BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum
|
|
- Hartanti Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di era modern saat ini, pekerjaan menjadi kebutuhan setiap orang. Kebutuhan hidup yang semakin tinggi memaksa orang untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Dalam pekerjaan tersebut, setiap orang menuntut perlakuan yang setara bagi seluruh pegawai. Terutama kaum minoritas dalam perusahaan membutuhkan perlakuan yang sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum mayoritas. Meskipun begitu, kaum minoritas juga membutuhkan perlakuan yang sama. Salah satu kaum minoritas dalam pekerjaan adalah perempuan. Saat ini perempuan sudah banyak yang bekerja dalam setiap bidang pekerjaan. Dibandingkan dahulu perempuan belum mendapatkan kesempatan untuk bekerja seluas saat ini. Saat ini, perempuan mendapatkan keleluasaan untuk bekerja sesuai yang diinginkan. Keleluasaan pekerjaan bagi perempuan bukan berarti menghilangkan perbedaan perlakuan bagi perempuan. Mansour Fakih (1996) menyebut bahwa ketidakadilan gender terjadi di berbagai tingkatan, salah satunya di tempat kerja. Banyak aturan kerja, manajemen, kebijakan keorganisasian yang masih melanggengkan ketidakadilan gender tersebut. Faktor jenis kelamin menjadi salah satu pertimbangan dalam pengelolaan pegawai. Sering adanya pemisahan perlakuan 1
2 berdasarkan jenis kelamin membuat kualitas yang dihasilkan berbeda satu sama lain. Hal tersebut menandakanbahwa ada pertimbangan dan isu gender dalam pengelolaan SDM. Dari proses pengadaan pegawai terdapat isu gender yang berkembang. Dalam perencanaan, karyawan yang dibutuhkan dilihat dahulu deskripsi tugas (Job Description/Jobdesk) yang kemudian disesuaikan dengan jenis kelamin tertentu. Disinilah awal mula munculnya pembatasan antara laki-laki dan perempuan. Pekerjaan yang cukup berat diserahkan kepada laki-laki, sedangkan perempuan diserahkan pekerjaan yang bersifat mencatat. Pembatasan Jobdesk tersebut menimbulkan ketidaksetaraan gender. Karena setiap manusia berhak mendapatkan pekerjaan yang layak. Selain itu penentuan Jobdesk tersebut harusnya memprioritaskan kualitas, bukan jenis kelamin. Dengan adanya ketidaksetaraan gender tersebut maka banyak orang yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan sesuai yang diinginkan. Dalam pemberian kompensasi tidak dapat dikaitkan seluruhnya kepada isu gender, karena pemberian kompensasi disesuaikan dengan pekerjaan yang dijalani. Gaji untuk pekerjaan membutuhkan tingkat pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang dapat dibandingkan, harus sama bahkan jika tugasnya berbeda secara signifikan 1. Pengetahuan, keahlian dan kemampuan terbentuk berdasarkan kondisi masing-masing pegawai. Dalam pembentukan kemampuan tersebutlah isu gender 1 Robert L. Mathis dan John H. Jackson Manajemen Sumber Daya Manusia; Buku 1. Hlm 204 2
3 mengemuka. Bagaimana lingkungan sekitar mempengaruhi perkembangan kemampuan seseorang. Diupah atau tidaknya seseorang tidak dengan sendirinya memberi gambaran atas kondisi eksploitasi yang dialami seseorang karena hal ini hanya dilakukan apabila seluruh konteks sosial ekonomi diperhatikan 2. Pembedaan pemberian kompensasi tidak memberikan gambaran secara langsung terhadap isu gender yang berkembang. Namun apabila dilihat kondisi sosial ekonomi, maka isu gender bisa terkait. Secara individu atau institusi tertentu, kita tidak bisa menentukan isu gender dalam pemberian kompensasi. Namun apabila secara nasional, yang mana merupakan akumulasi dari seluruh pekerjaan, disana terdapat isu gender yang berkembang. Masih banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan isu gender yang berkembang dalam pengelolaan pegawai. Adanya beberapa isu gender dari pengelolaan pegawai menandakan bahwa dalam pengelolaan pegawai, masalah gender masih menjadi isu penting. Kurangnya tingkat kesetaraan gender dalam pengelolaan pegawai membuat isu gender dalam pengelolaan pegawai tetap berkembang sampai saat ini. Ketidaksetaraan gender yang muncul dalam pengelolaan pegawai tersebut menjadi permasalahan yang umum. Masih banyak perusahaan dan kantor yang memiliki unsur ketidaksetaraan gender. Masih banyak perempuan yang diperlakukan berbeda dibandingkan dengan laki-laki, terutama dalam pemenuhan hak-haknya. 2 Ratna Saptari dan Brigitte Holzner Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial. Hlm. 19 3
4 Padahal organisasi wajib memenuhi hak pegawainya secara menyeluruh tanpa membeda-bedakannya. Hugh Heclo (1987, dalam Hardiranus dan Hadna, 2005:46) menjelaskan prinsip-prinsip pelayanan sipil yang ideal, salah satunya adalah perekrutan sebaiknya berdasarkan atas kualitas individu dengan berusaha keras mendapatkannya dari sumber yang memadai yang ada di dalam masyarakat. Dalam konsep tersebut menjelaskan dalam memekerjakan pegawai, yang menjadi prioritas utama adalah kualitas dari calon karyawan. Kualitas tidak memandang berdasarkan jenis kelamin tertentu, namun berdasarkan kemampuan calon pegawai tersebut. Terkadang pekerjaan yang dibutuhkan dinilai apakah untuk laki-laki atau perempuan. Permasalahan ini sudah berkembang sejak dahulu. Adanya pemisahan perlakuan antara perempuan dan laki-laki tidak terlepas dari pandangan tentang perbedaan jenis kelamin yang berkembang di masyarakat. Pandangan di masyarakat sampai saat ini menganggap bahwa perempuan lebih lemah dibandingkan laki-laki. Pandangan yang berbeda tersebut membuat perempuan sulit untuk mendapat pekerjaan yang layak dan sesuai keinginannya. Perempuan hanya ditugaskan untuk mengurusi pekerjaan rumah saja. Perempuan yang dianggap kurang memiliki kompetensi dalam melakukan pekerjaan tidak dipercaya untuk menduduki jabatan-jabatan penting. Sehingga perempuan hanya diposisikan sebagai pekerja berada di lingkup rumah. 4
5 Pendiskriminasian tersebut berkembang cukup lama tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Sampai akhirnya timbul tuntutan akan kesetaraan yang diterima oleh perempuan. Perempuan ingin memiliki pekerjaan yang mereka inginkan. Perempuan memiliki kualitas yang sama dengan laki-laki sehingga tidak ingin mendapat perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki dalam menjalankan pekerjaannya. Berbagai tuntutan kesetaraan tersebut akhirnya berbuah hasil. Saat ini perempuan sudah dapat bekerja dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai yang diinginkan. Batasan pekerjaan berdasarkan jenis kelamin semakin pudar. Sudah banyak pekerja perempuan yang melakukan pekerjaan berat. Seperti perempuan sebagai manajer, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, bahkan sebagai pengemudi. Seperti yang sudah dijelaskan, perempuan pun sudah mendapatkan posisi sebagai petinggi negara. 5
6 Tabel 1. Jumlah Perempuan yang Bekerja dari tahun (per Agustus) Tahun Jumlah Sumber : Data Tabel 1.2 menjelaskan mengenai jumlah perempuan yang bekerja di segala bidang. Tabel 1.2 menjelaskan perkembangan perempuan yang bekerja dari tahun ke tahun semakin meningkat. Bebagai bidang pekerjaan saat ini sudah dimasuki oleh perempuan. Batas-batas gender dalam bidang pekerjaan semakin terhapus. Perempuan sudah memiliki ruang untuk bekerja di bidang yang diinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa isu gender dalam bidang pekerjaan semakin berkurang. Peningkatan perempuan pekerja tersebut tidak terlepas dari upaya masyarakat dalam menuntut adanya kesetaraan hak yang diterima oleh perempuan. Perempuan beranggapan bahwa kualitas yang dimiliki tidak bergantung pada jenis kelamin mereka. Namun kualitas perempuan berdasarkan kemampuan dan pembelajaran yang dilakukan selama ini sehingga perempuan menuntut akan adanya kesetaraan dalam mendapatkan pekerjaan. 6
7 Meningkatnya jumlah pekerja perempuan di indonesia bukan berarti permasalahan kesetaraan gender sudah selesai. Kurangnya hak perempuan dalam mendapatkan pekerjaan yang diinginkan merupakan salah satu dari berbagai permasalahan kesetaraan gender yang berkembang di sektor publik. Selain itu juga perbedaan hak-hak yang diberikan antara laki-laki dan perempuan masih sering dibedakan. Dalam sektor publik juga tidak terlepas dari kendala ketidaksetaraan gender. Sektor publik yang bersentuhan langsung dengan masyarakat harus memandang kualitas pelayanan yang diberikan oleh pegawainya. Kualitas pelayanan ditentukan oleh kualitas pegawai. Ketidaksetaraan gender sedikit banyak mempengaruhi kualitas pegawai itu sendiri. Transjakarta sebagai salah satu sektor publik dalam bidang transportasi, tidak terlepas dari permasalahan kesetaran gender. Transjakarta yang bersentuhan langsung kepada pengguna, mempertimbangkan segi kualitas pelayanan yang diberikan. Transjakarta memiliki tanggung jawab tidak hanya kepada pihak pemerintahan, namun juga kepada masyarakat sebagai pengguna jasa Transjakarta. Transjakarta merupakan transportasi yang sudah umum dikenal oleh masyarakat terutama masyarakat jakarta sendiri. Transjakarta juga sudah menjadi salah satu angkutan umum yang biasa digunakan masyarakat sehari-hari. Transjakarta merupakan alternatif kendaraan umum yang bias digunakan masyarakat dalam mencapai lokasi tujuan. 7
8 Transjakarta sendiri mulai beroperasi pada tanggal 15 Januari Transjakarta merupakan adaptasi dari Transmilenio yang ada di Kolombia. Transjakarta ada dikarenakan tingginya tingkat penggunaan kendaraan pribadi, yang menimbulkan kemacetan. Transjakarta menjadi transportasi yang ditawarkan pemerintah sebagai transportasi yang bersifat murah, nyaman, dan cepat. Transjakarta hanya akan berhenti untuk menurunkan atau menaikkan penumpang di tempat khusus yang dinamakan shelter. Di shelter inilah penumpang membeli tiket, naik dan turun dari bis, serta keluar dari shelter apabila sudah sampai di tempat yang dituju. Adapun pembentukan Transjakarta berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 110 tahun 2003 tentang pembentukan, organisasi dan tata kerja badan pengelola Transjakarta busway provinsi DKI Jakarta. Dijelaskan dalam SK tersebut bahwa Transjakarta sebagai Badan Pengelola, merupakan lembaga non struktural pemerintah daerah di bidang pengelolaan angkutan umum busway. Kemudian juga dijelaskan dalam Peraturan gubernur nomor 48 tahun 2006 mengenai pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta. BLU adalah lembaga yang bertugas mengelola angkutan umum busway. BLU mengatur keseluruhan pelaksanaan layanan Transjakarta dari masalah teknis sampai masalah pengaturan dana. Dilanjutkan pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 173 tahun 2010 mengenai prosedur penetapan operator Transjakarta. Pergub ini menjelaskan melalui prosedur dalam pengadaan dan pengelolaan bus Transjakarta. 8
9 Dalam peningkatan kualitas pelayanan Transjakarta, Transjakarta mulai meningkatkan jumlah rute perjalanannya, yang pada awalnya melayani rute blok M kota, sampai saat ini sudah melayani rute berbagai sudut di Jakarta. Dengan bertambahnya jumlah rute perjalanan Transjakarta, maka semakin meningkat pula jumlah karyawan. Adapun fasilitas yang ditawarkan Transjakarta berupa bis ber-ac dengan kursi duduk. Seperti Transmilenio di Kolombia, Transjakarta juga dibuat jalur khusus agar bisa berjalan berjalan tanpa ada halangan dan terkena macet. Kemudian juga tempat untuk menunggu bis yang disebut shelter. Transjakarta dianggap sebagai salah satu solusi mengatasi macet karena dengan pelayanan, kenyamanan, dan kemudahan yang ditawarkan Transjakarta, diharapkan bisa mengalihkan masyarakat dari penggunaan kendaraan pribadi menjadi menggunakan angkutan Transjakarta. Jumlah penggunaan Transjakarta dari tahun ke tahun juga cenderung mengalami peningkatan. 9
10 Tabel 2. Jumlah Penumpang Transjakarta Tahun Tahun Jumlah Penumpang sumber: website Dari Tabel 1.3 terlihat tingkat penggunaan angkutan Transjakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Bahkan untuk tahun 2011 dan 2012 sendiri mencapai 100 juta pengguna Transjakarta, dalam sehari Transjakarta mengangkut penumpang mencapai 300 ribu lebih. Dari jumlah ini bisa dilihat animo masyarakat terhadap penggunaan Transjakarta cukup tinggi. Masyarakat banyak yang mulai beralih menggunakan angkutan Transjakarta, terlihat dari peningkatan jumlah penumpang setiap tahunnya. 10
11 Adapun mengenai karyawan perempuan sebagai pengemudi sudah ada pada tahun-tahun awal pengoperasian Transjakarta. Pada tanggal 21 April 2005, Transjakarta menerima 3 pegawai perempuan sebagai pengemudi transkajarta. Kemudian penerimaan pengemudi perempuan berlanjut pada tahun-tahun berikutnya dan setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 Jumlah pengemudi bus Transjakarta tercatat 116 pengemudi perempuan dari total sekira pengemudi, termasuk pengemudi cadangan 3. Pada tahun 2011 Transjakarta telah mempekerjakan 80 perempuan dari pengemudi armadanya 4. Perubahan jumlah pengemudi tersebut disebabkan berbagai faktor, diantaranya faktor pengemudi perempuan sendiri, faktor perusahaan dan faktor lingkungan. Perusahaan sedikit banyak mempengaruhi jumlah pengemudi perempuan. sosialisasi rekrutmen dan pengelolaan terhadap pengemudi terutama pengemudi perempuan memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap minat perempuan untuk bekerja sebagai pengemudi. Pengemudi perempuan memiliki pandangan tersendiri di masyarakat. Karena pekerjaan pengemudi masih diidentifikasi sebagai pekerjaan laki-laki. Stereotipe perempuan yang berkembang di masyarakat membuat perempuan yang bekerja sebagai pengemudi menjadi hal yang berbeda. Banyak pandangan yang menganggap bahwa perempuan kurang handal dalam mengemudi. Berdasarkan penerlitian di
12 Amerika Serikat sebagai diberitakan salah satu media OL disebutkan pengemudi perempuan muda lebih bandel dalam mengemudi, biasanya pengemudi perempuan suka memainkan ponsel saat berkendara, mengganti saluran radio yang mungkin akan mengakibatkan kecelakaan atau terlibat kecelakaan. 5 Selain itu Badan Standar Mengemudi Inggris, telah mengungkapkan perempuan membuat kesalahan dalam tes mengemudi tahun lalu dibandingkan dengan laki-laki, yang membuat kesalahan. 6 Dari data yang sudah dijelaskan menunjukkan perempuan memiliki kekurangan ketika mengemudi. Adapun berbagai hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan pengelola Transjakarta dalam mempekerjakan perempuan sebagai pengemudi. Namun Transjakarta juga tetap menerima perempuan sebagai pengemudi Transjakarta. Para pengemudi perempuan ini mengaku tertantang untuk membawa kendaraan besar. Karena selama ini biasa membawa mobil pribadi atau angkutan kecil. 7 Mungkin hal ini bisa menjadi alasan mulai meningkatnya jumlah pengemudi angkutan umum perempuan terutama bus. Pengemudi yang dianggap sebagai pekerjaan laki-laki, ketika dilakukan oleh perempuan, membentuk sebuah pertanyaan apakah antara laki-laki dan perempuan diperlakukan sama oleh pengelola. Berbagai pertimbangan yang sudah dijelaskan di atas kemungkinan menjadi pertimbangan sendiri bagi pengelola Transjakarta html
13 Sehingga patut dinilai tingkat kesetaraan perlakuan antara pengemudi laki-laki dan perempuan. Menjadi hal yang dilematis ketika perempuan mengerjakan pekerjaan yang dianggap pekerjaan laki-laki. Disatu sisi kualitas perempuan tersebut disamakan dengan laki-laki. Di sisi lain ada hal-hal menjadi pertimbangan perempuan sebagai pengemudi, berdasarkan pribadi sebagai perempuan, sehingga dalam pengembangan SDM, perempuan harus diperlakukan dengan benar menuntut kesetaraan gender Rumusan masalah Dari berbagai pertimbangan tersebut diangkat tema Bagaimanakah kesetaraan gender pengemudi Transjakarta di PT. BMP? 1.3. Tujuan Penelitian - Mengetahui alasan berkembangnya fenomena pengemudi perempuan Transjakarta - Mengetahui kondisi pengemudi perempuan Transjakarta - Mengetahui kesetaraan gender pengemudi Transjakarta di PT. BMP Manfaat Penelitian - Menambah pengetahuan mengenai fenomena pengemudi perempuan. - Menambah pengetahuan mengenai hubungan pengemudi perempuan dengan lingkungannya. 13
14 - Memberikan pertimbangan bagi pengelola Transjakarta dalam memperhatikan isu gender dalam pekerjaan pengemudi. - Memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai fenomena pengemudi perempuan Tranjakarta. - Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya 14
BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupannya sehari-hari. Biasanya, mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem tranportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi yang merupakan salah satu sektor industri yang bersentuhan langsung dengan lalu lintas dinyatakan sebagai salah satu industri dengan tingkat cedera dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa ini. Sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu
Lebih terperinciBAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii INTISARI... iii ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1
Lebih terperinciBAB 5. SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN. transjakarta menunjukkan bahwa aspek yang paling dominan. menggambarkan secara umum mengenai kualitas pelayanan
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN 5.1 Simpulan Hasil dari penelitian dengan 85 responden pengguna bus transjakarta menunjukkan bahwa aspek yang paling dominan menggambarkan secara umum mengenai kualitas
Lebih terperinciLAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)
LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) 1. Prasyarat Umum : a) Waktu tunggu rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit. b) Jarak pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini perkembangan suatu daerah dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi yang terjadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya jasa transportasi, dinas perhubungan menyediakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat dari masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota membutuhkan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Mobilitas yang sangat cepat dari masyarakat baik yang tinggal di desa maupun di kota membutuhkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan Teknologi Informasi yang selalu berkembang menuntut perubahan dalam semua bidang kehidupan. Perkembangan yang berorientasi kepada teknologi komputerisasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data - Data Primer Data primer adalah data-data yang didapat dengan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Kegiatan Audit Kinerja Dalam melaksanakan audit kinerja terhadap suatu proses pelayanan atau operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persentasi Jumlah Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta Tahun Bus 8% Gambar 1. Pembagian Moda (Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2004)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angkutan umum merupakan suatu bentuk transportasi kota yang sangat esensial dan komplementer terhadap angkutan pribadi, tetapi pada kenyataannya hal ini tidak dapat sepenuhnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan perjalanan banyak mengalami perubahan dari sisi jumlah tetapi tidak diimbangi dengan kualitas pelayanannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk maka semakin banyak kebutuhan masyarakat. mampu menampung arus pergerakan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota besar di Indonesia dengan kondisi geografis yang strategis dan memiliki karekteristik manusia yang berbeda-beda. Selain disebut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin kompetitif. Hal ini dibuktikan dengan banyak munculnya perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat seperti ini persaingan dibidang usaha terutama dibidang jasa semakin kompetitif. Hal ini dibuktikan dengan banyak munculnya perusahaan yang bergerak
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PERSEROAN TERBATAS TRANSJAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bus perkotaan merupakan angkutan umum utama di berbagai kota di Indonesia. Kenaikkan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi harus diimbangi dengan perbaikan angkutan
Lebih terperinciKertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta
L1 PEMAHAMAN ATAS ENTITAS YANG DIAUDIT Indeks A.1 AUDIT KINERJA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta Tahun Buku : 2010 2011 Dibuat Oleh : Afandika Akbar Di-review Oleh:
Lebih terperinciANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN
ANALISIS ANTRIAN PADA PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DI SHELTER SEMANGGI JAKARTA SELATAN Nama :Budi Santoso NPM : 11210474 Kelas : 3 EA 16 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan hasil dan analisis data yang telah dilakukan pada bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana transportasi. Transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transjogja adalah sebuah sistem transportasi bus cepat, murah dan ber-ac di seputar Kota Yogyakarta. Transjogja merupakan salah satu bagian dari program penerapan Bus
Lebih terperinciAnalisis Pembiayaan Pembangunan Bus Transjakarta
Analisis Pembiayaan Pembangunan Bus Transjakarta A. Latar Belakang Kota Jakarta dikenal sebagai kota metropolitan. Sebagai kota besar, DKI Jakarta memiliki beberapa masalah perkotaan, salah satunya diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Suatu proses bidang kegiatan dalam kehidupan masyarakat yang paling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu proses bidang kegiatan dalam kehidupan masyarakat yang paling penting ialah transportasi. Transportasi sangatlah penting bagi masyarakat karena suatu
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SALINAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Transportasi diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain, di mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk di kota Semarang sebagai pusat kota Jawa Tengah semakin memacu perkembangan pusat pusat perekonomian baru baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandar Lampung telah terus berkembang dari sisi jumlah penduduk, kewilayahan dan ekonomi. Perkembangan ini menuntut penyediaan sarana angkutan umum yang sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota metropolitan. Sebagai kota besar Jakarta pasti memiliki banyak masalah, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi dan sosial politik di suatu tempat dan kota Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi secara umum mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, pembangunan ekonomi dan sosial politik di suatu tempat dan kota Yogyakarta sebagai ibukota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam
Lebih terperinciARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI
ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI 3609100051 Latar Belakang Transjakarta sebagai angkutan transportasi yang tergolong
Lebih terperinciPandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch
Pandangan Responden Terhadap Proyek Monorel (MRT) di Jakarta Riset dilakukan pada: 11 30 November 2013 Berdasarkan panelis dari Nusaresearch Tanggal laporan: Desember 2013 Disusun oleh: Tim dari Nusaresearch
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Saat ini total populasi penduduk Tiongkok tahun 2015 kurang lebih 1,49 milyar jiwa. Jumlah populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sejak Februari 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara berkembang seperti Indonesia, baik di bidang Transportasi Perkotaan maupun Transportasi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan
BAB III LANDASAN TEORI A. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan gender pada posisi jabatan struktural di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, yang dilihat
Lebih terperinciEVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL OPERASIONAL TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DAN KORIDOR 12
EVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL OPERASIONAL TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DAN KORIDOR 12 Rizal Satyadi 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta 11440
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada zaman sekarang, transportasi merupakan hal yang penting bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di kota besar seperti DKI Jakarta. Bagi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
249 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari uraian uraian sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menarik kesimpulan serta memberikan rekomendasi terhadap hasil studi. Adapun kesimpulan dan rekomendasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai ibu kota negara Indonesia, Jakarta sering dijadikan pilihan bagi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai ibu kota negara Indonesia, Jakarta sering dijadikan pilihan bagi sebagian besar masyarakat untuk dijadikan tempat mencari nafkah. Hal tersebut dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan Ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta sering disebut sebagai kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau biasa disebut dengan nama DKI Jakarta, merupakan Ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta sering disebut sebagai kota metropolitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat pertumbuhan kendaraan di Indonesia khususnya di Kota Jakarta. Pada jaman yang berkembang pesat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perusahaan tranportasi merupakan perusahaan yang melakukan serangkaian kegiatan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan tranportasi merupakan perusahaan yang melakukan serangkaian kegiatan memindahkan/mengangkut barang dari produsen ke konsumen (chain of transportation). Dalam
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP :
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP : 0421012 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik untuk bekerja, belanja, ataupun sekedar jalan-jalan untuk
Lebih terperinciKota Bandung telah menyiapkan beberapa fasilitas untuk menunjang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemacetan merupakan masalah yang sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Kemacetan transportasi yang terjadi di perkotaan seolah-olah menjadi ciri
Lebih terperinci2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Transportasi juga sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun daerah. Salah satunya adalah pelayanan publik di bidang
BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban yang harus disediakan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Salah satunya adalah pelayanan publik di bidang transportasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan transportasi merupakan masalah dinamis yang hampir ada di kota-kota besar di Indonesia. Permasalahan ini berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kemacetan merupakan masalah utama yang sering dihadapi oleh sejumlah perkotaan di Indonesia. Kemacetan transportasi yang terjadi di perkotaan seolah olah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang proses kehidupan manusia sebagai penunjang media perpindahan arus barang, orang, jasa serta informasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah kendaraan pengangkut barang atau manusia di atas jarak yang diberikan (oleh kendaraan), misalnya transportasi manusia oleh kereta api, bis atau pesawat
Lebih terperinciBAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (BAGIAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN DENGAN METODE QFD)
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (BAGIAN EVALUASI KINERJA PELAYANAN DENGAN METODE QFD) 6.1 Karakteristik Penumpang Karakteristik penumpang diperlukan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kota Semarang disamping sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengah, telah berkembang menjadi kota metropolitan. Dengan pertumbuhan penduduk rata-rata di Semarang pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kita semua mengetahui bahwa kebutuhan transportasi di perkotaan semakin meningkat, sehingga jumlah kendaraan bermotor jenis kendaraan roda dua maupun roda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pembangunan disegala bidang yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah yang memiliki laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pembangunan disegala bidang yang cukup besar. Hal ini menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah kesibukan kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, adalah sebuah hal yang mutlak apabila segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat
Lebih terperinciSTUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M
STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M ERWIN WAHAB Nrp 0121100 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang YB. Mangunwijaya (Alm)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia dewasa ini jumlah wanita yang memiliki pekerjaan diluar rumah semakin meningkat, hampir 40,6% pendatang baru dalam dunia kerja antara tahun 1996 dan 2006
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sepeda dianggap menjadi salah satu solusi alternatif transportasi bagi warga dunia, yaitu untuk mengurangi kemacetan yang mencapai titik parah dan mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat bisnis dan pusat pemerintahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 10,08 juta orang dan kepadatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut Munawar (2005), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. yang optimal dalam Implementasi Bus Rapid Transit Sebagai Transportasi Publik
112 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa belum mencapai keberhasilan yang optimal dalam Implementasi Bus Rapid Transit Sebagai Transportasi Publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kota lainnya baik yang berada dalam satu wilayah administrasi propinsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan antarkota adalah angkutan yang menghubungkan suatu kota dengan kota lainnya baik yang berada dalam satu wilayah administrasi propinsi (antarkota dalam propinsi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi sangat membantu dalam mobilitas keseharian masyarakat, seperti berangkat kerja, berangkat ke sekolah, maupun keperluan lainnya. Seiring dengan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk jiwa. Menurut dinas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia saat ini yang telah memasuki era globalisasi, DKI-Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terkena dampak era globalisasi.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bila kita menyebutkan kata Jakarta maka bagi sebagian orang yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bila kita menyebutkan kata Jakarta maka bagi sebagian orang yang akan terbayangkan adalah macet. Ya, kemacetan memang sudah menjadi sebuah momok yang melekat dan menjadi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Proses antrian, TransJogja
ABSTRAK Proses antrian merupakan suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, menunggu dalam baris antrian jika belum dapat dilayani, dilayani dan akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi sudah menjadi kebutuhan utama bagi manusia untuk menunjang aktivitasnya. Adanya transportasi menjadi suatu alat yang dapat mempermudah kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebanyak 15 juta unit kendaraan bermotor di Jakarta (www.republika.co.id,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan pusat perekonomian yang wilayahnya sering dijumpai kemacetan. Tiap tahunnya kemacetan di wilayah Jakarta terus bertambah. Situs Republika memberitakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan seseorang baik dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, masyarakat agar beralih ke sarana jasa angkutan umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia transportasi di dalam negeri mengalami peningkatan yang pesat, khususnya pada pengadaan sarana transportasi masal atau umum. Transportasi digunakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.133,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. SPM. Angkutan Massal. Berbasis Jalan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 10 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare mengangkut atau membawa. Jadi pengertian transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah hal yang sangat penting untuk menunjang pergerakan manusia dan barang, meningkatnya ekonomi suatu bangsa dipengaruhi oleh sistem transportasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi pada dasarnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau daerah tertentu. Masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transportasi merupakan hal yang tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat di Indonesia, transportasi berguna untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, pendidikan,
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Perusahaan Sejak pertengahan juni 2009, kota Pekanbaru telah memiliki fasilitas angkutan umum dengan mengedepankan paradigma pelayanan angkutan umum yang baru dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perpindahan tempat yang dilakukan manusia ke tempat lainnya dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan perlu memahami perilaku pembelian pelanggan agar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemahaman mengenai perilaku pelanggan merupakan tugas penting bagi perusahaan. Perusahaan perlu memahami perilaku pembelian pelanggan agar perusahaan dapat
Lebih terperinciPEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY
PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY Rike Anggun Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada rikeanggunartisa@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengharuskan masyarakat dapat melakukan segalanya secara cepat. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dan meningkatnya aktivitas masyarakat, mengharuskan masyarakat dapat melakukan segalanya secara cepat. Dalam melakukan aktivitasnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin meningkat. Institusi pemerintah sebagai pelayan masyarakat perlu menemukan dan memahami cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan yang diangkat, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Transportasi darat
Lebih terperinciANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BUS TRANSJAKARTA
ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BUS TRANSJAKARTA 69,47% MASALAH UTAMA DI DKI JAKARTA ADALAH Mengapa hal tersebut terjadi..? Rata rata pertambahan jumlah kendaraan di DKI sebesar 8
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk
Lebih terperinci