BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan bakteri Aeromonas hydrophila 10 8 cfu/ml adalah kerusakan dipermukaan tubuh ikan berupa peradangan, pembengkakkan di daerah bekas suntikan (Gambar 4), kemudian berkembang menjadi tukak (Gambar 5) dan mulai terjadi kematian di hari kedua. Gejala klinis tersebut terlihat setelah 18 jam penginfeksian dan terjadi pada semua perlakuan. Menurut Runnels (1965) dalam Hariyani (2012), radang yang terjadi merupakan reaksi pertama dari hewan secara vaskuler dan seluler terhadap serangan bakteri yang masuk ke dalam tubuhnya yang menimbulkan kerusakan pada jaringan. Menurut Irianto (2003) penyakit MAS ditandai oleh adanya lukaluka kecil di permukaan tubuh (yang mengakibatkan lepasnya sisik), pendarahan (hemoragik) lokal, eksoptalmia serta pembengkakan abdominal. Gambar 4. Peradangan pada ikan Gambar 5. Tukak pada ikan (Sumber : Dokumentasi Pribadi 2013) 25

2 26 Perendaman dengan ekstrak buah mengkudu dilakukan pertama kali pada saat 29 jam setelah penyuntikan. Hal ini dilakukan karena 18 jam setelah penginfeksian bakteri Aeromonas hydrophila ikan pada semua perlakuan sudah menunjukkan gejala klinis berupa pembengkakan dan perdangan tapi belum sama rata kondisinya. 29 jam setelah penyuntikan semua ikan uji mengalami gejala klinis yang sama kerusakannya. Setelah itu langsung dilakukan perendaman dengan ekstrak buah mengkudu selama 24 jam. Pada hari pertama setelah perendaman dengan ekstrak buah mengkudu, tidak terjadi kematian pada seluruh perlakuan. Sedangkan peradangan dan pembengkakkan pada setiap ikan uji pada kelima perlakuan mulai terlihat berbeda-beda. Pada hari pertama radang yang terjadi pada perlakuan A dan B merupakan keadaan yang paling parah. Dimana ada ikan uji yang sudah terluka dipermukaan tubuhnya mulai susah untuk berenang dan hanya berada di sekitar batu aerasi. Pada hari ke-2 masa pemeliharaan, mulai terjadi kematian pada ikan uji disetiap perlakuan. Perkembangan radang dan pembengkakkan pada perlakuan A (kontrol) merupakan yang paling parah diantara perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan perlakuan A tidak diberi ekstrak buah mengkudu, sedangkan perlakuan B (70 ppm), C (90 ppm), D (110 ppm) dan E (130 ppm) diberikan ekstrak buah mengkudu. Kematian terus terjadi hingga hari ke-8 masa pemeliharaan. Keadaan ikan uji pada semua perlakuan mulai membaik. Radang dan pembengkakkan yang terlihat hanya di perlakuan A saja. Pada perlakuan lain radang sudah tidak terlihat, hanya dibeberapa ikan uji masih terjadi pengelupasan sisik yang masih terjadi. Peradangan dan luka yang berada di tubuh ikan uji sudah mulai sembuh dan membaik. Dari hari ke-9 hingga hari terakhir masa pemeliharaan yaitu hari ke-14, tidak lagi terjadi kematian. Tapi kerusakan pada permukaan tubuh ikan pada perlakuan A tetap terjadi hingga akhir pengamatan. Pada hari ke-9 ikan yang bertahan hidup mulai mengalami pemulihan dari tukak dan pembengkakan (Gambar 8). Sedangkan pada hari ke-10 dan seterusnya tidak lagi terjadi kematian

3 27 pada ikan. Kondisi ikan pada hari ke-14 terlihat sangat baik, pembengkakan dan perdarahan tidak terlihat lagi. Kecuali pada perlakuan A semua ikan uji tampak sembuh. Perlakuan A (kontrol) juga tidak mengalami kematian lagi hingga hari ke-14, kondisi ikan uji terlihat luka dan sisik terkelupas disekujur tubuh ikan (Gambar 9 a-c). Gambar 8. Penyembuhan Tukak pada Ikan Hari ke-9 (Sumber : Dokumentasi Pribadi 2013) (a) (b) (c) Gambar 9. Kondisi Ikan Uji pada Perlakuan Kontrol Hari ke-14 (a). ikan uji yang kehilangan sisik dan bengkak (b). bintik merah pada ikan uji (c). luka pada tubuh ikan uji (Sumber : Dokumentasi Pribadi 2013) Kerusakan jaringan organ di permukaan tubuh benih ikan nilem ini merupakan akibat dari toksin yang di keluarkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila yang terbawa aliran darah ke seluruh tubuh. Menurut Lallier (1984) Toksin yang disebarkan keseluruh tubuh melalui aliran darah menyebabkan hemolisis dan pecahnya pembuluh darah yang mengakibatkan bercak merah pada tubuh ikan.

4 28 Salah satu senyawa yang terkandung dalam ekstrak buah mengkudu adalah saponin. Menurut Harbone (1987), mekanisme saponin dalam menyembuhkan luka dengan cara memacu pembentukan kolagen, dimana kolagen merupakan struktur protein yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Saponin merupakan glikosida tripena dan sterol yang berfungsi sebagai senyawa aktif bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis darah. Dari uraian di atas terlihat bahwa ikan uji yang di beri perlakuan dengan perendaman ekstrak buah mengkudu mengalami penyembuhan, sedangkan ikan uji yang tidak di beri ekstrak buah mengkudu mengalami peradangan yang tidak mengalami penyembuhan sehingga mengalami kematian. Hal ini membuktikan bahwa bahan aktif yang terdapat pada ekstrak buah mengkudu dapat menyembuhkan dan mengurangi peradangan yang di akibatkan serangan bakteri Aeromonas hydrophila Respon Pakan Berdasarkan hasil pengamatan hari ke-1 setelah perendaman dengan ekstrak buah mengkudu, respon pakan tidak ada sama sekali dan pada hari ke-2 respon pakan sudah mulai terlihat di beberapa perlakuan (Tabel 1). Menurut Nabib dan Pasaribu (1989) dalam Hariyani (2012), respon makan ikan sangat sedikit karena ikan mengalami stres pasca penyuntikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi dan Gufran (2004) bahwa stres juga dapat mengakibatkan menurunnya kepekaan ikan terhadap lingkungan sekitar. Benih ikan nilem yang tidak diberikan ekstrak buah mengkudu perlakuan A (kontrol) kurang responsif terhadap pakan yang diberikan hingga akhir pengamatan. Terlihat dengan banyak sisa pakan yang mengendap di dasar akuarium saat dilakukan penyiponan. Keadaan ini diduga disebabkan oleh reaksi yang ditimbulkan akibat penyebaran dan aktivitas bakteri di seluruh tubuh benih ikan nilem yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Sebagaimana pendapat Angka et al. (1981) serangan bakteri Aeromonas hydrophila mengakibatkan nafsu makan ikan menjadi hilang hingga terjadi kematian. Menurut Austin (1993)

5 29 masuknya bakteri ke organ tubuh khususnya organ sistem pencernaan melalui cairan tubuh dan aliran darah dapat mengakibatkan gangguan pencernaan ikan yang terinfeksi bakteri. Tabel 1. Respon Benih Ikan Nilem Selama Masa Penelitian Terhadap Pakan Hari ke Perlakuan A B C D E Keterangan : (++) Respon pakan normal (+) Respon pakan rendah (-) Respon pakan tidak ada Pada tabel 1 terlihat respon pakan benih nilem yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila terhadap pakan pada perlakuan B (70 ppm) yang diberi ekstrak mengkudu dari hari ke-1 hingga hari ke-4 tidak ada respon terhadap pakan. Mulai hari ke-6 hingga hari ke-14 respon pakan sudah berjalan normal. Pada perlakuan C yang diberi ekstrak 90 ppm, dari hari ke-1 hingga hari ke-2 respon pakan tidak ada. Mulai hari ke-4 hingga hari ke-14 respon pakan mulai ada dan kembali normal. Perlakuan D dengan penambahan ekstrak 110 ppm respon pakan rendah sampai hari ke-2, kemudian respon pakan kembali normal mulai hari ke-3 hingga ke-14. Pada perlakuan E dengan pemberian ekstrak buah mengkudu sebesar 130 ppm, respon pakan rendah terjadi hingga hari ke-4 sedangkan hari ke-5 hingga ke-14 respon pakan kembali normal. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ikan uji yang diberi perlakuan ekstrak buah mengkudu dapat mengembalikan respon ikan nilem terhadap pakan secara normal, sedangkan perlakuan A (kontrol) yang tidak diberi ekstrak buah mengkudu respon pakannya rendah. Hal ini diduga karena senyawa yang terkandung dalam ekstrak buah mengkudu berperan sebagai antibakteri telah bereaksi dan efektif menghambat penyakit MAS dan memperbaiki kerusakan pada jaringan tubuh ikan nilem akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila.

6 Uji Refleks Ikan nilem yang terinfeksi MAS akibat bakteri Aeromonas hydrophila mengalami penurunan respon terhadap kejutan. Uji refleks dilakukan dengan cara menepuk dinding akuarium pada setiap perlakuan (Tabel 2).. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa pada hari ke-1 hingga hari ke-2 tidak ada respon yang berarti, hal ini disebabkan karena ikan mengalami stress akibat suntikan dan infeksi dari bakteri Aeromonas hydrophila yang mulai menyebar keseluruh tubuh ikan. Tabel 2. Respon Benih Nilem Selama Masa Penelitian Terhadap Kejutan Hari ke- Perlakuan A B C D E Keterangan : (+) Adanya reflex (-) Tidak adanya reflex Dari tabel 2 terlihat bahwa pada hari ke-3 hingga hari ke-14 pada perlakuan yang diberi ekstrak buah mengkudu perlakuan B (70 ppm), C (90 ppm), D (110 ppm), dan E (130 ppm) seluruh ikan memberikan respon (+) dimana ikan tersebut menjauhi sumber tepukan. Sedangkan pada perlakuan kontrol A (0 ppm) respon (+) baru tampak dihari ke-6. Hal ini disebabkan oleh zat anti bakteri yang terkandung dalam buah mengkudu antara lain minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan antrakuinon sudah mulai bereaksi dan mengobati benih nilem pada hari ke-3 sehingga mengalami kesembuhan dari serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Menurut Heath (1987) Masuknya larutan ekstrak buah mengkudu kedalam tubuh ikan bisa melalui insang, makanan, air yang diminum, dan melalui kulit.

7 Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nilem yang Terserang Penyakit MAS Setelah Pengobatan dengan Ekstrak Buah Mengkudu Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kematian benih ikan nilem yang di infeksikan bakteri Aeromonas hydrophila dengan penggunaan ekstrak buah mengkudu dalam perlakuan yang berbeda konsentrasi menghasilkan mortalitas yang berbeda-beda. Selama 14 hari masa pemeliharaan menunjukkan bahwa pada perlakuan A (kontrol) mengalami rata-rata kematian hingga akhir pengamatan yaitu sebanyak 10 ekor. Sedangkan pada perlakuan B (70 ppm) hingga akhir pengamatan mengalami kematian sebanyak 2 ekor. Pada perlakuan C (90 ppm) mengalami kematian sebanyak 3 ekor. Pada perlakuan D (110 ppm) hanya ada 1 ekor ikan yang mati hingga akhir masa pemeliharaan. Pada perlakuan E (130 ppm) ada 2 ekor ikan yang mati (Tabel 3). Tabel 3. Mortalitas Benih Ikan Nilem Sesudah Direndam dengan Ekstrak Buah Mengkudu. P Mortalitas ikan uji hari ke- pengamatan Jumlah ikan Ratarata ikan mati hidup mati A ,3 A ekor A B ,3 B ekor B C ,6 C ekor C D ,3 D ekor D E ekor E E Keterangan : P : perlakuan A : perendaman 0 ppm ekstrak buah mengkudu B : perendaman 70 ppm ekstrak buah mengkudu C : perendaman 90 ppm ekstrak buah mengkudu D : perendaman 110 ppm ekstrak buah mengkudu E : perendaman 130 ppm ekstrak buah mengkudu 1,2,3 : pengulangan

8 32 Berdasarkan hasil sidik ragam (lampiran 7) menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak buah mengkudu untuk pengobatan penyakit MAS pada benih ikan nilem dengan perendaman 24 jam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan nilem pada setiap perlakuan. Hasil uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan A (0 ppm), C (90 ppm), dan D (110 ppm) berbeda nyata, sedangkan perlakuan B (70 ppm) dan E (130 ppm) tidak memberikan perbedaan yang nyata (Tabel 4). Tabel 4. Rata-Rata Kelangsungan Hidup Ikan Nilem setelah direndam Ekstrak Buah Mengkudu dan Signifikasi Perlakuan Kosentrasi ekstrak buah mengkudu (ppm) (A) 0 (B) 70 (C) 90 (D) 110 (E) 130 Kelangsungan hidup (%) 31,1 84,46 75,53 97,76 86,66 Hasil transformasi Ke- Arcsin 33,86 66,88 65,26 88,63 72,5 Signifikasi Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada pengaruh yang berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. Pada Tabel 4 terlihat bahwa benih nilem pada perlakuan A atau kontrol (0 ppm) yaitu yang tidak direndam dalam ekstrak buah mengkudu menghasilkan kelangsungan hidup lebih rendah dibandingkan dengan benih nilem yang direndam dalam ekstrak buah mengkudu yaitu perlakuan B (70 ppm), C (90 ppm), D (110 ppm) dan E (130 ppm). Hal ini memperlihatkan bahwa eksrak buah mengkudu mengandung zat aktif sebagai anti bakteri yaitu Acubin, L asperuloside, alizarin, Antraquinon dan Flavonoid yang dapat menghambat serangan bakteri Aeromonas hydrophila pada benih, maka dari itu kematian benih nilem yang terserang Aeromonas pun dapat ditekan. Pada perlakuan A (tanpa direndam dalam ekstrak mengkudu) persentasi kelangsungan hidup benih ikan nilem hingga akhir masa pemeliharaan hanya 31,1%. Pada kondisi ini benih nilem yang terserang Aeromonas hydrophila hanya mengandalkan antibodi alami yang dibentuk tubuh dalam kondisi normal, hal ini a c b d c

9 33 mengakibatkan ikan lemah hingga mengalami kematian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang diberi ekstrak buah mengkudu. Pada perlakuan B (70 ppm) presentase kelangsungan hidup benih ikan nilem sebesar 84,46%. Sedangkan pada perlakuan C (90 ppm) presentase kehidupan 75,53% sementara perlakuan D (110 ppm) merupakan perlakuan yang paling efektif dengan presentase kelangsungan hidup tertinggi yaitu 97,76% dan perlakuan E (130 ppm) memiliki presentase kehidupan 86,66%. Perbedaan presentasi kelangsungan hidup pada setiap perllakuan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan bahan aktif antibakteri pada setiap konsentrasi. Pada perlakuan B (70 ppm) dan E (130 ppm) memberikan kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata dan lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan D (110 ppm). Pada perakuan B konsentrasi ekstrak buah mengkudu yang diberikan belum optimal dalam menghambat serangan bakteri Aeromonas hydrophila, sehingga kematian benih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan D (Tabel 3). Dilihat dari mortalitasnya, perlakuan mengalami kematian pada hari ke-2 hingga hari ke-4 sebanyak 15,54%. Dan dilihat dari gejala klinisnya, perlakuan B mengalami penyembuhan mulai hari ke-5 setelah dilakukan perendaman. Diduga sebelum ekstrak buah mengkudu bekerja maksimal mengobati luka dan tukak, benih ikan nilem yang sudah terserang MAS dan rentan terhadap penyakit tidak kuat lalu mengalami kematian karena kurangnya konsentrasi pemberian ekstraknya sendiri. Pada perlakuan E (130 ppm) menghasilkan kelangsungan hidup yang cenderung sama dengan perlakuan B (70 ppm), namun perlakuan E tetap lebih baik presentase kelangsungan hidup yang diperoleh sebesar (86,66%). Dan dari gejala klinis juga perlakuan E mengalami penyembuhan mulai dari hari ke-3 setelah perendaman ekstrak buah mengkudu. Hal ini di sebabkan karena terlalu besarnya konsentrasi ekstrak buah mengkudu yang diberikan pada saat perendaman sehingga ekstrak buah mengkudu menjadi toksik. Buah mengkudu mengandung saponin, dimana saponin dapat menyebabkan keracunan pada ikan nilem. Harborne (1987) mengungkapkan bahwa senyawa saponin dalam konsentrasi tinggi yang melewati batas toleransi tubuh dapat menimbulkan

10 34 keracunan bahkan sering mematikan. Dan dari uji pendahuluan LC50 24jam diketahui bahwa konsentrasi sebesar 123 ppm merupakan LC10 yang berarti dengan konsentrasi 123 ppm dapat membunuh 10% benih ikan nilem mati pada perendaman 24 jam dengan ekstrak buah mengkudu. Sedangkan pada perlakuan C (90 ppm) memberikan kelangsungan hidup sebesar 75,53%. Di duga kondisi tubuh benih ikan nilem yang sudah terinfeksi MAS menjadi lemah sudah tidak bisa mentolerir serangan bakteri Aeromonas hydrophila, sehingga hari ke-2 banyak terjadi kematian pada benih ikan nilem dan juga diduga benih nilem pada perlakuan C memiliki antibodi alami yang rendah hingga tidak kuat terhadap serangan Aeromonas hydrophila, akibatnya terjadi kematian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ganiswara (1995) bahwa antibodi tubuh yang terbentuk secara alami pada ukuran benih masih rentan terhadap serangan penyakit, sehingga diperlukan senyawa atau zat dari luar tubuh yang dapat merespon kerja antibodi dengan baik. Perlakuan D (110 ppm) merupakan perlakuan dengan presentase kelangsungan hidup tertinggi yaitu 97,76%. Dari gejala klinis juga perlakuan D mengalami penyembuhan pada hari ke-2 setelah perendaman. Berdasarkan pengamatan selama masa pemeliharaan, zat aktif yang terdapat pada ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi 110 ppm dapat menghambat serangan bakteri Aeromonas hydrophila yang menyebabkan penyakit MAS pada benih ikan nilem. Menurut Mursito (2005) dalam Hasnah (2009), Zat aktif yang terkandung dalam buah mengkudu antara lain minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan antrakuinon. Menurut Bangun dan Sarwono (2005) dalam Hasnah (2009) bahwa kandungan lainnya adalah terpenoid, asam askorbat, scolopetin, serotonin, damnacanthal, resin, glikosida, eugenol dan proxeronin. Zat aktif ini bersamasama melawan bakteri Aeromonas hydrophila dan menyembuhkan penyakit MAS. Menurut Djauhariya (2013) flavonoid merupakan senyawa antibakteri yang paling banyak terdapat pada buah mengkudu. Flavonoid bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan peptidoglikan yang juga bersifat polar pada bakteri dari pada lapisan lipid yang nonpolar. Seperti pernyataan Dewi (2010) aktivitas penghambatan ekstrak mengkudu pada bakteri Aeromonas hydrophila

11 35 menyebabkan terganggunya fungsi dinding sel sebagai pemberi bentuk sel dan melindungi sel dari lisis osmotik. Dengan terganggunya dinding sel akan menyebabkan lisis pada sel. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak buah mengkudu berfungsi sebagai penambah antibodi selain antibodi alami yang dimiliki oleh tubuh ikan. Ekstrak buah mengkudu juga terbukti memiliki zat antibakteri yang dapat menyembuhkan penyakit MAS dengan hasil presentasi kelangsungan hidup perlakuan yang ditambahkan ekstrak buah mengkudu berbeda nyata dengan kontrol tanpa perendaman dengan ekstrak buah mengkudu. Pelczer dan Chan (1997) berpendapat bahwa mekanisme zat antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrien dapat mengalami dehidrasi sehingga menyebabkan membran sel menjadi rusak dan mengalami kematian. Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkungannya. Effendie (2003) mengungkapkan bahwa kualitas air yang baik dapat menunjang kelangsungan hidup ikan. Hasil pengukuran kualitas air yang diperoleh selama penelitian memperlihatkan bahwa kisaran suhu rata-rata pada saat penelitian berada pada nilai optimal. Menurut Soeseno (1986) Kisaran suhu yang diperlukan dalam pembudidayaan ikan nilem adalah anatara 18 0 C 28 0 C. Kehidupan ikan nilem mulai terganggu apabila suhu perairan menurun sampai 9 o C 10 o C atau meningkat di atas 30 o C. Aktivitas nilem terhenti pada perairan yang suhunya dibawah 4 o C atau di atas 38 o C. Tabel 5. Kualitas Air selama Penelitian Perlakuan Suhu ( o C) ph DO (mg/l) A (0 ppm) B (70 ppm) C (90 ppm) D (110 ppm) E (130 ppm) ,89 7,34 7,55 7,55 7,32 4,01 4,22 4,18 4,65 4,39 Optimal a 6,5-8,5 b 3-5 b Keterangan : a Soeseno (1986), b Boyd (1990),

12 36 Derajat keasaman (ph) selama penelitian di atas kisaran ph optimal, menurut Boyd (1990) Derajat keasaman (ph) yang ideal bagi kehidupan ikan berkisar antara 6,5-8,5. Kisaran kandungan oksigen terlarut (DO) pada saat penelitian berada pada kisaran optimal sesuai dengan pernyataan Boyd (1990) kadar oksigen terlarut yang baik dalam perairan minimal 3 mg/l dan optimal 5 mg/l. Jadi dapat dikatakan bahwa ikan pada perlakuan mengalami kematian bukan karena kualitas air yang buruk. Berdasarkan analisis regresi terbukti adanya pengaruh dari perendaman dengan ekstrak buah mengkudu terhadap tingkat kelangsungan hidup pada benih ikan nilem yang terkena penyakit MAS yang disebabkan oleh infeksi dari bakteri Aeromonas hydrophila (lampiran 8). Dari hasil analisi regresi terlihat bahawa antara konsentrasi ekstrak buah mengkudu dan kelangsungan hidup benih ikan nilem yang terkena penyakit MAS yang disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophila menghasilkan hubungan kuadratik, dengan hasil persamaan sebagai berikut Y = -41,31 x² + 98,26 x + 31,2. Setelah dilakukan analisis regresi hingga mendapatkan persamaan hubungan kuadratik, dilakukan lagi analisis hingga mendapatkan nilai R² sebesar 0, Dari nilai R² dapat diketahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak buah mengkudu yang diberikan pada perendaman terhadap kelangsungan hidup benih ikan nilem yang terkena MAS adalah sebesar 87,95%. Dari hasil ini terbukti bahwa ekstrak buah mengkudu dapat mengobati penyakit MAS yang menyerang benih ikan nilem yang disebabkan oleh serangan bakteri patogen yaitu Aeromonas hydrophila.

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas sebagai ikan uji yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dilakukan dengan mengamati kerusakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan air tawar yang termasuk kedalam famili Cyprinidae yang bersifat herbivore. Ikan ini menyebar di Asia Tenggara, di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kandungan Metabolit Sekunder Daun Rhizophora mucronata Lamk. Kandungan metabolit sekunder pada daun Rhizophora mucronata Lamk. diidentifikasi melalui uji fitokimia. Uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya 1 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1. Subjek Penelitian Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya hambat Streptococcus mutans secara in vitro maka dilakukan penelitian pada plate

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil pengamatan kelangsungan hidup larva ikan Nilem selama 15 hari dengan pemberian Artemia yang diperkaya dengan susu bubuk afkir 0,3 g/l, 0,5 g/l,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini di masyarakat angka kejadian infeksi masih tinggi dan masih banyak infeksi tersebut dikarenakan oleh infeksi bakteri. Salah satu bakteri penyebab adalah Staphylococcus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c)

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c) Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka (a) (b) (c) (d) (e) Keterangan : (a) Daun nangka segar dicuci kemudian dikeringkan (kering udara). (b) Daun nangka kering dihaluskan dengan cara diblender. (c)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ekstrak Daun Mengkudu dan Saponin Dosis pemberian ekstrak daun mengkudu meningkat setiap minggunya, sebanding dengan bobot badan ayam broiler setiap minggu. Rataan konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Parameter pada penelitian pembesaran ikan lele ini meliputi derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, perhitungan jumlah bakteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Taksonomi Klasifikasi atau pengelompokkan ikan lele dumbo menurut Bachtiar (2007) adalah sebagai berikut : Filum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan tanaman khas Indonesia yang telah dimanfaatkan untuk berbagai pengobatan. Beberapa bagian tanaman tersebut telah mengalami pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh para pembudidaya karena berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kerugian yang terjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengambilan Sampel Ascidian Didemnum molle Pengambilan sampel dilakukan pada Bulan Maret 2013 di perairan Kepulauan Seribu meliputi wilayah Pulau Pramuka, Pulau Panggang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh berupa data identifikasi bakteri uji, data uji LD 50, data uji in vitro, dan data uji in vivo. Data hasil uji in vivo antara lain persentase akumulasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilaksanakan di laboratorium bioteknologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad, tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang diduga memiliki khasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Dalam memenuhi besarnya permintaan terhadap persediaan ikan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi sari kulit buah naga merah sebagai perendam daging sapi terhadap total bakteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kecerahan Warna Timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid dari makanan alami (Simpson et al. 1981 dalam Utomo dkk 2006), sedangkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi sehingga digemari banyak orang. Selain itu telur mudah diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan 4.1.1 Kultur Bakteri Vibrio harveyi Isolat bakteri Vibrio harveyi murni diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara (BBPBAP

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Pertumbuhan Bobot dan Panjang Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Setelah 112 hari pemeliharaan benih ikan selais (Ompok hypophthalmus) didapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daya Rekat Telur Ikan Komet Daya rekat merupakan suatu lapisan pada permukaan telur yang merupakan bagian dari zona radiata luar yang mengandung polisakarida dan sebagian

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam bentuk sediaan obat kumur terhadap bakteri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, tempat dan waktu penelitian.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang 1 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai efek antifungi ekstrak etanolik seledri (Apium graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro

Lebih terperinci

Gambar 10. Hasil Negatif Alkaloid Sargassum crassifolium

Gambar 10. Hasil Negatif Alkaloid Sargassum crassifolium BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Kandungan Metabolit Sekunder Sargassum crassifolium Sampel kering Sargassum crassifolium yang telah dihaluskan ditimbang 0,5 gram dengan menggunakan timbangan analitik untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu PENDAHULUAN Latar Belakang Indikator keberhasilan dalam usaha budidaya ikan adalah kondisi kesehatan ikan. Oleh karena itu masalah penyakit merupakan masalah yang sangat penting untuk ditangani secara

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Uji Identifikasi Fitokimia Uji identifikasi fitokimia hasil ekstraksi lidah buaya dengan berbagai metode yang berbeda dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif kandungan senyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi bervariasi jenisnya yaitu bahan cetak yang bersifat elastis dan non-elastis. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan hal yang sering terjadi dan dapat mengenai semua orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut Sumarji (2009), luka adalah

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ikan merupakan hal yang sangat dihindari dalam budidaya ikan. Penyakit ikan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi pembudidaya karena ikan yang terinfeksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2 Hasil Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi. Bahan yangdigunakan adalah ekstrak etanol daun sirih merah (Piper

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.L Diameter Koloni jamur Colletotrichum capsici pada Medium PDA (mm) secara In-vitro Hasil pengamatan pada perlakuan berbagai konsentrasi ekstrak buah mengkudu memberikan memberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian obat kumur ekstrak etanol tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus acidophilus secara in vitro merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan patin siam (P. hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi air tawar yang bernilai ekonomis penting karena beberapa kelebihan yang dimiliki seperti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui 41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Udang windu merupakan komoditas perikanan laut yang memiliki peluang usaha cukup baik karena sangat digemari konsumen lokal (domestik) dan konsumen luar negeri. Hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian berjudul Efektivitas Ekstrak Buah Salak Pondoh Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan Desember 2016

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Darah Gambaran darah merupakan salah satu parameter yang menjadi indikasi adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi (mikroorganisme)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset Ikan Hias Depok. Penelitian berlangsung pada tanggal 15 Agustus hingga 5 Oktober 2012. Penelitian diawali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman yang berkhasiat

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Pertumbuhan Bobot, Panjang, dan Biomassa Peningkatan bobot rerata dan biomassa ikan sidat yang diberi perlakuan perendaman hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerusakan Hati Ikan Mas Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak mengalami kerusakan. Menurut Carlton (1995) dalam Permana (2009) ada dua alasan yang menyebabkan

Lebih terperinci

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06 6 HASIL Kadar Air dan Rendemen Hasil pengukuran kadar air dari simplisia kulit petai dan nilai rendemen ekstrak dengan metode maserasi dan ultrasonikasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Hasil perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan bahan alam yang berasal dari tumbuhan sebagai obat tradisional telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk menangani berbagai masalah kesehatan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah diadaptasi selama tujuh hari mencit kelompok 1, 2 dan 3 diinfeksi dengan bakteri Shigella dysenteriae 0,5 ml secara oral pada hari kedelapan dan hari kedua

Lebih terperinci

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

HAMA DAN PENYAKIT IKAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN I. MENCEGAH HAMA DAN PENYAKIT IKAN Hama dan penyakit ikan dapat dibedakan berdasarkan penyerangan yaitu hama umumnya jenis organisme pemangsa (predator) dengan ukuran tubuh lebih

Lebih terperinci

MORTALITAS LARVA 58 JAM

MORTALITAS LARVA 58 JAM 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh filtrat daun tanaman bunga pagoda terhadap mortalitas larva Aedes aegypti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan dan kematian di seluruh dunia, terutama pada anak-anak di berbagai negara. Menurut Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal 6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Molase Perhitungan untuk molase adalah sebagai berikut :

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Molase Perhitungan untuk molase adalah sebagai berikut : LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Molase Perhitungan untuk molase adalah sebagai berikut : CH = N %C x E /(C /N) Keterangan : CH :Jumlah karbon yang harus ditambah. N :Degradasi residu N oleh

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci

Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya Mentah (Carica papaya L.) Dalam Pengobatan Benih Ikan Nila Yang Terinfeksi Bakteri Streptococcus agalactiae

Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya Mentah (Carica papaya L.) Dalam Pengobatan Benih Ikan Nila Yang Terinfeksi Bakteri Streptococcus agalactiae Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VI No. 2 (1)/Desember 2015 (2331) Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya Mentah (Carica papaya L.) Dalam Pengobatan Benih Ikan Nila Yang Terinfeksi Bakteri Streptococcus agalactiae

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ini telah dilaksanakan pada percobaan uji mikrobiologi dengan menggunakan ekstrak etanol daun sirih merah. Sebanyak 2,75 Kg daun sirih merah dipetik di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit, mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shigellosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ditemukan diseluruh dunia terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara maju diperkirakan insiden

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan dikonsumsi oleh manusia sejak beberapa abad yang lalu. Ikan banyak dikenal karena termasuk lauk pauk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) 2.1.1 Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Menurut Saanin jilid 2 (1995), klasifikasi ikan gurami (Osphronemus gouramy) adalah sebagai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lapangan, Departemen Budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren (Arenga pinnata) sejenis minuman yang merupakan hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih menjadi permasalahan utama kesehatan di Indonesia (Kuswandi et al., 2001). Rendahnya tingkat ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Abad 20 merupakan era dimana teknologi berkembang sangat pesat yang disebut pula sebagai era digital. Kemajuan teknologi membuat perubahan besar bagi peradaban

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan plat resin akrilik

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Uji Postulat Koch

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Uji Postulat Koch II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian 2.1.1 Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Pewarnaan Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Pembenihan Ikan dan Kolam Percobaan Ciparanje untuk penelitian pendahuluan

Lebih terperinci