pelepat. Pertama pasar lelang karet di Pasar lelang di Desa penerokan. PLK ini didirikan pada tahun 1989 yang dikelola oleh KUD Berdikari yang berada di desa tersebut. Pasar lelang penerokan beroperasi setiap hari rabu pada dua minggu sekali. Ratarata volume perdagangan karet di PLK Desa Panerokan yaitu 810 ton perlelang. Kedua, PLK Desa Ladang Peris didirikan pada tahun 2004 yang dikelola oleh pengurus pasar lelang bekerja sama dengan dua kelompok tani yaitu kelompok tani Sido Dadi dan kelompok tani Karya Abadi. Setiap anggota dari kelompok tani tersebut dianjurkan untuk menjual ke PLK ladang peris sehingga pasar lelang ini memiliki petani tetap yang menjual karet. PLK Ladang Peris ini beroperasi dua minggu sekali pada hari senin. Pasar ini beroperasi seminggu setelah pasar lelang di Desa Penerokan. Ratarata volume perdagangan karet di PLK Desa Ladang Peris yaitu 1012 ton perlelang. Ketiga, PLK Kecamatan Senamat didirikan pada tahun 2003 yang dikelola oleh pengurus pasar lelang dan diketuai oleh manajer pasar lelang. Pasar lelang ini merupakan pasar lelang terbesar di Provinsi Jambi dan memiliki menajemen pengelolaan yang baik sehingga peserta lelang bukan hanya berasal dari Kecamatan Pelepat saja tetapi juga dari luar Kabupaten bahkan luar Provinsi Jambi. PLK ini beroperasi dua minggu sekali pada hari rabu. Ratarata volume perdagangan karet di PLK Senamat yaitu 5060 ton perlelang. Pemasaran pada PLK dilakukan secara terbuka dengan sebagai berikut, masingmasing pabrik sebagai calon pembeli menetapkan harga bokar yang ditawarkan petani. Kemudian setelah semua calon pembeli menetapkan masingmasing harga untuk bokar petani, petani berhak memilih harga jual bokar dengan penawaran tertinggi sehingga petani dapat memperoleh pedapatan yang lebih baik. Pada satu kali perdagangan di PLK biasanya dihadiri oleh 45 pabrik yang menawarkan harga bokar sesuai dengan harga jual yang ditentukan pabrik dan kualitas bokar yang diperdagangkan.untuk informasi pasar, yang berupa perkembangan harga beli dan harga jual, diperoleh langsung dari pabrik maupun Dinas Perdagangan Provinsi Jambi Adapun sistem pembayaran yang diterapkan pada PLK dari utusan pabrik sebagai pembeli kepada petani sebagai penjual adalah pembayaran secara tunai. Pedagang Pengumpul Desa Pedagang pengumpul desa menghubungkan petani karet dengan pedagangpedagang tingkat selanjutnya. Pedagang pengumpul desa mengumpulkan bokar dari petani yang berada di lingkungan desanya dan sekitar desanya. Pedagang pengumpul desa umumnya bertempat tinggal di lokasi desa yang sama atau bahkan bisa datang dari desa sekitar. Beberapa pedagang pengumpul desa yang terdapat di Provinsi Jambi juga berprofesi sebagai petani. Petani tersebut 45
9 46 merupakan petani yang mempunyai modal cukup dalam melakukan kegiatan usaha ini. Pada tabel 12 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa. Tabel 12 Fungsifungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat pedagang pengumpul desa Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas Keterangan: PPKec PLK PB Provinsi Pembelian Penjualan Transportasi Penyimpanan Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Informasi Pasar = Pedagang pengumpul kecamatan = Pasar lelang karet = Pedagang besar Provinsi Petani PLK/PBProvinsi Perbankan Petani/PLK/PBProvinsi Pedagang pengumpul desa tidak melakukan pengolahan sehingga bokar yang dibeli dari petani hanya disimpan sebelum dijual kembali pada lembaga pemasaran berikutnya. Pada saat musim hujan pedagang pengumpul desa memerlukan modal yang besar untuk membeli bokar dari petani karena pada musim ini bokar yang dihasilkan relatif lebih banyak dari biasanya. Beberapa pedagang pengumpul desa melakukan peminjaman kepada pihak perbankan maupun kepada pedagang dengan tingkat yang lebih besar. Pedagang pengumpul desa memperoleh informasi pasar dari pasar lelang, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul tingkat kabupaten dan pedagang besar. Informasi yang diterima diantaranya mengenai perkembangan harga jual dan juga kualitas bokar. Pedagang Pengumpul Kecamatan Pedagang pengumpul kecamatan adalah pedagang yang menampung penjualan bokar masih dalam lingkup satu kecamatan. Sama seperti dengan pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan merupakan anggota rantai pasok karet rakyat yang berperan penting. Transaksi pembelian bokar dapat dilakukan di tempat pengumpul yang lingkupnya lebih kecil dengan mendatangi langsung atau menunggu di rumah pedagang. Sebagian besar pedagang pengumpul kecamatan sudah mempunyai pedagang pengumpul lingkup lebih kecil yang menjadi langganan. Setiap pedagang pengumpul kecamatan memberikan harga yang berbeda tergantung dari kualitas bokar yang dijual. Begitu juga penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul kecamatan ke pedagang berikutnya yang sesuai dengan kualitas bokar. Pada tabel 13 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kecamatan.
10 Tabel 13 Fungsifungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat pedagang pengumpul kecamatan Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas Keterangan: PB Provinsi Pembelian Penjualan Transportasi Penyimpanan Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Informasi Pasar = Pedagang besar Provinsi Petani PBProvinsi Perbankan Petani/PBProvinsi Pedagang pengumpul kecamatan menggunakan mobil pick up dalam mengumpulkan bokar dengan mendatangi langsung penjualnya. Bokar ditampung, sehingga terkumpul dalam jumlah banyak sebelum dijual. Pedagang pengumpul kecamatan melakukan penyimpanan pada gudang yang dimiliki sendiri. Pedagang pengumpul kecamatan juga memerlukan modal dalam melakukan pembelian bokar dari pengumpul yang lebih kecil. Selain berasaldari modal sendiri, pinjaman modal juga berasal dari perbankan yang memiliki prosedur tidak rumit. Keperluan utama pengumpul dengan pihak perbankan terkait dengan kredit yang digunakan sebagai sumber dana bagi peningkatan investasi dan modal dagang. Untuk informasi pasar, yang berupa perkembangan harga beli dan harga jual, diperoleh dari pengumpul yang lingkup kecil, pedagang pengumpul tingkat kabupaten maupun pedagang besar, serta dari mekanisme pasar yang terjadi. Adapun sistem pembayaran yang diterapkan oleh pedagang pengumpul kecamatan terhadap pedagang pengumpul sebelumnya adalah pembayaran tunai. Pedagang Besar Provinsi Pedagang besar Provinsi menampung penjualan dalam lingkup satu Provinsi. Transaksi pembelian bokar biasanya dilakukan di tempat pengumpul yang lingkupnya lebih kecil dengan mendatangi langsung atau beberapa petani yang mendatangi langsung ke gudang pedagang besar Provinsi. Pedagang besar Provinsi biasanya sudah mempunyai jaringan pemasaran yang tertata dengan baik dan pedagang pengumpul lingkup lebih kecil yang sudah menjadi langganan. Pedagang besar Provinsi menggunakan mobil truk untuk mempermudah kegiatan pembelian dan penjualan. Pedagang besar Provinsi melakukan penyimpanan pada gudang yang dimiliki sendiri untuk menampung bokar, sehingga terkumpul dalam jumlah banyak sebelum dijual. Pada proses pengangkutan bokar ke pabrik yang terletak tidak jauh dari lokasi besar Provinsi. Walaupun mendapat dukungan dana dari hubungan kemitraan dengan pabrik, pedagang besar Provinsi masih melakukan peminjaman modal, diantaranya berasal dari perbankan untuk meningkatkan jangkauan pasar. Untuk informasi pasar, yang berupa perkembangan harga beli dan harga jual, diperoleh dari pedagang pengumpul yang lingkup lebih sempit, pabrik serta dari mekanisme pasar yang terjadi. Adanya hubungan yang sangat kuat terjadi pada pedagang besar Provinsi dengan pabrik, hal ini terlihat dari cukup tersedianya informasi harga yang diperoleh, disamping itu terdapat jalinan kerjasama antara 47
11 48 lembaga pemasaran tersebut dalam permodalan. Pada tabel 14 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pedagang besar Provinsi. Tabel 14 Fungsifungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat pedagang besar Provinsi Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas Pembelian Penjualan Transportasi Penyimpanan Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Informasi Pasar Keterangan: PPD = Pedagang pengumpul desa PPKec = Pedagang pengumpul kecamatan PPD/PPKec Pabrik Perbankan PPD/PPKec/Pabrik Pabrik Crumb Rubber Karet remah (crumb rubber) adalah bahan olahan karet (bokar) yang diproses melalui tahap peremahan. Bahan olahan karet sendiri adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet (Hevea brasiliensis). Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan karet remah dibedakan menjadi bahan baku lateks dan bahan baku karet rakyat yang bermutu rendah. Bahan baku yang berasal dari lateks diolah menjadi koagulum dan lump. Pabrik karet remah (crumb rubber) ada yang mengolah karet remah dengan bahan koagulum lateks atau lateks yang telah mengalami proses koagulasi. Bahan baku yang paling dominan adalah lump karena pengolahan karet remah (crumb rubber) bertujuan untuk mengangkat derajat bahan baku mutu rendah menjadi produk yang bermutu tinggi. Produksi karet di Provinsi Jambi masih sebatas menjadi crumb rubber (karet remah) atau bahan baku industri karet. Pembeli produk ini adalah sebagian besar adalah perusahaan ban seperti Goodyear, Michelin, dan Bridgestone dari luar negeri. Dengan demikian, orientasi pasar perusahaan karet di Provinsi Jambi didominasi ekspor dengan negara tujuan adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina, Brazil dan beberapa negara di Eropa. Aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh dilengkapi oleh beberapa fasilitas seperti alat pengukur KKK dan beberapa alat angkut seperti colt pick up, colt diesel, dan fusho. Saat ini yang menjadi pembeli utama adalah pabrik dalam ban dalam negeri (25 persen) dan pabrik ban eropa (70 persen). Pasokan bahan baku pada pabrik crumb rubber diperoleh melalui pedagang pengumpul di berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Jambi dan petani karet yang secara langsung menjual ke pabrik yang tergabung dalam kelompok tani baik dengan kontrak kemitraan maupun non kemitraan. Pada tabel 15 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pabrik crumb rubber.
12 Tabel 15 Fungsifungsi pemasaran dan kerjasama di tingkat pabrik crumb rubber Fungsi pemasaran Keterangan Kerjasama Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas Pembelian Penjualan Transportasi Penyimpanan Penanggungan resiko/susut Pembiayaan Informasi Pasar Petani/PLK/PPD/PPKec Ekspor/Domestik Perbankan Petani/PLK/PPD/PPKec/ Ekspor/Domestik Keterangan: PPD = Pedagang pengumpul desa PPKec = Pedagang pengumpul kecamatan PLK = Pasar lelang karet Pedagang maupun petani sebagian besar secara langsung menjual bokar ke pabrik, tetapi pada saat waktu pasar lelang karet, utusan pihak pabrik langsung membeli bokar petani di pasar lelang karet tersebut. Pedagang maupun petani yang merupakan pemasok bahan baku biasanya merupakan mitra yang sudah bekerjasama sejak lama dan sudah memiliki ikatan hubungan yang cukup erat sehingga informasi yang diperoleh pedagang maupun petani yang menjual bokar ke pabrik mudah dan cepat. Walaupun mendapat dukungan dana dari hubungan kemitraan dengan buyer luar negeri, pabrik crumb rubber melakukan peminjaman modal, diantaranya berasal dari perbankan untuk meningkatkan jangkauan pasar. Untuk informasi pasar, yang berupa perkembangan harga beli dan harga jual, diperoleh dari pedagang pengumpul yang lingkup lebih sempit, konsumen (buyer) serta dari mekanisme pasar yang terjadi. Adanya hubungan yang sangat kuat terjadi pada pabrik dan konsumen, hal ini terlihat dari cukup tersedianya informasi harga yang diperoleh, disamping itu terdapat jalinan kerjasama antara lembaga pemasaran tersebut dalam permodalan. Pada tabel 16 menunjukkan fungsi pemasaran yang dilakukan serta kerjasama yang dilakukan oleh pedagang besar Provinsi. Mekanisme Penentuan Harga Secara teknis, penentuan harga karet berdasarkan pada tingkat kualitas karet yang dipasarkan. Kualitas karet meliputi KKK (kadar karet kering), jenis koagulan yang digunakan, dan kebersihan bokar yakni dengan tatal (kotoran kayu, daun dan sebagainya) atau tanpa tatal. Ditingkat eksportir penentuaan harga dilakukan melalui kontrak jual beli antara eksportir dan buyers dengan mengacu pada perkembangan harga pasar dunia yakni bursa perdagangan karet di Singapura Commodity Exchange (SICOM) atau Tokyo Commodity Exchange (TYCOM). Nilai kontrak ekspor biasanya berbasis FOB (free on board) yaitu barang diatas kapal di pelabuhan eksportir. Umumnya kesepakatan harga antara eksportir dengan buyer terjadi melalui sistem tawarmenawar. Selain itu kerjasama yang telah terjalin meningkatkan kepercayaan buyer terhadap nilai harga yang ditetapkan oleh eksportir. Penentuan harga karet ditingkat petani oleh pedagang pengumpul terlihat pada Tabel
13 50 Tabel 16 Proses Penentuan Harga Karet pada Setiap Lembaga Pemasaran Lembaga pemasaran Sumber informasi harga Proses penentuan harga Petani Pedagang pengumpul, petani lain Ditentukan oleh pedagang pengumpul Pedagang pengumpul desa Pasar lelang karet, pabrik Ditentukan oleh pedagang besar Pedagang pengumpul kecamatan Pabrik, pasar lokal Ditentukan oleh pedagang besar Pedagang besar Provinsi Pabrik, pasar lokal Tawarmenawar, Ditentukan oleh pabrik Pasar lelang Pabrik dan pasar dunia Tawarmenawar Pabrik crumb rubber Pasar dunia, Buyer Tawarmenawar Menurut standar mutu bahan olah karet (SNI), mutu bokar dikatakan baik ditandai oleh: (1) Ketebalan 5 15 cm; (2) Menggunakan koagulan asam semut/deorub; (3) Lama penyimpanan atau pengeringan ratarata 2 minggu dengan tidak merendam bokar di dalam air; (4) Kadar Karet Kering (KKK) lebih dari 40 % dan; (5) Bokar tidak tercampur kotoran. Apabila dibandingkan bokar yang dihasilkan petani baik dari syaratsyarat konsistensi maupun kontaminasi dengan standar mutu bokar sesuai SNI tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa mutu karet yang dihasilkan petani kurang baik dan petani memperoleh harga yang lebih baik. Pada umumnya kesepakatan harga antara eksportir dan importir terjadi melalui sistem tawarmenawar hal penting menjadi perhatian adalah pembentukan harga sangat dipengaruhi oleh kemampuan eksportir dalam melakukan negosisasi. Hal ini menunjukkan bahwa posisi tawar petani lemah dalam penentuan harga. Analisis Saluran Pemasaran Karet Rakyat Analisis saluran pemasaran dilakukan untuk melihat perilaku setiap lembaga pemasaran dalam menentukan saluran yang digunakan dalam pemasaran karet. Saluran pemasaran merupakan suatu jaringan dari semua pihak yang terlibat dalam mengalirnya produk atau jasa dari produsen kepada konsumen (Levens, 2010). Saluran pemasaran digunakan karena produsen kekurangan sumberdaya untuk melakukan pemasaran langsung ke tangan konsumen (Levens, 2010). Saluran pemasaran yang dilalui oleh petani sejumlah 5 (lima) jenis saluran yang berbeda. Berdasarkan responden petani (n=100), pedagang pengumpul desa (n=11), pedagang pengumpul kecamatan (n=5), pedagang besar Provinsi (n=3) dapat digambarkan dalam saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang paling banyak dilalui oleh responden adalah saluran 1 sebanyak 40 persen. Saluran pemasaran yang paling sedikit dilalui adalah saluran 5 sebanyak 28 persen. Saluran 5 yakni petani langsung menjual ke pabrik. Saluran ini hanya dapat dilalui oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani dengan volume penjualan yang besar, mutu yang sesuai standar pabrik, adanya kontrak dengan pabrik dan memiliki fasilitas transportasi yang baik dalam pengangkutan. Saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi terlihat pada Gambar 11.
14 51 Petani 1 20% 4 12% 5 PPDesa PPKec 40% % % 28% Pasar Lelang PBProvinsi Pabrik crumb rubber (Eksportir) Konsumen Dalam Negeri Konsumen Luar Negeri Gambar 11 Saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi Analisis Kinerja Pasar (Market Performance) Marjin Pemasaran Analisis marjin pemasaran bertujuan untuk melihat perbedaan harga di berbagai tingkat lembaga pemasarn. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di tingkat lembaga pemasaran dengan harga yang diterima petani (Tomek dan Robinson, 1990). Marjin disetiap lembaga pemasaran merupakan perbedaan antara harga jual dengan harga beli pada lembaga tertentu. Analisis marjin pemasaran dilakukan mulai dari petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar Provinsi, pasar lelang karet dan pabrik crumb rubber. Berdasarkan saluran pemasaran yang dilalui petani terlihat bahwa saluran 3 memiliki marjin pemasaran yang lebih tinggi sedangkan saluran 5 memiliki marjin pemasaran terkecil. Analisis farmer share bertujuan untuk melihat seberapa besar bagian harga yag diterima petani dengan harga di konsumen akhir. Farmer share merupakan perbedaan antara harga retail dan margin pemasaran (Kohls dan Uhl, 2002). Terdapat dua cara dalam menghitung farmer share yaitu marketing bill approach dan market basket approach. Marketing bill approach merupakan rasio dari nilai seluruh produksi petani terhadap nilai yang dibayarkan konsumen (Kohls dan Uhl, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di farmer share terbesar diperoleh perani pada saluran 5. Hal ini dikarenakan petani langsung menjual karet ke pabrik sehingga harga jual petani sama dengan harga beli pabrik. Sedangkan farmer share terkecil diperoleh petani pada saluran 3 yaitu sebesar persen.
15 52 Farmer share Berdasarkan saluran pemasaran yang dilalui petani, terlihat bahwa saluran tiga memiliki marjin pemasaran yang lebih tinggi sedangkan saluran lima memiliki marjin pemasaran terkecil. Total marjin pemasaran terbesar terdapat pada saluran tiga, yaitu sebesar Rp per kilogram. Besarnya marjin yang dihasilkan untuk tiap saluran pemasaran yang ada ditentukan oleh panjang pendeknya rantai pemasaran dan banyak tidaknya lembagalembaga pemasaran yang terkait dalam saluran pemasaran tersebut. Biaya pemasaran yang paling tinggi pada jalur pemasaran karet rakyat yang ada diprovinsi Jambi ditanggung oleh saluran lima, yaitu sebesar Rp per kilogram. Setiap masingmasing lembaga pemasaran mengeluarkan biaya untuk pemasaran karet. Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran tiga,yaitu sebesar Rp per kilogram. Besarnya keuntungan tersebut disebabkan karena pada saluran tiga. Pada Tabel 17 terlihat perbedaan farmer share pada setiap lembaga pemasaran. Tabel 17 Farmer share pada saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi Saluran Harga (Rp/kg) Farmer share Petani Karet Eksportir (%) Saluran Saluran Saluran Saluran Saluran Hasil penelitian menunjukkan bahwa di farmer share terbesar diperoleh petani pada saluran 5. Hal ini dikarenakan petani langsung menjual karet ke pabrik sehingga harga jual petani sama dengan harga beli pabrik. Sedangkan farmer share terkecil diperoleh petani pada saluran 3 yaitu sebesar persen. Hal ini dikarenakan banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran tersebut yakni pedagang pengumpul desa dan pedagang besar Provinsi. Saluran pemasaran yang memberikan manfaat lebih bagi petani yaitu saluran pemasaran 5 (lima). Besarnya total marjin pemasaran dan farmer share dipengaruhi oleh banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat. Biaya pemasaran karet pada saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi terlihat pada Tabel 18. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga mulai dari petani sampai pedagang pengumpul tingkat kabupaten pada proses pergerakan bokar Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 19. Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya. Sistem pemasaran secara teknis dikatakan semakin efisien apabila penyebaran rasio keuntungan dan biaya, serta marjin pemasaran terhadap biaya pemasaran merata. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam menyampaikan komoditas karet, yang meliputi biaya pengolahan, biaya transportasi, biaya penanggunga resiko (susut), biaya informasi dan lainnya.
16 Tabel 18 Marjin pemasaran dan farmer share pada pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi Unsur Marjin Saluran 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran 4 Saluran 5 Petani Karet Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Biaya Pemasaran Harga Jual PP Desa Harga Beli Biaya Pemasaran Harga Jual Keuntungan Marjin Pasar Lelang Karet Harga Beli Biaya Pemasaran Harga Jual Keuntungan Marjin PP Kecamatan Harga Beli 9500 Biaya Pemasaran Harga Jual Keuntungan Marjin 2400 PB Provinsi Harga Beli Biaya Pemasaran Harga Jual Keuntungan Marjin Pabrik Karet/Eksportir Harga Beli Biaya Pengolahan Biaya Pemasaran Harga Jual Keuntungan Marjin Total Marjin
17 54 Tabel 19 Biaya pemasaran karet yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tahun 2013 Biaya Pemasaran Jumlah biaya Setiap Lembaga Pemasaran (Rp/kg) PLK a PPDPLK b PPDPB c Penyimpanan Transportasi Bongkar muat Penanggungan Resiko Retribusi Pembiayaan Informasi Pasar Jumlah a Pasar Lelang Karet b Pedagang pengumpul desapasar lelang karet c Pedagang pengumpul desapedagang besar Provinsi Keuntungan pemasaran adalah selisih antara harga jual dengan harga beli yang telah ditambahkan dengan biayabiaya yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Jika ditinjau dari marjin pemasaran, farmer share maka saluran lima relatif lebih efisien dibandingkan dengan saluran yang lainnya. Selain itu juga dapat dilihat dari harga yang diterima oleh petani karet yang paling besar di antara saluran lainnya yaitu sebesar Rp per kilogram dan dengan total biaya pemasaran yaitu Rp per kilogram karet pada saluran lima. Saluran 1 dan saluran 5 relatif efisien dibandingkan dengan saluran lainnya dilihat dari total biaya, marjin, dan farmer share. Perbandingan tersebut terlihat pada Tabel 20 berikut. Tabel 20 Harga jual, total biaya, marjin dan Farmer share pemasaran pada masingmasing pola saluran pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi Saluran pemasaran Harga a (Rp/Kg) Total Biaya (Rp/Kg) Marjin b (%) FS c (%) Saluran Saluran Saluran Saluran Saluran a Di tingkat lembaga pemasaran akhir pada masingmasing saluran pemasaran b Persentase total marjin dari harga di tingkat lembaga pemasaran akhir pada masingmasing saluran pemasaran. c Farmer share Analisis Integrasi pasar Vertikal Analisis integrasi pasar vertikal bertujuan untuk melihat seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas pada satu tingkat lembaga atau pasar dipengaruhi oleh harga ditingkat lembaga lainnya. Bagaimana harga di pasar lokal dipengaruhi oleh harga di pasar acuan dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dengan harga pada saat ini. Perubahan harga pada pasar lokal dapat disebabkan oleh adanya perubahan marjin pada pasar lokal dan pasar acuan pada waktu yang sebelumnya (lagtime). Analisis integrasi pasar vertikal yang dianalisis yaitu integrasi jangka pendek dan integrasi jangka panjang. Analisis integrasi pasar menggunakan data time series selama Januari 2009Agustus 2013 dengan jumlah observasi sejumlah 56 observasi. Analisis pertama yaitu hubungan
18 antara petani dengan pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pasar lelang karet dan pabrik analisis integrasi pasar jangka pendek dengan membandingkan koefisien b 1 dengan koefisien b 3 dalam model Ravallion yg dibangun. Sedangkan analisis integrasi pasar jangka panjang dilakukan dengan melihat nilai koefisien b 2 dalam model. Analisis integrasi pasar vertikal setiap lembaga pemasaran terlihat pada Tabel 21. Hasil yag diperoleh yaitu pada jangka pendek dan jangka panjang terlihat bahwa petani memiliki integrasi yang lemah dengan pasar lelang karet namun tidak memiliki hubungan integrasi dengan pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan dan pabrik Hal ini ditunjukkan dengan nilai IMC yang tinggi. Artinya, perubahan harga karet di tingkat pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan dan pabrik pada waktu sebelumnya tidak mempengaruhi harga karet di tingkat petani pada saat ini. Tabel 21 Analisis integrasi pasar vertikal setiap lembaga pemasaran Pasar lokal Pasar acuan Jangka pendek Long panjang Nilai Makna Nilai Makna PPDesa Tidak Tidak 0.04 Terintegrasi Terintegrasi Tidak Tidak PPKecamatan Petani Terintegrasi Terintegrasi Pasar Lelang 3.48 Lemah 0.67 Kuat Pabrik Tidak Tidak 0.05 Terintegrasi Terintegrasi PPDesa Pasar Lelang 3.96 Lemah 0.38 Lemah PBProvinsi 3.07 Lemah 0.47 Lemah PPKec PBProvinsi 4.42 Lemah 0.81 Lemah PLK Pabrik Karet 1.93 Lemah 0.64 Kuat PBProvinsi Pabrik Karet 2.71 Lemah 0.84 Kuat 55 Pengaruh Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Terhadap Pembentukan Harga Karet di Tingkat Petani Analisis struktur pasar meunjukkan bahwa pasar karet ditingkat pabrik cenderung oligopoli sehingga petani menghadapi kondisi pasar oligopsoni pada pemasaran karet. Adanya hambatan masuk pasar menyebabkan terbatasnya jumlah pabrik baru untuk masuk kedalam pasar dan cakupan pasar yang cenderung dikuasai oleh beberapa pabrik besar. Pabrik yang memiliki kapasitas produksi yang cukup besar telah memiliki kerjasama yang baik pada setiap lembaga pemasaran. Hal tersebut menjadikan hambatan bagi perusahaan lain untuk masuk ke dalam pasar karet di Provinsi Jambi. Fakta lain menunjukkan bahwa rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar berada dalam kondisi pasar yang terkonsentrasi dengan tingkat persaingan kecil. Kondisi pasar yang tidak bersaing (oligopsoni) memungkinkan pabrik untuk melakukan kolusi dalam proses penentuan harga. Akibatnya penentuan harga karet didominasi oleh lembaga pemasaran yang memiliki daya tawar yang lebih tinggi. Harga karet tingkat pabrik memiliki pengaruh besar terhadap proses
19 56 penentuan harga karet di tingkat lembaga pemasaran berikutnya. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi petani karet. Bentuk struktur pasar oligopsoni dan adanya keterikatan permodalan yang dilakukan oleh petani dengan pedagang pengumpul menyebabkan kondisi tawar petani lemah dalam dalam proses penentuan harga dan petani tidak memiliki alternatif lain dalam menyalurkan bokar kepada pedagang pengumpul. Pada sistem pembayaran peinjaman dari pedagang pengumpul, petani akan melunasi pinjaman dengan hasil penjualan bokar oleh petani dan terdapat suatu kewajiban untuk menjual bokar kepada pedagang pengumpul tersebut. Sehingga petani cenderung sebagai penerima harga. Analisis kinerja diamati melalui analisis integrasi pasar vertikal jangka pendek dan jangka panjang pada berbagai level lembaga pemasaran. Secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan harga di tingkat konsumen (pabrik) pada waktu sebelumnya tidak ditransmisikan dengan baik ke tangan produsen (petani) pada saat ini. Hal ini berakibat pada petani yang tidak menerima perubahan harga karet di tingkat konsumen. Analisis integrasi pasar vertikal baik jangka pendek atau jangka panjang menyimpulkan bahwa petani cenderung sebagai penerima harga (price taker). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa informasi harga yang diterima petani belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya akses informasi atau adanya asymetri information yang terjadi pada pasar di setiap lembaga pemasaran. Selain itu adanya tekanan dari tingkat pemasaran yang lebih tinggi menjadikan harga yang diterima petani tidak terintegrasi dengan harga di pabrik sebagi konsumen akhir baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Implikasi Kebijakan terhadap peningkatan Posisi Tawar Petani Karet Rakyat di Provinsi Jambi Analisis sistem pemasaran karet rakyat di Provinsi Jambi dengan pendekatan structure, conduct dan performance (SCP) memperoleh hasil yaitu analisis struktur pasar menunjukkan bahwa pasar karet ditingkat pabrik karet (eksportir) bersifat oligopoli sehingga petani menghadapi pasar oligopsoni. Adanya kerjasama antar pedagang dan eksportir menyebabkan pedagang dan eksportir cenderung melakukan kolusi dalam proses penentuan harga. Hal ini menyebabkan penentuan harga karet akan didominasi oleh lembaga pemasaran yang memiliki daya tawar yang lebih tinggi. Bentuk struktur pasar oligopsoni dan adanya keterikatan permodalan yang dilakukan petani dengan pedagang pengumpul menyebabkan posisi tawar petani lemah dalam proses penentuan harga dan petani lebih memilih memasarkan karet melalui pedagang pengumpul. Kondisi pasar yang diharapkan untuk mencapai pasar yang efisien adalah adanya kekuatan tawar yang relatif sama antara pembeli (pedagang) dengan penjual (petani). Sehingga, perubaan harga yang terjadi di pasar karet secara agregat dapat di transfer ke tingkat petani. Salah satu alternatif untuk meningkatkan posisi tawat petani dalam proses penentuan harga yaitu melalui perbaikan mutu bokar yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan dengan program pemberdayaan petani yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Sehingga perkembangan kebutuhan pasar segera di respon oleh petani. Kondisi struktur pasar akan mempengaruhi perilaku pasar begitu pula sebaliknya. Perilaku
4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data
21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.
Lebih terperinciVII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT
55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciBoks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber
Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber Melesatnya harga minyak bumi dunia akhir-akhir ini mengakibatkan harga produk-produk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN
Lebih terperinciSISTEM PEMASARAN KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI DENGAN PENDEKATAN STRUKTUR, PERILAKU, DAN KINERJA PASAR
Sistem Pemasaran Karet Rakyat Di Provinsi Jambi dengan Pendekatan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar (Dwi Nurul Amalia, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin) SISTEM PEMASARAN KARET RAKYAT DI PROVINSI JAMBI
Lebih terperinciVII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul
Lebih terperinciVII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR
VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENINGKATAN MUTU BAHAN OLAH KARET MELALUI PENATAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DENGAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,
Lebih terperinciANALISIS TATANIAGA BERAS
VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam
Lebih terperinciVI HASIL DAN PEMBAHASAN
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi
Lebih terperinci5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
26 Pasar dikatakan tidak ada hubungan/tidak terintegrasi pada jangka pendek jika IMC tinggi dan pada jangka panjang jika nilai sangat mendekati 0. Jika terjadi integrasi maka perubahan harga yang terjadi
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. terhadap barang dan jasa sehingga dapat berpindah dari tangan produsen ke
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan
Lebih terperinciVI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA
VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGOLAHAN, PEMASARAN DAN PENGAWASAN BAHAN OLAH KARET BERSIH YANG DIPERDAGANGKAN DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luas areal kebun karet Indonesia terluas di dunia (+ 3,4 juta hektar pada tahun 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua
Lebih terperinciTATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN
TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN TATANIAGA PERTANIAN Tataniaga Pertanian atau Pemasaran Produk-Produk Pertanian (Marketing of Agricultural), pengertiannya berbeda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, komoditas ini juga memberikan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciABSTRACT. 1. Dosen Program Studi Agribisnis FP-UTP 2. Mahasiswa Program Studi Agribisnis FP-UTP ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI KARET PETANI YANG MENJUAL BOKAR DI PASAR LELANG DAN LUAR PASAR LELANG (STUDI KASUS : KUD MANUNGGAL JAYA KELURAHAN KARANG JAYA KECAMATAN PRABUMULIH
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa
Lebih terperinciTATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK
56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Usahatani Komoditas Gambir Penelitian usahatani gambir yang dilakukan oleh Yuhono (2004), Ermiati (2004) dan Tinambunan (2007), masing-masing memiliki metode, lokasi dan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan
Lebih terperinciANALISIS PEMASARAN BOKAR. Suatu Kajian Terhadap Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Karet Melalui Pembenahan Tataniaga Bokar di Provinsi Jambi.
ANALISIS PEMASARAN BOKAR Suatu Kajian Terhadap Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Karet Melalui Pembenahan Tataniaga Bokar di Provinsi Jambi. 006 ANALISIS PEMASARAN BOKAR Suatu Kajian Terhadap Upaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perdagangan Internasional Suatu Negara membutuhkan negara lain dan saling menjalin hubungan perdagangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Hubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan devisa negara terhadap ekspor minyak dan gas bumi. Karet alam sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara
10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Biologi Tanaman Karet Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar (market
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas sistem pemasaran gula tebu dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar (market structure) yang dianalisis yaitu pangsa
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan
Lebih terperinci7. KINERJA RANTAI PASOK
64 Resiko dan trust building Penyaluran jagung didalam rantai pasok dibangun bertahun-tahun sehingga tercipta distribusi sekarang ini. Setiap anggota rantai pasok memiliki resiko masing-masing dalam proses
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini
33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Tataniaga atau pemasaran memiliki banyak definisi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) istilah tataniaga dan pemasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat
Lebih terperinciKOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK
KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK Dr. Sinung Hendratno Pusat Penelitian Karet Kegiatan Pertemuan Teknis Komoditas tentang Paparan Komoditas Karet untuk PBK/SRG/PL Biro Analisis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang
46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) dikenal sebagai tanaman serbaguna. Bagi Indonesia, tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman perkebunan yang bukan impor kolonialis
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciBAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.
BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk
48 IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA 4.1. Gambaran Umum Karet Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk dari emulsi kesusuan yang dikenal sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam (natural rubber, Hevea braziliensis), merupakan komoditas perkebunan tradisional sekaligus komoditas ekspor yang berperan penting sebagai penghasil devisa negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)
ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province) Nuni Anggraini, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang Program Studi Agribisnis,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR)
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN. Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Di negara agraris, pertanian memiliki peranan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang sedang berkembang atau membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Penekanan hutan sebagai suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut data Bank Dunia tahun 2015, Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alami terbesar di dunia. Jenis karet alam yang dihasilkan Indonesia
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Rantai Pasokan Buah Naga 1. Sasaran Rantai Pasok Sasaran rantai pasok merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah rantai pasok. Ada dua sasaran rantai
Lebih terperinciPola Pemasaran Bahan Olah Karet Rakyat Pada Daerah Produksi Harga Rendah di Pronvinsi Sumatera Selatan
Pola Pemasaran Bahan Olah Karet Rakyat Pada Daerah Produksi Harga Rendah di Pronvinsi Sumatera Selatan Marketing Pattern of Farmer s Rubber Material at Lower Price Product Region in South Sumatra Privince
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b),
Lebih terperinciPEMASARAN KARET (KAJIAN STRUKTUR, PERILAKU DAN PENAMPILAN PASAR) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU
PEMASARAN KARET (KAJIAN STRUKTUR, PERILAKU DAN PENAMPILAN PASAR) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU RUBBER MARKETING (STRUCTURE ANALYZE, CONDUCT AND MARKET PERFORMANCE) AT KUANTAN SINGINGI AREA,
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR
BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari
Lebih terperinciVI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR
VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR 6.1. Sistem Tataniaga Sistem Tataniaga nenas Bogor di Desa Cipelang yang dimulai dari petani sebagai penghasil (produsen) hingga konsumen akhir, melibatkan beberapa lembaga
Lebih terperinciSaluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)
Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Benidzar M. Andrie 105009041 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi BenizarMA@yahoo.co.id Tedi Hartoyo, Ir., MSc.,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses
Lebih terperinciVI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET
47 6.1. Aspek Biofisik 6.1.1. Daya Dukung Lahan VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur tahun 2010, kondisi aktual pertanaman karet
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR KARET DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS DAN KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR KARET DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS DAN KECAMATAN BUNUT KABUPATEN PELALAWAN Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Karet di Kecamatan Pangkalan Kuras
Lebih terperinciProgram Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,
ANALISIS TATANIAGA SAYURAN KUBIS EKSPOR DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN Roma Kasihta Sinaga 1), Yusak Maryunianta 2), M. Jufri 3) 1) Alumni Program Studi Agribisnis FP USU,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
17 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Definisi tentang pemasaran telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran merupakan
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI
AGRISE Volume XV No. 2 Bulan Mei 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI (MARKETING
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di desa Banjar, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan pertimbangan bahwa desa tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk dan tenaga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor
TINJAUAN PUSTAKA Saluran dan Lembaga Tataniaga Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.
37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI
LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis Kubis juga disebut kol dibeberapa daerah. Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan pada sektor agribisnis yang dapat memberikan sumbangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan
Lebih terperinciKINERJA PEMASARAN JERUK SIAM DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR (Marketing Work of Tangerine in Jember Regency, East Java)
KINERJA PEMASARAN JERUK SIAM DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR (Marketing Work of Tangerine in Jember Regency, East Java) Lizia Zamzami dan Aprilaila Sayekti Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.
26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapupaten Brebes merupakan sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark mengingat posisinya sebagai
Lebih terperinciTATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI
Tataniaga Rumput Laut TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI Ni Putu Ayuning Wulan Pradnyani Mahayana 1) dan Ratna Winandi 2) 1,2)
Lebih terperinci8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK
69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber
Lebih terperinciPERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak
PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor
Lebih terperinciASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI
ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan : Budidaya
Lebih terperinci