BAB I PENDAHULUAN I.1

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Abad 20 merupakan era dimana teknologi berkembang sangat pesat yang disebut pula sebagai era digital. Kemajuan teknologi membuat perubahan besar bagi peradaban manusia baik secara positif maupun negatif. Kemajuan teknologi membawa dampak positif berupa kemudahan dan kesejahteraan hidup, akan tetapi secara negatif kemajuan teknologi berimbas pada banyaknya kerusakan lingkungan yang terjadi akibat meningkatnya limbah disebabkan meningkatnya produktivitas industri. Semua ini menjadikan lingkungan hidup masyarakat menjadi semakin tidak sehat. Dampak negatif lain dari era kemajuan teknologi saat ini ialah pola hidup tidak sehat masyarakat. Masyarakat saat ini lebih memilih mengonsumsi produk makanan dan minuman instan yang ditambah dengan tingginya tingkat stres yang dialami masyarakat, kebiasaan merokok, dan kurangnya olahraga. Hal-hal tersebut dapat memicu timbulnya penyakit yang disebut penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh, yaitu dari keadaan normal menjadi keadaan yang lebih buruk. Penyakit degeneratif disebabkan oleh faktor usia juga pola hidup yang tidak sehat dan seimbang. Penyakit-penyakit yang tergolong penyakit degeneratif ialah penyakit jantung (kardiovaskular), asam urat, darah tinggi, stroke, kanker, gagal ginjal, diabetes melitus, dan lain-lain. Lembaga WHO (World Health Organization) pada tahun 2008 melaporkan bahwa terjadi 57 juta kematian di dunia dimana sebanyak 36 juta kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular (penyakit degeneratif) yang membunuh penduduk baik yang berusia tua maupun muda. WHO memprediksi bahwa akan terjadi peningkatan angka kematian akibat penyakit tidak menular tersebut dan pada tahun 2030 diperkirakan kematian akibat penyakit tidak menular dapat mencapai 52 juta jiwa (Anonim, 2012). 1

2 2 Antioksidan ialah zat yang berperan penting dalam upaya pencegahan maupun penyembuhan penyakit akibat efek terpapar radikal bebas. Lingkungan yang tercemar membuat manusia secara tidak langsung mengonsumsi radikal bebas dari lingkungannya. Pola konsumsi masyarakat kini cenderung mengonsumsi makanan dan minuman instan yang mengandung pengawet, penyedap, pewarna, dan zat-zat aditif lainnya. Adanya zat-zat tersebut juga secara tidak langsung menyumbangkan radikal bebas ke dalam tubuh. Radikal bebas inilah yang menjadi penyebab timbulnya penyakit degeneratif. Winarsi (2007) menjelaskan bahwa radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh akan menyerang biomakromolekul protein, asam lemak tak jenuh, lipoprotein serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Senyawa radikal bebas di dalam tubuh dapat merusak asam lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang berakibat dinding sel menjadi rapuh. Senyawa oksigen reaktif ini juga mampu merusak pembuluh darah sehingga meningkatkan pengendapan kolesterol dan menimbulkan arterosklerosis. Senyawa radikal bebas juga berpotensi merusak basa DNA sehingga mengacaukan sistem informasi genetika yang dapat berlanjut pada pembentukan sel kanker. Jaringan lipid juga akan dirusak oleh senyawa radikal bebas sehingga terbentuk peroksida yang memicu timbulnya penyakit degeneratif. Kerusakan molekul protein oleh senyawa oksigen reaktif dapat menimbulkan penyakit mata katarak. Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh ditunjukkan oleh rendahnya enzim antioksidan dan tingginya kadar MDA (malonaldehid) dalam plasma sel sehingga tubuh manusia membutuhkan zat antioksidan untuk membantu dalam melindungi tubuh dari serangan radikal bebas sekaligus meredam dampak negatifnya sehingga konsumsi bahan makanan yang mengandung antioksidan menjadi sangat penting bagi manusia saat ini. Seiring dengan tuntutan akan kebutuhan bahan pangan yang berantioksidan bagi masyarakat, para peneliti sains pun banyak yang mengembangkan penelitian dengan target untuk menemukan sumber antioksidan baru atau bertujuan untuk memberi bukti dan informasi ilmiah akan bahan makanan maupun jenis tanaman-tanaman herbal yang dipercaya secara empiris memiliki kandungan antioksidan. Indonesia adalah salah satu negara di dunia

3 3 yang memiliki koleksi tanaman herbal yang cukup berlimpah. Ada tanaman herbal asli Indonesia dan ada pula yang berasal dari negara-negara lain yang telah lama digunakan oleh masyarakat di Indonesia yang khasiatnya telah terbukti. Masyarakat Indonesia di masa lampau memercayakan pengobatan atas penyakitpenyakit dengan menggunakan jamu-jamuan yang diramu dari tanaman herbal. Seiring kemajuan zaman, masyarakat beralih menggunakan obat-obatan sintetis produk industri farmasi, namun karena mahalnya biaya pengobatan medis dan sebagian masyarakat khawatir akan efek samping dari penggunaan obat-obatan sintetis sehingga saat ini justru sebagian masyarakat ada yang kembali memercayakan upaya penyembuhannya melalui metode pengobatan alternatif dengan tanaman herbal. Fenomena ini pun semakin mendorong pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah mengenai tanaman herbal. Berbagai tanaman herbal yang pada masa sebelumnya pernah digunakan untuk pengobatan kembali digali informasi akan khasiatnya. Salah satu tanaman yang saat ini banyak dicari masyarakat adalah tanaman binahong. Tanaman binahong bukan berasal dari Indonesia, melainkan berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini tak hanya populer di Indonesia, juga di Cina, Vietnam, Thailand, India, dan beberapa negara lainnya. Binahong digunakan baik daun, batang, umbi bahkan bunganya. Binahong kebanyakan dipakai sebagai obat untuk menyembuhkan luka. Air rebusannya juga dipercaya dapat mengobati penyakit berat lain, seperti maag, diabetes, gagal ginjal bahkan ada yang percaya dapat mengobati kanker. Bagian tanaman yang paling populer di kalangan masyarakat adalah daunnya. Daun binahong telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan juga digunakan sebagai salah satu bahan masakan. Khasiat tanaman binahong yang begitu banyak diduga berasal dari zat-zat antioksidan yang terkandung di dalamnya. Tanaman binahong yang semakin fenomenal begitu menarik perhatian untuk diteliti. Beberapa pihak pun telah melakukan penelitian terhadap binahong baik umbi, batang, bunga maupun daunnya. Ada yang meneliti sifat antifungi, antibakteri, antidiabetes juga antioksidannya. Salah satu yang paling menarik adalah penelitian mengenai aktivitas antioksidan tanaman binahong. Astuti (2011) melaporkan bahwa tanaman

4 4 binahong mengandung komponen senyawa saponin pada seluruh bagian tanamannya serta indikasi positif akan adanya kandungan triterpenoid, steroid, glikosida dan alkaloid pada daun, umbi, dan batangnya. Astuti (2013) melaporkan bahwa ekstrak hasil maserasi tanaman binahong mengandung senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid, dan saponin yang berperan sebagai antibakteri. Mulyani (2011) berhasil membuktikan bahwa fraksi etil asetat dari ekstrak daun binahong hasil maserasi dengan metanol memiliki aktivitas antioksidan melalui metode perendaman radikal DPPH serta memiliki aktivitas biologi berdasarkan hasil uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Daun binahong juga mengandung senyawa fenolat yang memiliki aktivitas antioksidan (Ekaviantiwi dkk., 2013), sedangkan Selawa dkk. (2013) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun binahong memiliki kapasitas flavonoid total 11,263 mg/kg untuk daun segar dan 7,81 mg/kg untuk daun kering serta kapasitas antioksidan total ekstrak daun segar sebesar 4,25 mmol/100 g dan 3,68 mmol/100 g untuk ekstrak daun keringnya. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai aktivitas antioksidan daun binahong memang telah banyak, namun hingga kini belum ada yang meneliti secara utuh mengenai aktivitas antioksidan pada semua fraksi senyawa baik fraksi senyawa yang bersifat polar, semipolar maupun nonpolar. Kebanyakan hanya meneliti fraksi etil asetat (semipolar) saja serta berfokus pada komponen senyawa flavonoid. Peneliti sebelumnya pun belum ada yang meneliti mengenai kadar fenol total dari tanaman binahong padahal nilai kadar fenol total merupakan salah satu indikasi adanya aktivitas antioksidan. Hal tersebut yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini yang berjudul Analisis Kadar Fenol Total dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis). Daun binahong dipilih sebagai obyek penelitian karena bagian tanaman inilah yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat sehingga daun binahong menjadi sangat menarik untuk diteliti. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya ialah pada penelitian ini yang menjadi sasaran penelitian tak hanya salah satu fraksi saja melainkan seluruh fraksi dari ekstrak daun binahong. Metode ekstraksi yang digunakan pun berbeda dimana pada penelitian-penelitian sebelumnya selalu digunakan metode ekstraksi

5 5 maserasi. Adanya analisis kadar fenol total terhadap semua fraksi juga memberi tambahan informasi dari penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai bukti ilmiah atas khasiat dari tanaman herbal di Indonesia, khususnya daun binahong. I.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Melakukan ekstraksi senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun binahong. 2. Mengetahui kandungan senyawa fenolik dari ekstrak daun binahong. 3. Menguji aktivitas ekstrak daun binahong sebagai antioksidan. I.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah: 1. Memberi informasi dan wawasan ilmiah mengenai daun binahong sebagai salah satu sumber antioksidan alami. 2. Memberi informasi akan senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam daun binahong.