BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin hari semakin pesatnya perkembangan industri manufaktur sehingga membuat produsen harus pandai dalam menghadapi persaingan. Ketatnya persaingan di pasar nasional menuntut kualitas yang semakin baik terhadap produk yang dihasilkan. Dalam memproduksi, suatu perusahaan tidak hanya memperhatikan kuantitas saja melainkan juga kualitas, karena permintaan konsumen terhadap mutu terus meningkat setiap waktu. Kualitas produk penting untuk kelangsungan perusahaan karena berpengaruh langsung terhadap konsumen. Oleh karena itu perlunya menjaga dan meningkatkan kualitas. Hal ini juga dirasakan oleh PT. Parida Shoes sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri sepatu, tentunya mengharapkan agar produknya selalu menjadi pilihan utama para konsumen, sehingga selalu diusahakan agar produknya ini memiliki kualitas yang baik.

2 2 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di PT. Parida Shoes maka dapat diketahui masalah yang dihadapi oleh PT. Parida Shoes adalah sejumlah kecacatan produk setiap akhir proses produksi maupun ketika proses produksi. Hal ini disebabkan oleh pengendalian kualitas di PT. Parida Shoes masih kurang baik. Kecacatan tersebut perlu diperkecil agar kualitas tetap konsisten. Di mana jika terjadi kecacatan maka akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan karena perlu dilakukannya perbaikan yang mengakibatkan pemborosan bahan baku, waktu, biaya dan lainnya. Berdasarkan pengamatan selama di lapangan, maka masalah yang dihadapi oleh pihak Quality Control dapat dirumuskan sebagai berikut: Apa jenis cacat yang paling sering terjadi pada proses moulding sepatu? Apakah produk sepatu masih dalam batas yang terkendali? Apa faktor-faktor yang menjadi penyebab kecacatan? Bagaimana mencegah terjadinya kecacatan? Bagaimana meningkatkan kualitas produk sepatu?

3 3 1.3 Ruang Lingkup Pada penulisan tugas akhir ini ada beberapa hal yang perlu dibatasi agar pembahasan tidak menyimpang dari permasalahan yang sebenarnya. Adapun batasan-batasannya sebagai berikut: Produk yang diambil dalam penelitian ini adalah sepatu untuk konsumsi umum. Pengendalian kualitas yang akan dibahas pada tugas akhir ini hanya membahas pengendalian mutu pada proses moulding. Data yang diambil adalah data observasi produksi dan reject pada periode April Penelitian ini dilakukan di PT. Parida Shoes. 1.4 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan penulisan tugas akhir di PT. Parida Shoes adalah: Menganalisis apakah reject telah berkurang. Menganalisis mengenai faktor-faktor yang menjadi penyebab kecacatan. Mendapatkan setting yang lebih baik dari faktor-faktor yang berpengaruh pada proses poduksi. Meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

4 4 Sedangkan manfaat yang hendak dicapai penulis dari penulisan tugas akhir ini adalah: Perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor penyebab cacat sehingga dapat dicari solusi penyelesaiannya. Perusahaan dapat mengurangi cacat sepatu sehingga kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan pelanggan dan perusahaan. Dapat membantu perusahaan dalam menentukan setting yang optimal pada mesin moulding. 1.5 Gambaran Umum Perusahaan PT. Parida Shoes berdiri pada tahun 1942 dan berlokasi di Jl. Jatinegara Timur No Jakarta PT. Parida Shoes didirikan oleh H. Abdul Rahim yang berawal dari sebuah usaha home industri dimana perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga / swasta yang bergerak di bidang industri sepatu, khususnya sepatu dari bahan kulit yang digunakan khusus untuk badan pertahanan. Tahun 1945 usaha home industri ini dilanjutkan oleh anaknya yaitu H. Abdul Djawad. Pada tahun 1953 usaha home industri sepatu ini dibuat badan hukum berbentuk Firma Parida. Pada tahun ini Firma Parida mendapat pesanan tetap berupa sepatu kulit dari Korps CIAD (Corp Intendent Angkatan Darat), namun di samping itu Firma Parida masih membuat produk-produk selain sepatu yaitu

5 5 sandal kulit dan barang kerajinan kulit yang dijual untuk umum. Setelah tahun 1970, Firma Parida sudah tidak mengembangkan pemasaran produknya untuk produk selain sepatu kulit, tetapi lebih memfokuskan pada pemasaran sepatu kulit khusus pria untuk Kepolisisan dan Tentara Nasional Indonesia dan sepatu khusus pria lainnya untuk umum. Pada tahun 1980 proses produksi sepatu kulit untuk Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia diharuskan menggunakan mesin cetak moulding dengan menggunakan bahan dasar sepatu yaitu sol dari karet. Firma Parida berubah badan hukum menjadi Perusahaan Terbatas Parida Shoes (PT. Parida Shoes) pada tahun 1990 dengan Direktur Utama adalah Bapak H. Abdul Djawad dan dibantu oleh anak-anaknya hingga kini. Atas dasar itulah tujuan didirikannya PT. Parida Shoes adalah agar perusahaan sepatu kulit ini mempunyai prospek yang baik ke depannya dan telah mendapat wewenang untuk memasarkan hasil produksinya keseluruh jajaran Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Perusahaan Mengembangkan produk dalam negeri dengan cara membantu Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia untuk menggunakan sepatu kulit yang telah sesuai dengan standar ketentuan dalam membantu tugastugas negara Indonesia.

6 6 b. Misi Perusahaan Melatih dan mempekerjakan tenaga kerja sesuai bidangnya, guna mengatasi tingkat pengangguran dalam upaya memenuhi tingkat kebutuhan sepatu terhadap Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia, serta menjaga dan meningkatkan kualitas dari produk sepatu kulit agar dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan Struktur Organisasi Untuk mencapai tujuan perusahaan, setiap perusahaan memiliki suatu struktur organisasi agar adanya pembagian kerja, wewenang, dan tanggung jawab yang pasti dan jelas. Struktur organisasi merupakan suatu bagan sistem organisasi suatu badan usaha atau lembaga yang melukiskan tata hubungan kerja di dalam organisasi tersebut. Struktur organisasi harus ada agar dapat memperoleh gambaran mengenai koordinasi antar bagian dan pembagian tugasnya. Berikut ini adalah struktur organisasi PT. Parida Shoes.

7 7 Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Parida Shoes Tugas-tugas kepengurusan PT. Parida Shoes adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris - Berperan sebagai pengurus yang tidak aktif. - Mengangkat dan memberhentikan Direksi. - Meminta pertanggungjawaban Direksi melalui rapat umum pemegang saham. - Membuat rencana kebijakan perusahaan jangka panjang.

8 8 Direktur Utama - Mengkoordinasikan Wakil Direktur. - Melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai perencanaan yang telah ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham. - Membuat kebijakan serta usulan dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia. Wakil Direktur - Membantu Direktur dalam membuat perencanaan. - Bertanggungjawab terhadap Direktur Utama. - Mengkoordinasi para karyawan. Kepala Produksi - Bertanggungjawab terhadap produk baik dari segi kuantitas dan kualitas. - Menjaga kualitas barang yang telah diproduksi. - Membuat perencanaan produksi. - Menentukan kuantitas barang sesuai dengan kapasitas produksi. Bagian Keuangan - Mengambil kebijaksanaan di dalam sistem penjualan. - Melakukan transaksi kepada pembeli. - Mengatur keuangan masuk dan keluar dalam perusahaan.

9 9 Bagian Administrasi - Melakukan recruitment tenaga kerja. - Menempatkan para pegawai ke dalam divisi masing-masing. - Mengurus kesejahteraan pegawai. - Bertanggungjawab atas permasalahan yang menyangkut tenaga kerja. Mandor - Memberi instruksi kepada para pekerja produksi. - Mengawasi aktivitas produksi atas perintah kepala produksi. - Memimpin kelompok kerja yang terdiri atas beberapa pekerja produksi. Pekerja Produksi - Bertanggungjawab atas hasil produksi. - Melaksanakan tugas sesuai dengan divisi dan bidang pekerjaan masing-masing. - Bertanggungjawab atas kerusakan mesin-mesin produksi Jam Kerja Jam kerja yang berlaku di PT. Parida Shoes adalah sebagai berikut: Hari Kerja Waktu Kerja Istirahat : Senin - Jumat : pukul WIB : Shift I pukul WIB Shift II pukul WIB

10 10 Hari Kerja Waktu Kerja Istirahat : Sabtu : pukul WIB : Shift I pukul WIB Shift II pukul WIB Proses Produksi Proses produksi merupakan suatu cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber sumber ( tenaga kerja, mesin, bahan bahan, dan dana ) yang ada. Setelah mengamati proses produksi di PT. Parida Shoes maka dapat dikatakan bahwa proses manufaktur yang ada di pabrik tersebut merupakan Job Process / Job Shop. Hal ini dapat dilihat dari pengelompokkan mesin-mesin berdasarkan jenis mesin yang sama. Perusahaan ini memiliki strategi penempatan produk yaitu make to order Bahan Baku yang Digunakan Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sepatu di PT. Parida Shoes terdiri dari: 1. Kulit sapi 9. Bensol 2. Benang 10. Besi 3. Kain Keras 11. Sol Karet 4. Kain Belacu 12. Kayu

11 11 5. Lem Latex 13. Cairan Silikon 6. Lem Aibon 14. Cat 7. Aluminium dan Kuningan 15. Plastik 8. Paku 16. Spon / Kain Busa Jenis, Jumlah Mesin dan Kegunaannya Dalam memproduksi sepatu, PT. Parida Shoes menggunakan 7 jenis mesin dengan jumlah yang berbeda. Berikut ini adalah rinciannya: Tabel 1.1 Jenis dan Jumlah Mesin Jenis Mesin Jumlah Mesin Potong 6 Mesin Seset 4 Mesin Jahit 21 Mesin Zig-zag 3 Mesin Open 2 Mesin Amplas 2 Mesin Moulding 8 Kegunaan dari masing-masing mesin adalah sebagai berikut: 1. Mesin Potong Bahan Mesin ini digunakan untuk memotong kulit sesuai dengan pola, model, dan ukuran sepatu yang diinginkan.

12 12 2. Mesin Seset Mesin ini digunakan untuk menipiskan pinggiran kulit pada pola sepatu sehingga bila disatukan antara pola yang satu dengan pola yang lain maka tidak akan terlalu tebal dan sebagai tempat jahitan. 3. Mesin Zig-zag Mesin ini digunakan untuk menyambung bagian belakang sepatu pada bahan potongan sepatu. 4. Mesin Jahit Mesin ini digunakan untuk menyatukan pola / bagian-bagian dari pola satu ke pola berikutnya sehingga terbentuk sepatu setengah jadi. 5. Mesin Amplas Mesin ini digunakan untuk mengasarkan kulit pada sepatu bagian pinggir bawah sehingga pada saat dilem dan masuk proses moulding sepatu tersebut rekat. 6. Mesin Open Mesin ini digunakan untuk membentuk sepatu setengah jadi menjadi bentuk sepatu. 7. Mesin Moulding Mesin ini digunakan untuk mencetak sol sepatu sehingga dapat menempel pada sepatu.

13 Urutan Proses Produksi Urutan proses produksi yang dilakukan oleh PT. Parida Shoes terdiri dari: 1. Pemotongan Proses ini terdiri dari pemotongan beberapa pola yang dibutuhkan untuk membuat sebuah sepatu. Masing-masing pola memiliki cetakan pola sesuai dengan bentuk polanya dan cetakan tersebut disesuaikan dengan ukuran sepatu yang akan dibuat. Terdapat 7 bentuk pola tersebut, yaitu: Pola samping kiri Pola samping kanan Pola bagian depan Pola bagian lidah sepatu Pola sol karet Pola sol dalam sepatu Pola alas dalam sepatu Setiap mesin melakukan 7 proses pemotongan pola yang berbeda untuk menyelesaikan tiap jenis sepatu. Setiap proses pemotongan pola memiliki cetakan pola yang berbeda-beda pula, sehingga pada saat waktu pergantian proses pemotongan, operator perlu menukar cetakan pola yang diletakan pada benda kerja mesin cutting. Seorang

14 14 operator perlu menukar cetakan pola tidak hanya pada saat pergantian proses pemotongan, tetapi dilakukan juga ketika menyelesaikan jenis sepatu tersebut dengan ukuran sepatu yang berbeda. 2. Penyesetan Kulit Pola-pola yang telah dibuat pada proses pemotongan, selanjutnya dilanjutkan ke proses penyesetan kulit. Penyesetan kulit hanya dilakukan pada pola bagian samping kiri, samping kanan, bagian depan dan bagian lidah sepatu. Pola-pola diseset pada bagian pinggir pola, dimana hasil penyesetan dimaksudkan agar ketika beberapa pola disatukan/dijahit hasilnya rapi dan tidak menumpuk. Proses ini menggunakan mesin seset yang dijalankan dengan bantuan operator. 3. Penjahitan Pola Proses selanjutnya adalah penjahitan pola dimana pada proses ini menggabungkan pola-pola dengan cara dijahit. Proses ini dibagi menjadi 2 tahap, antara lain: Tahap 1 Proses penjahitan tahap pertama dilakukan dengan mesin jahit zig-zag yaitu melakukan proses penggabungan pola samping

15 15 kanan dan kiri dan proses penggabungan pola depan dengan pola lidah sepatu. Tahap 2 Proses penjahitan tahap kedua dilakukan dengan mesin jahit biasa yaitu melakukan proses penggabungan hasil jahitan pola samping kiri dan kanan dengan hasil jahitan pola depan dan pola lidah sepatu sehingga dihasilkan bentuk sepatu setengah jadi. 4. Pemasangan lubang tali sepatu Setelah pembentukan sepatu setengah jadi maka dilakukan pemasangan lubang untuk tali sepatu, dimanaa untuk 1 unit sepatu terdapat 8 lubang tali sepatu. Proses ini menggunakan 2 mesin mata ayam yang dikerjakan dengan bantuan operator. 5. Proses Oven Proses ini disebut juga proses pengepressan karena pada proses ini hasil bentuk sepatu yang telah dibuat pada proses sebelumnya dipress dengan pola sol dalam sepatu yang telah dipotong sebelumnya. Namun sebelum melakukan proses ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu mengeluarkan pola sol dalam sepatu yang ada di gudang, kemudian meletakkan sol dalam sepatu tersebut di mesin oven setelah itu pasangkan list sepatu pada sepatu yang akan dioven agar dapat menghasilkan bentuk sepatu yang

16 16 sebenarnya sehingga terbentuklah sepatu setengah jadi tanpa sol karet bawah. 6. Proses Pengasaran Proses ini dilakukan dengan maksud untuk mengaplas sisa-sisa kulit sepatu bagian bawah akibat proses oven. Proses pengasaran dilakukan dengan menggunakan mesin amplas. 7. Proses Pendinginan Proses ini dilakukan agar sepatu hasil pengovenan menghasilkan kulit yang tidak kaku sehingga pada saat pelepasan list sepatu dapat mudah dilepas. Pada proses ini, sepatu setengah jadi didiamkan selama ± 5 jam. 8. Moulding Proses moulding adalah proses penempelan sol karet yang telah dipotong sebelumnya dengan sepatu setengah jadi. Proses ini menggunakan mesin moulding dengan bantuan alat cetak mould untuk membentuk motif pada sol karet sepatu. 9. Finishing Proses finishing ini terdiri dari beberapa langkah, antara lain membersihkan sisa-sisa karet setelah proses moulding, kemudian dicat ulang untuk mengkilapkan kulit sepatu. Setelah itu diserahkan ke bagian pemasangan alas sepatu bagian dalam dan yang terakhir dipasang tali sepatu.

17 Verpaking Tahap terakhir yaitu setiap sepasang sepatu dimasukkan ke dalam plastik kemudian dimasukkan ke dalam kardus dan siap dikirim pada pembeli. Gambar 1.2 Proses Produksi