PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2014"

Transkripsi

1

2 KOMITE EKONOMI NASIONAL PROSPEK EKONOMI INDONESIA 214 Tantangan Ekonomi di Tengah Tahun Politik i

3 PENGANTAR Ketua Komite Ekonomi Nasional Assalamu alaikum Wr. Wrb Untuk mengendalikan tekanan inflasi sekaligus mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan, BI menaikkan suku bunga acuannya. Namun kebijakan ini bagaikan pisau bermata Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air dua. Investor menyadari bahwa, selain dapat mengendalikan inflasi dan nilai tukar, kenaikan suku bunga juga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tampaknya saat ini investor Selama ini kita selalu membanggakan diri bahwa daya tahan ekonomi kita amat tinggi. Kita dapat terus tumbuh diatas 6 persen, walaupun ada gejolak yang amat dahsyat di perekonomian global. Sayangnya keadaan itu tidak terus berlanjut. Perekonomian kita tidak dapat lepas sepenuhnya dari gejolak perekonomian dunia, dan akhirnya mulai merasakan tekanan yang cukup signifikan. mulai menunda rencana investasinya, dan menunggu perkembangan selanjutnya sebelum mulai aktif melakukan investasi lagi. Perekonomian kita memang mengalami perlambatan dalam beberapa triwulan terakhir ini. Pada triwulan ke-3 di tahun 213, pertumbuhan ekonomi kita tinggal 5,6 persen. Untuk keseluruhan tahun 213, Komite Ekonomi Nasional (KEN) memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 5,7 persen, jauh di bawah perkiraan semula sebesar 6,3 persen. Di tahun 213 banyak hal yang mengejutkan kita. Di sisi global, walaupun ekonomi kawasan Eropa masih berada dalam situasi resesi, namun sudah lebih tenang dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Bahkan di tahun 214 kawasan Eropa diperkirakan akan tumbuh lagi. Kejutan justru berasal dari Amerika Serikat, Negara yang sebelumnya dianggap lebih stabil Perkembangan di atas menimbulkan sentimen negatif terhadap perekonomian kita. Akibatnya, sebagian investor menarik modalnya ke luar negeri, sehingga nilai tukar kita cenderung melemah, dan melewati level 11.5 rupiah per dolar. dibandingkan Negara-negara maju lainnya di dunia. Isu tapering (pengurangan stimulus moneter yang diberikan the Fed secara bertahap), isu batas hutang, dan isu shutdown, telah menimbulkan gejolak di pasar finansial dunia. Modal pun segera keluar dari Negara berkembang (emerging markets).hampir seluruh mata uang Negara berkembang mengalami pelemahan yang signifikan karena investor masih menganggap aset dalam bentuk dolar Apa yang terjadi pada tahun 213 lebih buruk dari skenario terburuk yang dibuat Komite Ekonomi Nasional dalam outlook ekonomi 213. Ketidakpastian global dan domestik ternyata lebih tinggi dari perkiraan semula. Ternyata sulit mengantisipasi dengan akurat apa yang akan terjadi, walaupun hanya satu tahun ke depan. sebagai safe haven ketika ketidakpastian global meningkat. Rupiah kita pun ikut tertekan. Negara-negara berkembang, yang semula diharapkan dapat menggantikan Negara maju sebagai mesin pertumbuhan dunia, ternyata justru mengalami perlambatan. China hanya tumbuh di sekitar 7,6 persen di tahun 213, jauh lebih lambat dari biasanya. Sedangkan India hanya tumbuh 4,4 persen. Negara-negara BRICS yang lain pun mengalami perlambatan pertumbuhan yang signifikan. Untuk tahun 214 ketidakpastian global maupun domestik masih akan tinggi. Perekonomian global memang diharapkan akan sedikit lebih baik di tahun 214. Akan tetapi kita masih menghadapi risiko yang sama besarnya. AS masih dapat menimbulkan kejutan besar terhadap perekonomian global, dengan kebijakan tapering maupun isu batas utang dan anggaran yang belum tuntas. Eropa pun belum akan tumbuh dengan terlalu kuat. Sementara China dan India pun masih akan tumbuh dengan laju yang relatif lambat. Sementara itu, di dalam negeri sendiri ada beberapa kejutan yang kita alami. Untuk mengurangi tekanan terhadap APBN, pada pertengahan tahun 213 Pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Akibatnya inflasi kita meningkat hingga mencapai 8,3 persen pada akhir Oktober 213. Di samping itu, relatif kuatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia (di tengah relatif lesunya perekonomian dunia) telah membuat pertumbuhan impor kita tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekspor. Akibatnya, Indonesia mengalami defisit transaksi Di dalam negeri sendiri kita akan menghadapi pemilu legislatif dan pemilu presiden. Walaupun kita sudah biasa menjalankan pemilu dengan sukses, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pemilu masih ada. Antara lain, sebagian dari kita khawatir birokrasi kita tidak berjalan selancar biasanya. Ada juga yang khawatir akan timbulnya kekisruhan dalam pemilu yang akan kita lakukan tahun depan. perdagangan, dan akhirnya transaksi berjalan kita juga mengalami defisit. ii iii

4 Kami percaya bahwa, dengan pengalaman kita yang cukup dalam menghadapi pemilu, kita Dengan ketidakpastian yang tinggi, utamanya yang berasal dari dalam negeri, memperki- akan dapat menjalankan pemilu dengan baik, lancar, dan tanpa keributan yang berarti. rakan arah ekonomi di tahun 214 menjadi pekerjaan yang tidak mudah. Tahun 214 adalah Walaupun demikian, dunia usaha (termasuk investor lokal maupun asing) akan cenderung tahun yang kurang baik, atau bisa dikatakan tahun penyesuaian. Namun, ada harapan ke- berhati-hati sampai proses pemilu berakhir. Jadi, triwulan pertama sampai ketiga rasanya adaan akan berubah menjadi amat baik, utamanya bila Indonesia dapat memilih orang aktivitas ekonomi kita akan biasa-biasa saja. Baru pada triwulan keempat kita bisa meng- yang tepat dalam pemilihan presiden 214, yaitu orang yang dipandang dapat memenuhi harapkan peningkatan aktivitas ekonomi yang signifikan. harapan masyarakat kita. Bila hal itu terjadi, kita akan mengalami perbaikan sentimen yang luar biasa terhadap perekonomian kita. Pemerintahan baru akan mendapatkan keuntungan Selain itu, kita masih menghadapi ketidakpastian yang ditimbulkan oleh defisit transaksi ber- yang amat besar dari perbaikan ini. Akan tetapi, harapan kami Indonesia tidak melupakan jalan. Pemerintah dan BI harus lebih berhati-hati dalam menentukan kebijakan menanggu- langkah-langkah untuk terus memperbaiki fondasi ekonominya. langi defisit ini. Memperlambat pertumbuhan ekonomi mungkin alternatif pilihan yang baik. Akan tetapi, mengerem pertumbuhan ekonomi terlalu dalam dapat menjerumuskan ekonomi Kami berharap pandangan Komite Ekonomi Nasional yang disampaikan dalam buku ini dapat kita ke dalam perlambatan pertumbuhan yang parah, bahkan ke dalam masa resesi. Kami memberikan gambaran yang jelas tentang arah perekonomian Indonesia di tahun 214. Kami percaya bahwa pemerintah dan BI sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk mengatasi juga berharap buku ini dapat turut memberikan sumbangan bagi perbaikan ekonomi Indone- defisit transaksi berjalan ini, tanpa harus membuat ekonomi kita terpuruk ke masa resesi. sia ke depan. Demikian pengantar dari kami, atas perhatiannya kami mengucapkan banyak terima kasih. Untuk mengatasi masalah defisit transaksi berjalan Indonesia harus segera memperbaiki struktur industri dan ekonominya. Kita harus memperbaiki sisi suplai kita, agar kita tidak harus mengimpor barang terlalu banyak ketika ekonomi kita tumbuh dengan cepat. Ini memang bukan pekerjaan yang dapat dilakukan dalam waktu singkat, karena itu kita harus segera Wassalamu alaikum Wr.Wb memulainya. Pada saat yang bersamaan kita harus menghindari perlambatan ekonomi yang terlalu dalam, karena hanya akan meningkatkan pengangguran dan kemiskinan, dan pada Chairul Tanjung akhirnya bahkan dapat mengganggu stabilitas perekonomian secara menyeluruh. Sementara itu harapan dukungan terhadap pertumbuhan dari sisi fiskal pun masih relatif terbatas. Subsidi energi yang besar telah mengurangi fleksibilitas APBN dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Indonesia harus benar-benar memikirkan cara yang tepat untuk mengatasi masalah subsidi energi ini, agar kita mempunyai dana yang lebih banyak lagi untuk membangun perekonomian kita, termasuk pembangunan infrastruktur. Selain itu, penyerapan anggaran pun perlu terus diperbaiki. Sudah lebih dari lima tahun kita menghadapi masalah penyerapan anggaran. Sudah berbagai cara diupayakan untuk memperbaikinya. Namun, hingga saat ini penyerapan anggaran belum membaik secara signifikan. Pemerintah harus terus berupaya memperbaiki penyerapan anggaran bila ingin dampak yang lebih signifikan dari APBN terhadap pertumbuhan ekonomi kita. iv v

5 DAFTAR ISI 3. Prospek Perekonomian Tahun Prediksi Beberapa Variabel Ekonomi Makro Tahun Pengantar II Pendahuluan 1 Inflasi: lebih Rendah 59 Suku Bunga: Walaupun Ada Ruang, Mungkin Tidak Turun 62 Nilai Tukar Rupiah: Cenderung Stabil Lemah Perkembangan Ekonomi Global 2 Perekonomian Amerika Serikat: Pemulihan Ekonomi yang Lambat dan Ketidakpastian Kebijakan 3 Perekonomian Jepang: Didorong Abenomics 7 Perekonomian Eropa: Sudah Melewati Titik Terendah 8 Perekonomian China: Mulai Stabil 11 Perekonomian India: Melambat Tajam 12 Negara Berkembang, Negara BRICS Lainnya 14 Perkembangan dan Prospek Ekonomi ASEAN 17 Prospek Fiskal: Daya Dorong Minimal 66 Pertumbuhan Ekonomi 71 Belanja Rumah Tangga 72 Belanja Pemerintah 73 Investasi 75 Ekspor 79 Risiko Ekonomi Melambat Lebih Parah 8 Prospek Ekonomi dan Keuangan Syariah Memaknai Ekonomi Syariah 84 Proyeksi Industri Keuangan Syariah Review Keadaan Ekonomi Tahun Indonesia Pusat Keuangan Syariah Dunia 88 Perkembangan Beberapa Variabel Makro Ekonomi 2 Neraca pembayaran 2 Inflasi 21 Suku Bunga 22 Nilai Tukar Perkembangan Sektoral 89 Sektor Retail dan Konsumsi 89 Sektor Pertambangan 92 Sektor Perkebunan 96 Kinerja Bursa Saham dan Obligasi 27 Kinerja Perbankan 3 Perkembangan Fiskal 35 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Tantangan dan Risiko di Ketidakpastian Global 99 Tantangan Domestik 1 Kemiskinan di Indonesia 4 Kondisi Terkini 4 Dampak Kenaikan BBM dan Program Kompensasi 41 Tantangan ke Depan 42 Masalah Ketenagakerjaan 43 Jaminan Kesehatan Nasional Rekomendasi 14 Langkah-langkah Antisipatif untuk Menjaga Stabilitas Sistem Finansial 14 Langkah-langkah Untuk Mendorong Mengatasi Ketidakseimbangan Eksternal, Internal dan Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi 14 Beberapa Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Krisis Eropa 18 JAMKESMAS 44 Komitmen Pemerintah 45 Kepesertaan 47 Premi 47 Dampak Fiskal Rangkuman 19 Perekonomian Global 19 Perkembangan Prospek Perkembangan Persepsi Internasional Terhadap Indonesia 48 Peringkat Utang Indonesia Susunan Pengurus KEN 112 Peringkat Daya Saing (WEF) 49 World Bank Ease of Doing Business Survey 51 Pandangan Beberapa Institusi Luar Negeri 53 Kinerja Korporasi 56 vi vii

6 PENDAHULUAN Kondisi perekonomian global di tahun 213 ternyata lebih lemah dari perkiraan semula. Memang, kecemasan terhadap krisis utang Eropa dan bubarnya EU sudah tidak menghantui perekonomian global lagi. Ekonomi AS pun tampak lebih stabil. Jepang juga dapat bertumbuh dengan cukup baik. Namun, laju pertumbuhan perekonomian global belum dapat dibilang kuat. Eropa bahkan masih mengalami pertumbuhan negatif. AS pun masih tumbuh jauh di bawah laju pertumbuhan potensialnya. Negara-negara berkembang pun tidak menunjukkan kinerja yang terlalu cerah. Hampir seluruh negara berkembang mengalami perlambatan ekonomi yang signifikan. Negara-negara BRICS, yang selama ini dianggap sebagai alternatif mesin pertumbuhan dunia yang dapat menggantikan peran negara-negara maju, juga mengalami berbagai kendala yang menyulitkan mereka untuk tumbuh dengan laju yang lebih cepat. Kondisi global diperburuk lagi oleh beberapa masalah di AS yang sempat memicu timbulnya sentimen negatif terhadap perekonomian dunia. AS masih terjebak dengan isu-isu yang dapat membahayakan pemulihan di AS sendiri, maupun pemulihan perekonomian dunia. Isu anggaran pemerintah AS (yang sempat menyebabkan government shutdown), isu batas utang, dan isu pengurangan stimulus moneter oleh the Fed (tapering), sempat mengguncang pasar finansial dunia di tahun 213. Isu-isu ini masih akan mengemuka di tahun 214, dan akan turut meningkatkan ketidakpastian global di tahun 214. Walaupun demikian, sebagian besar ekonom memperkirakan kondisi perekonomian global pada tahun 214 akan sedikit lebih baik dari kondisi di tahun 213. Pada tahun 213 Indonesia lebih merasakan dampak kelesuan ekonomi global dibandingkan dengan pada tahun-tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 213 perekonomian Indonesia terusmenerus mengalami perlambatan. Dengan prospek ekonomi global yang lebih baik di tahun 214, seharusnya Indonesia pun dapat tumbuh lebih cepat. Akan tetapi, kendala-kendala yang kita hadapi saat ini, yang akan terus berlangsung di 214, akan menyulitkan perekonomian Indonesia untuk tumbuh dengan laju yang lebih cepat. Buku prospek perekonomian 214 ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang prospek perekonomian global dan Indonesia pada tahun 214. Informasi di dalam buku ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi para pelaku ekonomi di Indonesia dalam mengambil keputusan yang tepat. viii 1

7 1 Perkembangan Ekonomi Global Perekonomian Amerika Serikat: Pemulihan Ekonomi yang Lambat dan Ketidakpastian Kebijakan Gambar 1. Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat. Kinerja perekonomian global di tahun 213 lebih lemah dari perkiraan semula. Lembagalembaga dunia, seperti IMF dan World Bank, sampai merevisi ke bawah prediksi pertumbuhan ekonomi dunia berkali-kali. Emerging economy, yang sempat diharapkan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi dunia menggantikan negara-negara maju, ternyata mengalami perlambatan pertumbuhan yang cukup signifikan. Sementara negara-negara maju tampak memperlihatkan perbaikan yang menjanjikan. Persen Pertumbuhan PDB Fed Funds Rate Inflasi Di Asia, pertumbuhan ekonomi China terus melambat. Pertumbuhan PDB China terus menurun pada semester pertama 213. Sebagian kalangan bahkan sempat mengatakan China sedang menuju hard landing. Namun, pertumbuhan yang membaik pada triwulan ketiga 213 menepis skenario hard landing. Ekonomi China saat ini dianggap sudah stabil, dan ke depan diperkirakan akan dapat tumbuh secara berkesinambungan, walaupun dengan laju pertumbuhan yang relatif rendah untuk ukuran China. India pun mengalami masalahnya sendiri. Ekonominya terus melambat. Nilai tukarnya pun terus terpuruk. Negara-negara berkembang di belahan dunia lain pun tampak mengalami perlambatan pertumbuhan juga. Brazil, misalnya, diperkirakan hanya akan tumbuh 2,5 persen di tahun 214. Sementara Meksiko diperkirakan akan tumbuh dengan laju 1,2 persen. Sebaliknya, ekonomi negara-negara maju tampak mulai stabil dan bahkan menunjukkan prospek perbaikan yang lebih menjanjikan. AS, misalnya, memperlihatkan tanda-tanda perekonomian yang semakin baik. Keadaan ini bahkan sempat membuat the Fed berencana melakukan tapering, yang sempat mengguncang pasar finansial dunia. Jepang pun menunjukkan kinerja ekonominya yang cukup baik, didorong oleh Abenomicsnya. Sementara itu, Eropa sudah memberi indikasi bahwa kawasan tersebut sudah melewati titik terendah dari siklus penurunan ekonominya. Banyak ekonom yang mengatakan Eropa sudah keluar dari resesi, dan akan mulai tumbuh positif di tahun 214. Secara umum perekonomian global mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi pada semester pertama tahun 213. Memasuki semester kedua, keadaan mulai berangsur-angsur membaik. Diperkirakan hal ini akan berlangsung terus pada tahun 214. Keadaan perekonomian global pada tahun 214 diperkirakan akan sedikit lebih baik dibandingkan dengan pada tahun Sumber: CEIC Pada tahun 213 perekonomian AS terus menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Pada triwulan ketiga 213 PDB AS tumbuh 2,8 persen (annualized rate), lebih tinggi dari 2,5 persen pada triwulan kedua 213. Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga didukung oleh pertumbuhan persediaan bisnis AS sebesar,8 persen, ekspor,3 persen dan belanja domestik sebesar 1,7 persen. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi AS, the Fed telah menambah likuiditas di pasar melalui kebijakan Quantitative Easing III (QE3). Hal ini dilakukan sejak September 212 dengan membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder sebesar US$ 4 milyar per bulan, yang kemudian naik menjadi US$ 85 milyar per bulan di bulan Desember 212. Ketika ada indikasi ekonomi AS sudah mulai membaik, timbul spekulasi bahwa the Fed akan segera mengurangi jumlah uang yang diinjeksikannya ke dalam sistem perekonomian, dengan cara mengurangi belanja obligasi pemerintah yang mereka lakukan selama ini. Langkah ini dikenal dengan istilah tapering. Isu tersebut sempat mengguncang pasar finansial dunia. Bursa saham global terkoreksi tajam, dan hampir seluruh mata uang dunia melemah tehadap dolar AS. 2 3

8 Namun, pada akhirnya the Fed menunda kebijakan tapering tersebut karena pertumbuhan ekonomi AS dianggap belum cukup kuat. Kebijakan tapering tampaknya baru akan mulai dilakukan setelah tingkat pengangguran AS turun ke 7 persen dan pertumbuhan ekonomi sudah lebih berkesinambungan (di kisaran 3 persen selama beberapa triwulan). Memang, perekonomian AS memiliki kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan dengan negara maju lainnya. Akan tetapi, melemahnya kegiatan industri dan dampak dari government shutdown diperkirakan akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan keempat 213. Artinya, ekonomi AS masih membutuhkan bantuan stimulus dari sisi moneter, dan injeksi uang yang masif ke perekonomian AS masih akan berlangsung, paling tidak hingga triwulan pertama 214. Ke depan, implementasi kebijakan tapering akan benar-benar ditentukan oleh pergerakan ekonomi di sana. The Fed diperkirakan akan terus mencermati dampak dari beberapa isu yang dapat memberikan dampak negatif terhadap perekomian AS. Pertumbuhan ekonomi AS, misalnya, akan dipengaruhi oleh pemotongan anggaran pemerintah. Seperti kita ketahui, pemerintah AS telah menerapkan pengetatan kebijakan fiskalnya untuk mengatasi masalah utang mereka. Dengan keadaan seperti di atas, kebijakan suku bunga stabil dan rendah (bunga acuan 25 bps), terkendalinya inflasi (dibawah 2 persen), serta menurunnya tingkat pengangguran (turun dari 8,1 persen pada Agustus 212, menjadi 7,3 persen di Agustus 213) saja belum cukup untuk mendukung terciptanya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Apalagi saat ini masih ada indikasi bahwa pendapatan rumah tangga masih belum meningkat secara signifikan, dan kepercayaan konsumen masih relatif lemah. Keadaan ini membuat belanja rumah tangga di sana tidak dapat naik telalu kencang. Pertumbuhan penjualan retail, misalnya bahkan mulai mengalami penurunan. Pendeknya, bantuan stimulus dari sisi moneter masih diperlukan, paling tidak dalam jangka pendek. Gambar 3. Penjualan Retail AS Mulai Turun Hal lain yang akan dimonitor dengan cermat oleh the Fed adalah masalah batas utang pemerintah AS. Batas utang (debt ceiling) sudah disetujui untuk dinaikkan hingga menjadi US$ 16,699 triliun pada Oktober 213. Namun, persetujuan kenaikan batas utang tersebut hanya dapat membiayai belanja pemerintah hingga pertengahan Januari 214. Akibatnya, masalah batas utang ini akan mengemuka kembali menjelang pertengahan Januari 214, yang dapat memberikan sentimen negatif terhadap perekonomian AS dan dunia. Perlu dikemukakan juga di sini bahwa rasio utang terhdap PDB pemerintah AS saat ini sudah di atas 1 persen, yang membuat kondisi fiskal AS tidaklah terlalu baik. Gambar 2. Batas Utang AS dan Kondisi Rasio Utang Terhadap PDB Beberapa Negara MOM (kiri) YOY (kanan) -5 J 28A J OJ 29A J OJ 21A J OJ 211A J OJ 213A J OJ 213A J O Sumber: CEIC US$ Triiun Rasio Utang Terhadap PDB (%) Australia Brazil Canada 13.5 US Debt China 12. Debt Ceiling India 1.5 Italy 9. France Germany Japan Russia United Kingdom United States Sumber: Whitehouse.gov & IMF 4 5

9 Gambar 4. Indeks Kepercayaan Konsumen dan Tingkat Pengangguran AS. Perekonomian Jepang: Didorong Abenomics 16 Indeks Kepercayaan Konsumen (sumbu kiri) 14 Tingkat Pengangguran (sumbu kanani) Sumber: CEIC Perekonomian Jepang menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada semester pertama 213 (4, persen annualized rate di triwulan pertama dan 3,7 persen di triwulan kedua), setelah tumbuh dengan laju sebesar 2 persen pada tahun 212. Penguatan yang terjadi pada perekonomian Jepang adalah dampak dari Abenomics yang diluncurkan oleh pemerintah Jepang. Seperti kita ketahui, Abenomics terdiri dari tiga matra kebijakan yang diharapkan dapat menggairahkan kembali perekonomian Jepang, yaitu fiskal stimulus yang masif; kebijakan moneter yang longgar dari bank sentral Jepang; dan strategi pertumbuhan ekonomi untuk mendorong investasi swasta. Target-target spesifik, antara lain, mencakup menaikkan target inflasi hingga 2 persen, dan menaikkan defisit anggaran 213 menjadi 11,5 persen dari PDB. Abenomics berdampak pada pelemahan Yen yang amat signifikan. Sejak Abenomics diluncurkan, Yen sudah mengalami pelemahan dari kisaran 75 8 Yen/USD ke kisaran 95-1 Yen/USD (melemah sekitar 2 persen). Pelemahan Yen yang signifikan ini membuat produk Jepang mengalami peningkatan daya saing di pasar internasional, maupun di pasar Jepang sendiri. Akibatnya, timbul ekspektasi yang kuat bahwa ekonomi Jepang akan dapat keluar dari kelesuan yang sudah terjadi puluhan tahun. Indeks harga saham gabungan di Tokyo pun mengalami kenaikan yang amat signifikan. Pergantian Gubernur bank sentral di AS sempat menimbulkan pertanyaan akan kesinambungan kebijakan QE yang saat ini dilakukan. Kita sudah mengetahui bahwa pada 31 Januari 214 Janet Yellen akan menggantikan Ben Bernanke sebagi Gubernur the Fed. Selama menjabat sebagai wakil gubernur the Fed, Janet Yellen merupakan salah satu pendukung komitmen the Fed untuk menjaga kebijakan QE yang saat ini dilakukan.yellen juga dikenal amat pro job (penurunan pengangguran). Dengan latar belakang yang demikian, Janet Yellen diperkirakan akan meneruskan kebijakan QE yang telah dilakukan oleh Ben Bernanke, sampai pertumbuhan ekonomi di AS benar-benar berkesinambungan. Angka PDB Jepang di tahun 213 memang menunjukkan bahwa Abenomics telah memberi dampak positif terhadap perekonomian Jepang. Akibatnya, angka pengangguran di sana sudah turun dari 4. persen di 212 menjadi 3,7 persen pada triwulan pertama 213. Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Jepang. Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga/Inflasi 15 3 Stimulus moneter yang diberikan oleh the Fed diperkirakan akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi AS ke tingkat yang lebih tinggi. Perekonomian AS diperkirakan akan tumbuh dengan laju sebesar 2,6 persen di tahun 214, lebih cepat dari 1,6 persen di tahun Pertumbuhan Ekonomi (AR) Inflation Rate Reference Rate Sumber: CEIC 6 7

10 Pada tahun 214 Jepang diperkirakan masih akan mempertahankan kebijakan agresifnya untuk menopang pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 214 diperkirakan akan tumbuh dengan laju 1,6 persen. Gambar 6. Purchasing Manager Index Jepang Berada di Atas 5. Langkah-langkah tersebut dipandang amat positif oleh pasar, sehingga kepercayaan terhadap surat utang negara-negara Eropa pulih secara berangsung-angsur. Akibatnya, kekhawatiran terhadap ancaman hilangnya mata uang tunggal Euro, dan terhadap bubarnya Uni Eropa turun secara drastis. Hal ini telah menciptakan stabilitas terhadap pasar finansial di Eropa, sehingga sepanjang tahun 213 kekhawatiran terhadap merebaknya krisis utang di Eropa boleh dikatakan sudah hilang. 65. Gambar 7. Perekenomian Eropa Masih Mengalami Kontraksi. 55. Pertumbuhan Ekonomi (%) Jan-7 Apr-7 Jul-7 Oct-7 Jan-8 Apr-8 Jul-8 Oct-8 Jan-9 Apr-9 Jul-9 Oct-9 Jan-1 Apr-1 Jul-1 Oct-1 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Sumber: Bloomberg Pertumbuhan PDB Inflasi Policy Rate Perekonomian Eropa: Sudah Melewati Titik Terendah Sumber: CEIC Setelah mengalami pertumbuhan negatif pada,7 persen tahun 212, perekonomian Eropa kembali mengalami kontraksi pada tahun 213. Pada triwulan petama 213 ekonomi Eropa tumbuh 1,7 persen YoY. Sepanjang tahun 213 ekonomi Eropa diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar,3 persen. Eropa sudah mengeluarkan berbagai upaya untuk mengeluarkan kawasan tersebut dari krisis. Pada pertengahan tahun 212 Gubernur ECB, Mario Draghi, mengeluarkan pernyataan bahwa ECB akan mempertahankan eksistensi mata uang tunggal Euro, termasuk dengan cara membeli surat utang negara Eropa. ECB juga lebih agresif dari sebelumnya dalam upayanya mengembalikan pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa. Hal ini terlihat dari kebijakannya menurunkan suku bunga acuan di sana, hingga menjadi,25 persen pada bulan Nopember 213, yang merupakan level terendah sepanjang sejarah. Relatif lebih stabilnya sistem finansial di Eropa memberikan ruang terhadap ekonomi kawasan tersebut untuk membaik. Walaupun secara keseluruhan negara di kawasan Uni Eropa masih mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, sudah ada tanda-tanda ekonomi Eropa mulai membaik. Pada triwulan kedua 213 ekonomi Jerman tumbuh,9 persen. Sementara itu, Spanyol mengalami kontraksi sebesar 1,2 persen pada triwulan ketiga 213, lebih baik dari kontraksi sebesar 1,6 persen pada triwulan sebelumnya. Italia mengalami kontraksi ekonomi sebesar 2, persen pada triwulan ketiga 213, lebih baik dari kontraksi sebesar 2,3 persen pada triwulan kedua. Walaupun masih negatif, terlihat tren yang kuat bahwa pertumbuhan negatifnya semakin kecil. 8 9

11 Selain itu, ada beberapa indikasi lain yang memperkuat dugaan bahwa Eropa mungkin sudah melewati titik terburuknya. Hal ini, antara lain, diperlihatkan oleh indikator ekonomi dini Eropa yang terus meningkat akhir-akhir ini. Selain itu, Indeks Kepercayaan Konsumen di sana juga terus mengalami peningkatan secara konsisten. Purchasing Manager Index (PMI) Eropa juga sudah mengalami peningkatan, dan sempat naik ke atas 5 (PMI di atas 5 menunjukkan adanya ekspansi ekonomi). Akan tetapi PMI cenderung jatuh ke bawah 5 dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini menunjukkan proses pemulihan ekonomi di Eropa masih belum cukup kuat, sehingga kawasan tersebut masih memerlukan dukungan dari kebijakan moneternya. Wajar saja bila ECB menurunkan bungan acuannya ke,25 persen, yang merupakan level terendah sepanjang sejarah. Perekonomian China: Mulai Stabil Gambar 9. Perkembangan Perekonomian China. Pertumbuhan PDB(%) Suku Bunga/Inflasi ( %) Gambar 8. PMI Eropa Sempat Naik ke Atas Pertumbuhan PDB Suku Bunga Pinjaman Inflasi 45. Sumber: CEIC Jan-7 Apr-7 Jul-7 Oct-7 Jan-8 Apr-8 Jul-8 Oct-8 Jan-9 Apr-9 Jul-9 Oct-9 Jan-1 Apr-1 Jul-1 Oct-1 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Sumber: Bloomberg Dengan latar belakang yang demikian, perekonomian Eropa diperkirakan masih akan terus membaik dan bahkan dapat mencetak pertumbuhan positif di tahun 214. Para ekonom memperkirakan ekonomi Eropa akan tumbuh dengan laju 1, persen di tahun 214. Sejak tahun 212 pertumbuhan ekonomi China terus melambat. Pada tahun 212 perekonomian China tumbuh dengan laju 7,7 persen, terburuk dalam 23 tahun terakhir. Perlambatan tersebut disebabkan oleh melemahnya permintaan global maupun domestik. Perlambatan ekonomi China terus berlanjut di tahun 213. Mata uang Yuan yang mencapai rekor tertinggi pada Oktober 213 menimbulkan kekhawatiran pelemahan daya saing ekspor China, yang dikhawatirkan akan turut menekan pertumbuhan ekonomi China. Selain itu, tekanan inflasi yang meningkat dikhawatirkan akan memicu kenaikan suku bunga acuan di sana, sehingga pertumbuhan kredit akan melambat. Walaupun tampaknya suku bunga acuan belum akan diubah hingga tahun depan, isu perlambatan ekspansi kredit sempat menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan China. Untungnya, pada triwulan ketiga 213 ekonomi China mulai menunjukkan perbaikan. Ekonomi China tumbuh dengan laju 7,8 persen pada triwulan tersebut, lebih tinggi dari dua triwulan sebelumnya. Artinya, ekonomi China sudah mulai stabil, dan peluang China mengalami hard landing semakin kecil. Karena itu, target pertumbuhan ekonomi China di tahun 213 sebesar 7,5 persen diperkirakan akan tercapai. 1 11

12 Tercapainya target pertumbuhan tersebut tidak lepas dari kebijakan bank sentral China yang telah membiarkan kredit perbankan China untuk tumbuh moderat, seperti yang terlihat dari suplai uang (M2) yang tersedia melebihi 1 triliun Yuan (US$ 16,4 triliun), lebih tinggi dari PDB nominal China. Namun, dengan perkiraan akan tercapainya target pertumbuhan ekonomi 213, pada triwulan keempat 213 bank sentral China diperkirakan akan menurunkan ekpansi kredit dari moderat menjadi lebih netral. Selain itu, faktor lain yang mendorong bank sentral China memperlambat ekspansi kredit adalah tingkat inflasi yang telah mencapai 3,1 persen di bulan September, dan kondisi cuaca musim dingin yang berpotensi memicu kenaikan harga bahan bakar dan makanan. Perlu dikemukakan di sini bahwa pertumbuhan PDB China utamanya didukung oleh investasi, yang mencapai lebih dari setengah tingkat pertumbuhan PDB, disusul oleh konsumsi dan ekspor, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 3,4 persen (YoY) dan,1 persen (YoY). Telalu dominannya kontribusi investasi dalam pertumbuhan PDB telah memicu China untuk merubah struktur ekonominya. Mereka berencana meningkatkan kontribusi konsumsi dalam negeri terhadap perekonomian, yang saat ini berada di sekitar 46 persen dari PDB. Hal ini dilakukan agar mesin pertumbuhan ekonominya lebih berimbang, sehingga ekspansi ekonomi yang terjadi menjadi lebih berkesinambungan. Perekonomian India terus mengalami perlambatan sejak triwulan kedua 21. PDB India pada triwulan kedua tahun 213 tumbuh sebesar 2,4 persen YoY (4,4 persen annualized rate). Dengan pertumbuhan yang terjadi, tampaknya sulit bagi India untuk mencapai target pertumbuhan sebesar 5,6 persen di tahun 213. Tampaknya India masih belum menemukan cara yang jitu untuk mengatasi masalah yang dihadapi perekonomian mereka. Pertumbuhan ekonomi terus menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada tahun 21 ekonomi India tumbuh dengan laju 1,1 persen, turun menjadi 6,8 persen di 211, dan menjadi 5,1 persen di 212. Di tengah perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini, perekonomian India juga mengalami tekanan sentimen negatif yang disebabkan oleh defisit transaksi berjalan. Impor yang jauh lebih besar dari ekspor membuat neraca perdagangan India mengalami defisit. Besarnya defisit cenderung membesar di tahun 213 ini, antara lain disebabkan juga oleh pembelian emas dari luar negeri untuk memenuhi permintaan pasar domestik. Pada triwulan kedua 213 defisit perdagangan India mencapai US$ 21,8 milar, naik dari defisit sebesar US$ 18,2 milyar pada triwulan sebelumnya. Keadaan belum tampak akan membaik pada semester kedua 213, seperti yang diisyaratkan oleh defisit pada bulan Oktober 213 yang mencapai US$ 1,56 milyar, jauh lebih tinggi dari US$ 6,7 milyar pada bulan September 213. Dengan keadaan seperti di atas, ekonomi China diperkirakan akan tumbuh dengan laju 7,4 persen di tahun 214, sedikit lebih lambat dari perkiraan sebesar 7,6 persen di tahun 213. Gambar 11. Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan (Current Account) dan Transaksi Modal (Capital Account) India. Perekonomian India: Melambat Tajam Gambar 1. Perkembangan Perekonomian India. US$ Bllion Pertumbuhan PDB (%) Suku Bunga/Inflasi (%) Capital Account Current Account Pertumbuhan Ekonomi Policy Rate Inflation Rate Sumber: CEIC Sumber: CEIC 12 13

13 Sementara itu, pelemahan mata uang Rupee yang dianggap terlalu tajam telah memicu bank sentral India menaikan suku bunga acuan menjadi 7,5 persen. Kebijakan tersebut dibarengi dengan langkah-langkah untuk menekan tingkat inflasi. Selain itu, bank sentral juga mengetatkan likuiditas di sistem finansial mereka, dan membatasi besarnya investasi yang boleh dilakukan di luar negeri. Namun, upaya India untuk menekan angka inflasi tampaknya belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Tekanan inflasi cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari angka inflasi yang naik menjadi 9,84 persen di bulan September 213, naik secara signfikan dari 9,52 persen yang terjadi pada bulan sebelumnya. Kenaikan harga bahan bakar di pasar global merupakan salah satu penyebab kenaikan harga bahan bakar dalam negeri India, yang pada gilirannya telah memicu kenaikan tingkat inflasi di sana. Tampaknya India harus berbuat lebih banyak lagi untuk mengeluarkan perekonomiannya dari tren perlambatan yang terjadi. India, antara lain, perlu menarik invetasi asing. Untuk mendukung hal tersebut tentunya India harus menyediakan infrastruktur yang mencukupi. Selain itu, India juga harus melakukan transformasi ekonomi agar mesin pertumbuhan ekonomi tidak terlalu didominasi oleh belanja rumah tangga semata. India harus meningkatkan peran investasi yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi mereka. Pada dasarnya mesin pertumbuhan ekonomi harus dibuat lebih berimbang. Walaupun demikian, ekonomi India akan sedikit diuntungkan oleh kondisi global yang sedikit lebih baik (utamanya AS dan Eropa). Di tahun 214 perekonomian India diperkirakan akan tumbuh 4,7 persen di 214, sedikit lebih baik dari 4,4 persen di 213. Negara Berkembang, Negara BRICS Lainnya Sama halnya dengan China dan India, pertumbuhan ekonomi di negara-negara anggota BRICS lainnya juga cenderung menurun. Jika pada tahun 21 Brazil masih bertumbuh 7,5 persen, maka pada tahun 211 pertumbuhannya melambat menjadi 2,7 persen, dan terus melambat menjadi,9 persen pada tahun 212, namun diprediksikan sedikit meningkat menjadi 2,5 persen untuk tahun 213 ini. Kondisi yang sama terlihat di Rusia, dimana pada tahun 21 yang lalu negara ini bertumbuh 4,5 persen, dan kemudian menurun masing-masing menjadi 4,3 persen dan 3,4 persen pada tahun 211 dan 212. Dan untuk tahun 213 ini, perekonomian Rusia diprediksikan akan tumbuh semakin lambat menjadi 1,5 persen. Selanjutnya Afrika Selatan yang bertumbuh 3,1 persen pada tahun 21, pada tahun 211 pertumbuhannya sedikit membaik menjadi 3,5 persen. Namun pada tahun 212 pertumbuhannya kembali melambat menjadi 2,5 persen dan diprediksikan melambat lagi menjadi 2, persen pada tahun 213. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Brazil, Rusia dan Afrika Selatan disebabkan oleh beberapa faktor baik eksternal maupun internal. Adapun faktor eksternal yang secara umum memperlambat pertumbuhan ekonomi ketiga negara di atas antara lain adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa, Amerika Serikat maupun negara - negara konsumen utama komoditas seperti China, Jepang dan India. Kondisi ini menyebabkan permintaan dan harga komoditas menurun, sehingga kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi ketiga negara tersebut juga menurun. Penurunan ekspor ini tidak hanya menurunkan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi, namun juga menyebabkan menurunnya kinerja neraca berjalan (current account balance) di ketiga negara tersebut. Di Brazil defisit neraca berjalan (persen terhadap PDB) meningkat dari -2,1 persen tahun 211 menjadi -2,4 persen pada tahun 212 dan diproyeksikan menjadi -3,4 persen tahun 213. Kondisi yang sama terjadi di Afrika Selatan, dimana defisit neraca berjalannya memburuk dari -3,4 persen pada tahun 211 menjadi -6,3 persen pada tahun 212 dan diprediksikan masih tetap tinggi tahun 213 ini (-6,1 persen). Sementara itu Rusia masih mencatat neraca berjalan yang surplus, namun surplusnya semakin menurun dari 5,1 persen tahun 211 menjadi 3,7 persen tahun 212 dan diproyeksikan menurun lagi menjadi 2,9 persen pada tahun 213 ini. Penurunan kinerja neraca berjalan di ketiga negara BRICS tersebut memicu sentimen negatif terhadap nilai tukar mata uangnya, sehingga mengalami depresiasi yang signifikan. Disamping itu rencana the Fed yang akan mengurangi stimulus moneternya (tapering QE3) menyebabkan mata uang dolar Amerika menguat terhadap hampir semua mata uang lainnya di dunia. Mata uang Brazil (Real) melemah dari 1,86 Real per US$ pada akhir tahun 211 menjadi 2,6 Real pada akhir tahun 212 dan 2,26 Real pada akhir September 213 atau terdepresiasi masing-masing 9,3 persen dan 1, persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Mata uang Afrika Selatan (Rand) juga melemah dari 8,19 rand per US$ pada akhir tahun 211 menjadi 8,61 Rand per US$ pada akhir tahun 212 (terdepresiasi 4,9 persen), dan pada akhir September 213 melemah menjadi 9,96 Rand per US$ atau terdepresiasi 17,1 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu nilai tukar mata uang Rusia (Rubel) hanya sedikit mengalami pelemahan dari 31,52 Rubel per US$ pada bulan September 212 menjadi 32,63 Rubel per US$ pada bulan September 213 atau terdepresiasi 3,4 persen. Selain mengalami penurunan kinerja ekspor dan neraca berjalan, Brazil dan Rusia juga menghadapi peningkatan tekanan inflasi, sedangkan tekanan inflasi di Afrika Selatan relatif terjaga. Kenaikan tekanan inflasi di Brazil terutama disebabkan oleh jaringan infrastruktur yang kurang memadai sehingga biaya transportasi dan distribusi menjadi mahal. Sedangkan kenaikan tekanan inflasi di Rusia terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan akibat gagal panen beberapa komoditas tanaman bahan makanan. Untuk meredam pelemahan kurs dan sekaligus untuk mengendalikan laju inflasi yang mulai meningkat, otoritas moneter di ketiga negara tersebut menjalankan kebijakan moneter yang relatif ketat melalui kenaikan suku bunga acuan, yang diikuti oleh kenaikan suku bunga 14 15

14 simpanan dan pinjaman. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan konsumsi dan investasi melambat, sehingga kontribusi konsumsi dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga semakin menurun. Jadi penurunan kinerja pertumbuhan ekonomi di ketiga negara BRICS tersebut disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor, konsumsi dan juga investasi. Tabel 1. Basic Economic Indicators Brazil, Rusia dan Afrika Selatan. Perkembangan dan Prospek Ekonomi ASEAN Perekonomian negara-negara ASEAN (dalam hal ini ASEAN-5) di tahun 213 mengalami perlambatan yang signifikan. Pada bulan Oktober 213 IMF dalam publikasinya World Economic Outlook (WEO) memperkirakan pertumbuhan ekonomi ASEAN tahun 213 hanya akan mencapai 5, persen. Prediksi pertumbuhan tersebut jauh dibawah pertumbuhan tahun 212 yang mencapai 6,2 persen. Indikator Negara F 214F Brazil Pertumbuhan PDP, % YoY Rusia Afrika Selatan Brazil Neraca Berjalan, % PDB Rusia Afrika Selatan Brazil Nilai Tukar Terhadap, US$ Rusia Afrika Selatan Brazil Laju Inflasi, % YoY Rusia Afrika Selatan Brazil Suku Bunga Acuan, % pa Rusia Afrika Selatan Sumber: Diolah dari Data CEIC dan Bloomberg Untuk tahun 214 pertumbuhan ekonomi negara-negara BRICS secara umum diperkirakan akan membaik dibandingkan dengan tahun 213. Perbaikan kinerja ekonomi negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa diperkirakan akan mendorong perbaikan kinerja ekspornya. Disamping itu pertumbuhan konsumsi yang masih kuat diperkirakan juga menjadi motor pertumbuhan ekonomi, khususnya di Rusia dan Afrika Selatan. Namun masih tingginya tekanan inflasi di beberapa negara seperti Brazil menyebabkan ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter menjadi terbatas. Untuk tahun 214 pertumbuhan ekonomi Brazil diperkirakan 2,45 persen, melambat sedikit dari prediksi tahun 213. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Rusia dan Afrika Selatan untuk tahun 214 masing-masing diprediksikan 2,8 persen dan 2,9 persen, lebih baik dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan yang dicapai tahun 213 ini. Perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN ini terutama disebabkan oleh menurunnya kinerja perekonomian global, khususnya China, India dan Eropa yang merupakan pasar utama ekspor negara-negara anggota ASEAN. Selain itu, untuk meredam gejolak yang berasal dari perekonomian global, negara-negara ASEAN cenderung menerapkan kebijakan moneter ketat. Akibatnya, pertumbuhan konsumsi dan investasi negara-negara ASEAN juga melambat di tahun 213. Untuk tahun 214, pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN diproyeksikan akan meningkat menjadi 5,4 persen. Adapun komponen yang diperkirakan akan mengalami peningkatan pertumbuhan yang siginfikan pada tahun 214 mendatang adalah ekspor seiring dengan perbaikan kondisi perekonomian global, khususnya Jepang, Amerika Serikat, Eropa dan China. Untuk tahun 214 ekspor negara-negara ASEAN diperkirakan akan tumbuh 6,5 persen, meningkat dibandingkan dengan prediksi pertumbuhan ekspor tahun ini yang hanya mencapai 4,4 persen. Sementara itu meskipun laju inflasi ASEAN diprediksikan tetap terjaga di sekitar 5 persen, namun isu tapering yang diprediksikan akan dilakukan the Fed pada triwulan pertama tahun 214, akan meningkatkan tekanan kepada bank sentral di ASEAN untuk mengetatkan kebijakan moneternya untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelarian modal keluar negeri. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan konsumsi dan investasi (khususnya investasi dalam negeri) tampaknya tidak akan mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun

15 Gambar 12. Laju Pertumbuhan Negara ASEAN-5. Tabel 2. Perkiraan Petumbuhan Beberapa Negara di Dunia. 7.5 Petumbuhan Ekonomi ASEAN-5, %YoY 7. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi % Negara F 214F 213F 214F Bloomberg's Polling I M F Amerika Serikat Jepang Eropa China India Singapura Malaysia F 214F Sumber: IMF, World Economic Outlook, Oktober 213. Thailand Philippine South Korea INDONESIA Pada tahun 215 negara-negara kawasan ASEAN akan mengimplementasikan Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA). Implementasi Komunitas Ekonomi ASEAN ini di satu sisi memberikan peluang bagi perdagangan dan investasi yang besar, karena berkurangnya hambatan-hambatan tarif dan non tarif akan memberikan ruang bagi pertumbuhan perdagangan antar negara anggota ASEAN. Namun di sisi lain, pembentukan komunitas ini dapat menimbulkan ancaman tersendiri. Utamanya, kompetisi antar negara ASEAN dalam perdagangan maupun investasi akan semakin ketat. Dunia usaha Indonesia harus benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapi KEA ini. Bila tidak, kita hanya akan menjadi penonton di era perekonomian dunia yang semakin terintegrasi ini. Sumber: WEO, Oktober 213, World Bank, IMF

16 2 Review Keadaan Ekonomi Tahun 213 Sementara itu, transaksi modal dan finansial pada tahun 213 jauh lebih kecil dari defisit transaksi berjalan. Pada tiga triwulan pertama 213 transaksi modal dan finansial hanya mencapai US$ 13,6 milyar. Jumlah ini tidak cukup untuk menutup defisit transaksi berjalan. Dengan keadaan yang seperti ini, tidaklah terlalu mengherankan bila rupiah kita tertekan dan cadangan devisa kita tergerus hingga tinggal US$ 95, 68 milyar pada akhir triwulan ketiga 213 (tertinggi mencapai US$ 119,66 milyar pada triwulan kedua 211). Perkembangan Beberapa Variabel Makro Ekonomi Neraca Pembayaran (US$ Milyar) Tabel 3. Neraca Pembayaran Indonesia. U R A I A N Q1 Q2 Q3 I. Transaksi Berjalan A. Barang 1) Ekspor Impor B. Jasa - jasa C. Pendapatan D. Transfer berjalan II. Transaksi Modal & Finansial A. Transaksi modal B. Transaksi finansial 2) Aset Kewajiban Investasi langsung Investasi portofolio Investasi lainnya III. Total ( I + II ) IV. Selisih Perhitungan Bersih V. Neraca Keseluruhan (III+IV) Sumber: Bank Indonesia Kuatnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri membuat impor kita naik dengan signifikan. Sementara itu, perekonomian global yang lemah membuat pertumbuhan ekspor kita sulit tumbuh. Harga komoditas (pertambangan dan perkebunan) yang rendah turut menekan kinerja ekspor kita. Akibatnya, kita mengalami defisit perdagangan, yang telah menekan neraca transaksi berjalan kita. Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan sejak triwulan keempat 211. Pada tahun 212 defisit transaksi berjalan kita mencapai US$ 24,42 milyar. Transaksi berjalan terus mengalami defisit pada tahun 213, dengan kecenderungan yang meningkat. Pada triwulan ketiga 213, misalnya, defisit transaksi berjalan mencapai US$ 8,45 milyar. Pada tiga triwulan pertama 213 defisit transaksi berjalan kita sudah mencapai US$ 24,28 milyar. Penurunan transaksi modal dan kapital di 213 bukan disebabkan oleh turunnya investasi langsung ke Indonesia, tetapi disebabkan oleh melambatnya arus portofolio masuk ke Indonesia. Investasi langsung pada tiga triwulan pertama 213 mencapai US$ 12,79 milyar, tumbuh hampir 3 persen dari US$ 9,84 milyar di periode yang sama tahun 212. Sedangkan investasi portofolio pada periode yang sama mencapai US$ 8,3 milyar, turun sekitar 11 persen dari US$ 9,2 milyar di periode yang sama tahun 212.Tampaknya prospek perlambatan ekonomi telah membuat investor portofolio lebih enggan menanamkan modalnya di Indonesia. Seperti kita ketahui, BI telah berupaya menekan defisit transaksi berjalan, antara lain dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi kita. Ke depan, defisit transaksi berjalan akan terus menimbulkan sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah dan perekonomian kita. Selain itu, kebijakan BI pun akan terfokus pada cara mengurangi defisit transaksi berjalan ini. Bila tidak merubah pendekatan yang dilakukan saat ini, upaya BI mengendalikan defisit transaksi berjalan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia secara signifikan. Inflasi Memasuki awal tahun 213, inflasi memiliki kecenderungan yang meningkat. Tren kenaikan ini dipengaruhi oleh ketatnya pasokan bahan kebutuhan pokok di pasar domestik serta pembatasan sementara impor sejumlah produk pertanian yang berdampak pada naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi. Di bulan April dan Mei 213, tekanan inflasi relatif terkendali, dimana inflasi pada bulan Mei sempat menurun ke 5,5 persen. Di bulan Juni 213, inflasi tahunan menanjak menjadi 5,9 persen. Kenaikan terutama dipicu oleh langkah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, antara lain harga premium dari Rp 4.5/liter menjadi Rp 6.5/liter, dan harga solar dari Rp 4.5/liter menjadi Rp 5.5/ liter. Namun karena implementasi kenaikan harga BBM bersubsidi dilakukan pada minggu ketiga Juni 213, maka dampak signifikan kenaikan ini baru tergambar pada inflasi tahunan di bulan Juli 213. Kebijakan menaikkan harga BBM ini membuat inflasi tahun 213 berada di atas perkiraan semula KEN. Pada bulan Juli 213, inflasi bulanan mencapai 3,3 persen, yang membuat inflasi tahunan naik menjadi 8,6 persen. Kenaikan harga BBM telah membuat harga bahan pangan dan biaya transportasi naik drastis. Inflasi bulanan makanan melonjak menjadi 5,5 persen di bulan Juli 2 21

17 dari 1,2 persen di bulan Juni. Pada periode yang sama, biaya transportasi juga naik menjadi 9,6 persen dari 3,8 persen. Di bulan Juli, tekanan inflasi tambahan juga datang dari faktor musiman (bulan Ramadhan). Gambar 13. Pergerakan Inflasi Tahunan. defisit transaksi berjalan Indonesia yang menciptakan sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah, mendorong BI secara agresif kembali menaikkan suku bunga. Secara berturut-turut BI rate naik sebesar 5 bps menjadi 6,5 persen (Juli 213), lalu naik sebesar 5 bps menjadi 7 persen (Agustus 213), dan tambahan kenaikan 25 bps menjadi 7,25 persen (September 213). YoY% UMUM Makanan Bukan Makanan Selain kenaikan BI rate, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility dari level 4,25 persen di bulan Juni 213, menjadi 5,5 persen di bulan September 213, serta suku bunga lending facility dari level 6,75 persen menjadi 7,25 persen di periode yang sama. Gambar 14. Prediksi Inflasi dan BI Rate tahun MoM, % YoY, % BI Rate Prediksi sumber: BPS Di bulan Agustus 213, laju inflasi tahunan masih bergerak naik, mencapai 8,8 persen. Tingginya permintaan barang dan jasa jelang Idul Fitri serta dorongan faktor masa tahun ajaran baru, membuat harga bahan pangan, sandang, biaya transportasi dan biaya pendidikan kembali naik. Harga sejumlah barang mulai kembali normal di bulan September dan Oktober 213. Kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM diperkirakan akan membuat inflasi tahunan mencapai 8,5 9 persen di akhir tahun Jan - 12 Feb - 12 Mar - 12 Apr - 12 May - 12 Jun - 12 Jul - 12 Aug - 12 Sep - 12 Oct - 12 Nov - 12 Dec - 13 Jan - 13 Feb - 13 Mar - 13 Apr - 13 May - 13 Jun - 13 Jul - 13 Aug - 13 Sep - 13 Oct - 13 Nov - 13 Dec Sumber: BPS Suku Bunga Setelah bertahan cukup lama pada level terendah, suku bunga acuan BI rate akhirnya dinaikkan pada tahun 213. BI rate sendiri telah bertahan di level yang rendah, yaitu 5,75 persen sejak Februari 212. Namun, anggapan bahwa prospek dan ekspektasi inflasi akan naik menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi membuat BI menaikkan suku bunga acuan di bulan Juni 213 ke level 6 persen dari 5,75 persen di bulan Mei 213. Seperti diketahui, BI menerapkan kebijakan Inflation Targeting, dengan tujuan tunggal yaitu menciptakan kestabilan harga. Walaupun demikian, BI juga menerapkan bauran kebijakan dalam kebijakan moneternya. Laju inflasi yang melonjak pasca kenaikan BBM bersubsidi dan Disatu sisi langkah BI yang mengerek suku bunga hingga 1,5 persen ke level 7,25 persen bertujuan untuk menekan impor, agar posisi neraca transaksi berjalan menjadi lebih baik. Namun disisi lain, kebijakan moneter kontraktif ini berdampak negatif karena akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Seperti kita ketahui, perekonomian Indonesia cukup sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Ekonomi cenderung bergerak lebih lambat ketika suku bunga berada pada level yang lebih tinggi. Pada minggu kedua Nopember 213 BI kembali menaikkan BI rate menjadi 7,5 persen. Defisit neraca transaksi berjalan yang dianggap masih terlalu tinggi membuat BI kembali menaikkan BI rate, padahal tekanan inflasi relatif lebih terkendali dengan kecenderungan menurun

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 18 May 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis; Rupiah Konsolidasi Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis, Namun Tetap Waspada Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi anton.hendranata@danamon.co.id

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 1 June 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Arus Modal Masuk, Menopang Rupiah Pasar Eropa mulai agak tenang di akhir bulan Mei dalam rangka menyongsong pekan pertama bulan Juni. Tekanan yang begitu dalam

Lebih terperinci

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - Analisa Fundamental I. Fundamental Forex I.1 Faktor penggerak pasar Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2013

PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2013 KOMITE EKONOMI NASIONAL PROSPEK EKONOMI INDONESIA 213 Terus Tumbuh Dengan Kekuatan Domestik i PENGANTAR Ketua Komite Ekonomi Nasional Assalamu alaikum Wr. Wrb Menghadapi risiko eksternal tersebut, Indonesia

Lebih terperinci

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PROSPEK EKONOMI 216: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 215 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PERKEMBANGAN TERKINI 3Q6 3Q7 3Q8 3Q9 3Q1 3Q11 3Q12 3Q13 3Q14 3Q15 EKONOMI GLOBAL: PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun. pendapatan dan capital gain seperti yang diharapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun. pendapatan dan capital gain seperti yang diharapkan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan bentuk penundaan konsumsi masa sekarang untuk memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi apapun bisa dipastikan mengandung risiko.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE 2014-2015 A. Analisis Fundamental Nilai Tukar Rupiah 1. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi yaitu hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN 2016 Vol. 2 INDONESIA PASCA BREXIT Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pendahuluan T ahun 2016 disambut dengan penuh optimisme dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN III/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Pada awal triwulan III/2001 perekonomian membaik seperti tercermin dari beberapa

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

Tinjauan Perekonomian Bulanan

Tinjauan Perekonomian Bulanan 6 May 21 Tinjauan Perekonomian Bulanan Fundamental Terus Membaik,, Namun Ketidakpastian di Eropa dan Politik Domestik Memicu Koreksi Ringkasan Eksekutif Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi anton.hendranata@danamon.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 A. Nilai Tukar Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, menguat dari asumsinya dalam APBN-P sebesar rata-rata

Lebih terperinci

Tinjauan Perekonomian Bulanan

Tinjauan Perekonomian Bulanan 9 September 2009 Tinjauan Perekonomian Bulanan EROPA MULAI PULIH, PEREKONOMIAN INDONESIA MAKIN MEMBAIK Ringkasan Eksekutif Pemulihan perekonomian global makin menunjukkan titik terang dan keraguan akan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 20 January 2011 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Keluarnya Modal Asing Menekan Rupiah dan Obligasi Di AS, pertumbuhan ekonomi mulai memiliki momentum, namun inflasi kembali meningkat seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia. Manusia melakukan kegiatan konsumsi berarti mereka juga melakukan pengeluaran. Pengeluaran untuk

Lebih terperinci

MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global

MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global MARKET OUTLOOK Pengaruh Pengurangan Stimulus The Fed Pada Ekonomi Global Bulan Mei 2013 lalu market dikejutkan oleh pernyataan dari ketua The Fed Ben Bernanke, mengenai kelangsungan dari program quantitative

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut Indonesia sedang mengalami penyesuaian ekonomi yang cukup berarti yang didorong oleh perlemahan neraca eksternalnya yang membawa perlambatan pertumbuhan dan peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100.00% Deposito

Lebih terperinci

Robohnya Rupiah Kami 1

Robohnya Rupiah Kami 1 Jakarta, 9 Maret 2015 Robohnya Rupiah Kami 1 Selama pekan lalu ketika kurs rupiah melemah melewati Rp13.000 per dollar banyak yang bertanya kepada saya -- termasuk melalui sosial media -- tentang rupiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau harga mata uang domestik

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 6th, 2012) Economic and Market Watch (February, 6th, 2012) Ekonomi Global Pengangguran AS kembali turun Sejak September 2011, tingkat pengangguran AS terus mengalami penurunan dan mencapai 8,5 persen di akhir tahun

Lebih terperinci