VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN"

Transkripsi

1 93 VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN 6.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kabupaten Agam terletak antara 00 o 01'34''-00 o 28'43'' Lintang Selatan dan 99 o 46'39''-100 o 32'50'' Bujur Timur. Ketinggian dari permukaan laut yaitu antara m. Luas daerah Kabupaten Agam mencapai Km 2, yaitu sekitar 5.29 persen dari luas Propinsi Sumatera Barat yang mencapai Km 2. Kabupaten Agam memiliki 16 (enam belas) Kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Sungai Pua, Kecamatan Ampek Angkek, Kecamatan Canduang, Kecamatan Baso, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuh (BPS Kabupaten Agam, 2008). Kecamatan Sungai Puar merupakan salah satu kecamatan yang berada di kaki gunung Merapi, sementara Kecamatan Tilatang Kamang bertetangga dengan kecamatan Ampek Angkek dan Baso tetapi tidak terletak di kaki gunung Merapi. Kabupaten Agam sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, sebelah selatan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Tanah Datar, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan sebelah Timur dengan Kabupaten Lima Puluh Kota. Topografi wilayah kabupaten cukup bervariasi dan terdiri dari daerah datar dengan kemiringan 0-8 persen seluas Km 2, wilayah bergelombang dengan kemiringan 8-15 persen seluas

2 94 km 2 dan wilayah berbukit dengan kemiringan lebih dari 15 persen seluas km 2, yakni dengan ketinggian 2 sampai meter di atas permukaan laut. Secara fisiografi, sebagian besar wilayah Kabupaten Agam berupa pegunungan, dimana memiliki dua buah gunung berapi yaitu Merapi dan Singgalang serta satu danau yakni Maninjau seluas Ha. Wilayah Kabupaten Agam memiliki empat kelas curah hujan, yaitu : daerah dengan curah hujan > mm/tahun berada di sekitar lereng gunung Merapi dan Singgalang meliputi sebagian wilayah Kecamatan IV Koto dan Banuhampu Sungai Puar, daerah dengan curah hujan mm/tahun mencakup sebagian wilayah Tilatang Kamang, Baso dan IV Angkat Candung, daerah dengan curah hujan mm/tahun meliputi Kecamatan Palembayan, Palupuh dan IV Koto, dan daerah dengan curah hujan mm/tahun meliputi sebagian wilayah Kecamatan Lubuk Basung dan Tanjung Raya. Curah hujan terbanyak pada umumnya terjadi pada bulan Februari hingga April yakni sebesar 2000 mm/tahun, sedangkan di daerah pegunungan > 3000 mm/tahun. Berdasarkan kebutuhan sosial ekonomi dan pertimbangan keadaan fisik dan iklim, maka dari luas lahan sebesar Ha yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan untuk pengembangan perekonomian masyarakat di Kabupaten Agam adalah seluas Ha atau setara dengan persen dari keseluruhan lahan yang ada. Lahan dengan luasan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, perikanan, dan peternakan. Sesuai dengan potensi sumberdaya alamnya dimana didukung oleh fisiografi wilayah yang memiliki dua buah gunung dengan suhu udara yang sejuk dan kultur budaya masyarakat Minangkabau yang agraris, maka sebagian besar usaha perekonomian masyarakat

3 95 bergerak di sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan dan perkebunan. Jumlah penduduk Kabupaten Agam pada tahun 2008 berjumlah jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai jiwa/km 2. Penduduk dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu penduduk yang masuk kelompok angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja sebanyak jiwa. Penduduk angkatan kerja yang bekerja adalah jiwa dan penduduk angkatan kerja yang tidak bekerja sebanyak jiwa ( jiwa yang sedang bersekolah dan jiwa mengurus rumah tangga, cacat, pensiunan dan lainnya.) Usaha perekonomian masyarakat, untuk sektor pertanian komoditi yang dapat dikembangkan adalah tanaman pangan, hortikultura dan sayur-sayuran. Sedangkan pada sektor peternakan pengembangan yang lebih dominan adalah pada ternak sapi. Sapi potong merupakan salah satu komoditi yang dikembangkan dalam rangka pemberdayaan usaha ekonomi rakyat yang berbasis komoditi unggulan. Usaha penggemukan sapi potong yang telah dilakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan sapi potong baik di Kabupaten Agam sendiri mapun kabupaten lainnya seperti : Bukittinggi, Padang Panjang, Pasaman, dan Padang. Hal ini mengingat daging merupakan salah satu sumber kebutuhan pangan yang banyak digemari masyarakat Sumatera Barat. Faktor penting yang menentukan adalah sumberdaya alam dan kondisi wilayah yang juga mendukung untuk pengembangan usaha ternak sapi, sehingga sudah diusahakan secara turuntemurun.

4 96 Tabel 10. Populasi Ternak Sapi di Kabupaten Agam Tahun Tahun Sapi Jantan Sapi Betina Total Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Agam, 2009 Tabel 10 menunjukkan bahwa populasi sapi potong di Kabupaten Agam mengalami peningkatan tiap tahunnya, akan tetapi populasi sapi jantan pada tahun 2009 mengalami penurunan. Hal ini karena adanya kecenderungan masyarakat untuk mengusahakan usaha pembibitan ternak sapi potong. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Agam saat ini mengusahakan agar peternakan sapi potong, dalam hal ini usaha pembibitan dan penggemukan dapat berjalan secara bersamasama Keadaan Usaha Penggemukan Sapi Potong Status Usaha Penggemukan Sapi Potong Status usaha dikategorikan menjadi dua yaitu usaha ternak sapi sebagai pekerjaan utama dan sebagai usaha sampingan. Klasifikasi ini berdasarkan curahan waktu yang dilakukan peternak dalam melakukan pekerjaannya, dimana curahan waktu yang lebih banyak dikategorikan sebagai pekerjaan utama. Status usaha ternak sapi potong di wilayah penelitian dapat dilihat di Tabel 11. Tabel 11. Status Usaha Penggemukan Sapi Potong di Kabupaten Agam Status Usaha Kec. Sungai Puar Kec. Tilatang Kamang Ternak Jumlah (%) Jumlah (%) Utama Sampingan Jumlah

5 97 Tabel 11 menunjukkan bahwa di Kedua Kecamatan wilayah penelitian ini, usaha penggemukan sapi potong secara umum masih sebagai usaha sampingan, yaitu rata-rata persen dari keseluruhan peternak responden. Dibandingkan antara Kedua Kecamatan tersebut, maka peternak di Kecamatan Tilatang Kamang lebih banyak yang menjadikan usaha ini sebagai usaha utama yaitu persen, sedangkan di Kecamatan Sungai Puar hanya sebanyak 20 persen. Dilihat dari kondisi status usaha penggemukan sapi potong di daerah penelitian, terlihat bahwa peternak memiliki pekerjaan utama diluar usaha ternak sapi, dimana sebagian besar peternak menjadikan usahatani khususnya tanaman sayuran dan hortikultura sebagai usaha utama. Usahatani yang banyak diusahakan peternak di Kecamatan Tilatang Kamang adalah padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan cabe. Sedangkan di Kecamatan Sungai Puar diantara tanaman hortikultura dan sayuran yang banyak diusahakan peternak adalah tanaman kentang, kubis, sawi, wortel, cabe, tomat, dan sayuran lainnya. Hal ini didukung oleh kondisi wilayah dimana memiliki tanah yang subur, udara sejuk karena berada di wilayah pegunungan. Kondisi ini dapat dijadikan peluang untuk pengembangan usaha penggemukan sapi potong, dimana hasil limbah pertanian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk ternak sapi potong. Hal ini juga dapat dijadikan kesempatan untuk pengembangan usahatani ternak Pemilikan Ternak Sapi Potong Usaha penggemukan sapi potong yang masih diusahakan sebagai usaha sampingan dapat juga dilihat dari jumlah kepemilikan sapi yang masih rendah yaitu secara keseluruhan rata-rata 2.4 ekor. Rata-rata kepemilikan sapi di Tilatang

6 98 Kamang lebih tinggi yaitu 3.3 ekor, sedangkan Kecamatan Sungai Puar rata-rata 1.5 ekor. Karakteristik peternak sapi berdasarkan jumlah kepemilikan sapi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi oleh Peternak Responden di Kabupaten Agam Jumlah Kepemilikan Sapi Kec. Sungai Puar Kec. Tilatang Kamang Jumlah (%) Jumlah (%) > Jumlah Tabel 12 menunjukkan bahwa kepemilikan sapi di Kecamatan Tilatang Kamang sebagian besar adalah 1-3 ekor (66.67 persen), diikuti oleh kepemilikan 4-6 ekor (23.33 persen), dan kepemilikan > 6 ekor hanya 10 persen. Sedangkan kepemilikan ternak sapi oleh peternak di Kecamatan Sungai Puar lebih sedikit yaitu hanya berada pada kisaran 1-3 ekor (100 persen). Kepemilikan ternak sapi yang masih dalam skala kecil ini pada masingmasing peternak juga disebabkan karena ternak sapi sebagian besar hanya dijadikan sebagai tabungan keluarga. Disamping itu juga karena keterbatasan modal yang dimiliki peternak, yang terlihat dari pola penguasaan ternak masih banyak dengan sistem bagi hasil (sistem gaduh) Pola Penguasaan Ternak Sapi Potong Karakteristik usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Agam juga dicirikan oleh pola penguasaan ternak, dimana secara keseluruhan terdiri dari milik sendiri (51.67 persen) dan sistem bagi hasil atau gaduh (48.33 persen). Peternak di Kecamatan Sungai Puar lebih banyak yang mengelola usaha

7 99 ternaknya dengan sistem bagi hasil (66.67 persen), dan yang milik sendiri lebih sedikit (33.33 persen). Sedangkan peternak di Kecamatan Tilatang kamang lebih dominan dengan pengelolaan milik sendiri (70 persen), dan sisanya (30 persen) adalah sistem bagi hasil atau gaduh. Sistem bagi hasil disamping mengandung unsur kerjasama bagi hasil, juga merupakan salah satu upaya dalam mengatasi kekurangan modal bagi peternak. Tabel 13. Pola Penguasaan Ternak sapi Potong oleh Peternak responden di Kabupaten Agam Pola Penguasaan Ternak Sapi Kec. Sungai Puar Kec. Tilatang Kamang Potong Jumlah (%) Jumlah (%) Milik Sendiri Sistem Bagi Hasil (gaduh) Jumlah Sistem bagi hasil ini ada dua variasi yaitu sistem bagi hasil berdasarkan hasil penjualan sapi dengan pembagian persen, dan sistem bagi hasil dengan persen, dimana 60 persen hasil untuk peternak, dan 40 persen untuk pemilik modal, dalam hal ini yang menyediakan sapi bakalan. Simatupang et al. (1994) menyatakan bahwa faktor pendorong timbulnya sistim gaduhan adalah : (1) belum berkembangnya lembaga keuangan desa, (2) bentuk usaha ternak masih bersifat usaha keluarga, (3) masih banyaknya keluarga yang berpenghasilan rendah, dan (4) wilayah bersangkutan punya potensi produksi Pemeliharaan Ternak Sapi Potong Sistem pemeliharaan pada usaha penggemukan sapi potong di wilayah penelitian dilakukan dengan cara kereman, dimana sapi dikandangkan secara terus-menerus. Pemberian pakan diberikan oleh peternak langsung di dalam kandang. Semua aktivitas sapi dilakukan di dalam kandang, mulai dari pemberian

8 100 makan, minum, istirahat, pembersihan kandang dan pengendalian penyakit. Periode pemeliharaan sapi bervariasi diantara peternak. Perbedaan periode pemeliharaan diantara peternak disebabkan oleh perbedaan umur bakalan yang digunakan serta terkait dengan tujuan utama peternak memelihara sapi potong yaitu sebagai sumber pendapatan utama atau hanya sebagai tabungan, dimana peternak yang orientasi pemeliharaan sebagai tabungan melakukan pemeliharaan relatif lebih lama. Tabel 14. Sebaran Periode Pemeliharaan Sapi Potong oleh Peternak Responden di Kabupaten Agam Periode Pemeliharaan Kec. S. Puar Kec. T. Kamang (bulan) Jumlah (%) Jumlah (%) < Tabel 14 menunjukkan bahwa periode pemeliharaan oleh peternak di Kecamatan Sungai Puar relatif lebih lama dibanding peternak di Tilatang kamang. Sebagian besar peternak (66.67 persen) di Kecamatan Sungai Puar menggemukkan sapi diatas 12 bulan, sementara di Kecamatan Tilatang Kamang sebanyak persen peternak menggemukkan sapi hanya selama 12 bulan. Menurut Sugeng (2006), berdasarkan umur sapi yang akan digemukkan, lama penggemukan dibedakan menjadi tiga yaitu: (1) untuk sapi bakalan dengan umur kurang dari 1 tahun, lama penggemukan berkisar antara 8-9 bulan, (2) untuk sapi bakalan umur 1-2 tahun, lama penggemukan 6-7 bulan, dan (3) untuk sapi bakalan umur tahun, lama penggemukan 4-6 bulan. Keberhasilan usaha penggemukan sapi potong tergantung dari beberapa faktor yaitu bibit (breeding), pakan (feeding), dan pengelolaan (management).

9 101 Menurut Siregar (2008), sistem penggemukan ada tiga, yakni sistem kereman, sistem pasture fattening, dan sistem dry lot fattening. Penggemukan sistem kereman dilakukan dengan cara menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara terus-menerus selama beberapa bulan. Sistem ini masih sangat sederhana, dimana pakan yang diberikan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan perbandingan tergantung ketersediaan pakan hijauan dan konsentrat, dan bahkan ada juga yang hanya memberikan pakan berupa hijauan saja. Penggemukan memerlukan waktu berkisar antara 3-6 bulan. Sapi bakalan yang digunakan dalam kereman umumnya sapi sapi jantan yang berumur sekitar 1-2 tahun dalam kondisi kurus dan sehat. Sistem pasture fattening merupakan sistem penggemukan sapi yang dilakukan dengan cara menggembalakan sapi di padang penggembalaan, dimana memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 8-10 bulan. Sapi bakalan yang digunakan pada pasture fattening adalah sapi jantan atau betina dengan umur minimal sekitar 2.5 tahun. Sapi jantan mempunyai pertumbuhan relatif cepat dibandingkan sapi betina sehingga waktu penggemukannya relatif lebih singkat. Sistem dry lot fattening adalah sistem penggemukan dimana sapi berada terusmenerus dalam kandang dengan pemberian ransum atau pakan yang mengutamakan biji-bijian, dan bahkan sudah diformulasi dari berbagai jenis bahan pakan konsentrat. Sedangkan pemberian hijauan dengan proporsi yang lebih sedikit. Sapi bakalan yang dipergunakan pada dry lot fattening umumnya sapi sapi jantan yang telah berumur lebih dari 1 tahun dengan lama penggemukan sekitar 2-6 bulan. Usaha ternak sapi potong di daerah penelitian, dalam hal ini adalah usaha penggemukan sapi, bakalan yang digunakan diperoleh dari bakalan yang dibeli,

10 102 bukan bakalan hasil pembibitan sendiri. Pada umumnya sapi bakalan yang digemukkan berasal hasil perkawinan alam dan sistem Inseminasi Buatan (IB). Jenis ternak sapi yang dipelihara adalah sapi peranakan Simental. Jenis sapi sudah menjadi perhatian bagi peternak, dimana peternak cenderung menggunakan sapi hasil persilangan dibanding sapi lokal. Hal ini karena sapi hasil persilangan menunjukkan produksi yang lebih baik, terlihat dari pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibanding sapi lokal. Ditinjau dari umur sapi bakalan yang digunakan, maka dapat dibagi menjadi dua, yaitu sapi bakalan yang berumur tahun, dan sapi bakalan yang masih berumur < 1 tahun. Tabel 15. Umur Sapi Bakalan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong di Kabupaten Agam Kec. Tilatang Kec. Sungai Puar Umur Sapi Balakan Kamang Jumlah (%) Jumlah (%) < 1 tahun (belum cukup umur) tahun (cukup umur) Jumlah Tabel 15 menunjukkan bahwa peternak di Kecamatan Sungai Puar sebagian besar (70 persen) menggunakan sapi bakalan yang masih berumur di bawah satu tahun, sementara peternak di Kecamatan Tilatang kamang lebih banyak (63.33 persen) menggunakan sapi bakalan yang berumur tahun. Pertimbangan peternak dalam memilih umur sapi bakalan yang akan dipelihara didasarkan pada berbagai pertimbangan. Pada umumnya peternak yang membeli bakalan dengan umur dibawah 1 tahun adalah karena faktor terbatasnya modal yang dimiliki, dimana sapi dengan umur yang lebih kecil lebih murah. Disamping itu juga dengan alasan bahwa usaha ternak sapi yang dilakukan bertujuan sebagai tabungan. Konsekuensi dari ternak dengan umur bakalan yang masih muda adalah

11 103 pemeliharaan umumnya lebih lama hingga sapi tersebut layak dijual yaitu berkisar antara tahun pemeliharaan. Kecenderungan berbeda pada usaha penggemukan sapi yang menggunakan bakalan umur tahun, umumnya melakukan pemeliharaan dengan jangka waktu yang lebih pendek yaitu berkisar 4-12 bulan. Hal ini selain karena pertumbuhan ternak mencapai tingkat optimum, efisiensi penggunaan pakannya pun cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugeng (2006) bahwa penggemukan sebaiknya dilakukan pada ternak sapi usia bulan atau paling tua umur 2.5 tahun. Pembatasan usia ini dilakukan atas dasar bahwa pada usia tersebut ternak tengah mengalami fase pertumbuhan dalam pembentukan kerangka maupun jaringan daging, sehingga bila pakan yang diberikan itu jumlah kandungan protein, mineral dan vitaminnya mencukupi, sapi dapat cepat menjadi gemuk Pertambahan Bobot Badan Sapi Penggemukan adalah suatu usaha pemeliharaan sapi yang bertujuan untuk mendapatkan produksi daging dengan peningkatan bobot badan yang tinggi melalui pemberian makanan yang berkualitas dan dengan waktu yang sesingkat mungkin. Sebaran pertambahan bobot badan sapi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran Pertambahan Bobot Badan Sapi pada Usaha Penggemukan Sapi Potong si Kabupaten Agam Pertambahan Bobot Kec. S. Puar Kec. T. Kamang Badan Sapi (kg/hari) Jumlah (%) Jumlah (%) < > Jumlah

12 104 Tabel 16 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan sapi di Kecamatan Sungai Puar sebagian besar (53.33 persen) berada pada selang kg per hari. Sedangkan untuk Kecamatan Tilatang Kamang, ternak sapi lebih banyak (53.33 persen) berada pada selang pertambahan bobot badan yang lebih tinggi yaitu di atas 0.75 kg per hari. Empiris lapangan juga menunjukkan jika dibandingkan antara Kedua Kecamatan, rata-rata pertambahan bobot badan sapi di Kecamatan Tilatang Kamang lebih tinggi yaitu 0.75 kg per hari, sementara di Kecamatang Sungai Puar hanya 0.56 kg per hari Pakan Ternak Sapi Potong Keberhasilan usaha penggemukan sapi selain tergantung pada bibit, juga ditentukan oleh pakan. Secara garis besar pakan ternak sapi terbagi atas pakan utama yaitu hijauan dan pakan penguat (konsentrat) dan pakan tambahan (Feed Suplement). Pakan yang diberikan pada ternak sapi di daerah penelitian umumnya berupa pakan hijauan. Hijauan yang diberikan pada ternak sapi umumnya berasal dari rumput lapangan dan rumput unggul (rumput gajah) yang ditanam diareal kebun rumput milik peternak dan dilahan marginal seperti pematang sawah. Sekali-kali peternak juga memberikan sisa hasil pertanian berupa jerami padi dan batang jagung (pada musim panen). Pemberian pakan untuk ternak sapi bila ternak dikandangkan adalah berupa hijauan (70 persen) dan konsentrat (30 persen). Kenyataan pada wilayah penelitian peternak sebagian besar hanya memberikan hijauan, dan sebagian kecil saja yang sudah memberikan pakan penguat dengan variasi yang berbeda-beda

13 105 seperti dedak, kulit ubi, ampas tahu. Campuran dari berbagai jenis pakan penguat tersebut disebut konsentrat. Peternak Kecamatan Tilatang Kamang sudah lebih bervariasi dalam memberikan pakan ternak. Jumlah peternak yang hanya memberikan pakan berupa hijauan sebesar persen, sedangkan sisanya sudah mengkombinasikan dengan dedak, kombinasi dengan dedak dan kulit ubi, dan ada juga yang menambahkan mineral. Sedangkan peternak di Kecamatan Sungai Puar sebesar persen hanya memberikan pakan berupa hijauan. Hal ini menyebabkan ratarata pertambahan bobot badan sapi di Tilatang Kamang lebih besar yaitu kg per bulan atau 0.75 kg per hari. Sedangkan di Sungai Puar pertambahan bobot badan sapi hanya sebesar kg per bulan atau 0.56 kg per hari. Pertambahan bobot badan yang dicapai untuk kedua lokasi sebenarnya masih belum optimal, dimana menurut Subiharta et al. (2000) bahwa sapi peranakan simental dapat mencapai ADG (Average Daily Gain) jauh lebih besar yaitu berkisar antara kg. Pemberian pakan berupa hijauan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari sekitar pukul WIB dan sore hari sekitar pukul WIB. Untuk peternak yang juga menyertakan konsentrat sebagai pakan ternak biasanya memberikan konsentrat sebelum pemberian hijauan. Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (2008) yaitu pemberian konsentrat yang dilakukan 2 jam sebelum pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik karena konsentrat yang relatif banyak mengandung pati sebagian besar sudah dicerna oleh mikroorganisme rumen pada saat hijauan mulai masuk ke dalam rumen.

14 106 Jenis hijauan yang diberikan berupa rumput gajah, batang jagung, dan atau rumput liar. Rumput untuk pakan ternak biasanya diperoleh dari rumput hasil budidaya sendiri, maupun dicari disekitar hutan. Sedangkan untuk dedak dibeli di daerah sekitar dengan harga rata-rata Rp per kilogram, ampas tahu Rp per kilogram, kulit ubi Rp per kilogram, dan mineral Rp per kilogram. Pemberian pakan rata-rata di Kecamatan Tilatang Kamang untuk satu ekor sapi per hari adalah hijauan sebanyak kg, dedak 1.55 kg, kulit ubi 4.98 kg, dan mineral g. Sedangkan di Kecamatan Sungai Puar pemberian hijauan rata-rata kg, dedak 0.4 kg dan mineral g. Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), sebagai perkiraan kebutuhan pakan sapi adalah persen bobot tubuhnya. Pakan yang diberikan setiap hari dalam penggemukan sapi berupa hijauan sebanyak 10 persen dari bobot badan dan konsentrat sebanyak 2 persen dari bobot badan atau rata-rata 5 kg/ekor/hari Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan peternak di Kedua Kecamatan terdiri dari tenaga kerja keluarga, tenaga kerja sewa atau tenaga kerja luar keluarga. Input tenaga kerja keluarga yang dimaksud adalah curahan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga sendiri dalam usaha penggemukan sapi potong. Tenaga kerja sewa atau luar keluarga adalah penggunaan tenaga kerja diluar anggota keluarga yang digunakan dalam usaha penggemukan sapi potong. Tenaga kerja luar keluarga pada usaha penggemukan sapi di Sungai Puar biasanya digunakan dalam pengolahan tanah untuk menanam hijauan, sedangkan untuk pemeliharaan ternak sapi hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Begitupula untuk usaha penggemukan sapi di Tilatang Kamang sebagian besar menggunakan tenaga

15 107 kerja keluarga dalam pemeliharaan ternak, sedangkan tenaga kerja luar keluarga digunakan untuk pengolahan dalam proses penanaman hijauan. Proporsi penggunaan Tenaga kerja dalam keluarga di Kecamatan Tilatang Kamang dan Sungai Puar berturut-turut adalah adalah persen dan 98.9 persen dari keseluruhan jam kerja. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang lebih besar disebabkan karena usaha penggemukan sapi potong di wilayah penelitian masih sebagai usaha sampingan dengan skala usaha yang masih kecil. Proporsi penggunaan tenaga kerja dalam usaha penggemukan sapi potong di Kedua Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usaha Penggemukan Sapi potong di Kabupaten Agam Kec. Sungai Puar Kec. Tilatang Kamang Penggunaan Tenaga Kerja (Jam Kerja Pria /periode) (Jam Kerja Pria /periode) Total (%) Total (%) Tenaga Kerja Keluarga Tenaga Kerja Luar / sewa Jumlah Tabel 17 menggambarkan bahwa proporsi tenaga kerja yang lebih banyak digunakan pada pengelolaan usaha penggemukan sapi potong di wilayah penelitian adalah berasal dari tenaga kerja keluarga. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga di Tilatang Kamang lebih besar dibanding Sungai Puar. Curahan kerja yang dilakukan dalam pengelolaan usaha penggemukan sapi potong adalah mencari hijauan, memberi makan dan membersihkan kandang, pemupukan hijauan dan penyiangan. Sedangkan untuk pengolahan lahan hijauan sebagian kecil peternak menggunakan tenaga kerja luar keluarga.

16 Obat-obatan Ternak Sapi Potong Pengobatan yang dilakukan peternak pada ternak sapi yang dipelihara meliputi pemberian vitamin, obat cacing, antibiotik, dan pemberian obat lainnya. Obat-obatan berupa vitamin biasanya diberikan saat awal sapi sampai di kandang atau awal masa pemeliharaan, dan selanjutnya enam bulan berikutnya, namun belum semua peternak yang memberikan secara teratur. Sedangkan untuk obat cacing umumnya diberikan secara teratur satu kali tiga bulan. Antibiotik diberikan jika ternak mengalami luka, atau penyakit kulit. Pemberian vitamin dan antibiotik dengan injeksi biasanya menggunakan jasa petugas kesehatan hewan yang ada di daerah penelitian. Upaya pencegahan penyakit juga merupakan hal yang penting dalam usaha penggemukan sapi potong. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan melalui kegiatan sanitasi kandang secara teratur. Agar ternak sapi yang digemukan dalam keadaan sehat dan mampu memproduksi dengan baik dan maksimal maka diperlukan adanya sanitasi. Kegiatan sanitasi kandang yang dilakukan meliputi pembersihan lantai kandang, selokan, tempat pakan, tempat air minum, dan peralatan Penjualan Ternak Sapi Potong Pasar merupakan salah satu aspek penting dalam proses produksi. Pemasaran ternak sapi potong membentuk jaringan tataniaga komplek mulai dari tingkat peternak sampai ke konsumen. Dalam hal ini keberadaan toke ternak sangat berperan. Toke ternak adalah pedagang perantara yang wilayah kerjanya

17 109 meliputi tingkat desa (peternak) sampai lintas kabupaten. Penguasaan pasar hewan didomonasi oleh keberadaan toke ternak yang biasanya mempunyai posisi tawar yang lebih kuat. Peternak dalam melakukan penjualan ternak biasanya dilakukan di kandang masing-masing. Toke ternak didatangkan untuk melakukan penawaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Mekanisme penentuan harga dilakukan dengan sistem taksiran. Sebagian peternak ada yang sudah memiliki target penjualan pada waktu tertentu, yaitu pada hari Raya Idul Fitri dan hari liburan sekolah sebelum memasuki tahun ajaran baru. Peternak sendiri pada umumnya lebih respek kepada pedagang (toke) yang sanggup membeli dengan cara tunai. Pemilihan pedagang (toke) ternak tertentu oleh peternak didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu sistem pembayaran dan harga yang ditawarkan serta sistim kepercayaan yang sudah dibangun antara peternak dan pedagang (toke). Transaksi penjualan ternak sapi yang terjadi yaitu dari petani peternak disalurkan ke pedagang (toke) ternak dengan harga rata-rata ditingkat peternak Rp per kilogram bobot hidup. Toke ternak membawa sapi tersebut ke pasar hewan yang ada di daerah sekitar, kemudian melakukan transaksi dengan pedagang pengumpul, dimana harga yang berlaku ditingkat pedagang adalah rata - rata Rp per kilogram berat hidup. Selanjutnya dari pedagang pengumpul dibawa ke rumah potong hewan untuk dipotong. Dari RPH tersebut daging masuk kepada pengecer daging dengan harga rata-rata Rp , dan selanjutnya dibeli oleh konsumen, seperti rumah makan, pedagang bakso, ataupun rumahtangga. Sedangkan yang dijual ke pedagang antar daerah seperti

18 110 Bukittinggi, Payakumbuh, Batusangkar, Pariaman, Pasaman dan keluar provinsi yaitu Pekan Baru. Selanjutnya ternak sapi juga diperdagangkan sebelum sampai ke konsumen akhir di daerah yang bersangkutan. Rumahtangga Peternak RPH Pedagang Pengumpul Toke (Pedagang Ternak) Pedagang besar antar daerah Pengecer daging Pasar Hewan Konsumen Gambar 9. Saluran Pemasaran sapi Potong di Kabupaten Agam Berdasarkan saluran pemasaran tersebut terlihat bahwa peternak dalam memasarkan ternaknya masih sangat tergantung pada jasa pedagang, yaitu toke, pedagang pengumpul atau juga pedagang pengumpul antar daerah. Kondisi demikian mengakibatkan lemahnya posisi peternak, baik dalam hal memperoleh keuntungan maupun posisi tawar. Jika peternak yang mengusahakan penggemukan sapi potong bisa berhubungan langsung dengan pedagang daging, konsumen akan memperoleh harga daging yang lebih murah dan peternak memperoleh keuntungan yang lebih besar Karakteristik Responden Penelitian

19 111 Karakteristik rumahtangga sangat penting dipelajari karena dapat mempengaruhi rumahtangga dalam keputusan produksi, dalam hal ini keputusan dalam mengusahakan penggemukan sapi. Karakteristik rumahtangga responden meliputi umur peternak, pendidikan peternak, pengalaman, dan jumlah anggota keluarga Umur Peternak Responden Umur merupakan salah satu komponen yang menggambarkan karakteristik peternak. Rata-rata umur peternak sapi di Tilatang Kamang adalah sebesar 45.5 tahun atau berkisar antara tahun. Rata-rata umur ini lebih besar dari umur peternak sapi di Sungai Puar yaitu rata-rata tahun atau berkisar antara tahun. Tabel 18. Sebaran Umur Peternak Responden di Kabupaten Agam Selang Umur Kec. S. Puar Kec. T. Kamang (tahun) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah Tabel 18 menjelaskan bahwa rata-rata umur peternak sapi di Tilatang Kamang adalah sebesar 45.5 tahun atau berkisar antara tahun. Rata-rata umur ini lebih besar dari umur peternak sapi di Sungai Puar yaitu rata-rata tahun atau berkisar antara tahun. Mayoritas peternak responden berada pada kisaran umur dibawah 50 tahun. Mayoritas (30 persen) peternak di Kecamatan

20 112 Sungai Puar berada pada kisaran tahun, sedangkan di Kecamatan Tilatang Kamang sebagian besar ( 30 persen) berada pada selang umur tahun. Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa sebagian besar peternak sapi di daerah penelitian masih dikategorikan sebagai usia produktif Tingkat Pendidikan Peternak Responden Tingkat pendidikan peternak responden merupakan faktor cukup penting dalam usaha ternak, karena usaha penggemukan sapi potong membutuhkan kecakapan, pengalaman serta wawasan tertentu terutama dalam hal mengadopsi teknologi dan keterampilan. Oleh karena itu tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengembangan usaha. Tabel 19. Sebaran Tingkat Pendidikan Peternak Responden di Kabupaten Agam Tingkat Pendidikan Kec. S. Puar Kec. T.Kamang Jumlah (%) Jumlah (%) SD SLTP SLTA Diploma Jumlah Tabel 19 memperlihatkan tingkat pendidikan peternak penggemukan sapi di Kabupaten Agam relatif sama antara Kecamatan Sungai Puar dan Tilatang Kamang. Level pendidikan peternak untuk Kecamatan Sungai Puar dan Tilatang Kamang sebagian besar adalah Level Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 50 persen untuk masing-masing Kecamatan. Selanjutnya adalah level SLTP yaitu persen di Kecamatan Sungai Puar dan 30 persen di Kecamatan Tilatang Kamang. Tingkat pendidikan tertinggi di Kecamatan Sungai Puar adalah SLTA,

21 113 sedangkan untuk Kecamatan Tilatang Kamang adalah Diploma, tetapi hanya satu orang atau 3.33 persen Pengalaman Peternak Responden Tingkat pengalaman responden menunjukkan lamanya peternak melaksanakan usahanya. Pengalaman dapat mempengaruhi hasil produksi ternak. Empiris lapangan menunjukkan terdapat variasi pengalaman peternak dalam mengusahakan penggemukan sapi potong (Tabel 20). Tabel 20. Pengalaman Peternak Responden di Kabupaten Agam Lama Beternak Kec. S.Puar Kec. T.Kamang (Tahun) Jumlah (%) Jumlah (%) > Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar peternak sapi di kabupaten Agam telah berpengalaman dalam memelihara sapi. Rata-rata pengalaman beternak sapi untuk peternak sapi di Sungai Puar yaitu sebesar 16.4 tahun dan peternak sapi di Tilatang Kamang sebesar 12.4 tahun. Mayoritas pengalaman peternak di Kecamatan Sungai Puar dan Tilatang Kamang adalah pada selang diatas 15 tahun yaitu masing-masing sebanyak 40 persen. Rata-rata jumlah anggota keluarga di Sungai Puar sebanyak 3.6 orang, hampir sama dengan Tilatang Kamang yaitu rata-rata 3.8 orang. Jumlah tanggungan keluarga yaitu berturut-turut Sungai Puar 1.90 dan Tilatang Kamang Jumlah anggota keluarga dan tanggungan keluarga juga dapat mempengaruhi keputusan produksi.

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging sebagai produk utamanya. Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengandangkan secara terus-menerus

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP INTENSIF SEMI INENSIF EKSTENSIF SAPI Karbohidrat yg mudah larut Hemiselulosa Selulosa Pati Volatile Vatti Acids Karbohidrat By pass

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis Kabupaten Agam Secara geografis, Kabupaten Agam terletak antara 00 o 2-00 o 29 LS dan 99 o 52-100 o 23 BT, dengan luas daerah 2.231,94 Km 2

Lebih terperinci

Penutup Sekapur Sirih Mukhlis SE,MM

Penutup Sekapur Sirih Mukhlis SE,MM Penutup Sekapur Sirih Penyelenggaraan Sensus Penduduk merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan. Pembangunan yang melalui proses perencanaan yang

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG Oleh : Ir. BERTI PELATIHAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE TA. 2014 1. Sapi Bali 2. Sapi Madura 3.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan umum wilayah

V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan umum wilayah V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Pada bagian ini akan dibahas keadaan umum wilayah penelitian dan keadaan umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Agam secara geografis berada antara 00 o 02-00 o 29 LS dan 99 o 52 100 o 23 BT dengan luas wilayah 2 212.19 km 2 atau 5.24%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

Proposal Masa Depan CONTOH PROPOSAL USAHA. Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya»

Proposal Masa Depan CONTOH PROPOSAL USAHA. Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya» Proposal Masa Depan Tanpa Usaha Keras, Ide itu HAMPA «Inspirasi Oh Inspirasi Dialog Terbuka Tersimpan Tanda Tanya» CONTOH PROPOSAL USAHA PROPOSAL USAHA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PETERNAKAN BUDI DAYA SAPI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia pada umumnya dan di Sumatera Barat pada khususnya adalah untuk meningkatkan produksi ternak. Peningkatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA

: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tatap muka ke 6 POKOK BAHASAN : PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program penggemukan dan cara penggemukan sapi potong di Indonesia. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani. Peternakan merupakan salah satu sub sektor terpenting berdasarkan pertimbangan potensi sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong Sampai hari ini tingkat kebutuhan daging sapi baik di dalam maupun di luar negeri masih cenderung sangat tinggi. Sebagai salah satu komoditas hasil peternakan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat

I. PENDAHULUAN. Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan terhadap daging khususnya daging sapi di Propinsi Sumatera Barat cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 50 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Sumatera Barat Sumatera Barat yang terletak antara 0 0 54' Lintang Utara dan 3 0 30' Lintang Selatan serta 98 0 36' dan 101 0 53' Bujur Timur, tercatat

Lebih terperinci

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang

Tabel 1 Komposisi konsentrat komersial (GT 03) Nutrisi Kandungan (%) Bahan Protein 16 Jagung kuning, dedak gandum, Lemak 4 dedak padi, bungkil kacang KIAT PENGGEMUKAN SAPI POTONG HARRY PURWANTO, DEDI MUSLIH DAN KETUT PUSTAKA Balai Penelitian Ternak Ciawi, P0 Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan yang bertujuan untuk mengevaluasi penerapan kiat

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP TINGKAT ADOPSI INOVASI PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO DALAM PAKAN TERNAK SAPI POTONG ( Studi Kasus Pada Kelompok Tani Karya Abadi Sungai Buluh, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman ) SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN AGAM

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN AGAM 07 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN AGAM Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI Pita Sudrajad, Muryanto, dan A.C. Kusumasari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah E-mail: pitosudrajad@gmail.com Abstrak Telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik dalam ketersediaan, distribusi dan konsumsi daging sapi dan kerbau belum memenuhi tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Zul Efendi, Harwi Kusnadi, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci