HASIL DAN PEMBAHASAN. yang memiliki luas 589,946 HA, terletak pada Koordinat Bujur Timur 107,575, dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. yang memiliki luas 589,946 HA, terletak pada Koordinat Bujur Timur 107,575, dan"

Transkripsi

1 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian TPK Sukamenak merupakan salah satu TPK yang berada diwilayah kerja KPBS, yang terletak di Desa Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung yang memiliki luas 589,946 HA, terletak pada Koordinat Bujur Timur 107,575, dan Lintang selatan 7,178. Sukamenak berada pada ketinggian 1.447,8 m dpl., dengan kisaran suhu C, dan curah hujan 1.382,5 mm/tahun (Nanang, 2014). Sukamenak merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan sapi perah, karena suhu rata-rata 18,3 C dan ketinggian tempat m dpl., cocok untuk pengembangan sapi perah di daerah tropis (Williamson, 1965). TPK Sukamenak terdiri dari 173 orang peternak yang terbagi menjadi lima kelompok ternak, yaitu kelompok Sukamenak satu terdiri dari 36 orang peternak, kelompok Sukamenak dua terdiri dari 51 orang peternak, kelompok Sukamenak tiga terdiri dari 35 orang peternak, kelompok Sukamenak empat terdiri dari 48 orang peternak, dan kelompok Sukamenak lima terdiri dari 3 orang peternak Jumlah Kepemilikan Sapi Perah Laktasi Alasan peternak membesarkan pedet betina sapi perah salah satunya adalah jumlah sapi laktasi atau sapi produktif yang dimiliki, karena biaya pembesaran berupa pakan maupun kesehatan yang dikeluarkan akan ditanggung oleh sapi perah yang

2 30 sudah menghasilkan susu. Sapi perah tidak produktif dalam hal ini pedet dan dara, tidak mendapatkan jatah pakan dari koperasi. Koperasi hanya akan memberikan pakan untuk sapi perah yang produktif karena biaya pakan akan diambil dari susu yang disetor ke koperasi, artinya keberadaan betina produktif untuk usaha pembesaran sangatlah penting. Kepemilikan sapi perah produktif dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Kepemilikan Sapi Perah Laktasi No Skala Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina Orang % Orang % 1 < , , , ,11 Total Kriteria skala usaha meliputi skala kecil adalah kurang dari 4 ekor sapi, skala menengah adalah 4-7 ekor sapi dan skala besar yaitu, lebih dari 7 ekor (Priyanti, 2009). Responden yang melakukan dan tidak melakukan pembesaran sendiri lebih banyak berasal dari usaha skala kecil, yaitu kepemilikan sapi perah laktasi kurang dari 4 ekor. Alasan responden melakukan pembesaran adalah untuk meningkatkan populasi, sedangkan yang tidak membesarkan adalah tidak cukupnya betina produktif untuk membiayai pembesaran pedet sampai dengan menjadi induk, karena dari 56 orang responden yang tidak melakukan pembesaran sendiri, 3 orang tidak memiliki betina produkti, 23 orang hanya memiliki satu ekor betina produktif, 21 orang memiliki 2 ekor betina produktif, dan 9 orang memiliki 3 ekor betina produktif.

3 Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang berada di Tpk Sukamenak wilayah kerja KPBS Pangalengan. Identitas responden yang dianalogikan adalah umur, pendidikan, pengalaman beternak, dan pekerjaan Umur Responden Umur responden berkisar antara 23 sampai dengan 79 tahun, dimana pada umur tahun merupakan kelompok umur produktif, pada umur tersebut tenaga kerja cukup tersedia dengan produktifitas tinggi, sedangkan umur >55 tahun merupakan kelompok umur tidak produktif. Umur <15 merupakan kisaran umur muda, pada umur ini termasuk kelompok yang belum produktif, artinya orang yang berada pada kisaran umur ini masih menjadi tanggung jawab orang dewasa (Adiwilaga, 1974). Umur responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Umur Responden No Umur (Tahun) Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina Orang % Orang % , ,65 2 > , ,35 Total Pembesaran pedet sapi perah di TPK Sukamenak banyak dilakukan oleh peternak yang berumur tahun, begitupun yang tidak melakukan pembesaran atau sumber induk diperoleh dari membeli, banyak dilakukan oleh peternak yang

4 32 berumur tahun, dimana reponden yang berada pada umur tahun termasuk kedalam kelompok umur produktif. Responden yang berada pada umur produktif dianggap telah memiliki kemampuan berwirausaha dalam bidang peternakan, sehingga peternak diharapkan dapat menentukan pola pergantian induk yang cocok dengan usaha peternakan sapi perah miliknya, dengan pertimbangan berbagai resiko yang akan dihadapi, karena kelompok umur produktif merupakan sumber tenaga yang produktif sehingga diharapkan mampu mengembangkan usahanya, serta dalam umur produktif responden dianggap mampu menyelesaikan masalah serta resiko yang dihadapi berdasarkan pola pikir serta kematangan berpikir (Herlawati, 2007) Pendidikan Responden Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada jenis mata pencaharian yang dilakukan maupun jenis pekerjaan lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan penghasilan yang memadai (Dwijatmiko, 2001). Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, hal tersebut sesuai dengan pekerjaan responden yaitu sebagai peternak, dan disamping beternak responden juga sebagai petani atau buruh, ilmu yang digunakan biasanya didapatkan dari turun menurun atau berasal dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain, sehingga pendidikan dianggap tidak terlalu penting bagi responden. Tingkat pendidikan rendah akan mengakibatkan lambatnya mengadopsi teknologi yang banyak berkembang dilapangan, sedangkan semakin tinggi tinggi tingkat pendidikan

5 33 tata laksana akan menjadi lebih baik karena adopsi inovasi baru dalam teknik beternak serta cara berfikir dalam memecahkan masalah lebih matang (Dwijatmiko, 2001). Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Pendidikan Responden No Pendidikan Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina Orang % Orang % 1 Tidak Tamat SD 6 8,2 6 9,7 2 SD 31 42, ,2 3 SMP 23 31, ,8 4 SMA 13 17,8 9 14,5 5 PT ,8 Total Rendahnya tingkat pendidikan responden akan berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan usaha, karena pendidikan akan berpengaruh pada pada penyerapan inovasi pertanian atau petenakan serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam mengelola usaha peternakannya (Suarta,1997) Pengalaman Beternak Pengalaman beternak dapat menentukan kelangsungan dan keberhasilan usaha serta dapat menentukan baik tidaknya usaha peternakan. Pengalaman beternak sangat penting, karena peternak yang memiliki pengalaman beternak yang lama dianggap mempunyai ketekunan bekerja, dimana ketekunan merupakan hal yang mutlak dalam beternak sapi perah, karena beternak sapi perah merupakan pekerjaan yang membutuhkan perhatian intensif, serta usaha peternakan sapi perah tidak selalu berhasil, dan kegagalan merupakan pelajaran bagi usaha-usaha yang akan datang.

6 34 Peternak yang berpengalaman akan cepat bangun dari kegagalan dan akan belajar dari pengalaman kegagalan, sehingga tidak akan mengalami kegagalan yang sama (Herry, 2006). Pengalaman responden dalam beternak peternak di TPK Sukamenak dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pengalaman Beternak Responden No Pengalaman Beternak (Tahun) Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina Orang % Orang % 1 <5 2 2, < , > , Total Tabel 10 menunjukan bahwa pengalaman beternak responden lebih dari 10 tahun. Responden dianggap memiliki banyak pengetahuan serta keterampilan dalam usaha peternakan, karena pengalaman yang lama akan menunjang keterampilan beternak seorang peternak dan dari pengalaman yang diperoleh akan tercipta suatu pengetahuan (Notoadmojo, 2010) Mata Pencaharian Responden Sebagian responden bermata pencaharian utamanya sebagai peternak. Sebagian lain responden menjadikan beternak sebagai mata pencaharian sampingan, disamping responden bertani atau buruh, beternak dilakukan hanya untuk menambah

7 35 pendapatan atau sebagai tabungan apabila suatu hari memerlukan uang dalam jumlah yang besar. Mata pencaharian peternak dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Mata Pencaharian Responden No Mata Pencaharian Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina Orang % Orang % 1 Peternak 59 80, ,2 2 Tani ternak 11 15,1 9 14,5 3 Peternak & 3 4,1 2 3,2 Buruh 4 Lain-lain ,1 Total Responden yang bermata pencaharian utama sebagai peternak diharapkan akan dapat menjalankan usahanya dengan sungguh-sungguh dan berusaha mengembangkan usahanya karena beternak merupakan sistem perekonomian responden, dapat diartikan bahwa beternak merupakan satu-satunya pemenuhan kebutuhan jasmaniah responden (Raharjo, 2004) Minat Responden Membesarkan Pedet Betina Sapi perah Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat mendorong manusia mencapai tujuan (Sri, 2012), minat membesarkan pedet betina sapi betina perah adalah merupakan keinginan responden untuk melakukan pembesaran pedet betina sapi perah yaitu dari mulai sapi tersebut disapih sampai dengan siap menjadi induk pengganti. Minat responden dalam membesarkan pedet betina sapi perah dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukan bahwa semua responden berminat untuk membesarkan pedet betina sapi perah. Responden yang melaksanakan pembesaran pedet betina

8 36 dapat memperoleh beberapa keuntungan, yaitu pedet hasil pembesaran dapat dijadikan untuk menambah populasi, dapat dijadikan sebagai induk pengganti sapi afkir, dan dapat dijual apabila responden membutuhkan uang, baik untuk pendidikan anak, biaya rumah sakit, membeli tanah dan keperluan mendadak lainnya. Tabel 12. Minat Responden Membesarkan Pedet Betina Sapi Perah No Minat Pembesaran Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina Orang % Orang % 1 Minat Tidak Minat Total Responden yang membesarkan sendiri atau yang tidak membesarkan, semuanya berminat untuk membesarkan sendiri sapi yang akan menjadi induk pengganti, namun responden yang tidak melakukan pembesaran dihadapkan pada beberapa faktor penghambat, seperti adanya kebutuhan mendadak yang menyebabkan responden harus menjual pedet miliknya serta tidak cukupnya induk produktif yang membiayai biaya pembesaran Anggaran Parsial Pembesaran Pedet Betina Sapi Perah Anggaran parsial dilakukan untuk mengevaluasi akibat-akibat yang disebabkan oleh perubahan usahatani (Soekarwati, dkk., 1986). Perubahan yang terjadi pada usaha sapi perah yang memelihara sendiri pedet betina sebagai calon induk adalah :

9 37 1. Pakan Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan) serta laktasi (produksi susu). Pakan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat (produk bijian atau butiran) dan bahan berserat (jerami atau rumput) (Blakely, dkk., 1998). Perubahan yang terjadi pada peternakan sapi perah yang memelihara pedet betina secara mandiri salah satunya adalah pakan, perubahan ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah pakan yang diperlukan dalam suatu peternakan sapi perah karena peternak harus memberi pakan pada pedet yang dibesarkan untuk calon induk, baik pakan konsentrat, pakan hijauan serta pakan tambahan lainnya. Rata-rata pertambahan pakan yang diperlukan oleh peternak di TPK Sukamenak untuk membesarkan pedet betina sapi perah dapat dilihat pada Tabel 13. NO Tabel 13. Rata-Rata Pertambahan Pakan untuk Usaha Pembesaran Sapi Perah Umur (Bulan) Hijauan (Kg/ekor/hari) Konsentrat (Kg/ekor/hari) Pakan Tambahan (Kg/ekor/hari) ,89 1,58 1, ,9 2,72 2, ,14 3,19 2, ,19 3,66 2, ,23 4,00 2, ,87 4,15 2,63 Pedet berumur 2 minggu sudah harus diajari memakan hijauan muda dan segar (Firman, 2010). Pemberian hijauan lebih dari 40% bahan kering atau minimal pemberian bahan kering sebanyak 1,5% bobot badan dan kadar air maksimal 25

10 38 sampai 50% (Toharmat, 1997). Rata-rata hijauan yang diberikan peternak untuk sapi berumur pada umur 2 minggu adalah 0,15 kg, semakin pedet bertambah umurnya, maka jumlah pemberian hijauan semakin bertambah. Konsentrat harus mulai diberikan pada umur 3-4 minggu dengan jumlah awal 0,25 kg, kemudian jumlahnya ditingkatkan seiring dengan pertambahan berat badan pedet (Firman, 2010). Pemberian konsentrat untuk sapi lepas sapih umumnya 2 kg dengan kandungan protein 14-16% dan pemberian dapat dibatasi setelah umur 10 bulan (Toharmat, 1997), sedangkan rata-rata pemberian konsentrat oleh peternak adalah 1,58 kg dan pemberiannya semakin ditingkatkan dengan semakin bertambahnya umur. Pemberian ransum untuk pembesaran pedet harus diperhatikan kualitas maupun kuantitasnya, yakni yang dapat memberikan pertumbuhan cepat namun bukan untuk penggemukan (Subandriyo, dkk., 2009). Pemberian pakan baik hijauan maupun konsentrat untuk pembesaran pedet betina sapi perah akan menambah jumlah pakan yang harus dikeluarkan peternak, sehingga membuat biaya produksi bertambah. Satu Kg pakan konsentrat dibeli dengan harga Rp dan rata-rata harga hijauan adalah Rp Tenaga Kerja Usaha peternakan rakyat merupakan perusahaan keluarga, dimana semua anggota keluarga terlibat didalamnya (yang sudah dapat bekerja dalam usaha).

11 39 Peternak dalam usahanya memerankan dua peranan penting yaitu pemimpin perusahaan yang mengurus management, dan sebagai pekerja utama yang melakukan bagian terbesar dari pekerjaan-pekerjaan penting (Adiwilaga, 1974). Jumlah jam kerja peternak di TPK Sukamenak dalam sehari rata-ratanya adalah 12 jam, yang terdiri dari pemerahan sebanyak dua kali (pagi dan sore), mencari rumput sebanyak satu sampai dengan dua kali, membersihkan kandang dan memandikan sapi serta memberi pakan sebanyak 3 sampai dengan 4 kali. Faktorfaktor yang menyebabkan jumlah jam kerja peternak besar adalah jenis kegiatan yang dilakukan, jarak dan lokasi kegiatan serta frekuensi pelaksanaan kegiatan dan siapa yang melakukan kegiatan tersebut (Sumardi, 1998). Pemeliharaan pedet betina yang dilakukan peternak akan menambah jam kerja peternak, karena jumlah jam kerja peternak akan bertambah atau semakin lama sesuai dengan jumlah ternak yang dimiliki (Dwijatmiko, 2001). Jam kerja peternak bertambah adalah memberi pakan, menyabit rumput serta membersihkan kandang. Pertambahan jumlah jam kerja peternak di TPK Sukamenak dapat dilihat pada lampiran 7, dalam memberikan pakan untuk pedet, peternak memerlukan waktu ratarata 27,43 menit, untuk menyabit rumput, rata-rata waktu yang diperlukan adalah 33,33 menit dan untuk membersihkan kandang adalah 37,44 menit, jadi dalam satu hari jam kerja peternak akan bertambah 98,20 menit karena memelihara pedet betina sebagai calon induk, dengan upah rata-rata sebesar Rp ,93/ 12 jam.

12 40 Tenaga kerja yang terlibat dalam peternakan rata-rata dua orang, terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga yaitu peternak (suami) dan istrinya atau peternak dan anaknya. Tenaga kerja keluarga banyak dipakai dalam usaha skala kecil, pembagian kerja dalam keluarga didasarkan atas tradisi dan perbedaan-perbedaan fisik (Mubyarto, 1991). Tenaga kerja laki-laki pada usaha peternakan sapi perah biasanya paling banyak mencurahkan waktunya dibandingkan tenaga kerja wanita atau anakanak (Dwijatmiko, 2001). Jenis kegiatan yang dilakukan tenaga kerja laki-laki di TPK Sukamenak adalah memerah, mencari hijauan, memandikan sapi dan memberi pakan, jenis kegiatan tenaga kerja wanita adalah membersihkan kandang, memberi pakan dan membantu mencari rumput, dan jenis kegitan yang dilakukan anak-anak adalah membantu membersihkan kandang serta memberi pakan. 3. Obat-obatan, Vitamin dan Mineral Kesehatan, kebersihan serta asupan makanan pedet dan dara harus diperhatikan, karena tingkat kematian pedet akan mencapai 5% sampai umur 6 bulan dan 5,7-60% sampai umur 1 tahun (Santosa, 1999). Kematian yang sering terjadi disebabkan kurang makan/susu, penyakit penumonia yang sering berkomplikasi dengan gangguan pencernaan dan infeksi pada pusar (Djaja, dkk., 2009). Penyakit yang sering melanda pedet di TPK Sukamenak adalah penyakit cacingan, yaitu penyakit yang sering menyerang pedet pada minggu-minggu pertama

13 41 sejak lahir. Tanda-tanda pedet terserang penyakit cacingan adalah hilangnya nafsu makan, terjadi konstipasi (sembelit, sukar mengeluarkan kotoran), dan diare. Pencegahan pada penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing pada pedet umur hari dan pada pedet yang berusia diatas 20 hari (Santosa, 1999). Sapi perah memerlukan mineral untuk kebutuhan hidupnya, misalnya natrium (Na), kalsium (Ca), Phosphorm (P), dan vitamin-vitamin (Firman, 2010). Peternak TPK Sukamenak tidak memberikan mineral tambahan untuk sapi perahnya karena menurut peternak di dalam konsentrat yang diberikan sudah mengandung mineralmineral yang pedet butuhkan. Obat dan vitamin merupakan salah satu faktor yang berubah secara kuantitas dalam usaha peternakan sapi perah yang memelihara pedet betina sendiri sebagai calaon induk, namun perubahan kuantitas ini tidak merubah biaya yang dikeluarkan oleh peternak di TPK Sukamenak, karena menurut KPBS biaya untuk kesejahteraan ternak (obat, vitamin dan inseminasi buatan) diambil dari produksi susu yang dihasilkan oleh peternakan (produksi susu perbulan x harga dasar susu x 4%), biaya tersebut setiap bulannya dipotong baik ada sapi yang sakit maupun tidak ada sapi yang sakit. Partial budget analysis adalah tabulasi dari tambahan nilai yang diharapkan dan kerugian dari tambahan nilai yang diharapkan dan kerugian yang ditimbulkan akibat suatu perubahan dalam sistem usaha (Priyanti, dkk., 2009), untuk mengetahui

14 42 keuntungan atau kerugian yang timbul akibat perubahan-perubahan yang timbul karena peternak membesarkan pedet betina sebagai calon induk dapat dilihat pada Tabel 14, 15, dan 16. Tabel 14. Anggaran Parsial Usaha Sapi Perah dalam Pembesaran Pedet Betina (A) Penurunan Pendapatan Rp (B) Peningkatan Pendapatan 1. Biaya Tambahan 2. Tambahan pendapatan Hijauan Penjualan dara umur 10 bulan Konsentrat Pakan tambahan Tenaga kerja Rp Penghasilan yang hilang Penjualan pedet umur 3 bulan 4. Pengurangan Biaya Pembelian dara umur 10 bulan Total (A) Rp Total (B) Rp Net income change (B-A) Rp Keterangan : Anggaran parsial peternak yang tidak melakukan pembesaran menjadi melakukan pembesaran sampai umur 10 bulan Tabel 15. Anggaran Parsial Usaha Sapi Perah dalam Pembesaran Pedet Betina (C) Penurunan Pendapatan Rp (D) Peningkatan Pendapatan 5. Biaya Tambahan 6. Tambahan pendapatan Hijauan Penjualan dara umur 12 bulan Konsentrat Pakan tambahan ,9 Tenaga kerja Rp Penghasilan yang hilang Penjualan pedet umur 3 bulan 8. Pengurangan Biaya Pembelian dara umur 12 bulan

15 43 Total (A) Rp Total (B) Rp Net income change (B-A) Rp Keterangan : Anggaran parsial peternak yang tidak melakukan pembesaran menjadi melakukan pembesaran sampai umur 12 bulan Tabel 16. Anggaran Parsial Usaha Sapi Perah dalam Pembesaran Pedet Betina (E) Penurunan Pendapatan Rp (F) Peningkatan Pendapatan 9. Biaya Tambahan 10. Tambahan pendapatan Hijauan Penjualan dara umur 24 bulan Konsentrat Pakan tambahan Tenaga kerja ,1 Rp Penghasilan yang hilang Penjualan pedet umur 3 bulan 12. Pengurangan Biaya Pembelian dara umur 24 bulan Total (A) Rp Total (B) Rp Net income change (B-A) Rp Keterangan : Anggaran parsial peternak yang tidak melakukan pembesaran menjadi melakukan pembesaran sampai umur 12 bulan Tabel 14, 15, dan 16 menunjukan nilai net income change bernilai positif, yaitu sebesar Rp untuk pembesaran sampai dengan umur 10 bulan, Rp untuk pembesaran sampai dengan umur 12 bulan, dan Rp untuk pembesaran sampai dengan umur 24 bulan, artinya bahwa pembesaran pedet betina secara mandiri sampai dengan umur berapapun untuk calon induk dapat memberikan manfaat atau dapat meningkatkan pendapatan bagi usaha peternakan sapi perah.

16 44 Hasil penelitian Pakpahan (2013), adopsi rearing pada usaha sapi perah di Desa Cihanjuang Rahayu, yang dianalisis dengan anggaran parsial memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp persatu ekor pedet yang dibesarkan sampai umur empat bulan, artinya pembesaran pedet sapi perah dapat memberikan keuntungan finansial atau tambahan pendapatan untuk peternak Partisipatori Sistem Analisis Eliminasi Faktor Sembilan belas faktor pendorong dan penghambat yang telah diidentifikasi kemudian dieliminasi dengan menggunakan uji Cochran dengan tujuan ditentukannya faktor dominan pendorong dan penghambat pembesaran pedet betina sapi perah. Frekuensi jawaban peternak untuk ke 19 faktor pendorong dan penghambat yang telah teridentifikasi terdapat pada Tabel 17. Tabel 17. Frekuensi Kesesuaian Jawaban Peternak Faktor Pendorong dan Penghambat Pembesaran Pedet Betina Faktor Frekuensi YA TIDAK Umur Peternak Tenaga Pekerja Keluarga Tingkat Pendidikan Pengalaman Beternak Pengetahuan Peternak Asumsi Pembesaran Pedet Lama Menghasilkan Keuntungan Ternak Hijauan Lahan Modal 81 54

17 45 Biaya Pembesaran Kebutuhan Peternak Akan Uang Inseminasi Buatan Pakan Konsentrat Kebijakan Koperasi Kebijakan Dinas Kebijakan Pemerintah Bandar Permintaan Susu Jawaban responden terhadap faktor tersebut selanjutnya difalidasi dengan uji Cochran, dengan menggunakan program SPSS, hasil uji tersebut adalah dari jumlah responden sebanyak 135 orang, untuk df = 18, nilai Q hitung adalah 588,488 dan untuk df 18 dengan α 0,5 maka nilai Q tabel adalah 28,869. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah Q hitung > Q tabel, maka H0 ditolak dan terima H1. Hasil dari empat kali perhitungan menghasilkan 2 faktor pendorong dan penghambat yang valid, yaitu ternak dan kebutuhan peternak akan uang merupakan faktor pendorong dan penghambat pemelirahaan pedet betina sapi perah sebagai calon induk. Kedua faktor pendorong dan penghambat yang telah valid merupakan faktor penentu atau bukan akan diketahui dengan analisis PSA Analisis Faktor Penentu Dua faktor pendorong dan penghambat yang terdiri dari kebutuhan ternak untuk Replacement stock dan kebutuhan akan uang dianlisis untuk mengetahui apakah menjadi faktor penentu atau bukan. Faktor-faktor tersebut dianalisis lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi faktor-faktor tersebut masuk dalam kategori :

18 46 sympotom, critical element, buffer atau motor/laver. Kedua faktor itu adalah ternak dengan jumlah jawaban Ya 112 dan kebutuhan peternak akan uang dengan jawaban Ya 110. Kedua faktor dinilai tingkat pengaruh antar faktor, nilai pengaruh perpeternak dapat dilihat pada lampiran 12 dan nilai pengaruh yang telah mewakili semua peternak dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 18. Nilai Pengaruh Antar Faktor Kebutuhan Faktor akan ternak Kebutuhan akan ternak 2 Kebutuhan akan uang 1 Kebutuhan akan uang PS 1 2 AS DI (AS-PS) AR(AS/PS) 2 0,5 Keterangan : AS : Active Sum, PS : Pasive Sum, AR: Activaty Ratio, DI : Degree of Interrelatio Faktor kebutuhan akan ternak terletak pada kuadran dua yaitu kuadran Critical Element. Faktor yang berada pada kuadran critical element merupakan faktor yang harus diperhatikan karena dapat berubah sewaktu-waktu dan membuat efek samping (Van, 2005). Kebutuhan peternak akan uang berada pada kuadran tiga yaitu buffer. Faktor yang berada pada kuadran buffer merupakan faktor yang tidak dipengaruhi atau mempengaruhi faktor lainnya (Herweg, dkk., 2002). Kategori kedua faktor tersebut menurut hasil PSA dapat dilihat pada Ilustrasi 3.

19 47 Critical Element Symptom Kebutuhan akan Ternak Buffer Motor/lever Kebutuhan uang Ilustrasi3.Faktor penentu pembesaran pedet betina sapi perah Kebutuhan akan ternak (untuk Replacement Stock) Kebutuhan akan ternak (untuk Replacement Stock) terdapat pada kuadran critical element karena kebutuhan akan ternak untuk pengganti induk merupakan hal yang harus diperhatikan oleh peternak untuk meneruskan generasi dan meningkatkan populasi peternakan sapi perahnya, jika suatu peternakan sapi perah tidak memiliki sapi perah pengganti maka akan menghambat peningkatan populasi peternakan serta produksi usaha akan terganggu yang mengakibatkan penurunan pendapatan, artinya penyediaan sapi pengganti induk harus sangat diperhatikan karena dampak yang ditimbulkan jika tidak memiliki induk pengganti sangat merugikan peternak. Lazimnya induk pengganti dibutuhkan sekitar 30% setiap tahun dari seluruh induk yang dipelihara (Santosa, 1999). Peternak harus pandai memilih pedet untuk dijadikan calon induk mengingat pentingnya penyediaan induk pengganti. Pedet sebagai calon induk harus berasal dari

20 48 induk yang menghasilkan susu yang tinggi, memiliki berat badan yang normal (30 kg keatas) (Atmadilaga, 1976), namun hal tersebut harus ditunjang dengan feeding dan manajemen pemeliharaan yang baik. 1. Feeding atau Pemberian Ransum untuk Pembesaran Pedet Ransum merupakan input produksi yang vital bagi ternak itu sendiri. Selain dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup pokok, ransum juga digunakan untuk berproduksi, misalnya untuk tumbuh, untuk mempertahankan kebuntingan dan melahirkan, untuk menghasilkan susu, dan sebagainya. Pertumbuhan ternak akan terhambat, produksi rendah, ternak akan kurus dan tidak mampu berproduksi, apabila ransum yang diberikan tidak sesuai atau kurang dari kebutuhannya (Firman, 2010). Pertumbuhan sapi pengganti induk harus selalu diperhatikan dengan cara memberikan pakan dengan kualitas baik dan kuantitas yang sesuai, karena pertumbuhan sapi dara sebelum melahirkan anak pertama tergantung sekali pada pakan yang diberikan. Banyak sekali peternak yang sering mengabaikan pemeliharaan sapi setelah lepas sapih sehingga pertumbuhan sapi dara akan terhambat, pada saat beranak pertama berat badan sapi tidak normal atau kecil, sapi akan beranak pertama terlamat sampai tiga tahun dan atau bahkan lebih, dan produksi susu tidak akan sesuai yang diharapkan (Atmadilaga, dkk., 1976). 2. Manajemen Pemeliharaan Pedet Manajemen dalam usaha peternakan sapi perah merupakan penentu dari keberhasilan atau kegagalan usaha karena tindakkan yang kurang efisien akan menghambat usaha yang mengakibatkan perkembangan usaha menjadi lambat (Prodjodihardjo, 1984). Manajemen pemeliharaan pedet sangat penting karena

21 49 tingkat kematian ternak pada fase pedet lebih tinggi dibandingkan dengan sapihan maupun dewasa (Tiba, 2009). Kesehatan pedet sampai dengan umur 4 bulan harus benar-benar dijaga dan diawasi karena pada umur tersebut tingkat kematian pedet sekitar 25-33%, kematian tersebut banyak disebabkan oleh kekurangan makan/susu dan penyakit gangguan pencernaan (Djaja, 2009). Kematian pedet akan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi peternak karena harga seekor pedet termasuk mahal dan tingkat kematian akan lebih tinggi pada pemeliharaan secara tradisional yaitu 6,99% untuk pedet yang dipelihara sejak lahir (Santosa, 1999). 3. Manajemen Sapi Dara Usaha untuk menghasilkan pedet dan sapi dara yang kuat dan sehat, sangat penting agar usaha sapi perah mempunyai harapan masa depan yang baik dan menguntungkan (Toharmat, dkk., 1997). Usaha pembibitan sapi perah diperlukan bibit yang baik, untuk memperoleh bibit yang baik harus dilakukan pemuliaan dalam satu rumpun atau satu galur, baik pejantan maupun induk yang dikawinkan berasal dari satu rumpun atau galur yang sama. Bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam upaya pengembangan sapi perah (Direktorat Perbibitan Ternak, 2014), untuk itu manajemen sapi dara sebagai bibit sangat penting diperhatikan peternak untuk upaya pengembangan sapi perahnya. Kebutuhan akan ternak berada di kuadran critical element mengharuskan peternak untuk benar-benar memperhatikan dan mengelola pembesaran pedet betina untuk pengganti induk dengan baik, artinya peternak harus banyak membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam pembesaran pedet betina untuk pengganti induk, karena keberhasilan pembangunan peternakan akan sangat

22 50 ditentukan oleh sumberdaya manusia peternak sebagai pelaku utama dari kegiatan peternakan itu sendiri. Pengetahuan dan keterampilan peternak dapat diperoleh dengan mengikuti pelatihan serta penyuluhan, karena kegiatan pendidikan non formal akan memberikan penguatan kepada peternak, karena peternak akan memungkinkan untuk berubah perilakunya kearah yang diharapkan, sehingga pengetahuannya akan lebih meningkat, sikapnya akan lebih positif terhadap perubahan dan penerimaan inovasi, dan akan lebih terampil di dalam melaksanakan usaha ternaknya (Yunasaf, dkk., 2011) Kebutuhan akan uang Buffer dalam bahasa indonesia dapat diartikan sebagai penyangga. Pembesaran pedet betina merupakan penyangga kebutuhan peternak akan uang, artinya pembesaran pedet betina sapi perah dilakukan peternak untuk memenuhi kebutuhan peternak akan uang. Hasil penelitian Pakpahan (2013), dari 20 orang peternak di Desa Cihanjuang Rahayu, 80% peternak memelihara pedet betina sapi perah memiliki motivasi sebagai tambahan pendapatan, peternak dapat menjual ternaknya apabila membutuhkan biaya mendadak. Kebutuhan peternak akan uang adalah kebutuhan peternak dalam bentuk uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya kebutuhan uang untuk berobat, kebutuhan untuk sekolah anak, kebutuhan untuk hajatan, membeli tanah, kebutuhan untuk membayar tunggakan pakan, bahkan untuk membeli induk yang siap perah, kebutuhan kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan penghasilan dari menjual susu. Pendapatan yang diperoleh peternak selama ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Rusdiana, dkk., 2009).

23 51 Hasil penelitian Pakpahan (2013), 27,3% dari 11 orang peternak tidak memelihara pedet betina karena terdesak kebutuhan ekonomi, peternak menjual pedetnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-seharinya dari hasil usahaternak sehingga tidak punya pendapatan lain untuk menyediakan tabungan untuk keperluan sehari-hari. Hasil penelitian Tia, dkk (2014) menunjukan bahwa pendapatan peternak di KPBS Pangalengan rata-rata Rp ,56/usaha ternak /tahun atau Rp ,59 /satuan ternak /tahun atau Rp ,463 /usaha ternak /bulan atau Rp ,882 /satuan ternak /bulan, sedangkan hasil penelitian Sugiarti, dkk (1999) di Kabupaten Bandung yaitu lembang dan pangalengan menunjukan bahwa pendapatan rata-rata agribisnis sapi perah sebesar Rp /bulan dengan rata-rata kepemilikan ternak 3 ekor. Pendapatan peternak dibawah Upah Minimum Kabupaten Bandung (UMK) yaitu Rp /bulan, artinya peternak tidak dapat memenuhi kebutuhannya hanya dengan mengandalkan dari hasil penjualan susu yang dibawah UMK, karena penetapan UMK adalah dengan melakukan sebuah penelitian dimana komponen UMK merupakan harga barang konsumsi sehari-hari, untuk itu peternak banyak menjual sapi pedetnya untuk memenuhi kebutuhannya akan uang (Nur, 2013). Pembesaran pedet betina sapi perah harus selalu dilakukan peternak, karena selain mengahasilkan calon induk, juga menghasilkan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan akan uang peternak.

Analisis Manfaat Finansial dan Faktor Penentu... Santi

Analisis Manfaat Finansial dan Faktor Penentu... Santi ANALISIS MANFAAT FINANSIAL DAN FAKTOR PENENTU (PENDORONG DAN PENGHAMBAT) PEMBESARAN PEDET SAPI PERAH SEBAGAI CALON INDUK ANALYSIS OF THE FINANCIAL BENEFITS AND DETERMINANT FACTORS (DRIVE AND HINDER) OF

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. 17 3.1. Objek Penelitian III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KPBS Pangalengan yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eksistensi induk dalam usaha sapi perah sangat penting, selain sebagai asset juga sebagai faktor produksi utama dalam proses produksi. Setelah masa produktif selesai,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan pembangunan dalam usaha dibidang pertanian, khusunya peternakan dapat memberikan pembangunan yang berarti bagi pengembangan ekonomi maupun masyarakat. Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sebagai sumber protein hewani karena hampir 100% dapat dicerna.

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBIAYAAN PENGADAAN CALON INDUK SAPI PERAH ANTAR WILAYAH SENTRA PENGEMBANGAN SAPI PERAH

ANALISIS PEMBIAYAAN PENGADAAN CALON INDUK SAPI PERAH ANTAR WILAYAH SENTRA PENGEMBANGAN SAPI PERAH ANALISIS PEMBIAYAAN PENGADAAN CALON INDUK SAPI PERAH ANTAR WILAYAH SENTRA PENGEMBANGAN SAPI PERAH FINANCING ANALYSIS PROCUREMENT OF REPLACEMENT STOCK BETWEEN DEVELOPMENT CENTRE OF DAIRY CATTLE Iip Latipah¹,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-

HASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000- IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Reproduksi merupakan sifat yang sangat menentukan keuntungan usaha peternakan sapi perah. Inefisiensi reproduksi dapat menimbulkan berbagai kerugian pada usaha peterkan sapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa Kelayakan Usaha BAB V KELAYAKAN USAHA Proses pengambilan keputusan dalam menentukan layak tidaknya suatu usaha sapi potong dapat dilakukan melalui analisis input-output. Usaha pemeliharaan sapi potong

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur memiliki potensi curah hujan antara 1.000-3.500

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016 JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 1412-6982 Volume 14, Nomor 1, Juni 2016 FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS SUSU SAPI PERAH DI DESA GEGER KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha peternakan sapi perah di Indonesia saat ini didominasi oleh peternak rakyat yang tergabung dalam koperasi peternak sapi perah. Salah satu koperasi peternak sapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari berlokasi di Komplek Pasar Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan tingkat pendidikan masyarakat yang pada akhirnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh induk sapi perah itu sendiri. produksi susu dan kemampuan beranak yang berbeda-beda tergantung dari

PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh induk sapi perah itu sendiri. produksi susu dan kemampuan beranak yang berbeda-beda tergantung dari I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berjalannya usaha peternakan sapi perah tergantung dari produksi susu yang dihasilkan oleh induk sapi perah itu sendiri. Setiap induk mempunyai produksi susu dan kemampuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro USAHA PETERNAKAN Usaha peternakan merupakan suatu lapangan hidup, tempat seseorang dapat menanamkan modal untuk keperluan hidup keluarganya atau sekelompok masyarakat Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) :

Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) : LAMPIRAN 46 47 Lampiran 1. Kuesioner karakteristik peternak I. KARAKTERISTIK PETERNAK 1. Umur (ke ulang tahun terdekat) : tahun 2. Jenis kelamin (pilih salah satu) : Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan formal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam 9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dimulai dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dimulai dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Usahaternak Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi prinsip sebagai penghasil susu. Susu merupakan sekresi fisiologis dari kelenjar susu yang merupakan

Lebih terperinci

peternaknya Mencari pemasaran yang baik Tanah dan air VIII

peternaknya Mencari pemasaran yang baik Tanah dan air VIII Faktor yang terpenting untuk mendapatkan sukses dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternaknya sendiri. Dia harus tahu bagaimana dan bila menanam modal untuk usaha peternakannya serta dia harus dapat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin. 11 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Pada dasarnya, ternak perah diartikan sebagai ternak penghasil air susu. Menurut Makin (2011), susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar susu merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan. 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan. Peternakan memiliki peran yang strategis terutama dalam penyediaan sumber pangan. Salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden (Keppres)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU MARZUKI HUSEIN Dinas Peternakan Provinsi RIAU Jl. Pattimura No 2 Pekanbaru ABSTRAK Sebagai usaha sampingan

Lebih terperinci

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK PENDEKATAN ANALISIS SWOT DALAM MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI BALI PROGRAM BANTUAN SAPI BIBIT PADA TOPOGRAFI YANG BERBEDA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NTT Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan,

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang tergabung dalam anggota KPBS Pangalengan dan memiliki sapi perah produktif. 3.2. Metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah FH Sapi perah Fries Holland (FH) sering dikenal dengan nama Holstein Friesian. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011).

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jalancagak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Ciater adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 7.819,87 Ha. Batas administratif wilayah

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein

Lebih terperinci

EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG

EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG Riski Ary Fauzi, Sarwiyono, and Endang Setyowati Faculty of Animal Husbandry, University

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor pertanian dan subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem pembangunannya berjalan baik ketika pembangunan sektor-sektor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI BAB KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv vi ix xi xii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

disusun oleh: Willyan Djaja

disusun oleh: Willyan Djaja disusun oleh: Willyan Djaja 0 PENDAHULUAN Produksi sapi perah dipengaruhi oleh factor genetic, lingkungan, dan interaksi genetic dan lingkungan. Factor genetic berpengaruh sebesar 30 % dan lingkungan 70

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan 19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan TINJAUAN PUSTAKA Geografi Desa Celawan a. Letak dan Geografis Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mdpl, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

ANALISIS BAHAYA dan KONTROL TITIK KRITIS

ANALISIS BAHAYA dan KONTROL TITIK KRITIS ANALISIS BAHAYA dan KONTROL TITIK KRITIS H A C C P HACCP Oleh: Willyan Djaja Beternak adalah usaha mendayagunakan hewan dengan memanfaatkan sumber daya alam untuk mendapatkan manfaat dari hasil usaha itu.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH Nani Yunizar 1), Elviwirda 1), Yenni Yusriani 1) dan Linda Harta 2) 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu komoditas ternak mudah berkembangbiak, tidak banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai hewan kesayangan

Lebih terperinci

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN 93 VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN 6.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Sumatera

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci