BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme awal saat penebaran yang dinyatakan dalam bentuk persen dimana semakin besar nilai persentase menunjukkan makin banyak organisme yang hidup selama pemeliharaan (Effendi 1997).Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan organisme budidaya untuk hidup ,67 a 83,33 a 88,33a 81,67 a Konsentrasi Probiotik (mg/l) Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BergandaDuncan pada taraf 5 % Gambar 8. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Udang Galah Selama Penelitian Hasil analisis statistik kelangsungan hidup udang galah (Gambar 8 dan Lampiran 3) menunjukkan bahwa antara perlakuan kontrol (tanpa penambahan probiotik) dengan perlakuan yang diberi tambahan probiotik tidak berbeda nyata pada taraf 5% terhadap kelangsungan hidup udang galah. Hal ini diduga akibat rendahnya padat penebaran udang galah selama penelitian, sehingga udang memiliki ruang gerak yang luas dan persaingan yang sedikit. Dengan tingginya padat penebaran maka persaingan oksigen akan meningkat sehingga dapat 22

2 23 mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dari udang galah. Pada setiap perlakuan parameter kualitas air seperti suhu (23-25 C), derajat keasaman (6,775-7,525), oksigen terlarut (4,3-6,175 mg/l) dan amonia (0,003-0,0825 mg/l) memiliki rentang nilai pada kisaran yang masih layak untuk pemeliharaan udang galah. Selain itu pemberian pakan disesuaikan dengan proporsi yang telah ditentukan dengan kandungan protein 38% pada setiap perlakuan sehingga nutrisi untuk udang galah tercukupi dan sesuai SNI. Hal tersebut memberikan nilai nutrisi yang layak pada pemeliharaan udang galah serta dapat membantu kelangsungan hidup udang galah sehingga tidak ada perbedaan antar perlakuan. Berdasarkan hasil pengamatan, kelangsungan hidup udang galah pada media pemeliharaan yang diberi perlakuan kontrol dan probiotik memiliki nilai persentase yang berbeda-beda. Dapat dilihat bahwa pada perlakuan A (kontrol) tanpa penambahan probiotik pada media pemeliharaan menghasilkan persentase kelangsungan terendah dibandingkan dengan perlakuan media pemeliharaan yang diberi tambahan probiotik yaitu 71,67%±8,39. Perlakuan C (5 mg/l) dengan penambahan probiotik pada media pemeliharaan menghasilkan persentase kelangsungan hidup paling tinggi dan nilai deviasi terkecil yaitu 88,33%±3,33 sehingga dapat dikatakan perlakuan yang paling maksimal dibandingkan perlakuan B (2,5 mg/l) dan D (7,5 mg/l) yaitu 83,33%±8,61 dan 81,67%±11,38. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasanudin (2011) bahwa penambahan probiotik tepung 5 mg/l pada petak pendederan post larva udang windu menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi yaitu 63,40%. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kelangsungan hidup udang galah yaitu faktor lingkungan. Udang galah sangat rentan terhadap kualitas media pemeliharaan yang kurang baik. Diduga pada perlakuan C (5 mg/l), bakteri yang terkandung dalam probiotik tersebut dapat bekerja secara optimal dalam mengurai amonia sehingga kualitas air dapat tetap terjaga. Penggunaan bakteri probiotik ke dalam media pemeliharaan dapat mengubah komposisi bakteri di dalam air dan sedimen sehingga dapat memperbaiki beberapa parameter kualitas air dan meningkatkan kelangsungan hidup ikan dan udang (Iskandar 2010).

3 Laju Pertumbuhan (%) Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, berupa panjang atau berat dalam waktu tertentu. Menurut Effendi (1997) pertumbuhan terjadi karena adanya kelebihan input energi dan protein yang berasal dari pakan. Kelebihan input energi tersebut digunakan oleh tubuh untuk metabolisme, gerak, reproduksi, dan menggantikkan sel-sel yang rusak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan probiotik pada media pemeliharaan udang galah memberikan respon baik pada pertumbuhan udang galah terlihat dari peningkatan bobot rata-rata udang galah seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan (Gambar 9) A (Kontrol) B (2,5 mg/l) C (5 mg/l) D (7,5 mg/l) Minggu Ke- Gambar 9. Grafik Laju Pertumbuhan Udang Galah Selama Penelitian Berdasarkan grafik diatas pada minggu ke-1 dan ke-2 belum mengalami perbedaan, hal ini diduga udang galah masih dalam kondisi penyesuaian atau aklimatisasi dan bakteri probiotik belum bekerja secara optimal. Padaminggu ke-3 hingga minggu ke-6, bobot rata-rata udang galah mengalami peningkatan seiring lamanya waktu pemeliharaan. Hal ini diduga bakteri yang terkandung dalam probiotik meningkatkan kecernaan bahan makanan dalam tubuh udang sehingga pakan dan probiotik yang diberikan dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada grafik terlihat perlakuan A (kontrol) tanpa penambahan bakteri probiotik memiliki

4 Laju Pertumbuhan (%) 25 nilai persentase paling rendah, sedangkan perlakuan C (penambahan probiotik 5 mg/l) memiliki nilai persentase paling tinggi. Hasil analisis (Gambar 10) menunjukkan perbedaan nyata (α < 0,5) pada media pemeliharaan tanpa penambahan probiotik (kontrol) dengan media pemeliharaan yang ditambahkan probiotik. Namun, tidak berbeda nyata (α> 0,5) antar perlakuan yang diberi penambahan probiotik 2,5mg/L, 5mg/L dan 7,5 mg/l. Rentang nilai laju pertumbuhan harian udang galah antar perlakuan selama penelitian berkisar 1,08%-1,75% ,08 a 1,55 b 1,75 b 1,59 b Konsentrasi Probiotik (mg/l) Keterangan : Nilai yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Berganda Duncan pada taraf 5 % Gambar 10. Grafik Laju Pertumbuhan Udang Galah Selama Penelitian Pada perlakuan A (kontrol), nilai persentase laju pertumbuhan paling rendah yaitu 1,08%±0,28. Hal ini diduga tidak adanya penambahan bakteri probiotik yang masuk dan hidup didalam saluran pencernaan yang mampu menyeimbangkan bakteri menguntungkan dan bakteri patogen dalam proses penyerapan makanan sehingga banyak nutrisi yang terbuang menjadi feses. Oleh karena itu nutrisi pakan tersebut kurang mencukupi untuk meningkatkan pertumbuhan udang galah. Dengan demikian energi yang diperlukan untuk proses metabolisme cukup tinggi karena tidak adanya bantuan bakteri probiotik yang mampu menghasilkan enzim protease dalam menghidrolisis protein sehingga pertumbuhan udang galah tidak maksimal. Kandungan amonia pada perlakuan

5 26 kontrol memiliki nilai tinggi yang berakibat pada nafsu makan udang galah yang terganggu akibatnya nutrisi yang diperlukan udang galah tidak terpenuhi sehingga pertumbuhan udang kurang maksimal. Pada perlakuan B (2,5 mg/l), perlakuan C (5 mg/l) dan perlakuan D (7,5 mg/l) tidak berbeda nyata, namun perlakuan C (5 mg/l) memiliki nilai persentase tertinggi yaitu 1,76%±0,38 sesuai dengan hasil penelitian Hasanudin (2011) bahwa penambahan probiotik tepung 5 mg/l pada petak pendederan post larva udang windu menghasilkan pertumbuhan tertinggi yaitu 0,0438 g. Hal tersebut diduga karena adanya bakteri Bacillus sp. yang masuk dan hidup dalam saluran pencernaan yang meningkat sejalan dengan probiotik yang diberikan. Bakteri tersebut dapat menghasilkan enzim protease yang dapat menghidrolisis protein pakan menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu asam amino dan mudah dicerna oleh tubuh udang galah. Asam amino ini digunakan untuk memperbanyak diri. Protein sangat dibutuhkan oleh udang untuk pertumbuhan dan sebagai sumber energi(irianto 2003). Energi yang dipergunakan untuk proses metabolisme rendah karena adanya bantuan bakteri probiotik yang mampu menghasilkan enzim protease dalam mengurai protein sehingga penyerapan nutrisi maksimal. Dengan demikian sisa energi akan dimanfaatkan oleh udang galah untuk pertumbuhannya sehingga pertumbuhan udang galah yang diberi tambahan probiotik dapat tumbuh cepat dan maksimal. Peningkatan penyerapan protein pakan serta aktivitas enzim yang dihasilkan bakteri probiotik yang maksimum dalam tubuh akan menghasilkan pertumbuhan baik yang ditunjukkan dengan penambahan bobot dari udang galah. Irianto (2003), menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan produk probiotik dalam meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan yaitu keberadaan bakteri probiotik pada saluran pencernaan ikan.selain itu, bakteri tersebut dapat mendominasi di saluran pencernaan ikan dan bakteri-bakteri patogen akan berkurang keberadaannya sehingga ikan akan memanfaatkan bakteri baik tersebut untuk tumbuh dan ikan menjadi sehat.

6 27 bagian tubuh Gambar 11. Proses Pergantian Kulit (Moulting) Udang Galah Pertumbuhan pada udang terlihat dari proses pergantian kulit atau moulting. Pada saat penelitian terjadi proses pergantian kulit seperti pada Gambar 11. Proses pergantian kulit terjadi setiap udang galah mengalami perkembangan tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kurniasih (2008) bahwa untuk meningkatkan ukuran dan bobot tubuh udang, diperlukan proses pergantian kulit (moulting) secara periodik. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan udang galah yang optimal yaitu lingkungan seperti parameter kualitas air media pemeliharaannya. Selama penelitian suhu air cukup stabil (23-25 C) kisaran ini memenuhi persyaratan untuk pemeliharaan udang galah yang baik. Derajat keasaman (ph) berkisar (6,775-7,525) kisaran ini masih dalam kisaran optimal. Oksigen Terlarut (DO) berkisar antara 4,3 6,175 mg/l, kisaran ini masih memenuhi persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan udang galah yaitu minimal 4 mg/l air (Khairuman dan Amri 2004). Konsentrasi amonia (0,003-0,006 mg/l) yang terkandung memiliki nilai terendah sehingga kualitas air berada pada kondisi yang baik, dengan demikian akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan udang galah sehingga pakan dapat dioptimalkan sesuai dengan proporsi yang diberikan dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan udang galah.

7 Laju Pertumbuhan (%) y = x x R² = Konsentrasi Probiotik (mg/l) Gambar 12. Grafik Regresi Laju Pertumbuhan Udang Galah Berdasarkan hasil analisis regresi (Lampiran 6),menghasilkan kurva kuadratik dengan persamaan y=-0,0257x 2 +0,2619x+1,0696. Dengan nilai determinasi R²=0,5372 dan R (korelasi) 0,7329 artinya pengaruh penambahan probiotik carrier zeolit terhadap laju pertumbuhan harian udang galah sebesar 73,3%.Nilai optimum penambahan probiotikcarrier zeolityaitu Xopt = 5,038 mg/l tidak jauh berbeda dengan prlakuan C (5 mg/l) yang menghasilkan laju pertumbuhan sebesar 1,75%.

8 Efisiensi Pemberian Pakan (%) Efisiensi Pemberian Pakan Efisiensi pemberian pakan adalah perbandingan antara bobot tubuh yang dihasilkan dengan jumlah pakan yang diberikan selama penelitian. Efisiensi pemberian pakan berbanding lurus dengan pertambahan bobot tubuh, sehingga makin tinggi nilai efisiensi pemberian pakan berarti semakin efisien ikan memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk pertumbuhan (Djadjasewaka 1985). Hasil analisis (Gambar 13) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (α < 0,5) pada media pemeliharaan tanpa penambahan probiotik (kontrol) dengan media pemeliharaan yang ditambahkan probiotik, namun tidak berbeda nyata (α > 0,5) antar perlakuan yang diberi penambahan probiotik 2,5 mg/l; 5 mg/l; dan 7,5 mg/l ,79 a 32,93 b 38,86 b 33,55 b Konsentrasi Probiotik (mg/l) Keterangan :Nilai yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Berganda Duncan pada taraf 5 % Gambar 13. Grafik Efisiensi Pemberian Pakan Udang Galah Selama Penelitian Perlakuan A (kontrol) tanpa penambahan probiotik berbeda nyata dengan perlakuan lain dan memiliki nilai EPP paling rendah 21,79%±5,88. Hal ini diduga karena tidak adanya penambahan bakteri probiotik yang dapat membantu penguraian nutrisi yang terkandung pada pakan yang diberikan sehingga penyerapan nutrisi oleh tubuh udang galah terhadap pakan kurang baik, nutrisi pakan tersebut akan ikut terbuang menjadi feses yang berdampak pada kualitas air yang menurun sehingga amonia meningkat. Peningkatan amonia akan

9 30 berpengaruh terhadap nafsu makan udang galah yang terganggu sehingga pakan yang diberikan tidak dimanfaatkan dengan optimal dan kecernaan terhadap makanan akan menurun. Pada perlakuan yang ditambahkan probiotik menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Namun, perlakuan C (5 mg/l) memiliki nilai EPP yang paling tinggi 38,86% dibandingkan perlakuan B (2,5 mg/l) dan perlakuan D (7,5 mg/l). Hal tersebut diduga bakteri Bacillus sp. yang terkandung dalam probiotik mampu menghasilkan enzim protease yang dapat meningkatkan pemanfaatan protein pakan, karena enzim protease mampu menghidrolisis protein menjadi asam amino dan meningkatkan penyerapan protein, sehingga tingkat efisien pemberian pakan meningkat.menurut Ochoa dan Olmos (2010), bakteri dari golongan Bacillus sp. memiliki enzim protease yang tinggi dan mampu memanfaatkan protein yang terdapat pada pakan tambahan pada pemeliharaan udang. Probiotik masuk ke dalam usus ikan kemudian membantu proses pencernaan sehingga kencernaan meningkat. Kecernaan terhadap pakan meningkat selanjutnya pakan akan lebih efisien dimanfaatkan oleh ikan karena nutrisi pakan akan mudah terserap oleh tubuh yang selanjutnya retensi protein akan meningkat akibat dari penyerapan nutrisi pakan (Setiawati J.E dkk 2013).Peningkatan daya cerna bermakna pula pada semakin tingginya nutrien yang tersedia untuk diserap tubuh, sehingga protein tubuh dan pertumbuhan meningkat.nrc (1993) menyatakan bahwa perubahan kualitas bahan yang disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh mikroba, mengakibatkan perubahan kimia dari senyawa yang bersifat kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mudah dicerna sehingga memberikan efek positif terhadap nilai kecernaan pada ikan. Faktor lain yang berpengaruh yaitu lingkungan, selama penelitian kualitas air memenuhi persyaratan pemeliharaan udang galah yang optimal sehingga berpengaruh terhadap efisiensi pakan yang meningkat seiring bertambahnya waktu pemeliharaan.

10 Efisiensi Pemberian Pakan (%) y = x x R² = Konsentrasi Probiotik (mg/l) Gambar 14. Grafik Regresi Efisiensi Pemberian Pakan Udang Galah Berdasarkan hasil Analisis Regresi (Lampiran 9),menghasilkan kurva kuadratik dengan persamaan y = -0,6579x 2 +6,5831x+21,489. Dengan nilai determinasi R² = 0,5368dan R (korelasi) 0,7326 artinya pengaruh penambahan probiotik carrier zeolit terhadap efisiensi pemberian pakan udang galah sebesar 73,3%. Nilai optimum penambahan probiotik carrier zeolit yaitu Xopt = 5,003 mg/ltidak jauh berbeda dengan penambahan probiotik 5 mg/l dengan pemberian pakan 5% dari bobot biomass yang menghasilkan efisiensi pemberian pakan sebesar 38,86%.

11 Kualitas Air Kualitas air adalah kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya dinyatakan dalam kisaran nilai tertentu(boyd 1990). Air merupakan media hidup bagi udang dan juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam kegiatan budidaya perikanan. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup ikan (Effendi1997).Kualitas air dapat diketahui dari beberapa parameter untuk budidaya seperti karakteristik fisik dan kimia air yang meliputi suhu, oksigen, ph dan amonia. Tabel 3. Data Kualitas Air Selama Penelitian Probiotik Amonia ph Suhu DO carrier zeolit (mg/l) ( C) (mg/l) (mg/l) 0 0,003-0,0825 6,875-7, ,32-5,02 2,5 0,003-0,0675 6,8-7, ,45-5,40 5 0,003-0,06 6,77-7, ,85-6,17 7,5 0,003-0,0825 6,87-7, ,30-5,57 Standar >0,1* 6,5-8,5** 21-32*** <4* Keterangan : *) Khairuman dan Amri 2004 **) SNI ***) Hadie dan Hadie Derajat Keasaman (ph) Kisaran rata-rata ph yang terukur selama penelitian adalah 6,775-7,5. Kisaran ini masih aman dan layak untuk pemeliharaan udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Sesuai dengan SNI kisaran ph optimal pada stadia tokolan berkisar antara 6,5 8,5. Berdasarkan grafik dibawah nilai ph tertinggi adalah 7,95 pada perlakuan A (kontrol) tanpa adanya penambahan probiotik yang terjadi pada minggu ke-4. Sedangkan nilai ph terendah adalah 6,775 pada perlakuan C (5 mg/l) dengan penambahan probiotik sebanyak 5 mg/l pada minggu ke-1. Kisaran ph tiap minggu mengalami penurunan dan kenaikan, namun kisaran ph tersebut masih dalam kisaran optimal untuk pertumbuhan udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

12 Konsentrasi Amonia (mg/l) ph B (2,5 mg/l) C (5 mg/l) D (7,5 mg/l) A (Kontrol) Minggu Ke- Gambar 15. Grafik Derajat Keasaman (ph) Selama Penelitian Amonia (NH 3 ) Amonia (NH 3 ) pada media budidaya merupakan hasil dari sekresi dan metabolisme serta pembusukan sisa-sisa makanan oleh bakteri. Amonia merupakan salah satu senyawa beracun di dalam air yang berbahaya bagi kehidupan udang galah (Khairuman dan Amri 2004). Amonia merupakan senyawa toksik bagi udang galah pada konsentrasi tertentu. Konsentrasi amonia hasil pengukuran selama penelitian berkisar 0,003 0,0825 mg/l A (Kontrol) B (2,5 mg/l) 0.04 C (5 mg/l) D (7,5 mg/l) Minggu Ke- Gambar 16. Grafik Konsentrasi Amonia Selama Penelitian

13 34 Berdasarkan grafik diatas konsentrasi amonia pada minggu pertama cenderung tidak berbeda/sama, hal ini disebabkan belum adanya pengaruh dari penambahan probiotik pada media pemeliharaan. Namun pada minggu selanjutnya konsentrasi amonia semakin meningkat, hal ini diakibatkan dari sisa pakan dan sisa metabolisme yang menumpuk dan tidak terdekomposisi seluruhnya oleh bakteri pengurai. Pada media pemeliharaan (perlakuan B dan C) konsentrasi amonia lebih rendah dibandingkan media pemeliharaan (perlakuan A dan D). Pada perlakuan A konsentrasi amonia paling tinggi berkisar antara 0,003-0,0825 hal ini dikarenakan kurangnya bakteri yang dapat mengurai sisa pakan dan metabolisme pada media pemeliharaan sehingga berpengaruh pada kelangsungan hidup udang galah yang memiliki persentase paling rendah yaitu 71,67% persentase laju pertumbuhan harian 1,08% dan efisiensi pakan 21,79%. Dampak yang ditimbulkan dengan tingginya konsentrasi amonia di air mengakibatkan kondisi kualitas air yang menurun sehingga nafsu makan ikan berkurang, pakan yang diberikan sesuai dengan proporsinya tidak dapat dioptimalkan dengan baik dan mengendap didasar media pemeliharaan menjadi racun bagi kehidupan udang galah. Diantara perlakuan yang ditambahkan probiotik, perlakuan C (5 mg/l) memiliki konsentrasi amonia paling rendah dibandingkan dengan perlakuan B dan D sesuai dengan hasil penelitian Hasanudin (2011) penambahan probiotik tepung pada petak pendederan udang menghasilkan nilai konsentrasi amonia terendah yaitu 0, , Hal ini diduga jumlah bakteri probiotik pada perlakuan C (5 mg/l) dapat mendekomposisi hasil metabolisme dan sisa pakan lebih baik serta dapat meningkatkan nafsu makan udang galah dengan kondisi air yang baik dibandingkan perlakuan B dan D, sehingga berpengaruh terhadap persentase kelangsungan hidup sebesar 88,33%, laju pertumbuhan harian sebesar 1,76% dan tingkat efisiensi pemberian pakan sebesar 38,86%. Nilai tersebut merupakan nilai tertinggi diantara perlakuan lainnya. Tingginya konsentrasi amonia pada perlakuan D dikarenakan terlalu banyaknya bakteri probiotik sehingga mengakibatkan terjadinya persaingan dalam pengambilan nutrisi untuk

14 DO (mg/l) 35 pertumbuhan bakteri dan menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian, dengan demikian peranan bakteri probiotik sebagai dekomposer menjadi kurang optimal dan berpengaruh terhadap kualitas air yang menurun. Namun, konsentrasi amonia hasil pengukuran selama penelitian pada perlakuan A (kontrol) berkisar 0,003 0,0825 mg/l, perlakuan B (2,5 mg/l) 0,003-0,675 mg/l, perlakuan C (5 mg/l) 0,003-0,006 dan perlakuan D (7,5 mg/l) 0,003-0,0825 mg/l. Kisaran ini masih layak untuk menjamin kelangsungan hidup udang galah (Macrobrachium rosenbergii).khairuman(2004) menyatakan bahwa batas toleransi kandungan amonia yang dapat membunuh udang galah adalah> 0,1 Mg/L Oksigen Terlarut (DO) Oksigen sangat diperlukan ikan untuk bernafas dan metabolisme dalam tubuh yang akan menghasilkan aktivitas gerak, tumbuh dan reproduksi. Oksigen yang dibutuhkan oleh udang adalah oksigen yang terlarut dalam air. Hasil pengamatan oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,3 6,175 mg/l A (Kontrol) B (2,5 mg/l) C (5 mg/l) D (7,5 mg/l) Minggu Ke- Gambar 17. Grafik Dissolved Oxygen (DO) Selama Penelitian

15 36 Berdasarkan grafik diatas kisaran oksigen terlarut cukup stabil, hal ini dikarenakan pada setiap media pemeliharaan dipasang aerator sebagai penyuplai oksigen. Pada perlakuan C (5 mg/l) yang ditambahkan probiotik dengan carrier zeolit kandungan DO lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain, hal ini diduga zeolit yang terkandung dalam probiotik bekerja dengan optimal. Seperti yang telah diketahui bahwa zeolit berfungsi meningkatkan kadar oksigen terlarut (DO) dalam air. Hasil pengamatan oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,3-6,175 mg/l. Kisaran ini masih memenuhi persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan udang galah yaitu minimal 4 mg/l air (Khairuman dan Amri 2004) Suhu Suhu adalah salah satu faktor penting yaitu sebagai faktor pengontrol yang dapat mempengaruhi aktivitas fisiologis dan kimiawi organisme perairan(boyd 1990). Hasil pengukuran suhu media pemeliharaan selama penelitian berkisar antara C. Nilai suhu pada media pemeliharaan setiap perlakuan tidak berbeda/sama meskipun pada saat penelitian tidak dipasang water heater. Hal ini dikarenakan suhu di hatchery Ciparanje cukup stabil tanpa adanya alat bantu seperti water heater. Kisaran suhu ini masih memenuhi persyaratan suhu pemeliharaan udang galah yaitu C (Hadie dan Hadie 2001). Tabel 4. Kisaran Suhu Selama Penelitian ( C) Konsentrasi Probiotik Minggu Ke- (mg/l) 0 I II III IV V VI A (0) B (2,5) C (5) D (7,5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di LaboratoriumPembenihan Ikan Ciparanje, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budidaya ikan hias dapat memberikan beberapa keuntungan bagi pembudidaya antara lain budidaya ikan hias dapat dilakukan di lahan yang sempit seperti akuarium atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil pengamatan kelangsungan hidup larva ikan Nilem selama 15 hari dengan pemberian Artemia yang diperkaya dengan susu bubuk afkir 0,3 g/l, 0,5 g/l,

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Benih Lele Sangkuriang yang terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis benih lele sangkuriang yang diinfeksikan Aeromonas hydrophila meliputi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. patin (Pangasius hypophthalmus). Peningkatan produksi patin dapat dilakukan

I. PENDAHULUAN. patin (Pangasius hypophthalmus). Peningkatan produksi patin dapat dilakukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ikan air tawar yang mempunyai prospek budidaya cukup baik yaitu patin (Pangasius hypophthalmus). Peningkatan produksi patin dapat dilakukan dengan cara penyediaan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Kecepatan moulting kepiting bakau Pengamatan moulting kepiting bakau ini dilakukan setiap 2 jam dan dinyatakan dalam satuan moulting/hari. Pengamatan dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila merah (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan yang banyak dikonsumsi, karena dagingnya enak, juga merupakan sumber protein

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan ikan lele hasil persilangan antara induk betina F 2 dengan induk jantan F 6 sehingga menghasilkan F 26. Induk jantan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Daya Rekat Telur Ikan Komet Daya rekat merupakan suatu lapisan pada permukaan telur yang merupakan bagian dari zona radiata luar yang mengandung polisakarida dan sebagian

Lebih terperinci

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan 145 PEMBAHASAN UMUM Peranan mikroflora dalam fungsi fisiologis saluran pencernaan ikan bandeng telah dibuktikan menyumbangkan enzim pencernaan α-amilase, protease, dan lipase eksogen. Enzim pencernaan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) tertinggi dicapai oleh perlakuan naungan plastik transparan sebesar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Hematokrit Ikan Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam darah, bila kadar hematokrit 40% berarti dalam darah tersebut terdiri dari 40% sel darah merah dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan berbagai perlakuan, terhadap perubahan kandungan protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Dari penelitian ini, didapatkan data sebagai berikut: daya listrik, kualitas air (DO, suhu, ph, NH 3, CO 2, dan salinitas), oxygen transfer rate (OTR), dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3 NH3 atau amonia merupakan senyawa yang diperoleh dari hasil degradasi protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gurame (Oshpronemus gouramy) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, yang sangat disukai oleh masyarakat karena dagingnya yang enak dan tebal. Namun sangat disayangkan

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Pertumbuhan Bobot dan Panjang Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Setelah 112 hari pemeliharaan benih ikan selais (Ompok hypophthalmus) didapatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rataan konsumsi protein kasar (PK), kecernaan PK dan retensi nitrogen yang dihasilkan dari penelitian tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Kecernaan PK, Retensi

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon

Lebih terperinci

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Dian Puspitasari Program studi Budidaya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas Asahan Email: di_dianri@yahoo.com

Lebih terperinci

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing 37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai ekonomis tinggi dan merupakan spesies asli Indonesia. Konsumsi ikan gurami (Osphronemus gouramy)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi untuk dikembangkan (Ghufran, 2010). ikan Patin banyak dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kecerahan Warna Timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid dari makanan alami (Simpson et al. 1981 dalam Utomo dkk 2006), sedangkan sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan menyebabkan sumber air bersih berkurang, khususnya di daerah perkotaan. Saat ini air bersih menjadi barang yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Hasil penelitian mengenai pengaruh biokonversi biomassa jagung oleh mikroba Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi terdapat kendala yang dapat menurunkan produksi berupa kematian budidaya ikan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Probiotik Penggunaan bakteri untuk kesejahteraan manusia seperti kesehatan dan pertanian sangat menarik perhatian lebih dari satu dekade terakhir. Probiotik sudah digunakan di

Lebih terperinci

POTENSI MIKROBA PROBIOTIK_FM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AIR KOLAM DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

POTENSI MIKROBA PROBIOTIK_FM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AIR KOLAM DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Volume 17, Nomor 2, Hal. 18-25 Juli Desember 2015 ISSN:0852-8349 POTENSI MIKROBA PROBIOTIK_FM DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AIR KOLAM DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Lisna,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter) 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang 4.1.1 Pertambahan Bobot Lele Sangkuriang Selama penelitian, bobot dan panjang benih lele sangkuriang mengalami peningkatan untuk setiap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu Berdasarkan analisis ANAVA (α=0.05) terhadap Hubungan antara kualitas fisik dan kimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh kosentrasi limbah terhadap gerakan insang Moina sp Setelah dilakukan penelitian tentang gerakan insang dan laju pertumbuhan populasi Moina sp dalam berbagai kosentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo ( Clarias gariepenus ) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika dan pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1986.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN 4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN Faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses pemanfaatan pakan tidak hanya pada tahap proses pengambilan, pencernaan, pengangkutan dan metabolisme saja, bahkan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tahap I Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh data sintasan (Gambar 1), sedangkan rata-rata laju pertumbuhan bobot dan panjang harian benih ikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph IV HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan pada saat proses fermentasi. ph produk fermentasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) benih ikan patin yang dipelihara dengan masa pemeliharaan 30 hari memiliki hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan terhadap ikan didapatkan suatu parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup berupa laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak dan derajat kelangsungan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air HASIL PENELITIAN Kondisi Kualitas Air Kualitas Air pada Tahap Eksplorasi Salinitas yang digunakan sebagai perlakuan didasarkan pada penelitian pendahuluan yang menghasilkan petunjuk batas kisaran optimal

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Vertikal Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi sumberdaya suatu perairan karena akan berpengaruh secara langsung pada kehidupan

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA ANALITIK

MAKALAH KIMIA ANALITIK MAKALAH KIMIA ANALITIK Aplikasi COD dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Disusun oleh : Ulinnahiyatul Wachidah ( 412014003 ) Ayundhai Elantra ( 412014017 ) Rut Christine ( 4120140 ) Universitas Kristen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo 1.2 Robi Hendrasaputro, 2 Rully, dan 2 Mulis 1 robihendra40@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Permintaan pasar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan 27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rasio Kelamin Ikan Nilem Penentuan jenis kelamin ikan dapat diperoleh berdasarkan karakter seksual primer dan sekunder. Pemeriksaan gonad ikan dilakukan dengan mengamati

Lebih terperinci