HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin
|
|
- Yandi Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ekstrak Daun Mengkudu dan Saponin Dosis pemberian ekstrak daun mengkudu meningkat setiap minggunya, sebanding dengan bobot badan ayam broiler setiap minggu. Rataan konsumsi ekstrak metanol daun mengkudu dan konsumsi saponin disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Konsumsi Ekstrak Daun Mengkudu dan Konsumsi Saponin dalam Air Minum Ayam Broiler Umur hari Perlakuan Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin Mengkudu (g/ekor) P1 0 0 P2 0 0 P3 0,25 0,006 P4 0,43 0,011 P5 0,72 0,018 P6 0 0 Keterangan : P1=Ayam sehat (kontrol Positif), P2=Ayam diinfeksi S. typhimurium, tanpa ekstrak daun mengkudu (kontrol negatif), P3=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 100 mg/kg BB, P4=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 200 mg/kg BB, P5=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 300 mg/kg BB, P6= Ayam diinfeksi S.typhimurium+antibiotik tetrasiklin (0,02%) * Pemberian Ekstrak Daun Mengkudu dalam 540 ml Air Minum/ekor selama 11 hari Kisaran konsumsi ekstrak daun mengkudu selama umur hari yang diberikan sore hari pada penelitian ini sebesar 0,25-0,72 g/ekor dalam 540 ml air minum/ekor. Hasil analisis fitokimia di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (2008) secara kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak daun mengkudu mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya alkaloid, glikosida dan saponin. Hasil analisis kuantitatif di Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi (2008) dalam 0,5 gram sampel ekstrak daun mengkudu diperoleh jumlah saponin sebesar 2,56%, sehingga konsumsi saponin pada penelitian ini (Tabel 5) berkisar antara 0,006-0,018 g/ekor. Menurut Robinson (1995), senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak tanaman kebanyakan memiliki rasa sepat dan pahit, namun pada penelitian ini kandungan senyawa aktif dalam ekstrak daun mengkudu tidak mempengaruhi konsumsi air minum. Hal ini disebabkan karena ayam masih mampu
2 mentolerir rasa pahit dari senyawa aktif tersebut, selain itu saponin yang dikonsumsi masih dalam dosis rendah. Menurut FAO (2005), batas saponin yang dapat ditoleransi adalah sebesar 3,7 g/kg ransum. Miah et al. (2004) menyatakan bahwa saponin dapat dicampurkan dalam ransum sebesar 75 mg/kg tanpa berpengaruh negatif pada tubuh ternak dan dapat meningkatkan performa ayam broiler. Penelitian Ahmad dan Elfawati (2008) memperoleh hasil bahwa pemberian sari buah mengkudu sampai taraf 10% dari total air minum cenderung meningkatkan konsumsi air minum ayam broiler. Rofiq (2003) menyatakan bahwa penyakit Salmonellosis rentan terjadi pada ayam berumur kurang dari satu bulan, sedangkan ayam umur lebih dari tiga minggu jarang menimbulkan gejala klinis karena memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik tetapi dapat menjadi pembawa (carrier) yang dapat menularkan penyakit pada manusia. Wiryanti (2004) menyatakan bahwa pemberian ekstrak buah mengkudu dosis 0,5 g/kg BB pada umur 1-14 hari dapat menggertak tanggap kebal (imun) tubuh ayam broiler, namun pemberian ekstrak buah mengkudu yang terus-menerus sampai umur 28 hari menunjukkan adanya penurunan sistem imun dan memunculkan toksisitas obat seperti kerusakan hati dan ginjal. Hasil penelitian Sumarsono (2007) menyimpulkan bahwa pemberian tepung daun sembung pada periode growerfinisher sudah tidak dapat diberikan karena dapat menurunkan nafsu makan ayam broiler. Senyawa antibakteri seperti saponin apabila berada dalam tubuh ternak terlalu lama dapat menurunkan daya tahan tubuh (Cheeke, 2001), selain itu dapat mengikat mineral Fe dan Zn sehingga mineral tersebut tidak dapat diserap tubuh dengan baik (Southon et al., 1988). Oleh karena itu pada penelitian ini ekstrak daun mengkudu yang memiliki senyawa antibakteri alami tidak diberikan selama lima minggu pemeliharaan, namun hanya diberikan pada periode starter umur hari. Pemberian ekstrak daun mengkudu ini untuk mencegah timbulnya beberapa penyakit, terutama Salmonellosis yang disebabkan oleh bakteri gram negatif salah satunya adalah Salmonella typhimurium yang menyebabkan kerugian secara ekonomis pada peternak. 21
3 Pengaruh Perlakuan terhadap Performa Ayam Broiler Pengaruh pemberian ekstrak daun mengkudu terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum dan bobot badan periode starter disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum dan Bobot Badan Periode Starter (0-3 Minggu) Peubah P1 P2 P3 P4 P5 P6 781,87 756,93 771,97 771,72 764,95 ± 5,73 ± 8,76 ± 22,15 ± 45,01 ± 62,76 Konsumsi Ransum (g/ekor) 788,23 ± 11,24 Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) 550,80 ± 7,85 492,43 ± 63,71 515,13 ± 31,19 509,43 ± 26,22 564,04 ± 44,67 569,01 ± 33,53 Konversi Ransum 1,40 ± 0,02 1,49 ± 0,11 1,46 ± 0,08 1,44 ± 0,07 1,40 ± 0,13 1,41 ± 0,10 Bobot Badan Umur 599,07 540,20 563,70 557,35 613,14 614,17 3 Minggu (g/ekor) ± 7,86 ± 58,33 ± 31,12 ± 26,85 ± 43,65 ± 17,68 Keterangan : P1= Ayam tanpa diinfeksi S. typhimurium dan tanpa ekstrak daun mengkudu (kontrol positif), P2=Ayam diinfeksi S. typhimurium, tanpa ekstrak daun mengkudu (kontrol negatif), P3=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 100 mg/kg BB, P4=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 200 mg/kg BB, P5=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 300 mg/kg BB, P6= Ayam diinfeksi S.typhimurium+antibiotik tetrasiklin (0,02%) Pengaruh pemberian ekstrak daun mengkudu terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum periode grower-finisher disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum Periode Grower-Finisher (3-5 Minggu) Peubah P1 P2 P3 P4 P5 P6 Konsumsi Ransum (g/ekor) 1701,00 ± 53, ,76 ± 78, ,30 ± 81, ,81 ± 66, ,23 ± 24, ,87 ± 69,39 Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) 736,61 ± 88,87 701,22 ± 44,95 697,38 ± 58,83 701,60 ± 109,92 701,89 ± 81,85 702,86 ± 65,92 Konversi Ransum 2,41 ± 0,25 2,56 ± 0,09 2,43 ± 0,23 2,39 ± 0,31 2,44 ± 0,23 2,47 ± 0,19 22
4 Pengaruh pemberian ekstrak daun mengkudu terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum dan bobot badan akhir selama lima minggu pemeliharaan (kumulatif) disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Ransum selama Lima Minggu Pemeliharaan (Kumulatif) Peubah P1 P2 P3 P4 P5 P6 Konsumsi Ransum (g/ekor) 2482,87 ± 48, ,69 ± 87, ,27 ± 63, ,54 ± 28, ,18 ± 38, ,11 ± 64,91 Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) 1287,41 ± 81, ,65 ± 56, ,51 ± 72, ,03 ± 100, ,93 ± 111, ,87 ± 32,43 Konversi Ransum 1,91 ± 0,11 2,03 ± 0,04 1,95 ± 0,12 1,92 ± 0,17 1,92 ± 0,18 1,94 ± 0,07 Bobot Badan 1335, , , , , ,16 Akhir (g/ekor) ± 81,01 ± 61,15 ± 71,82 ± 48,39 ± 61,35 ± 23,04 Keterangan : P1=Ayam sehat (kontrol Positif), P2=Ayam diinfeksi S.typhimurium, tanpa ekstrak daun mengkudu (kontrol negatif), P3=Ayam diinfeksi S.typhimurium+ekstrak daun mengkudu 100 mg/kg BB, P4=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 200 mg/kg BB, P5=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 300 mg/kg BB, P6= Ayam diinfeksi S.typhimurium+antibiotik tetrasiklin (0,02%) Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun mengkudu dalam air minum tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum periode starter. Walaupun tidak berpengaruh nyata, namun pemberian ekstrak daun mengkudu pada periode starter memiliki rataan nilai konsumsi ransum yang lebih tinggi dibandingkan dengan P2 yaitu berkisar antara 764,95-771,97 g/ekor (Tabel 6). Pemberian ekstrak daun mengkudu pada periode starter secara numerik cenderung meningkatkan konsumsi ransum sebesar 1,99% pada P3; 1,95% pada P4 dan 1,06% pada P5 dibandingkan dengan P2 (kontrol negatif). walaupun masih cenderung lebih rendah dibandingkan kontrol positif dan kontrol antibiotik. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun mengkudu yaitu saponin, antrakuinon dan alkaloid bekerja sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhimurium dalam saluran pencernaan, sehingga kerja saluran pencernaan tidak terganggu. Hal inilah yang diduga menyebabkan 23
5 kecenderungan peningkatan konsumsi ransum ayam broiler dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil penelitian Langeroudi et al. (2008) menyatakan bahwa, pemberian 15 g/kg Ziziphora clinopodioides (jenis legum yang memiliki senyawa antibakteri) dalam ransum cenderung meningkatkan konsumsi ransum dibandingkan dengan ransum kontrol. Hasil analisis ragam pada periode grower-finisher (setelah perlakuan) dan selama lima minggu pemeliharaan (kumulatif) juga menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata pada semua perlakuan terhadap konsumsi ransum. Nilai rataan konsumsi ransum tertinggi pada periode grower-finisher dan selama lima minggu pemeliharaan dicapai oleh P6 yaitu sebesar 1708,87 dan 2497,11 g/ekor. Konsumsi ransum dipengaruhi oleh bentuk ransum, kandungan energi ransum, kesehatan ternak, suhu lingkungan, zat-zat nutrien, kecepatan pertumbuhan dan stres (Leeson dan Summers, 2001). Church (2004) menyatakan bahwa kandungan energi dalam pakan akan menentukan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam perhari. Konsumsi ransum ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan diilustrasikan pada Gambar 9. Gambar 9. Grafik Konsumsi Ransum Ayam Broiler selama Lima Minggu Pemeliharaan 24
6 Gambar 9 memperlihatkan konsumsi ransum yang meningkat dengan bertambahnya umur ayam broiler. Hal ini sesuai pernyataan Scott et al. (1982) bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh umur ayam. Pada minggu ke-1 sampai minggu ke-3 dan minggu ke-5 terlihat konsumsi ransum pada semua perlakuan relatif sama dan stabil, namun pada minggu ke-4 terlihat konsumsi ransum tertinggi pada P2 dan terendah pada P6. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun mengkudu dalam air minum pada periode starter tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler. Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata, namun pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak daun mengkudu cenderung meningkatkan pertambahan bobot badan periode starter sebesar 4,61% pada P3; 3,45% pada P4 dan 14,54% pada P5 dibandingkan dengan P2 (kontrol negatif). Pemberian ekstrak daun mengkudu dengan taraf 300 mg/kg BB (P5) cenderung meningkatkan pertambahan bobot badan sebesar 2,40% dibandingkan dengan kontrol positif (P1) dan memiliki nilai pertambahan bobot badan yang hampir sama dengan perlakuan antibiotik (P6). Hal ini diduga karena senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak daun mengkudu dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada ayam yang telah diinfeksi dengan bakteri Salmonella typhimurium dan membantu proses penyerapan zat makanan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh ayam broiler untuk pertumbuhan dan pembentukan jaringan. Hasil penelitian Ulfa dan Natsir (2008) menyatakan bahwa penambahan ekstrak daun sambiloto taraf 0,4% yang mengandung senyawa aktif diantaranya glikosida, saponin dan andrographolide cenderung meningkatkan pertambahan bobot badan sebesar 8,82% dibandingkan dengan kontrol. Smithard (2002) menyatakan bahwa saponin dapat meningkatkan permeabilitas mukosa usus, sehingga dapat meningkatkan penyerapan zat makanan dan meningkatkan pertambahan bobot badan ayam broiler. Hasil analisis ragam pada periode grower-finisher (setelah perlakuan) dan selama lima minggu pemeliharaan (kumulatif) juga menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata pada seluruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan. Rasyaf (2003) menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti suhu, mutu makanan, sistem perkandangan dan pengendalian penyakit sangat berpengaruh penting pada 25
7 kecepatan pertumbuhan ayam broiler. Pada periode grower-finisher dan selama lima minggu pemeliharaan (kumulatif), nilai pertambahan bobot badan tertinggi dicapai pada P1 yaitu berturut-turut sebesar 736,61 dan 1287,41 g/ekor. Menurut North dan Bell (1990), peningkatan bobot badan ayam setiap minggu tidak seragam. Pada Gambar 10 disajikan grafik pertambahan bobot badan ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan, pemberian ekstrak daun mengkudu taraf 300 mg/kg BB (P5) dan perlakuan antibiotik (P6) pada minggu ke-3 memiliki peningkatan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini terlihat bahwa ekstrak daun mengkudu dengan taraf 300 mg/kg BB (P5) periode starter (0-3 minggu) dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik karena memiliki peningkatkan pertambahan bobot badan yang sama dengan perlakuan antibiotik tetrasiklin (P6) (Gambar 10). Pada minggu ke-4 dan ke-5 terlihat terjadi penurunan pertambahan bobot badan untuk P3, P5 dan P6 dibandingkan dengan perlakuan lain. Grafik pertambahan bobot badan ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Grafik Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler selama Lima Minggu Pemeliharaan 26
8 Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun mengkudu dalam air minum selama periode starter tidak berpengaruh nyata terhadap konversi ransum, namun pemberian ekstrak daun mengkudu cenderung menurunkan konversi ransum sebesar 2,01% pada P3; 3,36% pada P4 dan 6,04% pada P5 dibandingkan dengan P2 (kontrol negatif). Pemberian ekstrak daun mengkudu pada taraf 300 mg/kg BB (P5) memiliki nilai konversi ransum yang sama dengan P1 (kontrol positif) yaitu sebesar 1,40 dan memiliki nilai yang hampir sama dengan P6 (kontrol antibiotik) (Tabel 6). Hal ini diduga disebabkan oleh ekstrak daun mengkudu memiliki senyawa antibakteri yang dapat menjaga keseimbangan mikroflora usus dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen, sehingga saluran pencernaan ayam broiler dapat bekerja lebih baik. Hal ini menyebabkan pemanfaatan ransum lebih efisien, sehingga mampu untuk diubah menjadi daging walaupun konsumsi ransum lebih sedikit. Nazeer et al. (2002) menyatakan bahwa konsumsi ekstrak yucca schidigera saponin dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan menurunkan konversi ransum ayam broiler. Efek ekstrak tanaman yang mengandung senyawa antibakteri dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum dan membantu penyerapan dalam saluran pencernaan (Kamel, 2001). Hasil penelitian Ulfa dan Natsir (2008) menyimpulkan bahwa penambahan ekstrak daun sambiloto pada taraf 0,4% cenderung menurunkan nilai konversi ransum sebesar 4,48% dibandingkan dengan kontrol. Hasil analisis ragam pada periode grower-finisher (setelah perlakuan) dan selama lima minggu pemeliharaan (kumulatif) juga menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata pada semua perlakuan terhadap konversi ransum. Gambar 11 memperlihatkan grafik konversi ransum untuk semua perlakuan pada minggu ke-1 relatif stabil, namun pada minggu ke-2 terjadi penurunan konversi ransum. Pada minggu ke-3 dan ke 4, grafik konversi ransum untuk P2 (kontrol negatif) meningkat dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sedangkan untuk P6 dan P5 menurun dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pemberian ekstrak daun mengkudu taraf 300 mg/kg BB pada periode starter dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik karena memiliki grafik penurunan konversi ransum yang sama dengan P6 (perlakuan antibiotik). Pada minggu ke-5, perlakuan P6 dan P5 memiliki grafik konversi ransum 27
9 yang meningkat dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Nilai konversi ransum merupakan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dalam penggunaan ransum, semakin rendah konversi ransum maka akan semakin efisien karena semakin sedikit jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu (Lacy dan Vest, 2004). Angka konversi ransum ayam broiler pada umur lima minggu yaitu sebesar 1,64 (NRC, 1994). Nilai konversi ransum semua perlakuan pada penelitian ini selama lima minggu pemeliharaan berkisar antara 1,91-2,03. Menurut James (2004) nilai konversi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dasar genetik, tipe pakan yang digunakan, kualitas pakan, temperatur, feed additive yang digunakan dalam ransum dan manajemen pemeliharaan. Grafik konversi ransum ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan disajikan pada Gambar 11. Gambar 11. Grafik Konversi Ransum Ayam Broiler selama Lima Minggu Pemeliharaan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Badan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun mengkudu dalam air minum selama periode starter tidak berpengaruh nyata terhadap bobot badan umur 3 minggu, namun secara numerik pemberian ekstrak daun mengkudu 28
10 cenderung meningkatkan bobot badan sebesar 4,55% pada P3; 3,17% pada P4 dan 14,54% pada P5 dibandingkan dengan P2 (kontrol negatif). Gambar 12 memperlihatkan bahwa bobot badan periode starter pada pemberian ekstrak daun mengkudu dengan taraf 300 mg/kg BB (P5) memiliki nilai rataan lebih tinggi yaitu sebesar 613,14 g/ekor dibandingkan dengan P1, P2, P3 dan P4, walaupun masih cenderung lebih rendah dibandingkan dengan P6. Hal ini dapat disebabkan oleh kerja dari senyawa antibakteri dalam ekstrak daun mengkudu dalam membantu penyerapan zat makanan sehingga cenderung dapat meningkatkan bobot badan ayam broiler. Lohakare et al. (2006) menyatakan bahwa herbal (tanaman obat) mempunyai pengaruh terhadap pencernaan dan efisiensi pemanfaatan zat makanan pada ayam broiler sehingga berpengaruh pada bobot badan ayam broiler. Gambar 12. Rataan Bobot Badan Ayam Broiler Periode Starter Hasil analisis ragam pada periode grower-finisher (setelah perlakuan) dan selama lima minggu pemeliharaan (kumulatif) juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata pada seluruh perlakuan terhadap bobot badan akhir. Nilai bobot badan akhir tertinggi dicapai pada P1 yaitu sebesar 1335,68 g/ekor (Gambar 13). Bobot akhir yang tinggi pada perlakuan ini disebabkan oleh pertambahan bobot badan ayam broiler yang tinggi pula. Amrullah (2004) menyatakan bahwa pertambahan bobot 29
11 badan akan mempengaruhi bobot badan akhir. Angka normal bobot badan ayam broiler umur 5 minggu adalah sebesar 1460 g/ekor (NRC, 1994). Nilai bobot badan akhir semua perlakuan pada penelitian ini berada dibawah angka normal yaitu berkisar antara 1241, ,68 g/ekor. Hal ini disebabkan oleh suhu kandang yang tinggi selama pemeliharaan berkisar antara 25,50-33,06 0 C sehingga dapat menyebabkan ayam stress panas dan pertumbuhan menjadi terhambat. Menurut Appleby et al. (2004), suhu lingkungan normal dalam pemeliharaan ayam berkisar antara C. Diatas suhu tersebut ayam mulai melakukan proses homeostasis dengan cara panting. Aktivitas tersebut mengakibatkan ayam meningkatkan konsumsi air minum dan menurunkan konsumsi ransum sehingga pertumbuhan ayam broiler juga menurun. Rasyaf (2003) menyatakan bahwa bobot badan unggas dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan serta manajemen pemeliharaan. Rataan bobot badan akhir disajikan pada Gambar 13. Gambar 13. Rataan Bobot Badan Ayam Broiler Akhir selama Lima Minggu Pemeliharaan 30
12 Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Koloni Bakteri Salmonella typhimurium pada Ekskreta Ayam Broiler Jumlah koloni bakteri Salmonella typhimurium pada ekskreta ayam broiler hari ke-10 (sebelum diinfeksi Salmonella typhimurium), hari ke-22 (setelah perlakuan) dan hari ke-35 (akhir pemeliharaan) disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Koloni Bakteri Salmonella typhimurium pada Ekskreta Ayam Broiler Perlakuan Jumlah bakteri Salmonella typhimurium Hari Hari Hari ke-10 ke-22 ke-35 Perubahan Jumlah Bakteri Salmonella typhimurium * Hari ke-22 s.d. ke-35 Hari ke-10 s.d. ke-22 Hari ke-10 s.d. ke (log 10/gram) (%) P1 5,26 4,70 3,81-10,59-18,86-27,45 P2 4,65 5,40 5,29 +16,00-2,00 + 5,94 P3 5,18 4,70 3,88-9,22-17,53-34,35 P4 5,18 3,70 3,30-28,54-10,76-24,59 P5 5,30 3,70 3,00-30,22-18,90-43,41 P6 5,40 4,48 3,70-17,06-17,38-31,47 Keterangan : *tanda +/- menunjukkan adanya peningkatan atau penurunan jumlah bakteri Salmonella typhimurium P1=Ayam sehat (kontrol Positif), P2=Ayam diinfeksi S.typhimurium, tanpa ekstrak daun mengkudu (kontrol negatif), P3=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 100 mg/kg BB, P4=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 200 mg/kg BB, P5=Ayam diinfeksi S. typhimurium+ekstrak daun mengkudu 300 mg/kg BB, P6= Ayam diinfeksi S.typhimurium+antibiotik tetrasiklin 0,02% BB Ayam perlakuan diinfeksi bakteri Salmonella typhimurium pada hari ke-10 (sore hari) dengan populasi 1,34 x CFU/ml/ekor, namun tidak dilakukan pada perlakuan kontrol positif (P1). Koloni bakteri pada ekskreta menunjukkan banyaknya populasi bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan usus (Grist, 2006). Pada Tabel 9 terlihat bahwa pada saat sebelum diinfeksi terlihat jumlah bakteri Salmonella typhimurium dalam log 10/gram pada P5 dan P6 lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu sebesar 5,30 dan 5,40. Perlakuan pemberian ekstrak daun mengkudu pada hari ke-22 (setelah perlakuan) menunjukkan adanya penurunan bakteri Salmonella typhimurium yang lebih tinggi dibandingkan dengan P2 (kontrol negatif) yaitu berkisar antara 9,22-30,22%. Jumlah bakteri hari ke-22 (setelah perlakuan) dan hari ke-35 (akhir pemeliharaan) menurun dan penurunan tertinggi 31
13 dicapai pada P5, yaitu berturut-turut sebesar 30,22% dan 43,41%. Nilai tersebut mengindikasikan kemungkinan penurunan bakteri akan jauh lebih besar apabila kolekting ekskreta dan penghitungan bakteri Salmonella typhimurium juga dilakukan setelah diinfeksi namun sebelum diberikan perlakuan. Pada Gambar 14 disajikan grafik jumlah koloni bakteri Salmonella typhimurium pada hari ke-10, hari ke-22 dan hari ke Jumlah Koloni Bakteri S.typhimurium (log 10/g) P1 P2 P3 P4 P5 P6 Hari ke- Gambar 14. Grafik Jumlah Koloni Bakteri Salmonella typhimurium Gambar 14 memperlihatkan bahwa dengan semakin meningkatnya taraf pemberian ekstrak daun mengkudu, jumlah bakteri Salmonella typhimurium semakin menurun dibandingkan dengan kontrol negatif (Gambar 14) sampai hari ke-22. Pemberian ekstrak daun mengkudu taraf 300 mg/kg BB periode starter dapat digunakan sebagai pengganti antibiotik karena dapat menurunkan jumlah bakteri Salmonella typhimurium dibandingkan dengan perlakuan antibiotik (P6). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya aktifitas senyawa antibakteri seperti alkaloid, antrakuinon dan saponin yang terdapat dalam ekstrak daun mengkudu yang bekerja dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhimurium. Robinson (1995) menyatakan bahwa senyawa antibakteri seperti golongan glikosida dapat 32
14 menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Robinson (1995) menyatakan senyawa alkaloid mampu menggangu terbentuknya komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel bakteri tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian pada sel bakteri. Antrakuinon salah satu golongan dari senyawa glikosida dalam ekstrak tanaman dapat menghambat bakteri gram negatif dengan menghambat sintesis DNA bakteri sehingga tidak terjadi replikasi DNA dan bakteri tidak dapat terbentuk secara utuh (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Mekanisme Saponin dalam Meningkatkan Performa Ayam Broiler Saponin termasuk salah satu senyawa polar golongan glikosida yang terdapat dalam tanaman. Menurut Achmadi (1992), dalam pemilihan pelarut perlu dipertimbangkan sifat dari senyawa yang akan diekstrak, pelarut polar akan melarutkan senyawa polar. Metanol merupakan pelarut yang memiliki titik kepolaran yang tinggi dibandingkan dengan pelarut lain. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan pelarut metanol sehingga senyawa polar seperti saponin, antrakuinon dan alkaloid akan banyak yang terekstrak. Saponin merupakan senyawa aktif yang terdapat dalam daun mengkudu yang berfungsi sebagai antibakteri yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella typhimurium, karena saponin mampu membentuk ikatan dengan fosfolipid yang terkandung dalam dinding sel bakteri, sehingga mempengaruhi tegangan permukaan membran sel bakteri. Hal tersebut mengakibatkan permeabilitas dinding sel meningkat dan cairan dari luar sel akan masuk kedalam sel bakteri. Masuknya cairan dari luar sel mengakibatkan pecahnya dinding sel sehingga bakteri mengalami kematian atau lisis (Cheeke, 2001). Menurut Langhout (2000), herba dan ekstrak tanaman bekerja dengan cara menstimulasi pertumbuhan bakteri yang menguntungkan dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam usus halus, sehingga kerja saluran pencernaan tidak terganggu. Hal tersebut menyebabkan peningkatan penyerapan zat makanan dan meningkatkan pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum ayam broiler (Langeroudi et al., 2008). 33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya di panen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Mengkudu (Morinda Citrifolia Lignosae)
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Mengkudu (Morinda Citrifolia Lignosae) Klasifikasi dan Morfologi Mengkudu (Morinda citrifolia lignosae) merupakan salah satu tanaman obat yang tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap protein hewani terus meningkat yang disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang pesat, peningkatan pendapatan masyarakat dan perkembangan pengetahuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Konsumsi ransum adalah banyaknya ransum yang dikonsumsi oleh setiap ekor puyuh selama penelitian. Rataan konsumsi ransum per ekor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap protein hewani terus meningkat yang disebabkan oleh jumlah penduduk yang pesat, pendapatan masyarakat dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan
21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Semiorganik Pemeliharaan hewan ternak untuk produksi pangan organik merupakan bagian yang sangat penting dari unit usaha tani organik dan harus dikelola sesuai
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN MENGKUDU
EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia Lignosae) SEBAGAI PENGGANTI ANTIBIOTIK TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER YANG DIINFEKSI Salmonella typhimurium SKRIPSI RATNA ARISNA WATI DEPARTEMEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang berkarakteristik diantara
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub-sektor peternakan merupakan salah satu pemasok bahan pangan protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal ternak yang sangat potensial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub-sektor peternakan merupakan salah satu pemasok bahan pangan protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal ternak yang sangat potensial
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan
27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Performa Itik Alabio Jantan Umur 1-10 Minggu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Pakan Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan konsumsi pakan ayam kampung super yang diberi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler dapat dipanen pada kisaran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum
HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak
Lebih terperinciKombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu
Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu Riswandi 1), Sofia Sandi 1) dan Fitra Yosi 1) 1) Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan fungsinya memberikan kesadaran masyarakat akan memenuhi gizi terutama daging dan berpengaruh terhadap perkembangan industri peternakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Probiotik
TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila 4.1.1 Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi Kandungan nutrien bungkil biji jarak pagar (disertai kulit) sebelum dan sesudah mengalami pengolahan secara biologis (fermentasi)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN HERBAL DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN RETENSI NITROGEN PADA AYAM BROILER SKRIPSI ANDIKA LISTIYANTI
PENGARUH PENAMBAHAN CAMPURAN HERBAL DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN RETENSI NITROGEN PADA AYAM BROILER SKRIPSI ANDIKA LISTIYANTI FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup adalah bangsa itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini sering disebut sebagai itik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang dipelihara secara intensif. Daging ayam pedaging yang berkualitas tinggi memiliki warna merah terang dan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Protein Kasar Tercerna Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara tingkat kepadatan kandang dengan suplementasi vitamin C terhadap nilai protein kasar tercerna
Lebih terperinciPENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai suhu dan kelembaban lingkungan hariannya tinggi, suhu mencapai 27,7-34,6 C dan kelembaban antara 55,8%-86,6% (Badan Pusat Statistik,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme yang paling sering berhubungan erat dengan manusia dan hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif di berbagai bidang, salah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciUji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang
52 Lampiran 1 Analisis ragam konsumsi ransum kumulatif Waktu * kandang 71413,000 2 35706,500 1,148,339 Waktu 4959,375 1 4959,375,159,694 Kandang 2078192,333 2 1039096,167 33,405,000 ** Galat 559901,250
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking dikategorikan sebagai tipe pedaging yang paling disukai baik di Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat dibudidayakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang penting diperhatikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayatinya dan menduduki peringkat lima besar di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, dengan 38.000 spesies
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang telah berhasil dijinakkan. Berawal dari proses evolusi dan domestikasi, maka
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kisaran rataan temperatur kandang hasil pengukuran di lokasi selama penelitian adalah pada pagi hari 26 C, siang hari 32 C, dan sore hari 30 C dengan rataan kelembaban
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini terbentuk antara lain disebabkan oleh
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Hasil penelitian menunjukkan data nilai rataan konsumsi ransum ayam Sentul Warso dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya
1 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1. Subjek Penelitian Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya hambat Streptococcus mutans secara in vitro maka dilakukan penelitian pada plate
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak ditemukannya antibiotik oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, antibiotik telah memberikan kontribusi yang efektif dan positif terhadap kontrol infeksi bakteri pada manusia
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani menjadi hal penting yang harus diperhatikan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat dipenuhi dari produk peternakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak
22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic,
Lebih terperinciIII. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum
III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum Jenis dan fungsi zat-zat gizi yang dibutuhkan ayam telah disampaikan pada Bab II. Ayam memperolah zat-zat gizi dari ransum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap konsumsi air minum dan ransum dan rataan pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Daun Kersen sebagai Pakan Peningkatan produksi daging lokal dengan mengandalkan peternakan rakyat menghadapi permasalahan dalam hal pakan. Pakan yang digunakan oleh peternak rakyat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk menghasilkan daging. Kelebihan ayam broiler yaitu memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat
Lebih terperinciSUPLEMENTASI JAMU TERNAK PADA AYAM KAMPUNG DI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4
SUPLEMENTASI JAMU TERNAK PADA AYAM KAMPUNG DI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4 Tuty Maria Wardiny 1*, T. Eduard Azwar Sinar 2 PS. Agribisnis-FMIPA, Universitas Terbuka, Tangerang, Indonesia tuty@ut.ac.id Abstrak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada
7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cahaya Untuk Ayam Broiler Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan ayam, karena cahaya mengontrol banyak proses fisiologi dan tingkah laku ayam (Setianto,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati Indonesia yang dapat diisolasi dari setiap lapisan tanah dan perairan atau laut. Salah satu mikroorganisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin
PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam yang dipelihara untuk menghasilkan daging. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen pada umur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penggunaan Ampas Kecap terhadap Konsumsi Pakan Ayam Pedaging Periode Grower Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dengan menggunakan ANOVA tunggal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KIU?ATNITAS MAHASISWA PENGARUHNYA TERHADAP PERFORMA AYAM PEDAGING BIDANG PKM PENELITIAN. Oleh
LAPORAN AKHIR PROGRAM KIU?ATNITAS MAHASISWA KAJIAN PEMBERIAN EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifollia Lignosae) SEBAGAI- ANTIBAKTERI ALAMI Salmonella thypimurium DAN f'- PENGARUHNYA TERHADAP PERFORMA
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging yang banyak dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Ayam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi
24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Broiler Broiler ( Gallus domesticus) merupakan salah satu contoh spesies yang termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan spesies Gallus gallus (Blakely
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum broiler pada penelitian
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING
Seminar Nasional Hasil Penelitian 2016 OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING Permata Ika Hidayati, Dyah Lestari Yulianti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat. Hal ini seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat
Lebih terperinciGambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang
Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan marigold (Tabel 7) dalam pakan memberikan pengaruh nyata (P
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi Ransum Tabel 7. Pengaruh suplementasi L-karnitin dan minyak ikan lemuru terhadap performa burung puyuh Level Minyak Ikan Variabel Lemuru P0 P1 P2 P3 P4 Pr > F *) Konsumsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Karkas Rataan bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik cihateup jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Ransum Komplit Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rumput gajah, konsentrat, tepung daun kembang sepatu, dan ampas teh. Rumput gajah diperoleh dari Laboratorium
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. terus meningkat. Salah satu pilihan masyarakat dalam memenuhi
PENDAHULUAN Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan protein hewani terus meningkat. Salah satu pilihan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah daging ayam broiler
Lebih terperinci