BAB IV ADAPTASI BUDAYA PARA EKSPATRIAT DI TIMOR LESTE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ADAPTASI BUDAYA PARA EKSPATRIAT DI TIMOR LESTE"

Transkripsi

1 BAB IV ADAPTASI BUDAYA PARA EKSPATRIAT DI TIMOR LESTE 4.1 KARAKTERISTIK INFORMAN Sebelum data dianalisis, penulis perlu menyajikan karakteristik informan. Informan adalah sekumpulan orang dimana peneliti bisa memperoleh informasi atau data yang diperlukan untuk melakukan suatu penelitian. Para bisnis ekspatriat yang dijadikan informan dalam penelitian terdiri dari 27 orang yaitu: Gladys P. Pustrua, John Paul S Valdes, Miraclan Abejero, Curistian Serrano, Roel Fernandez, Maricar, Kanjana Tongdee, Sucmart Rucankhamfu, Phong Phan Samaketkarn, Chawbanted Lerdsak, Boonthom, Panvin Sultama, Noman Fatemi, Golano Mostafa, Tan C.H, Chen Shao, Aiko, K. Kotaki, Loo Teck Lim, Narasihmmarao Sinnayah, Rajendar Jaau, Muhammad Hamid, Trieu Hai Van, Aziz-Ul-Haq, Kimberly Washington, Aliser Park dan Mark Nicholson. Adapun karakteristik informan dalam penelitian ini dapat dikategorikan berdasarkan jumlah dan asal Negara, jenis kelamin, umur, Pendidikan, Agama, status keluarga, pekerjaan dan lamanya bertugas.

2 Untuk karakteristik berdasarkan asal Negara maka bisnis ekspatriat terdiri dari 11 Negara yaitu : Filipina, Bangladesh, Thailand, Singapore, Jepan, Malaysia, India, Australia, Amerika Serikat, Pakistan dan Vietnam. Para bisnis ekspatriat ini dikategorikan dalam Jenis Kelamin maka yang berjenis kelamin Laki-laki 20 orang dan Perempuan 7 orang apabila dilihat dari jumlah ekspatriat laki-laki dan perempuan, maka lebih banyak ekspatriat yang berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan dengan total 20 orang. Jika didasarkan pada umur maka kay informan yang berusia antara berjumlah 13 orang sedangkan narasumber yang berumur antara berjumlah 14 orang. Dari jumlah 27 para eksptariat yang dijadikan narasumber, apabila didasarkan pada Jenis pendidikan maka ekspatriat yang berpendidikan Diploma berjumlah 9 orang, Sarjana S1 berjumlah 13 orang dan S2 berjumlah 5 orang. Dilihat dari segi sumber daya manusia maka para ekspatriat yang diteliti dalam obyek penelitian ini semua memiliki kompetensi pengetahuan yang baik. Bila diasaskan pada agama maka ekspatriat yang beragama Katholik berjumlah 8 orang, Budha 7 orang, Hindu 5 orang, Protestan, Kong Hu Cu, Shinto masing-masing 2 orang dan Islam 1 orang. Diurutkan 39

3 berdasarkan Negara maka ekspatriat yang berasal dari Filipina semua beragama Katholik dan Thailand beragama budha. Ada 3 jenis status keluarga dari ekspatriat yaitu menikah (Married) berjumlah 8 orang, singel 10 orang dan Cerai (divorce) 9 orang. Dan jika didasarkan pada lamanya penugasan maka ekspatriat yang bertugas antara 1-3 tahun berjumlah 15 orang, 3-5 tahun adalah 7 orang dan antara 5-10 tahun berjumlah 4 orang. Selain itu juga didasarkan pada penyertaan atau pengikut keluarga maka informan yang didampingi keluarga berjumlah 6 orang dan tinggal sendirian berjumlah 21 orang, apabila dilihat dari jumlah ekspatriat yang tinggal bersama dengan keluarga dan tinggal sendirian maka ekspatriat yang tinggal sendirian jumlah lebih banyak daripada yang tinggal bersama dengan keluarga. Adapun dari 27 informan dalam penelitian digolongkan sesuai dengan Negara asal maka narasumber yang berasal dari Filipina berjumlah 6 orang, Thailand 5 orang, Bangladesh 3 orang, Singapore, Jepan, Malaysia, India dan Australia masing-masing 2 orang sedangkan Amerika Serikat, Vietnam dan Pakistan masing-masing berjumlah 1 orang. Para informan ini, bila di kategorikan pada jenis pekerjaan maka para ekspatriat ini bekerja 40

4 sebagai karyawan di perusahan ekspor dan impor (Trading) berjumlah 13 orang yang terdiri dari perempuan 4 dan laki-laki 9 orang. Selanjutnya yang bekerja di restoran berjumlah 8 orang terdiri dari 5 perempuan dan 3 orang laki-laki. Selain itu yang bekerja sebagai karyawan Industri berjumlah 3 orang (perempuan 1 dan laki-laki 2 orang) kemudian yang bekerja di konstruksi hanya 2 orang (laki-laki) dan yang terakhir hanya 1 orang ( laki-laki) yang bekerja di konsultan. 4.2 FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG ADAPTASI Individual A. Anticipatory adjustment Salah satu faktor yang dapat membantu ekspatriat ketika melakukan penyesuaian terhadap lingkungan umum (general adjustment), pekerja (work) dan interaksi sosial (social Interaction) di Negara baru adalah adaptasi individual. Hal ini penting untuk dilakukan oleh setiap ekspatriat karena dalam proses penugasan diluar negeri para ekpatriat di harus untuk segerah melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru. Salah satu faktor pendukung adaptasi individual adalah penyesuaian antisipatif (anticipatory adjustment) dan self efficacy. 41

5 Penyesuaian antisipatif (anticipatory adjustment) terdiri dari 2 faktor yaitu penyediaan pelatihan sebelum keberangkatan (pre-departure training) dan pengalaman kerja sebelumnya (previous work experience). Kedua faktor individual ini cukup bermanfaat bagi ekspatriat dalam melakukan adaptasi dinegara baru dimana ekspatriat bekerja. ekspatriat yang memiliki penyesuaian antisipatif (anticipatory adjustment) akan lebih efektif dalam penyesuaian diri. Akan tetapi, pengalaman kerja sebelumnya (previous work experience) harus mirip dengan keadaan atau kondisi yang akan ditugaskan sehingga para ekspatriat bisa dapat mengantisipasi kemungkinan perbedaan-perbedaan yang akan terjadi. Selain itu juga pelatihan budaya (cultural training) yang akan diberikan kepada ekspatriat harus disesuaikan dengan keadaan dimana mereka akan ditugaskan. Sebab kondisi Negara maju (developed country) dan Negara sedang berkembang (developing country) bukan hanya perbedaan kultur dan bahasa namun juga memiliki banyak perbedaan seperti kondisi keamanan internal (konflik sosial), ekonomi dan pembangunan infrastruktur (jalan raya, listrik, telekomunikasi, fasilitas kesehatan, fasilitas tempat tinggal dan lain-lain). Bisnis ekspatriat yang pengalaman kerja sebelumnya (previous work experience) tidak relevan dengan keadaan baru 42

6 tersebut juga akan mengalami culture shock namun para eksptariat ini lebih cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru bila dibangdingkan dengan yang tidak pernah mempunyai pengalaman kerja di luar negeri. Dari 27 ekspatriat yang bekerja di Timor Leste, hanya ada 4 ekspatriat yang memiliki pengalaman kerja di luar negeri dan tidak seorangpun diantara para ekspatriat yang mendapatkan pelatihan sebelum keberangkatan (pre-departure training). 4 ekspatriat yang mempunyai pengalaman kerja diluar negeri berasal dari India, Thailand, Bangladesh dan Malaysia. Para bisnis ekspatriat ini melakukan penyesuaian umum (general adjustment) dan pekerjaan (work adjustment) dengan cepat. Namun sulit melakukan penyesuaian terhadap sosial interaksi (social interaction adjustment). Hal ini sulit untuk dilakukan karena Timor Leste adalah Negara baru yang sedang berkembang (developing country) yang mempunyai banyak keterbatasan seperti kondisi keamanan internal, ekonomi, pembangunan infrastruktur (jalan raya, telekomunikasi, listrik, fasilitas tinggal dan lain-lain) masih dibawah standar. Disamping itu juga diwarnai dengan konflik sosial yang tinggi sehingga para ekspatriat merasa 43

7 kekuatiran untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal diluar pekerjaan. Sedangkan para ekspatriat yang tidak memiliki Penyesuaian antisipatif (anticipatory adjustment) sulit melakukan penyesuaian umum (general adjustment) dan penyesuaian interaksi sosial (social interaction). Namun sedikit mudah melakukan penyesuaian terhadap pekerjaan, hal ini terjadi karena mereka sudah terbiasa bekerja di perusahaan induk hanya melakukan penyesuaian terhadap fasilitas yang di pakai. Menurut beberapa informan yang berasal dari Australia, Jepan, Amerika, Singapore dan Filipina mengatakan hal yang sama bahwa Fasilitas yang dipakai di tempat kerja mereka masih memiliki keterbatasan (manual) sehingga mereka perlu melakukan penyesuaian. Aliser Park dari Australia mengatakan bahwa penyesuaian terhadap pekerja cukup penting dalam adaptasi individu karena hal ini bisa menganggu psikologi kita ketika melakukan pekerja, ketika saya datang, saya melihat fasilitas yang digunakan di kantor sangat berbeda dengan perusahaan induk dimana saya bekerja pekerjaan yang seharus diselesaikan dalam 1 jam bisa selesai dalam 3 jam seperti mesin-mesin kurang perawatan sehingga kurang efektif dalam operasi selain itu juga sistem komonikasi dan elektronik..semuanya biaya sangat mahal sehingga komonikasi online kurang efektif dan tidak bisa efisien dengan biaya tetapi itu bukan suatu persoalan besar untuk adaptasi 44

8 hanya perlu waktu sedikit untuk penyesuaian diri. Sedangkan Roel Fernandez dari Filipina menyatakan bahwa adaptasi individo terhadap pekerjaan penting untuk dilakukan karena ditempat kerjanya masih ada pekerjaan yang dilakukan secara manual, Diawal saya bekerja, saya melihat banyak computer tapi aplikasi jaringan lunak (software) masih sangat kurang sehingga saya membuat desain masih secara manual dan hal ini membuat saya cukup tegan karena pekerjaan yang diselesaikan dalam beberapa jam harus di selesaikan dalam beberapa hari saya pikir ini memang sangat kurang efisien tetapi ini hanya sedikit perbedaan dan bukan masalah besar bagi saya saya bisa berusaha menyesuaikan diri. B. Self Efficacy Walaupun para ekspatriat mengalami kesulitan dalam penyesuaian akan tetapi para ekspatriat memiliki kemampuan untuk mengelola setiap perbedaan budaya dan bahasa dengan cara belajar sendiri (self study) atau otodidak yaitu mengenal budaya Timor Leste melalui buku, Koran, majalah dan internet. Selain itu mereka sendiri mempelajari budaya dengan cara observasi dengan melakukan pengamatan tentang kebiasaan di Timor Leste dan banyak berkomunikasi dengan interpreter. Kemudian para ekspatriat selalu mempunyai niat yang kuat untuk mengkopi budaya, menyesuaikan diri pada 45

9 kondisi-kondisi lain seperti fasilitas tempat tinggal, makanan, pembangunan jalan raya, telekomunikasi, tempat pembelanjaan, black out listrik, dan menghindari diri dari konflik sosial. Tidak hanya melakukan adaptasi secara umum (general adjustment) tetapi juga melakukan adaptasi terhadap pekerjaan (work) bahwa walaupun ada perbedaan sedikit pengunaan fasilitas mereka selalu berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Namun adaptasi terhadap karyawan lokal di tempat kerja agak sulit bagi bisnis ekspatriat karena karyawan lokal sulit untuk berorientasi kerja dan hal ini juga menjadi kendala bagi mereka dalam adaptasi kerja. Aliser Park di perusahaan Esset dari Australia mengatakan bahwa dalam adaptasi pekerjaan karyawan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi adaptasi pekerjaan karena lingkungan pekerjaan juga harus nyaman baru kita lebih flexible dalam melakukan pekerjaan, karyawan lokal tidak bisa bekerja mandiri atau indepeden, mereka selalu disuru dan diawasi baru bisa bekerja kalau tidak disuru atau dikontrol mereka tidak mau kerja secara mandiri, kalau saya tegur mereka malah dendam dan marah sama saya sehingga sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan mereka. Walaupun demikian saya juga tetap berusaha untuk menyesuaikan diri dengan mereka dan meyelesaikan pekerjaan saya dengan baik tampa dukungan penuh mereka. Jadi adaptasi terhadap karyawan lokal juga cukup penting untuk dilakukan. Kalau tidak, bisa menimbulkan konflik 46

10 kerja. Saya anggap ini memang tantangan yang saya hadapi tapi saya harus lebih sabar untuk menangapi sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik Selain itu Mark Nicholson dari Australia juga mengatakan hal yang sama bahwa, Semua karyawan lokal susah untuk membangun suatu kerja tim yang baik, dalam melakukan pekerjaan lebih gila artinya tidak ada keselamatan kerja (safety work) kemudian sudah salah ditegur susah menerima kesalahan dan malah dendam dan banyak diam padahal tidak berkomonikasi bisa menganggu pekerjaan. Tapi, saya selalu berusaha memahami dan melakukan pekerja dengan baik kalau sudah terjadi demikian saya harus sabar dan kadangkadang ingatkan mereka supaya tetap menjadi tim kerja yang baik. Jadi adaptasi individo untuk pekerjaan terutama tim kerja cukup penting untuk dilakukan. Tidak hanya ekspatriat dari Australia yang mengatakan demikian namun bisnis ekspatriat yang berasal dari Negara lain dalam penelitian ini hampir mengatakan hal yang sama bahwa adaptasi terhadap pekerjaan penting sehingga mereka selalu berusaha menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik JOB FACTOR Dalam menjalankan tugas mayoritas para ekspatriat mengatakan bahwa mereka memiliki job description yang jelas sehingga mereka tidak bingun dalam melakukan pekerjaan. Adaptasi yang perlu dilakukan adalah fasilitas kerja dan penyesuaian 47

11 terhadap karyawan lokal. Kadang-kadang para ekspatriat juga menemui beberapa pekerjaan yang berbeda bahkan baru, namun para ekspatriat mempelajari dengan seksama dan sering mencoba melakukan sehingga para ekspatriat terbiasa dengan pekerjaan tersebut dan hal ini tidak terlalu sulit bagi mereka karena mereka mempunyai keinginan untuk belajar sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh ekspatriat : Gladys P. Pustrua, John Paul S Valdes, Miraclan Abejero dari Filipina (ketiga bisnis ekspariat mengatakan makna pernyataan yang sama) bahwa, Kadang-kadang saya dibebangi dengan pekerja yang baru, pada awalnya saya tidak mengerti tetapi saya selalu berusaha untuk belajar dengan seksama dan apabila saya sangat bingun maka saya mencari petunjuk dari pimpinan perusahaan atau para senior untuk memberikan petujuk dan akhirnya saya mampu menyelesaikan pekerjaan saya dengan baik.dan lama kelamahan saya terbiasa dengan pekerjaan baru...saya termotivasi sebagai pengalaman baru bagi saya. Hal yang senada juga diungkapkan oleh seorang bisnis ekspatriat dari Vietnam-Trieu Hai Van bahwa, pada awalnya saya binggun karena pekerjaan dan tanggungjawab yang diberikan berbeda dengan kontrak kerja saya tetapi saya melihat bahwa pekerjaan ini baru pertama kali bagi saya maka saya penasaran ingin tau tentang pekerjaan ini maka saya berusaha melakukannya walaupun hasil tidak maksimal tetapi saya selalu didampingi oleh superviser sehingga pekerjaan berikutnya saya 48

12 menyelesaikan dengan baik dan benar-benar saya termotivasi. Jadi faktor pekerjaan merupakan salah satu faktor yang menbantu para ekspatriat dalam melakukan proses adaptasi kerena para ekspatriat dapat didukung ; job description yang jelas, keleluasaan atau otoritas dalam melakukan pekerjaan. Selain itu para bisnis ekspatriat juga diberikan tugas-tugas yang baru (berbeda dengan sebelumnya) dan dibebangi juga dengan pekerjaan yang baru sehingga menjadi motivasi dalam melakukan adaptasi individual ORGANIZATION CULTURE Setiap organisasi mempunyai budaya masingmasing baik organisasi induk maupun cabang juga mempunyai sub kultur yang berbeda seperti gaya manajemen dapat disesuaikan dengan keadaan setempat maka ekspatriat perlu diorientasikan sesuai dengan keadaan setempat. Bila hal ini dilakukan dengan baik maka perlu ada dukungan dari organisasi dalam hal memperkenalkan keadaan baru, menyediakan fasilitas dan dukungan lain yang bisa dapat memotivasi bisnis ekspatriat. Semua bisnis ekspatriat dalam penelitian ini mengatakan bahwa rata-rata mereka yang bertugas di cabang perusahaan mereka diberi dukungan logistik bahkan 49

13 akomodasi gratis (free accommodation) dan juga diberikan informasi tentang keadaan keamanan di Timor Leste. Selain itu juga diberikan kontrak kerja yang jelas sehingga membantu bisnis ekspatriat dalam melakukan adaptasi. Seperti yang dikatakan oleh Maricar Roldan bisnis ekspatriat dari Filipina mengatakan bahwa, Saya bekerja di perusahaan Australia, organisasi memberikan banyak asistensi dimulai dari akomodasi dan fasilitas lain, jadi kalau saya ada masalah tentang kebutuhan pribadi saya selalu berhubungan dengan pimpinan perusahaan. Disamping itu saya juga diberi kontrak yang jelas oleh karena itu, apapun masalah yang saya peroleh saya selalu sadar dan menyesuaikan diri dan saya disini tergantung kontrak yang mereka berikan kalau kontrak saya tetap dilanjutkan maka saya tetap memilih untuk tinggal dan bekerja disini. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mark Nicholson dari Australia bahwa, Saya bekerja disini perusahaan memberikan fasilitas termasuk akomodasi. Kadang-kadang saya mendapatkan masalah piminanan perusahaan turut membantu mencari solusi jadi saya pun harus membantu perusahaan melalui kontribusi kerja saya dan kapan kontrak saya berakhir baru saya kembali. 50

14 4.2.4 JOB SATISFACTION Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadi kegagalan dalam penugasan internasional adalah job satisfaction, banyak ekspatriat yang pulan sebelum saatnya (early return) karena pekerjaan mereka tidak memberikan timbal balik (feedback) bagi mereka. Sebab job satisfaction mengilustrasikan keadaan emosi yang menyenangkan hati mereka secara positif sesuai dengan presepsi mereka terhadap pekerjaan baik secara intrinsik atau ekstrinsik yang benar-benar berada dalam diri mereka. kadang-kadang para ekspatriat merasa belum mampu untuk menyesuaikan diri dengan budaya baru tapi dengan adanya faktor intrinsik/ motivator ekspatriat akan berusaha tetap tinggal di luar negeri. Seperti yang dikatakan oleh beberapa informen dalam penelitian ini, ketika ditanya bagaimana kesan anda terhadap pekerjaan sekarang bila dibandingkan dengan perusahaan induk dimana sebelum anda bekerja. Seorang informen Mark Nicholson dari Autralia mengatakan, Saya sangat senang dan puas dengan pekerjaan ini karena saya diberi kesempatan untuk mengembangkan karir saya dan dipercayakan bekerja secara mandiri dan apabila pekerjaan saya bagus maka saya diberi kesempatan dalam promosi jabatan. Kalau hal ini saya bandingkan di tempat saya bekerja sebelumnya beda karena disana banyak persaingan walaupun saya mampu kadang- 51

15 kadang saya tidak diberi kesempatan. Selain itu saya bekerja disini gajinya lebih besar dan diberikan fasilitas tinggal kemudian pemotongan pajak gaji juga kecil jadi saya bandingkan gaji saya lebih besar di bandingkan sebelumnya. Cuma kadang-kadang masih ada ketegangan dari faktor lain namun saya bisa mengatasi karena saya sudah lebih senang bekerja di sini daripada di Negara saya mungkin saya bisa pulan kalau perusahaan sudah tidak membutuhkankan saya tetapi saya masih bisa mencari pekerjaan di perusahaan lain karena Australia dengan Timor Leste adalah Negara tetangga jadi saya harus berusaha melakukan adaptasi. Selanjutnya ekspatriat dari Philipina, Malaysia, Singapore, Japan, Thailand, India, Pakistan, Banladesh dan Vietnam juga mengatakan hal yang sama bahwa mereka senang dengan pekerjaan mereka karena perusahaan memberikan asistensi yang cukup tinggi bila dibandingkan di tempat kerja sebelumnya (perusahaan induk), disana banyak persaingan karena banyak karyawan yang professional kemudian satu hal yang menarik bagi kami mengunakan karansi uang dolar Amerika sehingga dalam penukaran kami tidak begitu mengalami persoalan tentang kurs. Selain itu disini perusahaan kami juga muda mendapatkan profit karena persaingan juga masih kurang jadi kami merasa senang tentang pekerjaan walaupun ada faktor lain tetapi kami berusaha untuk menyelesaikan dengan baik. 52

16 Sedangkan informer-kimberly Washington dari Amerika Serikat juga mengatakan bahwa, Saya bekerja disini senang walaupun gaji saya dengan di Amerika hampir sama tapi saya lebih senang bekerja disini karena saya mendapatkan banyak hal yang baru disini, kadang-kadang kita melakukan pekerjaan dengan penuh kreatif tidak terlalu tergantung pada teknologi dan saya melihat Negara ini baru merdeka jadi banyak kesempatan yang kita mamfaat dan banyak hal yang saya pelajari secara real saya benar-benar tertarik bekerja disini walaupun kadang-kadang ada ketegagan. Orang Amerika Serikat yang bekerja disini ratarata sangat dihargai jadi kalau saya bekerja di Negara saya tidak sama tidak ada orang yang memandang saya bahwa saya adalah Amerika bekerja disini memang benar-benar beda. Dari hasil wawacara diatas menunjukkan bahwa dalam melakukan adaptasi umum (general adjustment), Pekerjaan (work) dan interaksi social (social interaction) dapat didukung oleh faktor intrinsik atau ekstrinsik dari job satisfaction sehingga bisnis ekspatria mampu melakukan ke tiga adaptasi diatas dengan baik walaupun mereka mengalami banyak kesulitan namun mereka tetap optimis untuk menyesuaikan diri dan bertahan bekerja di Timor Leste. Hasil adaptasi ini merupakan suatu outcome bagi ekspatriat. Faktor-faktor pendukung adaptasi ekspatriat di Timor Leste dapat dimodelkan sesuai dengan gambar berikut : 53

17 Table 4.2 Model faktor-faktor pendukung penyesuaian bisnis ekspatriat di Timor Leste (In-Country Adjustment) Anticipatory Adjustment INDIVIDUAL 1. SELF EFICACY 2. RELATION SKILLS 3. PRECEPTION SKILLS INDIVIDUAL ANTICIPATORY ADJUSTMENT *PREVIOUS WORK EXPERIENCE JOB 1. ROLE CLARITY 2. ROLE DESCRETION 3. ROLE NOVELTYOLE 4. ROLE CONFLICT ORGANIZATION CULTURE 1. ORGANIZATION CULTURE NOVELTY 2. SOCIAL SUPPORT 3. LOGISTICAL HELP ADJUSTMENT I. GENERAL ADJUSTMENT II. WORK ADJUSTMENT III. INTERACTION ADJUSTMENT JOB SATISFACTION 1. JOB FEED BACK 54

18 4.3 UPAYA EKSPATRIAT MELAKUKAN ADAPTASI Adaptasi Umum (General Adjusment) Adaptasi umum yang dilakukan oleh ekspatriat di Timor Leste adalah adaptasi terhadap keadaan umum setempat yang terdiri dari penyesuaian terhadap : keamanan Negara (National Security), Ekonomi, pembangunan dan infrastruktur, sistem hukum dan peraturan daerah, sistem fasilitas kesehatan, pembelanjaan, makanan, fasilitas tempat tinggal, sistem komonikasi, lalu lintas dan bahasa. Jadi bukan hanya budaya yang berbeda namun banyak hal yang perlu dilakukan penyesuaian diri. Dalam penyesuaian diri seorang ekspatriat harus memiliki kemampuan untuk mengelola setiap perbedaan diatas agar dapat beradaptasi dengan baik. Adaptasi umum (general adjustment) ini berkaitan dengan kemampuan individu untuk memahami, menerima dan menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Adaptasi umum (general adjustment) sangat penting untuk dilakukan karena ekspatriat menemui banyak hal yang berbeda dengan negara asalnya yaitu keamanan internal yang tidak kondusif, kondisi tinggal (living conditions) yang tidak memadai, makanan, fasilitas kesehatan, situasi ekonomi dan infrastruktur yang masih dibawah standart sebagai 55

19 contoh : jalan raya, listrik dan telekomunikasi. Dalam menghadapi semua perbedaan ini, para bisnis ekspatriat berusaha mengelola setiap perbedaan dengan cara membiasakan diri untuk menyesuiakan diri terhadap keadaan setempat dan Mencari informasi tentang keadaan keamanan internal melalui kedutaan masing-masing, media elektrinik dan masa (radio, TV dan Koran) yang memberikan berita tentang situasi dan keamanan rial di Timor Leste. Selain itu juga para bisnis ekspatriat mengenal budaya Timor Leste melalui buku, majalah, Korankoran yang memuat tentang budaya dan kehidupan masyarakat Timor Leste. Para bisnis ekspatriat Australia dan Amerika selalu mencari informasi tentang keamanan melalui UN network (Polisi dan Militer PBB) terutama polisi PBB dari Australia. Hal yang sama juga diungkapkan oleh para bisnis ekspatriat yang berasal dari Filipina, mereka selalu mencari informasi melalui polisi Filipina yang bergabung di Misi PBB dan Staff PBB lainnya. Sedangkan bisnis ekspatriat dari Negara lain berbeda mereka selalu mencari informasi melalui Polisi Nasional Timor Leste dan karyawan lokal sehingga mereka dapat menyesuiakan diri dengan keadaan setempat. Semua usaha yang dilakukan secara individual ini merupakan pengalaman bagi mereka 56

20 sehingga lama kelamahan para ekspatriat terbiasa dan tetap bertahan untuk bekerja di Timor Leste WORK ADJUSTMENT Adaptasi terhadap pekerjaan menurut ekspatriat dari Australia, Amerika Serikat Japan dan Singapore bahwa cukup penting untuk dilakukan. Sedangkan para ekspatriat dari Filipina, Bangladesh, Thailand, Malaysia, India, Vietnam dan Pakistan menganggap bahwa work adjustment penting untuk dilakukan oleh setiap orang tampa terkecuali. Walaupun para ekspatriat mempunyai job description yang jelas akan tetapi penyesuaian terhadap pekerjaan tetap dilakukan karena standart tempat kerja, fasilitas, etos kerja seperti keleluasaan untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawab dengan bebas sesuai dengan kebijaksanaan, pengoperasian pekerjaan baru, dan pemberian kerja lebih besar dari sebelumnya. Semua hal ini merupakan budaya organisasi yang bisa dapat mempengaruhi kinerja para bisnis ekspatriat. Mean, (1994) mengemukakan bagaimana budaya mempengaruhi perilaku di tempat kerja seperti standard performance, motivasi dan tanggungjawab. Selain itu, bagaimana budaya mempengaruhi interaksi formal seperti struktur organisasi dan system, peraturan dan hubungan 57

21 dengan relasi, perencanaan kebutuhan yang ada dan segala prosedur yang diterapkan dalam perusahaan serta pengaruhnya pada sistem komonikasi yang diterapkan. Oleh sebab itu para ekspatriat menganggap adaptasi pekerjaan (work adjustment) perlu dan penting untuk dilakukan walaupun bisnis ekspatriat sudah memperoleh kontrak kerja yang jelas, seperti yang dikatakan oleh seorang ekspatriat- Roel Fernandez dari Filipina bahwa, Adaptasi terhadap pekerjaan bagi saya penting untuk dilakukan walaupun saya bekerja di perusahaan induk mempunyai posisi yang sama project engineer pekerjaan yang dilakukan disini sama dengan pekerja di perusahaan induk sama tetapi saya datang disini perlu penyesuaian terhadap kebiasaan-kebiasaan kerja disini, computer-computer disini bagus tapi aplikasi jaringan lunak tidak lengkap terpaksa saya harus melakukan dengan cara manual untuk disain gambar. Kemuadian perlu penyesuaian dengan teman-teman lain karena kita perlu tim kerja bukan sendiri-sendiri..tetapi kadang-kadang saya juga mengunakan cara saya sendiri supaya pekerjaan bisa selesai dengan baik..ada juga pekerjaan yang saya kurang mengerti saya komonikasi dengan pimpinan perusahaan untuk memberikan petunjuk dan kadang-kadang juga tetap ada kendala tapi saya tetap berusaha untuk menyesuaiakan diri dengan keadaan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh ekspatriat yang berasal dari Jepan, Singapore Amerika Serikat dan Australia bahwa, adaptasi pekerjaan penting untuk dilakukan karena kondisi perusahaan disini beda dengan perusahaan induk. Disini kita perlu melakukan adaptasi terhadap fasilitas kerja seperti system komonikasi, computer dan lainlain. Selain itu perlu adaptasi dalam pekerjaan 58

22 terutama masalah komonikasi dan kebiasaan kerja jadi adaptasi terhadap pekerja di Negara baru pasti cukup penting untuk dilakukan. Sedangkan ekspatriat yang berasal dari Negara lain mengatakan bahwa adaptasi terhadap pekerjaan penting tetapi itu hanya dilakukan sementara karena kondisi tempat kerja baru, menemui karyawan dan pemimpin yang baru sehingga perlu ada bimbingan dalam menjalankan tugas. Semua bisnis ekpatriat dalam penelitian ini menganggap Adaptasi pekerjaan penting bagi mereka namun dalam menjalan adaptasi pekerjaan ekspatriat yang berasal dari Australia, Amerika Serikat, Singapore dan Jepan tidak membutuhkan mentor dalam melakukan adaptasi pekerjaan mereka langsung menyesuaikan diri dengan keadaan setempat dan para ekspatraiat ini mempunyai keleluasaan untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawab dengan bebas sesuai dengan kebijaksanaan dan pengoperasian pekerjaan baru tampa bingun. Sedangkan ekspatriat selain dari ke empat Negara tersebut, membutuhkan mentor dalam melakukan pengoperasian pekerjaan baru dan kadang-kadang tidak leluasa untuk mengerjakan tugas dan tanggungjawab dengan bebas karena harus menunggu kebijakan. 59

23 4.3.3 SOCIAL INTERACTION / NONWORK ADJUSTMENT Adaptasi interaksi social (Nonpekerja) yang dilakukan oleh para ekspatriat adalah interaksi terhadap nonwork atau diluar pekerjaan. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena tinggal di Negara lain tentunya para bisnis ekspatriat harus berinteraksi secara langsung dengan konsumer, aparat pemerintah dan masyarakat lokal pada umumnya. Dalam melakukan interaksi para ekspatriat harus memiliki kemampuan individu untuk memahami bahasa dan budaya setempat agar dapat menyesuaikan diri dengan baik. Bahasa dan budaya merupakan suatu jembatan yang penting dalam penyesuaian interaksi sosial sebab tampa memahami bahasa dan budaya individu seperti nakoda tanpa kompas yang kehilangan arah. Timor Leste memiliki budaya yang heterogen yang sangat berbeda dengan Negara lain, dimulai dari kebiasaan hidup masyarakat dan adat istiadat yang masih sangat kental. Selain itu ada empat bahasa sebagai sarana komunikasi yang sering digunakan dalam interaksi sosial yaitu : bahasa Portugues, Tetun, Inggris dan Indonesia. Ke empat bahasa ini mempunyai fungsi masing-masing dalam komunikasi yaitu bahasa Portugues sebagai bahasa official (official language) yang mana digunakan sebagai 60

24 bahasa resmi kenegaraan dan kepentingan Negara; dimana para ekspatriat harus menyesuaikan diri ketika berkomunikasi atau negosiasi dengan aparat pemerintah, pengurusan dokumen dan lain-lain yang berhubungan dengan pemerintah. Dalam proses negosiasi dan pengurusan dokumen semua ekspatriat yang di interview dalam penelitian ini sulit untuk menyesuaikan diri sehingga mereka selalu membawa penerjemah (interpreter) dari perusahaan atau minta bantuan dari orang lain dalam melakukan interaksi. Bukan hanya bahasa portugues tetapi juga bahasa tetum, yang perlu dipahami oleh eksptariat dalam interaksi sosial sebab bahasa tetum merupakan bahasa nasional (nasional language) yang digunakan oleh masyarakat dalam berkomonikasi. Dalam proses penyesuaian terhadap interaksi sosial (nonpekerjaan) ini, banyak ekspatriat yang mempunyai cara adaptasi yang berbeda. Ekspatriat yang berasal dari Malaysia, Filipina dan Singapore mengatakan bahwa para ekspatriat melakukan komunikasi dengan masyarakat lokal dengan mengunakan bahasa Indonesia sebab bahasa Indonesia masih dimengerti oleh sebagian besar masyrakat. Selain itu bahasa Indonesia juga masih merupakan bahasa komunikasi (communication 61

25 language) di Timor Leste, akan tetapi kadang-kadang kami tetap sulit melakukan interaksi sosial karena masih ada kesalahpahaman dalam komunikasi hal ini terjadi karena bahasa yang kami gunakan adalah bahasa malayu sedangkan masyarakat lokal mengunakan bahasa Indonesia murni. Tetapi kami juga tetap belajar bahasa lokal dengan orang lokal dan melalui buku-buku sehingga bisa membatu kami dalam beradaptasi. Bukan hanya bahasa tetapi banyak perbedaan dalam interaksi sosial diantaranya adat istiadat dan kebiasaan lainnya seperti kebiasaan minum alkhol dengan mabuk kemudian melakukan keributan dan intimidasi para pendatang. Perilaku seperti ini sangat berbeda bila dibandingkan di negara kami. Jadi ketika melihat hal seperti ini kami merasa tidak aman (unsave), akan tetapi lamakelamahan kami juga terbiasa dan bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Selanjutnya ekspatriat yang berasal dari Bangladesh, India, Pakistan dan Vietnam mengungkapkan mereka sulit berinteraksi dengan pemerintah terutama dalam pengurusan dokumen tetapi mereka selalu meminta bantuan pada interpreter dari perusahaan atau dari luar untuk membantu memahami tentang pengisian formulir baik visa, pajak dan dokumen lainnya. Akan tetapi 62

26 mereka lebih optimis dalam mempelajari bahasa lokal dengan interpreter, karyawan lokal dan buku-buku sehingga mereka bisa berbahasa Tetum dalam melakukan interaksi sosial. Bagi mereka bahasa lokal mudah untuk dipelajari namun yang menjadi tantangan bagi mereka adalah kebiasaan hidup masyarakat yang sering mabuk dan membuat keributa (violence) dan satu hal lagi yang sangat berbeda dengan kebiasaan mereka adalah ketika ada orang meninggal bukan hanya datang untuk memberikan hormat dengan doa namun diberikan makan, minum seperti acara pesta baru mayat di kuburkan hal ini sangat berbeda dengan budaya ekspatriat tetapi makin hari semakin menemui kebiasaan ini maka ekspatriat dapat memahami dan kadang-kadang mereka juga ikut berpartisipasi bila ada acara duka. Sedangkan ekspariat Australia, Amerika Serikat dan Jepan mengatakan hal yang berbeda bahwa mereka selalu melakukan adaptasi interaksi sosial selalu pergi bersama dengan interpreter dan mereka senang belajar bahasa lokal daripada bahasa Portugues (bahasa ofisial Timor Leste). Mereka belajar bahasa lokal melalui kursus di kedutaan mereka, buku dan bersama interpreter. Sedangkan mereka belajar budaya melalui internet, majalah dan Koran- 63

27 koran lokal yang memuat tentang budaya Timor Leste dan akhirnya mereka bisa memahami bahwa kebiasaan hidup masyrakat lokal sangat berbeda dengan mereka. Seperti yang dikatakan seorang ekspatriat dari Australia bahwa, Saya tidak banyak interaksi dengan masyarakat lokal karena saya susah memahami bahasa walaupun saya sudah belajar dari kedutaan Australia dan para interpreter, jadi saya kebanyakkan berinteraksi dengan komunitas Internasional daripada lokal. Hal ini benar-benar terjadi karena saya susah memahami bahasa lokal dan mengikuti kebiasaan lokal. Tetapi saya tetap berusaha mencari informasi melalui internet dan teman-teman yang sudah bekerja duluan di Timor Leste untuk memberikan petunjuk dan saya selalu berjalan sama para interpreter untuk memahami dan beradaptasi. Dan ketika ekspatriat ini di Tanya bahwa bagaimana anda mengatasi persoalan anda dalam interaksi sosial, ekspatriat ini mengatakan bahwa, Untuk mengatasi persoalan interaksi memang penting kalau tidak dilakukan maka kita akan terkurun dikamar dan bisa-bisa pulan Australia lebih awal maka saya selalu mencari teman-teman saya dari Australia ke kafe atau restoran konsumsi alkhol atau kadang-kadang saya pergi sendiri minum beer dan menyenangkan diri agar hari berikutnya saya bisa bekerja seperti biasa dan lama-lama saya terbiasa dengan keadaan. Bagi ekspatriat yang berkeluarga mereka juga melakukan interaksi secara bersamaan ketika suami dan istri pulan dari masing-masing kantor mereka belajar bahasa lokal bersama dan tukar pikiran 64

28 tentang budaya dan kebiasaan lokal, kemudian mereka lebih banyak memilih tinggal dirumah daripada keluar kecuali ada keperluan kebutuhan rumah tangga atau rekreasi di pantai. Selain itu mereka juga membangun komunikasi yang baik dengan tetangga atau pemilik rumah kontrakan dan juga dengan rekan kerjanya yang dianggap menjadi teman baik sehingga orang tersebut yang senantiasa memberikan bantuan. Ke empat bahasa ini merupakan suatu kendala besar bagi ekspatriat dalam melakukan interaksi sosial sebab mayoritas para ekspatriat hanya menggunakan bahasa perusahaan (corporate language) yaitu bahasa inggris untuk melakukan interaksi dengan stakeholders. Namun yang menjadi kendala bagi para ekspatriat untuk berinteraksi dengan masyarakat umum dan aparat pemerintah setempat adalah bahasa portugues dan Tetum. Kedua bahasa ini sangat penting bagi ekspatriat dalam melakukan interaksi karena semua aplikasi dokumen di Timor Leste menggunakan bahasa portugues dan tetum. Selain itu, Timor Leste juga mempunyai budaya yang sangat haterogen yang sulit bagi ekspatriat untuk berinteraksi baik dengan masyrakat lokal. 65

29 Namun para ekspatriat memiliki self efficacy yang tinggi sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan perbedaan yang dialaminya dan tetap bertahan bekerja di Timor Leste 4.4 HASIL ADAPTASI YANG DILAKUKAN PARA BISNIS EKSPATRIAT Penyesuaian yang dilakukan oleh ekspatriat tersebut telah mempunyai hasil. Hasil ini meliputi penyesuaian umum (general adjustment), penyesuain pekerjaan (work adjustment), dan non Pekerjaan atau interaksi sosial nonwork/ social interaction adjustment). Didalam melakukan penyesuaian di tempat kerja para ekspatriat Rajendar Jaau dari India, Narasimmarao Sinnayah dari Malaysia, Boonthom Koonog dari Thailand dan Noman Fatemi dari Bangladesh mereka bisa melakukan adaptasi dengan cepat hal ini didunkung dengan pengalaman kerja mereka sebelumnya di negara lain sehingga mereka melakukan pekerjaan dengan baik walaupun mereka menemui banyak hal yang berbeda diantaranya konflik etnitas dan organisasi, kebutuhan telekomunikasi yang sangat mahal dan listrik sering terjadi black out. Namun mereka sudah memiliki pengalaman beradaptasi secara individual di negara lain maka para ekspatriat tetap berusaha sehingga kendala tersebut tidak menghalangi 66

30 pekerjaan mereka secara menyeluruh walaupun mereka mengalami ketegangan. 23 ekspatriat yang tidak memiliki pengalaman kerja Internasional sebelumnya. Para ekspatriat tersebut melakukan adaptasi terhadap general adjustment dan nonwork / social interaction adjustment banyak mengalami kesulitan namun mereka selalu berusaha dengan mengkopi dan menyesuaian diri dengan keadaan. Selain itu para bisnis ekspatriat ini juga didukung oleh organisasi dengan memberikan dukungan informasi tentang situasi dan keamanan, kebutuhan hidup dan menyediakan para interpreter untuk menemani mereka ketika mereka menemui kesulitan adaptasi. seperti yang dikatakan oleh ekspatriat dari Australia, Amerika, Jepan dan Singapore bahwa ketika mereka melihat Timor Leste bukan yang seperti mereka bayangkan disaat mereka masih berada di Negara mereka, dan saat para ekspatriat tiba melihat banyak perbedaan dari ekspektasi mereka diantara kondisi makanan, tempat tinggal, jalan raya, kebutuhan telekomunikasi, listrik yang masih sering black out dan konflik sosial. Kondisi ini benar-benar menyiksakan mereka namun para ekspatriat ini tetap optimis untuk berusaha meminta dukungan dari organisasi dan kedutaan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Selain itu juga mereka 67

31 meminta bantuan dengan para interpreter untuk memahami lingkungan baru sehingga tidak menghalangi pekerja ekspatriat. Untuk adaptasi pekerjaan para ekspatriat dari Australia, Amerika, Japan dan Singapore tidak mengalami banyak perbedaan, para ekspatriat hanya menyesuaikan diri dengan fasilitas perusahaan yang ada. Hal yang sama juga diungkapkan oleh seorang ekspatriat yang berasal dari Filipina yang bekerja di perusahaan Australia bahwa adaptasi pekerjaan tidak memiliki banyak perbedaan namun hanya melakukan penyesuaian terhadap fasilitas setempat. Ekspatriat yang berasal dari Malaysia, Pakistan, Bangladesh, Thailand dan India merasakan hal yang sama bahwa di lingkungan pekerjaan para ekspatriat menyelesaikan tugas dengan baik karena didukung dengan job description sesuai dengan kontrak kerja walaupun ada sedikit perbedaan tentang fasilitas perusahaan. Sedangkan para ekspatriat yang berasal dari Vietnam dan 3 ekspatriat lainnya yang berasal dari Filipina menyatakan hal yang berbeda bahwa mereka menemui banyak perbedaan dalam job adjustment namun mereka lebih optimis untuk menyelesaikan dengan baik karena para ekspatriat diberi fleksibilitas melakukan pekerjaan. Disamping itu, kadang-kadang 68

32 dibebankan banyak pekerjaan baru namun didampingi atau sebelumnya diberi instruksi yang jelas sehingga para bisnis ekspatriat tidak mengalami kendala dalam pekerjaan baru bahkan mampu bekerja dengan efektif karena para ekspatriat merasa termotivasi untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru. Dalam hasil adaptasi ini pihak perusahaan juga merasakan dampak positive dari adaptasi yang dilakukan oleh ekspatriat. Sebab negara Timor Leste memiliki keunikan perbedaan yang sangat jauh bila dibandingkan dengan negara asal para ekspatriat, namun pihak perusahaan juga selalu membantu para ekspatriat dalam melakukan adaptasi sehingga dapat bekerja dengan baik dan merasa nyaman untuk tinggal dan tetap bekerja diperusahaan. Disamping itu perusahaan juga memberikan insentif sebagai job feedback bagi ekspatriat sehingga para bisnis ekspatriat termotivasi dalam menjalankan tugas walaupun mengalami banyak kesulitan. Hasil adaptasi yang dilakukan oleh para ekspatriat di Timor Leste dapat dilihat pada tabel berikut. 69

33 Table 4.4 Hasil adaptasi yang dilakukan oleh bisnis ekspatriat NEGARA GENERAL ADJUSTMENT ADAPTASI WORK ADJUSTMENT NONWORK ADJUSTMENT Filipina ***** **** ***** Bangladesh ***** **** ***** Thailand ***** **** ***** Singapore ***** *** ***** Malaysia ***** **** ***** Japan ***** *** ***** India ***** **** ***** Pakistan ***** **** ***** Vietnam ***** **** ***** Australia ***** *** ***** Amereika Serikat ***** *** ***** Keterangan : * : Dianggap Sangat Tidak Penting ** : Dianggap Tidak Penting *** : Dianggap Cukup Penting **** : Dianggap Penting ***** : Dianggap Sangat Penting 70

34 4.5 TAHAP ADAPTASI Berikut ini adalah bentuk tahap adaptasi yang dilakukan oleh ekspatriat. Adapun uraian dari tahapan tersebut, akan dibahas menurut negara para ekspatriat yaitu Filipina, Bangladesh, Thailand, Singapore, Malaysia, Japan, India, Pakistan, Vietnam, Australia, dan Amerika Serikat Ekspatriat Filipina Ekspatriat yang berasal dari Filipina pada saat kedatangan atau tiba di Timor Leste merasa takut dan gelisa. Pada tahap awal ini ekspatriat mengalami tahap keterkejutan dengan keadaan yang ada yaitu keadaan situasi dan keamanan yang tidak kondusif seperti konflik etnitas (Loro-monu vs Loro-sae) dan organisasi (pencak silat/beladiri dan partai), kondisi listrik yang sering black out lebih dari 2 jam, system telekomonikasi dan biaya hidup yang sangat mahal. Semua keadaan ini terjadi diluar ekspektasi para ekaptariat sehingga mereka menganggap hal ini sangat aneh, kemudian terkejut dan mulai merasa kerinduan kepada keluarga dan kampung halaman. Tahap ini disebut tahap culture shock. Setelah mengalami tahap ini, menurut ekspatriat mulai masuk ke tahap berikutnya, yaitu tahap mental isolation. Pada tahap ini ekspatriat mulai mengalami gelisa yang berat karena mereka tidak bisa bergaul 71

35 dengan tetangga karena tidak memahami bahasa dan tidak bisa keluar pada sore hari untuk mencari kebutuhan karena situasi dan keamanan setempat, selain itu listrik sering black out pada sore hari dan sirkulasi system transportasi pada malam hari juga berkurang sehingga merasa lebih tertekan dan tidak mampu untuk beradaptasi karena merasa kekuatiran yang berlebihan sehingga ekaptariat lebih memilih untuk tetap tinggal di dalam rumah. Namun para ekspatriat merasa jangan sampai kehilangan pekerjaan dan kepercayaan dari perusahaan induk, maka para ekspatriat mulai berusaha belajar bahasa dan mencari informasi tentang situasi dan keamanan melalui berbagai cara yaitu internet, Koran lokal, radio, TV dan juga mencari informasi lewat polisi Filipina di Timor Leste sehingga mulai mencoba untuk mengamati keadaan secara langsung. Tahap ini disebut tahap recovery, dalam tahap ini mulai meniru budaya dan mencoba untuk keluar sendirian mencari makan dan kebutuhan lain, tidak hanya sendirian kadangkadang bersama dengan interpreter atau pemilik rumah kontrakan dan yang berkeluarga bersamasama dengan keluarga melakukan adaptasi. Setiap hari melakukan hal yang sama maka para ekspatriat mulai memahami bahasa, budaya dan terbiasa dengan situasi dan keadaan setempat 72

36 bahwa masyarakat lokal tidak pernah menyiksa orang asing. Selain itu, konflik etnitas dan organisasi yang terjadi hanya antara masyarakat lokal. Dalam tahap ini para ekspatriat mulai percaya diri dan membuka diri untuk lebih memahami budaya dan kondisi-kondisi setempat sehingga lebih fleksible dalam adaptasi yang akhirnya lebih familiar dengan keadaan. Tahap ini disebut tahap adjustment Ekspatriat Bangladesh Bisnis ekspatriat dari Bangladesh mengalami tahapan ketika datang di Timor Leste, hal yang sama juga dialami oleh ekspatriat dari Bangladesh. ekspatriat merasa tertekan dan gelisa karena sulit mencari kebutuhan diluar, keadaan listrik yang sering black out, sistem infrastruktur yang tidak memadai bahkan semua gedung masih bekas kebakaran dan sangat sepih. Padahal informasi yang mereka peroleh dari teman-teman dan yang ada di internet membuat mereka sangat penasaran, namun setelah para ekspatriat tiba malah menemukan kebalikan yang menyebabkan gelisah dengan keadaan. Pada tahap ini disebut tahap Culture Shock. Setelah beberapa minggu keadaan semakin membosankan karena tidak bisa berinteraksi dengan keadaan setempat karena situasi dan kondisi 73

37 keamanan tidak kondusif seperti di tempat dimana mereka tinggal sering terjadi penyerangan antar masa dalam konflik sehingga para ekspatriat tidak bisa keluar mencari kebutuhan karena merasa takut yang berlebihan sehingga mereka lebih memilih tinggal di rumah. Pada tahap ini disebut tahap Mental Isolation. Walaupun tahap ini sangat sulit bagi para ekspatriat namun para ekspatriat merasa jangan sampai keadaan ini menganggu kinerja pekerjaan mereka, maka para ekspatriat mulai mencoba diri untuk mencari bantuan dengan polisi Timor Leste untuk memberikan informasi dan perlindungan. Disamping itu mereka juga mencari informasi melalui internet, TV, media lokal dan para interpreter untuk mendampingi mereka guna mencari kebutuhan mereka sambil mengamati dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Dalam proses tahap adaptasi ini disebut Tahap Recovery. Selanjutnya para ekspatriat mulai merasa terbiasa dengan keadaan karena sudah sering kali melakukan adaptasi yang sama, maka semua keadaan baru menjadi kebiasaan bagi para ekspatriat Bangladesh baik di lingkungan kerja maupun nonkerja. Dalam tahap ini disebut tahap adjustment. 74

38 4.5.3 Ekspatriat Thailand Ekspatriat Thailand diawal kedatangannya di Indonesia semua ekspatriat sebagai tenaga kerja di Restauran. Para ekspatriat ini mengalami tahap Culture Shock di awal kedatangan. Ketika mereka tiba di bandara udara melihat keadaan real hingga sampai tempat tinggal dimana mereka tinggal, para ekspatriat merasa stress karena kondisi infrasturuktur restaurant sangat jelek bila dibandingkan di Thailand dan kondisi keamanan setempat tidak stabil. Selain itu bukan hanya kondisi keamanan namun juga tidak memahami budaya lokal bagaimana cara yang terbaik dalam memberi salam dan melayani konsumer, walaupun para ekspatriat ini sudah diberikan informasi dari manajer hotel tentang kebiasaan namun hal ini pertama kali bagi mereka sehingga mereka kaku dan tidak merasa nyaman dalam melakukan penyesuaian. Setelah pulan dari pekerjaan mereka selalu memilih tinggal dirumah karena kondisi keamanan dan lingkungan dimana mereka tinggal tidak kondusif. Selain itu, Komunikasi antara para ekspatriat dengan para tetangga pun tidak terjadi karena para ekspatriat tidak memahami bahasa. Dalam tahap ini para ekspatriat hanya bisa berkomunikasi dengan sesama 75

39 teman Thailand dan memisahkan diri dari yang lain, tahap ini disebut tahap Mental Isolation. Akan tetapi para ekspatriat ini sering menemui konsumer lokal dan komunitas Internasional yang tinggal di Timor Leste maka mulai bergaul dan belajar bahasa lokal bersama-sama, meminta informasi tentang keadaan situasi dan keamanan. Kadangkadang di hari libur ditemani oleh teman lokal dan ekspatriat lain untuk mengamati keadaan dan mulai meniru dengan keadaan setempat. Dalam tahap ini disebut tahap recovery. Dalam tahap recovery para bisnis ekspatriat mulai meniru dan melakukan adaptasi setiap saat maka mereka akan terbiasa dengan semua perbedaan yang ada. Akhirnya mereka beralih ketahap yang dinamakan tahap adjustment. Dalam tahap ini para sudah bisa melakukan penyesuaian dengan sendirian terhadap keadaan Timor Leste secara menyeluruh, berinteraksi terhadap konsumer dan masyarakat Timor Leste pada umumnya Ekspatriat Singapore Tidak hanya ekspatriat dari Thailand yang mengalami tahapan ketika datang di Timor Leste, namun hal yang sama juga dirasakan oleh ekspatriat yang berasal dari Singapore. Diawal kedatangan juga 76

40 mengalami tahap cultur shock. Pada tahap ini para ekspatriat sangat khawatir akan keamanan seperti konflik senjata antara angkatan darat (Army) dengan Polisi Nasional dan konflik sosial. Selain itu, masalah kesehatan karena lingkungan pada umumnya kotor dan tidak sehat. Dalam tahap ini para ekspatriat sangat stress memikirkan kesehatannya dan merindukan kampung halaman serta keluarga, pada tahap ini disebut tahap Cultur Shock. Selanjutnya hari demi hari para ekspatriat merasa kesepian dan powerless dengan keadaan. Sebab tempat tinggal atau lingkungan dimana mereka bekerja sering kali terjadi bentrokan antar masa sehingga mereka merasa takut dan tertekan untuk mengurungkan diri didalam rumah. Dalam tahap ini para ekspatriat mengalami tahap yang dinamakan tahap Mental Isolation. Namun karena desakan pekerjaan dan kebutuhan mereka, para ekspatriat mencari informasi melalui polisi nasional Timor Leste sekaligus meminta perlindungan terhadap mereka. Cara lain yang juga dilakukan adalah mencoba berjalan bersama dengan teman kerja untuk keluar secara bertahap untuk mengamati keadaan, kemudian menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi setempat. Pada proses tahapan ini disebut tahap recovery karena para ekspatriat mulai 77

41 berusaha untuk mengamati dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Dengan melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan terbiasa dengan semua perbedaan seperti masalah lingkungan, keamanan dan keadaan Timor Leste secara menyeluruh maka dalam tahap ini disebut Tahap Adjustment sebab para bisnis sudah bisa melakukan penyesuaian dengan sendirian terhadap semua perbedaan yang mereka temui dan hal ini sudah menjadi kebiasaan walaupun masih ada sedikit ketegagan Ekspatriat Malaysia Ekspatriat yang berasal dari Malaysia, diawal kedatangan merasa kaget dengan keadaan sebab ekspatriat merasa bahwa sebelumnya Timor Leste adalah bagian dari Indonesia yang seharusnya pembangunan infrastruktur maju. Namun semuanya berbeda dari ekspektasi mereka, malah mereka melihat hampir semua bangunan bekas dari kebakaran. Malam pertama para ekspatriat tinggal dikota dili tetap terjadi kebakaran yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, hampir setiap malam di sepanjang jalan sangat sepih, terjadi bentrokan masa dengan melempar mobil di sepanjang jalan. Para ekspatriat merasa gelisa melihat keadaan yang penuh dengan konflik sehingga 78

42 diawal kedatangan mereka diawali dengan tahap Culture Shock. Setelah mengalami tahap ini mereka merasa sangat binggun dan kahwatir tentang keselamatan mereka dan memikirkan bagaimana cara melakukan penyesuain dengan keadaan. Akan tetapi para ekpatriat tidak mau keadaan ini mempengaruhi pekerjaan mereka dan para ekspatriat tidak ingin gagal dari pekerjaan maka mereka mulai berusaha menyesuaiakan diri dengan keadaan, dimulai dengan cara pencarian informasi tentang keamanan kepada polisi Malaysia yang bertugas di PBB. Disamping itu, bersama dengan rekan-rekan kerja keluar secara bertahap untuk mengamati situasi dan keadaan. Adapun cara lain yang dilakukan, yaitu setiap hari jumat mengunjungi masjid dan tukar pikiran bersama dengan kaum muslimin di Timor Leste sehingga mereka bisa meniru keadaan setempat, pada tahap ini disebut tahap recovery. Setiap hari jumat dan setelah pulan dari kerja mereka sering ke masjid untuk solat dan selalu berkumpul dengan kaum muslim untuk tukar pikiran tentang keadaan Timor Leste maka mereka telah mempunyai pengetahuan tentang budaya dan memahami situasi dan keamanan sehingga mudah untuk melakukan adaptasi. Pada tahap ini disebut tahap adjustment sebab mereka telah melakukan 79

BAB V PENUTUP 5. 1 KESIMPULAN Faktor-faktor pendukung adaptasi

BAB V PENUTUP 5. 1 KESIMPULAN Faktor-faktor pendukung adaptasi BAB V PENUTUP Kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran merupakan pekerjaan akhir dari penelitian yang harus menarik kesimpulan akhir. Kesimpulan berdasarkan temuan akhir, yang dibahas menurut urutan

Lebih terperinci

1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini ekspansi bisnis Internasional terus meningkat maka jumlah tenaga kerja Internasional yang bekerja di luar negeri pun juga semakin bertambah. Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif yang akan menggambarkan atau memaparkan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB II RERANGKA TEORITIS BAB II RERANGKA TEORITIS 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa eksptriat melakukan penyesuaian terhadap tiga dimensi adaptasi yang disebut in-country adjustment diantaranya

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Konsep Culture Shock 2.1.1 Definisi Culture Shock Culture shock mengacu pada reaksi psikologis yang dialami individu karena berada ditengah budaya yang berbeda dengan budayanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dengan hormat, Saya adalah mahasiswa Magister Profesi Psikologi Industri dan Organisasi. Pada saat ini saya sedang menyelesaikan tugas akhir atau tesis. Oleh

Lebih terperinci

Sehubungan dengan tugas akhir (SKRIPSI) Fakultas Psikologi SCHWARTZ S VALUES PADA MAHASISWA DENGAN LATAR BELAKANG

Sehubungan dengan tugas akhir (SKRIPSI) Fakultas Psikologi SCHWARTZ S VALUES PADA MAHASISWA DENGAN LATAR BELAKANG Lampiran PRAKATA Sehubungan dengan tugas akhir (SKRIPSI) Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yang berjudul STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SCHWARTZ S VALUES PADA MAHASISWA DENGAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satunya adalah PT Tatasolusi Pratama perusahaan berbasiskan engineering

I. PENDAHULUAN. Salah satunya adalah PT Tatasolusi Pratama perusahaan berbasiskan engineering I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan perusahaan sekarang ini akan semakin tinggi di tengah-tengah pembangunan yang mulai menggeliat di Indonesia. Untuk itu di butuhkan sebuah perusahaan yang dapat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Way Seputih Bumi Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai kepuasan kerja karyawan operasional mall X Bandung sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA 5.1 Pendahuluan Fenomena konflik pekerjaan keluarga atau work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR

PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR O L E H ARIF NOVIAN HADI 10.12.5022 S1-SI-2I Masuki Dunia Bisnis Selagi Anda Masih Muda Kalau mahasiswa dan pelajar ditanya apa yang akan dilakukan setelah lulus kuliah

Lebih terperinci

Kuesioner. Saya Edwin Hargono dari mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan

Kuesioner. Saya Edwin Hargono dari mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Lampiran1 : kuesioner Kuesioner Responden yang terhormat, Saya Edwin Hargono dari mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen angakatan 200 Unika Soegijapranata, memohon kesediaan bapak / ibu

Lebih terperinci

Pelajaran 10 MENGUBAH ROH PERTIKAIAN Sikap Pita Biru 08 Maret 2014

Pelajaran 10 MENGUBAH ROH PERTIKAIAN Sikap Pita Biru 08 Maret 2014 Pelajaran 10 MENGUBAH ROH PERTIKAIAN Sikap Pita Biru 08 Maret 2014 Sikap pita biru (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?) Seorang guru memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. a) Lingkungan kerja pada SMA Kecamatan Medan Tembung adalah cenderung

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. a) Lingkungan kerja pada SMA Kecamatan Medan Tembung adalah cenderung 84 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan 1. Secara Deskriptif a) Lingkungan kerja pada SMA Kecamatan Medan Tembung adalah cenderung sedang. b) Motivasi Kerja guru pada SMA Kecamatan Medan Tembung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker,

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari masa ke masa, perbedaan waktu dan tempat mengelompokan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker, 1998). Di Eropa, fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan manusia dari generasi ke generasi untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menempuh pendidikan tinggi merupakan. impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini. didasari oleh sejumlah tujuan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Menempuh pendidikan tinggi merupakan. impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini. didasari oleh sejumlah tujuan, mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menempuh pendidikan tinggi merupakan impian banyak orang. Pandian, (2008) hasrat ini didasari oleh sejumlah tujuan, mulai dari memperoleh pengalaman baru, bahkan

Lebih terperinci

PROFIL RESPONDEN. Undelivered 60. Gross responden 168. Nett responden (total-undelivered) Responden mengisi 73. Gross Response Rate 43.

PROFIL RESPONDEN. Undelivered 60. Gross responden 168. Nett responden (total-undelivered) Responden mengisi 73. Gross Response Rate 43. PROFIL RESPONDEN Kriteria S1 Sastra Inggris Gross responden 168 Undelivered 60 Nett responden (total-undelivered) 108 Responden mengisi 73 Gross Response Rate 43.5% Nett Response Rate 67.6% S1 SASTRA INGGRIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

Bab 13 PENGATURAN SDM PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL. (Bagian Kedua)

Bab 13 PENGATURAN SDM PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL. (Bagian Kedua) Bab 13 PENGATURAN SDM PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL (Bagian Kedua) A. Pendahuluan Saat Kodak membuka perusahaan cabang di Cina, Kodak membawa manajer dari barat yang unggul dalam aspek teknis pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses sebuah perubahan adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Dari pembahasan diatas penulis mengambil kesimpulan yaitu Self efficacy

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Dari pembahasan diatas penulis mengambil kesimpulan yaitu Self efficacy BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan diatas penulis mengambil kesimpulan yaitu Self efficacy mahasiswa program kelas karyawan dalam menghadapi skripsi adalah cukup baik. Jawaban atas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN

BAB VI PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN BAB VI PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN 6.1. Pemberdayaan Organisasi Perusahaan Pemberdayaan organisasi perusahaan Showa Indonesia Manufacturing terdiri dari

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

KEPUASAN KERJA DAN PENINGKATAN PRESTASI KERJA. Oleh: Muslikhah Dwihartanti

KEPUASAN KERJA DAN PENINGKATAN PRESTASI KERJA. Oleh: Muslikhah Dwihartanti KEPUASAN KERJA DAN PENINGKATAN PRESTASI KERJA Oleh: Muslikhah Dwihartanti Abstrak Sebuah perusahaan tentu memiliki tujuan yang telah ditetapkan dan ingin diwujudkan melalui kegiatan operasional. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Jasa Marga (Persero) adalah Perusahaan yang bersifat terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. PT. Jasa Marga (Persero) adalah Perusahaan yang bersifat terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Jasa Marga (Persero) adalah Perusahaan yang bersifat terbuka, bergerak di bidang pembangunan dan pengoperasian jalan tol, sebagai jalan lingkar yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi sudah semakin maju. Melalui perkembangan teknologi ini maka semakin banyak bidang lain yang berpengaruh dalam kehidupan kita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang tetap dan terus menerus yang didirikan serta

Lebih terperinci

BAB IV. Karakteristik Pekerjaan di Indonesia dan Latar Belakang Demografi Narasumber

BAB IV. Karakteristik Pekerjaan di Indonesia dan Latar Belakang Demografi Narasumber BAB IV Karakteristik Pekerjaan di Indonesia dan Latar Belakang Demografi Narasumber 4.1 Karakteristik Pekerjaan di Indonesia Karakteristik Pekerjaan di Indonesia Jam Kerja, waktu Istirahat kerja, waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen terpenting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan membutuhkan sumber daya dalam memenuhi tujuan yang sudah ditetapkan. Salah satu sumber daya yang dibutuhkan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

I. PENGANTAR II. DATA RESPONDEN

I. PENGANTAR II. DATA RESPONDEN No:... SURVEY KARYAWAN PT. XXX PERIODE TAHUN YYYY I. PENGANTAR Kami konsultan yang ditunjuk oleh PT. XXX sedang melakukan survey tentang Human Resources Index yang berkaitan dengan kepuasan karyawan. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Pemimpin PUR adalah laki-laki yang berumur 49 tahun yang menjabat sebagai Manager R&D. Latar belakang PUR berasal dari kalangan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, salah satunya, yaitu: proses bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, salah satunya, yaitu: proses bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang berorientasi pada laba/profit (profit oriented) dengan menjual barang dan/atau jasa kepada masyarakat. Banyak hal yang menjadi

Lebih terperinci

PP-PAUD & DIKMAS JABR

PP-PAUD & DIKMAS JABR MENGENAL KARAKTER PEKERJA UNGGUL YANG DIHARAPKAN PERUSAHAAN Model Pengelolaan Pemagangan Lembaga Kursus dan Pelatihan melalui Penyelerasan DUDI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka

Lebih terperinci

# kedua belah pihak tersebut harus ada two-way-communications yang berarti komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik. Hal ini memerlukan kerjas

# kedua belah pihak tersebut harus ada two-way-communications yang berarti komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik. Hal ini memerlukan kerjas BAB I PENDAHULUAN 1.1.! Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial di dalam kehidupannya harus saling berkomunikasi yang artinya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

[1]Poin yang Berkaitan dengan Profil Orang Asing dan sebagainya. 1 Profil orang asing dan sebagainya. 1 Laki-laki. 2 Perempuan.

[1]Poin yang Berkaitan dengan Profil Orang Asing dan sebagainya. 1 Profil orang asing dan sebagainya. 1 Laki-laki. 2 Perempuan. SURVEI UMUM BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG [1]Poin yang Berkaitan dengan Profil Orang Asing dan sebagainya 1 Profil orang asing dan sebagainya Pertanyaan 1 Apakah jenis kelamin Anda? 1 Laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam melakukan aktivitasnya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah tindakan yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Hal ini adalah keinginan untuk melakukan

Lebih terperinci

Universitas Sumatra Utara

Universitas Sumatra Utara Lembar Persetujuan Menjadi Responden Nama saya adalah Ahmad Syahidin Sinaga, mahasiswa S1 Keperawatan Ekstensi 2012 Fakultas Keperawatan USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Stres Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat BAB I PENDAHULUAN Sebuah penelitian berawal dari adanya fenomena dalam perusahaan yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat dalam latar belakang penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan manusia, termasuk Indonesia telah memasuki era

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini kehidupan manusia, termasuk Indonesia telah memasuki era 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan manusia, termasuk Indonesia telah memasuki era globalisasi dan hingga saat ini belum ada definisi yang pasti bagi globalisasi. Globalisasi

Lebih terperinci

******* Dedicated for God,pap,mum,brother and sister..

******* Dedicated for God,pap,mum,brother and sister.. Untuk mengetahui nilai Satu Tahun, Tanyakan seorang siswa yang gagal dalam ujian kenaikannya Untuk mengetahui nilai Satu Bulan, Tanyakan seorang Ibu yang melahirkan bayi prematur Untuk mengetahui nilai

Lebih terperinci

BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family

BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT. Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family BAB VII CARA MENGHADAPI MASALAH WORK FAMILY CONFLICT 7.1 Pendahuluan Walaupun berbagai dampak yang muncul akibat dari masalah work family conflict dirasakan oleh narasumber akibat bentroknya dua kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dapat menjelaskan dan menyakinkan pegawai bahwa dalam organisasi atau

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dapat menjelaskan dan menyakinkan pegawai bahwa dalam organisasi atau BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Pelaksanaan Motivasi Dalam sebuah organisasi seorang manajer atau pimpinan dituntut harus dapat menjelaskan dan menyakinkan pegawai bahwa dalam organisasi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah persaingan ekonomi dan teknologi untuk menjadi yang terbaik. Hal ini terutama terlihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Aspek yang menunjang manusia untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Uji Validitas Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted. Scale Variance if Item Deleted

LAMPIRAN. Uji Validitas Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted. Scale Variance if Item Deleted LAMPIRAN Lampiran L-1 Hasil Uji Try Out Kepuasan Kerja Reliabilitas Cronbach's Alpha N of Items.897 30 Uji Validitas Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

Suasana di Universidade NacionalTimorLorosae

Suasana di Universidade NacionalTimorLorosae Suasana di Universidade NacionalTimorLorosae Upik Kesumawati Hadi (PS Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Sekolah Pascasarjana Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor Indonesia) Tiba-tiba saya mendapat tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertumbuhan dan perkembangan industri di daerah perkotaan di Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di tengah kota

Lebih terperinci

Resume Tracer Study ITB 2015 Prodi Meteorologi Angkatan 2008

Resume Tracer Study ITB 2015 Prodi Meteorologi Angkatan 2008 Resume Tracer Study ITB 2015 Prodi Meteorologi Angkatan 2008 Data Responden Total alumni Meteorologi 2008 (34 org) Total alumni yang dilibatkan dalam pengisian kuesioner (34 org) Alumni yang memiliki alamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas organisasi. Mengingat peran yang cukup dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai adalah aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai adalah aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegawai adalah aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Pegawai mempunyai pikiran, dorongan perasaan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar setelah China, India, dan Amerika Serikat. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan air bersih sangat penting bagi semua orang, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan air bersih sangat penting bagi semua orang, baik itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini kebutuhan air bersih sangat penting bagi semua orang, baik itu kebutuhan air bersih di rumah tangga maupun di dunia bisnis. Untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

Resume Tracer Study ITB 2015 Prodi Teknik Mesin Angkatan 2008

Resume Tracer Study ITB 2015 Prodi Teknik Mesin Angkatan 2008 Resume Tracer Study ITB 2015 Mesin Angkatan 2008 Data Responden Total alumni Teknik Mesin 2008 (130 org) Total alumni yang dilibatkan dalam pengisian kuesioner (130 org) Alumni yang memiliki alamat email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di era modern saat ini, pekerjaan menjadi kebutuhan setiap orang. Kebutuhan hidup yang semakin tinggi memaksa orang untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Dalam

Lebih terperinci

Indonesian Continuers

Indonesian Continuers 2017 HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION Indonesian Continuers ( Section I Listening and Responding) Transcript Familiarisation Text FE FE Bagaimana perayaan Natal? Cukup baik. Kami ke rumah kakek dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk

BAB I PENDAHULUAN. dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah unit sosial yang dengan sengaja dikelola, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus-menerus untuk mencapai satu

Lebih terperinci

Perilaku Individu dan Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional

Perilaku Individu dan Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional Perilaku Individu dan Manajemen Sumber Daya Manusia Internasional Dhiani Dyahjatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id - info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 9 persen di tahun 2011 dibandingkan tahun lalu yang berkisar 8.5 persen.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 9 persen di tahun 2011 dibandingkan tahun lalu yang berkisar 8.5 persen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini problem pengangguran terbuka di Indonesia masih belum bisa diatasi oleh pemerintah. Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI, Latif

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1 Proses Pelaksanaan Umum Gambar 9. Service of Logincom Sumber: Arsip Perusahaan 16 3.1.1 Penawaran Projek Penawaran Projek Pada umumnya dari pihak luar atau klien akan diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan pekerjaan dan keluarga menjadi bagian yang akan dilalui oleh setiap individu dalam hidupnya. Memilih keduanya atau menjalani salah satu saja merupakan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007:

Lebih terperinci

PROFIL RESPONDEN. Undelivered Gross responden Nett responden (total-undelivered) Responden mengisi Gross Response Rate 28,2%

PROFIL RESPONDEN. Undelivered Gross responden Nett responden (total-undelivered) Responden mengisi Gross Response Rate 28,2% PROFIL RESPONDEN Kriteria Universitas Airlangga Gross responden 4710 Undelivered 2355 Nett responden (total-undelivered) 2355 Responden mengisi 1327 Gross Response Rate 28,2% Nett Response Rate 56,3% Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (kesejahteraan psikologis) merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah cara individu merasakan pekerjaan yang dihasilkan dari sikap individu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian kepuasan kerja karyawan Suwatno dan Priansa (2011: 263) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah cara individu merasakan

Lebih terperinci

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR. 1. Validitas dan Reliabilitas Dimensi Jarak Kekuasaan

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR. 1. Validitas dan Reliabilitas Dimensi Jarak Kekuasaan LAMPIRAN A HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Validitas dan Reliabilitas Dimensi Jarak Kekuasaan No. Item Validitas Keterangan 1 0.649 Diterima 6 0.545 Diterima 11 0.097 Ditolak 16 0.459

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KUESIONER

LAMPIRAN I KUESIONER LAMPIRAN I KUESIONER KUESIONER No. Responden : Responden yang terhormat, Saya mohon kesediaan anda untuk mengisi titik-titik dibawah ini mengenai Fenomena Work Family Conflict Karyawati Perbankan di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

Berbagai macam bentuk penetrasi pasar luar negeri: Ekspor Lisensi Waralaba Perusahaan multinasional Perusahaan global BAB 12.

Berbagai macam bentuk penetrasi pasar luar negeri: Ekspor Lisensi Waralaba Perusahaan multinasional Perusahaan global BAB 12. Peran MSDM dalam bisnis internasional Perbedaan antar negara yang mempengaruhi praktek MSDM Proses penugasan internasional yang efektif Pendekatan dalam penyediaan staf global Pemahaman tiga fase dalam

Lebih terperinci

Resume Tracer Study ITB 2015 Prodi Teknik Informatika Angkatan 2008

Resume Tracer Study ITB 2015 Prodi Teknik Informatika Angkatan 2008 Resume Tracer Study ITB 2015 Informatika Angkatan 2008 Data Responden Total alumni Teknik Informatika 2008 (105 org) Total alumni yang dilibatkan dalam pengisian kuesioner (105 org) Alumni yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang serba kompetitif menuntut dunia usaha memberi lebih banyak ruang bagi sumber daya manusia untuk berkarya. Situasi dan kondisi demikian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan

Lebih terperinci

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 COPING STRESS PADA WANITA YANG MENGALAMI KEMATIAN PASANGAN HIDUP Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Sendy Puspitasari F 100 040 029 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media yang digunakan oleh manusia dalam bertukar ide dan berbagai informasi. Saat

BAB I PENDAHULUAN. media yang digunakan oleh manusia dalam bertukar ide dan berbagai informasi. Saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan hidup bermasyarakat memerlukan komunikasi atau pertukaran informasi lainnya. Komunikasi merupakan jembatan atau media yang

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor

BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT. bekerja. Dampak dari masalah work family conflict yang berasa dari faktor BAB VI DAMPAK DARI WORK FAMILY CONFLICT 6.1 Pendahuluan Fenomena work-family conflict ini juga semakin menarik untuk diteliti mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, baik terhadap wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas bekerja memang tidak bisa terlepas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas bekerja memang tidak bisa terlepas dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas bekerja memang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia, ada orang yang bekerja untuk mencari uang, ada yang bekerja untuk mengisi waktu luang ada pula yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui dewasa ini, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui dewasa ini, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui dewasa ini, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berlomba-lomba untuk memberikan kinerja dan hasil yang terbaik dalam melayani masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, emansipasi wanita bukanlah hal asing untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak menjadi kendala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci