DAFTAR PUSTAKA , Business System Planning, International Business Machines Corp., 1981

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA , Business System Planning, International Business Machines Corp., 1981"

Transkripsi

1 100 DAFTAR PUSTAKA , The American Heritage Dictionary of the English Language, Fourth Edition, Houghton Mifflin Company, diakses pada tanggal 27 Maret , Business System Planning, International Business Machines Corp., , Design Research in Information Systems, diakses pada tanggal 5 Februari , Extreme Programming: A gentle Introduction, diakses pada tanggal 4 Juni , Product Overview, DSDM Consortium, diakses pada tanggal 1 Juni , Scrum for Team Systems Process Guidance, diakses pada tanggal 1 Juni Allan, G. (2003), A critique of using Grounded Theory as a Research Method, Department of Information Systems and Computer Applications, Portsmouth University 8. Allee, V. (2002), A Value Network Approach for Modelling and Measuring Intangibles, Paper prepared for presentation at Transparent Enterprise, Madrid. 9. Arsanjani, A., Service-oriented modeling and architecture, diakses pada tanggal 5 Februari Burlton, R. T. (2001), Business Process Management : Profiting from Process, Sams Publishing 11. Creswell, J. W. (1994), Research Design Qualitative & Quantitative Approaches, Sage Publications

2 Cook, M. A. (1996), Building Enterprise Information Architectures: Reengineering Information Systems, Prentice Hall PTR 13. Dick, Bob (2005), Grounded Theory: a thumbnail sketch, diakses pada tanggal 5 Februari Fernandez, W.D. (2005), The Grounded Theory Method and Case Study Data in IS Research: issues and design, Information Systems Foundations: Constructing and Criticising, Dennis Hart and Shirley Gregor, Editor, ANU E Press, Australian National University, Hancock, B. (2002), An Introduction to Qualitative Research, Trent Focus Group 16. Hevner, A.R., March, S.T., Jinsoo, P., Ram, S. (2004), Design Science in Information Systems Research 17. Kelle, U. (2005), Emergence vs Forcing of Empirical Data? A Crucial Problem of Grounded Theory Reconsidered, Forum: Qualitative Social Research, Volume 6, No.2, Article 27, Forum Qualitative Sozialforschung 18. Klein, H. K., Myers, M. D., A set of Principles for Conducting and Evaluating Interpretive Field Studies in Informatioin Systems, dalam MIS Quarterly Vol. 23 No. 1, pp 67-94, Krasner, G. E., Pope, S. T. (1998), A Description of the Model-View- Controller User Interface Paradigm in the Smalltalk-80 System, ParPlace Systems, MountainView, CA 20. Law, M., Stewart, D., Letts, L., Pollock, N., Bosch, J., Westmorland, M., Guidelines for Critical Review Form Qualitative Studies 21. Myers, M.D. (1997), Qualitative Research in Information Systems, MIS Quarterly (21:2), Juni 199, , MISQ Discovery, archival version, updated version, diakses pada tanggal 5 Februari Osterwalder, A., Pigneur, Y., Tucci, C.L. (2005), Clarifying Business Models: Origins, Present, and Future of the Concept, dalam Communications of the Association for Information Systems, Volume 16, Pandit, N. R. (1996), The Creation of Theory: A Recent Application of the Grounded Theory Method, dalam The Qualitative Report, Volume 2, No. 4

3 Pigoski, T.M. (1996), Practical Software Maintenance: Best Practices for Managing Your Software Investment, Wiley Computer Publishing 25. Reilly, J.K., Frey, F.S. (1996), Recommendations for the Evaluation of Digital Images Produced from Photographic, Microphotographics, and Various Paper Formats, Rochester Institute of Technology 26. Schwalbe, K. (2006), Information Technology Project Management, 4 th Ed., Thomson Course Technology 27. Spencer, L. (2003), Quality in Qualitative Evaluation: A framework for assessing research evidenve, National Centre for Social Research, UK Government Chief Social Researcher s Office 28. Spewak. S. H. (1993), Enterprise Architecture Planning: Developing a Blueprint for Data, Applications, and Technology, John Wiley and Sons 29. Trochim, W. M. K., Research Methods Knowledge Base, diakses pada tanggal 5 Februari Turban, E., McLean, E., Wetherbe, J. (2001), Information Technology for Management, 3 rd Edition, John Wiley & Sons Inc. 31. Ward, J., Peppard, J. (2002), Strategic Planning for Information System, 3 rd, John Wiley and Sons, West Sussex, England 32. Zachman, J., Zachman Framework, diakses pada tanggal 5 Februari 2007

4 103 Lampiran A Studi Kualitatif A.1 Filosofi Pengetahuan (Epistemologi) Epistemologi berbeda dengan metodologi. Epistemologi adalah filosofi tentang pengetahuan yang berbicara mengenai bagaimana kita bisa mengetahui. Sebagai contoh : espitemologi dari sistem pembelajaran adalah bagaimana kita bisa mengetahui bagaimana seorang pelajar mengetahui apa yang sedang didiskusikan. Epistemologi dari penelitian adalah bagaimana kita bisa mengetahui bagaimana menghasilkan jawaban yang dibutuhkan oleh sebuah problem. Metodologi juga berurusan dengan bagaimana kita bisa mengetahui, tetapi berurusan dengan aspek praktek, yaitu metode. Sebuah epistemologi dapat diterapkan ke dalam beberapa metodologi. Espitemologi dan metodologi sangat berkaitan. Epistemologi berhubungan dengan filosofi, sedangkan metodologi berhubungan dengan praktek, atau implementasi filosofi. Epistemologi dalam penelitian memiliki dua kelompok besar, yaitu Positivism, dan Post-Positivism [29]. Hingga pada saat ini ilmu pengetahuan (baca: penelitian) didominasi oleh filosofi positivsm. Dalam pengertian paling luas, positivsm adalah penolakan terhadap metafisik (cabang filosofi yang membicarakan mengenai keberadaan (existence), kebenaran (truth), dan pengetahuan (knowledge)). Positivism berpegang bahwa tujuan dari pengetahuan hanyalah menjelaskan (describe) fenomena yang dialami oleh manusia. Pengetahuan di luar itu tidak mungkin dipahami. Tujuan dari ilmu pengetahuan (science) adalah stick to what we can observe and measure. Sebagai contoh dalam ilmu psikologi yang berlandaskan pada positivism sebuah emosi tidak akan dapat dipahami karena tidak dapat diobservasi secara langsung. Yang dapat diukur adalah respon fisik, dan psikologi yang menemani emosi, bukanlah emosi itu sendiri. Maka emosi bukanlah topik yang sah untuk ilmu pengetahuan psikologi. Hal ini membawa pengaruh bahwa psikologi harus berkonsentrasi pada perilaku-perilaku positif dan negatif untuk memprediksi

5 104 bagaimana seseorang akan berperilaku segala sesuatu di antaranya (seperti bagaimana seseorang berpikir dalam menentukan perilaku tersebut) tidak relevan karena tidak dapat diobservasi dan diukur. Positivis berpikir bahwa melalui ilmu pengetahuan kita akan memahami dunia cukup baik sehingga kita bisa memprediksi dan mengontrol dunia. Sebuah dunia yang deterministik, yang beroperasi menurut hukum sebab akibat tertentu yang dapat dipahami. Positivism biasanya menggunakan pemikiran deduktif untuk mengusulkan sebuah teori untuk diuji. Berdasarkan hasil studi tersebut, kita bisa mendapatkan bahwa teori kita tidak sesuai dengan fakta, sehingga kita perlu merevisi teori tersebut agar kita dapat lebih baik dalam memprediksi realita. Positivis percaya pada empiricism sebuah ide bahwa observation dan measurement adalah inti dari upaya-upaya ilmiah. Pendekatan kuncinya adalah eksperimen sebuah percobaan untuk memahami hukum alam melalui manipulasi dan observasi. Teori Hipotesa Variabel / Parameter Manipulasi, observasi, pengukuran Kesimpulan Gambar A.1. Pendekatan deduktif Post-positivsm bukanlah revisi dari positivism, atau penyesuaian positivism untuk kondisi tertentu. Post-positivism adalah sebuah filosofi yang menolak seluruh prinsip-prinsip yang diajukan oleh positivsm. Post-positivism berpendapat bahwa bagaimana cara peneliti berpikir, dan bagaimana kita berpikir sehari-hari sebenarnya tidak memiliki perbedaan, sebuah proses yang sama. Hanya perbedaan dalam tingkat saja. Peneliti biasanya mengikuti sebuah prosedur spesifik untuk memastikan bahwa observasi telah diverifikasi, akurat, dan konsisten. Pada kondisi sehari-hari biasanya kita tidak berpikir dengan sangat berhati-hati, tetapi bila resikonya terlalu tinggi, kita juga akan lebih perhatian pada verifikasi dan pengukuran-pengukuran dari variabel-variabel. Sebagai contoh : orang tua akan

6 105 lebih memperhatikan detail-detail yang sebelumnya tidak diperhatikan bila berkaitan dengan keselamatan anaknya. Ketika seorang positivis percaya bahwa tujuan dari ilmu pengetahuan adalah menemukan kebenaran, post-positivis percaya bahwa tujuan dari ilmu pengetahuan adalah tetap bertahan pada sebuah tujuan untuk memahami kebenaran, walaupun kita tidak akan pernah mencapai tujuan tersebut. Mengapa? Karena seluruh pengukuran (measurement) rentan pada kesalahan (fallible). Postpositivis menekankan pada pentingnya adanya beberapa pengukuran dan observasi, dimana tiap pengukuran menunjukkan kesalahan-kesalahannya sendiri. Dan dibutuhkan triangulation untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai apa yang terjadi pada realita tersebut. Post-positivis percaya bahwa seluruh observasi tidak obyektif, theory-laden, setiap peneliti bias oleh pengalaman, budaya, sudut pandang, dan lain-lain. Walaupun begitu post-positivism bukanlah relativism yang percaya bahwa perspektif yang berbeda tidak dapat diukur menggunakan ukuran yang sama (incommensurability). Post-positivism tetap percaya pada constructivism bahwa kita membangun pandangan kita tentang dunia berdasarkan persepsi kita mengenai dunia. Karena persepsi dan observasi dapat salah (fallible) bangunan yang kita buat pasti tidak sempurna, tetapi tetap dapat dikomunikasikan dan diterjemahkan pada konteks lain untuk membangun sudut pandang yang lebih baik mengenai realita. Lalu apakah yang dimaksud sebagai obyektifitas? Positivis berpendapat bahwa obyektifitas adalah karakteristik yang berada pada setiap peneliti sebagai individu. Peneliti bertanggung jawab mengesampingkan bias-bias, dan kepercayaan mereka, dan melihat dunia sebagaimana adanya. Post-positivis menolak ide tersebut, yaitu bahwa tiap peneliti dapat melihat dunia sebagaimana adanya. Setiap peneliti selalu bias dan seluruh observasi kita telah terpengaruhi (theoryladen). Harapan terbaik untuk mendapatkan obyektifitas adalah dengan menyatukan beberapa perspektif yang dapat salah (fallible). Jadi obyektifitas bukanlah karakteristik dari individu, melainkan fenomena sosial. Obyektifitas

7 106 adalah apa yang ingin dicapai oleh beberapa orang ketika mereka saling mengkritik pekerjaan orang yang lain. A.2 Studi Kuantitatif dan Kualitatif Studi kuantitatif dan kualitatif bukanlah studi yang secara resmi berpihak pada salah satu epistemologi tertentu, walaupun studi kuantitatif memang sangat dominan dikuasai oleh filosofi positivism. Studi kualitatif mulai banyak digunakan pada pertengahan tahun 70an. Studi kualitatif pada masa itu banyak didasarkan pada filosofi post-positivism, tetapi sejak pertengahan tahun 90an, filosofi positivism juga mulai mendasari studi-studi kualitatif. Tabel A.1. Perbandingan paradigma studi kuantitatif dan kualitatif Assumption Question Quantitative Qualitative Ontological What is the assumption nature of reality Epistemological assumption Axiological assumption Rhetorical assumption Methodological assumption What is the relationship of the researcher to that researched? What is the role of values? What is the language of research? What is the process of research? Reality is objective, singular, and apart from researcher Researcher is independent from that being researched Value-free and unbiased Formal Based on set definitions Impersonal voice Use of accepted quantitative words Deductive process Cause and effect Static design categories isolated before study Context-free Generallizations leading to prediction, explanation, and understanding Accurate and reliable through validity and realiability. Reality is subjective and multiple as seen by participants in a study Research interacts with that being researched Value-laden and biased Informal Evolving decisions Personal voice Inductive process Mutual simultaneous shaping of factors Emerging design categories identified, and elaborated during each research process Context-bound Patterns, theories developed for understanding Accurate and reliable through verification

8 107 Sumber: Creswell, J. W. (1994), Research Design Qualitative & Quantitative Approaches, Sage Publications Alasan pemilihan paradigma studi untuk sebuah penelitian biasanya didasarkan pada kemampuan dan pengalaman peneliti, karakter dari peneliti, dan karakteristik dari masalah [11]. Tabel A.2. Alasan pemilihan paradigma Criteria Quantitative Paradigm Qualitative Paradigm Training and Experience of Technical writing skills Literary writing skills, the Researcher computer statistical skills, computer text-analysis Researcher s Psychological Attributes Nature of the problem library skills Comfort with rules and guidelines for conducting research, low tolerance of ambiguity, time for study of short duration Previously studied by other researchers so that body of literature exists, known variables, existing theories skills, library skills Comfort with lack of specific rules and procedures for conducting research, high tolerance for ambiguity, time for lengthy study Exploratory research, variables unknown, context important, may lack theory base for study Sumber: Creswell, J. W. (1994), Research Design Qualitative & Quantitative Approaches, Sage Publications A.2.1 Penggunaan Literatur dalam Studi Kuantitatif dan Kualitatif Studi kuantitatif menggunakan sejumlah literatur untuk memberikan arah pada pertanyaan-pertanyaan dan hipotesa studi. Dalam merencanakan studi kuantitatif, teori yang sudah ada digunakan untuk memperkenalkan problem dalam latar belakang, menjelaskan lebih detail pada bagian Tinjauan Pustaka, dan sebagai dasar untuk membandingkan hasil studi dengan teori. Dimanapun tempatnya, teori dalam studi kuantitatif digunakan sebagai framework dalam membentuk pertanyaan dan hipotesa studi. Studi kualitatif menggunakan proses-proses induktif dalam penelitiannya. Proses induktif menggunakan berbagai macam data yang berasal dari observasi lapangan, pemeriksaan dokumen, interview, dan juga kuesioner-kuesioner yang biasanya digunakan dalam studi kuantitatif. Dari data-data tersebut kemudian ditemukan kategori-kategori, sub kategori di dalam kategori yang menunjukkan tema-tema utama dalam data-data tersebut. Dalam hal ini peneliti tidak memiliki a-priori

9 108 terhadap kategori-kategori apa saja yang akan muncul. Sifat utama dalam proses induktif adalah eksplorasi yang berarti berusaha menampilkan kategori-kategori tersebut apa adanya sesuai dengan data yang didapatkan. Setelah kategori didapatkan, maka sesuai dengan metode studi yang dipakai, peneliti dapat menentukan apakah perlu membuat teori baru berdasarkan kategori-kategori yang muncul tersebut. Studi kualitatif meminta tidak ada teori yang digunakan untuk mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam observasi lapangan, pemeriksaan dokumen, interview, atau dalam menentukan hasil dari studi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan studi kuantitatif dimana justru teori digunakan sejak awal untuk membentuk hipotesa dan pertanyaan. Teori dalam studi kualitatif digunakan untuk memberikan perbandingan terhadap hasil yang didapatkan, apakah terdapat persamaan, atau perbedaan terhadap teoriteori yang sudah ada. Tetapi teori-teori tersebut tidak digunakan untuk memvalidasi hasil studi (baik hasilnya berupa deskripsi kategori, atau hingga adanya teori baru). Dalam studi kualitatif tidak dikenal validasi menggunakan teori yang sudah ada karena adanya prinsip eksplorasi di atas. Apapun hasil studi harus diterima bila memang data-data yang dikumpulkan dalam proses studi telah diverifikasi. Untuk menjamin bahwa hasil studi benar-benar mencerminkan realita atas data yang dikumpulkan tersebut, maka peneliti perlu melakukan verifikasi ulang atas kategori-kategori, atau temuan yang dihasilkan dari analisa data dengan sumber data, misalnya dengan partisipan yang diwawancara. Teori yang telah ada digunakan sebagai pembanding atas hasil studi untuk memberikan pemahaman atas hasil yang lebih baik karena dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian lainnya. Seluruh prinsip di atas diakibatkan bahwa studi kualitatif biasanya context-bound. Dan justru karena kondisi context-bound dan prinsip eksploratif inilah studi kualitatif berusaha memberikan hasil studi yang tidak dibatasi oleh teori-teori tertentu, atau hipotesa seperti yang diajukan oleh studi kuantitatif.

10 109 Hal ini membawa pada masalah generalization. Studi kualitatif sering dikritik terutama oleh positivis sebagai tidak dapat diaplikasikan secara umum. Hal ini dapat dimengerti karena secara umum pandangan positivism sangat mempengaruhi cara pandang peneliti tentang bagaimana mengetahui pengetahuan tersebut (epistemologi dari positivism), yaitu prinsip obyektifitas, dan generalization (bahwa sebuah teori harus berlaku umum). Teori digunakan secara berbeda dalam studi kualitatif, terutama yang menggunakan pendekatan interpretif. Peneliti dalam studi kualitatif tidak tertarik untuk menggunakan teori dalam upaya falsifying teori, yaitu sebagai jendela / alat sensitif untuk melihat kesesuaian dunia dengan teori tersebut. Studi kualitatif dalam sistem informasi biasanya tidak mengangkat hasil studi sebagai kategori abstrak yang dapat diaplikasikan di semua konteks, tetapi sebagai teori sosial yang menyangkut aktor, dan sistem, yang biasanya adalah context-bound. Alasan kedua yang biasanya mendasari penggunaan teori di bagian akhir studi adalah peneliti biasanya belum tahu teori apakah yang cocok untuk hasil studi. Dengan sifat eksploratif yang dimiliki studi kualitatif, maka hasil studi baru diketahui pada akhir studi. Hal ini berbeda dengan studi kuantitatif yang biasanya bersifat pengujian terhadap hipotesa, dan variabel-variabel yang diuji dibatasi oleh hipotesa tersebut. Pada studi kuantitatif teori-teori lain yang diperlukan selain teori utama yang membentuk hipotesa telah dapat dibayangkan oleh peneliti.

11 110 Data dari Observasi lapangan Data dari Wawancara Data dari Kuesioner Kategori, Sub kategori, dan relasi antaranya Perbandingan dengan teori lain Kesimpulan Data dari Wawancara Gambar A.2. Pendekatan induktif dalam studi kualitatif A.2.2 Pertanyaan, dan Hipotesa Studi Dalam studi kualitatif, biasanya yang ditemukan adalah pertanyaan-pertanyaan, bukan hipotesa. Hal ini disebabkan studi kualitatif tidak bermaksud untuk menguji sebuah teori menggunakan sebuah hipotesa, melainkan melakukan eksplorasi sebuah obyek studi, dan pada metode metode studi kualitatif tertentu untuk membentuk teori. Pertanyaan dalam studi kualitatif biasanya memiliki dua bentuk: grand tour question, dan sub questions. Grand tour question adalah pertanyaan mengenai masalah dalam studi dalam bentuk yang paling umum (most general form). Secara sederhana grand tour question adalah apa pertanyaan paling luas yang dapat ditanyakan dalam studi. Hal ini biasanya sulit diterima oleh peneliti yang dididik dalam paradigma kuantitatif, yang biasanya justru dilatih untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan atau hipotesa tertentu [11]. Pertanyaan dalam studi kualitatif sebaiknya memenuhi panduan di bawah: 1. Pertanyaan bersifat mengharapkan deskripsi, bukan pertanyaan yang memberikan arah (misalnya dengan menyebutkan variabel tertentu, atau perbandingan antar variabel-variabel tertentu).

12 Pertanyaan akan berkembang dan berubah selama studi. 3. Gunakan pertanyaan terbuka tanpa referensi pada sebuah literatur atau teori tertentu (sekali lagi karena studi kualitatif bukanlah melihat apakah sebuah teori terjadi pada konteks tersebut, atau menguji sebuah teori tertentu, tetapi melihat apakah yang terjadi pada konteks tersebut dan kemudian membuatnya menjadi teori). 4. Gunakan fokus tunggal, dan tentukan situs penelitian yang menjadi konteks penelitian. A.2.3 Verifikasi, Validasi dan Reliabilitas Studi Dalam studi kualitatif istilah yang sering digunakan adalah verifikasi, walaupun di dalam istilah tersebut terkandung makna validasi. Demikian juga studi kuantitatif sering menggunakan istilah validasi, walaupun dalam istilah tersebut sebenarnya juga mengandung makna verifikasi. Studi kualitatif lebih suka menggunakan istilah verifikasi karena data-data yang diperoleh dalam operasionalisasi studi biasanya didapatkan dari orang, sedangkan studi kuantitatif memperoleh data-data studi dari eksperimen, penyebaran kuesioner (dimana konteks yang berbeda dari setiap orang tidak terlalu diperhatikan dalam data-data tersebut). Dalam studi kualitatif dikenal dua jenis validasi, yaitu validasi internal, dan eksternal. A Validasi Internal Validasi internal adalah upaya untuk memastikan keakuratan dari informasi yang didapatkan dalam studi, dan apakah informasi tersebut sesuai dengan realita sesungguhnya. Sesuai pengertian di atas, peneliti harus memastikan bahwa persepsinya tidak mengganggu interpretasi dari data-data yang dikumpulkan. Seluruh kategori-kategori yang diangkat dari data-data yang terkumpul harus sesuai dengan persepsi orang yang diwawancara, bukan persepsi dari peneliti itu sendiri.

13 112 Biasanya peneliti akan melakukan verifikasi pada setiap orang yang terlibat sebagai partisipan dengan mengkonfirmasi apakah kategori-kategori tersebut dapat diterima oleh partisipan, dan apakah makna (meaning) dari setiap kategori sesuai dengan persepsi partisipan. Prinsip validasi internal sesuai dengan prinsip Construct Validity. Construct dalam bahasa Inggris berarti make by fitting parts together; build, form. Validasi atas construct berarti berusaha memastikan upaya pembangunan ide / teori dapat divalidasi [29]. Gambar A.3. Construct validity Sumber: Trochim, W. M. K., Research Methods Knowledge Base, Konsep construct validity menggunakan dua dunia: land of theory, dan land of observation. Land of theory adalah apa yang ada dalam pikiran peneliti tentang bagaimana operasionalisasi studi harus dijalankan (bagaimana proses pengumpulan data yang benar), dan bagaimana hasil dari operasionalisasi studi tersebut (outcome dari studi). Teori mengenai hasil dari operasionalisasi tidak menentukan bentuk / isi hasil studi, tetapi kualitas yang harus dipenuhi oleh hasil studi. Land of observation adalah apa yang peneliti lakukan dalam operasionalisasi studi, dan hasil observasi yang dikumpulkan selama studi.

14 113 Construct Validity meminta peneliti untuk menentukan terlebih dahulu land of theory (gambaran ideal dari proses construct : kualifikasi proses, dan kualifikasi hasil proses). Setelah gambaran ideal didapatkan, maka peneliti membandingkan operasionalisasi studi dengan gambaran ideal tersebut. Proses membandingkan land of theory dan land of observation biasanya dilakukan menggunakan dua pendekatan, yaitu: "definitionalist", dan "relationalist. Definitionalist menekankan pada pemenuhan seluruh kriteria dari land of theory. Hal ini seperti yes or no, true or false. Definitionalist lebih cocok diterapkan pada studi-studi kuantitatif. Relationalist tidak ingin terjebak bahwa sebuah construct berada pada dua kondisi, dan bahwa selalu terdapat kondisikondisi antara. Relationalist lebih menekankan makna dari construct (baik operasional, maupun outcome). Artinya pada sebuah kondisi, atau konteks tertentu, maka sebuah studi memerlukan construct tertentu, tetapi pada kondisi lain gambaran ideal construct yang sama tidak bisa dipaksakan. Mungkin ada gambaran ideal construct lain yang lebih cocok diterapkan pada kondisi tersebut. Relationalist menolak gagasan bahwa peneliti dapat menyandarkan diri pada definisi-definisi operasional sebagai basis definisi construct. Relationalist lebih suka melihat makna dari sebuah construct dan menyesuaikan definisi construct sesuai kondisi dimana construct tersebut dijalankan. A Validasi Eksternal Validasi eksternal berarti generalization. Validasi adalah tingkat pencapaian kebenaran (approximate of truth) dari sebuah kesimpulan (propositions, inferences, atau conclusions). Validasi eksternal berarti upaya memastikan bahwa kesimpulan-kesimpulan tersebut tetap dapat memenuhi tingkat kebenaran bila diaplikasikan pada konteks di luar konteks penelitian (tempat, waktu, orang, dan situasi). Karena itu validasi eksternal berarti Generalization. Validasi eksternal selalu berurusan dengan sampel. Peneliti harus memastikan sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi yang sesuai tujuan studi. Peneliti dapat menggunakan Sampling Model, atau Proximal Similarity Model

15 114 untuk membantu mengenali populasi, dan sample yang diharapkan bisa mewakili populasi. Studi kualitatif terutama yang menggunakan metode case study, dan ethnography biasanya tidak memusingkan masalah generalization karena justru tujuan studistudi tersebut adalah mengungkap sebuah konteks tertentu, bukan untuk diaplikasikan secara umum, atau luas. Grounded theory dan phenomenology masih membicarakan masalah validasi eksternal dengan membicarakan ancaman terhadap validasi eksternal (threat of external validity). Grounded theory dan phenomenology bagaimanapun juga adalah studi kualitatif yang biasanya diaplikasikan untuk konteks tertentu, sehingga upaya validasi juga harus membicarakan kondisi-kondisi apa saja yang membuat hasil studi tidak dapat diaplikasikan (threat of external validity). A.3 Metode-metode Studi Kualitatif Studi kualitatif memiliki bentuk-bentuk metode penelitian yang sangat luas [21]. Metode studi kualitatif yang banyak digunakan adalah: 1. Phenomonology Phenomonology adalah sebuah metode studi yang berusaha mendeskripsikan sebuah fenomena. Fenomena dapat berupa kejadian, situasi, pengalaman, atau konsep. Studi phenomology tidak harus memberikan penjelasan definitif terhadap fenomena tersebut, tetapi dapat saja meningkatkan kesadaran terhadap fenomena tersebut. Phenomenology biasanya digunakan untuk mendeskripsikan pengalaman melalui pengembangan pola (pattern), dan hubungan antara makna dari pola. Misalnya dalam studi pengujian sebuah desain user interface, peneliti akan memperhatikan pola-pola respon yang dihasilkan oleh obyek studi, kemudian mendeskripsikan pola-pola tersebut sebagai hasil studi. 2. Ethnography Ethnography adalah sebuah studi kualitatif yang bertujuan mendapatkan pemahaman sebuah budaya melalui studi jangka panjang terhadap sekumpulan obyek studi dalam sebuah kelompok budaya tertentu, dalam kondisi alami dan asli. Studi ini mendapatkan data-datanya sebagian besar menggunakan

16 115 observasi lapangan, dimana peneliti masuk dalam kelompok tersebut melakukan observasi dan wawancara. Hasil dari studi biasanya berupa sebuah pemahaman (understanding) sebuah budaya, sehingga hasil dari studi ini lebih dalam dari phenomenology yang biasanya bersifat mendeskripsikan. Karena berupa pemahaman, maka subyektifitas peneliti dalam studi ini sangat berpengaruh terhadap hasil studi. Misalnya seorang peneliti mengamati sebuah budaya dari kelompok sosial tertentu, yang melibatkan upacara dan ritual. Hasil dari studi adalah pemahaman peneliti mengenai upacara tertentu. Peneliti yang berasal dari budaya dengan konsep berpikir yang berbeda akan memaknai secara berbeda pula dibandingkan dengan peneliti yang familier dengan upacara dan ritual tersebut. Ethnography tidak selalu dihubungkan dengan etnis tertentu, tetapi dengan sebuah konsep budaya tertentu misalnya budaya demokrasi di Indonesia. 3. Action Research Action research adalah sebuah studi yang berawal dari sebuah masalah, dan kemudian berusaha menjawab masalah tersebut melalui hasil studi. Actioan research berorientasi pada dua hal, yaitu menghasilkan teori yang memberi sumbangsih pada diskursus pengetahuan, tetapi juga menjawab kebutuhan praktis yang diperlukan untuk menjawab masalah tersebut. Misalnya pada kasus masalah minat membaca yang rendah dari siswa dan mahasiswa di Indonesia. Action research tidak hanya berusaha memberikan faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca, tetapi juga usulan-usulan untuk meningkatkan minat baca siswa dan mahasiswa. 4. Grounded Theory Bila dalam studi-studi lainnya tidak menekankan perlunya ada teori yang dihasilkan, maka grounded theory berusaha menghasilkan teori tertentu. Teori ini dihasilkan dari proses note-taking, coding, memoing, sorting. dan writing. Grounded theory biasanya menggunakan beberapa iterasi penggalian kategori melalui pengumpulan data, dan analisa data sekaligus tanpa adanya keharusan batasan yang jelas antara iterasi. Pertanyaan-pertanyaan dari sebuah iterasi dapat berbeda topik selama berhubungan dengan pertanyaan utama. Grounded

17 116 theory mulai membentuk teori setelah didapatkan kondisi saturasi, yaitu tidak adanya kategori baru yang muncul dari iterasi penggalian data dengan konteks yang berbeda-beda. 5. Case Study Dalam banyak hal peneliti berbeda pendapat mengenai case study. Ada pendapat yang menyatakan bahwa case study adalah sebuah konsep penelitian yang menggunakan satu kasus sempit, atau satu konteks tertentu sebagai obyek studi. Metode penelitian yang diterapkan pada kasus tersebut dapat berupa studi-studi kualitatif, studi kuantitatif, atau gabungan keduanya. Pertimbangan utama dalam case study adalah penelitian terhadap obyek tunggal (yang bisa berupa gabungan beberapa obyek) dengan menggunakan metode yang sesuai untuk obyek tersebut. Dalam pemahaman ini generalization memang bukan tujuan utama hasil studi. Pemahaman yang lain menyatakan bahwa case study adalah salah satu metode studi kualitatif yang melakukan eksplorasi terhadap sebuah kasus terbatas, atau satu konteks tertentu. Upaya eksplorasi berharap menemukan sebanyakbanyaknya variabel yang bisa digali dari konteks tersebut. 6. Critical Study Critical study adalah sebuah metode studi kualitatif yang biasanya diterapkan pada metode studi kualitatif lainnya sehingga membentuk criticalphenomenology, atau critical-ethnography. Critical study biasanya bertujuan membandingkan obyek studi dengan teori tertentu. Misalnya criticalethnography akan membandingkan budaya demokrasi rakyat Indonesia terhadap konsep demokrasi yang diinginkan. Pada critical study ini, berbeda dengan studi kualitatif lainnya, teori biasanya disebutkan di awal studi sebagai teori yang digunakan sebagai pembanding hasil studi. Walaupun menyebutkan teori di awal studi, tetapi teori tetap tidak digunakan sebagai penentu variabel, atau hipotesa seperti pada studi kuantitatif. Tidak ada hipotesa yang dibuat, atau diuji. Hasil dari studi tetap adalah hasil eksplorasi dari obyek studi melalui observasi lapangan, wawancara, kuesioner, dan metode lainnya.

18 117 Penulisan hasil penelitian dalam setiap metode memiliki perbedaan sesuai aturan penulisan kualitatif sesuai dengan jenis studi. Misalnya metode case study dapat menggunakan single case atau multiple case comparison, holistic atau embedded analysis, illustrative structure linear analytic, comparative, chronological, theory bulding, suspense, atau tidak berurutan. Untuk ethnography dapat dilakukan dengan membentuk dimensi perspektif, cross-cultural descriptions, dan lain-lain. Untuk phenomenology dapat digunakan descriptive narrative, sintesa dari pengetahuan yang muncul dari studi, exhaustive description, dan lain-lain. Grounded theory dapat menggunakan penjabaran informasi menggunakan open coding, axial coding, atau menunjukkan gambar visual yang menjelaskan kaitan teori, atau juga menunjukkan bagian dari coding yang dikembangkan lebih lanjut dalam studi (selective coding).

19 118 Lampiran B Grounded Theory Grounded theory muncul sebagai tantangan terhadap adanya kondisi bahwa tidak ada inovasi berarti yang muncul dari penelitian yang dilakukan selama ini. Hal ini disebabkan kecenderungan peneliti hanya menguji teori-teori yang sudah ada menggunakan prinsip hypothetico-deductive. Grounded theory muncul sebagai kritik terhadap kecenderungan para peneliti menjadi proletariat testers, dan departemen keilmuan menjadi repositories of great-man theories [17]. Grounded theory pada dasarnya bukan penelitian yang menggunakan prinsip hypothetico-deductive. Prinsip hypothetico-deductive membuat sebuah hipotesa pada awal penelitian dan menggunakan pendekatan deduktif untuk menguji hipotesa tersebut melalui serangkaian observasi, pengukuran, atau manipulasi terhadap realita. Dari serangkaian pengujian tersebut maka peneliti membuat kesimpulan. Grounded theory juga bukan penelitian yang bersifat falsifying theory [18]. Prinsip falsifying theory menyatakan bahwa peneliti menggunakan sebuah teori sebagai jendela untuk melihat realita (dunia). Bila kemudian disadari terjadi ketidakcocokan antara teori dengan realita yang berkembang, maka peneliti akan memperbarui teori sesuai dengan realita yang baru tersebut. Grounded theory didasarkan pada prinsip post-positivism, yaitu dunia tidak selalu sama dan tidak selalu berulang. Grounded theory akan berusaha melakukan eksplorasi pada sebuah fenomena dan membuat teori yang dapat menjelaskan fenomena tersebut. Bila terjadi ketidakcocokan pada sebuah realita, maka perlu dilakukan penelitian baru untuk menjelaskan realita tersebut, tetapi hasil penelitian tersebut tidak digunakan untuk merevisi teori yang dihasilkan pada penelitian sebelumnya, tetapi hanya digunakan sebagai perbandingan. Pada intinya grounded theory adalah sebuah metode analisis perbandingan yang berusaha membuat teori yang didasarkan dari data-data empiris ( general method

20 119 of comparative analysis which would allow for the emergence of categories from data ). Grounded theory selalu dimulai dari sebuah konteks atau situasi penelitian tertentu. Tugas peneliti adalah memahami apa yang terjadi pada konteks tersebut. Untuk mengungkap apa yang terjadi peneliti menggunakan beberapa fase seperti yang ditunjukkan pada gambar B.1 [14]. Gambar B.1. Tahapan grounded theory Sumber: Fernandez, W.D. (2005), The Grounded Theory Method and Case Study Data in IS Research: issues and design, Information Systems Foundations: Constructing and Criticising, Dennis Hart and Shirley Gregor, Editor, ANU E Press, Australian National University, 49 Proses penelitian terdiri atas beberapa iterasi pengumpulan data dan analisa data hingga terjadi theoretical saturation. Theoretical saturation adalah sebuah kondisi dimana proses pengumpulan data dan analisa data tidak menghasilkan konsep, atau kategori baru sehingga dianggap sudah dapat dilaksanakan pembentukan substantive theory. Substantive theory adalah teori yang dibangun dengan memanfaatkan data-data empiris, konsep, dan kategori yang dikumpulkan pada setiap iterasi.

21 120 Proses dimulai dengan pembuatan hipotesa mengenai kategori, atau konsep apa yang dibutuhkan dalam pembuatan teori yang menjawab tujuan penelitian. Hipotesa awal tidak boleh bersifat spesifik dan harus bersifat cukup luas untuk tidak memberikan arah pada hasil tertentu, dan tetap memberikan peluang bagi partisipan memberi jawaban yang disukainya. Hipotesa untuk iterasi berikutnya boleh bersifat lebih spesifik yang biasanya digunakan untuk memperjelas konsep, atau kategori tertentu yang muncul dari iterasi sebelumnya. Setelah hipotesa, atau pertanyaan dibuat peneliti kemudian menentukan partisipan yang dilibatkan dalam proses pengumpulan data. Penentuan partisipan yang dilibatkan ini disebut dengan theoretical sampling, atau selective sampling. Berbeda dengan studi kuantitatif yang biasanya melibatkan sebanyak mungkin partisipan, grounded theory (dan studi kualitatif pada umumnya) tidak ingin melibatkan orang-orang yang tidak dapat memberikan data yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam proses pengumpulan data bisa dilakukan wawancara, observasi lapangan secara mendalam, atau penelitian terhadap dokumen-dokumen yang relevan. Untuk proses wawancara, peneliti harus menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang selebar mungkin yang memungkinkan partisipan menjawab menurut apa yang ia ketahui, atau menurut persepsinya. Dari jawaban-jawaban tersebut peneliti dapat mengembangkannya untuk memperoleh gambaran seluas dan selengkap mungkin dari fenomena yang diteliti. Pertanyaan sebisa mungkin tidak menyebutkan variabel-variabel tertentu, atau arah tertentu. Peneliti tidak boleh mengarahkan jawaban partisipan pada variabel yang disebutkan pada pertanyaan misalnya nama organisasi atau divisi, atau nama proses; atau mengarah pada jawaban tertentu misalnya puas, atau tidak puas, dan sebagainya. Pertanyaan harus bersifat terbuka dan mengijinkan jawaban apa adanya dari partisipan. Dari data-data empiris yang ditemukan peneliti berusaha menentukan indikatorindikator yang menunjukkan pengaruh indikator tersebut pada fenomena yang

22 121 menjadi obyek penelitian. Dari setiap indikator peneliti menentukan label yang dapat mewakili isi indikator. Dari setiap indikator peneliti dapat memberikan sebanyak mungkin label. Peneliti dapat menggunakan skrip wawancara (setelah data rekaman wawancara melalui proses transcribing), memberi warna terang pada bagian skrip yang menjadi indikator, dan memberikan catatan label di sebelah indikator tersebut. Dari label yang ditemukan peneliti menentukan konsep-konsep apa yang muncul dari sekumpulan label tersebut dengan melihat persamaan, perbedaan, dan konsistensi dari label yang muncul dari indikator. Kemudian pada proses selanjutnya peneliti mencari kesamaan pada tingkat yang lebih tinggi untuk mencari kategori dari konsep-konsep yang ditemukan. Proses ini disebut sebagai coding. Ada dua proses utama pada coding, yaitu open coding dan theoretical coding. Open coding adalah upaya mengenali konsep dan kategori tanpa melibatkan teoriteori yang sudah ada (extant theory). Sedangkan theoretical coding mengijinkan teori-teori yang sudah ada membantu peneliti untuk mengenali konsep baru, kategori baru, atau merevisi hirarki dari konsep dan kategori sesuai dengan teori yang sudah ada. Permasalahan yang muncul pada theoretical coding adalah pada dasarnya grounded theory dibuat justru agar peneliti tidak terpengaruh pada teoriteori yang sudah ada. Tetapi disadari bahwa setiap peneliti pasti memiliki bias terhadap teori-teori tertentu (theory laden). Pembahasan mengenai sejauh mana bias peneliti diijinkan dalam grounded theory dijelaskan pada lampiran C ( Metodologi Analisis Data ). Hasil dari proses coding adalah adanya konsep-konsep, dan kategori-kategori yang diharapkan mampu menjelaskan fenomena yang menjadi obyek studi. Peneliti kemudian menentukan bagian manakah yang perlu diperjelas pada iterasi penelitian selanjutnya, atau adakah suatu hal baru yang muncul dari data-data empiris yang perlu diteliti. Peneliti membuat hipotesa yang menjadi dasar penelitian iterasi selanjutnya dan memulai iterasi dari awal.

23 122 Proses pembandingan antara data empiris, konsep, dan kategori yang sudah ditemukan dilakukan terus menerus ketika peneliti masuk pada iterasi-iterasi berikutnya. Prinsip ini disebut sebagai perbandingan yang konstan (constant comparison). Bila melalui serangkaian iterasi peneliti tidak menemukan konsep atau kategori yang baru, maka kondisi theoretical saturation tercapai. Pada kondisi ini peneliti dapat menyusun teori akhir yang dapat menjelaskan fenomena dengan menggunakan konsep dan kategori yang telah ditemukan pada seluruh iterasi sebelumnya. Yang perlu diperjelas adalah peranan teori-teori yang sudah ada (extant theory) pada grounded theory. Pada grounded theory seperti halnya studi kualitatif secara umum, teori yang sudah ada tidak digunakan sebagai dasar penelitian (silakan lihat lampiran A.2.1 Penggunaan literatur dalam studi kuantitatif dan kualitatif ). Teori digunakan dalam dua peran, yaitu: 1. Memberi masukan bagi peneliti dalam proses theoretical coding agar tidak terjadi perbedaan istilah, dan makna dari istilah dengan teori-teori lain yang sudah ada. Juga agar hirarki dari konsep dan strategi juga masih memiliki kesinambungan dengan teori-teori yang sudah ada sebelumnya. 2. Menjadi perbandingan bagi peneliti terhadap hasil penelitian. Tujuan perbandingan teori-teori yang sudah ada tidak digunakan sebagai validasi teori (teori dalam grounded theory tidak bersifat falsifying theory), tetapi untuk memahami konteks penelitian yang berbeda, dan adanya perbedaan yang memperkaya diskursus pengetahuan pada domain pengetahuan tersebut.

24 123 Lampiran C Metodologi Analisis Data Emergence berbicara mengenai bagaimana sebuah teori muncul dari data-data empiris yang telah dikumpulkan dalam proses pengumpulan data. Grounded theory digunakan untuk mendapatkan teori baru dari data empiris tanpa menggunakan teori-teori yang sudah ada (peneliti tidak ingin bertindak sebagai theory tester) seperti banyak dipakai dalam penelitian berprinsip positivisme (hypothetico-deductive). Peneliti harus menghindarkan diri dari pengaruh teoriteori yang sudah ada (empty head instead of open mind). Pendekatan dalam memunculkan teori dari data empiris pada grounded theory ditunjukkan pada gambar C.1. Data Empiris Indikator Label (Kode) Konsep Kategori Kategori & Sub Kategori & Relation Teori Gambar C.1 Pendekatan untuk menghasilkan teori Masalah yang muncul dari pendekatan ini adalah pada realitanya seorang peneliti sulit mengeluarkan teori (mengenali indikator, menentukan label, konsep, dan kategori baru dari data empiris) tanpa menggunakan atau terpengaruh teori yang sudah ada (theory laden). Resiko lainnya yang muncul adalah teori baru yang dihasilkan, dan istilah-istilah yang digunakan dalam teori tersebut dapat berbeda dengan istilah dalam teori-teori yang sudah ada sebelumnya (tidak ada kesinambungan istilah dan makna dari istilah). Untuk mengatasi masalah ini Glaser, dan Strauss mengusulkan pendekatan yang berbeda. Pendekatan ini ditunjukkan pada gambar C.2 [17]. Subjective Coding Theoretical Coding (Glaser) Open Coding Family Coding (Strauss) Open Coding Axial Coding, Selective Coding & Coding Paradigm Gambar C.2. Pendekatan untuk mengatasi masalah bias peneliti

25 124 Proses coding pada grounded theory pada dasarnya terbagi dalam dua fase, yaitu substantive coding, dan theoretical coding. Substantive coding berusaha menggali label, konsep, dan kategori dari data-data empiris apa adanya. Peneliti tidak diperkenankan menggunakan teori apapun (extant theory) sebagai alat bantu mengenali konsep. Substantive coding juga disebut sebagai Open Coding. Dalam theoretical coding peneliti menggunakan pengetahuan yang sudah ada pada dirinya dalam upayanya membentuk konsep dan kategori lebih lanjut. Untuk mengenali teori-teori apa yang dapat digunakan untuk membantu membentuk konsep dan kategori peneliti menggunakan kepekaannya terhadap teori (theoretical sensitivity). Theoretical coding juga disebut dengan Axial Coding. Fase theoretical coding inilah yang menjadi sumber perdebatan mengenai seberapa besar teori diijinkan mempengaruhi proses munculnya konsep dan kategori dari data empiris. Selain pendekatan Glaser, dan Strauss, terdapat juga usulan untuk menggunakan prinsip hypothetical reasoning sebagai alternatif terhadap pendekatan Glaser dan Strauss. C.1 Pendekatan Glaser Glaser sangat menekankan prinsip induksi dalam grounded theory. Glaser sangat menentang penggunaan teori-teori yang sudah ada sebelumnya (extant theory) sebagai alat bantu dalam proses memunculkan kategori dari data empiris. Penggunaan teori yang sudah ada sebelumnya akan mempengaruhi munculnya kategori secara alami dari data-data empiris yang dikumpulkan. Untuk ini Glaser menyarankan penggunaan coding family yang terdiri dari 18 kumpulan istilah yang dapat digunakan sebagai penuntun pencarian kategori. Coding family hanya digunakan sebagai penuntun bukan penentu label akhir. Coding family lebih bersifat sebagai pemberi insight bagi peneliti. Peneliti yang lebih senior dapat mengabaikan sama sekali Coding Family dan menggunakan wawasannya sendiri untuk menemukan label, kategori, dan teori yang sesuai data empiris. Konsekuensinya membutuhkan kemampuan peneliti yang lebih baik,

26 125 lebih banyak memiliki wawasan, dan pengalaman untuk dapat mengenali kategori-kategori yang berasal dari data empiris dengan lebih tepat dan cepat. C.2 Pendekatan Strauss Strauss menggunakan pendekatan yang mengijinkan penggunaan terbatas dari teori-teori yang sudah ada untuk membantu proses axial coding dan selective coding. Strauss juga mengusulkan coding paradigm yang dapat digunakan peneliti ketika melakukan axial coding dan selective coding. Coding paradigm ditunjukkan pada gambar C.3. Coding paradigm bertujuan membantu peneliti dalam berpikir sistematis mengenai data, dan dapat mengenali hubunganhubungan yang lebih kompleks dari data-data empiris. Causal conditions adalah kondisi-kondisi yang menyebabkan fenomena. Fenomena adalah apa yang menjadi obyek penelitian. Context adalah kondisikondisi yang menjadi atribut kondisi yang melingkupi fenomena. Intervene conditions adalah kondisi-kondisi yang bila terjadi memiliki akibat yang mempengaruhi fenomena. Action atau interaction strategies adalah respon dari aktor-aktor yang berada dalam konteks fenomena, baik berupa tindakan atau interaksi yang terjadi. Biasanya action dan interaction bertujuan untuk memperbaiki akibat dari fenomena. Consequences adalah apa yang terjadi sebagai akibat dari adanya action dan interaction tersebut. Dengan menggunakan coding paradigm ini peneliti berusaha mengklasifikasi konsep-konsep, atau kategori-kategori yang ditemukan dalam tiap iterasi dan membantu peneliti memahami apa yang terjadi, dan dalam membentuk teori yang menjelaskan fenomena tersebut. Berbeda dengan pendekatan Glaser yang tidak memperbolehkan adanya campur tangan teori sama sekali, Strauss memperbolehkan peranan teori dalam menemukan kategori-kategori baru. Teori berperan memberikan ide dalam sebuah proses terus-menerus antar iterasi untuk mengenali intervene conditions, context, dan action strategies yang mempengaruhi fenomena. Tetapi teori itu tidak

27 126 digunakan untuk menjelaskan kategori yang ditemukan, tetapi digunakan sebagai masukan atau perbandingan bagi peneliti. Causal Conditions Phenomenon Context Intervening Conditions Action / Interaction Strategies Consequences Gambar C.3. Coding paradigm Sumber: Pandit, N. R. (1996), The Creation of Theory: A Recent Application of the Grounded Theory Method, dalam The Qualitative Report, Volume 2, No. 4 C.3 Hypothetical Reasoning / Retroductive Inference Hypothetical reasoning adalah sebuah konsep yang berusaha membentuk sebuah hipotesa dari data-data empiris. Konsep ini berbeda dengan konsep hypothetico-deductive. Hypothetico-deductive membentuk hipotesa di awal proses penelitian dari teori, dan diakhiri dengan pengujian hipotesa tersebut untuk menghasilkan kesimpulan. Hipotesa yang dibuat di awal seringkali disebut sebagai spekulasi peneliti, atau 'happy guesses'. Konsep ini juga memiliki perbedaan dari pendekatan Glaser dan Strauss. Pendekatan Glaser dan Strauss membentuk sebuah teori dari data-data empiris. Hipotesa memang pada dasarnya adalah sebuah teori, tetapi hipotesa memiliki tingkat dugaan yang lebih tinggi daripada teori yang dihasilkan pendekatan Glaser dan Strauss.

28 127 Hypothetical reasoning menghasilkan hipotesa dengan menggunakan data-data empiris (premis yang digunakan adalah fenomena-fenomena empiris, dan hasilnya adalah explanatory hypothesis). Terdapat beberapa aturan dalam hypothetical reasoning, yaitu: Hipotesa yang dikembangkan dibatasi oleh data-data empiris yang dapat dijelaskan. Penjelasan dari fakta harus dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peneliti (previous knowledge of researcher). Pengetahuan peneliti yang sudah ada disebut sebagai heuristic framework of concept. Peneliti menggunakan wawasannya untuk menentukan pengetahuanpengetahuan apa saja yang dapat digunakan untuk menjelaskan data-data empiris yang ditemukan. Hypothetical reasoning bergantung pada kepekaan peneliti pada teori apa yang dapat digunakan untuk menjelaskan data tersebut. Hypothetical reasoning bukan upaya untuk membuat teori baru dari kosong (ex nihilo) tetapi usaha menggabungkan teori yang sudah ada dengan sesuatu yang belum diketahui (data empiris) dan berusaha mengembangkan hipotesa yang dapat menjelaskan kumpulan data-data empiris tersebut.

29 128 Lampiran D Indikator, Konsep, dan Kategori Lengkap D.1 Indikator dan Kode Tabel D.1. Indikator dan kode No Indikator (Poin kunci) Kode / Label P1 Belum dihasilkan data yang akurat dan dapat diandalkan (reliable) pada proses pembuatan laporan akibat data yang tersimpan selalu berubah. Perubahan data yang tersimpan dalam database disebabkan adanya upaya perbaikan data data lama. P2 P3 P3a P3b P4 Programmer belum memahami keseluruhan teknologi, dan konsekuensi dari teknologi web ketika menentukan bahwa sistem informasi yang baru memanfaatkan teknologi berbasis web. Keterangan tambahan: konsekuensi yang muncul adalah bahwa tidak tersedia komponen-komponen yang bisa digunakan berulang-ulang terutama yang berhubungan dengan antar muka dari perangkat lunak. Programmer juga dituntut untuk memahami daerah kemampuan yang lebih luas sekaligus: html, protokol http, interface berbasis web yang baik, keamanan untuk internet, koneksi database, dan sekaligus web scripting seperti javascript. Adanya kebijakan zero-growth dari Yayasan sehingga terjadi penurunan jumlah staf perpustakaan secara keseluruhan termasuk jumlah programmer akibat tidak ada pengganti untuk staf-staf yang mengundurkan diri. Jumlah programmer yang tersedia untuk setiap sistem informasi (ispektra, dan New SPEKTRA) sangat kecil bila dibandingkan jumlah modul di dalam setiap sistem informasi, dan kompleksitas dalam setiap modul tersebut. Sedikitnya jumlah staf yang dapat diberi tugas melakukan pengujian sistem informasi baru akibat jumlah staf perpustakaan yang menurun. Tidak ada komponen yang bisa langsung digunakan (setiap komponen harus dibuat sendiri), dan digunakan secara berulang-ulang dalam pengembangan perangkat lunak yang berbasis web. Keandalan data sistem informasi baru rendah Keterbatasan wawasan programmer dan system analyst. tentang teknologi yang diperlukan. Lihat juga P31 yang menghubungkan pemilihan teknologi berbasis web dengan strategi perpustakaan. Lihat juga P4 yang menunjukkan akibat keterbatasan wawasan programmer dan system analyst pada kakas pengembangan. Penurunan jumlah staf perpustakaan, termasuk programmer. Tidak ada dukungan dari top management. Jumlah programmer tidak memadai. Jumlah staf tidak memadai. Keterbatasan dalam kakas yang digunakan dalam pengembangan. {Karakteristik pengembangan untuk jumlah programmer

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini terdapat beberapa teknologi yang digunakan untuk membentuk perangkat lunak yang fleksibel dengan prinsip modular, yaitu prinsip M-V-C (Model-View-Controller)

Lebih terperinci

Pengertian, Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Pengertian, Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Pengertian, Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Fourth - Fifth Meeting A. Latief Email: kalatief@gmail.com; khatibalatif@yahoo.com Twitter: @khatibalatief Mobile: +628 1168 3019 Paradigma Penelitian

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Terhadap Data Empiris

Bab IV Analisis Terhadap Data Empiris 29 Bab IV Analisis Terhadap Data Empiris IV.1 Pendekatan Analisis yang Digunakan Analisis terhadap data empiris dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Strauss. Alasan pemilihan pendekatan Strauss

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUALITATIF. Cara Pengajaran Tatap muka + Tanya jawab/diskusi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUALITATIF. Cara Pengajaran Tatap muka + Tanya jawab/diskusi SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUALITATIF Minggu ke- Pokok Bahasan dalam TIU 1 a. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu Pengetahuan dan dengan Filsafat - Bidang-bidang kajian Filsafat

Lebih terperinci

Ringkasan Paper Minggu 4 Abdul Muttaqien Kelompok 311

Ringkasan Paper Minggu 4 Abdul Muttaqien Kelompok 311 Ringkasan Paper Minggu 4 Abdul Muttaqien 1205000029 Kelompok 311 Judul Paper: The Nature of Theory in Information System Penulis: Shirley Gregor Tahun: 2006 Kata Kunci: Theory, theory taxonomy, theory

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (1)

Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (1) Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (1) Irawan Afrianto Referensi : Metodologi Penelitian pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (Konsep, Teknik, dan Aplikasi)

Lebih terperinci

A. DELAPAN PERTANYAAN TENTANG PENDEKATAN KUALITATIF

A. DELAPAN PERTANYAAN TENTANG PENDEKATAN KUALITATIF KULIAH I A. DELAPAN PERTANYAAN TENTANG PENDEKATAN KUALITATIF 1. DAPATKAH PENDEKATAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF DIPAKAI BERSAMA? 2. APAKAH PENELITIAN KUALITATIF ITU ILMIAH? 3. APA BEDANYA PENELITIAN KUALITATIF

Lebih terperinci

KAJIAN TUGAS AKHIR STRATA SATU (S1) FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA

KAJIAN TUGAS AKHIR STRATA SATU (S1) FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN TUGAS AKHIR STRATA SATU (S1) FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA Shinta T. Effendy 1, Rahmat M. Samik Ibrahim 2 1 Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia (shintaeffendy

Lebih terperinci

C. BERBAGAI TIPE PENELITIAN KUALITATIF

C. BERBAGAI TIPE PENELITIAN KUALITATIF KULIAH II C. BERBAGAI TIPE PENELITIAN KUALITATIF C. 1. ETNOGRAFI MENDESKRIPSIKAN SUATU BUDAYA DAN MEMAHAMI CARA-CARA HIDUP DARI SUDUT PANDANG MASYARAKATNYA. BUDAYA DAN MASYARAKAT TIDAK HANYA DALAM KONTEKS

Lebih terperinci

METODE-METODE DALAM PENELITIAN ILMU SOSIAL

METODE-METODE DALAM PENELITIAN ILMU SOSIAL METODE-METODE DALAM PENELITIAN ILMU SOSIAL 1. Metode Penelitian Sosial (Social Research Method) Mahasiswa selalu dihadapkan pada permasalahan teoritis dan metodologis dalam proses penulisan tugas akhir

Lebih terperinci

Building Theories From Case Study Research. Kathleen M. Eisenhardt Academy of Management Review Oct 1989 p

Building Theories From Case Study Research. Kathleen M. Eisenhardt Academy of Management Review Oct 1989 p Building Theories From Case Study Research Kathleen M. Eisenhardt Academy of Management Review Oct 1989 p. 532-550 Latar Belakang Paper Masih ada ketidakjelasan mengenai proses pembentukan teori dari kasus

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom

REKAYASA PERANGKAT LUNAK. Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom REKAYASA PERANGKAT LUNAK Ramadhan Rakhmat Sani, M.Kom ramadhan_rs@dsn.dinus.ac.id 085640989018 RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER W Pokok Bahasan 1 Pengenalan Teknologi Informasi 2 Konsep Sistem Komputer

Lebih terperinci

Dasar-dasar Metode Penelitian

Dasar-dasar Metode Penelitian Dasar-dasar Metode Penelitian Modul ke: Variabel Hipotesis Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Cara Mencari bahan dan sumber pustaka Jurnal dan buku referensi Kutipan dan menulis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Systems thinking merupakan pendekatan dengan cara pandang yang menganggap bahwa suatu problem merupakan satu kesatuan sistem dalam dunia yang luas. Prinsip systems

Lebih terperinci

Dasar-dasar Metode Penelitian

Dasar-dasar Metode Penelitian Dasar-dasar Metode Penelitian Modul ke: Cara Mencari bahan dan sumber pustaka Jurnal dan buku referensi Fakultas Psikologi Kutipan dan menulis referensi Operasionalisasi Variabel Program Studi Psikologi

Lebih terperinci

Qualitative Research: Samiaji Sarosa

Qualitative Research: Samiaji Sarosa Qualitative Research: Samiaji Sarosa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Apa? Apa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif? Apa yang dimaksud dengan penelitian empiris?

Lebih terperinci

Research Design Exploratory, Descriptive and Causal Studies. W. Rofianto

Research Design Exploratory, Descriptive and Causal Studies. W. Rofianto Research Design Exploratory, Descriptive and Causal Studies W. Rofianto What Is Research Design? 6-2 A research design is a framework or blueprint for conducting the marketing research project. It details

Lebih terperinci

PENELITIAN KUALITATIF. Indah P. Kiay Demak Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

PENELITIAN KUALITATIF. Indah P. Kiay Demak Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako PENELITIAN KUALITATIF Indah P. Kiay Demak Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako BEDA KUALITATIF- KUANTITATIF KUANTITATIF Variabel tangible/nyata Angka dan perhitungan

Lebih terperinci

Ringkasan Makalah Berjudul Conducting Research in IS

Ringkasan Makalah Berjudul Conducting Research in IS Ringkasan Makalah Berjudul Conducting Research in IS Penulis : Peringkas: Kata kunci: Allan R. Dennis kelompok 276: Imairi Eitiveni (1205000452) dan Nur Asyiah (120500069X) Research Method, Research Design

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) KUALITATIF PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) KUALITATIF PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Tgl Berlaku : 2012 Issue/Revisi : 1/1 Jml Halaman : 15 Mata Kuliah : Metode Kualitatif (Prasyarat : Wawancara) Kode Mata Kuliah : PSI-308 Jumlah SKS : 3 Unit Aktivitas : 2 Unit Kelas dan 1 Unit Lapangan

Lebih terperinci

Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)

Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Judul Matakuliah Bobot Matakuliah Kode Matakuliah : Rekayasa Perangkat Lunak : 3 SKS : Deskripsi Matakuliah Kompetensi Umum Text Book Melalui mata ajar ini

Lebih terperinci

Aplikasi Penelitian Mixed Method (Metode Campuran) dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Aplikasi Penelitian Mixed Method (Metode Campuran) dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi Aplikasi Penelitian Mixed Method (Metode Campuran) dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi Mufid, S.Ag., SS., M.Hum Pelatihan Soft Skills bagi Pegawai Perpustakan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Tanggal

Lebih terperinci

Psikometri. Analisis Item 1

Psikometri. Analisis Item 1 Psikometri Modul ke: Analisis Item 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Test items are the units that make up a test and the means through which

Lebih terperinci

Dasar-dasar Metode Penelitian

Dasar-dasar Metode Penelitian Dasar-dasar Metode Penelitian Modul ke: Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kuantitatif Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Reno Laila Fitria Apa itu Rencana Penelitian (Research

Lebih terperinci

CONDUCTING RESEARCH IN INFORMATION SYSTEM

CONDUCTING RESEARCH IN INFORMATION SYSTEM CONDUCTING RESEARCH IN INFORMATION SYSTEM by Alan R. Dennis and Joseph S. Valacich Communications of the Association for Information Systems Volume 7 Article 5 July 2001 Kata Kunci : Research Methods,

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan V. Metode Penelitian Kualitatif. Sifat-Sifat Penelitian. Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

Modul Perkuliahan V. Metode Penelitian Kualitatif. Sifat-Sifat Penelitian. Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: 06 Ponco Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul Perkuliahan V Metode Penelitian Kualitatif Sifat-Sifat Penelitian Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Pengertian

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian Rudi Susanto pemahaman merupakan awal proses penelitian

Metodologi Penelitian Rudi Susanto pemahaman merupakan awal proses penelitian Metodologi Penelitian Rudi Susanto rudist87@gmail.com 086547296211 pemahaman merupakan awal proses penelitian Course Outline 1. Pengantar Penelitian 2. Tahapan Penelitian 3. Masalah Penelitian 4. Literature

Lebih terperinci

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK )

MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK ) MENGAPA PROYEK PERANGKAT LUNAK GAGAL ( PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DALAM PROYEK PERANGKAT LUNAK ) Yasmi Afrizal Dosen Jurusan Manajemen Informatika Universitas Komputer Indonesia ABSTRAK Tingkat kegagalan

Lebih terperinci

Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya

Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Universitas Brawijaya untiludigdo@ub.ac.id; masunti@gmail.com Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi di Universitas Lampung, 24-26 Agustus 2016 Seperangkat

Lebih terperinci

Dasar-dasar Metode Penelitian

Dasar-dasar Metode Penelitian Dasar-dasar Metode Penelitian Modul ke: Membuat latar belakang masalah Merumuskan masalah Fakultas Psikologi Mencari teori Membuat pertanyaan penelitian Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Reno

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pembahasan tentang metodologi penelitian dalam bab ini mencakup pendekatan penelitian, metode penelitian, jumlah dan kriteria subjek penelitian, teknik pengambilan sampel,

Lebih terperinci

Conducting Research in Information Systems

Conducting Research in Information Systems Pertemuan IV - 4 Maret 2008 Kelompok 317: Asa Ramdhani [1205007023] Siti Fuaida Fithri [1205000843] Conducting Research in Information Systems Penulis: Alan R. Dennis, Kelley School of Business, Indiana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Proses Bisnis, Sistem Informasi, TOGAF Framework,. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Proses Bisnis, Sistem Informasi, TOGAF Framework,. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Pos Indonesia merupakan salah satu perusahaan jasa yang menjadi tulang punggung pemerintah Indonesia dalam bisnis layanan pengiriman dokumen dan barang. Dengan misi sosial untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian merupakan salah satu hal yang penting. Tahapan penelitian yang baik dan benar akan berpengaruh pada hasil penelitian. Oleh karena

Lebih terperinci

STUDI KASUS. Riana Nurhayati

STUDI KASUS. Riana Nurhayati STUDI KASUS Riana Nurhayati Pengertian Menurut Colin Robson (1993) a strategi for doing research which involves an empirical investigation of a particular contemporary phenomenon within its real life context

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SAAS (SOFTWARE AS A SERVICE) PADA APLIKASI PENGGAJIAN

PENERAPAN KONSEP SAAS (SOFTWARE AS A SERVICE) PADA APLIKASI PENGGAJIAN PENERAPAN KONSEP SAAS (SOFTWARE AS A SERVICE) PADA APLIKASI PENGGAJIAN Andy Prasetyo Utomo Fakultas Teknik, Program Studi Sistem Informasi Universitas Muria Kudus Email: andyutomo@gmail.com ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

Interpretative evaluation

Interpretative evaluation Interpretative evaluation? Simple user modelling? Interpretive evaluation : motivasi, metode,? Fitts Law Simple User Modelling - Bagaimana attribut user dapat mempengaruhi design dari user interface? -

Lebih terperinci

FROM THE VENDOR S PERSPECTIVE: EXPLORING THE VALUE PROPOSITION IN INFORMATION TECHNOLOGY OUTSOURCING

FROM THE VENDOR S PERSPECTIVE: EXPLORING THE VALUE PROPOSITION IN INFORMATION TECHNOLOGY OUTSOURCING FROM THE VENDOR S PERSPECTIVE: EXPLORING THE VALUE PROPOSITION IN INFORMATION TECHNOLOGY OUTSOURCING Natalia Levina Information Systems Group/IOMS Stern School of Business New York University Jeanne W.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 46 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pemilihan pendekatan kualitatif didasarkan pada pemikiran bahwa masalah

Lebih terperinci

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010 Tujuan Perkuliahan PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Oleh : Sarwosri, S.Kom, M.T. Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc. Memberikan gambaran tentang perangkat lunak, rekayasa perangkat lunak. Memberikan

Lebih terperinci

Pengantar Penelitian TI

Pengantar Penelitian TI Pengantar Penelitian TI Metodologi Penelitian Pertemuan 1 Rakhmat Arianto, S.ST., M.Kom 1. Pengantar Penelitian 1 1.1. Definisi Penelitian Definisi Penelitian Research (Inggris) dan recherche (Prancis)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pemodelan pada tahap sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis proses bisnis yang dilakukan berdasarkan turunan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA (MKom) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA (MKom) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Pertemuan Tujuan Instruksional Umum (TIU) 1 Mahasiswa memahami konsep business Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Teknik Pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep

Lebih terperinci

SCIENCE AS A WAY OF THINKING Susilowati, M.Pd

SCIENCE AS A WAY OF THINKING Susilowati, M.Pd SCIENCE AS A WAY OF THINKING Susilowati, M.Pd PENDAHULUAN Science is a particular way of knowing about the world. In science, explanation are limited to those based on observation and experiments that

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan objek penelitian pada Qwords.com perusahaan penyedia jasa layanan Web Hosting (Web Hosting Provider) yang melayani registrasi

Lebih terperinci

Referensi untuk kajian: cultural studies, architectural studies, both

Referensi untuk kajian: cultural studies, architectural studies, both Referensi untuk kajian: cultural studies, architectural studies, both Wiwik D Pratiwi www.ar.itb.ac.id/wdp Metoda untuk memahami: Arsitektur, budaya & pembangunan Arsitektur, budaya, & pembangunan S A

Lebih terperinci

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh

Review Rekayasa Perangkat Lunak. Nisa ul Hafidhoh Review Rekayasa Perangkat Lunak Nisa ul Hafidhoh nisa@dsn.dinus.ac.id Software Process Sekumpulan aktivitas, aksi dan tugas yang dilakukan untuk mengembangkan PL Aktivitas untuk mencapai tujuan umum (komunikasi

Lebih terperinci

KOLABORASI DOSEN - MAHASISWA FPOK SUATU STRATEGI MENGHADAPI TANTANGAN DAN PELUANG PENELITIAN. Oleh: Yadi Sunaryadi

KOLABORASI DOSEN - MAHASISWA FPOK SUATU STRATEGI MENGHADAPI TANTANGAN DAN PELUANG PENELITIAN. Oleh: Yadi Sunaryadi KOLABORASI DOSEN - MAHASISWA FPOK SUATU STRATEGI MENGHADAPI TANTANGAN DAN PELUANG PENELITIAN Oleh: Yadi Sunaryadi Model Kolaborasi Penelitian Dosen Mahasiswa Ujian Sidang Sarjana Publikasi bersama Dosen

Lebih terperinci

SILABUS DAN SAP Berdasarkan KKNI September SILABUS METODE PENELITIAN Dosen: Dr. Virgo Simamora, MBA dan Sihar Tambun, SE, M.Si, Ak.

SILABUS DAN SAP Berdasarkan KKNI September SILABUS METODE PENELITIAN Dosen: Dr. Virgo Simamora, MBA dan Sihar Tambun, SE, M.Si, Ak. SILABUS METODE PENELITIAN Dosen: Dr. Virgo Simamora, MBA dan Sihar Tambun, SE, M.Si, Ak. A. Deskripsi Mata kuliah ini bertujuan untuk menghasilkan kompetensi mahasiswa di bidang penelitian bisnis, khususnya

Lebih terperinci

Beberapa Isu Penting di dalam. Bahan kuliah pertemuan ke 2 dan 3 Disajikan oleh: Agus Taufiq Sumber : Furqon dan Emilia (2009)

Beberapa Isu Penting di dalam. Bahan kuliah pertemuan ke 2 dan 3 Disajikan oleh: Agus Taufiq Sumber : Furqon dan Emilia (2009) Beberapa Isu Penting di dalam Penelitian Kualitatif Bahan kuliah pertemuan ke 2 dan 3 Disajikan oleh: Agus Taufiq Sumber : Furqon dan Emilia (2009) 1. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian adalah

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

Interaksi Manusia dan Komputer

Interaksi Manusia dan Komputer Computer Science, University of Brawijaya Putra Pandu Adikara, S.Kom Interaksi Manusia dan Komputer User Centered Design Software Engineering Process: Iterative Design Iterative Design Design Analisis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi penelitian mempunyai peranan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dengan cara mudah dan teknis. Oleh karena

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM KONSTRUKSI ALAT UKUR PSIKOLOGI. Overview dan RKPS

MODUL PRAKTIKUM KONSTRUKSI ALAT UKUR PSIKOLOGI. Overview dan RKPS MODUL PRAKTIKUM KONSTRUKSI ALAT UKUR PSIKOLOGI Overview dan RKPS Sukaesi Marianti, S.Psi., M.Si., Ph.D Program Studi Psikologi, FISIP, Universitas Brawijaya Email: s.marianti@ub.ac.id 1. Deskripsi Modul

Lebih terperinci

Observasi dan Wawancara

Observasi dan Wawancara Observasi dan Wawancara Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Rizka Putri Utami, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Research interview Definisi Qualitative research interview dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

INDUSTRIAL ENGINEERING

INDUSTRIAL ENGINEERING INDUSTRIAL ENGINEERING ENGINEERING The application of scientific and mathematical principles to practical ends such as the design, manufacture, and operation of efficient and economical structures, machines,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kegiatan analisa proses bisnis dan pemodelan arsitektur bisnis, informasi, data, aplikasi, dan teknologi yang sudah dilakukan pada bagian sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi yang sangat pesat membawa dampak secara global dimana hampir semua perusahaan baik yang bergerak di bidang perdagangan ataupun di bidang

Lebih terperinci

PERAN ASET DAN PROSES DALAM PEMBENTUKAN KINERJA DAYA SAING UKM SEPATU DI SURABAYA. Andhy Setyawan Henrycus Winarto Santoso

PERAN ASET DAN PROSES DALAM PEMBENTUKAN KINERJA DAYA SAING UKM SEPATU DI SURABAYA. Andhy Setyawan Henrycus Winarto Santoso PERAN ASET DAN PROSES DALAM PEMBENTUKAN KINERJA DAYA SAING UKM SEPATU DI SURABAYA Andhy Setyawan Henrycus Winarto Santoso Universitas Surabaya ABSTRACT Small and medium enterprises (SMEs) have an important

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

Apa yang harus kita kenali?

Apa yang harus kita kenali? Metodologi Penelitian Materi ke-1 Iman Murtono Soenhadji 1 Apa yang harus kita kenali? Kita melihat kejadian sebagai fenomena Kita melihat perubahan sebagai gejala Kita melihat subyek sebagai paradigma

Lebih terperinci

KUALITAS PENELITIAN KUALITATIF

KUALITAS PENELITIAN KUALITATIF KUALITAS PENELITIAN KUALITATIF KUALITAS DESAIN PENELITIAN Desain penelitian dapat diuji dengan logical-tests tertentu yaitu: credibility, transferability, dependability, 2 confirmability (lincoln and guba,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

Lebih terperinci

KUALITAS PENELITIAN KUALITATIF

KUALITAS PENELITIAN KUALITATIF KUALITAS PENELITIAN KUALITATIF KARAKTER PENELITIA N KUALITATI F Induktif. Berpikir dari yg khusus menuju kesimpulan umum Setting penelitian. Pelajari mnusia dlm konteks dimana mrk hidup. Pahami manusia

Lebih terperinci

MENETAPKAN STRATEGI SISTEM INFORMASI BISNIS Titien S. Sukamto

MENETAPKAN STRATEGI SISTEM INFORMASI BISNIS Titien S. Sukamto MENETAPKAN STRATEGI SISTEM INFORMASI BISNIS Titien S. Sukamto Menetapkan Strategi SI Sistem dan informasi sudah ada dan dijalankan secara normal Strategi harus mengidentifikasi apa yang sebenarnya diperlukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF. Oleh Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.

METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF. Oleh Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF Oleh Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. APA ITU PENELITIAN KUALITATIF? Penelitian Kualitatif adalah study yang meneliti kualitas hubungan, aktivitas, situasi, atau berbagai

Lebih terperinci

Paradigma dalam Penelitian Kualitatif (Pertemuan Ke-7) Oleh : Dr. Heris Hendriana,M.Pd

Paradigma dalam Penelitian Kualitatif (Pertemuan Ke-7) Oleh : Dr. Heris Hendriana,M.Pd Paradigma dalam Penelitian Kualitatif (Pertemuan Ke-7) Oleh : Dr. Heris Hendriana,M.Pd Kesulitan mahasiswa 1. Tidak menguasai (ia baru merasa adanya) persoalan yang akan diteliti 2. Ia tidak mengetahui

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)

Pengantar Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) Pengantar Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) Deskripsi Kuliah ini membahas teknologi untuk mengembangkan aplikasi Sistem Pendukung Keputusan (SPK), dimana pengambilan keputusan tidak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Peneliti akan menggunakan metode kualitatif karena metode tersebut

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Peneliti akan menggunakan metode kualitatif karena metode tersebut BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Pendekatan Penelitian Peneliti akan menggunakan metode kualitatif karena metode tersebut dianggap relevan untuk menjelaskan secara terperinci mengenai kewajiban yang dimiliki

Lebih terperinci

Analisis Model Enterprise Architecture Pada Sebuah Stasiun Televisi

Analisis Model Enterprise Architecture Pada Sebuah Stasiun Televisi Analisis Model Enterprise Architecture Pada Sebuah Stasiun Televisi Alexander Setiawan 1, Adi Wibowo 2, Betrice Felita Florensia 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri -

Lebih terperinci

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab perancangan model ensiklopedia berisi pemetaan elemen dalam lingkungan kolaborasi ke dalam ensiklopedia. Pemetaan ini menghasilkan sebuah ensiklopedia lingkungan

Lebih terperinci

PROSES PERANCANGAN DATABASE

PROSES PERANCANGAN DATABASE PROSES PERANCANGAN DATABASE PENDAHULUAN Sistem informasi berbasiskan komputer terdiri dari komponen-komponen berikut ini : Database Database software Aplikasi software Hardware komputer termasuk media

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KUALITATIF

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KUALITATIF LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN KUALITATIF APA ITU PENELITIAN KUALITATIF? Jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss and Corbin,

Lebih terperinci

Bentuk Tesis di IKM dan Perumusan masalahtujuan. Adi Utarini

Bentuk Tesis di IKM dan Perumusan masalahtujuan. Adi Utarini Bentuk Tesis di IKM dan Perumusan masalahtujuan penelitian Adi Utarini Fase 5: Diseminasi Fase 1: Konseptual SIKLUS PENELITIAN Fase 2: Rancangan Fase 4: Fase analitik Fase 3: Fase empirik Manfaat penelitian

Lebih terperinci

Dasar-dasar Metode Penelitian

Dasar-dasar Metode Penelitian Dasar-dasar Metode Penelitian Modul ke: Karakteristik Penelitian Kualitatif Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Langkah-langkah/Desain dalam Penelitian Kualitatif; Topik, Tujuan, Pertanyaan Penelitian

Lebih terperinci

PERSPEKTIF METODE PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF

PERSPEKTIF METODE PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF METODOLOGI PENELITIAN DR. ADI SETIAWAN, M. SC PERSPEKTIF METODE PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF A. Pengertian Metode Penelitian B. Jenis-jenis Penelitian C. Pengertian Metode Kuantitatif dan Kualitatif

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN (STUDI KASUS: DOSEN TIDAK TETAP STIKOM DINAMIKA BANGSA JAMBI)

PEMODELAN SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN (STUDI KASUS: DOSEN TIDAK TETAP STIKOM DINAMIKA BANGSA JAMBI) PEMODELAN SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN (STUDI KASUS: DOSEN TIDAK TETAP STIKOM DINAMIKA BANGSA JAMBI) Brestina Gultom Program Studi Informasi, STIKOM Dinamika Bangsa, Jambi Jl. Jend Sudirman Jambi 36138

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODEL LEARNING MANAGEMENT SYSTEM UNTUK SEKOLAH

PERANCANGAN MODEL LEARNING MANAGEMENT SYSTEM UNTUK SEKOLAH PERANCANGAN MODEL LEARNING MANAGEMENT SYSTEM UNTUK SEKOLAH Natalia Limantara; Fredy Jingga Information Systems Department, School of Information Systems, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

PENELITIAN KUALITATIF. Fasilitator: Anindito Utomo, Ph.D Dr. Artiawati, MAppPsych

PENELITIAN KUALITATIF. Fasilitator: Anindito Utomo, Ph.D Dr. Artiawati, MAppPsych PENELITIAN KUALITATIF Fasilitator: Anindito Utomo, Ph.D Dr. Artiawati, MAppPsych OUTLINE Apakah Penelitian Kualitatif? Manfaat Penelitian kualitatif Pendekatan Kualitatif vs Pendekatan Kuantitatif Trustworthiness

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN POLA MODEL-VIEW- CONTROLLER (MVC)

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN POLA MODEL-VIEW- CONTROLLER (MVC) PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN POLA MODEL-VIEW- CONTROLLER (MVC) Rangga Sanjaya Fakultas Teknik, Universitas BSI Jalan Sekolah Internasional No. 1-6, Bandung 40282, Indonesia

Lebih terperinci

PENGENALAN KOMPUTER DAN SOFTWARE II. Semester: 2 Pengenalan Komputer dan Software II. Introduction to Computer and Software II

PENGENALAN KOMPUTER DAN SOFTWARE II. Semester: 2 Pengenalan Komputer dan Software II. Introduction to Computer and Software II PENGENALAN KOMPUTER DAN SOFTWARE II I. SILABUS RINGKAS Kode Matakuliah: KU1202 Nama Mata Kuliah Bobot SKS: 2 Semester: 2 Pengenalan Komputer dan Software II Bidang Pengutamaan: TPB Introduction to Computer

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: material control, supplier, proyek, quality control, material, user. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: material control, supplier, proyek, quality control, material, user. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Material adalah salah satu hal yang utama dalam sebuah proyek. Oleh karena itu diperlukan adanya sistem yang mengatasi permasalahan kompleksitas data material dimulai dari proses pemesanan hingga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pertemuan 11 TAHAPAN PENELITIAN PENGOLAHAN DATA. Disarikan dari berbagai sumber yg relevan

METODE PENELITIAN. Pertemuan 11 TAHAPAN PENELITIAN PENGOLAHAN DATA. Disarikan dari berbagai sumber yg relevan METODE PENELITIAN Pertemuan 11 TAHAPAN PENELITIAN PENGOLAHAN DATA Disarikan dari berbagai sumber yg relevan Stages in the Research Process Define Problem Planning a Research Design USULAN PENELITIAN Conclusions

Lebih terperinci

PENELITIAN KUALITATIF (QUALITATIVE RESEARCH) Oleh dr. Titik Kuntari,MPH 1

PENELITIAN KUALITATIF (QUALITATIVE RESEARCH) Oleh dr. Titik Kuntari,MPH 1 PENELITIAN KUALITATIF (QUALITATIVE RESEARCH) Oleh dr. Titik Kuntari,MPH 1 A. Pengertian Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang banyak digunakan dalam penelitian di

Lebih terperinci

SOFTWARE PROCESS MODEL

SOFTWARE PROCESS MODEL Bahan Ajar Rekaya Perangkat Lunak SOFTWARE PROCESS MODEL Linear SequentialModel/ Waterfall Model Model ini adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun software. Berikut ini

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN SPARE PART FASE ANALISA DAN DESAIN SISTEM MENGGUNAKAN METODE WATERFALL

SISTEM MANAJEMEN SPARE PART FASE ANALISA DAN DESAIN SISTEM MENGGUNAKAN METODE WATERFALL REENGINEERING SISTEM MANAJEMEN SPARE PART FASE ANALISA DAN DESAIN SISTEM MENGGUNAKAN METODE WATERFALL (Studi Kasus Telkom Maintenance Service Centre Jawa Timur) Rumaesya Fudhola (Mahasiswi Jurusan Sistem

Lebih terperinci

PENJAMINAN KUALITAS SOFTWARE pada SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PROTOTYPING

PENJAMINAN KUALITAS SOFTWARE pada SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PROTOTYPING PENJAMINAN KUALITAS SOFTWARE pada SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PROTOTYPING M. Nasrullah (5209100704) Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) KONSEP SISTEM INFORMASI

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) KONSEP SISTEM INFORMASI RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) KONSEP SISTEM INFORMASI Disusun Oleh : Noor Latifah, S.Kom. PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS TAHUN AJARAN 2012-2013

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Software Requirement Engineering Specification of Requirements Models Disusun Oleh: Egia Rosi Subhiyakto, M.Kom, M.CS Teknik Informatika UDINUS egia@dsn.dinus.ac.id +6285740278021

Lebih terperinci

ABSTRAK. ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. ii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Cisangkan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi genteng dan paving blok yang berada di Bandung dan menggunakan sistem informasi dalam pengolahan dan pengintegrasian data data

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEGIATAN ADMINISTRASI SERTIFIKASI PADA PT. PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT SERTIFIKASI

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEGIATAN ADMINISTRASI SERTIFIKASI PADA PT. PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT SERTIFIKASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEGIATAN ADMINISTRASI SERTIFIKASI PADA PT. PLN (PERSERO) PUSDIKLAT UNIT SERTIFIKASI Nugroho Sihraharja Handoko Jurusan Sistem Informasi dan Manajemen, Binus University, Jl. K.

Lebih terperinci

ANALIS DATA PENELITIAN KUALITATIF

ANALIS DATA PENELITIAN KUALITATIF ANALIS DATA PENELITIAN KUALITATIF Adalah proses memaknai data Penelitian kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolut untuk mengolah dan menganalisis data. Proses pengumpulan data, analisis data

Lebih terperinci

Meeting 3_ADS. System Development Life Cycle (SDLC)

Meeting 3_ADS. System Development Life Cycle (SDLC) Meeting 3_ADS System Development Life Cycle (SDLC) Capaian Pembelajaran Mampu menjelaskan tentang System Development Life Cycle (SDLC) khususnya tahap planning, analysis dan design Mampu memaparkan tentang

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan V. Metode Penelitian Kualitatif. Tinjauan Pustaka (Literature Review) Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke:

Modul Perkuliahan V. Metode Penelitian Kualitatif. Tinjauan Pustaka (Literature Review) Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: Modul ke: 07 Ponco Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul Perkuliahan V Metode Penelitian Kualitatif Tinjauan Pustaka (Literature Review) Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub

Lebih terperinci

Kata kunci : Sistem informasi, UML, Penggajian

Kata kunci : Sistem informasi, UML, Penggajian PEMODELAN SISTEM INFORMASI PENGGAJIAN (STUDI KASUS: DOSEN TIDAK TETAP STIKOM DINAMIKA BANGSA JAMBI) Brestina Gultom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Program Studi Informasi, STIKOM Dinamika Bangsa;

Lebih terperinci

Sigit Sanyata. Disampaikan pada Worshop PTK dalam Layanan BK-MGP SMP Kabupaten Gunungkidul, 28 Mei 2009

Sigit Sanyata. Disampaikan pada Worshop PTK dalam Layanan BK-MGP SMP Kabupaten Gunungkidul, 28 Mei 2009 Sigit Sanyata Disampaikan pada Worshop PTK dalam Layanan BK-MGP SMP Kabupaten Gunungkidul, 28 Mei 2009 Quantitative Research Qualitative Research Nonexperimental research Experimental research Case study

Lebih terperinci

2. Tahapan Penelitian pemahaman merupakan awal proses penelitian

2. Tahapan Penelitian pemahaman merupakan awal proses penelitian Metodologi Penelitian Rudi Susanto rudist87@gmail.com 086547296211 2. Tahapan Penelitian pemahaman merupakan awal proses penelitian Course Outline 1. Pengantar Penelitian 2. Tahapan Penelitian 3. Masalah

Lebih terperinci

EVALUASI USABILITY DALAM DESAIN INTERFACE

EVALUASI USABILITY DALAM DESAIN INTERFACE EVALUASI USABILITY DALAM DESAIN INTERFACE Suhatati Tjandra Dosen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Surabaya e-mail: tati@stts.edu ABSTRAK Dengan meningkatnya pemakaian komputer pada masa kini, maka

Lebih terperinci