Jl. Ir Sutami 36 A Surakarta Telp: ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jl. Ir Sutami 36 A Surakarta Telp: ABSTRAK"

Transkripsi

1 Seminar Nasional IDEC 4 ISBN: xxxx-xxxx Surakarta, ei 4 ODEL CAPACIAED LO SIZING PROBLE (CLSP) UNUK EINIASI BIAYA SEUP DAN BIAYA SIPAN UNUK ENENUKAN LO SIZING OPIAL PADA INDUSRI AU RADISONAL Azizah Aisyati, Wakhid Ahmad auhari, Esti Setyorini, urusan eknik Industri, Fakultas eknik, Universitas Sebelas aret l. Ir Sutami 36 A Surakarta 576 elp: aisyati@yahoo.com, wachid_a@yahoo.com ABSRAK Penentuan lot size merupakan proses untuk menentukan ukuran lot yang harus diproduksi selama periode perencanaan. ika ukuran lot telalu besar, maka biaya simpan akan tinggi. Sedangkan ika ukuran lot terlalu kecil, maka biaya simpan akan kecil namun biaya setup akan tinggi. ingginya biaya setup dikarenakan seringnya dilakukan setup setiap teradi pergantian produk. Untuk menaga keseimbangan antara biaya simpan dan biaya setup, maka diperlukan trade-off antara biaya tersebut. odel Capacitated Lot Sizing Problem (CLSP) merupakan model yang bertuuan untuk menentukan rencana produksi (lot size) yang memberikan trade-off optimal antara biaya setup dan biaya simpan, dengan batasan kapasitas dan menamin bahwa permintaan dapat dipenuhi tanpa backlogging. odel CLSP selama ini belum dikembangkan untuk ukuran batch, oleh karena itu pada penelitian ini model CLSP dikembangkan untuk ukuran batch. Untuk menerapkan odel CLSP pada kasus nyata, maka digunakan contoh kasus pada P. XYZ yang merupakan perusahaan manufaktur untuk memproduksi amu. Pada penelitian ini odel CLSP yang dikembangkan merupakan model untuk multi product ( produk), multi stage ( line mesin), dan sistem produksi berbentuk batch. Fungsi tuuannya adalah untuk minimasi total biaya setup dan biaya simpan. Dengan fungsi pembatasnya adalah batasan keseimbangan inventory, batasan kapasitas, batasan bahwa produksi hanya dialankan apabila mesin di-setup, batasan non negativity untuk kuantitas inventory dan produksi, dan batasan variabel setup berupa variabel biner. Untuk memperoleh lot size produksi yang optimal, model dialankan dengan bantuan software Premium Solver Platform V9. dan Solver Engine V9.. Dari hasil perhitungan model diperoleh total biaya setup dan biaya simpan sebesar Rp ,85 dan penentuan ukuran lot dalam periode mingguan untuk 9 minggu. Kata Kunci: Biaya Setup, Biaya Simpan, ixed Integer Programming, Capacitated Lot Sizing Problem. LAAR BELAKANG Perencanaan produksi adalah hal yang sangat penting dilakukan dalam industri manufaktur. Perencanaan produksi yang baik, hendaknya mempertimbangkan kemampuan produksi dari fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan. Sehingga diharapakan dengan perencanaan produksi yang baik biaya produksi yang timbul akibat kegiatan produksi ini dapat diminimalisir. Kebiakan perusahaan berkaitan dengan sistem produksi di lantai produksi akan mempengaruhi besar biaya produksi. Biaya produksi meliputi biaya setup, biaya proses dan biaya simpan (ref). ika perusahaan mempunyai kebiakan untuk memproduksi lebih dari satu unit produk yang diproses hanya pada satu mesin, maka biaya setup yang timbul akibat kegiatan setup yang dilakukan setiap pergantian produk yang akan diproses akan menadi tinggi. Sebaliknya ika

2 perusahaan memenerapkan kebiakan menggunakan lebih dari satu mesin untuk mengproduksi beberapa enis produk, maka biaya setup menadi rendah namun biaya investasi akan menadi tinggi. Di sisi lain, pelayanan terhadap konsumen harus tetap diaga dengan menaga umlah persediaan produk. Gasperz (5) menyatakan perusahaan dengan strategi make to stock memiliki resiko yang tinggi berkaitan dengan investasi persediaan. Ini dikarenakan pesanan aktual pelanggan tidak dapat diidentifikasikan secara tepat dalam produksi. Sehingga, ada kecenderungan perusahaan menyimpan produk adi di gudang yang menimbulkan biaya simpan. Pada penelitian Gicquel et al. (8) dielaskan bahwa ika produksi dialankan dengan umlah batch besar dapat meminimasi biaya setup, tetapi akibatnya adalah biaya simpan menadi tinggi. Sebaliknya, menaga persediaan tetap rendah dengan cara menalankan produksi pada umlah batch kecil, ustru akan meningkatkan biaya setup. Oleh karena itu diperlukan kebiakan perencanaan produksi optimal agar biaya dan biaya simpan yang timbul dapat minimum. odel Capacitated Lot Sizing Problem (CLSP) dikebangkan oleh Gicquel et al. (8) untuk menentukan ukuran lot yang optimal yang dapat meminimasi biaya setup dan biaya simpan. Penelitian ini mengambil obek riset pada perusahaan pembuatan amu. enis produk yang diproduksi adalah yaitu amu serbuk, amu tablet, obat luar, kosmetika, dan minuman kesehatan. Untuk memproduksi amu aliran produksinya adalah flowshop. Proses produksi yang diperlukan untuk memproduksi produk amu melalui beberapa stasiun kera yang terdiri atas mesin-mesin dengan kapasitas terbatas. esin yang tersedia tidak hanya digunakan untuk memproduksi satu enis produk saa, tetapi uga untuk berbagai enis produk. Setiap pergantian enis produk yang akan diproduksi, diperlukan pengaturan ulang (setup) dan dikenakan biaya setup yang besarnya bervariasi sesuai dengan enis produknya. Semakin sering dilakukan setup, maka akan semakin besar biaya setup yang dikeluarkan. Selama ini perusahaan memproduksi amu serbuk dengan ukuran produksi yang besar. Ukuran produksi adalah umlah produk yang harus diproduksi dalam satu periode produksi. Kebiakan ini diterapkan karena perusahaan ingin memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen dengan menamin ketersediaan barang setiap dibutuhkan. Akibatnya, teradi penumpukan persediaan pada setiap periodenya. Kebiakan yang sama dilakukan pada semua produk, sehingga umlah produk adi yang disimpan semakin besar. Penumpukan produk adi dalam umlah terlalu besar akan menimbulkan biaya simpan yang besar pula. Dari uraian tersebut, maka permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini adalah bagaimana menentukan ukuran produksi (lot) yang tepat dengan tuuan untuk meminimasi total biaya setup dan biaya simpan. odel yang digunakan dalam penentuan ukuran lot pada penelitian ini adalah odel CLSP yang dikembangkan oleh Gicquel et al (8).. SUDI LIERAUR a) Capacitated Lot Sizing Problem (CLSP) Drexl dan Kimms (996) memberikan tinauannya tentang model CLSP untuk menentukan umlah dan waktu produksi produk pada periode perencanaan dengan batasan kapasitas. Sistem pada model ini adalah single stage, yaitu item yang diproduksi bersifat independent atau tidak tergantung pada umlah produksi item lain. Sistem uga dinyatakan dalam single machine, di mana semua produk dapat diproduksi pada satu fasilitas. Dalam urnalnya, Gicquel, et al, (8) uga mereview beberapa penelitian tentang CLSP. Diantaranya adalah model CLSP dengan single level dan multi level, serta single resource dan multi resources. Gicquel, et al, (8) hanya memberikan bentuk persamaan untuk model CLSP dengan single level single resource. Review model CLSP untuk multi machine dan bentuk persamaannya dapat dilihat di Staggemeier dan Clark ().asalah lot-sizing dalam aringan produksi-distribusi ini dapat dibagi menadi beberapa kategori berdasarkan umlah lokasi yang terlibat, umlah stages (echelon) dalam sistem, umlah item, ada atau tidaknya batasan kapasitas, dan karakteristik permintaan (Rizk dan artel, ). Berdasarkan metode lot sizing yang dikemukakan Rizk dan artel () didapat klasifikasi dalam lot sizing problem untuk single facility problem seperti pada abel.

3 Lot Size Single Level Problem ulti Level Problem abel. Klasifikasi Lot Sizing Problem Uncapacitated Capacitated Static Dynamic Static Dynamic Single Item EOQ WW EOQ CLSP, CSLP, DLSP ulti Item EOQR LPS ELSP CLSP, CSLP, DLSP Single Item ulti Item Berdasarkan klasifikasi lot sizing problem yang dikemukakan Rizk (), CLSP atau Capacitated Lot Sizing Problem bertuuan untuk menentukan rencana produksi/ pengadaan barang yang meminimasi produksi/ pengadaan dan biaya inventory dengan demand terpenuhi tanpa backlogging dan dengan batasan kapasitas. enurut Gicquel, C et al, (8) Capacitated Lot Sizing Problem (CLSP) adalah contoh masalah big bucket, di mana produk yang berbeda bisa dihasilkan pada sumber daya yang sama dalam satu satuan waktu. CLSP terdiri dari keputusan umlah dan waktu produksi produk pada horizon waktu tertentu. Hasilnya adalah rencana produksi untuk setiap periode perencanaan berupa umlah masing-masing item yang harus diproduksi. Namun keputusan penadwalan yang terperinci tidak diintegrasikan di CLSP. Biasanya pendekatan yang dilakukan adalah dengan menyelesaikan CLSP, kemudian memecahkan masalah penadwalan untuk masing-masing periode secara terpisah. Di CLSP, sumber daya/ mesin di-setup untuk item yang akan diproduksi pada setiap periode. Biaya setup dan waktu dapat bervariasi untuk setiap item dan untuk setiap periode. etapi, pengurutan produksi untuk setiap periode waktu tidak ditegaskan. Berikut adalah formulasi ixed Integer Programming (IP) untuk masalah CLSP dasar dengan waktu setup adalah nol. uuannya adalah mengoptimalkan adwal produksi untuk barang pada horizon waktu. Indeks periode adalah t =,,, dan umlah item =,,. Berikut adalah parameter dalam permasalahan CLSP. C t = kapasitas mesin pada periode t. d t = demand external untuk item pada periode t. h = biaya simpan untuk item. p = kapasitas dibutuhkan untuk memproduksi unit item. s = biaya setup untuk item. Di CLSP, item yang dihasilkan bisa mempunyai lau produksi yang berbeda pada mesin. Itulah mengapa kapasitas produksi tidak diungkapkan sebagai umlah barang yang bisa dihasilkan di periode perencanaan, tetapi lebih sebagai umlah waktu yang ada (P t ) yang akan dihabiskan dalam memproduksi item yang memiliki produksi lau (v it ) spesifik. Variabel keputusan dinyatakan sebagai berikut: x t = variabel biner (,), bernilai ika item diset-up pada periode t dan bernilai ika tidak. I t = inventory untuk item pada akhir periode t. q t = kuantitas produksi untuk item pada akhir periode t. Dengan menggunakan notasi tersebut CLSP dapat diformulasikan sebagai ixed Integer Programming ( IP) sebagai berikut: in Z = = t = ( s x h I ) () t t I t = I (t-) q t - d t, t, (3) p q t C t x t, t, (4) = p q t C t, t (5) x t {,}, t, (6) I t, q t, t, (7) 3

4 uuannya adalah minimasi total biaya setup dan biaya simpan yang ditunukkan pada persamaan (). Batasan (3) menunukkan keseimbangan inventory. Sedangkan batasan (4) menyatakan bahwa produksi item hanya teradi ika mesin di-setup untuk item tersebut.. Batasan (5) adalah batasan kapasitas. Pertidaksamaan (7) adalah kondisi non negative dari variabel yang dicari. Karakter biner dari variable setup ditunukkan oleh persamaan (6). b) Deskripsi Sistem Produksi Perusahaan Pola produksi perusahaan berbentuk line flow dengan small batch. Pada pola ini, produk diproses dalam batch kecil, dengan membutuhkan setup peralatan atau mesin pada pergantian batch untuk produk baru yang akan diproses. esin yang tersedia tidak hanya digunakan untuk produksi satu enis produk saa, sehingga diperlukan proses setup untuk menghindari kontaminasi antar produk. Pada saat proses produksi, setiap batch dari semua produk membutuhkan proses yang sama di stasiun kera dan mengikuti pola aliran seperti pada Gambar. Aliran produksi terdiri dari lima proses produksi atau stasiun kera yang disusun menadi sebuah line produksi. P. XYZ memiliki dua line produksi yang identik, atau memiliki urutan proses dan kapasitas sama. Akan tetapi, kapasitas produksi dalam satu periode dihitung dari kapasitas total satu line produksi. Gambar. Line Produksi P. XYZ 3. PENGEBANGAN ODEL CAPACIAED LO SIZING PROBLE odel Capacitated Lot Sizing Problem (CLSP) yang dikembangkan untuk penentuan lot size berdasarkan sistem perusahaan yaitu penentuan lot size untuk single stage, multi machine, dan produksi dalam bentuk batch. a) Penentuan fungsi tuuan (obective function) Fungsi tuuan merupakan fungsi yang akan dicari nilai optimalnya. Fungsi tuuan dalam model Capacitated Lot Sizing Problem ini adalah minimasi biaya yang terkait dengan aktivitas produksi dan penyimpanan amu serbuk di P.XYZ yang meliputi biaya setup (setup cost) dan biaya penyimpanan (storage cost). Biaya Setup Produksi Biaya setup produksi merupakan besarnya biaya akibat adanya penyiapan proses produksi. Biaya setup timbul ketika ada pergantian enis produk yang akan diproduksi. Besarnya biaya tersebut tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya umlah produk yang diproduksi, tetapi oleh banyaknya setup yang dilakukan untuk setiap pergantian produk. Besarnya biaya setup produk () ditentukan oleh perusahaan. s x mt m t Biaya Setup = s x mt = m= t= = biaya setup untuk produk (Rp/setup) = koefisien binary (,) melakukan atau tidak melakukan setup produksi produk pada line produksi m pada minggu t = urutan indeks enis produk (,, 3...) = umlah enis (item) produk = urutan line produksi (,, 3...) = umlah line produksi paralel = minggu perencanaan (,, 3...) = umlah minggu perencanaan 4 (8)

5 Biaya Simpan Biaya simpan merupakan besarnya biaya yang disebabkan karena adanya aktivitas penyimpanan produk. Biaya simpan di P. XYZ yaitu biaya persediaan di gudang barang adi. Biaya simpan yang akan diminimasi adalah variable cost dari biaya simpan. Besarnya biaya bersifat linier terhadap umlah persediaan. Komponen biaya simpan, terdiri dari biaya tenaga kera inventori, biaya penggunaan forklift, biaya perawatan forklift, bahan bakar forklift, biaya penggunaan listrik di gudang. h I t t b) Penentuan batasan Biaya Simpan = h = t = I t = biaya simpan (Rp/bungkus) = umlah inventory produk yang disimpan selama minggu t (bungkus) = urutan indeks enis produk (,, 3...) = umlah enis (item) produk = minggu perencanaan (,, 3...) = umlah minggu perencanaan Batasan persamaan inventory Batasan ini dituukan untuk memastikan bahwa persediaan produk mampu memenuhi umlah permintaan. Dengan adanya batasan tersebut, umlah produk yang ada di gudang mampu memenuhi umlah permintaan. Batasan tersebut terdiri dari batasan persediaan untuk semua produk. Secara umum persamaan batasan inventory dapat dilihat sebagai berikut : I t = I (t-) q mt m= - d t, t () I t SS () I t = umlah inventory produk yang disimpan selama minggu t (bungkus) q mt = kuantitas produksi untuk produk pada line produksi m pada minggu t (bungkus) d t = demand untuk produk pada minggu t (bungkus) SS = safety stock produk (bungkus) = urutan indeks enis produk (,, 3...) = umlah enis (item) produk m = urutan line produksi (,, 3...) = umlah line produksi paralel t = minggu perencanaan (,, 3...) = umlah minggu perencanaan Batasan ukuran batch Batasan ini menyatakan bahwa kuantitas produksi produk pada mesin m pada minggu t memiliki ukuran batch yang sama untuk setiap produk, mesin maupun minggu. Ukuran batch merupakan umlah produk yang bisa diproduksi untuk satu rangkaian proses produksi dalam satu line produksi. Batasan ini dapat dilihat pada : q mt = a mt. l, m, t () q mt = kuantitas produksi untuk produk pada line produksi m pada minggu t (bungkus) a mt = kuantitas produksi dalam satuan batch untuk produk pada line l produksi m pada minggu t (batch) = ukuran batch produk (bungkus/batch) = urutan indeks enis produk (,, 3...) = umlah enis (item) produk 5 (9)

6 m t = urutan line produksi (,, 3...) = umlah line produksi paralel = minggu perencanaan (,, 3...) = umlah minggu perencanaan Batasan Produksi Batasan ini menyatakan bahwa produksi item hanya teradi ika line produksi di-setup untuk item tersebut. Sebaliknya, ika line produksi tidak di-setup, maka tidak akan ada produksi. Persamaan umum batasan tersebut sebagai berikut: p a mt C mt x mt - w x mt, m, t (3) a mt = kuantitas produksi dalam satuan batch untuk produk pada line produksi m pada minggu t (batch) x mt = koefisien binary (,) melakukan atau tidak melakukan setup produksi produk pada line produksi m pada minggu t C mt = kapasitas line produksi m pada minggu t (menit) p = waktu proses per batch untuk produk (menit) w = waktu setup untuk produk (menit) = urutan indeks enis produk (,, 3...) = umlah enis (item) produk m = urutan line produksi (,, 3...) = umlah line produksi paralel t = minggu perencanaan (,, 3...) = umlah minggu perencanaan Batasan kapasitas Batasan kapasitas yang digunakan dalam model yang dibuat yaitu batasan kapasitas line produksi yang tersedia. Kapasitas line produksi dinyatakan dengan satuan waktu, yaitu umlah waktu yang tersedia untuk memproduksi pada mesin m pada minggu t. Dengan adanya batasan tersebut, produk yang diproduksi tidak akan melebihi kapasitas yang tersedia. Persamaan umum batasan tersebut sebagai berikut: ( p a mt w x mt ) = C mt m, t (4) a mt = kuantitas produksi dalam satuan batch untuk produk pada line produksi m pada minggu t (batch) C mt = kapasitas line produksi m pada minggu t (menit) w = waktu setup untuk produk (menit) p = waktu proses per batch untuk produk (menit) = urutan indeks enis produk (,, 3...) = umlah enis (item) produk m = urutan line produksi (,, 3...) = umlah line produksi paralel t = minggu perencanaan (,, 3...) = umlah minggu perencanaan Batasan karakter binary Batasan ini dituukan untuk menyatakan bahwa setup variable yang bernilai biner, dapat dilihat pada : x mt = binary, m, t (5) x mt m = koefisien binary (,) melakukan atau tidak melakukan setup produksi produk pada line produksi m pada minggu t = urutan indeks enis produk (,, 3...) = umlah enis (item) produk = urutan line produksi (,, 3...) 6

7 t = umlah line produksi paralel = minggu perencanaan (,, 3...) = umlah minggu perencanaan Batasan non negativity Batasan ini dituukan untuk memastikan bahwa seluruh variable yang dicari tidak ada yang bernilai negatif. Batasan tersebut dapat dilihat pada : I t, a mt, q mt, m, t (6) I t = umlah inventory produk yang disimpan selama minggu t (bungkus) a mt = kuantitas produksi dalam satuan batch untuk produk pada line produksi m pada minggu t (batch) q mt = kuantitas produksi untuk produk pada line produksi m pada minggu t (bungkus) = urutan indeks enis produk (,, 3...) = umlah enis (item) produk m = urutan line produksi (,, 3...) = umlah line produksi paralel t = minggu perencanaan (,, 3...) = umlah minggu perencanaan 4. HASIL PENGEBANGAN ODEL Secara keseluruhan model fungsi tuuan adalah sebagai berkut: inimize Z = = m= t = Subect to : I t = I (t-) I t SS q mt = a mt. l s x q mt m= mt = t = h I t (7) - d t, t, m, t p a mt C mt x mt - w x mt, m, t ( p a mt w x mt ) = x mt = binary I t, a mt, q mt C, m, t, m, t mt 7 m, t = urutan indeks enis produk (,, 3...) = umlah enis (item) produk m = urutan line produksi (,, 3...) = umlah line produksi paralel t = minggu perencanaan (,, 3...) = umlah minggu perencanaan s = biaya setup untuk produk (Rp/ setup) x mt = koefisien binary (,) melakukan atau tidak melakukan setup produksi produk pada line produksi m pada minggu t h = biaya simpan (Rp/ bungkus) I t = umlah inventory produk yang disimpan selama minggu t (bungkus) SS = safety stock produk (bungkus) a mt = kuantitas produksi dalam satuan batch untuk produk pada line produksi m pada minggu t (batch)

8 q mt = kuantitas produksi untuk produk pada line produksi m pada minggu t ( bungkus) w = waktu setup untuk produk (menit) p = waktu proses per batch untuk produk (menit) C mt = kapasitas line produksi m pada minggu t (menit) d t = demand untuk produk pada minggu t (bungkus) l = ukuran batch produksi (bungkus/batch) a) Penentuan lot size optimal Pada tahap ini dilakukan penentuan lot size produksi berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan dengan menggunakan model Capacitated Lot Sizing Problem yang telah dikembangkan untuk enis produk, line produksi dan periode minggu perencanaan ke sampai 3. Fungsi uuan (Obective Function) Perumusan fungsi tuuan untuk model Capacitated Lot Sizing Problem lot sizing permintaan amu serbuk P. XYZ yaitu : Z = 3 Yang dapat diuraikan sebagai berikut: Z = m= t= m= t = m= t = m= t = s x 3 mt = m= t= = t= 75. x mt. x 5. x 75. x 4mt 7mt mt m= t= m= t= m= t= m= t= h I t 5. x mt. x 5. x 8mt. x 5mt m= t = mt m= t = m= t = = t = 5. x 75. x,49 I 3mt. x Penentuan Kendala (Batasan) P. XYZ mempunyai batasan-batasan dalam melakukan kegiatan produksi dan inventory. Komponen dalam persamaan ini antara lain lot size atau kuantitas produksi (q mt ), kuantitas produksi dalam ukuran batch untuk item pada line produksi m pada minggu t (a mt ), dan ukuran batch produksi ( l). Ukuran batch yang digunakan untuk semua produk pada semua line produksi m yaitu 4. bungkus. Lot Size Optimal yang Dihasilkan Setelah model Capacitated Lot Sizing Problem dialankan di Premium Solver Platform V9. dalam icrosoft Excel maka diperoleh nilai yang optimal untuk fungsi tuuan meminimasi total biaya yaitu biaya setup produksi dan biaya simpan. Nilai dari minimasi total biaya tersebut adalah sebagai berikut: inimized Cost = Rp ,85 b) Keputusan untuk elakukan Setup Produksi Hasil dari nilai x mt setelah model dialankan pada software Premium Solver Platform V9. dalam icrosoft Excel dapat dilihat pada abel.. t 6mt 9mt 8

9 abel. Keputusan untuk elakukan Setup Produksi (x mt ) Produk Periode uni uli Line inggu ke- inggu ke- inggu ke-3 inggu ke-4 inggu ke-5 inggu ke- inggu ke- inggu ke-3 inggu ke-4 6ASE/R 6ASE/EC 55A 6XA 65XA 66XA A A 3A 3A abel. menunukkan nilai x mt yang menelaskan setup produksi untuk produk pada line produksi m dan pada minggu t. ika variabel x mt bernilai, artinya line produksi di-setup untuk melakukan produksi dan ika bernilai, maka tidak ada setup produksi. c) Kuantitas Produksi dalam Satuan Batch Hasil dari nilai a mt setelah model dialankan pada software Premium Solver Platform V9. dalam icrosoft Excel dapat dilihat pada abel.. abel. Kuantitas Produksi dalam Satuan Batch (a mt ) Produk 6ASE/R 6ASE/EC 55A 6XA 65XA 66XA A A 3A 3A uni uli inggu ke- inggu ke- inggu ke-3 inggu ke-4 inggu ke-5 inggu ke- inggu ke- inggu ke-3 inggu ke Periode Line abel. menunukkan nilai a mt yang menelaskan ukuran atau kuantitas batch produksi untuk setiap produk pada setiap line produksi dan minggu perencanaan. d) umlah Inventory Hasil dari nilai I t setelah model dialankan pada software Premium Solver Platform V9. dalam icrosoft Excel dapat dilihat pada abel. 3. 9

10 abel 3. umlah Inventory dalam satuan bungkus (I t ) Produk uni uli inggu ke- inggu ke- inggu ke-3 inggu ke-4 inggu ke-5 inggu ke- inggu ke- inggu ke-3 inggu ke-4 6ASE/R ASE/EC A XA XA XA A A A A otal abel 3 menelaskan nilai I t yang menunukkan umlah inventory untuk setiap produk pada akhir minggu perencanaan. e) Kuantitas Produksi dalam Satuan Bungkus Hasil dari nilai q mt setelah model dialankan pada software Premium Solver Platform V9. dalam icrosoft Excel dapat dilihat pada tabel. 4. abel 4 menunukkan nilai kuantitas produksi dalam satuan bungkus (q mt ) setiap produk pada setiap line produksi dan minggu perencanaan. Dari nilai q mt pada tabel 4, maka dapat ditentukan lot size atau ukuran produksi optimal pada setiap period di P. XYZ, seperti pada abel 5 dan abel 6. abel 4. Kuantitas Produksi dalam Satuan Bungkus (q mt ) Periode uni uli Produk Line inggu ke- inggu ke- inggu ke-3 inggu ke-4 inggu ke-5 inggu ke- inggu ke- inggu ke-3 inggu ke ASE/R ASE/EC A XA XA XA A A A A 4 8 abel 5. Lot size amu Serbuk inggu ke sampai 6(bungkus) inggu ke inggu ke 3 inggu ke 4 inggu ke 5 inggu ke 6 Produk Line Line Line Line Line 6ASE/R 4 7 6ASE/EC A XA 56 65XA XA A A A A 8 4 4

11 abel 6. Lot size amu Serbuk inggu ke 7 sampai 3 (bungkus) inggu ke7 inggu ke 8 inggu ke9 inggu ke3 Produk Line Line Line Line 6ASE/R 98 6ASE/EC 56 55A 8 4 6XA 4 65XA XA A A A A 8 5. KESIPULAN PUSAKA

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING Aghia Hersandi R., Laila Nafisah, ST.,MT (1) Gunawan Madyono P., ST.,MT (2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Konsep Penadwalan Penadwalan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinauan Pustaka 2.1.1 Riset Operasi Penelitian Operasi atau Operations Research mulai berkembang pada masa Perang Dunia II, dimana pada waktu itu angkatan perang Inggris membentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penadwalan Penadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun asa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan

Lebih terperinci

perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian dalam suatu negara. Sedangkan perusahaan mempunyai kegiatan yang beragam, mulai perencanaan, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak sekali perusahaan yang berkembang di dunia, seperti perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, jasa, industri dan lain-lain. Perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan UKM dalam negeri didominasi oleh industri makanan, salah satunya produk roti yang menunukan bahwa minat masyarakat terhadap produk ini terus bertambah.

Lebih terperinci

OPTIMISASI INVENTORY BAHAN BAKU DENGAN MULTI-SUPPLIER

OPTIMISASI INVENTORY BAHAN BAKU DENGAN MULTI-SUPPLIER OPTIMISASI INVENTORY BAHAN BAKU DENGAN MULTI-SUPPLIER Ceria Farela Mada Tantrika, Prof. Ir. Suparno, MSIE, Ph.D Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI

MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI MAKSIMALISASI PROFIT DALAM PERENCANAAN PRODUKSI Tri Hernawati Staf Pengaar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara Medan Abstrak Profit yang maksimal merupakan tuuan utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

PENGENALAN WINQSB I KOMANG SUGIARTHA

PENGENALAN WINQSB I KOMANG SUGIARTHA PENGENALAN WINQSB I KOMANG SUGIARTHA PENGENALAN WINQSB Software QSB (Quantity System for business) atau umumnya juga dikenal dengan nama WINQSB (QSB yang berjalan pada sistem operasi Windows) merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventory merupakan salah satu hal yang penting dalam berjalannya proses produksi. Pengendalian inventory merupakan salah satu cara dalam mengendalikan proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses pada suatu mesin tertentu yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama. Penjadwalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI PUPUK UREA JAWA TIMUR DI PT X

PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI PUPUK UREA JAWA TIMUR DI PT X PERENCANAAN JARINGAN DISTRIBUSI PUPUK UREA JAWA TIMUR DI PT X Bobby O.P. Soepangkat*, Nurhadi Siswanto*, Evy Hendriarianti** *Program Studi MMT-ITS ** ITN Malang, e-mail:hendriarianti@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI MODEL

BAB IV SIMULASI MODEL BAB IV SIMULASI MODEL Dalam Bab III telah dielaskan sifat-sifat sistem dinamik dari model, khususnya untuk m 1 = m 2. Sekarang akan dibuat simulasi model untuk menggambarkan sifat-sifat sistem dinamik,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dunia industri semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya industri-industri baru yang mengelola berbagai macam produk. Dengan demikian

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Gambar 3.1 di bawah ini merupakan alur dari metodologi penelitian dan pemecahan masalah produksi webbing setengah jadi pada

Lebih terperinci

Suci Fujianti LOGO

Suci Fujianti LOGO Suci Fujianti 2508 100 157 Peluang Produk Makanan Perishable Internasional Nasional 1/3 total penjualan ritel dunia (Broekmeulen dan Donselaar, 2009) Kontribusi PDB sektor pertanian terhadap PDB nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siska dan Syafitri (2014) mengemukakan bahwa pengendalian persediaan barang merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh suatu perusahaan, di mana sejumlah barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur merupakan salah satu jenis industri yang sedang berkembang di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks produksi industri manufaktur

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR PERENCANAAN BIAYA PRODUKSI TENAGA KERJA BERDASARKAN HASIL PERAMALAN MENGGUNAKAN MODEL INTEGER LINEAR PROGRAMMING DENGAN SOFTWARE QUANT SYSTEM FOR WINDOWS(WINQSB) PADA PT. DJITOE INDONESIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan mengalami penurunan pada periode tertentu dan kenaikan pada periode setelahnya sehingga pola yang dimiliki selalu berubah-ubah (lumpy)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan konsumen

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, yang memproduksi 11 macam obat. Obat-obat tersebut adalah Himaneuron kaplet, Hiralgin kaplet, Fenilbutazon tablet, magylan tablet,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN BATCH DAN SEQUENCE OPTIMAL DALAM SISTEM PRODUKSI DUA STAGE

PENENTUAN UKURAN BATCH DAN SEQUENCE OPTIMAL DALAM SISTEM PRODUKSI DUA STAGE PENENTUAN UKURAN BATCH DAN SEQUENCE OPTIMAL DALAM SISTEM PRODUKSI DUA STAGE Performa (2006) Vol. 5, No.1: 60-69 Penentuan Ukuran Batch dan Sequence Optimal Dalam Sistem Produksi Dua Stage I Wayan Suletra1

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTE PERSEDIAAN GUDANG ENGGUNAKAN ECONOIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC ODEL Indri Hapsari, Yenny Sari, Lianny P. Rajimin Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventory merupakan salah satu hal yang penting dalam berjalannya proses produksi. Pengendalian inventory merupakan salah satu cara dalam mengendalikan proses produksi

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, para pakar matematika telah banyak mencoba melakukan pendekatan untuk memecahkan permasalahan Program Linier Pecahan (PLP). Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk memenuhi tujuan tertentu. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan penolong, barang dalam proses, dan bisa

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku memiliki peranan yang penting dalam mendukung proses produksi. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAMA LINIER : MODEL TRANSPORTASI

BAB V PROGRAMA LINIER : MODEL TRANSPORTASI BAB V PROGRAMA LINIER : MODEL TRANSPORTASI Model transportasi berkaitan dengan penentuan rencana berbiaya rendah untuk mengirimkan satu barang dari seumlah sumber (misalnya, pabrik) ke seumlah tuuan (misalnya,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini MM Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id PENENTUAN JUMLAH PERSEDIAAN DETERMINISTIK Ongkos Inventori 1. Holding costs

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

Model Penentuan Lokasi Pendirian Distribution Center

Model Penentuan Lokasi Pendirian Distribution Center Petunjuk Sitasi: Wati, P. E., Nuha, H., & Murnawan, H. (2017). Model Penentuan Lokasi Pendirian Distribution Center. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H70-74). Malang: urusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya permintaan pelanggan akan suatu barang membuat perusahaan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memperlancar pemenuhan permintaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM ALOKASI DAN PERENCANAAN PRODUKSI KEMAS BOTOL GELAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINIER PROGRAMMING

PERANCANGAN SISTEM ALOKASI DAN PERENCANAAN PRODUKSI KEMAS BOTOL GELAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINIER PROGRAMMING PERANCANGAN SISTEM ALOKASI DAN PERENCANAAN PRODUKSI KEMAS BOTOL GELAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINIER PROGRAMMING Basuki Hermanto Program Bidang Studi Magister Manaemen Teknologi Bidang Keahlian Manaemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Penentuan jumlah persediaan : stochactic model. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Manajemen Persediaan. Penentuan jumlah persediaan : stochactic model. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Modul ke: Manajemen Persediaan Penentuan jumlah persediaan : stochactic model Fakultas FEB Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Model deterministik kurang peka terhadap kodisi perusahaan yang bervariasi,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Peramalan (Forecasting), Perencanaan Persediaan Metode P dan Q. Sistemik Nomor. 4 Volume. 2, Desember

Kata Kunci : Peramalan (Forecasting), Perencanaan Persediaan Metode P dan Q. Sistemik Nomor. 4 Volume. 2, Desember USULAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TINTA JENIS BW NEWS PERFECTOR BLACK-G YANG OPTIMAL UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERSEDIAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INVENTORI PROBABILISTIK STUDI KASUS DI PT REMAJA

Lebih terperinci

MAKALAH PEMODELAN SISTEM PEMODELAN MATEMATIS. (Studi Kasus Pada Lubricant Oil Division)

MAKALAH PEMODELAN SISTEM PEMODELAN MATEMATIS. (Studi Kasus Pada Lubricant Oil Division) MAKALAH PEMODELAN SISTEM PEMODELAN MATEMATIS (Studi Kasus Pada Lubricant Oil Division) Disusun oleh: Dewinda Prameta Suci 16916205 MAGISTER TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

5 RANCANG BANGUN SISTEM

5 RANCANG BANGUN SISTEM 85 5 RANCANG BANGUN SISTE Pada bab ini akan diuraikan rancang bangun Sistem Pendukung Keputusan Intelijen PPIC Adaptif pada industri pangan yang untuk pembahasan berikutnya akan diberi nama S IPRADIPA.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wolsey dan Pochet (2006) menyatakan bahwa perencanaan produksi dapat dilihat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wolsey dan Pochet (2006) menyatakan bahwa perencanaan produksi dapat dilihat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Produksi Wolsey dan Pochet (2006) menyatakan bahwa perencanaan produksi dapat dilihat sebagai perencanaan sumber daya dan bahan baku (komponen), serta perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam sebuah perusahaan manufaktur, persediaan memiliki peranan yang penting dalam mendukung proses produksi. Salah satu bentuk dari persediaan, yaitu bahan baku (raw

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Exponential Smoothing w/ Trend and Seasonality Pemulusan level/keseluruhan Pemulusan Trend Pemulusan Seasonal Peramalan periode t : Contoh: Data kuartal untuk

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL Nelita Putri Sejati, Wakhid Ahmad Jauhari, dan Cucuk Nur Rosyidi Jurusan Teknik Industri - Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

OPTIMIZATION THE NUMBER OF GENTRY FILLING OIL (BBM) USING A LINEAR PROGRAMMING APPROACH TO FULFILL THE DEMAND (Case Study : PT.

OPTIMIZATION THE NUMBER OF GENTRY FILLING OIL (BBM) USING A LINEAR PROGRAMMING APPROACH TO FULFILL THE DEMAND (Case Study : PT. OPTIMASI BANYAKNYA GENTRY PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) DENGAN PENDEKATAN PROGRAM LINIER UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN (Studi Kasus : PT.XYZ Surabaya) OPTIMIZATION THE NUMBER OF GENTRY FILLING OIL (BBM)

Lebih terperinci

BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Keandalan Sistem Tenaga Listrik Semua pelanggan energi listrik pastinya menginginkan agar pasokan listrik yang mereka terima sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007)

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007) 2 II LADASA EORI Untuk membuat model optimasi penadwalan bus ransakarta diperlukan pemahaman beberapa teori. erikut ini akan dibahas satu per satu. 2.1 Penadwalan 2.1.1 Definisi Penadwalan Penadwalan merupakan

Lebih terperinci

Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan dalam dunia industri yang semakin ketat, mengharuskan industri-industri yang ada untuk dapat menciptakan kredibilitas yang baik di mata konsumen. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi Make-to-Stock. Fokus operasional dari perusahaan industri yang memilih

BAB I PENDAHULUAN. strategi Make-to-Stock. Fokus operasional dari perusahaan industri yang memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UD. Eka Proma merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi bahan baku sepatu dan sandal. Perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 1990 ini telah mengirimkan

Lebih terperinci

BAGIAN III OPTIMASI DENGAN SOLVER

BAGIAN III OPTIMASI DENGAN SOLVER BAGIAN III OPTIMASI DENGAN SOLVER DAFTAR ISI 3.1 Konsep Dasar Model Data... 3.2 Fungsi Model Data... 3.3 Jenis Model Data... 3.4 Model Data Berbasis Optimasi... 3.5 Optimasi dengan Program Linear... 3.6

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Start Studi Pustaka Studi Lapangan Identifikasi Masalah Pengambilan Data Peramalan SMED system Tahap Persiapan (Mengukur waktu proses dan merekamnya) Tahap Pertama (Memisahkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN PRODUKSI, PRODUKSI ULANG, DAN PEMBUANGAN LIMBAH PADA KASUS PURE BACKORDERING DENGAN PERSEDIAAN PIHAK KETIGA

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN PRODUKSI, PRODUKSI ULANG, DAN PEMBUANGAN LIMBAH PADA KASUS PURE BACKORDERING DENGAN PERSEDIAAN PIHAK KETIGA PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN PRODUKSI, PRODUKSI ULANG, DAN PEMBUANGAN LIMBAH PADA KASUS PURE BACKORDERING DENGAN PERSEDIAAN PIHAK KETIGA Christina Ayu K. 1, Ibnu Pandu B. P. 2, Wakhid A. Jauhari 3 1,2,3

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi terdapat perubahan kebutuhan harga Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen MENENTUKAN

Lebih terperinci

Ekonomi & Bisnis Manajemen

Ekonomi & Bisnis Manajemen Manajemen Persediaan Modul ke: 12Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) PPB Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL VENDOR MANAGED INVENTORY DENGAN BANYAK RETAILER YANG MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN LEAD TIMES

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL VENDOR MANAGED INVENTORY DENGAN BANYAK RETAILER YANG MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN LEAD TIMES Perjanjian No. III/LPPM/2017-01/19-P LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL VENDOR MANAGED INVENTORY DENGAN BANYAK RETAILER YANG MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN LEAD TIMES Disusun oleh: Y.M. Kinley Aritonang,

Lebih terperinci

OPTIMASI KUANTITAS DAN JENIS PRODUKSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN

OPTIMASI KUANTITAS DAN JENIS PRODUKSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN E.5. Optimasi kuantitas dan enis produksi... (Ratnanto Fitriadi, dkk.) OPTIMASI KUANTITAS DAN JENIS PRODUKSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN Ratnanto Fitriadi *), Indah Pratiwi, Rudi Teguh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Tahapan-tahapan yang dilalui pada kegiatan penelitian digambarkan pada Gambar 3.1. Untuk mencapai tujuan penelitian maka dilakukan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah produksi merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Apabila

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam satu periode yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money ( BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persediaan (inventory) dapat diartikan sebagai sumber daya mengganggur (idle resource) yang keberadaanya menunggu proses yang lebih lanjut (Nur Bahagia, 2006),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH 3.1 Deskripsi Masalah Produksi yoghurt pada tingkat industri terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama adalah pengadukan jenis yoghurt yang dihasilkan dari susu yang telah

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi ketatnya persaingan industri retail yang menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), pengelola dituntut untuk mengoperasikan retail secara efektif

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa isu yang merebak akhir-akhir ini menunukkan bahwa pertumbuhan umlah penduduk di dunia yang saat ini mencapai sekitar 6.8 milyar berdampak pada aktivitasaktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Mulai Studi Pendahuluan Studi Pustaka Identifikasi dan Perumusan Masalah Pengolahan Data valid Analisa dan Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 0 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obek Kaian.. Universitas Terbuka Universitas Terbuka (UT) yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 4 September 984 sebagai universitas negeri yang ke-45 dengan Keputusan

Lebih terperinci

Model Sistem Persediaan Probabilistik Multi Item pada Pendistribusian Multi Eselon Dengan Potongan Harga

Model Sistem Persediaan Probabilistik Multi Item pada Pendistribusian Multi Eselon Dengan Potongan Harga Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2012 ISBN No. 978-979-96964-3-9 Model Sistem Persediaan Probabilistik Multi Item pada Pendistribusian Multi Eselon Dengan Potongan Harga Hendro Prassetiyo, Fifi Herni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan persediaan pada suatu unit usaha, khususnya perusahaan, merupakan sesuatu yang tidak bisa terhindarkan. Bagaimana tidak, perusahaan dapat melibatkan persediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di Jl.wolter monginsidi no.70-72 Jakarta selatan. Penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci