VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi adanya risiko. Risiko produksi yang sering dihadapi oleh petani Pondok Menteng pada usaha cabai merah keriting meliputi kondisi alam yang sulit diprediksi, hama dan penyakit tanaman cabai merah keriting. Risiko produksi ini menyebabkan tingkat produktivitas cabai merah keriting menurun sehingga penerimaan petani semakin kecil. Produktivitas yang berfluktuasi menunjukkan adanya nilai produktivitas yang tinggi, normal dan rendah. Produktivitas yang tinggi adalah produktivitas tertinggi yang pernah dicapai kelompoktani Pondok Menteng sedangkan produktivitas rendah adalah produktivitas yang terendah yang pernah dicapai oleh kelompoktani Pondok Menteng dalam produksi tanaman cabai merah keriting. Produktivitas normal adalah produktivitas yang sering diperoleh oleh petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok menteng. Tingkat produktivitas dinilai dari hasil perolehan panen yang terjadi selama 6 tahun pada periode tahun 2005 dan Pada tabel 10 dapat dilihat fluktuasi produktivitas cabai merah keriting di gapoktan Rukun Tani, dengan asumsi produktivitas tertinggi adalah produktivitas paling tinggi yang pernah dicapai yaitu ,33, produktivitas terendah adalah produktivitas paling rendah yaitu 4.697,5 dan produktivitas normal adalah rata-rata produktivitas yaitu 7.068,52. Tabel 10. Rata-rata Produktivitas Cabai Merah Keriting dan Peluang yang Dihadapi Kelompoktani Pondok Menteng, 2010 No Kondisi Produktivitas (Kg/Ha) Peluang 1 Tinggi ,33 0,16 2 Normal 7.068,52 0,67 3 Rendah 4.697,5 0,16 Sumber: Gapoktan Rukun Tani, 2011 (diolah) 44

2 Selain dari mengidentifikasi sumber risiko, hal lain yang perlu diperhatikan adalah menghitung peluang guna mengetahui frekuensi kejadian beresiko. Dalam usahatani cabai merah keriting menghitung frekuensi kejadian baik kejadian produktivitas tertinggi, terendah dan normal penting karena sangat menentukan produktivitas yang diharapkan. Peluang petani Pondok Menteng mencapai produktivitas cabai merah keriting tertinggi adalah 0,16 yang artinya jika petani Pondok Menteng mengusahakan cabai merah keriting sebanyak 6 kali periode maka produktivitas tertinggi yang akan dicapai adalah sebanyak satu kali. Selanjutnya peluang produktivitas normal dan produktivitas terendah masingmasing 0,67 dan 0,16. Tabel 10 menunjukkan bahwa peluang produktivitas yang sering dicapai oleh petani Pondok Menteng adalah produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tinggi dan produktivitas rendah. Secara langsung Tabel 10 menunjukkan adanya fluktuasi produktivitas yang diperoleh petani Pondok Menteng, hal ini mengindikasikan bahwa usahatani cabai merah keriting yang diusahakan oleh petani Pondok Menteng menghadapi risiko. Jenis risiko yang dihadapi oleh petani tersebut adalah risiko produksi. Sumber utama risiko produksi pada usahatani cabai merah keriting yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng meliputi, hama dan penyakit, keadaan cuaca dan iklim, kondisi tanah dan tenaga kerja. Risiko produksi yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng tersebut akan dibahas lebih terperinci dibawah ini. 1. Hama dan Penyakit Hama maupun penyakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil produksi tanaman cabai. Keberadaan hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai ini membuat produktivitas cabai berfluktuasi, bahkan sering sekali menyebabkan kerugian. Beberapa hama dan penyakit yang umum menyerang cabai meliputi kutu daun persik, Thrip, ulat buah, lalat buah, ulat grayak, antraknosa, bercak daun, busuk fitopthora, layu fusarium, bercak bakteri, layu bakteri dan gulma. Adapun hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman cabai merah keriting milik petani Pondok Menteng yaitu layu bakteri, thrip, antraknosa, layu fusarium dan akar gada. 45

3 Layu bakteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Serangannya ditandai dengan layunya daun dari atas kanopi tanaman muda, sementara pada tanaman tua layunya daun tanaman dari bawah ke atas secara berangsur-angsur. Bakteri ini dapat bertahan ditanah selama dua tahun, oleh karena itu lahan penanamannya jng bekas dari pertanaman yang sefamily dengan cabai. Pencegahan untuk penyakit ini adalah membuat drainase lahan yang baik untuk menghindari genangan, penyemprotan bakterisida seperti Agrimycin 15/1,5 WP. Thrip merupakan hama berwarna kuning kecoklatan, telur berbentuk oval diletakkan dalam jaringan daun. Gejala serangan ditandai dengan adanya noda keperakan yang tidak beraturan. Noda keperakan lebih lanjut berubah menjadi cokelat tembaga dan menyebabkan daun mengering keatas. Cara mengatasinya dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara kimia dengan menyemprotkan insektisida jenis curacron 500 EC, secara biologi dengan menempatkan musuh alaminya sebagai contoh tungau predator. Tetapi cara kedua biasanya lebih rumit sehingga petani jarang sekali menggunakan cara itu. Penyakit antraknosa atau penyakit yang menyebabkan busuk buah ini disebabkan oleh cendawan colletotrichum capsici sydow dan colletotrichum gloeosporiodes pens. Penyakit ini memiliki gejala seperti biji gagal berkecambah, batang kecambah rapuh, pucuk mati dan infeksinya menjalar kebagian bawah, bercak dipermukaan kulit buah dan biasanya penyakit ini menyerang pada saat menjelang buah masak. Menurut petani Pondok Menteng penyakit ini muncul setelah kurang lebih 10 kali pemetikan buah yaitu pada saat umur cabai kira-kira 4 bulan. Penyakit ini memiliki daya merusak terhadap produksi sehingga perlu untuk diatasi yakni dengan memusnahkan tanaman yang sudah terinfeksi dan menyemprotkan fungisida jenis Bendas untuk mengurangi patek dalam bahasa sehari-hari. Layu fusarium, penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang berada dalam pembuluh kayu tanaman cabai, infeksi awal terjadi dipangkal batang tanaman yang berdekatan dengan tanah. Bagian tersebut membusuk, berwarna cokelat, dan terus menjalar keperakaran dan akhirnya akar tanaman pun membusuk. Penyakit ini sangat berkembang didataran rendah, khususnya lahan dengan drainase yang 46

4 buruk. Pencegahan dapat dilakukan dengan menanam cabai dilahan bebas pathogen, dan sebaiknya gunakan lahan bekas penanaman padi atau palawija. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida yang berbahan aktif seperti benlete. Dan penyakit terakhir yang sering dihadapi oleh petani adalah akar gada, yaitu ketidakmampuan akar menyuplai zat-zat makanan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan cabai sehingga pohon cabai tumbuh dengan kerdil dan berbuah sedikit. Biasanya disebabkan karena struktur tanah yang tidak sesuai dengan standar yang baik untuk penanaman cabai. Hama dan penyakit pada cabai merah keriting dapat dilihat dilampiran Keadaan Cuaca dan Iklim Kondisi alam seperti cuaca dan iklim menjadi suatu ketidakpastian (uncertainty), karena merupakan bagian risiko yang harus dihadapi oleh petani yang tidak dapat diukur. Perubahan cuaca semakin sulit diprediksi, karena siklus cuaca tidak sesuai lagi dengan siklus normalnya. Seperti halnya produk pertanian yang lain, produksi tanaman cabai khususnya cabai merah keriting juga dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Bahkan tanaman cabai merupakan salah satu tanaman yang sangat sensitif dengan perubahan cuaca. Oleh karena itu petani menghadapi kesulitan dalam menentukan musim tanam berikutnya. Dari hasil wawancara dengan petani, cabai paling baik ditanam dengan kondisi antara hujan dan panas dan biasanya terjadi pada bulan tiga. Keadaan ini akan memberi pengairan yang baik untuk cabai dan sinar matahari yang cukup bagi pertumbuhan cabai. Pada musim hujan cabai menghadapi berbagai macam risiko salah satunya terjadinya pembusukan baik diakar, batang dan daun sehingga secara perlahan tanaman cabai akan mati. Selanjutnya gulma tumbuh sangat subur pada saat musim hujan dan ini menjadikan gulma sebagai risiko pada tanaman cabai. Gulma dapat merugikan dan mengganggu pertumbuhan cabai melalui perebutan unsur hara di dalam tanah, menjadi inang bagi serangga vektor dan pathogen penyakit. Pada musim kemarau cabai juga menghadapi risiko seperti hama dan penyakit. Hama thrip populasinya sangat tinggi pada musim kemarau yang penyebarannya dibantu oleh tiupan angin oleh karena itu petani harus mampu membuat strategi penanganan risiko yang dihadapi tanaman cabai baik pada musim kemarau dan musim hujan. 47

5 3. Keterampilan Tenaga Kerja Keterampilan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya cabai merah keriting. Ketersediaan tenaga kerja yang terampil sangat mempengaruhi keberhasilan produksi. Tenaga kerja dalam hal ini adalah petani sangat berperan dalam setiap kegiatan usahatani cabai merah keriting yang diusahakannya. Dalam kelompoktani Pondok Menteng produktivitas juga dipengaruhi oleh keahlian tenaga kerja yaitu petani sendiri. Sering sekali petani mengandalkan pengetahuannya sendiri dalam memproduksi cabai merah keriting, karena menganggap pengalamannya dalam bertani sudah cukup. Sehingga temuan atau informasi terbaru dari berbagai pihak seperti dari dinas pertanian terkait peningkatan produktivitas cabai kurang diperhatikan. Petani Pondok Menteng menerapkan Standart Operation Procedure (SOP) dalam produksi tanaman cabai, mulai dari cara penanaman, plot tanam dan pola penanaman. Tapi tidak semua petani yang mengikuti SOP tersebut, hanya sebagian dan sebagian lagi mengandalkan pengetahuan dan pengalaman sendiri. Hal ini mempengaruhi produktivitas tanaman cabai merah keriting Pondok Menteng. 4. Kondisi Tanah Lahan yang digunakan untuk penanaman cabai merah keriting harus dilakukan pembersihan terlebih dahulu yang meliputi pencabutan rumput-rumput liar atau gulma, dan pembersihan tanaman keras dan selanjutnya dilakukan penggemburan serta pemberian pupuk kandang. Hal ini karena cabai membutuhkan tanah dengan unsur hara yang cukup dan ph yang sesuai untuk tumbuh baik. Sebagian besar tingkat kesuburan lahan dipengaruhi oleh tingkat keasaman atau ph (potensial of Hidrogen) lahan, yang lebih bawah. Secara teoritis ph yang baik untuk menanam cabai merah keriting berkisar antara 6,5 7 yang berarti bahwa tanah tersebut dalam keadaan netral. Apabila kondisi tanah tidak sesuai dengan kualifikasi tanaman cabai maka cabai menghadapi risiko gagal produksi. Tanah bisa menjadi sumber penyakit bagi cabai hal ini dikarenakan tanah tersebut bekas tanaman sefamili cabai. Khusus pada musim hujan sinar matahari tidak optimal sehingga kebun menjadi lembap, oleh karena 48

6 itu perlu membuat bedengan. Bedengan dibuat lebar sehingga jarak tanam bisa diperlebar untuk mengurangi kelembapan yang tinggi Penilaian Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pengukuran risiko produksi yang akan dilakukan pada usahatani kelompoktani Pondok Menteng yaitu penilaian spesialisasi. Pengukuran risiko produksi hanya dilakukan pada satu jenis usahatani yaitu tanaman cabai merah keriting Pondok Menteng. Risiko produksi dapat dihitung menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation untuk mengetahui pendapatan bersih terendah yang mungkin diterima oleh petani. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui besar risiko pada usahatani cabai merah keriting. Dasar perhitungan dalam pengukuran risiko adalah menggunakan data tingkat produktivitas cabai merah keriting kelompoktani Pondok Menteng dari periode waktu 2005 dan 2010 serta peluang tertinggi, terendah dan normal cabai merah keriting. Peluang dihitung berdasarkan asumsi dari petani Pondok Menteng, hal ini ditentukan berdasarkan pengalaman petani selama membudidayakan tanaman cabai merah keriting. Dasar perhitungan menggunakan data frekuensi terjadinya peristiwa pada kondisi yang dianalisis dimana kejadian tersebut pernah dialami dan sudah berlangsung selama menjalankan kegiatan usaha pada setiap periode produksi. Setelah terlebih dahulu memperoleh nilai peluang usaha dalam mendapatkan produktivitas tertinggi, normal, dan terendah, selanjutnya dapat dilakukan penilaian terhadap tingkat risiko produksi yang dihadapi kelompoktani Pondok Menteng dengan mengukur penyimpangan yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standart deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti misalnya standart deviation merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standart deviation dengan nilai ekspektasi return dari budidaya cabai merah keriting. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Dalam kajian ini return yang dihitung adalah pendapatan dari hasil perkalian produksi dengan harga cabai merah 49

7 keriting. Sehingga untuk melihat hasil pengukuran risiko produksi cabai merah keriting yang tepat adalah dengan menggunakan koefisien variasi. Dengan ukuran coefficient variation, analisis kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return. Hasil penilaian risiko produksi budidaya cabai merah keriting kelompoktani Pondok Menteng dapat dilihat pada Tabel 11 dan untuk perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 11. Hasil Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Penerimaan Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, 2010 No Ukuran Nilai 1 Expected Return ,11 2 Variance E+17 3 Standard Deviasi ,1 4 Coefficient Variance 0,50 Dari hasil pengukuran risiko pada Tabel 11 dapat disimpulkan ekspektasi penerimaan sebesar ,11 dengan varian 4,52. Artinya bahwa dengan risiko yang dihadapi cabai merah keriting sebesar 4,52 maka diharapkan ekspektasi penerimaan sebesar ,11. Expected return dihitung berdasarkan penjumlahan dari hasil perkalian untuk setiap nilai penerimaan yang tertinggi, terendah dan normal dengan peluangnya masing-masing dalam memperoleh penerimaan tertinggi, terendah dan normal tersebut. Dengan mengetahui harapan penerimaan yang diperoleh dari usaha cabai merah keriting berdasarkan perhitungan risiko, maka petani mempunyai acuan dalam merencanakan dan melanjutkan usahatani cabai merah keriting. Pada dasarnya ukuran yang tepat untuk melihat besar risiko pada usahatani cabai merah keriting adalah menggunakan koefisien variasi. Dari hasil pengukuran risiko di dapat hasil koefisien variasi sebesar 0,5 yang artinya untuk setiap satu satuan hasil yang diperoleh dari usahatani cabai merah keriting, maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,5. Dapat juga diartikan untuk setiap satu 50

8 kilogram cabai merah keriting yang dihasilkan, akan mengalami risiko sebesar 0,5 kg pada saat terjadi risiko produksi. Semua usaha khususnya dibidang pertanian selalu berusaha mencapai keuntungan yang diharapkan dalam hal ini berupa besar pendapatan yang diterima. Begitupula petani Pondok Menteng juga mengharapkan penerimaan yang besar dari hasil usahatani cabai merah keriting. Walaupun terkadang perhitungan keuntungannya tidak dihitung seakurat perhitungan keuntungan yang dilakukan perusahaan, karena terkadang petani tidak menghitung biaya tenaga kerja. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh pendapatan tertinggi, normal dan terendah petani Pondok Menteng yang ada pada lampiran 10. Perhitungan risiko produksi yang dilakukan mengidentifikasi bahwa petani Pondok Menteng menghadapi risiko dalam usahataninya. Dimana risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian yang akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh petani. Hal ini disebabkan oleh jumlah hasil produksi yang berkurang, atau gagal panen, sehingga sangat penting untuk melakukan penanganan sesuai risiko yang dihadapi Strategi Penanganan Risiko Setelah mengidentifikasi dan mengukur risiko yang dihadapi oleh petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng, maka sangat perlu memutuskan bagaimana penanganan risiko tersebut. Risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor manusia, teknologi dan alam jika ditangani dengan baik akan memperkecil kerugian yang di derita oleh pelaku usaha. Dengan kata lain setiap pelaku usaha yang menerapkan manajemen risiko yang baik akan lebih menguntungkan daripada pelaku usaha yang tidak memiliki manajemen risiko yang baik. Petani-petani Pondok menteng sadar betul bahwa dalam budidaya tanaman cabai merah keriting akan menghadapi berbagai macam risiko. Oleh karena itu petani harus mempunyai strategi dalam menghadapi risiko tersebut. Pada dasarnya petani Pondok Menteng belum menerapkan manajemen risiko dengan baik, sebab petani memiliki pengetahuan yang terbatas akan hal itu. Petani hanya mampu 51

9 mengantisipasi risiko kegagalan produksi dengan belajar berdasarkan pengalaman sebelumnya tanpa mampu memperhitungkan besarnya risiko yang dihadapi. Sebelum menentukan strategi penanganan risiko hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi risiko, melakukan pengukuran besar risiko baru kemudian menentukan solusi yang tepat. Pada kasus usahatani kelompoktani Pondok Menteng risiko yang dihadapi meliputi hama dan penyakit, keadaan cuaca dan iklim, kondisi tenaga kerja dan keadaan tanah. Kemudian dilakukan pengukuran risiko, dimana berdasarkan perhitungan koefisien variasi besar risiko yang dihadapi petani cabai merah keriting adalah sebesar 0,5. Penanganan risiko yang akan diterapkan pada usahatani cabai merah keriting pada kajian ini adalah penanganan risiko secara preventif dan secara mitigasi. Penanganan risiko secara preventif adalah penanganan dengan cara menghindari terjadinya risiko. Berikut strategi preventif yang dapat dilakukan kelompoktani Pondok Menteng. 1. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit, petani harus lebih konsentrasi pada pola penanaman tanaman cabai yang baik. Risiko hama dan penyakit yang terjadi pada kelompoktani Pondok Menteng itu disebabkan karena petani tidak mengikuti prosedur budidaya cabai yang telah ditetapkan gapoktan Rukun Tani dengan adanya SOP. Sebagian petani lebih mengandalkan pengalamannya dalam usahatani cabai, akibatnya hasil produksi menjadi bervariasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari atau mengurangi risiko hama dan penyakit dalam budidaya tanaman cabai merah keriting yaitu, memperhatikan kondisi tanah, melakukan penyemaian dengan baik, perawatan tanaman seperti pembersihan gulma, penggunaan bahan-bahan kimia dengan dosis yang ditentukan dan perlakuan yang rutin dalam pemeliharaan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bab teknis dan teknologi produksi. 2. Kondisi alam yang berubah-ubah memang menjadi risiko yang tidak dapat diprediksi tetapi dapat dikelola dengan melakukan penyesuaian pola tanam. Sebagai contoh pada saat musim hujan untuk mengurangi kelembapan yang tinggi dapat diatasi dengan membuat bedengan yang cukup tinggi dan lebih 52

10 lebar, sehingga jarak tanam bisa diperlebar untuk mengurangi kelembapan. Idealnya tinggi bedengan minimum 50 cm dan lebar cm. begitupula dengan musim kemarau petani dapat membuat bendungan air dalam memenuhi kebutuhan air tanaman cabai selama musim kemarau. 3. Tenaga kerja dalam hal ini adalah petani sendiri perlu mendapat pelatihan atau penyuluhan seputar pengetahuan tetang budidaya cabai merah keriting oleh penyuluh. Hal ini akan menjadikan petani lebih ahli dalam usahatani cabai, karena pengetahuan yang di dapat disesuaikan dengan pengalaman dilapangan. Strategi mitigasi adalah strategi untuk mengurangi besar kerugian yang akan dihadapi oleh petani. Strategi mitigasi terdiri dari dua jenis yaitu strategi diversifikasi dan tumpangsari. Salah satu penanganan risiko yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah diversifikasi antara tanaman cabai merah keriting dan tanaman sawi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan diversifikasi akan lebih mengurangi risiko yang dihadapi atau sebaliknya. Menurut Barron (1993), diversifikasi adalah menyebar investasi dimana dapat meminimalkan risiko kehilangan semua aset bila satu investasi memburuk. Diversifikasi merupakan suatu kebijakan untuk menyalurkan modal kearah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin tingkat pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Dalam melakukan perencanaan beberapa jenis investasi dalam suatu perusahaan penting untuk diperhitungkan hubungan dan pengaruh investasi tersebut terhadap tingkat risiko yang akan dihadapi manajemen. Pemilihan jenis investasi harus didasari pada pengurangan tingkat risiko yang terbaik dalam menghasilkan tingkat pendapatan yang diinginkan. Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha seperti halnya kegiatan usaha spesialisasi. Risiko yang terdapat dalam kegiatan diversifikasi dinamakan risiko portofolio. Dalam satu tahun petani Pondok Menteng dapat melakukan tiga kali musim tanam sawi per tahun, tetapi petani responden dalam penelitian ini tidak melakukan tiga kali musim tanam tapi ada yang satu dan dua kali musim tanam pertahun seperti dilampiran 11. Berikut ini adalah perhitungan risiko portofolio pada komoditas cabai merah keriting dan sawi. 53

11 Tabel 12. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Penerimaan pada Cabai Merah Keriting, Sawi dan Portofolio Cabai Merah Keriting dan Sawi. Ukuran Cabai Merah Keriting Sawi Portofolio Variance 4,52 2,23 2,26 Ekspected Return , , ,56 Standard Deviation , , Coefficient Variation 0, ,50 Berdasarkan Tabel 12 dilihat dari perbandingan risiko produksi berdasarkan penerimaan bahwa hasil perhitungan koefisien variasi paling kecil adalah pada usaha sawi yaitu 0,23 yang artinya sawi mengalami risiko yang paling kecil. Hal ini dikarenakan sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah diusahakan sehingga produktivitasnya cenderung sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya tanaman sawi adalah tanaman sampingan dengan luas tanam yang tidak menentu atau berubah-ubah setiap musim tanam. Bila dibandingkan ekspektasi penerimaan pada cabai merah keriting lebih besar dari ekspektasi penerimaan sawi, sedangkan risiko yang dihadapi cabai merah keriting juga lebih besar dari risiko yang dihadapi oleh sawi ini mendukung pernyataan tentang high risk high return dan low risk low return. Dari hasil perhitungan juga dapat dilihat bahwa koefisien variasi antara cabai merah keriting dengan kombinasi cabai merah keriting dan sawi adalah sama yaitu 0,5 sedangkan ekspektasi penerimaan cabai merah keriting lebih besar daripada ekspektasi penerimaan kombinasi cabai merah keriting dan sawi. Hasil penilaian ini menunjukkan apabila petani mengusahakan kombinasi cabai merah keriting dan sawi akan menghadapi nilai risiko yang sama jika hanya mengusahakan cabai merah keriting saja. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti fluktuasi harga, musim tanam, risiko hama dan penyakit dan luas tanam. Harga cabai merah keriting yang diterima oleh petani sangat berfluktuatif dimana harga tertinggi Rp dan terendah Rp 6700 dengan range Rp

12 sehingga menyebabkan penerimaan berfluktuatif. Cabai merah keriting juga sangat rentan dengan hama dan penyakit risiko ini dapat mempengaruhi produktivitas yang diperoleh petani. Musim tanam cabai merah keriting yang hanya sekali dalam satu tahun sedangkan sawi dua atau tiga kali musim tanam dalam satu tahun. 55

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Risiko Produksi dan Sumber Risiko Pada Petani Desa Perbawati Risiko produksi ditandai dengan adanya varian pada produktivitas sayuran tomat dan cabai merah dalam setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penggunaan Input Usahatani Cabai Merah Penggunaan input pada usahatani cabai merah cukup berbeda antar musim tanam. Adapun yang dimaksud dengan input usahatani dalam penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga Indonesia cocok untuk melestarikan dan memajukan pertanian terutama dalam penyediaan

Lebih terperinci

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama

Lebih terperinci

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA EKOSISTEM Ekosistem adalah suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara komponen-komponen abiotik dan biotik Abiotik Biotik Ekosistem

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cabai Merah Besar Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu namun pada batang muda berambut halus berwarna hijau. Tinggi tanaman mencapai 1 2,5 cm dan

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas hortikultura terutama jenis sayur-sayuran dan buah-buahan sangat diminati oleh konsumen. Sayuran diminati konsumen karena kandungan gizinya baik dan dapat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah NAMA : HERRY WICOYO NIM : 11.12.5939 KELAS : 11-SI-SI-08 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Created By  Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY Created By www.penyuluhthl.wordpress.com Pesan bibit cabe kopay. Hub. 081274664892 SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY I. PENGOLAHAN LAHAN Pengolahan lahan Pengolahan lahan yang sempurna merupakan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Gambaran Umum Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya sebagian besar penduduk Desa Citapen adalah bermata pencaharian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan aromanya yang

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak ditanam di Indonesia yang memiliki nilai dan permintaan cukup tinggi (Arif, 2006). Hal tersebut dibuktikan

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA disusun oleh: Lutfi Afifah A34070039 Vishora Satyani A34070024 Johan A34070034 Listika Minarti A34070071 Dosen Pengajar:

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

BALITSA & WUR the Netherlands,

BALITSA & WUR the Netherlands, BALITSA & WUR the Netherlands, 2014 1 PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA KENTANG SECARA PREVENTIF Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan penyakit berdasarkan

Lebih terperinci

PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT

PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT MAKALAH DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT Disusun oleh: WIDYA ALMAIDA (0910440215) JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci