Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan kekebalan tubuhnya. Jumlah sel darah putih ikan lele dumbo yang diuji dalam penelitian ini pada minggu ketiga, yaitu minggu terakhir aklimatisasi dihitung jumlahnya dan dirata-rata sebagai jumlah awal sel darah putih ikan lele dumbo, yaitu sebanyak sel/ml (Lampiran 6). Sejalan dengan pendapat Bond (1977), yaitu jumlah sel darah putih pada ikan normal berkisar antara sel/ml Jumlah Sel Darah Putih A B C D = Vitamin A = Vitamin C = Vitamin E = Vitamin A, C, dan E Minggu Ke- Keterangan : a. Minggu ke-3 merupakan minggu pemeliharaan dengan pakan komersil b. Minggu ke-4 merupakan minggu pemeliharaan dengan pakan yang telah tambahkan vitamin c. Minggu ke-5 dan ke-6 merupakan minggu saat bakteri pseudomonas fluorescens telah diinfeksikan Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu Pada Gambar 4 terlihat bahwa selama penelitian jumlah sel darah putih pada minggu keempat meningkat yang menunjukkan bahwa pemberian vitaminvitamin mampu meningkatkan jumlah sel darah putih karena vitamin sebagai imunostimulan efektif dalam menstimulasi produksi sel darah putih sesuai dengan

2 pernyataan Sohne (2000) dalam Alifuddin dkk. (2001). Sedangkan peningkatan jumlah sel darah putih pada minggu kelima dan keenam selain karena peran vitamin sebagai imunostimulan juga menunjukkan bahwa ikan tersebut sedang mengalami infeksi bakteri. Jumlah sel darah putih terbanyak terlihat pada perlakuan D, perlakuan dengan pemberian kombinasi vitamin A, C dan E. Tingginya jumlah sel darah putih pada perlakuan ini karena kombinasi fungsi vitamin A berperan dalam menstimulasi produksi dan maturasi limfosit (Linder 1992) dan vitamin C yang berperan dalam menstimulasi respon imun nonspesifik, fagosit oleh neurofil dan monosit (Johnny dkk. 2005). Sedangkan jumlah sel darah putih terendah terlihat pada perlakuan C, perlakuan dengan pemberian vitamin E. Rendahnya jumlah sel darah putih pada perlakuan C (vitamin E) dibandingkan dengan perlakuan dengan penambahan vitamin A, vitamin C maupun vitamin kombinasi karena vitamin E berperan untuk meningkatkan jumlah trombosit/keping darah yang berfungsi dalam pembekuan darah serta berperan dalam menghasilkan protein kekebalan yang disebut interleukin-2, yang menginduksi perbanyakan sel darah putih. Oleh sebab fungsinya yang tidak langsung berdampak terhadap sel darah putih maka vitamin E membutuhkan waktu dalam meningkatkan jumlah sel darah putih. Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa ikan uji yang diberi pakan dengan vitamin A dan kombinasi vitamin A, B dan C memberikan pengaruh yang nyata terhadap penambahan jumlah sel darah putih (Lampiran 7). Hasil uji berjarak Duncan pada taraf 5% memperlihatkan bahwa perlakuan A (vitamin A) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E) berbeda nyata terhadap perlakuan B (vitamin C) dan C (vitamin E).

3 Tabel 1. Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Minggu Ke-4 (Pemeliharaan Dengan Pakan yang Telah Ditambahkan Vitamin) Jumlah Sel Darah Putih Perlakuan (sel/ml) Notasi Pada Minggu Ke-4 A (Vitamin A) b B (Vitamin C) a C (Vitamin E) a D (Vitamin A, C dan E) b Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Pada Tabel 2 terlihat bahwa jumlah sel darah putih pada perlakuan A (vitamin A) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E) menghasilkan jumlah sel darah putih yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan B (vitamin C) dan C (vitamin E). Tingginya jumlah sel darah putih pada perlakuan A (vitamin A), karena vitamin A berperan dalam menstimulasi produksi dan maturasi limfosit (Linder 1992), sedangkan pada perlakuan D (kombinasi vitamin A, C dan E) merupakan kombinasi fungsi vitamin A yang berperan dalam menstimulasi produksi dan maturasi limfosit (Linder 1992) dengan vitamin C yang berperan dalam menstimulasi respon imun non-spesifik, fagosit oleh neurofil dan monosit (Johnny dkk. 2005). Pada perlakuan B (vitamin C) dan C (vitamin E) memiliki jumlah sel darah putih yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan A (vitamin A) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E), karena vitamin E berperan untuk meningkatkan jumlah trombosit/keping darah yang berfungsi dalam pembekuan darah serta berperan dalam menghasilkan protein kekebalan yang disebut interleukin-2, yang menginduksi perbanyakan sel darah putihsehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk vitamin E dalam meningkatkan jumlah sel darah putih. Sedangkan belum diinfeksikannya bakteri pada ikan lele dumbo membuat vitamin C yang berperan dalam menstimulasi respon imun non-spesifik, fagosit oleh neurofil dan monosit (Johnny dkk. 2005) belum benar-benar terlihat, diduga pula bahwa konsentrasi vitamin C dalam penelitian ini konsentrasinya kurang dalam meningkatkan jumlah sel darah putih.

4 Pada minggu Ke-5 dan Ke-6 setelah penginfeksian bakteri, hasil analisis sidik ragam jumlah sel darah putih dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% (Lampiran 8 dan Lampiran 9) memperlihatkan bahwa perlakuan A (vitamin A) tidak berbeda nyata dengan perlakuan B (vitamin C) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E). Perlakuan B (vitamin C) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (vitamin A) dan C (vitamin E) namun berbeda nyata dengan perlakuan D (kombinasi vitamin A, C dan E). Perlakuan C (vitamin E) berbeda nyata dengan perlakuan A (vitamin A) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B (vitamin C). Perlakuan D (kombinasi vitamin A, C dan E) berbeda nyata dengan perlakuan B (vitamin C) dan C (vitamin E) namun tidak berbeda dengan perlakuan A (vitamin A). Tabel 2. Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Minggu Ke-5 dan Ke-6 Setelah Penginfeksian Bakteri Perlakuan Jumlah Sel Darah Putih (sel/ml) Minggu Ke-5 Minggu Ke-6 Notasi A (Vitamin A) bc B (Vitamin C) ab C (Vitamin E) a D (Vitamin A, C dan E) c Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa jumlah sel darah putih pada perlakuan A (vitamin A) dan D (kombinasi vitamin A, C dan E) lebih tinggi dari perlakuan B (vitamin C) dan C (vitamin E). Sama seperti minggu ke-4 (sebelum diinfeksikan bakteri), namun pada minggu ke-5 dan ke-6 memperlihatkan bahwa perlakuan B (vitamin C) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A (vitamin A) yang tidak sama dengan minggu ke-4 (sebelum diinfeksikan bakteri yang diberi pakan dengan penambahan vitamin). Hal ini terjadi karena vitamin C yang berperan dalam menstimulasi respon imun non-spesifik, fagosit oleh neurofil dan monosit (Johnny dkk. 2005) sudah mulai terlihat oleh karena bakteri sudah diinfeksikan sehingga jumlahnya meningkat lebih banyak, tidak sama dengan perlakuan C (vitamin E) yang hanya meningkat sedikit jumlahnya yaitu sebesar

5 sel/ml dari minggu ke-4 (sebelum diinfeksikannya bakteri) dan tetap menjadi perlakuan dengan jumlah sel darah putih terkecil, dapat terlihat selisih jumlah sel darah putih tesebut pada Tabel 4 berikut: Tabel 3. Peningkatan Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo pada Setiap Perlakuan Perlakuan Jumlah Sel Darah Putih (sel/ml) Minggu Ke-4 Minggu ke-5 Selisih (sel/ml) A (Vitamin A) B (Vitamin C) C (Vitamin E) D (Vitamin A, C dan E) Vitamin A dan vitamin C sebagai bahan imunostimulan dalam penelitian ini bekerja menekan komponen sistem kekebalan tubuh sejalan dengan pendapat Agrawal dan Singh Vitamin A yang berfungsi dalam menstimulasi produksi dan maturasi limfosit (Linder 1992), vitamin C yang berperan dalam menstimulasi respon imun non-spesifik, fagosit oleh neurofil dan monosit (Johnny dkk. 2005), sedangkan vitamin E meningkatkan jumlah dan agragasi trombosit juga berperan menghasilkan protein kekebalan yang disebut interleukin-2, yang menginduksi perbanyakan sel darah putih (Combs 1998) sehingga dapat diduga bahwa kombinasi ketiganya meningkatkan aktivitas sel pembunuh alami yang membuat sel darah putih dalam tubuh lebih agresif melawan dan mencegah infeksi dari berbagai macam mikroorganisme (Linder 1992) yang dalam hal ini adalah bakteri Pseudomonas. Pada penelitian ini terlihat bahwa kombinasi ketiganya meningkatkan sel darah putih yang paling tinggi dari pada perlakuan masingmasing vitamin. Sel darah putih pada ikan merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh yang bersifat non-spesifik. Sel-sel ini berfungsi untuk memangsa pathogen yang masuk ke dalam tubuh.

6 1.2 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Lele Dumbo Grafik kelangsungan hidup harian selama masa infeksi (Gambar 5) memperlihatkan bahwa pemberian vitamin A, C, E maupun kombinasi vitamin ketigannya bekerja dengan baik dalam menjaga ketahanan ikan lele dumbo terhadap infeksi Pseudomoniasis. Terlihat bahwa setelah hari kedelapan penginfeksian, kelangsungan hidup ikan lele dumbo menjadi stabil. Gambar 2. Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo Harian Nilai perhitungan rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo (Lampiran 10) selama masa penginfeksian disajikan dalam grafik pada Gambar 6 berikut : Gambar 3. Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo Dengan Pemberian Vitamin yang Berbeda

7 Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo tertinggi sebesar 97.5% terdapat pada perlakuan D yaitu perlakuan dengan penambahan kombinasi vitamin A, C dan E dalam pakan. Tingginya tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan D (kombinasi vitamin A, C dan E) karena selain menambah jumlah sel darah putih yang meningkatkan imunitas sehingga melindungi tubuh dari serangan bakteri, vitamin A bermanfaat dalam mendukung proses pembaharuan kulit atau regenerasi sel-sel kulit (Linder 1992), vitamin C dapat mempercepat proses penyembuhan luka dengan merangsang prolin dan lisin dalam pembentukkan kolagen (Muray et al. 1999), serta vitamin E yang berperan dalam memelihara integritas semua sel termasuk kulit (Combs 1998), sehingga kombinasi ketiganya sangat baik dalam meningkatkan kelangsungan hidup. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup yang terendah terdapat pada ikan lele dumbo dengan perlakuan C yaitu perlakuan dengan penambahan vitamin E pada pakan, hal ini terjadi karena fungsi vitamin E yang hanya dapat memelihara integritas semua sel termasuk kulit (Combs 1998) juga berperan menghasilkan protein kekebalan yang disebut interleukin-2, yang menginduksi perbanyakan sel darah putih membutuhkan waktu dalam prosesnya, sehingga perlindungan dari sel darah putih dalam maningkatkan imunitas terhadap infeksi kurang efektif. Vitamin A, C dan E dalam penelitian ini selain meningkatkan sel darah putih, juga berfungsi dalam melindungi kulit dengan memelihara fungsi sel dan perkembangannya terutama sel-sel goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis dan mengeluarkan sel mukus atau lendir (Linder 1992) yang sebagaimana diketahui bahwa lendir pada ikan merupakan pelindung tubuh pertama yang bekerja dari serangan benda asing di luar tubuh, selain itu vitamin C dapat mempercepat reaksi kelompok hidroksilasi dengan formulasi kolagen dalam pemeliharaan keseimbangan alami kulit (Mahardika et al. 2004). Terlihat dari gejala klinis yang terjadi saat penelitian, dimana pada setiap perlakuan didominasi oleh ikan uji dengan gejala bercak merah saja dan hanya beberapa yang terkena kerusakan lebih lanjut. Hasil analisis sidik ragam nilai rata-rata tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo menyatakan bahwa keempat perlakuan tidak memberikan perbedaan

8 yang nyata (Lampiran 11), namun nilai persentase hasil uji statistik (Tabel 5) memperlihatkan perlakuan D (kombinasi vitamin A, C dan E) dalam penelitian ini memberikan kecenderungan kelangsungan hidup yang tertinggi yaitu sebesar 97,5%. Tabel 4. Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo Perlakuan Jumlah Ikan Awal (No) Jumlah Ikan Akhir (Nt) Tingkat Kelangsungan Hidup (%) A (Vitamin A) 20 19,3 96,3 B (Vitamin C) 20 18,0 90,0 C (Vitamin E) 20 17,5 87,5 D (Vitamin A, C dan E) 20 19,5 97,5 1.3 Gejala Klinis Ikan Lele Dumbo Pengamatan gejala klinis ikan lele dumbo yang diinfeksi dengan bakteri P. fluorescens dilakukan dengan melihat kerusakan yang timbul pada permukaan kulit tubuh ikan lele dumbo. Pada kurun waktu 24 jam setelah dilakukan penyuntikan bakteri P. fluorescens belum muncul gejala klinis pada permukaan kulit tubuh ikan lele dumbo, namun ikan lele dumbo terlihat bergerak lambat. Pada hari ke-2 pengamatan, gejala klinis muncul dengan terlihatnya bercak merah pada permukaan kulit tubuh ikan lele dumbo (Gambar 7) sebagai tanda bahwa bakteri sudah beradaptasi dan mendegradasi jaringan kulit ikan lele dumbo dengan tujuan mencari nutrisi untuk kelangsungan hidupnya. Gambar 4. Bercak Merah pada Kulit Ikan Lele Dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)

9 Pada hari ketiga setelah penginfeksian, terjadi kerusakan pada sirip dan kulit serta permukaan tubuh menghasilkan lendir yang berlebih (Gambar 8) yang mengindikasikan bahwa bakteri telah berhasil memperbanyak diri sehingga kerusakan kulit pada ikan lele dumbo lebih banyak. Gambar 5. Kerusakan Sirip dan Kulit Ikan Lele Dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013) Pada hari kelima setelah penginfeksian, perut ikan lele dumbo menjadi kembung dan terlihat pendarahan didalamnya (Gambar 9). Infeksi bakteri yang banyak telah mengalami fase stasioner sehingga pendegradasian jaringan berhasil hingga masuk ke dalam tubuh dan mulai menginfeksi organ dalam ikan lele dumbo seperti hati, usus dan ginjal. Gambar 6. Pendarahan, Perut Kembung (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013) Pada hari keenam setelah penginfeksian, sirip dan ekor ikan lele dumbo rontok serta terjadi pendarahan pada tubuh ikan lele dumbo (Gambar 10). Bakteribakteri yang telah menginfeksi ikan lele dumbo akan mengalami fase kematian sehingga memerlukan nutrisi lebih banyak untuk kelangsungan hidupnya yang

10 mengakibatkan baik tubuh ikan lele dumbo bagian luar maupun bagian dalam rusak hebat, seperti ekor yang membusuk dan pendarahan pada organ dalam tubuh. Gambar 7. Sirip dan Ekor Busuk Serta Pendarahan (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013) Penambahan vitamin A, C dan E pada pakan ikan lele dumbo, memberikan kelangsungan hidup yang relatif tinggi hingga akhir penelitian. Ini menunjukkan bahwa vitamin A, vitamin C maupun vitamin E bekerja dalam meningkatkan ketahanan ikan lele dumbo. Vitamin A dapat menstimulasi respon imun dengan membuat sel darah putih serta antibodi dalam tubuh lebih agresif melawan dan mecegah infeksi antigen juga memelihara fungsi sel dan perkembangannya pada kulit terutama sel goblet yang mengeluarkan sel mukus atau lendir (Linder 1992) yang sebagaimana diketahui bahwa lendir pada ikan merupakan pelindung tubuh pertama yang bekerja dari serangan mikroorganisme di luar tubuh yang membahayakan, serta mempertahankan perkembangan epiteal sehingga mempecepat penyembuhan luka. Vitamin C mempunyai fungsi meningkatkan respon imun non-spesifik dengan membantu mempercepat produksi sel darah putih (Johnny et al. 2005), juga mempercepat reaksi kelompok hidroksilasi prolin dan lisin dalam pembentukan kolagen guna memelihara keseimbangan alami kulit beserta jaringannya sehingga mempercepat penyembuhan luka (Mahardika et al. 2004).

11 Vitamin E memiliki fungsi meningkatkan jumlah dan agragasi trombosit dan memelihara integritas membran semua sel termasuk pada kulit (Combs 1998) sehingga dapat terhindar/meminimalisir apabila akan terjadi pengrusakan. Setelah terjadi fase kematian bakteri di hari kedelapan, kelangsungan hidup ikan lele dumbo mulai stabil. Setelah hari kedelapan, ikan lele dumbo yang hidup merupakan ikan dengan gejala klinis bercak merah dan kerusakan pada sirip (Gambar 11). Hal ini membuktikan bahwa vitamin A, C, E maupun kombinasi vitamin A, C dan E mampu meningkatkan imunitas ikan lele dumbo sehingga menghambat bakteri dalam memberikan kerusakan yang lebih parah pada permukaan kulit tubuh ikan lele dumbo. Gambar 8. Kerusakan Kulit dan Sirip Ikan Lele Dumbo pada Akhir Penelitian (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)

12 Secara garis besar gejala klinis setiap perlakuan yang timbul selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 5. Gejala Klinis yang Timbul Selama Penelitian Perlakuan Gejala Klinis A (Vitamin A) x B (Vitamin C) x x x - C (Vitamin E) x x x x D (Vitamin A, C dan E) x Keterangan : 1. Bercak merah (ringan) 2. Kerusakan sirip dan kulit (sedang) 3. Pendarahan (parah) 4. Sirip dan ekor busuk (sangat parah) Pada Tabel 6 di atas terlihat bahwa kerusakan sangat parah terjadi pada perlakuan C (perlakuan dengan penambahan vitamin E) dengan gejala klinis sirip dan ekor busuk. Keseluruhan ikan lele dumbo selama penelitian mengalami gejala becak merah (ringan) pada hari kedua setelah penginfeksian dan menyebabkan kematian pada semua perlakuan sebanyak 1 2 ekor. Kerusakan sirip dan kulit (gejala sedang) yang terjadi pada hari ketiga menyebabkan empat ekor ikan lele dumbo pada perlakuan B (vitamin C) mati. Perut kembung dan pendarahan (gejala parah) yang terjadi pada hari kelima menyebabkan satu ekor ikan lele dumbo pada perlakuan B (vitamin C) dan lima ekor ikan lele pada perlakuan C (vitamin E) mati. Sirip dan ekor busuk disertai pendarahan (gejala sangat parah) yang terjadi pada hari keenam menyebabkan empat ekor ikan lele dumbo pada perlakuan C (vitamin E) mati. Ikan lele dumbo yang hidup disetiap perlakuan hingga akhir penelitian merupakan ikan dengan gejala klinis bercak merah (gejala ringan). Penambahan kombinasi vitamin A, C dan E kedalam pakan menjadi lebih baik dalam membantu meningkatkan ketahanan ikan lele dumbo terhadap penyakit Pseudomoniasis baik dari dalam tubuh (peningkatan jumlah sel darah putih) maupun dari luar tubuh, yaitu ketahanan sel-sel pada kulit serta mukosa (gejala klinis).

13 Pada Tabel 7 berikut merupakan hasil pengamatan dari beberapa parameter yang diamati dengan perlakuan yang berbeda untuk mengetahui efektivitas penambahan vitamin yang dapat mencegah infeksi penyakit Pseudomoniasis. Tabel 6. Efektivitas Penambahan Vitamin Kedalam Pakan Terhadap Jumlah Sel Darah Putih, Kelangsungan Hidup, dan Gejala Klinis Untuk Mencegah Penyakit Pseudomoniasis Parameter yang Diamati Perlakuan Jumlah Sel Darah Putih (sel/ml) Kelangsungan Hidup (%) A (vitamin A) ,3 1 B (vitamin C) ,0 3 C (vitamin E) ,5 4 D (vitamin A, C dan E) ,5 1 Keterangan : 1. Bercak merah (ringan) 2. Kerusakan sirip dan kulit (sedang) 3. Pendarahan (parah) 4. Sirip dan ekor busuk (sangat parah) Gejala Klinis Pada Tabel 7 di atas terlihat bahwa perlakuan D (perlakuan dengan penambahan kombinasi vitamin A, C dan E kedalam pakan) merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan jumlah sel darah putih dan nilai kelangsungan hidup tertinggi serta gejala klinis ringan, yaitu bercak merah. Pada Tabel 7 tersebut dapat dilihat pula bahwa vitamin A (perlakuan A) paling efektif dibandingkan vitamin C dan E yang digunakan pada penelitian ini dalam mencegah infeksi penyakit Pseudomoniasis, terlihat dari besarnya jumlah sel darah putih dan tingginya kelangsungan hidup, serta gejala klinis yang ringan yaitu bercak merah dibandingkan vitamin C dan E yang mencapai kerusakan parah hingga sangat parah yaitu pendarahan serta pembusukan pada ekor dan sirip.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan patin siam (P. hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi air tawar yang bernilai ekonomis penting karena beberapa kelebihan yang dimiliki seperti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat populer di masyarakat. Selain dagingnya yang enak, ikan mas juga memiliki nilai jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi dan dapat dipelihara pada padat penebaran tinggi. Ikan

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya yang banyak diminati oleh masyarakat.perkembangan dan perawatan lele dumbo yang mudah menjadi alasan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perubahan histopatologi trakea Parameter yang diperiksa pada organ trakea adalah keutuhan silia, keutuhan epitel, jumlah sel goblet, dan sel radang. Pada lapisan mukosa, tampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias sp.) merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidaya secara intensif hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan ikan lele dumbo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Sintasan Sintasan pada penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yakni setelah 30 hari perlakuan sinbiotik dan setelah uji tantang dengan IMNV selama 12 hari. Nilai

Lebih terperinci

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat PEMBAEIASAN Penambahan Spirulina platensis dalam pakan ikan sebanyak 296, 4% dan 6% baik secara kontinyu maupun diskontinyu dapat meningkatkan respon kekebalan ikan patin. Peningkatan ini dapat dilihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data KKP menunjukkan bahwa produksi ikan mas pada tahun 2010 mencapai 282.695 ton, dengan persentasi

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lele Dumbo Ikan lele dumbo (Clarias sp.) merupakan hasil persilangan dari dua spesies, yaitu Clarias fuscus dari Taiwan dan Clarias gariepinus dari Afrika (Agus 2001). Menurut

Lebih terperinci

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri A 2 lup biakan bakteri padat Inkubasi+shaker (suhu kamar, 18-24 jam) a b b b 0.1 ml 0.1 ml 0.1ml 1:10-1

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo (C. gariepinus). Ikan ini memiliki pertumbuhan yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo (C. gariepinus). Ikan ini memiliki pertumbuhan yang cepat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang memiliki potensi budidaya yang menjanjikan di Indonesia. Berbagai macam ikan dapat dibudidayakan, terutama ikan air tawar yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila 4.1.1 Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang diindikasikan mampu menyerang semua spesies ikan baik ikan air tawar maupun air laut, tergolong hama penyakit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui 41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta KESEHATAN IKAN Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta Penyakit adalah Akumulasi dari fenomena-fenomena abnormalitas yang muncul pada organisme (bentuk tubuh, fungsi organ tubuh, produksi lendir,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua karena infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara umum A. salmonicida merupakan penyebab utama penyakit infeksi pada ikanikan salmonid yang

Lebih terperinci

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Antibodi pada Mukus Ikan. Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh 21 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Antibodi pada Mukus Ikan Data tentang antibodi dalam mukus yang terdapat di permukaan tubuh tidak dapat disajikan pada laporan ini karena sampai saat ini masih dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang digemari masyarakat Indonesia dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal inilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Taksonomi Klasifikasi atau pengelompokkan ikan lele dumbo menurut Bachtiar (2007) adalah sebagai berikut : Filum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang sering dipelihara dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Alasan utama masyarakat memelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Konsumsi pada Perlakuan Kontrol Gabah, Beras, dan Jagung (No Choice Test) Hasil yang diperoleh dari pengujian konsumsi tikus terhadap umpan gabah, beras, dan jagung (no

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi dan gangguan kekebalan tubuh karena sistem imun spesifik dan non spesifik belum matang dengan sempurna sehingga periode

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda Hasil pengamatan secara mikroskopis yang dilakukan terhadap 90 ekor sampel ikan nila (Oreochromis nilotica),

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh dari formula ekstrak herbal terhadap sistem imunitas tubuh ayam dapat diperoleh dengan melihat aktivitas dan kapasitas makrofag peritoneum ayam yang telah ditantang

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cirebon Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Program/Semester : XI IPA/1 Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan.

BAB PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Imunologi imunitas alami dan imunitas perolehan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Kedudukan dan Reran Imunologi dalam Ilmu Kefarmasian Untuk mengerti bagaimana kedudukan dan peran imunologi dalam ilmu kefarmasian, kita terlebih dahulu harus mengetahui apakah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Uji Serum (Rapid Test) Pada Ikan Mas Yang Diberikan Pelet Berimunoglobulin-Y Anti KHV Dengan Dosis rendah Ig-Y 5% (w/w) Ikan Mas yang diberikan pelet berimunoglobulin-y anti

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA Oleh Kelompok 7 Vera Tri Astuti Hsb (071101030) Nova Winda Srgh (071101031) Hafizhoh Isneini P (071101032) Rini Sri Wanda (071101033) Dian P S (071101034) Kulit merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim PERAWATAN LUKA by : Rahmad Gurusinga A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka timbul, beberapa

Lebih terperinci