BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS"

Transkripsi

1 BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas dan khawatir dari dalam individu ketika berkomunikasi. Komunikasi yang efektif dapat dicapai apabila etnis Arab dan etnis Sunda memiliki kompetensi komunikasi berupa motivasi berkomunikasi, pengetahuan tentang lawan bicaranya, dan keterampilan berkomunikasi yang baik. Salah satu faktor adalah motivasi berkomunikasi. Faktor ini memegang peranan yang penting sebagai awal untuk menjalin komunikasi yang baik dengan lawan bicara. Etnis Arab atau etnis Sunda termotivasi untuk dapat meramalkan tingkah laku lawan bicara, menghindari kecemasan, mempertahankan identitas diri, dan kecenderungan untuk mendekat dengan lawan bicara. Efektivitas komunikasi dapat diidentifikasi dari hal yang paling sederhana. Apabila dua orang yang sedang berkomunikasi tidak menunjukkan perilaku canggung dan tersinggung, maka dapat dikatakan proses komunikasi yang dilakukan kedua orang tersebut sudah efektif. Sikap canggung muncul dalam perilaku malu, tidak berani, atau ragu-ragu untuk menyapa, memulai pembicaraan, atau bertukar pendapat dengan lawan bicara. Sikap tersinggung dapat dilihat dari reaksi terhadap perkataan lawan bicara yang ditunjukkan melalui perilaku membuang muka, berkata kasar, atau pergi meninggalkan lawan bicara. Penyajian data dimulai dengan mendeskripsikan variabel yang akan diuji hubungan kausalnya. Deskripsi variabel faktor motivasi dan perilaku tersinggung serta canggung bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perilaku pasangan teman di lokasi penelitian. Setelah setiap variabel yang akan diuji dideskripsikan, maka penyajian data berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan kausal antara faktor motivasi dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Dimulai dari hasil uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam mengenai hubungan antara faktor motivasi dengan perilaku tersinggung dan canggung ketika berkomunikasi.

2 Hubungan Motivasi berkomunikasi dengan Perilaku Tersinggung Secara umum motivasi berkomunikasi yang dimiliki oleh orang Arab dan orang Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar 56,7 persen (Tabel 6). Angka ini menunjukkan bahwa ketika berkomunikasi, baik individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda memiliki motivasi yang tinggi. Individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda mampu meramalkan tingkah laku lawan bicaranya, mampu menghindari kecemasan, mempertahankan identitas diri, dan memiliki kecenderungan untuk mendekat dengan lawan bicaranya. Tabel 6. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Motivasi Tingkat Motivasi Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah 4 13,3 Sedang 9 30,0 Tinggi 17 56,7 Total ,0 Tabel 7 menunjukkan persentase perilaku tersinggung dari pasangan teman etnis Arab dan etnis Sunda. Sebesar 66,7 persen pasangan teman memiliki perilaku tersinggung yang rendah. Dua individu yang sedang berinteraksi secara umum mampu menghindari topik yang bisa menimbulkan perasaan tersinggung dan mampu menjaga perasaan lawan bicaranya agar tidak tersinggung terhadap isi pembicaraan atau topik yang sedang dibicarakan seperti membahas ciri fisik orang Arab atau Sunda. Tabel 7. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Perilaku Tersinggung Tingkat Perilaku Tersinggung Frekuensi (n) Persentase (%) Tinggi 7 23,3 Sedang 3 10,0 Rendah 20 66,7 Total ,0 Hipotesis awal menyatakan bahwa semakin tinggi motivasi berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku tersinggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.),

3 32 jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 8. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Motivasi dan Tingkat Perilaku Tersinggung Tingkat Tingkat Motivasi (%) Perilaku Tersinggung Rendah Sedang Tinggi Rendah 0,0 33,3 100,0 Sedang 0,0 33,3 0,0 Tinggi 100,0 33,3 0,0 Total 100,0 100,0 100,0 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen pasangan teman yang memiliki tingkat motivasi rendah, memiliki tingkat perilaku tersinggung yang tinggi. Sebesar 33,3 persen pasangan yang memiliki tingkat motivasi sedang, juga memiliki tingkat perilaku tersinggung yang sedang. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 100 persen pasangan teman yang memiliki tingkat motivasi tinggi, memiliki tingkat perilaku tersinggung yang rendah. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi motivasi berkomunikasi maka semakin rendah tingkat perilaku tersinggung ketika berkomunikasi. Motivasi yang tinggi mendorong dua orang yang sedang berkomunikasi dapat menjaga perkataannya dan menjaga perasaan lawan bicaranya sehingga terhindar dari perasaan tersinggung akibat topik yang dibahas seperti mengutarakan ciri fisik orang Arab atau Sunda. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi (Approx. Sig) untuk hubungan antara motivasi untuk beriteraksi dengan perilaku tersinggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara motivasi berkomunikasi dengan perilaku tersinggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan hubungan yang signifikan, yang menunjukkan semakin tinggi motivasi berkomunikasi maka semakin rendah perilaku tersinggung antara etnis Arab dan Sunda. Hubungan yang signifikan dapat terjadi karena setiap individu baik yang berasal dari etnis Arab maupun etnis Sunda mampu memotivasi dirinya ketika melakukan komunikasi. Motivasi pertama yang digunakan dengan baik adalah

4 33 motivasi untuk meramalkan tingkah laku orang lain. Sebesar 80 persen orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi mampu meramalkan tingkah laku lawan bicaranya ketika dia sedang senang, sedih, ataupun marah melalui wajah maupun perilakunya. Hal ini tentunya dapat menghindarkan kedua individu merasa tersinggung ketika berinteraksi. Perasaan tersinggung bisa muncul ketika salah satu individu tidak memahami ekspresi wajah lawan bicaranya. Orang Arab yang sedang memiliki permasalahan menunjukkan ekspresi wajah yang muram kepada temannya dari etnis Sunda. Tanpa disadarinya, orang tersebut meluapkan kemarahan kepada lawan bicaranya. Jika orang Sunda tersebut mampu memahami bahwa temannya sedang mempunyai masalah dan ingin meluapkan kekesalannya dengan bercerita, maka orang Sunda tersebut tidak akan merasa tersinggung dengan perkataan dan tingkah lakunya saat itu. Motivasi yang tinggi juga ditunjukkan dengan kemampuan kedua individu yang berinteraksi untuk menghindari kecemasan dalam dirinya. Sebesar 96,7 persen orang Arab dan Sunda termotivasi untuk menghindari kecemasan saat berinteraksi. Kemampuan menghindari kecemasan menjadi penting untuk menghindarkan seseorang dari etnis Arab maupun Sunda merasa tersinggung. Seseorang akan merasa nyaman ketika berkomunikasi dan diakui keberadaannya jika lawan bicaranya menunjukkan sikap ramah tanpa perasaan tegang, khawatir, ataupun takut. Perasaan cemas dapat muncul ketika salah satu komunikator atau komunikan merasa rendah diri dari lawan bicaranya. Perasaan rendah diri dapat muncul karena perbedaan status sosial, pendidikan, dan pengetahuan. Motivasi yang tinggi untuk menghindari kecemasan dapat dilakukan oleh orang Arab dan Sunda karena kedua etnis beranggapan tidak ada yang perlu dikhawatirkan antara dirinya dengan orang lain. Interaksi antara dua orang yang berbeda etnis merupakan hal yang biasa dilakukan. Dua orang yang berinteraksi pun merupakan tetangga yang sudah mengenal kondisi lingkungannya, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan atau ditakutkan kecuali terhadap orang asing yang bukan warga Empang. Dorongan lain yang menghindarkan keduanya dari perasaan tersinggung adalah motivasi untuk mempertahankan identitas diri ketika berkomunikasi. Identitas diri yang dipertahankan meliputi gaya bicara dan nada bicara. Motivasi

5 34 ini lebih rendah dibanding kategori lain, hanya 26,7 persen orang Arab dan Sunda yang masih mempertahankan identitas dirinya ketika berkomunikasi. Hal ini dapat terjadi karena identitas diri yang dimiliki oleh orang Arab dan Sunda sudah saling beradaptasi akibat proses sosialisasi. Pada masa awal kedatangan orang Arab ke wilayah Empang, Orang Sunda memiliki gaya bicara yang tidak terlalu ekspresif seperti orang Arab yang banyak menggunakan gerakan tubuh untuk menunjukkan maksud ucapannya. Orang Arab juga terbiasa untuk berbicara dengan nada yang keras, sedangkan orang Sunda lebih tenang dan nada suaranya tidak tinggi. Walaupun secara fisik etnis Arab berbeda dengan etnis Sunda dan etnis Arab Empang memiliki keturunan orang Yaman, namun etnis Arab di wilayah ini sudah menyebut dirinya sebagai orang Sunda. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa mereka lahir dan dibesarkan di Empang, bukan di Yaman. Budaya orang Sunda mereka kenal dan pahami sehingga motivasi untuk mempertahankan identitas sebagai orang Arab tidak lagi mencolok. Orang Sunda juga sudah menganggap keberadaan orang Arab bukan sebagai ancaman bagi keutuhan dan kelangsungan identitas etnis Sunda. Etnis Arab dan Sunda secara umum memiliki kecenderungan untuk mendekat ketika berkomunikasi. Sebesar 70 persen orang yang berinteraksi mampu menghilangkan perasaan jelek atau buruk terhadap lawan bicaranya dan yakin bahwa setiap perkataannya mampu dipahami oleh lawan bicaranya. Perasaan jelek atau buruk terhadap lawan bicara dapat menimbulkan perasaan tersinggung. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang ketika berkomunikasi yang akhirnya menyebabkan orang tersebut tersinggung. Komunikasi yang terjalin dapat berjalan efektif karena satu sama lain dapat memahami apa yang disampaikan lawan bicaranya. Cara orang Arab maupun orang Sunda dalam menyampaikan informasi mudah untuk dipahami satu sama lain karena bahasa dan gaya bicara yang digunakan tidak jauh berbeda. Orang Arab sudah terbiasa berinteraksi menggunakan bahasa Sunda dan nada bicara mereka tidak tinggi. Hal inilah yang menghindarkan keduanya dari perasaan tersinggung satu sama lain.

6 Hubungan Motivasi Berkomunikasi dengan Perilaku Canggung Tabel 6 menunjukkan bahwa motivasi berkomunikasi yang dimiliki oleh etnis Arab dan etnis Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar 56,7 persen. Tabel 9 menunjukkan persentase perilaku canggung dari pasangan teman etnis Arab dan etnis Sunda. Sebesar 56,7 persen pasangan teman memiliki perilaku canggung yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa rasa canggung antara individu dari etnis Arab dan Sunda ketika berinteraksi dapat diatasi dengan baik. Dua individu yang sedang berinteraksi dapat menghilangkan perasaan tidak berani, malu, ataupun ragu-ragu untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Mereka sudah terbiasa untuk saling menyapa, inisiatif untuk memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat. Tabel 9. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Perilaku Canggung Tingkat Perilaku Canggung Frekuensi (n) Persentase (%) Tinggi 5 16,7 Sedang 8 26,7 Rendah 17 56,7 Total ,0 Hipotesis awal menyatakan bahwa semakin tinggi motivasi berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 10. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Motivasi dan Tingkat Perilaku Canggung Tingkat Tingkat Motivasi (%) Perilaku Canggung Rendah Sedang Tinggi Rendah 0,0 0,0 100,0 Sedang 0,0 88,9 0,0 Tinggi 100,0 11,1 0,0 Total (%) 100,0 100,0 100,0

7 36 Tabel 10 menunjukkan sebesar 100 persen pasangan teman yang memiliki tingkat motivasi rendah, memiliki tingkat perilaku canggung yang tinggi. Sebesar 88,9 persen pasangan memiliki tingkat motivasi dan tingkat perilaku tidak canggung yang sedang, sedangkan untuk tingkat motivasi yang tinggi, sebesar 100 persen memiliki tingkat perilaku canggung yang rendah. Angka-angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi motivasi berkomunikasi maka semakin rendah tingkat perilaku canggung yang ditunjukkan. Motivasi yang tinggi mendorong dua orang yang sedang berkomunikasi dapat mengurangi dan menghilangkan perasaan canggung. Mereka dapat dengan leluasa menyapa, memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat. Perasaan ragu-ragu, tidak berani, maupun malu dapat dikendalikan dengan baik oleh keduanya. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi (Approx. Sig) untuk hubungan antara motivasi berkomunikasi dengan perilaku canggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara motivasi berkomunikasi dengan perilaku canggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 merupakan hubungan yang signifikan, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi berkomunikasi maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan Sunda ketika berinteraksi. Hubungan yang signifikan antara motivasi berkomunikasi dengan perilaku canggung menunjukkan bahwa etnis Arab dan etnis Sunda mampu mengendalikan dan menghilangkan perasaan canggung ketika berkomunikasi. Motivasi yang baik berperan penting dalam mengendalikan perilaku canggung, salah satunya adalah motivasi untuk meramalkan tingkah laku orang lain. Jika salah satu individu dari etnis Arab atau Sunda dapat memahami lawan bicaranya sedang senang, maka dia tidak akan canggung untuk menyapa maupun bertukar pendapat mengenai topik yang dibicarakan. Sama halnya ketika lawan bicaranya sedang sedih, dia akan menyesuaikan topik pembicaraan ke arah yang lebih pribadi dengan menanyakan perihal permasalahannya. Jika orang tersebut merasa perlu untuk menceritakan permasalahannya, maka lawan bicaranya tidak akan canggung untuk mendengarkan dan memberikan masukan.

8 37 Motivasi untuk menghindari kecemasan memegang peranan penting agar dua individu yang sedang berkomunikasi tidak merasa canggung. Sebesar 96,7 persen individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda mampu mengendalikan perasaan tegang, khawatir, dan takut ketika berkomunikasi. Perilaku canggung antar kedua etnis juga dapat diatasi dengan baik. Apabila seseorang sudah dipenuhi rasa takut, maka dapat dipastikan untuk menyapa saja akan terasa sulit. Tentunya hal ini dapat menghambat proses komunikasi menjadi tidak efektif. Individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda dapat dengan leluasa bertukar pendapat dengan lawan bicaranya tanpa ada perasaan tegang, khawatir ucapannya tidak dimengerti, atau merasa takut jika salah dalam mengucapkan kata-kata. Orang Arab dan Sunda mampu menghindari rasa cemas karena mereka merasa aman ketika berinteraksi. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika berinteraksi dengan orang yang merupakan tetangga sendiri. Perilaku inilah yang membuat sebagian besar individu dari etnis Arab dan etnis Sunda dapat hidup rukun sebagai tetangga dan menjadi teman akrab. Identitas diri yang ditunjukkan ketika berinteraksi dapat membuat perasaan canggung dapat diatasi atau mungkin kebalikannya. Terlalu banyak menunjukkan identitas diri seperti gaya bicara dan nada bicara etnisnya, dapat membuat lawan bicara merasa canggung untuk berkomunikasi. Sebesar 73,3 persen orang Arab dan Sunda sudah tidak menunjukkan identitasnya ketika berinteraksi. Individu dari etnis Arab tidak lagi menunjukkan ciri etnisnya dengan berbicara tegas dan nadanya sedikit keras dan orang Sunda tetap pada kebiasaannya berbicara dengan nada yang halus. Perasaan identitas yang sama sebagai orang Sunda dimiliki oleh orang Arab karena mereka lahir dan dibesarkan di wilayah Empang, bukan di negara leluhurnya, Yaman. Walaupun tidak sepenuhnya, budaya Sunda telah menjadi keseharian bagi orang Arab di wilayah ini. Mayoritas Orang Arab sudah terbiasa berbicara dengan bahasa Sunda dan nada bicara mereka sudah seperti orang Sunda. Walaupun masih ada orang Arab yang masih berbicara dengan nada yang keras dan tegas, hal inilah yang membuat rasa canggung di antara mereka dapat diatasi dengan baik. Individu dari etnis Arab dan Sunda memiliki kecenderungan untuk mendekat kepada lawan bicaranya. Sebesar 70 persen individu dari etnis Arab

9 38 dan Sunda mampu menghilangkan perasaan buruk ketika berinteraksi. Perasaan yang buruk atau jelek hanya akan menghambat proses komunikasi dan membuat rasa canggung semakin besar. Perasaan buruk yang biasanya muncul adalah prasangka bahwa salah satu etnis tidak bisa menjalankan kehidupan bertetangga yang baik. Bila etnis Arab atau Sunda jarang untuk bertegur sapa dan berpartipasi dalam kegiatan ketetanggaan seperti kerja bakti, maka prasangka tersebut akan muncul. Kecenderungan untuk mendekat ini, membuat hubungan bertetangga antara etnis Arab dan etnis Sunda berjalan dengan baik. Keributan atau konflik antar etnis belum pernah terjadi. Etnis Arab dan etnis Sunda dapat menjalankan kesehariannya dengan leluasa tanpa ada perasaan takut atau terancam. Keributan hingga terjadi kontak fisik memang belum pernah terjadi, namun kehidupan bertetangga antara etnis Arab dan etnis Sunda terkesan terpisah. Etnis Arab lebih senang berteman dengan sesama etnisnya begitu pula dengan etnis Sunda, hingga dikenal istilah hidup masing-masing. Kegiatan seperti kerja bakti pun jarang dilakukan di wilayah ini, karena dapat dipastikan yang ikut serta sedikit jumlahnya. Kondisi dimana jarangnya etnis Arab untuk berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti dikarenakan beberapa hal. Banyak orang Arab yang bekerja sepanjang hari dan baru pulang ke rumah pada malam hari. Kondisi ini membuat hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu digunakan untuk beristirahat di rumah atau rekreasi, sehingga kerja bakti yang diadakan pada hari yang sama dipilih untuk mereka hindari. Kondisi ini juga membuat orang Arab jarang bertemu dengan tetangganya yang orang Sunda, sehingga kesempatan untuk bertegur sapa maupun berdiskusi sangat kecil. Orang Sunda sebagian besar sudah memahami kondisi ini sehingga kerukunan hidup bertetangga dapat terjaga. Istilah hidup masing-masing masih berlaku, namun kedua etnis secara umum mampu menghindari situasi tidak kondusif yang mengarah pada rusaknya kehidupan bertetangga atau situasi yang lebih serius seperti keributan yang diikuti kontak fisik.

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) memaparkan bahwa keterampilan berkomunikasi penting agar dapat berkomunikasi dengan efektif

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kompetensi komunikasi berikutnya yang memiliki peranan penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif adalah pengetahuan

Lebih terperinci

KUESIONER. Faktor Motivasi Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak. Faktor Pengetahuan Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak Mengumpulkan atau

KUESIONER. Faktor Motivasi Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak. Faktor Pengetahuan Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak Mengumpulkan atau LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuesioner Orang Arab KUESIONER A. karakteristik Individu Nama : Umur : Jenis Kelamin : Jenis Pekerjaan : B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Antar Budaya Faktor

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur

Lebih terperinci

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA 65 No : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Sebelum menjawab pernyataan, bacalah secara teliti 2. Pada lembar lembar berikut terdapat pernyataan yang membutuhkan tanggapan Anda. Pilihlah salah satu tanggapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal LAMPIRAN 1 Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal No item Validitas Kriteria 1 0,563 Item dapat dipakai 2 0,511 Item dapat dipakai 3 0,438 Item dapat dipakai 4 0,462 Item dapat dipakai 5 0,417

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy DATA PRIBADI Nama ( inisial ) : Jenis Kelamin : Usia : Fakultas : Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data merupakan bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk mengkaji data yang telah diperoleh peneliti dari para informan maupun pengamatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Lebih terperinci

Angket 1 No Pernyataan SS S TS STS

Angket 1 No Pernyataan SS S TS STS Identitas Diri Subyek : Nama : Usia : Berat Badan : Isilah dengan memberi tanda [ ] pada pernyataan yang sesuai dengan jawaban anda. Beri Tanda [ ] bila : SS : Menunjukkan bahwa pernyataan tersebut Sangat

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR Kuesioner Gaya Pengasuhan No. Item Spearman Diterima / Ditolak 1 0,304 Diterima 2 0,274 Ditolak 3 0,312 Diterima 4 0,398 Diterima 5 0,430 Diterima 6

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi verbal atau lisan yang efektif tergantung pada sejumlah faktor dan tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari kecakapan antarpribadi yang penting lainnya seperti komunikasi

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal

Kecakapan Antar Personal Kecakapan Antar Personal Essay Sopan santun dalam Komunikasi Oleh : Andrian Ramadhan Febriana 10512318 Sistem Informasi 8 Berkomunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan setelah dikonfirmasikan dengan teori yang ada, peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai beberapa hal yang menjadi fokus dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach s Alpha N

Lebih terperinci

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi Skala 1 Skala Kecerdasan Emosional 1. UNFAVORABLE Kesadaran Diri o Saya merasa tidak mengerti perasaan saya sendiri o Saya kurang tahu penyebab kekecewaan yang saya rasakan o Saya malas bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) A. Teknik Latihan Asertif Latihan asertif atau sering dikenal dengan latihan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL. sedang melakukan penelitian mengenai kondisi para dokter muda selama bertugas di

LAMPIRAN I : KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL. sedang melakukan penelitian mengenai kondisi para dokter muda selama bertugas di LAMPIRAN I : KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL Dengan hormat, Saya, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, saat ini sedang melakukan penelitian mengenai kondisi para dokter muda selama

Lebih terperinci

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri Lampiran 1 Uji validitas dan reliabilitas Hasil try out Penyesuaian diri No Uji Validitas Keterangan 1 0.382 Diterima 2 0.362 Diterima 3 0.232 Ditolak 4 0.411 Diterima 5 0.317 Diterima 6 0.324 Diterima

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP NEGERI 1 NGABLAK Kabupaten Magelang. Subjek penelitian

Lebih terperinci

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti LAMPIRAN 1. Self Confidence Scale Nama : Usia : Kelas : Sekolah : L / P : Berilah tanda X pada jawaban yang sesuai dengan diri anda. Tersedia 4 pilihan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN KAB. JEPARA (KAJIAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA) 4.1 Pola Komunikasi Etnis Tionghoa dengan Etnis

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL A-2 SKALA KONSEP DIRI

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL A-2 SKALA KONSEP DIRI LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL A-2 SKALA KONSEP DIRI 52 53 IDENTITAS SUBJEK No. Kelas : Usia/umur : Tanggal pengisian : PETUNJUK 1. Bacalah masing-masing pernyataan dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana guru mengajar, berperilaku dan bersikap memiliki pengaruh terhadap siswanya (Syah, 2006). Biasanya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :...

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :... Kecerdasan Emosional Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011 Nama : Kelas :. Umur :... Petunjuk mengerjakan Didalam skala ini terdapat 24 buah pertanyaan. Pada etiap pertanyaan disediakan 5 buah pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya

Lebih terperinci

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 05, No. 01, 2015 ------------------------------------------------------------------------------- Hlm. 108 117 Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory No : Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Relations merupakan suatu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator memperlakukan komunikannya secara

Lebih terperinci

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum 85 4.5.3 Konseling dan Tes Secara Sukarela Didalam konseling dan tes secara sukarela (KTS) atau yang juga dikenal dengan Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum tes

Lebih terperinci

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir

Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir Bagan Pengambilan Keputusan Pada Anak Bungsu Remaja Akhir Trust vs mistrust Aspek kognitif Aspek sosial Aspek pertimbangan Autonomy vs doubt and shame Initiative vs guilt inisiatif Ciri-ciri subjek sebagai

Lebih terperinci

63 Perpustakaan Unika A. Skala Penelitian

63 Perpustakaan Unika A. Skala Penelitian A. Skala Penelitian 63 A 1 Skala Problem Focused Coping 64 65 Identitas diri Pendidikan Lama bekerja Usia : D3 / S1 Keperawatan :... tahun :... tahun PETUNJUK MENGERJAKAN 1. Dibawah ini terdapat sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa pola interaksi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat

Lebih terperinci

52 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

52 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 52 53 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A - 1 Skala Harga Diri Remaja Panti Asuhan A - 2 Skala Persepsi Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Privasi 54 A - 1 Harga Diri Remaja Panti Asuhan 55 PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

Angket Optimisme. Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap. persoalan, walaupun untuk beberapa situasi mungkin anda belum pernah

Angket Optimisme. Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap. persoalan, walaupun untuk beberapa situasi mungkin anda belum pernah LAMPIRAN Lampiran 1 Angket Optimisme Bayangkan anda mengalami situasi yang tergambar dalam setiap persoalan, walaupun untuk beberapa situasi mungkin anda belum pernah mengalaminya. Pilihlah salah satu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

73 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

73 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 73 74 LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1. SKALA SELF EFFICACY A-2. SKALA KEMAMPUAN KOMUNIKASI PERSUASIF 75 A-1. Skala Self Efficacy No. skala :.. 76 PETUNJUK PENGERJAAN Pada skala ini ada beberapa

Lebih terperinci

Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak. Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di

Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak. Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di 96 D. Pembahasan Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di dalamnya, yaitu segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan

Lebih terperinci

Selamat Mengerjakan -Terima Kasih-

Selamat Mengerjakan -Terima Kasih- 57 Identitas diri Fakultas : Angkatan : Penelitian ini digunakan untuk mengetahui situasi kehidupan para mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN, Identitas diri dan jawaban anda dijamin kerahasiaanya. Petunjuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harga diri adalah penilaian seseorang mengenai gambaran dirinya sendiri yang berkaitan dengan aspek fisik, psikologis, sosial dan perilakunya secara keseluruhan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri LAMPIRAN 63 LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus A-2 Skala Konsep Diri 64 A-1 Skala Kecemasan pada Penderita Diabetes Mellitus 65 Identitas Nama : Usia : Jenis

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Gunungtumpeng 01 UPTD Pendidikan Kecamatan Suruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun hasil penelitian ini dijabarkan dalam pelaksanaan tindakan. 4.1 Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada tahun 2016 membuat keprihatinan bagi seluruh masyarakat Bekasi. Catatan pada Badan Pemberdayaan

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Asal Madrasah

IDENTITAS RESPONDEN. Asal Madrasah UJI INSTUMEN PENELITIAN PENGARUH KEMAMPUAN MENGAJAR DAN INTERAKSI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH SE KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisa Aitem Uji Coba. Skala Sikap Terhadap Menopause

Lampiran 1. Hasil Analisa Aitem Uji Coba. Skala Sikap Terhadap Menopause Lampiran 1 Hasil Analisa Aitem Uji Coba Skala Sikap Terhadap Menopause ANALISA I Case Processing Summary N % Reliability Statistics Cases Valid 87 100.0 Excluded a 0.0 Total 87 100.0 Cronbach's Alpha N

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 11 TAHUN 2010 UN TENTANG PENILAIAN PRIBADI SANDIMAN DI PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan rumusan masalah yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian. Berdasarkan analisis data yang peneliti dapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa 62 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Sosiometri Setelah data yang berasal dari sosiometri yang diberikan kepada siswa kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan 85 BAB IV ANALISIS DATA Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan penulis, maka penulis menganalisa dengan analisa deskriptif. Adapun

Lebih terperinci

SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur

SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur Sebuah desa yang teratur dibayangkan sebagai suatu tempat yang sejuk, harmonis, dengan tata aturan (modern-rasional) yang jelas sehingga anggota-anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Setiap aktivitas yang

Lebih terperinci

No: IDENTITAS RESPONDEN

No: IDENTITAS RESPONDEN No: IDENTITAS RESPONDEN Dikosongkan Usia Status Marital Jumlah Anak Kepada Ibu yang terhormat, Saya NIMAS DWITA FEBRIARIMA dari Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang memohon bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan orang

Lebih terperinci

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan.

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan. Hai nak-anak Anak, Taatilah Orang Tuamu T di Dalam Tuhan, Karen arena Haruslah Demikian. Hormatilah Ayahmu dan Ibumu ini Adalah Suatu Perintah yang Penting, Seperti yang Nyata dari Janji ini: Supaya Kamu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA No. Pernyataan SS S N TS STS 1 2 Saya tidak mendaftar sidang skripsi pada periode ini karena merasa belum siap. Saya tersinggung

Lebih terperinci

SKALA AKTUALISASI DIRI REMAJA DITINJAU DARI KELEKATAN REMAJA DAN IBU

SKALA AKTUALISASI DIRI REMAJA DITINJAU DARI KELEKATAN REMAJA DAN IBU SKALA AKTUALISASI DIRI REMAJA DITINJAU DARI KELEKATAN REMAJA DAN IBU IDENTITAS RESPONDEN Kelas :... Usia :...Tahun PETUNJUK 1. Bacalah masing-masing pernyataan dengan teliti dan jawablah dengan sejujur-jujurnya

Lebih terperinci

Astry Evana P.Y.H. Universitas Sumatera Utara

Astry Evana P.Y.H. Universitas Sumatera Utara Dengan hormat, Dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Saya bermaksud mengadakan penelitian. Untuk itu Saya membutuhkan sejumlah data yang hanya Saya peroleh dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran di kelas V SDN Blotongan 2 Salatiga dengan jumlah 39 peserta didik pada mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB III PERUBAHAN PERILAKU YANG TERJADI PADA LANSIA

BAB III PERUBAHAN PERILAKU YANG TERJADI PADA LANSIA BAB III PERUBAHAN PERILAKU YANG TERJADI PADA LANSIA A. Perubahan Perilaku yang Terjadi Pada Lansia Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada lansia dan keluarganya di desa Walikukun, memberikan

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312 Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x 6.026 : 7,2312 Perhitungan: M+ 0.5 SD = 49,67 + 0.5 (7,2312) = 53,2856 M+1,5 SD = 49,67 + 1,5 (7,2312) = 60,5168 M+2,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, artinya memberitahukan, menyampaikan. Communicatio, artinya hal memberitahukan; pemberitahuan;

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. 74 BAB IV ANALISIS DATA 1. Temuan Penelitian Pada bab Analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. SKALA REGULASI EMOSI SAAT UJI COBA B. RELIABILITAS SKALA REGULASI EMOSI SAAT UJI COBA C. SKALA REGULASI EMOSI SAAT PENELITIAN

LAMPIRAN A. SKALA REGULASI EMOSI SAAT UJI COBA B. RELIABILITAS SKALA REGULASI EMOSI SAAT UJI COBA C. SKALA REGULASI EMOSI SAAT PENELITIAN 65 LAMPIRAN A. SKALA REGULASI EMOSI SAAT UJI COBA B. RELIABILITAS SKALA REGULASI EMOSI SAAT UJI COBA C. SKALA REGULASI EMOSI SAAT PENELITIAN D. PROFI SMP NEGERI 6 BINJAI 66 Lampiran A Skala Regulasi Emosi

Lebih terperinci