ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS PADA PT TAUFAN FISH FARM DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS PADA PT TAUFAN FISH FARM DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS PADA PT TAUFAN FISH FARM DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI FRANSMUDIYANTO SILABAN H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN FRANSMUDIYANTO SILABAN. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Salah satu komoditas perikanan yang cukup baik perkembangannya adalah ikan hias. Secara umum terjadi peningkatan volume dan nilai ekspor ikan hias dari tahun 2008 sampai Peningkatan juga terjadi pada laju pertumbuhan produksi perikanan nasional dari tahun yang mencapai 10,02 persen per tahun. Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa ikan hias mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan memegang peranan penting dalam sektor perikanan. Perkembangan produksi berbagai jenis ikan hias mengalami fluktuasi produksi. Secara umum akan mempengaruhi survival rate ikan hias yang diproduksi. Adanya variasi survival rate menunjukkan terjadinya volatilitas atau fluktuasi yang mengindikasikan adanya risiko produksi pada usaha ikan hias. PT Taufan Fish Farm merupakan salah satu pembudidaya ikan hias yang sedang berkembang. Permasalahan yang dihadapi PT Taufan Fish Farm yaitu adanya risiko produksi dalam pengembangan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari survival rate yang berfluktuasi setiap periode selama proses produksi berlangsung. Hal ini disebabkan ikan hias yang cenderung sensitif terhadap perubahan cuaca atau iklim, sehingga menimbulkan penyakit pada ikan. Hal tersebut akan berakibat terhadap penurunan penerimaan perusahaan. Perusahaan ini melakukan diversifikasi dalam melakukan kegiatan usahanya. Untuk itu, dapat dianalisis alternatif untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh PT Taufan Fish Farm. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sumbersumber risiko pada budidaya ikan hias di PT Taufan Fish Farm dan (2) menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko ikan hias di PT Taufan Fish Farm. Penelitian ini dilakukan di PT Taufan Fish Farm yang berlokasi di Ciluar Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan adanya ketersediaan data yang menjawab kebutuhan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Waktu penelitian adalah selama bulan Agustus-Oktober Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko. Sumber-sumber risiko produksi budidaya ikan hias pada PT Taufan Fish Farm antara lain kondisi cuaca atau iklim, serangan penyakit, kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang tidak terampil. Akibat dari sumber risiko tersebut maka terjadi survival rate yang berfluktuasi. Sumber risiko penyebab terjadinya fluktuasi survival rate merupakan akumulasi dari sumber risiko yang terjadi selama proses produksi berlangsung.

3 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi diperoleh nilai coefficient variation pada ikan discus, lobster dan maanvis masingmasing sebesar 0,413942; 0,467828; 0, Makna angka tersebut adalah bahwa setiap satu rupiah yang dihasilkan akan menghadapi risiko sebesar 0, untuk jenis ikan hias discus. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai coefficient variation ikan hias lobster lebih tinggi dibandingkan discus dan maanvis, artinya bahwa usaha budidaya ikan hias lobster memiliki risiko lebih tinggi dibanding ikan hias maanvis dan discus. Hal ini disebabkan karena survival rate yang diperoleh rendah akibat dari proses budidaya yang relatif sulit serta kondisi iklim atau cuaca yang tidak dapat diprediksi. Pada usaha diversifikasi, analisis risiko produksi yang dilakukan untuk dua jenis ikan hias meliputi diversifikasi maanvis dan lobster, maanvis dan discus serta discus dan lobster. selain itu, analisis risiko portofolio dari kombinasi tiga jenis ikan hias yaitu discus, maanvis, dan lobster. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+1), hal ini dikarenakan kombinasi kedua aset dilakukan bersamaan. Berdasarkan nilai coefficient variation pada portofolio dua jenis ikan hias diperoleh hasil bahwa diversifikasi maanvis dan lobster memiliki risiko paling tinggi yaitu sebesar 0, jika dibandingkan dengan diversifikasi discus dan lobster serta maanvis dan discus masing-masing sebesar 0, dan 0, Berdasarkan hasil analisis risiko portofolio untuk tiga jenis ikan hias yaitu discus, lobster, maanvis diperoleh nilai coefficient variation sebesar 0, Pada penilaian portofolio untuk ketiga gabungan komoditas diperoleh risiko lebih rendah dibandingkan dengan diversifikasi maanvis dan lobster serta discus dan lobster. Namun berbeda halnya dengan diversifikasi maanvis dan discus yang memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan mengusahakan diversifikasi tiga jenis ikan hias. Akan tetapi secara keseluruhan bahwa dengan mengusahakan lebih dari satu jenis ikan hias dapat meminimalkan risiko yang ada. Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko yang baik akan mampu menekan dampak risiko yang ditimbulkan sehingga perusahaan dapat memperoleh penerimaan sesuai yang ditargetkan. Sebaliknya dengan penanganan risiko yang kurang tepat akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan di perusahaan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam menekan risiko. Saat ini PT Taufan Fish Farm telah melakukan strategi dalam menekan risiko namun masih belum efektif. Strategi yang dilakukan berupa diversifikasi komoditas yang diproduksi. Fungsi diversifikasi memungkinkan kegagalan pada salah satu kegiatan pembenihan satu jenis ikan hias masih dapat ditutupi dari kegiatan pembenihan ikan hias lainnya. Oleh karena itu, kegiatan diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi survival rate. Selain itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan penerapan teknologi terbaru untuk menghasilkan benih ikan hias unggul, serta peningkatan manajemen pada PT Taufan Fish Farm untuk melakukan fungsi manajemen yang tepat dan terarah.

4 ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS PADA PT TAUFAN FISH FARM DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT FRANSMUDIYANTO SILABAN H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat : Fransmudiyanto Silaban : H Menyetujui, Pembimbing Dr.Ir.Anna Fariyanti, MSi NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2011 Fransmudiyanto Silaban H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Simpang Bahal Batu pada tanggal 09 Maret Penulis adalah anak kedelapan dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Marangkup Silaban dan Ibu Nurmala Nababan. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Pealangge pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Siborongborong. Pendidikan menengah atas penulis selesaikan pada tahun 2005 di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Siborongborong. Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Direktorat Program Diploma dan lulus pada tahun Pada tahun 2008 pula penulis diterima di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur regular.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi dan alternatif strategi penanganan risiko pada budidaya ikan hias di PT Taufan Fish Farm Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Februari 2011 Fransmudiyanto Silaban

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr.Ir.Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS selaku dosen evaluator yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritikan dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Narni Farmayanti, MSc sebagai dosen penguji utama pada ujian sidang dan Dra. Yusalina, MSi sebagai perwakilan komisi akademik yang telah bersedia memberikan masukan berupa kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Ayah dan Ibu serta keluarga tercinta yang selalu memberi doa, kasih sayang, dan semangat serta dukungan moral dan materil yang diberikan. Semoga skripsi ini menjadi persembahan yang terbaik. 5. Fitri Junika Siregar yang bersedia menjadi pembahas seminar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Pihak PT Taufan Fish Farm atas waktu, informasi, kesempatan dan dukungan yang diberikan. 7. Bapak/Ibu kost tercinta Drh. Ikim Mansoer, MSc dan Prof. Dr. Ir. Sri Supraptini Mansoer atas bimbingan, arahan, tempat tinggal yang nyaman serta makanan yang selalu tersedia selama penyusunan skripsi ini. 8. Saudara saudariku terkasih di Cikuray 44 ( B Boyle, B Nando, Eddi, Welfrin, Junjung, Ori, Daniel, Fery, Angel, Desi, Cici) atas doa, motivasi, bantuan, kerjasama dan semangat yang luar biasa selama awal proses sampai akhir penyusunan skripsi ini.

10 9. Teman terbaikku Natalina Sianturi, Bethesda Sianturi, Chrisnovita Advenria Sitanggang, Doni Sahat Tua Manalu, Fitrilola Karlina Sinulingga, Nahsty Raptauli Siahaan, Noviyanti Sitorus atas doa, semangat, motivasi, serta kejutan-kejutannya. 10. Teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan V, VI, VII terkhusus Bayu Sumantri teman satu bimbingan, atas semangat dan motivasi selama penelitian hingga penulisan skripsi ini. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Februari 2011 Fransmudiyanto Silaban

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Ikan Hias Penelitian Terdahulu Sumber-sumber Risiko Agribisnis Metode Analisis Risiko Strategi Pengelolaan Risiko.. 15 III KETERANGAN PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko dan Ketidakpastian Sumber Risiko dan Akibatnya Risiko Portofolio Pengukuran Risiko Strategi Pengelolaan Risiko Kerangka Pemikiran Operasional. 26 IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Kuantitatif Analisis Manajemen Risiko. 35 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan Aspek Sumber Daya Perusahaan Karyawan Kepemilikan Peralatan Aspek Permodalan Unit Bisnis Proses budidaya Ikan Hias Air Tawar Teknis dan Teknologi Produksi Pengadaan Bahan Baku 50 xiii xv xvi 9 10

12 5.5 Pemasaran Beberapa Jenis Ikan Hias Analisis Pendapatan.. 52 VI HASIL DAN PEMBAHASAN Risiko Produksi Analisis Risiko Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Strategi Pengelolaan Risiko Produksi di PT Taufan Fish Farm.. 72 VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA.. LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Nilai Produk Domestik Bruto Nasional Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Tahun Volume Produksi Perikanan Nasional Tahun Nilai Produksi Perikanan Nasional Tahun (dalam juta rupiah) Nilai Eksport Ikan Hias di Indonesia Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun Survival Rate berbagai Jenis Ikan Hias di Indonesia Survival Rate Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis di PT Taufan Fish Farm Tahun Tingkat Survival Rate pada Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar di PT Taufan Fish Farm Tahun Perlengkapan Produksi pada PT Taufan Fish Farm Tahun Sarana Produksi yang dijual di PT Taufan Fish Farm Tahun Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Ikan Hias Lobster di PT Taufan Fish Farm Tahun Bahan Input untuk Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun Harga Ikan Hias Berbagai Ukuran di PT Taufan Fish Farm Tahun Biaya Investasi Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm Tahun Biaya Tetap Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm Tahun Biaya Variabel Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm Tahun

14 17 Pendapatan Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm Tahun Rata-rata Produksi, Survival Rate dan Penerimaan Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm Berdasarkan Kejadian di PT Taufan Fish Farm Penilaian Expected Return Berdasarkan Survival Rate dan Penerimaan pada Ikan Hias Discus, Lobster,dan Maanvis, Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Penerimaan pada Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis Penilaian Risiko Portofolio pada Komoditas Discus, Lobster dan Maanvis di PT Taufan Fish Farm. 70 2

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan 24 2 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat 27 3 Proses Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Perkembangan Survival Rate ikan Hias Discus dan Curah Hujan pada PT Taufan Fish Farm Tahun Perkembangan Survival Rate Ikan Hias Lobster dan Curah Hujan pada PT Taufan Fish Farm Tahun Perkembangan Survival Rate Ikan Hias Maanvis dan Curah Hujan pada PT Taufan Fish Farm Tahun

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi PT.Taufan Fish Farm Tahun Keadaan Tenaga Kerja pada PT Taufan Fish Farm Tahun Biaya Investasi Per Siklus Produksi Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun Biaya Tetap Per Siklus Produksi Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun Biaya Variebel Per Siklus pada Pembenihan Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun Komoditas Ikan Hias yang Dihasilkan PT Taufan Fish Farm Pakan Alami pada Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun Peralatan Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun

17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan mencapai km² dan luas perairannya km². Luas perairan Indonesia yang melebihi luas daratannya menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara maritim 1. Indonesia sebagai negara maritim, sektor perikanan memegang peranan penting dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Secara nasional sektor perikanan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto. Besarnya kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Tahun 2004 sampai tahun 2008 nilai kontribusi sektor perikanan terus mengalami peningkatan, pada tahun 2005 meningkat 5,8 persen dari tahun Pada Tahun 2006 nilainya juga meningkat sebesar 6,9 persen dari tahun 2005, pada tahun 2007 nilai kontribusi sektor perikanan tetap mengalami peningkatan sebesar 5,4 persen dari tahun 2006, dan pada tahun 2008 nilainya terus meningkat sebesar lima persen dari tahun Peningkatan nilai PDB tersebut mengindikasikan bahwa sektor perikanan merupakan sektor yang memiliki prospek yang baik di masa mendatang, sehingga dapat menjadi andalan untuk kemajuan perekonomian Indonesia. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto Nasional Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Tahun Lapangan Usaha Nilai PDB (dalam Rp Milyar) Tanaman Bahan Makanan 122, , , , ,000 Tanaman Perkebunan 38,849 39,810 41,318 43,199 44,785 Peternakan 31,672 33,430 34,220 35, Kehutanan 17,433 17,176 16,686 16,548 16,543 Perikanan 36,596 38,745 41,419 43,652 45,866 Total 247, , , , ,620 Sumber : Badan Pusat Statistik (2009) 1 Luas daratan Indonesia (diakses tanggal 9 Agustus 2010) 1

18 Sektor perikanan dibagi menjadi dua yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan budidaya dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu budidaya ikan konsumsi dan budidaya ikan hias. Cara budidaya ikan hias dan ikan konsumsi tidaklah jauh berbeda, namun pada kenyataannya budidaya ikan hias sedikit lebih sulit karena butuh perhatian khusus. Ikan hias yang tersedia di Indonesia diperoleh dari hasil budidaya dan dari perairan lepas (lautan). Hasil perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi masyarakat yang dilakukan dengan menangkap ikan di perairan dengan menggunakan berbagai alat dan metode. Hal ini apabila dilakukan secara terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan ekosistem laut, sehingga dapat mengurangi populasi ikan yang dapat berimplikasi terhadap penurunan pendapatan nelayan. Laju pertumbuhan produksi perikanan nasional dari tahun mencapai 10,02 persen per tahun, dimana pertumbuhan budidaya sebesar 21,93 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan perikanan tangkap yang hanya sebesar 2,95 persen. Perikanan budidaya pada Tabel 2 meliputi ikan konsumsi dan ikan hias, sedangkan perikanan laut dan perikanan tangkap dikhususkan untuk ikan konsumsi. Tingginya volume produksi perikanan direspon baik oleh pelaku bisnis yang bergerak di bidang perikanan khususnya ikan hias. Tabel 2. Volume Produksi Perikanan Nasional Tahun Tahun Rata-rata Rincian (%) * ) Penangkapan ,95 Perikanan ,11 laut Perairan ,99 umum Budidaya : ,93 Budidaya ,54 laut Tambak ,97 Kolam ,80 Keramba ,75 Jaring apung ,46 Sawah ,86 Jumlah ,02 Keterangan : * ) Angka sementara Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2010) 2

19 Peningkatan nilai produksi perikanan tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Pada tahun total peningkatan nilai produksi sebesar 15,61 persen dari Rp57,62 triliun menjadi Rp102,78 triliun. Jika dibandingkan pertumbuhan volume produksi terhadap nilai, maka pertumbuhan nilai lebih tinggi dari pada pertumbuhan volume. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum komoditas perikanan mengalami peningkatan kualitas dan kenaikan harga. Tabel 3. Nilai Produksi Perikanan Nasional Tahun (dalam juta rupiah) Tahun Rata-rata Rincian (%) * ) Total nilai ,61 Penangkapan ,72 Perikanan ,39 laut Perairan ,01 umum Budidaya : ,81 Budidaya ,27 laut Tambak ,26 Kolam ,39 Keramba ,14 Jaring apung ,48 Sawah ,83 Keterangan : *) Angka Sementara Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan (2010) Seiring dengan peningkatan volume dan nilai produksi perikanan di Indonesia maka jumlah ekspor ikan hias juga mengalami peningkatan seperti pada Tabel 4. Pada tahun tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 5,7 persen pada tahun 2008 dan 3,55 persen pada tahun 2009, sedangkan penurunan jumlah ekspor terjadi pada tahun 2007 sebesar 22,34 persen dari tahun 2006, penurunan nilai ekspor dipengaruhi oleh jumlah permintaan yang berfluktuasi. Pada Tabel 4 juga terlihat jika peningkatan jumlah ekspor tidak seimbang dengan peningkatan nilai ekspor ikan hias hal ini dipengaruhi oleh jenis dan harga ikan hias yang berbeda-beda. Selain itu negara tujuan ekspor ikan hias yang 3

20 berbeda juga mempengaruhi perbedaan persentase nilai ekspor dan jumlah ikan yang diperdagangkan. Tabel 4. Nilai Ekspor Ikan Hias di Indonesia Tahun Tahun Nilai Ekspor Ikan Hias (dolar AS) Jumlah (juta ekor) Nilai Persentase (%) Nilai Persentase (%) , ,76 8,24-1, ,69 8,71 5, ,48 9,02 3,55 Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan (2010) Sebagai gambaran, jumlah ikan hias yang diperdagangkan mencapai jenis, dimana 750 jenis diantaranya adalah ikan air tawar. Berdasarkan data Ornamental Fish International (2009) 2, Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dengan ekpor senilai USD 12,6 juta atau menguasai 7,5 persen pangsa pasar dunia. Posisi Indonesia di bawah Singapura yang memiliki ekspor USD 41,5 juta dan menguasai 22,8 persen pasar dunia, serta Malaysia dengan ekspor USD 20 juta. Negara importir terbesar ikan hias selama ini berturut-turut adalah Amerika Serikat (25,3%), Jepang (11,6%) dan Jerman (9,2%). Sayangnya potensi kekayaan alam itu belum dimanfaatkan maksimal oleh pemangku kepentingan, baik pelaku industri maupun pembuat kebijakan. Dengan demikian, sebagian besar ekspor ikan hias asal Indonesia harus melalui Singapura, jelas di sini yang diuntungkan negara lain Bogor merupakan salah satu kota penghasil ikan hias yang cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinaskan) Kabupaten Bogor (2009) 3, perkembangan produksi ikan hias terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 7,96 persen. Hal tersebut berarti bahwa prospek budidaya ikan hias di Kabupaten Bogor cukup baik. Besarnya produksi ikan yang dapat dihasilkan oleh usaha pembesaran turut ditentukan pula oleh jumlah produksi benih yang mampu 2 OrnamentalFish (diakses 18 Desember 2010) 3 (dikases 15 Oktober 2010) 4

21 dihasilkan oleh pembudidaya. Besarnya perkembangan produksi ikan hias di Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun No Jenis Ikan Produksi (Ribu Ekor) Persentase (%) Corydoras , ,87 2 Cupang , ,84 3 Discus , ,66 4 Gupi , ,01 5 Ikan Koi , ,80 6 Ikan Tetra , ,44 7 Manvis , ,74 8 Maskoki , ,85 10 Plati Padang , ,06 11 Rainbow , ,97 12 Boster , ,13 13 Louhan 1, , ,33 15 Black Ghost 4, , ,57 16 Blue Cerry 2, , ,87 17 Blue eye 2, , ,78 18 Rochet 2, , ,17 19 Ikan Hias lainnya 2, , ,01 Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor (2009) Pada Tabel 5 juga terlihat penurunan produksi ikan hias di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sampai tahun 2008, jenis ikan yang mengalami penurunan adalah ikan hias Louhan sebesar 1,33 persen dan jenis ikan hias lainnya (jenis ikan hias yang diproduksi di Kabupaten Bogor yang tidak termasuk ikan hias yang diuraikan secara spesifik) sebesar 2,01. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses produksinya ikan hias mengalami risiko yaitu risiko produksi, hal ini dapat dilihat dari persentase produksi yang berfluktuasi setiap tahunnya. Salah satu usaha kecil menengah yang bergerak dalam usaha budidaya ikan hias adalah PT. Taufan Fish Farm yang berlokasi di Ciluar, kecamatan Kedung Halang, kabupaten Bogor. Komoditas perikanan yang dibudidayakan oleh PT. Taufan Fish Farm adalah ikan discus, lobster dan manvis. Ikan yang paling banyak diproduksi dan menjadi unggulan di PT. Taufan Fish Farm yaitu ikan discus, lobster, dan manvis. Sedangkan ikan perot cery dan blackgohst merupakan 5

22 ikan yang mulai diproduksi namun memiliki peluang yang cukup baik untuk diserap oleh pasar terutama untuk memenuhi permintaan. Pembenihan ikan discus, lobster, dan ikan manvis merupakan komoditas akuakultur yang menjanjikan untuk dibudidayakan dan dikembangkan, namun disamping itu proses budidayanya tidaklah mudah karena mengalami beberapa kendala. Kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan hias yaitu adanya tingkat risiko. Risiko yang muncul dalam budidaya pembenihan ikan hias secara umum yaitu perubahan cuaca, dan serangan hama penyakit, dan kualitas pakan yang buruk, hal ini mengakibatkan benih ikan yang diproduksi berfluktuasi, dilihat dari parameter survival rate yang berfluktuasi seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Survival Rate Berbagai Jenis Ikan Hias di Indonesia. No Jenis Ikan Ukuran/Hari Survival Rate (%) 1 Arwana 1) 9 cm cm cm 90 2 Cupang 2) 14 hari 87,5 45 hari 87 3 Lobster air tawar 2) 14 hari 65 7 hari hari 57 4 Palmus Ornatipinnis 3) 1 cm 60 2 cm 90 5 Pelangi mungil 2) 7 hari 89,45 Sumber : 1) Susanto (2004) 2) 3) Buletin Ekonomi Perikanan vol.vii No , diakses 23 Desember 2010 (Diolah) Keadaan iklim, cuaca, dan kelembaban sekitar tempat budidaya berpengaruh terhadap jumlah benih ikan yang dihasilkan dan kualitasnya. Hal ini terkait dengan kota Bogor yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara 50 milimeter sampai 450 milimeter 4. Pada musim hujan, bakteri dan virus akan cepat tumbuh sehingga menyebabkan ikan yang diproduksi pun menjadi rentan terkena penyakit sehingga pertumbuhannya menjadi lambat bahkan mengalami kematian. Kondisi cuaca yang demikian dapat berpengaruh terhadap 4 www. kota bogor.go.id (diakses 22 November 2010) 6

23 suhu air menjadi fluktuatif yang menyebabkan ikan yang diproduksi mengalami pertumbuhan yang lambat. Selain sumber risiko produksi budidaya ikan hias sering juga dihadapkan pada risiko harga. Sumber risiko harga antara lain fluktuasi harga pakan, obatobatan dan harga jual ikan hias di pasaran. Adanya risiko produksi dan risiko harga tersebut akan mempengaruhi besarnya penerimaan yang akan diperoleh. Hal ini perlu diantisipasi karena bila terus dibiarkan akan menimbulkan risiko yang lebih besar lagi yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan pembudidaya ikan Perumusan Masalah PT Taufan Fish Farm merupakan salah satu usaha kecil menengah yang bergerak dalam bidang budidaya ikan hias khususnya ikan air tawar. Produk yang dihasilkan oleh PT Taufan Fish Farm diantaranya yaitu ikan discus, lobster dan ikan manvis. Letak usaha yang berada di pusat kota Bogor di Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor menjadikan PT Taufan Fish Farm terus mengembangkan bisnisnya terlihat dari penambahan unit bisnis di Baranangsiang Indah dan Maseng. Selain itu juga memudahkan PT Taufan Fish Farm dalam melakukan distribusi benih ikan discus, lobster dan ikan manvis. Berbagai teknologi telah banyak dikembangkan dalam mendukung produksi ikan hias discus, lobster, dan maanvis, terutama teknologi untuk menghasilkan benih yang berkualitas, seperti rekayasa lingkungan dengan menggunakan beberapa alat seperti heather dan bahan seperti garam air tawar, daun talas supaya lingkungan (air budidaya) sama seperti asalnya, serta sistem pemijahan buatan yang belum dapat dioptimalkan untuk semua jenis ikan hias. Data yang diperoleh dengan pihak PT Taufan Fish Farm yang menunjukkan bahwa ikan hias yang dibudidayakan memiliki risiko, hal ini dapat dilihat dari fluktuasi survival rate dalam kurun waktu dua tahun yaitu dari tahun 2009 sampai dengan Oktober 2010 seperti pada Tabel 7. 7

24 Tabel 7. Survival Rate Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis di PT Taufan Fish Farm Tahun No Bulan SR (%) Lobster SR (%) Maanvis SR (%) Discus Januari Febuari , ,8 71,5 3 Maret ,5 78, , April , Mei 43 57, Juni 82 60, ,7 7 Juli 58 61,7 79, ,5 8 Agustus 75 79,5 74, ,8 9 September Oktober 41 45, November 86 * 72,5 * 70 * 12 Desember 73 * 78,8 * 38,6 * Keterangan *) : Data belum tersedia. Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) Fluktuasi survival rate yang dihasilkan PT Taufan Fish Farm disebabkan dari adanya risiko dalam budidayanya yaitu risiko produksi. Risiko produksi berasal dari kualitas air yang buruk, pakan yang buruk, cuaca atau iklim yang berfluktuasi dan cara pemeliharaan yang kurang intensif. Selain itu, penanganan khusus sangat diperlukan pada tahap pembenihan seperti pemilihan pakan yang harus disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, aerasi untuk suplai oksigen, pemberian antibiotik yang tepat dosis dan manfaatnya, serta penanganan penyakit seperti bakteri dan virus, dimana kecenderungan bakteri dan virus menyerang ikan pada tahap larva dan benih (daya tahan tubuh ikan belum stabil). Adanya beberapa risiko dalam pembenihan ikan hias discus, lobster, dan maanvis dapat menyebabkan timbulnya perbedaan jumlah produksi yang berfluktuasi selama masa produksi berlangsung. Untuk mencegah besarnya kerugian dalam budidaya ikan hias, perlu ada strategi yang tepat dalam menagani risiko produksi yang ada. Saat ini PT Taufan Fish Farm melakukan usaha diversifikasi produk yaitu dengan mengusahakan jenis ikan hias lain selain discus, manvis, lobster yaitu ikan, blackgost, dan perot cery. Hal tersebut dilakukan untuk 8

25 mengurangi risiko produksi yang terjadi pada komoditas ikan discus, lobster, dan maanvis. PT Taufan Fish Farm dalam menghadapi permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko produksi dalam pembenihan ikan hias discus, lobster dan maanvis tidak membuat PT. Taufan Fish Farm berhenti berproduksi, namun tetap mampu bertahan dalam dunia usaha. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam mengenai strategi perusahaan dalam mengendalikan sumbersumber yang menyebabkan terjadinya risiko sebagai upaya untuk meminimumkan risiko. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Sumber-sumber apa yang menyebabkan terjadinya risiko produksi di PT Taufan Fish Farm? 2. Bagaimana strategi untuk mengatasi risiko produksi ikan hias di PT Taufan Fish Farm? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis risiko produksi ikan hias yang dihadapi oleh PT Taufan Fish Farm. 2. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko ikan hias di PT Taufan Fish Farm Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi tempat usaha budidaya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi. 2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan. 3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 9

26 1.5. Ruang Lingkup Penelitian PT Taufan Fish Farm mempunyai kegiatan usaha beberapa jenis ikan hias seperti blackgosht, discus, lobster, maanvis, dan perot cery. Komoditas yang dikaji pada penelitian ini adalah ikan hias discus, losbter, dan maanvis. Hal ini dilakukan karena ketersediaan data yang memenuhi kebutuhan peneliti sedangkan ikan hias jenis perot chery masih dalam tahap pengembangan. Penelitian ini mengkaji risiko produksi ikan hias, khusus pada kegiatan produksi ikan hias hanya mencakup pada tahap pembenihan. PT Taufan Fish Farm juga memiliki tiga unit usaha produksi yaitu unit Maseng, unit Barangsiang Indah dan unit Kedung Halang. Tempat penelitian ini dilakukan pada unit Kedung Halang yang berlokasi di Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. 10

27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Ikan Hias Peningkatan industri budidaya ikan hias air tawar di Indonesia diikuti dengan peningkatan permintaan pasar ekspor maupun lokal. Hal ini menuntut pelaku bisnis untuk menjamin ketersediaan jumlah benih yang cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada umumnya bisnis ikan hias tidak jauh berbeda dengan bisnis tanaman hias yang dalam pemasarannya sering terjadi trend yaitu tidak menjadi mutlak jika ikan yang saat ini harganya mahal bisa jadi sangat murah dikemudian hari tergantung dari peminat ikan hias atau hobiis. Nilai estetika ikan hias yang menjadi daya tarik para hobiis juga turut mengangkat peningkatan bisnis ikan hias ini. Beberapa parameter yang digunakan oleh para pembudidaya dan hobiis yang menjadikan ikan hias mahal diukur dari bentuk badan, fisik, warna, maupun tingkah lakunya. Sebagai manfaatnya ikan hias yang dibudidayakan memiliki nilai tersendiri bagi para pemiliknya karena ikan hias biasanya dipajang di tempat terbuka dalam aquarium besar. Usaha ini disebut aquabisnis yaitu bisnis ikan hias yang menciptakan karya seni dengan memadupadankan ikan dan tanaman hias dalam aquarium. Menurut Darti (2009) karakteristik ikan hias dibagi menjadi empat bagian yaitu: 1. Berdasarkan perilaku makan yaitu kelompok jenis ikan hias yang terdiri dari ikan pemakan binatang lain (karnivora), pemakan tumbuhan (herbivora), dan pemakan segalanya (omnivora). 2. Berdasarkan sifat aktifnya saat mencari makanan, kelompok ini terdiri akan ikan nocturnal (pencari makan pada malam hari) seperti Cobitidae serta kelompok ikan diurnal (pencari makan pada siang hari) seperti Cyprinidae, Poecilidae, dan Chichlidae. 3. Berdasarkan tempat hidup, kelompok jenis ikan hias yang loncat ke atas permukaan air seperti Panchax dan Epiplatus, ditengah perairan, di dasar perairan, dan di dekat dasar perairan, serta di dalam lubang (media bebatuan dan tanaman) 11

28 4. Berdasarkan cara berkembang biak, jenis ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu ikan yang mengeluarkan telurnya dan dibiarkan menetas sendiri tanpa dijaga induknya, jenis ikan yang menjaga telurnya, dan jenis ikan yang telurnya langsung berhubungan dengan salah satu induk. Selain tiga kelompok tersebut, ada kelompok lain yang berkembang biak dengan bantuan pemijahan buatan atau stimulasi hormon. Hal ini dilakukan karena ikan tersebut tidak bisa memijah sendiri atau sulit memijah alami. Mayoritas ikan dalam kelompok ini merupakan ikan yang baru dibudidayakan atau masih belum mampu beradaptasi dengan lingkungan budidaya yang baru. 2.2 Penelitian Terdahulu Sumber-Sumber Risiko Agribisnis Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha perikanan sebagian besar disebabkan faktor-faktor seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Pada umumnya risiko tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknolgi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas seperti benih, pakan dan obat-obatan. Penelitian Lestari (2009) menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada usaha pembenihan udang vannamei adalah risiko operasional dan risiko pasar. Sumber-sumber risiko operasional antara lain pengadaan induk udang vannamei yang didatangkan dari Hawaii, Amerika Serikat dengan tingkat risiko sekitar tiga persen. Hal ini disebabkan induk yang didatangkan oleh perusahaan harus melewati proses karantina terlebih dahulu sehingga meminimumkan risiko. Selain itu sering ditemukan kasus induk udang vannamei yang mengalami stress dikarenakan proses distribusi yang memakan waktu dan adanya perbedaan suhu yang relatif besar. Selain itu sumber risiko operasional adalah faktor penyakit, cuaca, mortalitas dan kerusakan pada peralatan teknis. Sumber risiko pasar pada pembenihan udang vannamei adalah fluktuasi harga induk, fluktuasi harga pakan dan fluktuasi harga benih. 12

29 Hasil penelitian Sembiring (2010) tentang analisis risiko produksi sayuran organik menemukan bahwa faktor yang menyebabkan timbulnya risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm adalah adanya teknologi yang tidak seimbang serta human error yang timbul mulai dari penanaman bibit sehingga mengakibatkan timbulnya tingkat kematian atau mortalitas tanaman yang juga disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca atau iklim yang tidak pasti. Hal yang sama juga diutarakan Safitri (2009) mengenai analisis risiko produksi daun potong menemukan bahwa sumber risiko produksi berasal dari hama penyakit dan cuaca yang berfluktuasi. Demikian juga hasil penelitian Wisdya (2009) yang menemukan bahwa faktor-faktor penyebab risiko produksi pada produksi anggrek Phalaeonopsis antara lain reject yang terdiri dari kontaminasi dalam pembibitan dengan teknik kultur jaringan, serangan hama penyakit, virus, mutan, stagnan, dan kerusakan mekanis pada tanaman yang sulit diprediksi. Peluang untuk kondisi tertinggi, normal dan terendah diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali perusahaan mencapai persentase keberhasilan produksi dan pendapatan tertinggi, normal dan terendah selama periode siklus berlangsung. Faktor-faktor penyebab munculnya persentase keberhasilan produksi kondisi tertinggi dan terendah antara lain curah hujan, serangan hama dan penyakit dan kerusakan mekanis. Utami (2009) yang meneliti sumber-sumber risiko produksi bawang merah yang menyebabkan fluktuasi produksi. Sumber-sumber risiko antara lain faktor iklim dan cuaca yang sering berubah-ubah, faktor hama dan penyakit, tingkat kesuburan tanah dan efektivitas penggunaan input. Komponen terpenting variabel input pada usahatani bawang merah adalah bibit, pupuk, obat-obatan serta tenaga kerja. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi sumber-sumber risiko yaitu faktor cuaca, penyakit, kerusakan teknis/mekanis, efektivitas penggunaan input, fluktuasi harga bibit komoditas serta fluktuasi harga jual komoditas. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko pada pengusahaan ikan hias yang diteliti dalam penelitian ini. 13

30 2.2.2 Metode Analisis Risiko Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis seperti standard deviation, variance dan coefficient variation. Analisis penilaian risiko produksi pada penelitian Lestari (2009) tentang Manajemen Risiko dalam usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopeneus vannamei). Metode analisisnya adalah mengidentifikasi sumber risiko yang dihadapi perusahaan, mengklasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko dan mengidentifikasi strategi penanganan risiko yang dihadapi perusahaan. Pengukuran probabilitas dilakukan dengan analisis nilai standar (analisis z-score). Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Berbeda halnya dengan penelitian Sembiring (2010) dimana metode analisis data yang digunaka adalah dengan menggunakan pendekatan variance, standard deviation dan coefficient variation. Metode penilaian yang sama juga dilakukan oleh Safitri (2009) dan Wisdya (2009) yaitu koefisisen variasi (coefficient variation), ragam (variance) dan simpangan baku (standard deviation) pada penelitiannya tentang Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri Bogor dan Analisis Risiko Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian Utami (2009) risiko produksi bawang merah sama dengan yang dilakukan oleh Wisdya yaitu menggunakan variance, standard deviation dan coefficient variation. Utami menambah alat analisis pada penelitiannya yaitu mempergunakan analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis penawaran. Terdapat persamaan dan perbedaan metode analisis pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Metode analisis risiko yang dipergunakan pada penelitian Sembiring (2010), Safitri (2009), Wisdya (2009) dan Utami (2009) dengan menggunakan variance, coefficient variance, dan standard deviaton juga digunakan dalam penelitian ini. Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode analaisis risiko dengan menggunakan portofolio. Metode pengukuran dampak risiko menggunakan pendekatan Value at Risk (VaR) seperti pada penelitian Lestari (2009). 14

31 2.2.3 Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko dalam pertanian (Kaan 2002) antara lain 1) mengurangi risiko dalam operasi, misalnya diversifikasi produk, 2) transfer atau pengalihan risiko di luar operasi, misalnya kontrak produksi dan 3) membangun kemampuan operasi untuk bertahan dari adanya risiko, misalnya memelihara aset lancar. Menurut Wisdya (2009) strategi penanganan risiko produksi anggrek Phalaeonopsis pada PT EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Alternatif untuk menangani risiko produksi dapat dilakukan dengan diversifikasi (portofolio) pada lahan yang berbeda dan secara tumpang sari tetapi dalam waktu yang sama. Adanya diversifikasi akan dapat diminimisasi tetapi tidak dapat dihilangkan seluruhnya atau menjadi nol. Alternatif lain untuk meminimalkan risiko produksi adalah kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen dan usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot (untuk menampung hasil produk yang reject). Lestari (2009) mengemukakan strategi preventif risiko pada usaha pembenihan udang vannamei yang dilakukan PT Suri Tani Pemuka untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber daya manusia serta dengan melakukan kontrak pembelian dengan pemasok pakan. Strategi mitigasi risiko yang dilakukan perusahaan melalui kegiatan pengendalian penyakit dan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat. Berdasarkan peneliti terdahulu, maka dapat dilihat persamaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah menggunakan alat analisis yang sama yaitu penilaian hasil perhitungan variance, standard deviation dan coefficient variation. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return) seperti yang dilakukan oleh Wisdya (2009). Sedangkan perbedaan peneliti terdahulu dengan 15

32 penelitian ini adalah komoditas yang dianalisis yakni pada peneliti terdahulu pada peternakan dan sayuran sedangkan pada penelitian ini adalah komoditas ikan hias seperti ikan hias discus, maanvis dan lobster. Perbedaannya juga terdapat pada perusahaan yang dianalisis, selain itu penelitian ini lebih memprioritaskan masalah risiko produksi. 16

33 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko dan Ketidakpastian Ada banyak pendapat mengenai definisi risiko dan ketidakpastian yang dapat memperluas wawasan dalam memahami konsep risiko dan ketidakpastian. Pada bagian ini akan dijelaskan teori risiko dan ketidakpastiaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Risiko dan ketidakpastian merupakan dua istilah yang merupakan dasar dalam framework pengambilan keputusan. Menurut Hardaker (1997) risiko bisa didefinisikan sebagai pengetahuan yang tidak sempurna (imperfect knowledge) dimana peluang dari hasil (outcome) diketahui sedangkan ketidakpastian merupakan kondisi dimana peluang tidak diketahui. Debertin (1986) mengungkapkan jika risiko dan ketidakpastian sangat sulit untuk ditangani karena hasil dan probabilitas yang terkait dengan setiap kejadian tidak dapat diketahui dengan pasti atau sulit untuk diprediksi sebagai alternatif menangani risiko perlu adanya asuransi jelas dalam suatu usaha. Menurut Djohanputro (2008) perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah bahwa risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat probabilitasnya terukur secara kuantitatif. Ketidakpastian atau uncertainty merupakan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian di mana tingkat probabilitas kejadian tidak diketahui secara pasti. Menurut Elton and Gruber (2003) risiko adalah: The existence of risk means that the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in any assets. Risiko yang dimaksud merupakan kemungkinan 17

34 terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan, probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return), kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari return yang diharapkan (expected return) atau dengan kata lain kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Menurut Kountur (2008) risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Menurut Umar (2001) risiko adalah (a) kesempatan timbulnya kerugian, (b) probabilitas timbulnya kerugian, (c) ketidakpastian, (d) penyimpangan actual dari yang diharapkan, (e) terjadi jika probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan. Dalam analisis investasi, risiko berarti kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan, dan standar deviasi adalah alat statistik yang bisa mengukur risiko, selain itu probabilitas atau peluang bisa juga mengukur risiko. Dengan adanya peluang bisa diketahui kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan secara alamiah setiap orang atau organisasi dalam sebuah bisnis akan mengelola risiko yang bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme pengelolaan risiko dengan tujuan menghindari perusahaan dari kerugian. Menurut Hanafi (2007) kaitan antara risiko dan tingkat keuntungan adalah berhubungan positif, semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan. Jika suatu organisasi ingin menaikkan keuntungan maka organisasi tersebut harus menaikkan risikonya. Dalam bidang agribisnis, risiko yang dapat terjadi pada kegiatan usahatani adalah risiko selama proses produksi berlangsung dan risiko terhadap harga jual. Risiko produksi antara lain disebabkan serangan hama dan penyakit, curah hujan, musim, kelembaban, teknologi, input, dan bencana alam. Akibat risiko produksi tersebut berpengaruh terhadap penurunan kualitas serta kuantitas hasil panen. Sedangkan risiko harga disebabkan oleh fluktuasi harga jual produk di pasar yang dipengaruhi tingkat inflasi serta kondisi permintaan dan penawaran produk. 18

35 3.1.2 Sumber Risiko dan Akibatnya Dalam dunia bisnis, risiko sering dikaitkan dengan perolehan (return). Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan berdasarkan pada konsep expected utility (Robison dan Barry, 1997). Dalam kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability. Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif (relative frequencies) dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Utility (kepuasan) sangat sulit diukur sehingga umumnya didekati dengan pengukuran return. Return tersebut dapat berupa pendapatan yang diperoleh usaha selama periode tertentu. Tingkat risiko suatu kegiatan menjadi acuan dalam menentukan besaran nilai yang dihasilkan (keuntungan). Umumnya kegiatan bisnis dengan risiko tinggi diyakini dapat memberikan keuntungan yang besar. Artinya, nilai keuntungan searah dengan tingkat risikonya. Hal tersebut dapat terwujud apabila ternyata dalam melakukan kegiatan usaha, risiko yang diperkirakan tidak terjadi sehingga pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan biaya kerugian akibat adanya risiko. Tetapi apabila ternyata risiko yang diperkirakan terjadi pada kegiatan usaha yang dipilih, maka yang diperoleh pelaku usaha adalah kegagalan dan kerugian. Oleh karena itu, agar bisnis dengan risiko yang besar dapat memberi pendapatan tinggi, meskipun risiko yang diperkirakan terjadi maka pelaku usaha dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko tersebut. Dengan mengetahui besarnya risiko yang dihadapi maka keputusan penerapan alternatif pengelolaan yang digunakan dapat lebih efesien. Menurut Harwood, et al (1999), risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu : (1) Risiko produksi; (2) Risiko harga atau pasar (penjualan); (3) Risiko institusi (kelembagaan); (4) Risiko keuangan; (5) Risiko manusia. Dari beberapa sumber tersebut ternyata risiko yang paling utama dihadapi oleh PT Taufan Fish Farm dalam memproduksi ikan hias adalah risiko produksi. Menurut Kountur (2008) risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi menjadi 4 jenis yaitu: 19

36 a. Risiko dari sudut Pandang Penyebab Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan sepertu perubahan harga, tingkat bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan seperti manusia, teknologi dan alam. b. Risiko dari Sudut Pandang Akibat Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan. c. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas Menurut Kountur (2008) banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit. d. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran. Dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantisipasi dan ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan kerugian dalam skala luas. Dampak risiko dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan yaitu: a. Sudut pandang masyarakat Menyangkut pada dampak dan biaya social dari risiko yang terjadi dan bagaimanan pengelolaannya. b. Sudut pandang produsen Menitikberatkan pada kelangsungan hidup usahanya. c. Sudut pandang pembuat kebijakan 20

37 Pembuat kebijakan harus mampu memprediksi respon sektoral yang akan dilakukan untuk mengubah kondisi tersebutdan dampak berikutnya atas kemungkinan kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuannya Risiko Portofolio Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi. Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas) yang memiliki korelasi negatif atau positif rendah sehingga variabilitas dari pengembalian atau risiko dapat dikurangi. Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif. Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama. 21

38 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini koefisien korelasi diasumsikan memiliki nilai (+1) atau memiliki korelasi positif diantara kedua komoditas yang digabungkan. Penilaian berupa peningkatan modal dalam budidaya ikan hias berupa peningkatan kualitas pakan dan penggunaan heather (pengatur suhu lingkungan budidaya). Hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang akan diperoleh dengan tujuan meningkatkan besarnya penerimaan, dengan harapan risiko yang ditimbulkan akan menjadi lebih kecil Pengukuran Risiko Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti standard deviation yang merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai variance dan standard deviation digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat. Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah coefficient variation. coefficient variation merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang 22

39 dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha tersebut. Dengan ukuran coefficient variation, penilaian risiko terhadap kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk setiap return. return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko. Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada berbagai cara yakni dengan diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Salah satu penanganan risiko yang digunakan pada penelitian ini adalah diversifikasi. Menurut Barron (1993), diversifikasi adalah menyebar investasi dimana dapat meminimalkan risiko kehilangan semua aset bila suatu investasi memburuk. Diversifikasi merupakan suatu kebijakan untuk menyalurkan model ke arah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin tingkat pendapatan seaman dan seuntung mungkin. dalam melakukan perencanaan beberapa jenis investasi dalam suatu perusahaan penting untuk mempertimbangkan hubungan dan pengaruh investasi tersebut terhadap tingkat risiko yang akandihadapai oleh perusahaan. Pemilihan jenis investasi harus didasari pada pengurangan tingkat risiko yang terbaik dalam menghasilkan tingkat pendapatan yang diinginkan. Menurut Harwood et al (1999) kelebihan dari diversifikasi adalah mengurangi risiko, meminimalkan tenaga kerja, mengurangi penggunaan peralatan dan meminimalkan biaya. Sementara itu keterbatasan yang dimiliki diversifikasi adalah membutuhkan perlengkapan khusus, membutuhkan keahlian manajerial yang lebih luas dan teknologi menjadi rumit. Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara 23

40 meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses yang berulang pada setiap periode produksi (Gambar 1). PROSES IDENTIFIKASI RISIKO OUTPUT Daftar Risiko EVALUASI PENGUKURAN RISIKO PENANGANAN RISIKO Expected Return Usulan (strategi pengelolaan risiko) Keterangan : garis proses garis hasil (output) Gambar 1. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur (2008) Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisaan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menantang perusahaan. Dalam manajemen risiko, pengambil keputusan perlu mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya risiko tersebut kemudian diukur. Perlunya diukur adalah untuk menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Strategi pengelolaan risiko yang dapat dijadikan usaha sebagai alternatif penanganan, yaitu strategi Preventif. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur. b. Mengembangkan sumberdaya manusia. 24

41 c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Menurut Kountur (2008) ada dua strategi penanganan risiko yaitu : 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : a. Membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur b. Mengembangkan sumberdaya manusia, dan c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik 2. Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksud untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan semua asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko b. Penggabungan Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi. c. Pengalihan Risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi, leasing, outsourching, dan hedging. 25

42 Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan asset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana asset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut. Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract, option, dan swap Kerangka Pemikiran Operasional PT Taufan Fish Farm memiliki lahan seluas m 2 yang digunakan untuk memproduksi berbagai jenis ikan hias air tawar diantaranya ikan discus, lobster, dan manvis dimana ikan tersebut dibudidayakan di dalam akuarium. PT Taufan Fish Farm dalam mengusahakan bisnisnya menghadapi kendala yakni risiko produksi. Sumber utama yang menjadi indikasi faktor penyebab terjadinya risiko produksi dalam bidudaya ikan discus tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari budidaya, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha ini masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi, khususnya pada saat pemeliharaan ikan pada masa larva sampai benih. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami antara lain adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen juga menurun. Rendahnya produksi tersebut berdampak terhadap pendapatan yang diterima oleh pihak PT Taufan Fish Farm. Dalam hal ini perlu adanya upaya untuk mengatasi risiko produksi. Penelitian ini akan mengkaji analisi risiko produksi yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm, dalam penelitian ini akan dilakukan proses pengkajian faktor penyebab risiko produksi yang terjadi, kemudian melakukan analisis risiko produksi untuk mengetahui tingkat risiko dari produksi dan kemudian mengalisis 26

43 dampaknya terhadap pendapatan yang akan diperoleh pihak PT Taufan Fish Farm. Untuk lebih jelas pada alur pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2. Tujuan PT Taufan Fish Farm: 1. Memaksimumkan keuntungan 2. Meminimumkan risiko Fluktuasi/variasi produksi yang dihadapi PT Taufan Fish Farm Risiko produksi Sumber : - Patogen penyakit - Suhu yang fluktuatif - Kualitas pakan rendah - Kualitas air buruk Penerimaan PT Taufan Fish Farm Alternatif Manajemen Risiko Keterangan : cakupan penelitian manajemen PT Taufan Fish Farm Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi Ikan Hias pada PT Taufan Fish Farm di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. 27

44 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT Taufan Fish Farm yang berlokasi di Ciluar Kecamatan Kedung Halang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan adanya ketersediaan data yang menjawab kebutuhan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Kegiatan yang berlangsung meliputi pengumpulan data untuk keperluan pengolahan. Pengumpulan data pada PT Taufan Fish Farm berlangsung dari bulan Agustus 2010 sampai dengan Oktober Pemilihan lokasi penelitian di PT Taufan Fish Farm berdasarkan pengalaman dan kinerja perusahaan ini dalam menjalankan usaha pembenihan ikan hias discus, maanvis, dan lobster. Kinerja PT Taufan Fish Farm telah terbukti dengan mampu mengembangkan usahanya dengan membuka cabang baru untuk mendukung pembenihan ikan hias. Beberapa perusahaan serupa di sekitar lokasi penelitian melakukan usaha pembenihan ikan hias, akan tetapi perusahaan selain PT Taufan Fish Farm ini hanya melakukan pembenihan ikan hias yang beragam jenis/tidak fokus pada budidaya ikan discus, maanvis, dan lobster Data dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan meliputi keadaan umum perusahaan seperti, manajemen risiko yang diterapkan di perusahaan, dan kegiatan pembenihan ikan hias, seperti luas lahan, biaya produksi, jumlah produksi, proses produksi beserta data lainnya yang dijalankan oleh pihak PT Taufan Fish Farm. Data yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan data produksi yang diperoleh dari data sekunder perusahaan tahun 2009 sampai Oktober 2010, sedangkan data sekunder lainnya diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta data-data instansi terkait yang mendukung penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan. 28

45 4.3. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan pemilik perusahaan dan bawahannya seperti teknisi dan sekretaris (dalam kelengkapan data). Teknik observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan pada kegiatan usaha pembenihan ikan hias yang dilakukan oleh pihak PT Taufan Fish Farm meliputi proses pembenihan dan strategi penanganan risiko. Teknik wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengindentifikasi sumber-sumber risiko yang ada dalam usaha pembenihan ikan hias serta strategi penanganan risiko yang selama ini dilakukan oleh pihak PT Taufan Fish Farm. Pengambilan responden untuk penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui jelas produksi dan risiko yang sering dihadapi perusahaan yaitu bagian produksi dan manejer perusahaan pada PT Taufan Fish Farm Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, data dan informasi diperoleh dari lokasi usaha budidaya ikan hias, serta data yang lainnya diolah secara kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif. Analisis Kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif untuk menganalisis risiko produksi terhadap penerimaan (dilihat dari hasil panen) fluktuatif yang dihadapi oleh PT Taufan Fish Farm Analisis Kuantitatif Aalisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis pendapatan, analisis risiko pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan dengan pengukuran penyimpangan. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation) untuk menghitung risiko usaha spesialisasi dan kombinasi variance dan covariance untuk usaha diversifikasi. 29

46 Ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran statistik, yang dijelaskan sebagai berikut : 1) Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Spesialisasi. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami oleh perusahaan. Peluang dari masing-masing kegiatan budidaya akan diperoleh pada setiap kondisi yakni tertinggi, normal, dan terendah. a. Nilai Harapan (Expected Return) Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang diharapkan terjadi probabilitas (peluang) masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Nilai harapan merupakan besaran perolehan atau yang diperkirakan akan didapatkan kembali dalam melakukan suatu kegiatan usaha. Nilai harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha. Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan Expected Return. Rumus Expected Return dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995) : Keterangan : E(R i ) = Besarnya return yang diharapkan dari masing-masing komoditas P j = Peluang dari suatu kejadian R j = Besarnya return (survival rate dan penerimaan) i = 1, 2, 3 (1= Discus, 2= Lobster dan 3= Maanvis) j = 1, 2, 3 (1= kondisi tinggi, 2 = kondisi normal, 3= kondisi terendah) n = 22 observasi. b. Peluang (Probability) Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Peluang hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan harga mutlak dalam suatu kondisi. Nilai peluang ditentukan berdasarkan pengalaman dan faktor dari variabel-variabel yang mempengaruhi suatu kejadian yang akan dihitung nilai peluangnya. Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha. Nilai peluang ditentukan dengan mengobservasi 30

47 kejadian yang sudah terjadi. Kejadian-kejadian tersebut kemudian diekspresikan sebagai persentase dari total exposure dalam rangka mendapatkan estimasi empiris dari probabilitas. Menurut Kountur (2008), dari sudut pandang empiris maka probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. Probabilitas adalah nilai/angka yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing event. Apabila nilai suatu peluang adalah 1, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian. Berarti, peristiwa yang diperkirakan pasti terjadi. Nilai peluang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Keterangan : n = Banyaknya observasi pada kondisi tertinggi, normal, dan rendah. W = Frekuensi terjadinya peristiwa yang dihitung peluangnya dari masing- masing komoditas (Discus, Lobster, dan Maanvis). Pada penelitian ini peluang yang dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko produksi dalam budidaya ikan hias discus, lobster, dan maanvis di PT Taufan Fish Farm. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami perusahaan. Peluang yang ditentukan mencerminkan kemungkinan terjadinya risiko produksi pada PT Taufan Fish Farm dalam memproduksi ikan hias discus, lobster, dan maanvis. Untuk menentukan berapa besar peluang yang akan terjadi maka perlu ditetapkan kisaran survival rate ikan itu sendiri. Menurut Manajemen PT Taufan Fish Farm (2010), ikan yang dibudidayakan dalam kondisi yang baik dengan lingkungannya sangat berpengaruh terhadap survival rate yang akan terjadi. Ada banyak faktor yang menyebabkan survival rate tinggi ataupun rendah, untuk kisaran survival rate ikan air tawar dapat dilihat pada Tabel 8. 31

48 Tabel 8. Tingkat Survival Rate pada Perikanan Budidaya Air Tawar di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010 No Kondisi SR Kisaran SR (%) 1 Rendah < 50 2 Sedang Tinggi >80 Keterangan : Hasil Wawancara dengan PT Taufan Fish Farm (2010) c. Variance Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan Expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): Keterangan : = Variance dari return masing-masing komoditas P ij = Peluang dari suatu kejadian R ij = Return pada masing-masing kejadian Ř i = Expected return dari masing-masing komoditas i = 1, 2, 3 ( 1= Discus, 2= Lobster, dan 3= Maanvis) j = 1, 2, 3 (1= kondisi tinggi, 2 = kondisi normal, dan 3 = kondisi terendah) Berdasarkan nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. d. Standard Deviation Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut: 32

49 Keterangan : = Variance atau penyimpangan dari masing-masing komoditas = Standard deviation dari masing-masing komoditas i = 1, 2, 3 (1= Discus, 2= Lobster, dan 3= Maanvis) e. Coefficient Variation Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah sebagai berikut: Keterangan: CV = Coefficient variation dari masing-masing komoditas = Standard deviation dari masing-masing komoditas Ř i = Expected return dari masing-masing komoditas i = 1, 2, 3 (1= Discus, 2= Lobster, dan 3= Maanvis) 2) Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha seperti halnya kegiatan spesialisasi. Risiko yang terdapat dalam kegiatan diversifikasi dinamakan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Diversifikasi yang dilakukan pada perusahaan adalah dengan membudidayakan ikan berbeda jenis yang sitem budidayanya cenderung sama. Komoditas yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi antara ikan discus, lobster dan maanvis. Kombinasi yang dilakukan berdasarkan kriteria pola produksi ikan hias yang ditetapkan oleh perusahaan. Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): σ p 2 = k 2 σ i 2 +(1-k) 2 σ j 2 +2 k (1-k) σij Keterangan : = Variance portofolio untuk investasi dua asset yang digabungkan 33

50 = Covariance antara investasi dua asset yang digabungkan k = Fraction portofolio pada investasi asset i (yang pertama) (1-k) = Fraction portofolio pada investasi aset j (yang kedua) i = 1, 2, 3 (1= discus dengan lobster, 2 = discus dengan maanvis, dan 3= lobster dengan maanvis) Covariance antara kedua aktiva i dan j dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Elton dan Grubber 1995): Keterangan : σ ij = ρ ij σ i σ j ρ ij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j Berdasarkan nilai covariance maka persamaan variance portofolio sebagai berikut: σ p 2 = k 2 σ i 2 +(1-k) 2 σ j 2 +2ρ k (1-k) σi σ j Dalam penelitian ini koefisien korelasi diasumsikan memiliki nilai (+1) atau memiliki korelasi positif diantara kedua komoditas yang digabungkan. Penilaian berupa peningkatan modal dalam budidaya ikan hias berupa peningkatan kualitas pakan dan penggunaan heather (pengatur suhu lingkungan budidaya). Menurut Diether (2009) untuk menghitung besarnya variance gabungan kombinasi tiga komoditas dapat dituliskan sebagai berikut: σp 2 = k 1 2 σ k1 k 2 σ 1 σ 2 + (k 2 ) 2 σ k2 k 3 σ 2 σ 3 +2k 1 k 3 σ 1 σ 3 + (k 3 ) 2 σ 3 2 Keterangan: =Variance portofolio untuk tiga asset yang digabungkan (discus+maanvis+lobster) σ1 = Standard Deviation investasi asset 1 (discus) σ2 = Standard Deviation investasi asset 2 (maanvis) σ3 = Standard Deviation investasi asset 3 (lobster) k1 = Fraction portofolio pada investasi asset 1 (discus) k2 = Fraction portofolio pada investasi asset 2 (maanvis) k3 = Fraction portofolio pada investasi asset 3 (lobster) 34

51 Perhitungan besarnya fraksi portofolio (gabungan tiga komoditas) pada penelitian ini berdasarkan alokasi investasi perusahaan yaitu banyaknya penggunaan akuarium pada masing-masing komoditas discus, lobster dan maanvis. Total akuarium yang digunakan PT Taufan Fish Farm untuk ketiga komoditas sebanyak 91 akuarium dengan ukuran 100x40x40cm. Pembagian akuarium untuk komoditas ikan hias di PT Taufan Fish Farm adalah 28 unit akuarium untuk masing-masing discus dan maanvis serta 35 unit akuarium untuk komoditas lobster Analisis Manajemen Risiko Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko produksi. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko produksi, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko serta melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko yang diterapkan pada usaha pembenihan ikan hias di PT Taufan Fish Farm. Proses dari manajemen risiko operasional dimulai dengan mengindentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi perusahaan. Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, langkah berikutnya adalah mengukur risiko-risiko yang telah terindentifikasi. Maksud dari pengukuran risiko adalah untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Setelah setiap risiko terukur, kemudian langkah selanjutnya adalah bagaimana menangani risiko-risiko tersebut sehingga segala kemungkinan rugi dapat diminimalkan. Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah evaluasi terhadap penanganan risiko, hal ini bertujuan untuk melihat seberapa efektif manajemen risiko yang telah dilakukan oleh perusahaan sehingga pada masa mendatang dapat menghindari kesalahan pengambilan keputusan dalam manejemen risiko. (Kountur 2008). 35

52 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Proses pengambilan data yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data tentang gambaran umum perusahaan dilakukan dengan wawancara, kemudian ditindaklanjuti dengan pemberian file dari pihak perusahaan untuk kemudian dipaparkan dalam penelitian ini. Beberapa data diperoleh langsung oleh peneliti dari perusahaan seperti sejarah berdirinya perusahaan, aspek organisasi dan manajemen perusahaan, aspek permodalan, aspek sumberdaya perusahaan. Data yang diperoleh merupakan data mentah dari perusahaan yang kemudian dilengkapi oleh peneliti dalam mempermudah pembaca dalam memahami skripsi ini. 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Taufan Fish Farm berlokasi di Jl.Raya Bogor Km7, Kelurahan Kedung Halang, Kecamatan Bogor Utara, Kabupaten Bogor Tengah, Provinsi Jawa Barat. PT Taufan Fish Farm merupakaan perusahaan perseorangan yang didirikan pada tahun 1986 oleh Gunawan Widjaya, yang merupakan penggemar ikan hias dan mulai merintis usaha tersebut dengan modal awal sebesar Rp ,00 berasal dari pinjaman. Pada awal mulanya perusahaan ini berlokasi di Meseng, Kecamatan Caringin. Komoditi yang dibudidayakan adalah ikan mas, nila, gurame, dan beberapa ikan jenis konsumsi lainnya Akan tetapi karena produksi yang dihasilkan tidak bisa mengikuti harga pakan, maka usaha dialihkan ke jenis ikan lain seperti ikan bawal dan ikan patin yang dipasarkan sebagai benih ikan konsumsi dan sebagai ikan hias serta beberapa jenis ikan lainnya. Jenis ikan yang dibudidayakan semakin bertambah dengan dibukanya dua lokasi baru di Kedunghalang dan Kompleks Perumahan Baranangsiang Indah Blok G1. Lokasi perusahaan yang terletak di Kedunghalang dipilih sebagai kantor pusat perusahaan dengan pertimbangan bahwa letaknya paling strategis dibandingkan dengan letak kedua lokasi lainnya. Ikan-ikan yang diproduksi di unit Meseng dan Baranangsiang Indah sebagian ditampung di unit Kedunghalang. Keadaan tersebut memudahkan bagi pembeli untuk melihat langsung ikan yang akan dibeli. 36

53 Pada awal tahun usaha tersebut berjalan, PT Taufan Fish Farm selalu mengalami kerugian. Hal ini disebabkan karena sistem manajemen perusahaan yang tidak efektif disamping juga adanya fluktuasi produksi. Pada tahun 1989 terjadi pergantian pemimpin di dalam PT Taufan Fish Farm. Euis S Djohan menggantikan Gunawan Widjaya sebagai pemimpin perusahaan. Sejak saat itu semua kewenangan PT Taufan Fish Farm berada di tangan Euis S. Djohan dan memberlakukan sistem bagi hasil antara keduannya. Sejak dipimpin Euis S. Djohan, keadaaan perusahaan perlahan mengalami kemajuan, dan hampir tidak pernah mengalami kerugian. Selama dipimpim oleh Euis S. Djohan, PT Taufan Fish Farm mengadakan riset dan pengembangan. Salah satunya adalah pada tahun 1997, PT Taufan Fish Farm mengadakan riset dan pengembangkan ikan hias jenis Botia di daerah Jambi dengan bantuan seorang Insinyur Perikanan yang berasal dari Perancis. Selain itu, PT Taufan Fish Farm juga melakukan riset mengenai kawin suntik untuk jenis ikan hias Bala shark. 5.2 Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan Struktur organisasi pada PT Taufan Fish Farm termasuk struktur organisasi lini karena struktur organisasi ini berskala kecil dimana jumlah karyawan yang dibutuhkan sedikit, hubungan kerja antara pemimpin dan para pekerja masih bersifat langsung dan semua anggota organisasi masih mengenal satu sama lain secara pribadi. PT Taufan Fish Farm adalah sebuah perusahaan perorangan yang dikelola oleh seorang pemimpin perusahaan. PT Taufan Fish Farm yang dipimpin Euis S. Djohan juga dibantu oleh dua kepala bagian dalam menjalankan perusahaan, yaitu kepala bagian produksi dan kepala bagian administrasi. Pemberian gaji kepada para karyawan PT Taufan Fish Farm dilakukan secara rutin setiap bulan. Berdasarkan struktur organisasi yang dimiliki oleh PT Taufan Fish Farm dapat dilihat bahwa pemimpin memberi perintah langsung dan tanggung jawab kepada kepala bagian produksi dan kepala bagian administrasi, kemudian masingmasing kepala bagian memberi perintah kepada para bawahannya. Deskripsi kerja yang diterapkan oleh PT Taufan Fish Farm dapat dilihat pada uraian di bawah ini. 37

54 1. Pemimpin Pemimpin perusahaan bertanggung jawab secara penuh terhadap perusahaan. Pemimpin perusahaan memiliki wewenang untuk mengambil setiap keputusan bagi perusahaan. 2. Kepala bagian Produksi Tugas dan wewenang Kepala bagian Produksi antara lain: - Menangani persediaan ikan yang ada di perusahaan. - Memberi keputusan untuk menerima atau tidak menerima ikan yang didatangkan dari petani. - Mengecek ikan sebelum dilakukan pengangkutan, unutk memastikan kelengkapan ikan yang dipesan oleh konsumen. 3. Kepala bagian Admisnistrasi Kepala bagian Admisnistrasi bertugas untuk: - Menerima pesanan ikan dari para pelanggan. - Membuat surat tagihan setiap akhir bulan. - Membuat invoice untuk setiap transaksi penjualan atau pembelian. - Melakukan pemesanan ikan atau barang kepada supplier. - Melakukan pencatatan transaksi harian. 4. Bagian Keamanan Bagian kemanan bertanggung jawab untuk menjaga keamanan kantor dan farm. Selain itu bagian keamanan juga bertugas mencatat kehadiran pekerja (absensi) di bagian produksi pada saat jam masuk kerja dan jam pulang kerja. 5. Bagian Transportasi Tugas bagian transportasi adalah melakukan pengiriman ikan kepada pelanggan dengan menggunakan mobil atau sepeda motor. Bagian transportasi bertanggung jawab dan memastikan ikan-ikan yang diangkut masih dalam keadaan hidup dan sehat pada saat sampai di tempat tujuan. 6. Staf Bagian Administrasi Staf bagian administrasi bertugas membantu kepala bagian administrasi dalam pencatatan transaksi harian, mingguan maupun bulanan. 7. Divisi Produksi Tugas dan tanggung jawab para pekerja di divisi produksi antara lain; 38

55 - Merencanakan produksi, pemijahan untuk masing-masing jenis ikan. - Memberi pakan ikan pada pagi dan sore hari. - Melakukan penyiponan untuk menjaga kualitas air akuarium. - Memberi obat apabila ikan terkena penyakit. - Melakukan pengepakan ikan. - Membuat kantong plastik yang digunakan sebagai kemasan. - Memeriksa kesehatan ikan yang didatangkan dari petani. - Menyortir dan menghitung jumlah ikan. - Mencatat persediaan ikan. Stuktur organisasi pada PT Taufan Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 1, yang menjelaskan struktur fungsional PT Taufan Fish Farm di berbagai unit usaha khususnya di unit produksi Kedung Halang. 5.3 Aspek Sumberdaya Perusahaan Karyawan Pada PT Taufan Fish Farm seluruh kegiatan operasionalnya masih mengandalkan tenaga kerja. Jam kerja di PT Taufan Fish Farm dimulai pukul sampai pukul 16.00WIB dengan waktu istirahat pada pukul sampai pukul 13.00WIB. Besarnya gaji yang diberikan pada karyawan sesuai dengan upah minimum kota yang berlaku di Bogor dengan mempertimbangkan lamanya bekerja karyawan untuk PT Taufan Fish Farm. Bonus diberikan kepada karyawan jika perusahaan mencapai tingkat penjualan yang tinggi. Pemberlakuan jam lembur yang diterapkan PT Taufan Fish Farm jika aktivitas pekerjaan tidak dapat diselesaikan pada saat jam kerja normal dan bonus berupa uang diberikan kepada karyawan. Keadaan tenaga kerja yang dimiliki oleh Taufan Fish Farm dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan keadaan tenaga kerja, tampak bahwa PT Taufan Fish Farm memiliki karayawan sebanyak 18 orang yang terbagi dalam empat bagian, yaitu bagian produksi, bagian administrasi, bagian keamanan, dan bagian transportasi. Pada umumnya tenaga kerja yang dimiliki PT Taufan Fish Farm berasal dari sekitar lingkungan perusahaan. Setiap tenaga kerja memiliki keterampilan dan 39

56 keahlian masing-masing sesuai dengan bidangnya. Tingkat pendidikan tenaga kerja tidak terlalu diperhatikan karena di dalam penanganan ikan hias maupun ikan konsumsi lebih bersifat teknis dan membutuhkan tenaga kerja yang berpengalaman Kepemilikan Peralatan 1. Lahan dan Bangunan PT Taufan Fish Farm memiliki lokasi usaha yang terbagi menjadi tiga tempat, yaitu di daerah Kedunghalang, perumahan Baranangsiang Indah, dan Meseng. Luas bangunan tanah dan bangunan berturut-turut adalah 1.200m 2, 400m 2, dan m 2. a. Unit Kedunghalang Pada unit Kedunghalang memiliki dua bangunan utama yaitu farm dan kantor yang menyatu dengan gudang penyimpanan serta memproduksi beberapa jenis ikan hias seperti discus, lobster, maanvis dan perot chery. Bangunan yang digunakan sebagai farm mempunyai luas 200x50m 2 dengan dinding dan atap bangunan sebagain besar mnggunakan seng. Bangunan kantor memiliki luas 12x20m 2, bangunan kantor terdiri dari dua lantai, lantai pertama dimanfaatkan sebagai kantor, tempat menerima tamu, dapur dan gudang penyimpanan pakan serta alat-alat perikanan. Lantai dua dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan stayro foam box dan kantong plastik b. Unit Baranangsiang Indah Unit baranangsiang Indah hanya terdiri dari satu bangunan yang digunakan sebagai farm, adapun luasnya adalah 400m 2. Untuk menghindari adanya kerugian pihak konsumen tidak diperbolehkan untuk melihat proses produksi. c. Unit Maseng Pada unit Maseng sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk kolam. Selain itu juga beberapa lahan dimanfaatkan untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat akuarium pembesaran ikan dan rumah karyawan. Luas keseluruhan lahan pada unit Maseng adalah m 2. 40

57 2. Perlengkapan Produksi Perlengkapan produksi yang digunakan oleh perusahaan Taufan Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perlengkapan Produksi pada PT Taufan Fish Farm Tahun No Jenis Perlatan Satuan Jumlah Keterangan 1 Akuarium larva Unit 91 Berukuran 100x40x40cm 2 Akuarium induk Unit 60 Berukuran 60x33x50 cm 3 Bak Fiber Bundar Unit 100 Memiliki diameter 1,5m dan tinggi 75cm 4 Bak Fiber Kotak Unit 30 Berukuran 400x150x75cm 5 Selang Air Unit 15 Selang yang digunakan untuk mengalirkan air dari tempat penampungan air ke dalam akuarium. Memiliki diameter 1,5inchi dan panjang 5-7m 6 Selang Sipon Unit 20 Selang dengan diameter 1,5 inchi dan panjang 1,25meter. 7 Sendok Plastik Unit 10 Digunakan untuk penyortiran dan perhitungan jumlah ikan 8 Serok Unit 12 Digunakan untuk mengambil ikan dari akuarium atau dari bak fiber 9 Bangku Plastik Unit 7 Digunakan sebagai tempat duduk pada saat melakukan penyortiran ikan 10 Sepatu Boot Pasang 18 Digunakan oleh para karyawan di bagian produksi untuk menjaga kaki dari kuman dan kutu air selama beraktivitas di dalam farm 11 Bak Sortir Unit 15 Digunakan untuk menyortir ikan Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) Aspek Permodalan PT Taufan Fish Farm merupakan perusahaan perseorangan yang menggunakan modal pribadi dalam menjalankan usahanya. Selain menggunakan modal pribadi, PT Taufan Fish Farm pada awalnya melakukan kerjasama dalam permodalan dengan melakukan pinjaman kepada Bank sebesar Rp ,00. Modal yang dimiliki PT Taufan Fish Farm digunakan untuk melakukan investasi dan membayar biaya operasional perusahaan. 41

58 Sejak dipimpin oleh Ibu Euis S. Djohan, kebijakan PT Taufan Fish Farm menetapkan sistem bagi hasil (profit share) antara Euis S. Djohan dengan Gunawan Widjaya dengan persentasi 40:40 persen. Keuntungan sebesar 20 persen disisihkan PT Taufan Fish Farm untuk melakukan riset dan pengembangan usaha ikan khususnya ikan hias. Arus kas keluar sebagian besar digunakan untuk melakukan pembelian ikan dari para petani pemasok ikan, karena petani menginginkan sistem pembayaran secara cash and carry. Pembayaran cash and carry adalah sistem pembayaran produk langsung saat produk berada ditangan konsumen. 5.4 Unit Bisnis Terdapat beberapa unit bisnis yang ada pada PT Taufan Fish Farm, yaitu: 1. Supplier Ikan Hias PT Taufan Fish Farm melakukan kegiatan bisnis sebagai supplier berbagai jenis ikan hias. Unit bisnis ini sudah berjalan dari awal perusahaan tersebut berdiri. 2. Budidaya Ikan Hias Budidaya ikan hias dan ikan konsumsi dijalankan PT Taufan Fish Farm di farm yang berlokasi di komplek Barangsiang Indah dan Maseng, sebagian ikan hias juga dipelihara di unit Kedung Halang. Adapun jenis ikan hias dan ikan konsumsi yang dibudidayakan antara lain adalah ikan tetra, maanvis, platydoras, ctenopoma, lobster, patin, konggo albino, kafiat bangkok, discus, perot chery, bala shark, pink tail, charasian, dan bawal. 3. Penjualan Sarana Produksi Perikanan Unit bisnis penjualan sarana produksi perikanan berlokasi di unit Kedunghalang. Barang-barang sarana produksi perikanan didatangkan dari pemasok dan disimpan di dalam gudang penyimpanan. Barang-barang sarana produksi perikanan yang dijual oleh PT Taufan Fish Farm dapat dilihat pada Tabel

59 Tabel 10. Sarana Produksi yang dijual di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010 No Jenis Barang Satuan 1 Cacing Darah Beku Kilogram 2 Cacing Sutera Gelas Takar 3 Kutu Air Beku Kilogram 4 Artemia Kilogram 5 Pelet Kilogram 6 Pompa Air Akuarium Unit 7 Lampu Neon Akuarium Unit 7 Mesin Pompa Udara Unit 8 Obat-obatan Cair Botol 9 Obat-obatan Serbuk Milligram 10 Styreo Foam Box Unit 11 Akuarium Unit 12 Busa Meter 13 Selang Meter 14 Bak Sortir Unit 15 Serokan Unit 16 Kantong Plastik Pack 17 Karet Gelang Pack Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) Proses Budidaya Ikan Hias Air Tawar PT Taufan Fish Farm merupakan salah satu pelopor usaha ikan hias air tawar. Kegiatan budidaya hanya melakukan proses pembenihan ikan hias air tawar, dan melakukan pembesaran untuk indukan. Kegitan pembenihan dilakukan mulai dari telur menetas sampai ikan berukuran siap jual. Untuk melakukan budidaya pembenihan ikan hias ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain: persiapan induk (jantan dan betina), persiapan akuarium, persiapan alat budidaya, pemberian pakan, pemberian obat dan kontrol kualitas air, penyortiran, pemanenan dan pengepakan. 1. Persiapan Induk Induk ikan hias yang akan dipijahkan terlebih dahulu dilakukan pengecekan, meliputi kematangan gonad (betina) dan sperma (jantan), induk yang dipijahkan adalah indukan yang memiliki kualitas bagus artinya ikan tidak cacat, secara visual memiliki warna cerah, pergerakan lincah dan tidak terjangkit penyakit. 43

60 Menurut Darti dan Iwan (2006), pemilihan induk harus tepat supaya larva yang dihasilkan berkualitas dan bernilai jual tinggi. Ciri-ciri ikan jantan dan betina dapat dilihat pada uraian berikut untuk masing-masing komoditas discus, lobster, dan maanvis. a. Ciri-ciri Indukan Ikan Hias Discus Proses pemilihan induk jantan dan betina sangat sulit ditentukan untuk ikan hias discus, karena hampir ciri-ciri jantan dan betina tidak dapat dibedakan secara visual sehingga sering sekali terjadi kekeliruan dalam penentuan jenis kelamin ikan discus. PT Taufan Fish Farm sendiri melakukan penempatan ikan dalam wadah berbeda dalam penentuan jenis kelamin ikan. Menurut Darti dan Iwan (2006), induk jantan dan betina yang baik harus tanpa cacat, sehat, tampak aktif, bentuk proporsional, ukurannya terbesar di antara kelompok umurnya, mulutnya relatif besar, dan berumur lebih dari setahun. b. Ciri-ciri Induk Ikan Hias Lobster Pada tahapan pembenihan, seleksi induk menjadi bagian penting dalam pemijahan karena salah memilih indukan maka akan berakibat terhadap produksi yang dihasilkan. Indukan yang baik adalah indukan yang memiliki kriteria tertentu untuk dapat dijiahkan, kriterian indukan ikan lobster diuraikan pada Tabel 11. Tabel 11. Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Ikan Hias Lobster di PT Taufan Fish Farm Tahun No Uraian Jantan Betina 1 Umur produktif 6-8 bulan 6-8 bulan 2 Berat badan produktif 30 gr 30 gr 3 Panjang badan cm cm 4 Warna Lebih cerah Lebih gelap 5 Alat kelamin Memiliki tonjolan di dasar tangkai kaki jalan kelima 6 Capit Besarnya 2-3 kali buku (ruas) pertama Adanya lubang bulat yang terletak di dasar kaki ketiga Besarnya 1,5 kali buku (ruas) pertama Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) 44

61 c. Ciri-ciri Indukan Ikan Hias Maanvis Ciri-ciri indukan ikan hias maanvis relatif lebih mudah dalam penentuan jenis kelaminnya karena induk jantan dan betina hanya dapat dibedakan sesudah dewasa yaitu betina lebih gemuk dibanding jantan. Selain itu, kepala induk jantan lebih membulat dan gerigi pada sirip punggung lebih panjang dan kasar. Untuk dapat dipijahkan, umur induk sebaiknya sekitar enam bulan. 2. Persiapan Akuarium Tahapan persiapan akuarium meliputi pencucian akuarium, pengeringan akuarium, dan pengisian air. Pencucian akuarium bertujuan untuk membersihkan kuman-kuman penyakit dan sisa kotoran yang menempel pada akuarium. Caranya dengan menggunakan busa spons dengan menggosok seluruk baian akuarium kemudian dibilas dengan air bersih. Proses pengeringan akurium bertujuan untuk membunuh kuman penyakit mati yang menjadi pathogen bagi ikan yang akan ditempatkan dalam akuarium. Jikan akuarium merupakan bekas ikan yang sakit maka dilakukan pengeringan selama satu minggu dan jika ikan berasal dari sisa budidaya maka dilakukan pengeringan selama dua hari. Pengisian air akuarium dilakukan dengan memasukkan selang air ke dalam akuarium dengan ketinggian 20cm dengan ph yang air normal yaitu ph berkisar antara 6-7, air yang diisi merupakan hasil saringan air yang ditampung di bak berupa tendon, air tendon telah melalui beberapa treatment salah satunya dengan pengendapan, dimana air didiamkan selama dua hari. 3. Persiapan Alat Budidaya Alat untuk proses pemijahan untuk masing-masing ketiga jenis ikan discus, lobster, dan maanvis berbeda-beda. Secara umum ikan lobster membutuhkan banyak alat untuk proses pemijahan maupun untuk siklus hidupnya. Berdasarkan kebiasaan hidup ikan lobster cenderung membutuhkan suasana nyaman dan hidup menyendiri, oleh karena itu pada persiapan alat budidaya pihak PT Taufan Fish Farm membuat batu bata yang berlubang untuk tempat tinggal lobster ataupun pipa paralon yang ukurannya disesuaikan dengan besarnya ukuran ikan hias lobster. 45

62 Ikan maanvis dalam proses pemijahan tidak membutuhkan alat tambahan dalam siklus hidupnya karena ikan maanvis cenderung mudah dalam proses pemijahannya jika dibandingkan dengan discus dan lobster. Berbeda halnya dengan ikan discus, ikan discus adalah ikan yang tergolong parental care artinya indukan yang sangat perduli dengan larvanya. Pada proses pemijahan ikan discus membutuhkan alat sekat berupa papan berlubang untuk memisahkan jantan dan betina serta sebagai tempat telur yang nantinya akan dibuahi oleh jantan. Selain itu sekat berfungsi untuk memisahkan telur dari indukan karena jika tidak maka indukan discus akan memakan telurnya. Hal ini terasa sulit diantisipasi, karena pihak PT Taufan Fish Farm tidak mengetahui secara pasti kapan larva dan indukan dipisahkan, namum berdasarkan pemantauan pemijahan sebelumnya ikan discus dipisahkan secara perlahan dengan menggunakan papan sekat yang berlubang sehingga indukan ikan hias discus dan larva discus dipisahkan secara semi alami untuk menghindari tingkat stress pada ikan. 4. Aklimatisasi Aklimatisasi dilakukan setalah larva menjadi ikan, tujuannya supaya ikan yang akan dibudidaya dapat terlebih dahulu menyesuaikan suhu air di akuarium sebelum ikan dilepas dari wadah plastik. Tahapan dalam proses aklimatisasi antara lain: Membuka kantong plastik dan mengurangi 25 persen air dari kantong plastik, kemudian memasukkan kembali air sebanyak yang dikeluarkan (25 persen) dengan air yang berasal dari akuarium yang telah diisi, hal ini bertujuan supaya ikan tidak stress dengan lingkungan yang baru. Kantong plastik yang berisi ikan hias tersebut dioksigen kembali dan kantongnya diikat dengan karet kemudian diletakkan kedalam akuarium yang dipersiapkan sebelumnya kemudian ikan dituangkan ke dalam akuarium. Proses aklimatisasi dilakukan setiap pemindahan ikan dari akurium pemijahan ke akuarium pemeliharaan, hal ini dilakukan untuk memastikan jika ikan yang akan dipindahkan tetap sehat dan mampu bertahan hidup dengan lingkungan yang baru. 5. Pemberian Pakan Pemberian pakan pada PT Taufan Fish Farm dilakukan tiga kali sehari. Pakan yang diberikan antara lain artemia, cacing sutera dan pelet. Untuk ikan hias 46

63 yang masih kecil diberi pakan berupa kutu air sedangkan ikan hias yang berukuran besar diberi pakan berupa cacing sutera dan pelet. Pakan pelet dan cacing sutera diberikan untuk ikan hias lobster dan maanvis. Pemberiaan pakan disesuaikan dengan cara hidup ikan serta kebiasaan makan ikan. Berbeda halnya dengan ikan hias discus, pakan yang diberikan adalah pakan artemia karena ukuran artemia yang kecil dan sesuai dengan bukaan mulut ikan discus, selain itu juga berfungsi untuk membuat warna ikan hias discus lebih cerah. 6. Pemberian Obat Pemberian obat dilakukan untuk penanggulangan penyakit yang menyerang ikan hias. Penyakit yang biasanya menyerang ikan hias air tawar pada PT Taufan Fish Farm adalah penyakit bintik putih (white spot) dan penyakit velvet. Obat yang diberikan berupa garam air tawar dan metilene blue sebagai tahap awal pencegahan penyakit menyerang ikan, namun jika ikan sudah terjangkit penyakit maka ikan tersebut diisolasi dan diberi penanganan khusus. Untuk pemberian garam tawar dan metilene blue tidak hanya untuk ikan yang sakit namun juga untuk ikan yang sehat hal ini bertujuan supaya setiap akuarium bebas dari benih penyakit. 7. Kontrol Kualitas Air Air yang digunakan harus diperhatikan kualitasnya, supaya air yang akan digunakan selalu bersih dan tidak tercemar. Pengelolaan kualitas air pada media pemeliharaan yang kurang akan mengakibatkan ikan mudah terserang penyakit. Salah satu treatmen kualitas air adalah dengan penyiponan air akuarium, penyiponan dilakukan dengan memasukkan selang berukuran 2 meter ke dalam akuarium dan mengeluarkan kotoran yang ada di akuarium. Selain itu ph air juga tetap diperhatikan untuk mencegah kematian pada ikan. 8. Kontrol Kualitas Ikan Kontrol kualitas ikan dilakukan setiap hari dengan melakukan pengamatan secara visual, ikan yang terjangkit penyakit bintik putih dapat terlihat jelas sedangkan ikan sakit yang disebabkan oleh virus terlihat dari ikan yang pergerakannya lambat dan nafsu makan yang kurang dari sebelumnya. 47

64 Ikan yang terserang penyakit ditangani dengan memisahkan ikan yang sakit dengan ikan yang sehat yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penularan penyakit. Selain itu peralatan budidaya juga dibedakan untuk ikan yang sakit dan sehat, hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya penyakit menyebar ke seleuruh ikan yang dibudidaya. 9. Penyortiran Penyortiran sangat penting untuk dilakukan pada budidaya ikan hias karena ikan yang dijual harus memiliki tubuh yang sempurna dan tidak cacat. Selain itu, warna yang menarik juga menjadi faktor yang menentukan ikan menjadi mahal hal ini dilakukan pada saat penyortiran. Ikan yang tidak memenuhi syarat untuk dijual akan dipisahkan dari ikan hias lainnya. 10. Pemanenan Tahapan pemanenan yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm adalah dengan mempersiapkan peralatan untuk panen, antara lain: baskom berukuran besar sebanyak empat buah, baskom berukuran sedang yang telah banyak dilubangi bagian bawahnya sebanyak satu buah, baskom berukuran sedang sebanyak satu buah, serok sebanyak satu buah, kain kasa satu buah, dan centong sebanyak satu buah. Pemanenan dilakukan pada saat ikan akan dijual atau masuk ke dalam tahapan selanjutnya yaitu pendederan, ikan yang akan dijual maupun ke tahap pendederan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berisi air dan oksigen, selanjutnya ikan dapat didistribusikan Teknis dan Teknologi Produksi Secara garis besar budidaya ikan hias meliputi empat tahapan. Tahapan budidaya ikan hias dapat dilihat pada Gambar 3. Pemijahan Pendederan I Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Penetasan telur Pendederan II Gambar 3. Proses Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) 48

65 a. Pemijahan Pemijahan dapat dikatakan sebagai proses perkawinan antara induk ikan hias jantan dan betina, pemijahan ikan hias masih dalam tahap pengembangan artinya ikan yang dipijahkan masih secara alami tidak seperti pada ikan konsumsi yang dapat dipijahkan dengan bantuan manusia. Pada umumnya pemijahan ikan hias dilakukan secara massal maupun berpasangan. Pemijahan massal umumnya dilakukan dengan menggunakan tiga induk betina dan dua induk jantan (satu set), sedangkan pemijahan secara berpasangan dilakukan dengan menggunakan satu induk jantan dan satu induk betina. b. Penetasan Telur Setelah melalui proses pemijahan maka akan dihasilkan telur-telur ikan. Telur-telur ikan tersebut kemudian dipisahkan dari induknya dan ditempatkan ditempat yang berbeda di akuarium. Telur ikan hias menetas dalam kurun waktu tertentu biasanya empat sampai lima hari tergantung jenis ikan hias. c. Pendederan I Setelah telur menetas maka akan dihasilkan larva ikan, larva tersebut dipindahkan ke akuarium lain. Dalam satu akuarium dapat menampung sekitar tiga ratus sampai lima ratus larva. Pemberian pakan berupa kutu air dilakukan pada saat larva berumur tiga hari dengan frekuensi dua sampai tiga kali sehari. Pendederan I berlangsung sampai benih berumur satu bulan. d. Pendederan II Benih berumur satu bulan dipindahkan ke akuarium lain disertai dengan penyeragaman ukuran ikan. Pada umur satu bulan pada umumnya benih ikan telah mencapai ukuran small. Ikan yang telah mencapai ukuran small dipisahkan dengan ikan yang belum mencapai ukuran small. Pemisahan dilakukan dengan cara penyortiran dan dikelompokkan menurut ukurannya. Jumlah benih ikan di dalam akuarium dikurangi menjadi ekor untuk menghindari jumlah benih ikan yang terlalu padat. Benih ikan diberi pakan berupa kutu air dan cacing sutera secukupnya. Penyeragaman ukuran ikan kembali dilakukan pada saat ikan berumur dua bulan. Pada umur dua bulan biasanya ikan telah mencapai ukuran medium, ikanikan tersebut dipindahkan ke dalam akuarium pembesaran. Pergantian air 49

66 dilakukan sebanyak persen atau setiap dua hari sekali tergantung dari jenis ikan. Pada umur dua bulan ikan dapat diberi pakan berupa cacing darah ataupun cacing sutera. Pemberian jenis pakan tergantung dari jenis ikan yang dibudidayakan, karena setiap jenis ikan mempunyai jenis pakan yang berbedabeda. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari Pengadaan Bahan Baku Bahan-bahan input produksi sangat dibutuhkan oleh PT Taufan Fish Farm untuk menjamin berlangsungnya usaha, adapun bahan-bahan input yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Bahan Input untuk Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010 No Nama Bahan Input Daerah Asal Pemasok 1 Cacing Sutera Bogor 2 Cacing Darah Bandung, Jember 3 Obat-obatan Jakarta 4 Aquarium Bogor 5 Peralatan Jakarta 6 Pelet Jakarta 7 Oksigen Bogor 8 Ikan Hias Bogor 9 Plastik Kemasan Jakarta 10 Karet Jakarta Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) PT Taufan Fish Farm selalu memperhatikan kualitas input yang didatangkan keperusahaan. Hal ini dilakukan untuk menjamin kualitas ikan hias yang diproduksi PT Taufan Fish Farm tetap berkualitas dan tetap dipercaya oleh para pelanggan. Selain itu untuk menjamin kualitas bahan-bahan input tetap terjaga, PT Taufan Fish Farm mempercayakan bahan-bahan input yang berasal dari perusahaan pemasok yang sudah dikenal dengan baik oleh pihak PT Taufan Fish Farm. Kerjasama dengan para perusahaan pemasok berjalan lama, akan tetapi 50

67 tidak ada perjanjian tertulis ataupun kontrak antara perusahaan pemasok dengan pihak PT Taufan Fish Farm. 5.5 Pemasaran Beberapa Jenis Ikan Hias Ikan hias hasil produksi PT Taufan Fish Farm dijual kepada konsumen seperti hobiis, petani ikan hias, eksportir, dan toko penjual ikan hias. Daerah tujuan utama pemasaran ikan hias PT Taufan Fish Farm adalah wilayah Bogor seperti Parung, Puncak dan Bogor Kota, ikan hias hasil produksi PT Taufan Fish Farm juga dipasarkan keberbagai daerah luar Bogor seperti Jakarta, Bandung, Sumatra, dan wilayah Jawa Tengah, tidak jarang juga jika produksi ikan hias hasil budidaya PT Taufan Fish Farm juga dipasarkan ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura namun pasarnya belum jelas hanya dan sebatas permintaan oleh konsumen saja. Ikan hias yang dipasarkan didistribusikan dengan cara pengangkutan sistem tertutup yaitu ikan dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diberi oksigen selama perjalanan ikan sampai ke tangan konsumen, pada prosesnya ikan yang akan didstribusikan disesuaikan kepadatan ikan dalam kantong plastik berdasarkan jarak tempuh pemasaran semakin jauh jarak budidaya dengan konsumen akhir maka semakin sedikit jumlah ikan dalam kantong palstik, hal ini bertujuan untuk meminimumkan tingkat kematian ikan sebelum sampai ke tangan konsumen. Pendistribusian ikan hias jarak jauh atau pemasaran yang menjangkau pasar luar Jawa seperti Sumatra dan luar negri (Malaysia dan Singapura) penanganan ikan dalam wadah lebih diintensifkan yaitu dengan penggunaan box stairofoam untuk menjaga kestabilan suhu dalam wadah dan menjamin kesehatan ikan selama perjalanan. Untuk mencegah timbulnya kematian ikan selama proses pendistribusian berlangsung pihak PT Taufan Fish Farm menanganinya dengan memberikan antibiotik kepada ikan dan air dalam plastik dosisnya disesuaikan dengan jarak tempuh ikan. Produk yang dihasilkan oleh PT Taufan Fish Farm merupakan benih dan indukan ikan hias diantaranya ikan hias discus, lobster, dan maanvis. Benih atau produk yang dipasarkan berukuran 1,5-3,5 cm dengan masa pemeliharaan

68 bulan dengan kualitas benih yang baik, sesuai dengan permintaan konsumen dan harga yang diberikan juga bervariasi tergantung ukuran dan jenis ikan. Ciri-ciri benih berkualitas baik ditandai dengan bentuk tubuh bulat, ukuran tubuh proporsional, tidak cacat, berwarna cerah (menarik, bergerak aktif, dan respons terhadap pakan yang diberikan). Ikan hias yang memiliki warna, bentuk, dan ukuran yang proporsional akan mempengaruhi harga ikan hias itu sendiri, harga ikan hias berbagai ukuran dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Harga Ikan Hias Berbagai Ukuran di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010 No Ukuran Harga (Rp)/ekor Lobster Maanvis Discus 1 S SM M ML L Indukan Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) Harga ikan yang ditawarkan PT Taufan Fis Farm sangat variatif, dari ketiga jenis ikan yang dijual ternyata ikan hias lobster memiliki kisaran harga yang relatif lebih tinggi mulai dari Rp 800 sampai Rp jika dibandingkan dengan ikan hias discus dan maanvis yang masing-masing berkisar pada harga Rp 250 sampai Rp untuk jenis ikan hias maanvis dan Rp 500 sampai Rp untuk jenis ikan hias discus. Banyaknya peminat ikan hias lobster serta cara pembenihan yang sulit menjadikan harga ikan hias lobster lebih tinggi. 5.6 Analisis Pendapatan PT Taufan Fish Farm memiliki beberapa kegiatan bisnis dalam usahanya seperti produksi ikan hias, penjualan alat dan bahan budidaya ikan hias serta memiliki unit usaha dibeberapa tempat seperti di Maseng, Barangsiang Indah, dan Kedung Halang. Akan tetapi pada bagian ini akan diuraikan mengenai kegiatan bisnis pada tahap produksi ikan hias di unit bisnis Kedung Halang. Dalam menjalankan bisnisnya PT Taufan Fish Farm menggunakan modal yang berasal dari modal pribadi, karena perusahaan melihat akan kontinuitas 52

69 produk untuk jangka panjang dan diasumsikan mendapat keuntungan dimasa mendatang. Pada bagian ini akan dijelaskan besarnya biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap dan pendapatan sebagai berikut. 1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memulai usaha. Investasi yang dimiliki PT Taufan Fish Farm meliputi tanah, bangunan, dan peralatan. Investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha peningkatan produksi ikan hias ini adalah untuk membiayai peralatan dan sarana dalam proses budidaya. Uraian biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Biaya Investasi Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm Tahun Uraian Jumlah Biaya Penyusutan Penyusutan (Rp) per siklus Persentase (%) Bangunan ,21 Lahan Tandon ,10 Pompa air ,16 Akuarium ,33 pemeliharaan larva Akuarium ,33 pemeliharaan induk Rak akuarium ,54 Blower ,21 Genset ,35 Freezer ,18 Tabung oksigen ,99 Indukan : - Lobster ,33 - Discus ,06 - Maanvis ,81 Total Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) Tabel 14 menunjukkan bahwa total biaya investasi untuk budidaya ikan hias di PT Taufan Fish Farm sebesar Rp Biaya yang paling tinggi pada biaya varibel ini adalah bangunan sebesar 46,79 persen karena untuk membuat suatu bisnis ikan hias tentu bangunan menjadi faktor utama untuk kelangsungan hidup ikan. Bangunan atau hatchery bertujuan untuk tempat penyimpanan berbagai peralatan budidaya, tempat pakan, akuarium atau tempat untuk seluruh 53

70 kegiatan budidaya. Sedangkan biaya paling rendah adalah indukan jenis maanvis sebesar 0,81 persen hal ini dipengaruhi harga ikan hias yang relatif murah dibandingkan jenis ikan hias lainnya. Indukan dimasukkan ke dalam biaya investasi karena induk dapat digunakan untuk budidaya secara kontinyu artinya indukan tidak langsung habis selama satu siklus produksi berlangsung namun dapat digunakan kembali (dipijahkan) setelah melakukan perawatan intensif. Untuk melihat besarnya biaya masing-masing variabel pada biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya operasional. a) Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu, seperti biaya listrik, abodemen telepon. Uraian biaya tetap secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Biaya Tetap Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm Tahun Uraian Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) Gaji karyawan ,13 Listrik ,07 Biaya penyusutan ,80 Total Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) Kontribusi biaya gaji karyawan terhadap biaya tetap pada pembenihan di PT Taufan Fish Farm merupakan biaya tertinggi diantara biaya variabel lainnya yaitu sebesar 69,31 persen, besarnya biaya tersebut dipengaruhi oleh besarnya investasi di awal usaha diikuti biaya penyusutan sebesar 20,57 persen. Kedua variabel tersebut merupakan biaya paling tinggi yang dibayar perusahaan sekalipun proses produksi tidak berlangsung. Untuk melihat besarnya biaya masing-masing uraian dapat dilihat secara terperinci pada Lampiran 3. Biaya Variabel 54

71 Biaya varibel merupakan biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh output yang dihasilkan pada periode tertentu, biaya varibel meliputi biaya pakan, obatobatan, gaji karyawan dan pembiayaan berupa solar untuk genset, listrik dan telepon. Uraian biaya varibel dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Biaya Variabel Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm Tahun Uraian Jumlah Biaya (Rp) Persentase (%) Pakan induk ,38 Pakan larva dan benih: - blood worm ,23 - artemia ,03 - tubifex ,34 - pelet ,85 Obat-obatan ,58 Peralatan paking ,93 Isi tabung oksigen ,46 Biaya pemeliharaan ,16 Total Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) Berdasarkan analisis biaya operasional pada Tabel 16 menunjukkan bahwa biaya tertinggi untuk budidaya ikan hias di PT Taufan Fish Farm adalah biaya pakan yaitu sebesar 49,45 persen, dimana 37,03 persen merupakan biaya untuk pakan artemia dan 1,85 persen biaya untuk pakan pelet. Biaya untuk artemia lebih tinggi dibandingkan biaya untuk pelet hal ini dikarenakan pakan artemia diberikan untuk larva selama proses produksi berlangsung sekitar dua bulan sedangkan pakan pelet diberikan setelah ikan menjadi benih dengan masa pemeliharaan selama kurang lebih dua minggu. Selain dari harga kedua pelet tersebut berbeda juga dipengruhi besarnya kuantitas kedua jenis pakan yang dibutuhkan selama porses produksi berlangsung. b) Pendapatan Penerimaan yang diperoleh pihak PT Taufan Fish Farm merupakan hasil dari penjualan ikan yang dibudidayakan selama satu siklus atau berkisar dua bulan 55

72 masa pemeliharaan. Berdasarkan perhitungan dari biaya tetap dan biaya operasional maka dapat dihitung jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh pihak PT Taufan Fish Farm selama satu siklus produksi atau berkisar dua bulan masa pemeliharaan. Berdasarkan perhitungan besaranya peneriman dan biaya tetap maka dapat dihitung jumlah pendapatan yang diperoleh pihak PT Taufan Fish Farm, seperti pada Tabel 17. Tabel 17. Pendapatan Per Siklus Produksi Ikan Hias pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm di PT Taufan Fish Farm Tahun No Uraian Jumlah (Rp) A Penerimaan B Biaya Variabel C Biaya Tetap D Total Biaya (B+C) E Pendapatan (A-D) Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010) Analisis ini bertujuan sebagai gambaran prospek budidaya ikan hias di PT Taufan Fish Farm, untuk awal produksi usaha ini mengalami kerugian secara nyata namun secara pembukuan belum dapat dipastikan karena diawal usaha biaya investasi, penyusutan dan biaya tetap telah diperhitungkan sebelumnya. Akan tetapi pada perhitungan yang dilakukan peneliti menunjukkan hasil yang menguntungkan dimana PT Taufan Fish Farm memperoleh pendapatan sebesar Rp per siklus produksi untuk ketiga jenis ikan hias discus, losbter, dan maanvis. Besarnya total biaya dan total penerimaan dapat dilihat pada Lampiran 3. 56

73 VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI IKAN HIAS 6.1 Risiko Produksi Risiko produksi akan mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan, dengan demikian terjadinya fluktuasi dalam produksi yang dihasilkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi adanya risiko dalam kegiatan produksi. Risiko produksi yang terjadi pada PT Taufan Fish Farm disebabkan oleh curah hujan yang fluktuatif dan kualitas pakan serta penyakit yang sulit diprediksi. Risiko produksi ini menyebabkan produksi ikan hias menjadi rendah sehingga penerimaan perusahaan semakin kecil. Adanya risiko produksi pada usaha ini ditunjukkan dengan adanya variasi atau fluktuasi survival rate yang diperoleh. Fluktuasi survival rate dipengaruhi oleh akumulasi dari sumber risiko yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Risiko produksi yang dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada komoditas ikan hias discus, lobster, dan maanvis. Penentuan risiko produksi pada penelitian ini didasarkan pada penilaian variance, standard deviation, dan coefficient variation yang diperoleh dari hasil peluang terjadinya suatu kejadian. Peluang terjadinya suatu kejadian dapat dilihat dari kondisi tertinggi, normal, dan terendah dari rata-rata produksi yang dihasilkan oleh masing-masing komoditas seperti pada Tabel 18. Tabel 18. Rata-rata Produksi, Survival Rate dan Penerimaan pada Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis pada Akuarium Ukuran 100cm x 40cm x 40cm Berdasarkan Kejadian di PT Taufan Fish Farm. Rata-rata Penerimaaan Komoditas Kondisi Peluang Produksi Survival Rate (Rp) (ekor) (%) Tertinggi 0, , Discus Normal 0, , Terendah 0, , Tertinggi 0, , Lobster Normal 0, , Terendah 0, , Tertinggi 0, Maanvis Normal 0, , Terendah 0, ,

74 Tabel 18 memperlihatkan peluang yang diperoleh pada kondisi yang terjadi pada komoditas discus, lobster, dan maanvis. Peluang tertinggi, normal dan terendah diukur dari proporsi frekuensi atau beberapa kali perusahaan pernah mencapai produksi tertinggi, normal atau terendah selama kegiatan budidaya berlangsung. Pada Tabel 18 terlihat kondisi produksi dan penerimaan masing-masing komoditas pada kondisi tertinggi, normal dan terendah. Adanya produksi dan penerimaaan yang berfluktuasi mengindikasikan peluang perusahaan memperoleh produksi dan penerimaan tertinggi, normal dan terendah dapat diamati dengan mempertimbangkan periode waktu selama proses produksi berlangsung. Besarnya perbedaan nilai terendah dan tertinggi pada survival rate dan penerimaan diharapkan dapat diminimalisir dengan penanganan proses produksi yang efektif serta pengelolaan strategi yang tepat dalam menangani fluktuasi survival rate dan penerimaan, sehingga PT Taufan Fish Farm tetap mampu untuk menjalankan usaha produksi ikan hias. Produksi tertinggi merupakan tingkat produksi maksimal yang pernah diperoleh perusahaan selama produksi berlangsung sedangkan produksi normal merupakan tingkat produksi yang sering terjadi. Berbeda halnya dengan produksi terendah yang merupakan tingkat produksi minimal yang diperoleh perusahaan selama produksi berlangsung. Penerimaan tertinggi pada komoditas discus, maanvis dan lobster diperoleh pada produksi tertinggi. Produksi yang diharapkan oleh perusahaan adalah produksi tertinggi dengan frekuensi yang tinggi karena akan berimplikasi positif terhadap penerimaann yang diperoleh perusahaan. Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko pada usaha budidaya ikan hias diantaranya adalah sebagai berikut: a. Kondisi Cuaca atau Iklim Kondisi cuaca dan iklim menjadi salah satu faktor munculnya risiko dalam produksi ikan hias, hal ini dikarenakan perubahan cuaca yang sulit diprediksi. Menurut informasi di lapangan saat ini cuaca tidak dapat dikendalikan karena selalu berubah-ubah tidak sesuai dengan siklus normal. Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan, cuaca yang buruk akan mengakibatkan ikan yang dibudidaya menjadi lambat pertumbuhannya. 58

75 Pada dasarnya ikan hias dibudidayakan di ruangan tertutup dengan menempatkan akuarium sebagai media lingkungan hidup ikan. Musim kemarau menjadikan suhu udara menjadi tinggi, hal ini berpengaruh terhadap suhu air di akuarium. Kemampuan ikan dalam penyesuaian suhu air di akuarium sangat terbatas sehingga menjadikan pertumbuhan ikan menurun. Sedangkan pada musim hujan, suhu lingkungan budidaya menjadi menurun dan berimplikasi terhadap suhu air di akuarium, akibatnya ikan tidak selera makan karena suhu yang berbeda dari suhu normal. Hal ini diantisipasi dengan penggunaan heater dalam akuarium yang berfungsi sebagai pengatur suhu, namun hal ini dirasa kurang efektif karena biaya yang dikeluarkan menjadi meningkat. Parameter kualitas air dilihat dari suhu air di media pemeliharaan dan ph air. Suhu yang baik untuk budidaya ikan hias discus, maanvis, dan lobster berkisar antara C, sedangkan ph normal untuk budidaya ikan hias di akuarium berkisar antara 6,5-7,0. Dilihat dari perkembangan produksi ikan hias yang dihasilkan PT Taufan Fish Farm pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan produksi ikan hias mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan pada saat curah hujan tinggi produksi ikan hias akan menurun, kondisi ini terkait dengan perkembangan siklus curah hujan yang ada di PT Taufan Fish Farm. Hubungan survival rate dengan curah hujan pada Gambar 4 menunjukkan adanya pengaruh yang berbanding terbalik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan grafik perkembangan produksi dan curah hujan yang terdapat pada PT Taufan Fish Farm. Gambar 4. Perkembangan Survival Rate Ikan Discus dan Curah Hujan pada Tahun Sumber: 1) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2010) 2) PT Taufan Fish Farm (2010) 59

76 Gambar 4 menunjukkan bahwa survival rate Discus selama periode 2009 dan 2010 berfluktuasi. Hal ini disebabkan karakter ikan discus yang rentan terhadap perubahan suhu. Curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan suhu air akuarium berubah yang secara langsung berpengaruh terhadap kondisi ikan discus. Namun secara umum produksinya tetap dapat terkontrol dengan penangan budidaya yang intensif seperti penggunaan plastik terpal yang dipasang pada dinding bangunan produksi ikan hias yang bertujuan menjaga suhu lingkungan budidaya tetap stabil. Gambar 5. Perkembangan Survival Rate Ikan Lobster dan Curah Hujan pada Tahun Sumber: 1) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2010) 2) PT Taufan Fish Farm (2010) Gambar 5 menunjukkan bahwa curah hujan tidak selalu berpengaruh terhadap produksi lobster. Hal ini disebkan karena karakter lobster yang cenderung lebih tahan terhadap perubahan suhu lingkungan dibandingkan dengan ikan maanvis dan discus. Secara umum produksinnya meningkat pada curah hujan yang juga mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut juga dipengaruhi oleh cara budidaya yang tepat dan penanganan intensif selama proses produksi berlangsung. Untuk melihat besarnya fluktuasi survival rate masing-masing komoditas dapat dilihat pada Tabel 7, karena pada gambar fluktuasi survival rate tidak begitu jelas. Hanya saja peneliti ingin melihat besarnya fluktuasi curah hujan terhadap fluktuasi survival rate yang terjadi di PT Taufan Fish Farm. 60

77 Gambar 6. Perkembangan Survival Rate Ikan Maanvis dan Curah Hujan pada Tahun Sumber: 1) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2010) 2) PT Taufan Fish Farm (2010) Gambar 6 menunjukkan bahwa curah hujan yang terdapat pada daerah penelitian selama kurun waktu dua tahun. Setiap bulannya terdapat curah hujan yang berbeda yang mengakibatkan survival rate ikan hias di PT Taufan Fish Farm berfluktuasi. Pada saat curah hujan tinggi survival rate yang dihasilkan menurun namun apabila curah hujan rendah maka survival rate yang dihasilkan akan meningkat. Curah hujan pada bulan September 2009 mengalami penurunan sedangkan survival rate maanvis mengalami peningkatan. Demikian juga halnya dengan curah hujan bulan Maret 2010 yang mengalami peningkatan sedangkan survival rate maanvis mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa curah hujan berbanding terbalik dengan survival rate ikan maanvis. b. Kualitas Pakan Pakan alami merupakan salah satu jenis pakan yang digunakan dalam pembenihan ikan. Pakan alami biasanya diberikan dalam keadaan hidup, beberapa diantaranya dalam bentuk segar dan berukuran sangat kecil sehingga cocok untuk larva dan benih ikan atau induk ikan hias yang berukuran kecil. Pakan alami yang diberikan pada kegiatan pembenihan ikan hias di PT Taufan Fish Farm adalah artemia (Artemia salina), kutu air beku (Daphnia sp), cacing darah beku (Bloodwarm), dan pelet. Pakan pelet dan cacing darah masingmasing diberikan untuk ikan maanvis dan lobster, sedangkan artemia dikhususkan 61

78 untuk ikan hias discus. Perbedaan penggunaan pakan pada ketiga ikan hias tersebut didasarkan pada beberapa hal yang diperhatikan dalam pemilihan pakan alami untuk larva yaitu pakan alami yang diberikan harus sesuai dengan bukaan mulut larva, mudah dicerna, organisme pakan alami mudah dibudidayakan secara ekonomis, pakan alami yang memiliki gerakan lambat dan mudah ditangkap oleh larva. Frekuensi pemberian pakan untuk benih sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari berturut-turut mulai pukul WIB, WIB, dan pukul WIB. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan jenis ikan dan umur larva, sedangkan jenis pakan yang diberikan disesuaikan terhadap jenis ikan yang dibudidaya. Pada budidaya ikan hias pemberian pakan selalu memperhatikan kualitas pakan karena sangat besar pengaruhnyna terhadap pertumbuhan ikan terlebih kepada kualitas warna dan bentuk ikan. Ketersediaan pakan dalam budidaya pembenihan sangat mutlak dalam pembenihan, untuk memenuhi pasokan pakan tersebut pihak PT Taufan Fish Farm mengambil kebijakan dengan membudidayakan pakan jenis artemia. Artemia adalah pakan yang sangat cocok untuk ukuran larva, proses penetasan budidaya artemia dimulai dengan persiapan alat dan bahan seperti fiber dengan volume 60L berbentuk kerucut dan siste artemia. Pada tahap awal proses pembuatan artemia, air dimasukkan terlebih dahhulu ke dalam bak fiber sebanyak 40L yang diberi garam sebanyak 20gr/L, kemudian dimasukkan siste artemia sebanyak 40gr selain itu diberi aerasi untuk menambah kadar oksigen dan untuk mengaduk artemia agar tidak mengendap didasar wadah. Penetasan artemia memerlukan waktu sekitar 20-24jam, setelah artemia menetas kemudian aerasi dimatikan dan didiamkan selama menit supaya cangkang artemia mengapung dipermukaan air dan naupli artemia berada di dasar wadah sehingga pemanenan lebih mudah dilakukan. Sistem pemanenan dilakukan dengan menyipon media dengan menggunakan selang plastik kemudian hasil penyiponan ditampung dalam wadah berbentuk persegi. Pakan alami seperti cacing darah beku (Bloodworm) dan kutu air beku (Daphnia sp) tidak diperoleh dari hasil budidaya tatapi dipasok dari daerah sentra penghasil pakan alami seperti Bandung yang dikemas dengan berat satu kilogram 62

79 yang terdiri dari sepuluh lempeng cacing beku dan kutu air per masing-masing kemasan, untuk menjaga kualitas kedua pakan tersebut maka pakan alami disimpan dalam freezer supaya tidak mencair dan busuk, sedangkan cacing sutera (Tubifex) diperoleh dari para pengumpul cacing yang berlokasi di Bogor. Sebelum digunakan, cacing ditampung dalam bak yang dilengkapi dengan aerasi dengan ketinggian air 15cm. Cacing sutera diberikan pada ikan dalam keadaan hidup, pakan cacing sutera berguna untuk mempercepat pertumbuhan dan metabolisme benih karena mengandung lemak yang sangat tinggi, kaya akan berbagai mineral, dan protein. Pakan yang diberikan telah melalui beberapa tahapan yang selektif namun sangat memungkinkan bahwa pakan alami terjangkit oleh bakteri dan virus sehingga tidak jarang sumber penyakit ikan tidak hanya berasal dari lingkungan budidayanya juga berasal dari pakan yang diberikan. Pakan yang buruk biasanya cepat mati dan tidak tahan lama, sehingga kualitas air menjadi buruk akibat dari degradasi pakan dalam air. c. Serangan Penyakit Menurut Darti dan Iwan (2006), penyakit ikan dapat diartikan sebagai suatu organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ tubuhnya terganggu. Dengan terganggunya organ tubuh maka terganggu juga seluruh jaringan tubuh ikan. Serangan penyakit yang rendah sampai sangat parah, maka kematian ikan tak bisa dihindari dan bisa menimbukan kerugian yang sangat besar. Secara umum penyebab timbulnya suatu penyakit pada ikan dapat disebabkan tiga faktor, yaitu kondisi tubuh ikan yang kurang baik, lingkungan kolam yang kurang baik dan patogen atau hewan lain pembawa penyakit. Ketiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat, sebab bila salah satu faktor terjadi maka serangan penyakit pasti terjadi. Untuk mencegah timbulnya penyakit, maka kondisi tubuh ikan dan lingkungan harus dijaga agar tetap terhindar dari masuknya patogen pembawa penyakit. Kondisi tubuh ikan yang kurang baik dapat terjadi akibat lingkungan yang kurang baik, misalnya kualitas airnya buruk. Kondisi ini dapat menyebabkan nafsu makan menurun yang akhirnya menimbulkan pergerakan pasif. 63

80 Serangan penyakit pada ikan dapat terjadi pada fase telur, fase larva, fase benih dan fase dewasa. Beberapa penyakit ikan di PT Taufan Fish Farm yang sering muncul, diantaranya penyakit kapas, ekor putih, spring plague, white spot, dan penyakit ich. Dalam mengendalikan penyakit, pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Selain tidak menimbulkan efek samping tindakan pencegahan juga tidak mememerlukan biaya yang besar. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai atau pada saat tanda-tanda serangan penyakit mulai terlihat untuk mencegah meluasnya penyakit. Upaya yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm dalam mencegah timbulnya penyakit dimulai dengan mengeringkan dan membersihkan akuarium/wadah pemeliharaan untuk memotong siklus hidup penyakit, menjaga lingkungan sesuai dengan lingkungan budidaya ikan, memisahkan ikan yang terjangkit penyakit dengan ikan sehat, memberikan pakan tambahan yang cukup dengan penambahan nilai gizi pada pakan, dan melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada tubuh ikan. Tindakan pengobatan sebaiknya merupakan tindakan terakhir sebab selain mempunyai efek samping juga membutuhkan biaya yang besar. Beberapa tindakan pengobatan yang dilakukan oleh pihak PT Taufan Fish Farm dalam pengobatan ikan yaitu: (1). Pengobatan langsung, yaitu dengan menebarkan bahan kimia atau obat ke wadah pemeliharaan ikan secara langsung dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan. (2). Treatment, yaitu dengan merendam ikan yang terserang penyakit ke dalam suatu larutan bahan kimia atau obat dengan dosis dan waktu yang telah ditentukan. (3) Pengobatan melalui makanan (oral), yaitu dengan memberi pakan yang sudah dicampur obat dengan dosis tertentu pada ikan yang sudah terserang penyakit. (4). Pengobatan langsung pada ikan yang terserang, yakni dengan mengambil ikan yang terserang kemudian penanganan yang intensif. 64

81 6.2 Analisis Risiko Setelah dilakukan pengukuran dan kejadian yang terjadi maka dilakukan penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dengan menggunakan expected return. Expected return yang dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan terjadinya peluang masing-masing kejadian tertinggi, normal, dan terendah dari ikan discus, maanvis, dan lobster. Expected return merupakan nilai harapan yang dihasilkan setelah memperhitungkan risiko yang ada. Nilai expected return yang tertinggi merupakan nilai harapan yang nantinya diharapakan oleh PT Taufan Fish Farm dalam membudidayakan ikan hias, besarnya nilai harapan survival rate diharapkan sejalan dengan nilai penerimaan yang akan diperoleh oleh PT Taufan Fish farm. Besarnya nilai expected return berdasarkan survival rate dan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penilaian Expected Return Berdasarkan Survival Rate dan Penerimaan pada Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis. Komoditas Expected return Survival Rate (%) Penerimaan (Rp) Discus 62, Maanvis 72, Lobster 61, Tabel 19 memperlihatkan bahwa penerimaan yang diperoleh tidak berpengaruh secara langsung terhadap survival rate. Hal ini disebabkan penerimaan berkaitan dengan harga jual masing-masing komoditas yang berbedabeda sehingga harga jual yang tinggi akan menghasilkan penerimaan yang tinggi dan sebaliknya jika harga jual rendah akan mengakibatkan penerimaan yang rendah. Untuk meminimalkan risiko yang terdapat dalam proses budidaya maka pihak PT Taufan Fish Farm sebaiknya membuat perencanaan terhadap kegiatan produksi. Perencanaan produksi mulai dilakukan pada saat persiapan alat dan bahan untuk pembenihan sampai pembesaran. Perencanaan produksi yang dilakukan PT Taufan Fish Farm untuk meminimalkan risiko produksi antara lain dengan melakukan diversifikasi komoditas yaitu dengan portofolio dimana dalam satu luasan wilayah (hatchery) diproduksi beberapa komoditas. Hal ini dapat 65

82 meningkatkan produksi karena saling menguntungkan antara komoditas yang satu dengan komoditas lainnya. Akan tetapi, perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan sampai saat ini belum terlaksana dengan baik. Hal ini terjadi karena tidak adanya pengawasan yang intensif dalam proses produksi dan belum dijalankannya fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Selain itu indikator untuk menyatakan keberhasilan suatu kegiatan produksi adalah hasil survival rate yang cenderung meningkat jika terjadi musim hujan. Produksi ikan hias pada PT Taufan Fish Farm pada setiap kondisi dapat dilihat dari produksi dan survival rate yang diperoleh dari data primer. Survival rate tertinggi, normal, dan terendah diperoleh perusahaan berdasarkan pengalaman selama produksi. Adanya kondisi risiko produksi menyebabkan tingkat survival rate ikan hias PT Taufan Fish Farm berfluktuasi Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Penilain risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan tingkat penerimaan yang dipeoleh dari ikan hias discus, lobster, dan maanvis. Penilaian risiko produksi dapat dihitung dengan menggunakan expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Penerimaan pada Ikan Hias Discus, Lobster, dan Maanvis. Komoditas Variance Standard Coefficient Deviation Variation Discus , Lobster , Maanvis , Berdasarkan Tabel 20 menjelaskan, dilihat dari nilai variance menunjukkan bahwa ikan lobster mempunyai nilai variance yang lebih tinggi dibandingkan dengan discus dan maanvis yaitu sebesar Demikian halnya dengan nilai standard deviation pada ikan hias lobster mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan ikan hias discus dan maanvis yaitu sebesar ,80. Penilaian terhadap variance dan standard deviation 66

83 dianggap kurang efektif dalam menentukan suatu strategi, oleh karena itu coefficient variation merupakan tolok ukur yang tepat dalam mengambil keputusan dan penentuan strategi yang tepat. Coefficient variation diukur dengan dari rasio standar deviasi dengan expected return. Nilai coefficient variation menunjukkan bahwa ikan hias discus mempunyai nilai yang lebih rendah dibandingkan ikan hias maanvis dan lobster. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap satu rupiah yang dihasilkan ternyata ikan maanvis dan lobster menghadapi risiko lebih tinggi dibandingkan dengan ikan discus. Semakin besar nilai coefficient variation maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Berdasarkan informasi di atas dapat dilihat bahwa ikan lobster memiliki risiko produksi paling tinggi dibandingkan dengan ikan maanvis dan discus. Hal ini disebabkan karena adanya biaya yang dikeluarkan untuk budidaya ikan lobster yang relatif besar sedangkan produksinya tidak maksimal karena survival rate yang rendah. Sedangkan ikan maanvis memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan ikan lobster yang memiliki selisih sebesar 0, pada nilai coeffcient variation. Hal ini dikarenakan produksi yang dihasilkan tinggi serta survival rate yang tinggi sehingga dapat memaksimalkan penerimaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT Taufan Fish Farm bahwa ikan hias discus pada proses budidaya sedikit sulit jika dibandingkan dengan budidaya ikan maanvis dan lobster, terkhusus pada masa pembenihan atau ikan masih pada tahap larva menjadi benih. Pada proses budidaya ikan discus diberi pakan alami (hidup dan bergerak) berupa artemia sedangkan ikan maanvis dan lobster diberi pakan pelet dan cacing beku. Secara umum harga pakan alami atau artemia lebih mahal jika dibandingkan dengan pakan pelet dan cacing beku, hal ini disebabkan ketersediaan pakan artemia tidak dapat diperoleh secara langsung dari pemasok melainkan dibudidayakan terlebih dahulu karena artemia biasanya dijual dalam bentuk dorman (terlihat mati namun sebenarnya hidup). Penggunaan pakan alami dalam budidaya perikanan khususnya pembenihan jauh lebih rentan terhadap sumber penyakit jika dibandingkan dengan pakan bukan alami atau pelet, penyebab kematian ikan selain dari lingkungan yang tidak mendukung proses budidaya juga dipengaruhi oleh penyakit yang bersumber dai pakan alami seperti 67

84 pada ikan discus dalam kasus ini. Oleh karena itu perbedaan risiko produksi ikan discus berdasarkan penerimaan dan survival rate dipengaruhi oleh bahan baku atau input. Jika dihubungkan dengan besarnya tingkat survival rate yang diperoleh maka berdasarkan informasi di lapangan menunjukkan bahwa ikan discus lebih rentan terhadap cuaca serta penyakit dibandingkan ikan maanvis dan lobster. Apabila musim hujan tiba dengan curah hujan yang tinggi maka akan mengakibatkan suhu air lingkungan budidaya menjadi berubah. Lingkungan yang buruk akan berimplikasi terhadap kesehatan ikan, umumnya ikan discus, maanvis, dan lobster memiliki daya tahan tubuh rendah terhadap perubahan suhu. Selain itu, suhu yang tidak stabil akan mempengaruhi kualitas air yang berdampak pada ph dan tingkat kekeruhan air. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ikan cenderung tidak makan jika suhu air menurun namun sebaliknya ikan akan makan jika suhu air meningkat karena ikan akan berusaha mengubah protein dalam tubuh menjadi energi untuk beraktivitas. Untuk mengantisipasi survival rate rendah akibat terjadinya fluktuasi suhu, PT Taufan Fish Farm melakukan penanganan intensif terhadap komoditas yang dibudidayakan yaitu dengan pemberian alat tambahan berupa heather yang berfungsi menjaga suhu air lingkungan budidaya tetap normal, namun hal ini dirasa kurang efektif karena biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan heather cukup besar. Selain alatnya mudah rusak juga memerlukan biaya istrik dalam penggunaannya oleh karena itu hal sederhana namun efektif juga dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm yaitu dengan melapisi dinding lingkungan budidaya dengan plastik terpal untuk menjaga suhu lingkungan budidaya tetap normal Analisis Risiko pada Kegiatan Diversifikasi Risiko produksi masing-masing komoditas yang dijelaskan pada uraian sebelumnya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada masingmasing komoditas yang diusahakan. PT Taufan Fish Farm melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha tersebut yang disebut dengan diversifikasi. Dengan pengusahaan secara diversifikasi maka risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan dengan risiko portofolio. Analisis perbandingan risiko produksi yang dilakukan berdasarkan hasil return yaitu dari penerimaan yang diperoleh. Nilai 68

85 koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+1), hal ini dikarenakan kombinasi kedua asset dilakukan bersamaan. Perhitungan risiko portofolio yang dilakukan mencakup gabungan dua komoditas dan tiga komoditas berdasarkan penerimaan. Risiko portofolio dari kombinasi dua aset yang dihitung adalah diversifikasi maanvis dan lobster, maanvis dan discus serta discus dan lobster. Risiko portofolio dari kombinasi tiga aset yang dihitung yaitu diversifikasi lobster, discus dan maanvis masing-masing berdasarkan penerimaan. Perhitungan risiko portofolio lobster, discus dan maanvis pada PT Taufan Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Penilaian Risiko Portofolio Berdasarkan Penerimaan pada Komoditas Discus, Lobster, dan Maanvis di PT Taufan Fish Farm. N o Komoditas Expected Return Variance Standard deviation Coefficient Variation 1 Man+Lob Man+Dis Dis+Lob Lob+Dis+Man Keterangan : Man = Maanvis Dis = Discus Lob = Lobster Pada Tabel 21 dapat dilihat perbandingan risiko portofolio yang dihadapi PT Taufan Fish Farm jika mengusahakan dua komoditas dan tiga komoditas. Berdasarkan nilai coefficient variation pada portofolio dua komoditas berdasarkan penerimaan adalah gabungan maanvis dan lobster memiliki risiko paling tinggi yaitu sebesar 0, dibandingkan dengan gabungan dua komoditas lainnya. Berdasarkan informasi di lapangan bahwa budidaya discus dan lobster sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan penyakit namun demikian tingkat toleransi ikan discus terhadap perubahan iklim lebih rendah dibandingkan dengan lobster. Karena pada saat musim hujan perubahan air dilingkungan budidaya akan berubah dari keadaan normal. Ikan lobster pada masa pemeliharaan akan mengalami pergantian kulit setiap perubahan fase, yaitu dari fase larva menjadi benih pada fase tersebut ikan lobster sangat rentan terhadap penyakit oleh adanya perubahan 69

86 suhu begitu juga ikan discus yang juga dikenal sebagai parental care dimana larva akan dijaga oleh induknya sebelum akhirnya dilepas pada perubahan pemeliharaan tersebut. Untuk menghindari timbulnya kematian pihak PT Taufan Fish Farm mengantisipasi dengan pembuatan heather pada wadah pemeliharaan dan pemberian antibiotik pada pakan serta penambahan nilai gizi pakan dengan menambahkan protein didalamnya seperti kuning telur dan oxysan. Penanggulangan tersebut diupayakan optimal namun hasilnya belum maksimal karena produksi yang diperoleh pada musim hujan lebih rendah dibandingkan musim kemarau. Pihak PT Taufan Fish Farm telah membudidayakan discus dan lobster dengan pemeliharaan intensif, namun hal ini belum dapat meningkatkan produksi yang optimum oleh karena itu pihak PT Taufan Fish Farm selalu mencari indukan berkualitas untuk mendapatkan larva yang tahan terhadap penyakit dan perubahan suhu. Berdasarkan informasi di lapangan bahwa nilai survival rate yang paling besar fluktuasinya adalah ikan hias discus jika dibandingkan lobster dan maanvis, Ikan discus sangat rentan terhadap perubahan cuaca dan penyakit dibandingan dengan maanvis dan lobster. Karena pada saat musim hujan perubahan air dilingkungan budidaya akan berubah dari keadaan normal. Umumnya ikan discus dapat bertahan hidup namun demikian tingkat toleransinya terhadap perubahan suhu dan penyakit lebih rendah jika dibandingkan dengan ikan maanvis dan lobster. Ikan discus yang juga dikenal sebagai parental care, pada perubahan pemeliharaan tersebut pihak PT Taufan Fish Farm terkendala dalam penanganannya karena ikan discus yang sarat dengan pemeliharaan intensif, pada fase tersebut ikan discus sangat rentan terhadap penyakit oleh adanya perubahan suhu. Jika dihubungkan dengan tingkat survival rate yang diperoleh PT Taufan Fish Farm dilapangan terhadap hasil penilaian risiko berdasarkan penerimaan maka dapat disimpulkan bahwa ikan hias discus memiliki tingkat risiko tertinggi diantara ikan hias lobster dan maanvis, karena dalam masa budidaya dan pemeliharaan ikan discus membutuhkan perawatan intensif dan penanganan 70

87 khusus seperti pemisahan induk dari larva dengan penggunaan metode yang sederhana karena ikan hias discus termasuk parental care. Berdasarkan hasil risiko portofolio untuk tiga komoditas (discus + maanvis + lobster) yang dilihat dari nilai coefficient variation yaitu sebesar 0, maka diperoleh risiko jika mengusahakan dua komoditas yaitu portofolio ikan hias maanvis dan lobster serta discus dan lobster. Akan tetapi berbeda halnya dengan portofolio maanvis dan discus nilai coefficient variation sebesar 0, atau lebih rendah jika dibandingkan dengan portofolio tiga komoditas. Namun demikian bahwa dengan mengusahakan dua atau tiga komoditas dapat menekan risiko jika dibandingkan dengan mengusahakan satu komoditas. Dengan melakukan diversifikasi budidaya tidak membuat risiko produksi menjadi nol atau PT Taufan Fish Farm selalu dihadapkan dengan risiko produksi dalam usahanya. Artinya meskipun perusahaan telah melakukan diversifikasi, perusahaan tetap menghadapi risiko produksi. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi yang diperoleh yakni nilai variance, standard deviation, coefficient variation tidak sama dengan nol. Dengan adanya diversifikasi maka kegagalan pada salah satu kegiatan budidaya lainnya dapat diminimalkan. Oleh karena itu diversifikasi budidaya merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi survival rate. 6.3 Strategi Pengelolaan Risiko Produksi di PT Taufan Fish Farm Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko yang baik akan mampu menekan dampak risiko yang ditimbulkan sehingga perusahaan dapat memperoleh pendapatan sesuai yang ditargetkan sebaliknya dengan penanganan risiko yang kurang tepat akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan di perusahaan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam menekan risiko. PT Taufan Fish Farm dalam menjalankan usahanya menghadapi berbagai macam risiko yaitu risiko produksi yang diindikasikan dengan adanya fluktuasi 71

88 survival rate yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca, hama dan penyakit, kualitas air yang buruk dan kualitas pakan yang rendah serta penanganan yang kurang maksimal. Untuk itu perlu dilakukan strategi manajemen risiko produksi yang tepat agar risiko tersebut dapat diminimalkan. Saat ini PT Taufan Fish Farm telah melakukan strategi dalam menekan risiko namun masih belum efektif. Strategi yang dilakukan berupa diversifikasi komoditas yang diproduksi. Manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen perusahaan untuk menangani berbagai risiko yang dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen perusahaan yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan atau planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan berupa keuntungan yang maksimal. Upaya yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm dalam mengatasi risiko yang dihadapi adalah dengan terlebih dahulu mengidentifikasi risiko-risiko yang ada kemudian dievaluasi selanjutnya diambil tindakan untuk meminimalkan risiko. Upaya untuk memilih alternatif penanganan risiko adalah dengan cara diversifikasi dan kemitraan. 1. Diversifikasi Diversifikasi merupakan strategi investasi dengan menempatkan dana dalam berbagai kegiatan usaha dengan tujuan untuk meminimalkan risiko. Diversifikasi yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm dengan mengusahakan tiga komoditas pada satu hatchery yaitu komoditas discus, lobster dan maanvis. Adanya diversifikasi produk diharapkan dapat mengurangi pengaruh risiko dalam budidaya. Risiko produksi secara diversifikasi yang telah dianalisis adalah portofolio ikan discus dan maanvis, maanvis dan lobster, serta discus dan lobster. Dari hasil yang diperoleh menggambarkan bahwa dengan melakukan diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada. Selain itu diversifikasi dapat mengefisienkan biaya dimana alat serta tenaga kerja yang digunakan dapat dilakukan sekaligus sehingga biaya yang dikeluarkan untuk peralatan dan tenaga kerja dapat diminimalkan. Oleh karena itu diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko 72

89 sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi yang berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. 2. Kemitraan Kemitraan dalam produksi merupakan salah satu alternatif yaitu melakukan kemitraan dengan petani mitra yang berada sekitar PT Taufan Fish Farm yang membudidayakan ikan hias agar dapat menutupi jumlah permintaan yang ada. Perusahaan dalam menjalankan kemitraan juga memperhatikan kualitas dan kuantitas komoditas yang dihasilkan petani serta kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani. Dalam hal ini akan menguntungkan pihak PT Taufan Fish Farm dan petani mitra. Keuntungan yang diperoleh oleh PT Taufan Fish Farm dengan adanya mitra yaitu jika terjadi kekurangan pasokan dalam memenuhi permintaan konsumen dapat disuplay dari petani mitra. Petani mitra juga memperoleh keuntungan berupa harga jual produk yang lebih tinggi diatas harga pasar dan harga beli input yang lebih murah. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh bahwa diversifikasi dapat mengurangi risiko produksi yang ada. Namun dengan melakukan diversifikasi usaha tidak berarti membuat risiko produksi menjadi nol. Artinya walaupun perusahaan telah mengadakan diversifikasi, perusahaan akan tetap menghadapi risiko produksi. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko priduksi yang diperoleh yakni nilai variance, standart deviation, coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Upaya penanganan risiko dapat diterapkan dalam fungsi manajemen yang dijalankan perusahaan yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan atau planning, organizing, actuating, controlling (POAC). a. Perencanaan Produksi Perencanaan produksi yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm dimulai pada saat persiapan wadah (akuarium), pemilihan induk jantan dan betina, pemijahan, pemeliharaan telur, pemeliharaan larva dan pemeliharaan benih, pemanenan dan pengepakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi komoditas yang dihasilkan oleh PT Taufan Fish Farm. Disamping itu perencanaan pencegahan penyakit dan pemberian antibiotik diperhatikan dengan baik terutama pada saat terjadi perubahan cuaca yang ekstrim. 73

90 Perencanaan pembenihan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan trend pasar yang sedang terjadi, jika trend pasar meningkat atas suatu komoditas maka pihak PT Taufan Fish Farm sebaiknya merespon dengan cara memproduksi lebih tinggi dibandingkan dengan produksi sebelumnya. Sebaliknya jika trend pasar suatu komoditas menurun sebaiknya PT Taufan Fish Farm merespon dengan cara mengurangi jumlah produksi. Selain itu perencanaan produksi juga mempertimbangkan curah hujan dan suhu lingkungan budidaya. Jika curah hujan relatif tinggi maka akan berimplikasi negatif terhadap produksi akhir ikan maka seharusnya pihak PT Taufan Fish farm dapat mengantisipasi dengan cara menambah jumlah heather yang berfungsi sebagai penetral suhu air lingkungan budidaya. b. Pengorganisasian Pengorganisasian karyawan yang terlibat secara langsung terhadap kegiatan budidaya dengan cara mengoptimalkan sumberdaya manusia atau tenaga kerja yang dimiliki perusahaan. Pengoptimalan tenaga kerja dilakukan dengan cara pembagian tugas yang jelas sesuai dengan keahlian dan keterampilan tenaga kerja. Adanya pengorganisasian tenaga kerja akan menghasilkan produksi yang optimal dan terkoordinir. c. Pelaksanaan Garis komando pada PT Taufan Fish Farm bersifat vertikal dari pemilik kepada penanggungjawab bagian produksi yang kemudian bertanggungjawab kepada asisten produksi di lapangan. PT Taufan Fish Farm berupaya menjaga komunikasi yang baik antar bagian penanggungjawab produksi sehingga pada pelaksanaannya terjalin komunikasi yang baik dalam memaksimal produksi dan meminimumkan risiko. Adanya kooordinasi dalam pengelolaan bertujuan untuk menyinkronkan unit-unit produksi yang terdiri dari beberapa blok produksi dalam masalah perawatan dan pemeliharaan seperti mengkoordinasikan kegiatan produksi dengan tindakan pencegahan hama dan penyakit. PT Taufan Fish Farm terdiri dari beberapa blok produksi disesuaikan dengan karakteristik masingmasing komoditas ikan yang akan diproduksi. 74

91 d. Pengontrolan Untuk mengantisipasi timbulnya tindakan kecurangan (moral hazard) dalam internal perusahaan, pihak PT Taufan Fish Farm memasang Closed Circuit TeleVision pada titik-titik yang dianggap rawan terjadinya tindakan kecurangan. Closed Circuit TeleVision ditempatkan dibagian pengepakan ikan, pintu masuk dan keluar perusahaan, blok produksi ikan yang harganya relatif mahal (indukan lobster dan indukan discus). Selain itu fungsi Closed Circuit TeleVision yang dipasang juga bermanfaat dalam mengontrol kinerja karyawan. 3. Penggunaan Teknologi Salah satu faktor dalam pengembangan usaha ikan hias adalah dengan adanya kemajuan teknologi, hal ini diharapkan dapat mempermudah pembudidaya dalam merancang produksi. Teknologi suntik hormon merupakan suatu terobosan dalam mempercepat proses pematangan gonad ikan sehingga ikan dapat dipijahkan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, penggunaan teknologi seperti heather yang berfungsi sebagai penyeimbang suhu air di akuarium telah dimanfaatkan, namun pihak PT Taufan Fish Farm tidak mendapatkan hal seimbang antara penggunaan heather dengan pendapatan yang diterima, karena heather membutuhkan biaya tambahan pada prosesnya seperti biaya listrik dan alat yang cukup mahal. Selain itu heather yang dipasang di akurium tidak dapat bertahan lama karena sering terjadi korsleting sehingga penggunaan heather dianggap kurang efektif oleh pihak PT Taufan Fish Farm. Metode suntik hormon dapat dilakukan ke berbagai jenis ikan, namun saat ini kebanyakan ikan yang dapat disuntik adalah ikan konsumsi karena bentuk badan yang relatif besar berbeda dengan ikan hias yang secara umum tubuhnya kecil. Akan tetapi metode ini juga dapat diaplikasikan untuk ikan hias jenis tertentu seperti mas koi dan tiger catfish. PT Taufan Fish Farm dalam prakteknya telah melakukan metode ini untuk ikan jenis maanvis, namun untuk jenis discus dan lobster metode ini belum dapat diaplikasikan karena tidak sesuai dengan siklus hidup ikan. Ikan discus dalam proses hidupnya termasuk ikan jenis parental care yaitu ikan yang cenderung 75

92 melindungi anaknya, sedangkan lobster dalam masa pemijahannya menempatkan telur di luar tubuhnya untuk kemudian dibuahi oleh jantan. Selain metode suntik, sex reversal juga dapat diterapkan pada ikan hias. Sex reversal merupakan teknologi terbaru dalam perikanan yang bertujuan untuk membalikkan jenis kelamin ikan dimana ikan sebelum menjadi larva atau masih dalam telur. Metode ini dapat diterapkan untuk semua jenis ikan sehingga menguntungkan pembudidaya karena dapat menghasilkan ikan dengan jenis kelamin yang sama baik jantan maupun betina. Namun hal ini kurang efektif karena membutuhkan biaya yang tinggi serta memerlukan sumberdaya yang terampil dalam penerapannya. 76

93 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis risiko yang dilakukan pada PT Taufan Fish Farm menunjukkan bahwa PT Taufan Fish Farm mengalami risiko produksi dalam menjalankan usahanya. Sumber risiko produksi pada PT Taufan Fish Farm berasal dari perubahan kondisi cuaca atau iklim, kualitas pakan yang buruk dan serangan penyakit. 2. Dari hasil kegiatan spesialisasi, risiko produksi tertinggi terdapat pada komoditas lobster sedangkan risiko yang paling rendah adalah ikan hias maanvis. Pada penilaian risiko dua portofolio diperoleh bahwa diversifikasi maanvis dan lobster memiliki risiko lebih tinggi jika dibandingkan dengan diversifikasi maanvis dan lobster serta lobster dan discus. Sedangkan penilaian portofolio untuk ketiga jenis ikan hias diperoleh risiko lebih rendah dibandingkan dengan diversifikasi maanvis dan lobster serta discus dan lobster. Namun berbeda halnya dengan diversifikasi maanvis dan discus yang memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan mengusahakan diversifikasi tiga jenis ikan hias. 3. Strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT Taufan Fish Farm adalah strategi diversifikasi yaitu mengusahakan beberapa gabungan aset yang ada. Berdasarkan analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan diversifikasi, dilihat dari nilai coefficient variation ternyata diversifikasi dua dan tiga jenis ikan hias yang dilakukan PT Taufan Fish Farm dapat menekan risiko produksi. 7.2 Saran 1. Pihak PT Taufan Fish Farm sebaiknya lebih memperhatikan jenis ikan hias lobster karena memiliki risiko produksi paling tinggi. Untuk mengurangi tingkat risiko dimasa mendatang sebaiknya dilakukan pencatatan detail mengenai siklus hidup ikan seperti penggunaan dosis obat dalam pencegahan penyakit dan penanganan intensif disetiap pemeliharaan khususnya pada saat produksi. 77

94 2. Sumber masing-masing risiko produksi pada ketiga komoditas (discus, lobster, dan maanvis) yang menjadikan survival rate menurun seperti curah hujan, penyakit, dan kualitas pakan. Sebaiknya lebih diintensifkan penanganannya dengan mempertahankan suhu budidaya selalu stabil serta human error selama proses produksi dapat diminimalisir. 78

95 DAFTAR PUSTAKA [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kota Bogor Perkembangan Iklim Kota Bogor. Bogor. BMKG Kota Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor dalam Angka. Bogor. BPS Kabupaten Bogor. Darti S.L, Iwan D Sukses Budidaya Ikan Hias. Jakarta: Penebar Swadaya. Debertin D.L Agricultural Production Economics. New York: Macmillan. Publishing Company. Diether K,B Fisher College of Business: Mean Variance Analisis. Djohanputro B Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM. Effendi I Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya. Elton E. J., M. J. Gruber Risk Reduction and Portfolio Size: An Analytical Solution. Journal of Business 50: Eva P Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organik Farm, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Hardaker, J. Brian, Raud B.M. Huirne, and Jock R. Anderson, Coping With Risk in Agriculture, New York: CAB International, Harwood Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No Market and Trade Economic Division and Resource Economics Division, Economic Research Service U.S. Department of Agriculture. Kountur R Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Lam J Enterprise Risk Management. PT Ray Indonesia. Jakarta Pusat. Lestari A Manajemen risiko dalam usaha pembenihan udang vannmei (Litopenaeus vannmei), studi kasus: PT Suri Tani Pemuka Serang, Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.. 79

96 Robison L.J, Barry P.J The Competitive Firm s Response to Risk. Macmillan Publisher. London. Safitri N Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT.Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sembiring L Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Utami Analisis risiko produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Wisdya S Analisis risiko anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 80

97 LAMPIRAN

98 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Taufan Fish Farm Tahun 2010 Pemimpin Kepala Bagian Produksi Unit Baranangsiang Kepala Bagian Produksi Unit Kedunghalang Kepala Bagian Produksi Unit Maseng Kepala Bagian Administrasi Divisi I-V Divisi I-V Staff Bagian Administrasi Divisi Discus Divisi Lobster Divisi Maanvis Divisi IV-VII

99 Lampiran 2. Keadaan Tenaga Kerja pada PT Taufan Fish Farm Tahun No Nama Jenis Pendidikan Jabatan kelamin 1 Wiwi P D3 Kabag. Administrasi 2 Dadang L SLTA Kabag. Produksi Unit Kedunghalang 3 Irfan L SR Bagian Transportasi 4 Edi S L SLTA Staff Bagian Administrasi 5 Uci L SR Bagian Keamanan 6 Naan L L SD Divisi Produksi Unit Kedunghalang 7 Suparta L SLTA Divisi Produksi Unit Kedunghalang 8 Maman L SLTP Divisi Produksi Unit Kedunghalang 9 Andri L SD Divisi Produksi Unit Kedunghalang 10 Idin L SD Divisi Produksi Unit Kedunghalang 11 Mahfudin L SLTP Divisi Produksi Unit Kedunghalang 12 Daniel L SMEA Divisi Produksi Unit Kedunghalang 13 Rudi L SLTA Divisi Produksi Unit Kedunghalang 14 Dian L SLTP Divisi Produksi Unit Kedunghalang 15 Ayi L SLTP Divisi Produksi Unit Kedunghalang 16 Ardi L SLTA Divisi Produksi Unit Kedunghalang 17 Dede L STM Divisi Produksi Unit Kedunghalang 18 Jajat L STM Divisi Produksi Unit Kedunghalang Sumber : PT Taufan Fish Farm (2010)

100 Lampiran 3. Tabel 1. Biaya Investasi Per Siklus Produksi Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010 *) Uraian Jumlah (unit) Harga satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Umur Teknis (Thn) Penyusutan Bangunan 150 m Lahan 250 m Tandon Pompa air Akuarium pemeliharaan larva Akuarium pemeliharaan induk Rak akuarium Blower Genset Freezer Tabung oksigen Indukan : - Lobster 1 pasang Discus 1 pasang Maanvis 1 pasang Total Keterangan *) : Hasil Wawancara dengan Pihak PT Taufan Fish Farm Tabel 2. Biaya Tetap Per Siklus Produksi Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010 *) Uraian Jumlah (unit) Harga per unit (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Gaji karyawan 1 orang Listrik 1500 watt Biaya penyusutan Total Keterangan *) : Hasil Wawancara dengan Pihak PT Taufan Fish Farm (2010) 1

101 Tabel 3. Biaya Variabel Per Siklus Produksi Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun 2010 *) Uraian Jumlah Harga per unit Jumlah Biaya (unit) (Rp) (Rp) Pakan induk 1,66 kg Pakan larva dan benih: - blood worm 3,33 kotak artemia 133,33gr tubifex 5 kotak pelet 1,66 kg Obat-obatan 3,33 gr Peralatan paking 1 paket Isi tabung oksigen Biaya pemeliharaan Total Keterangan *) : Hasil Wawancara dengan Pihak PT Taufan Fish Farm Dari Tabel di atas maka dapat dihitung jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh pihak TFF selama produksi berlangsung. Biaya Total (TC) = biaya tetap + biaya variabel = Rp Rp = Rp Penerimaan Penerimaan yang diperoleh pihak TFF merupakan hasil dari penjualan ikan yang dibudidayakan. - Penerimaan dari kan hias Discus Penerimaan = hasil produksi x harga per ekor = 243 ekor x Rp 3500/ekor = Rp Penerimaan dari ikan hias Lobster Penerimaan = hasil produksi x harga per ekor = 443 ekor x Rp 4000/ekor = Rp

102 - Penerimaan dari ikan hias Maanvis Penerimaan = hasil produksi x harga per ekor = 1522 ekor x Rp 500/ekor = Rp Total penerimaan (TR) = Rp Rp Rp = Rp Berdasarkan hasil total penerimaan dan total pengeluaran maka dapat dihitung besarnnya keuntungan (П) dalam budidaya ikan hias di PT TFF. П = TR-TC = Rp Rp = Rp

103 Lampiran 4. Komoditas Ikan Hias yang Dihasilkan PT Taufan Fish Farm. a. Ikan Hias Discus b. Lobster c. Ikan Hias Maanvis 4

104 Lampiran 5. Pakan Alami pada Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish Farm Tahun Gambar 1. Pakan Cacing Beku Gambar 2. Pakan Cacing Sutera Gambar 3. Pakan Artemia 5

105 Lampiran 6. Peralatan Budidaya Ikan Hias di PT Taufan Fish farm Tahun Gambar 1. Penggunaan Batu Bata sebagai Media Berlindung untuk Lobster Gambar 2. Penggunaan Aerasi untuk Suplai Oksigen pada Budidaya Ikan Maanvis Gambar 3. Penggunaan Plastik Terpal untuk Menjaga Suhu Ruangan Tetap Stabil 6

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI NATALINA SIANTURI H34086062 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR SKRIPSI HELENTINA SITUMEANG H34096040 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO EKSPOR IKAN HIAS NEON TETRA PADA PT HARLEQUIN AQUATICS, DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

MANAJEMEN RISIKO EKSPOR IKAN HIAS NEON TETRA PADA PT HARLEQUIN AQUATICS, DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT i MANAJEMEN RISIKO EKSPOR IKAN HIAS NEON TETRA PADA PT HARLEQUIN AQUATICS, DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT HANDAYANI PUTRI H34104106 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover) I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km 1. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan mendominasi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

VII. KESIMPULAN DAN SARAN VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Identifikasi sumber risiko yang dilakukan pada usaha penjualan produk karangan bunga di Pasar Bunga Wastukencana ditemukan beberapa risiko yang krusial diantaranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura Agribisnis secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari empat subsistem yang terintegrasi secara fungsional. Sub-sistem pertama adalah agribisnis hulu

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

SKRIPSI MARIA MONTESORI H

SKRIPSI MARIA MONTESORI H OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR SKRIPSI MARIA MONTESORI H34066077 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR SKRIPSI TITISARI DEWIAJI H 34086092 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Florist Florist adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan perdagangan bunga profesional. Meliputi perawatan bunga dan penanganan, desain bunga atau merangkai bunga,

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI PUTRI ANNISA CHER H34070052 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SUSI PUZI ASTUTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AYU NIKEN INDRASARI B100100047 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Ciapus Bromel yang berlokasi di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok) ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok) MUHAMAD NANANG SOFYUDIN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) yang terletak di Jalan Raya Cogreg, Desa Cogreg, Kampung Kandang, Kecamatan Parung,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh: VERRA ANGGREINI A14101021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

CISARUA, Oleh : A

CISARUA, Oleh : A i ANALISISS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI WORTEL MEMILIH SISTEM PERTANIAN ORGANIK DI DESA TUGU SELATAN, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR Oleh : AGUNGG BUDI SANTOSO A14104013 PROGRAM

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan yang salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman biota laut (perikanan dan kelautan). Dengan luas wilayah perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci