VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung"

Transkripsi

1 VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100 orang responden yang terdiri dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung Pancar didominasi oleh laki-laki yang sebagian besar datang secara berkelompok Umur Menurut karakteristik umur, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar adalah kaum muda yang berusia antara tahun yaitu sebanyak 41%. Pengunjung yang usianya berkisar antara tahun sebanyak 19%. Selain itu, pengunjung yang berusia di atas 33 tahun sebanyak 37% dan 3% sisanya merupakan pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun. Pengunjung yang berusia antara tahun tersebut didominasi oleh pegawai swasta yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan atau pabrik. Hal ini merepresentasikan keadaan di lapangan dimana banyak ditemui kaum muda di tempat wisata tersebut dikarenakan kondisi alam di TWA Gunung Pancar sangat cocok untuk mereka yang suka berpetualang dan olahraga yang menantang. Menurut Muntasib (2007), para pemuda mempunyai karakteristik ingin selalu mencari sesuatu yang baru, berpetualang menghadapi tantangan dan berkelana mengarungi alam. Proporsi jumlah responden TWA Gunung Pancar berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. 46

2 Umur (tahun) Presentase (%) < >33 37 Tabel 3. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Daerah Asal Berdasarkan karakteristik daerah asal, pengunjung TWA Gunung Pancar didominasi oleh mereka yang berasal dari daerah Jakarta yakni sebesar 39%. Pengunjung yang berasal dari Bogor sebesar 38%, pengunjung yang berasal dari Depok sebesar 14%, pengunjung yang berasal dari Bekasi sebesar 8%. Sisanya merupakan mereka yang berasal dari Cianjur yakni sebesar 1%. Proporsi jumlah responden berdasarkan daerah asal dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Daerah Asal Presentase (%) Jakarta 39 Bekasi 8 Depok 14 Bogor 38 Cianjur 1 Tabel 4. Sebaran Daerah Asal Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2011 Data di atas menunjukkan wisatawan lokal yang berasal dari Jakarta dan Bogor merupakan konsumen potensial bagi TWA Gunung Pancar. Hal tersebut dikarenakan lokasi TWA Gunung Pancar yang berada di Bogor sehingga pengunjung yang datang berasal dari daerah-daerah di sekitar kawasan. Banyaknya pengunjung TWA Gunung Pancar yang berasal dari Jakarta dikarenakan minimnya tempat wisata di wilayah Jakarta, terutama wisata alam, sehingga pengunjung memilih TWA Gunung Pancar sebagai tempat wisata alternatif mereka. Selain itu beberapa obyek wisata yang terdapat di TWA Gunung 47

3 Pancar juga telah dikelola oleh mereka yang berasal dari Jakarta, sehingga kegiatan promosinya cenderung lebih banyak ke daerah Jakarta. Ini dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola dalam memaksimalkan berbagai fasilitas dan daya tarik wisata untuk menarik perhatian wisatawan lokal lebih banyak lagi. Namun demikian, dari data tersebut diketahui juga bahwa TWA Gunung pancar masih memerlukan upaya promosi agar keberadaanya dapat lebih diketahui khalayak ramai sehingga dapat meningkatkan kunjungan dari berbagai daerah lainnya Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan menunjukkan pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi kesadaran untuk melakukan kegiatan wisata. Berdasarkan faktor tingkat pendidikan, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar merupakan lulusan SMA yakni sebanyak 55%. Pengunjung yang berpendidikan akhir SMP sebanyak 11% dan SD sebanyak 1%, sisanya sebesar 33% berpendidikan akhir Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan akhir pengunjung diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman mereka akan pentingnya menjaga kelestarian dan keberlanjutan dari suatu sumber daya alam serta meminimalisir kerusakan akibat esploitasi alam yang terjadi sehingga keberadaan TWA Gunung Pancar dapat terus dijaga. Tingginya pendidikan pengunjung TWA Gunung Pancar juga akan meningkatkan rasa ingin tahu tentang obyek wisata yang ada di TWA Gunung Pancar, meningkatkan kesadaran pengunjung tentang suatu perjalanan wisata, serta kesadaran mereka dalam memberikan persepsi tentang nilai sumberdaya alam suatu obyek wisata 48

4 yang secara tidak langsung persepsi ini akan mendorong mereka melakukan perjalanan wisata atau kunjungan ke TWA Gunung Pancar. Terkait dengan karakteristik tingkat pendidikan pengunjung TWA Gunung Pancar, pengelola sebaiknya dapat menambah dan meningkatkan sarana informasi wisata serta petunjuk-petunjuk yang mudah dipahami oleh wisatawan, sehingga pemanfaatan lokasi tersebut dapat terarah dan terkelola dengan baik. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini. Tingkat Pendidikan Presentase (%) SD 1 SMP 11 SMA 55 Perguruan Tinggi 33 Tabel 5. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Pekerjaan Jenis Pekerjaan dari pengunjung TWA Gunung Pancar sangat beragam, namun sebagian besar merupakan pegawai swasta yakni 53%. Pelajar dan mahasiswa sebesar 13%, pengusaha/wiraswata sebesar 17%, Pegawai Negeri Sipil 10%, ABRI 4%, dan sisanya sebesar 3% merupakan Ibu Rumah Tangga. Hal ini dapat menjadi penyebab TWA Gunung Pancar lebih ramai didatangi pada hari libur, dimana para pengunjung memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola dapat menambah sarana dan prasarana serta atraksi wisata alam terutama pada hari libur sehingga dapat menarik minat wisatawan lebih banyak lagi. Data tersebut disajikan pada Tabel 6 berikut ini. 49

5 Pekerjaan Presentase (%) PNS 10 Pengusaha/Wiraswasta 17 Pelajar/Mahasiswa 13 Ibu Rumah Tangga 3 ABRI 4 Pegawai Swasta 53 Tabel 6. Sebaran Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Tingkat Penghasilan Berdasarkan tingkat penghasilan, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar memiliki penghasilan antara Rp , ,00 yakni sebesar 60% responden. Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa sebesar 17% pengunjung memiliki penghasilan antara Rp , ,00, sebanyak 12% memiliki penghasilan di bawah Rp ,00, sebesar 10% memiliki penghasilan diatas Rp ,00, dan sisanya sebanyak 1% memiliki penghasilan antara Rp , ,00. Tingkat penghasilan pengunjung akan mempengaruhi kegiatan konsumsinya termasuk konsumsi wisata dimana kebutuhan wisata merupakan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, pengunjung akan cenderung memilih untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berwisata. Semakin tinggi penghasilan pengunjung, maka alokasinya terhadap kegiatan wisata akan semakin meningkat sehingga nilai kesediaan membayar pengunjung dapat bertambah. Hal ini dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi pengelola dalam menentukan harga tiket yang berlaku demi perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana di TWA Gunung Pancar. 50

6 Penghasilan (Rp) Presentase (%) < > Tabel 7. Sebaran Penghasilan Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Status Pernikahan Status pernikahan seseorang akan mempengaruhi kunjungan wisata seseorang. Status pernikahan berhubungan dengan jumlah tanggungan seseorang. Seseorang yang sudah menikah kemungkinan besar mempunyai jumlah tanggungan yang lebih banyak, misalnya anak dan istri, dibandingkan dengan seseorang yang belum menikah. Jumlah tanggungan yang lebih banyak pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya biaya perjalanan yang harus dikeluarkan, sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi biaya perjalanan seseorang. Berdasarkan penelitian di lapangan proporsi pengunjung yang sudah menikah dengan pengunjung yang belum menikah dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Status Pernikahan Presentase (%) Menikah 48 Belum Menikah 52 Tabel 8. Sebaran Status Pernikahan Responden Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Cara Kedatangan Sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar mendatangi taman wisata alam tersebut secara berkelompok baik dengan keluarga, teman-teman maupun rekan kerja di perusahaan. Pengunjung yang datang dengan cara demikian yaitu sebesar 56%. Pengunjung lainnya memutuskan untuk mengunjungi tempat 51

7 wisata tersebut bersama pasangannya sebanyak 33% dan sebesar 11% sisanya memilih untuk berwisata sendirian. Berdasarkan informasi tersebut, penyediaan paket-paket wisata dapat menjadi alternatif tawaran bagi pengunjung TWA Gunung Pancar yang datang secara berkelompok, sehingga aktivitas wisata dapat lebih terorganisir. Tabel 9 menunjukkan proporsi cara kedatangan pengunjung TWA Gunung Pancar. Cara Kedatangan Presentase (%) Sendiri 11 Berpasangan 33 Berkelompok 56 Tabel 9. Sebaran Cara Kedatangan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Jumlah Rombongan Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa wisatawan yang mengunjungi TWA Gunung Pancar sebagian besar memutuskan untuk datang secara berkelompok dengan jumlah anggota rombongan <5 orang yaitu sebesar 82%. Pengunjung lainnya datang dengan jumlah rombongan antara 5-10 orang yaitu sebesar 17% dan sisanya datang dalam jumlah rombongan yang besar yakni di atas 10 orang yaitu sebesar 1%. Adapun wisatawan yang berkunjung dengan jumlah rombongan relatif banyak, biasanya merupakan perusahaan ataupun rombongan pelajar atau mahasiswa yang melakukan aktivitas outbond atau camping. Hal ini kembali dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk meningkatkan fasilitas wisata, baik mengenai lahan parkir maupun fasilitas lainnya, agar kapasitas dari tempat wisata tersebut dapat mencukupi jumlah rombongan atau wisatawan yang datang. Adapun proporsi jumlah rombongan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. 52

8 Jumlah Rombongan (orang) Presentase (%) < >10 1 Tabel 10. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Alat Transportasi Berdasarkan alat transportasi yang digunakan oleh wisatawan menuju TWA Gunung Pancar sebagian besar pengunjung tempat wisata ini datang dengan menggunakan kendaraan roda dua yakni sebanyak 56%. Pengunjung lainnya datang dengan menggunakan mobil pribadi sebanyak 39%. Sisanya memutuskan untuk mengunjungi lokasi wisata dengan menggunakan sepeda (4%) dan bus charter (1%). Wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini didominasi oleh mereka yang datang berkelompok dengan menggunakan motor pribadi. Selain dianggap lebih ekonomis, kendaraan ini juga dinilai lebih sesuai dengan aksesibilitas di lokasi wisata tersebut. Kendaraan roda empat umumnya digunakan oleh pengunjung yang membawa rombongan keluarganya atau pengunjung yang membawa sepeda untuk olahraga sepeda gunung atau downhill. Bus biasanya digunakan oleh rombongan karyawan perusahaan dan rombongan pelajar atau mahasiswa yang hendak melakukan aktivitas outbond atau camping. Mereka yang memilih menggunakan sepeda merupakan wisatawan lokal yang bertempat tinggal tidak jauh dari TWA Gunung Pancar dan ingin melakukan olahraga bersepeda. Tabel 11 menunjukkan sebaran alat transportasi yang digunakan oleh pengunjung TWA Gunung Pancar. 53

9 Alat Transportasi Presentase (%) Motor 56 Mobil 39 Sepeda 4 Bus Charter 1 Tabel 11. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Sumber Informasi Lokasi Menurut sumber informasi keberadaan TWA Gunung Pancar, sebagian besar pengunjung mengetahuinya dari teman atau keluarga yaitu sebanyak 84%. Sisanya pengunjung mengetahui keberadaan tempat wisata dari surat kabar atau majalah sebanyak 1%, tahu sendir 4%, dan sisanya sebanyak 11% mengetahu dari media informasi baik televise maupun internet. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi pengelola untuk meningkatkan kegiatan promosinya lebih baik lagi. Salah satu kegiatan promosi yang dapat dilakukan untuk menginformasikan keberadaan TWA Gunung Pancar adalah dengan mengikuti pameran-pameran wisata. Sebaran sumber informasi mengenai keberadaan TWA Gunung Pancar disajikan pada Tabel 12 berikut ini. Sumber Informasi Presentase (%) Teman/Keluarga 84 Tahu Sendiri 4 Media Informasi 11 Surat Kabar/Majalah 1 Tabel 12. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Tujuan Wisata TWA Gunung Pancar mempersembahkan suasana yang begitu dekat dengan alam sehingga menarik minat wisatawan untuk berekreasi menikmati keindahan alam TWA Gunung Pancar. Wisatawan semacam ini banyak ditemui di 54

10 lokasi dan sangat mendominasi motivasi kunjungan yakni sebesar 74%. Adapula pengunjung lain yang datang ke TWA Gunung Pancar melakukan aktivitas olahraga yakni sebesar 18%, 6% datang untuk melakukan pengobatan atau terapi, dan 2% sisanya datang untuk melakukan kegiatan fotografi. Sebaran tujuan wisata pengunjung TWA Gunung Pancar disajikan pada Tabel 13. Terkait dengan tujuan wisata, perawatan fasilitas yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dalam menikmati keindahan alam yang ditawarkan TWA Gunung Pancar. Tujuan Wisata Presentase (%) Rekreasi 74 Olahraga 18 Terapi/Pengobatan 6 Fotografi 2 Tabel 13. Sebaran Tujuan Wisata Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Lama Kunjungan Lama kunjungan diartikan sebagai waktu yang dihabiskan wisatawan di TWA Gunung Pancar. Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa 46% pengunjung menghabiskan waktu di lokasi tersebut sekitar 3-4 jam. Biasanya mereka berkunjung dengan tujuan menikmati pemandangan alam dan suasana sejuk di lokasi tersebut. Pengunjung lainnya memerlukan 5-6 jam untuk melakukan aktivitas wisata (29%). Pengunjung yang menghabiskan waktu di lokasi hingga 1-2 jam sebanyak 18% dan sisanya sebanyak 7% menghabiskan waktu untuk berwisata di TWA Gunung Pancar lebih dari 6 jam. Pengunjung yang demikian sebagian besar meluangkan waktunya sejak pagi untuk melakukan aktivitas olahraga downhill ataupun camping. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola agar menambah atraksi wisata alam yang menarik 55

11 minat pengunjung, dengan demikian diharapkan akan meningkatkan antusiasme mereka untuk menghabiskan waktu berwisata lebih lama lagi. Proporsi mengenai waktu yang dihabiskan pengunjung dalam berwisata di TWA Gunung Pancar disajikan pada Tabel 14 berikut ini. Lama Kunjungan (jam) Presentase (%) >6 7 Tabel 14. Sebaran Lama Kunjungan Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa responden TWA Gunung Pancar merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang cukup jauh dari lokasi wisata. Sebagian besar pengunjung menempuh jarak lebih dari 50 km untuk mencapai ke lokasi ini yaitu sebanyak 45%. Mereka merupakan wisatawan yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya. Selebihnya menempuh jarak kurang dari 50 km, kemungkinan besar merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang relatif dekat dengan lokasi seperti Bogor dan sekitarnya. Sebaran jarak yang ditempuh pengunjung menuju TWA Gunung Pancar ditunjukkan pada Tabel 15 berikut ini. Jarak Tempuh (km) Presentase (%) < Tabel 15. Sebaran Jarak Tempuh Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun

12 Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi, sebagian besar responden memerlukan waktu 1-1,5 jam untuk tiba di TWA Gunung Pancar yakni sebanyak 53%. Jumlah waktu tersebut diperkirakan dibutuhkan oleh mereka yang masih berasal dari daerah sekitar Bogor. Selain itu, 39% responden membutuhkan waktu sebanyak 2-2,5 jam. Sebanyak 4% responden membutuhkan waktu 4-4,5 jam dan 3% responden membutuhkan waktu 3-3,5 jam. Jumlah waktu tersebut pada umumnya dibutuhkan oleh mereka yang berasal dari daerah Jakarta, Bekasi, Depok, dan daerah lain yang cukup jauh dari lokasi seperti Cianjur dan Bandung. Sisanya sebanyak 1% responden membutuhkan waktu sekitar 0,5 jam untuk tiba di lokasi, mereka pada umumnya adalah pengunjung dari daerah di sekitar lokasi TWA Gunung Pancar. Sebaran waktu tempuh yang dibutuhkan pengunjung menuju TWA Gunung Pancar disajikan pada Tabel 16 berikut ini. Waktu Tempuh (jam) Presentase (%) Tabel 16. Sebaran Waktu Tempuh Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun Persepsi Pengunjung Mengenai TWA Gunung Pancar Melalui wawancara dan kuesioner, peneliti juga mencoba untuk menggali informasi mengenai penilaian pengunjung terhadap TWA Gunung Pancar. Hal ini dilakukan agar pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam mengelola TWA Gunung Pancar. Adapun penilaian tersebut meliputi keadaan keamanan objek wisata, penyediaan fasilitas rekreasi, pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung, penyediaan informasi, dan 57

13 kemudahan mencapai lokasi atau aksesibitas. Selain itu pengunjung juga diminta untuk menilai faktor lingkungan yang terdiri dari faktor kebersihan, kualitas udara, kualitas air, dan tingkat kebisingan Keamanan Keamanan dalam penelitian ini adalah aman baik dari segi kecelakaan fisik yang dapat disebabkan oleh areal TWA Gunung Pancar yang berupa hutan sehingga terdapat banyak bebatuan, adanya jurang, ataupun serangan binatang, dan keamanan dari segi materi seperti pencurian barang berharga. Berdasarkan hasil observasi lapang terhadap pengunjung TWA Gunung Pancar mengenai tingkat keamanan di tempat wisata tersebut sebanyak 81% responden menyatakan aman. Pengunjung lainnya menyatakan kurang aman sebanyak 18% dan sisanya 5% menyatakan sangat aman. Responden yang menyatakan kurang aman menyatakan demikian dengan alasan tidak adanya pagar pembatas di area yang dekat dengan jurang sehingga memungkinkan terjadi kecelakaan pengunjung, pada areal piknik tidak ada areal khusus untuk parkir kendaraan sehingga memungkinkan terjadinya tindakan pencurian, dan kurangnya jumlah petugas keamanan baik satpam atau polisi hutan yang berkeliling untuk memastikan kegiatan wisata berjalan dengan lancar. Tabel 17 merupakan proporsi penilaian pengunjung mengenai keamanan TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Aman 81 Kurang Aman 14 Sangat Aman 5 Tabel 17. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Keamanan Tahun Penyediaan Fasilitas Rekreasi 58

14 Berdasarkan sarana dan prasarana wisata di TWA Gunung Pancar, sebanyak 66% responden menyatakan bahwa fasilitas di tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Responden yang menyatakan fasilitas wisata disana memadai sebesar 31% dan sisanya menyatakan sangat memadai sebesar 3%. Adapun responden yang menyatakan bahwa fasilitas yang ada di lokasi kurang memadai melihat bahwa fasilitas yang ada di lokasi tersebut kurang terawat dan sangat perlu untuk diadakannya fasilitas tambahan. Tabel 18 menunjukkan Proporsi penilaian pengunjung mengenai penyediaan fasilitas rekreasi di TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Kurang Memadai 66 Memadai 31 Sangat Memadai 3 Tabel 18. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Fasilitas Rekreasi Tahun 2011 Beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki antara lain tempat ibadah, jalan menuju lokasi, area parkir, dan bangunan untuk berteduh. Sedangkan fasilitas yang menurut responden perlu untuk ditambahkan yaitu tempat berteduh, tempat sampah, WC umum, penunjuk jalan/papan intepretasi, penjual makanan, dan fasilitas bermain anak. Berdasarkan hal tersebut di atas perhatian pengelola akan perbaikan dan penambahan fasilitas sangat diperlukan dalam pengembangan TWA Gunung Pancar lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan kualitas dari tempat wisata itu sendiri. Berikut merupakan gambar fasilitas yang terdapat di TWA Gunung Pancar 59

15 Gambar 5. Fasilitas Wisata di TWA Gunung Pancar Pelayanan Pengelola TWA Gunung Pancar Berdasarkan penilaian yang diberikan pengunjung terhadap pelayanan pengelola TWA Gunung Pancar sebanyak 78% dari pengunjung menyatakan bahwa pelayanan pengelola dalam menerima kunjungan wisatawan sangat baik. Pengunjung yang berpendapat pengelola baik dalam melayani dan menerima kunjungan wisatawan sebanyak 15% dan sisanya sebanyak 7% dari pengunjung menilai pelayanan pengelola wisata setempat kurang baik. Berdasarkan hal tersebut, perhatian pengelola terhadap pelayanan TWA Gunung Pancar perlu ditingkatkan lagi untuk membangun citra yang baik sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan kunjungan kembali ke lokasi wisata tersebut. Penilaian pengunjung mengenai pelayanan pengelola TWA Gunung Pancar tersebut dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Kurang Baik 7 Baik 78 Sangat Baik 15 Tabel 19. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun Penyediaan Sarana Informasi 60

16 Sarana informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini mencakup buku petunjuk, peta ataupun fasilitas lainnya yang digunakan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan informasi pengunjung mengenai TWA Gunung Pancar. Hasil penelitian menunjukkan 52% wisatawan menyatakan sarana informasi di TWA Gunung Pancar tidak ada. Sebanyak 36% menyatakan sarana informasi yang diberikan kurang memadai.. Sebanyak 12% sisanya berpendapat sarana informasi yang diberikan itu memadai. Hal ini dapat dikarenakan baik pemandu wisata, peta wisata maupun papan petunjuk jalan serta bentuk informasi lainnya masih sulit untuk ditemukan. Tabel 20 menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai penyediaan informasi di TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Kurang Memadai 36 Memadai 12 Sangat Memadai 52 Tabel 20. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Sarana Informasi Tahun Aksesibilitas Aksesibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kondisi jalan, mudah atau tidaknya alur jalan yang dilalui responden untuk mencapai TWA Gunung Pancar, sebanyak 59% responden berpendapat bahwa aksesibilitas menuju TWA Gunung Pancar relatif mudah. Sebanyak 35% responden menyatakan sulit, 4% responden menyatakan sangat mudah, dan hanya 2% sisanya yang berpendapat aksesibilitas menuju tempat wisata tersebut sangat sulit untuk dilalui. Mereka yang berpendapat bahwa aksesibilitas menuju TWA Gunung Pancar sangat sulit untuk dilalui, sebagian besar merupakan pengguna kendaraan pribadi seperti mobil. Penilaian tersebut didasarkan pada kondisi jalan menuju kawasan wisata ini sedikit rusak dan berlubang serta luas jalan yang tidak 61

17 terlalu lebar untuk kendaraan roda empat. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya kerjasama antara pengelola lokasi wisata dan pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki jalan menuju kawasan wisata tersebut sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung yang membawa kendaraan pribadi. Tabel 21 menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai aksesibilitas di TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Sangat Mudah 4 Mudah 59 Sulit 35 Sangat Sulit 2 Tabel 21. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Aksesibilitas Tahun Kebersihan Tempat Wisata Faktor kebersihan merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut dari suatu kawasan wisata, serta untuk menjaga kelestarian lingkungan di kawasan wisata tersebut. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, dan wawancara sebanyak 47% responden menyat29akan bahwa kebersihan TWA Gunung Pancar perlu mendapat perhatian dari pengelola. Responden menyatakan sedikit bermasalah sebesar 34%, sebanyak 14% menyatakan sedang karena belum merasa terganggu dengan kondisi kebersihan di kawasan wisata tersebut. Sisanya sebanyak 5% responden menyatakan tidak ada masalah dengan kebersihan TWA Gunung Pancar. Hal tersebut dinilai karena masih banyaknya sampah yang berserakan di lokasi akibat aktivitas wisata yang dilakukan pengunjung, kurangnya tempat pembuangan sampah, serta minimnya petugas kebersihan di kawasan wisata tersebut. Oleh karena itu, perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk menambah 62

18 unit kebersihan dalam pengelolaan sampah dan penambahan tempat pembuangan sampah di lokasi-lokasi yang ramai dikunjungi pengunjung agar tercipta lingkungan yang bersih, indah dan nyaman bagi pengunjung yang melakukan rekreasi di TWA Gunung Pancar. Proporsi penilaian responden mengenai kebersihan di TWA Gunung Pancar dapat dilihat pada Tabel 22 berikut. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Perlu Perhatian 47 Sedang 14 Sedikit Masalah 34 Tidak Ada Masalah 5 Tabel 22. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Kebersihan Tahun Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Udara Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden menilai kualitas udara di TWA Gunung Pancar masih sangat sejuk dan belum terganggu oleh polusi akibat kendaraan maupun aktivitas ekonomi. Responden yang berpendapat demikian yakni sebanyak 72%. Responden yang menilai bahwa ada sedikit masalah terhadap kualitas udara di kawasan wisata tersebut sebanyak 19%, demikian juga dengan responden yang menyatakan sedang yakni sebanyak 9%, dan sisanya sebanyak 3% menyatakan tingkat polusi udara tinggi dengan alasan banyaknya kendaraan bermotor milik warga di sekitar kawasan yang melintasi TWA Gunung Pancar ini, mengingat taman wisata ini merupakan satu-satunya akses jalan bagi warga di kampung Cimandala. Hal ini dinilai akan mempengaruhi kualitas udara di kawasan wisata tersebut. Tabel 23 menunjukkan proporsi responden mengenai penilaian kualitas udara di TWA Gunung Pancar. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Sedang 9 Sedikit Masalah 19 63

19 Tidak Ada Masalah 72 Tabel 23. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Kualitas Udara Tahun Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Air Penilaian terhadap kualitas air di kawasan ini juga perlu diperhatikan, mengingat obyek wisata pemandian air panas merupakan salah satu daya tarik wisata di kawasan ini. Berdasarkan hasil observasi, sebanyak 64% menyatakan tidak ada masalah terhadap pencemaran air di kawasan wisata ini. Responden yang menyatakan kualitas air di kawasan wisata ini sedikit bermasalah sebanyak 24% dan 12% responden menyatakan sedang. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya wisatawan yang datang ke pemandian air panas untuk berobat/terapi, bahkan beberapa reponden mengambil air panas dari kawasan tersebut untuk diminum. Proporsi penilaian pengunjung terhadap kualitas air di TWA Gunung Pancar dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Sedang 12 Sedikit Masalah 24 Tidak Ada Masalah 64 Tabel 24. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Kualitas Air Tahun Penilaian Wisatawan terhadap Tingkat Kebisingan Faktor lingkungan lainnya yang juga dinilai oleh responden adalah tingkat kebisingan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan didapatkan sebanyak 66% pengunjung berpendapat bahwa tidak ada masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar. Sebanyak 21% responden menyatakan ada sedikit masalah polusi udara di kawasan wisata ini. Sebanyak 11% menyatakan sedang dengan alasan suara yang dihasilkan dari aktivitas wisata berpotensi menciptakan kebisingan. Sisanya 64

20 sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi 2 Sedang 11 Sedikit Masalah 21 Tidak Ada Masalah 66 Tabel 25. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun Penilaian Wisatawan terhadap Karcis Masuk Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak untuk kawasan konservasi, harga tiket masuk TWA Gunung Pancar adalah Rp 2.000,00. Harga tiket masuk ini mulai berlaku sejak tahun 2007 sampai dengan sekarang. Persepsi pengunjung mengenai harga tiket masuk TWA Gunung Pancar digambarkan oleh Tabel 26 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Murah 74 Sedang 23 Mahal 3 Tabel 26. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Karcis Masuk Tahun 2011 Berdasarkan pada diagram di atas, sebanyak 74% responden menilai murah dari harga tiket masuk tersebut. Sebesar 23% responden menilai sedang, sisanya sebanyak 3% responden menilai mahal harga tiket masuk TWA Gunung Pancar. Responden menilai murah harga tiket masuk tersebut karena harga tiket masuk tersebut dianggap masih terjangkau bagi responden. VII. FUNGSI PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 65

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter.

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Objek Wisata dan merupakan salah satu objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran sendiri merupakan kabupaten yang baru terbentuk

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kuesioner penelitian: Penilaian Ekonomi dan Prospek Pengembangan Wisata TWA Gunung Pancar. Oleh: Devina Marcia Rumanthy Sihombing (H44070045). Departemen

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor Kode : Hari/Tanggal wawancara : Nama Responden : Jenis Kelamin : Tempat tinggal (Kabupaten/Kota)

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN).

Lebih terperinci

Lampiran 1 Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 2011

Lampiran 1 Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 2011 LAMPIRAN 08 Lampiran Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 20 Variabel N Rata-rata Minimum Maksimum Standar Deviasi Y 00 3,0 60 6,996 TC 00 54005 5000 400000 74965,665 I 00 25338000

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41 BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses keputusan pembelian. Karakteristik pengunjung merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kota Bandung merupakan kota terbesar keempat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya dan Medan. Kota Bandung memiliki udara yang sangat sejuk dengan panorama

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Kawasan Wisata Potensi Sumberdaya Alam Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Barat No.2 Tahun 1989 kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu

Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu 55 Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu Tabel 4 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu No. Karakteristik Pengunjung* Persentase (%) 1. Tingkat pendidikan

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek 68 Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek KUESIONER UNTUK PENGUNJUNG Peneliti : Mega Haditia/E34080046 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Selamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Sleman 46 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Kabupaten Sleman Gambar 4.1 Peta Kabupaten Sleman Kota Sleman terletak antara 110 33 00 sampai

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VIII. ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VIII. ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja suatu perusahaan sangat penting untuk merumuskan strategi pemasaran yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting No. Responden : Hari/Tanggal : A. Data Pribadi Responden. Nama : Umur : Jenis Kelamin : Perempuan / Lakilaki* Asal/tempat tinggal : Pendidikan

Lebih terperinci

Lampiran. Kepada Yth: Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Di Tempat

Lampiran. Kepada Yth: Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Di Tempat Lampiran Kepada Yth: Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Di Tempat Dengan Hormat, Dalam rangka memenuhi persayaratan untuk menyelesaikan pendidikan di Magister Manajemen, saya bermaksud mengadakan penelitian di

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Tanggapan dan harapan Wisatawan Terhadap Pelayanan, Prasarana, dan Sarana Wisata di Taman Pintar Yogyakarta

Lampiran 1 Kuesioner Tanggapan dan harapan Wisatawan Terhadap Pelayanan, Prasarana, dan Sarana Wisata di Taman Pintar Yogyakarta LAMPIRAN 104 105 Lampiran 1 Kuesioner Tanggapan dan harapan Wisatawan Terhadap Pelayanan, Prasarana, dan Sarana Wisata di Taman Pintar Yogyakarta No. Responden:... Hari/Tanggal :... Petunjuk: 1. Jawablah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan 81 Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan N Besarnya Tarif Obyek Retribusi Satuan Tarif o Retribusi A 1 B 1 2 3 4 Tempat Rekreasi Kebun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung / Wisatawan

Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung / Wisatawan Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung / Wisatawan Tanggal wawancara : No Responden : Nama : Alamat : INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator Atribut Servqual Wisata Agro Agrifun. Atribut Servqual Atribut-atribut Indikator

Lampiran 1. Indikator Atribut Servqual Wisata Agro Agrifun. Atribut Servqual Atribut-atribut Indikator LAMPIRAN 71 Lampiran 1. Indikator Atribut Servqual Wisata Agro Agrifun Atribut Servqual Atribut-atribut Indikator Berwujud (Tangible) Harga Tiket 1= Harga tiket sangat mahal 2=Harga tiket mahal 3=Harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peraturan Pendakian

Lampiran 1. Peraturan Pendakian 93 Lampiran 1. Peraturan Pendakian 1. Semua pengunjung wajib membayar tiket masuk taman dan asuransi. Para wisatawan dapat membelinya di ke empat pintu masuk. Ijin khusus diberlakukan bagi pendaki gunung

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian pada komponen daya tarik wisata jalur pendakian Gunung Merbabu via Dusun Suwanting yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat tiga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis karakteristik wistawan di Desa Wisata Bobung diketahui bahwa karakteristik geografis sebagian besar wisatawan berasal dari luar Yogyakarta. Berdasar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. beberapa kesimpulan sebagai berikut: orang dengan total tiket masuk sebesar Rp

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. beberapa kesimpulan sebagai berikut: orang dengan total tiket masuk sebesar Rp 73 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Besaran nilai Willingness To Pay (WTP) adalah sebesar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI ABSTRAK...i KATA PENGANTAR..iii UCAPAN TERIMA KASIH iv DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL....vii DAFTAR GAMBAR...xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....1 B. Rumusan Masalah.. 5 C. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang memiliki

Lebih terperinci

VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS RESPONDEN TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS RESPONDEN TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS RESPONDEN TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Kepuasan dan loyalitas pengunjung dapat diketahui secara tidak langsung melalui penilaian mereka

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM TANGKUBAN PERAHU

DAFTAR PERTANYAAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM TANGKUBAN PERAHU 32 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM TANGKUBAN PERAHU A. Data Pribadi Responden 1. Nomor responden :.. 2. Jenis kelamin :.. 3. Umur :.. 4. Pendidikan tertinggi :..

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beraneka ragam wisata dan budaya yang terbentang dari sabang sampai marauke, mulai dari tempat wisata dan obyek wisata yang kaya akan keindahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Malinau adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia. Ibu Kota dari Kabupaten ini adalah Malinau Kota. Berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Obyek Penetapan otonomi daerah menjadi pintu gerbang bagi setiap pemerintah daerah untuk berlomba-lomba dalam mengelola, memacu, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

Profil Responden Nama : Jenis kelamin : Alamat/No. Hp : Usia : Pekerjaan : Hobi : Asal Kota : Tempat lain yang pernah dikunjungi :

Profil Responden Nama : Jenis kelamin : Alamat/No. Hp : Usia : Pekerjaan : Hobi : Asal Kota : Tempat lain yang pernah dikunjungi : Lampiran 1 : Kuesioner Profil Responden Nama : Jenis kelamin : Alamat/No. Hp : Usia : Pekerjaan : Hobi : Asal Kota : Tempat lain yang pernah dikunjungi : Berikan tanda pada kotak dibawah ini! 1. Apakah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat dikunjungi. Salah satu objek wisata yang memiliki daya tarik dengan panorama alam yang indah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga terjadilah persaingan antar produsen

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada awalnya kebun binatang Medan didirikan dilahan seluas 3, 1 ha di jalan brigjen katamso pada tanggal 17 agustus 1968, namun dengan dikeluarkannya surat dari

Lebih terperinci

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuisioner Pengunjung

Lampiran I. Kuisioner Pengunjung 82 Lampiran I Kuisioner Pengunjung No. Responden : Nama Responden : Petunjuk Pengisian Berikan tanda silang (X) pada bebera pertanyaan dibawah ini. Jawaban boleh lebih dari satu. 1. Apa jenis kelamin anda?

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan 120 Lampiran 2. Peta Kawasan Muara Sungai Progo 121 122 Lampiran 3. Kondisi Muara Sungai Progo tahun (a) 2001 (b) 2004 123 MORFOLOGI HULU - MUARA SUNGAI

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada obyek wisata pemandian air panas alam CV Alam Sibayak yang berlokasi di Desa Semangat Gunung Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi andalan dan prioritas pengembangan bagi beberapa Negara, terlebih lagi bagi Negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) I.Keterangan. 1. Daftar pertanyaan (angket) ini disusun untuk digunakan sebagai alat

DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) I.Keterangan. 1. Daftar pertanyaan (angket) ini disusun untuk digunakan sebagai alat I. Daftar Pertanyaan Kuesioner DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) I.Keterangan 1. Daftar pertanyaan (angket) ini disusun untuk digunakan sebagai alat mengumpulkan data, fakta dan informasi sebagai bahan penulisan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat dipengaruhi oleh; (1) daya tarik produk-produk wisata yang dimilik; (2) biaya yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata yang BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata yang dimiliki oleh pihak manajemen Kompleks Atraksi Wisata De Mata adalah Atraksi Wisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Kebun Raya Bogor merupakan salah satu agrowisata yang sudah terkenal dan juga memiliki tujuan untuk mengembangkan pendidikan lingkungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Menurut Singarimbun dan Sofyan Effendi (989: ) bahwa penelitian survey adalah

Lebih terperinci

Kuesioner. Hormat saya. Sandra Gani Al Amin

Kuesioner. Hormat saya. Sandra Gani Al Amin Kuesioner Dengan hormat, Saya mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, memohon kesediaan Bpk/Ibu/Sdr untuk membantu dalam pengisian kuisoner

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berkembangnya suatu kota membawa konsekuensi terhadap perubahan fisik kota yang biasanya juga dibarengi pertumbuhan penduduk dan pembangunan fasilitas ekonomi yang cukup

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN 68 BAB VI RENCANA PENGELOLAAN Konsep dasar rencana pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung adalah mempertahankan dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat terlaksana secara efektif dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D 098 432 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAK Pariwisata saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Yoeti (1993 :109) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan

Lebih terperinci

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan

No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden yang diwawancarai Jabatan LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner pengelola dan instansi terkait Kuisioner untuk pengelola dan Instansi terkait Pantai Pangumbahan No : Hari/tanggal /jam : Nama instansi : Alamat Instansi : Nama responden

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh atraksi wisata terhadap minat berkunjung wisatawan di Curug Pelangi, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua orang pasti ingin merasakan liburan, terutama liburan yang digemari ataupun yang ingin mencoba kesempatan liburan yang berbeda. Ada yang senang jalan-jalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ciwidey, daerah ini kaya akan pemandangan alam dan mempunyai udara yang

BAB I PENDAHULUAN. Ciwidey, daerah ini kaya akan pemandangan alam dan mempunyai udara yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan kawasan Propinsi terluas di Indonesia dan mempunyai banyak potensi wisata. Propinsi Jawa Barat memiliki potensi alam dan potensi budaya yang tersebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perkembangan kepariwisataan Wediombo semakin maju dengan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Perkembangan kepariwisataan Wediombo semakin maju dengan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Perkembangan kepariwisataan Wediombo semakin maju dengan munculnya aktifitas wisata selancar (surfing). Aktifitas Selancar (surfing) sangat digemari oleh wisatawan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Analisisis Deskriptif 4.1.1. Data Karakteristik Rumah Tangga Responden Dari hasil penyebaran kuisioner didapat data

Lebih terperinci