VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko"

Transkripsi

1 VI. PEMBAHASAN Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil produksi yang dihasilkan. risiko produksi ini dapat berupa penurunan hasil dari yang diharapkan atau penyimpangan hasil dari yang diharapkan sehingga dapat menimbulkan produksi yang menurun bahkan kegagalan panen. Setiap usaha memiliki risiko produksi dalam kadar yang berbeda tergantung dari manajemen risiko yang diterapkan perusahaan Identifikasi Sumber-sumber Risiko Risiko produksi dapat diidentifikasi melalui adanya fluktuasi produksi dari target produksi yang sudah ditentukan perusahaan. Risiko ini berpengaruh terhadap penerimaan atau pendapatan perusahaan. Risiko produksi yang dihadapi CV MGA merupakan risiko produksi yang muncul pada pengusahaan tiga varietas benih melon, yaitu LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Ketiga varietas ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Varietas melon LADIKA mempunyai sifat warna batang hijau, kuat, ruas panjang. Daun agak menjari, tangkai agak menjari, bentuk buah lonjong, kulit berubah kuning menjelang masak, net tebal, rasa manis atau enak, derajat kemanisan BRIX, dengan kemampuan produksi 1,8-2,2 kg/buah. Daging buah berwarna merah (orange). Melon LADIKA dapat dipanen pada umur hari setelah pembungaan. Melon LADIKA mempunyai resisten terhadap penyakit layu Bacterium, busuk buah, busuk batang Phitoptori infestan dan tahan Downy mildew. Melon LADIKA cocok ditanam m dari permukaan laut. Varietas melon MAI 119 mempunyai sifat warna batang hijau, kuat, ruas panjang. Daun agak menjari dan tangkai agak menjari, bentuk buah bulat, kulit hijau, net tebal, rasa manis atau enak, derajat kemanisan 14 BRIX, dengan kemampuan produksi 2,5 kg/buah. Daging buah berwarna merah (orange). MAI 119 dapat dipanen pada umur hari setelah pembungaan. MAI 119 mempunyai resisten terhadap penyakit layu Bacterium, busuk buah, busuk batang Phitoptori infestan dan tahan Downy mildew. MAI 119 cocok ditanam m dari permukaan laut. 53

2 Varietas melon SUMO mempunyai sifat warna batang hijau, kuat, ruas panjang. Daun agak menjari, tangkai agak menjari, bentuk buah bulat, kulit hijau kekuningan, rasa manis atau enak, daging buah kuning, derajat kemanisan 14 BRIX, dengan kemampuan produksi 2,5 kg/buah. Melon SUMO dapat dipanen pada umur hari setelah pembungaan. Melon SUMO mempunyai resisten terhadap penyakit layu Bacterium, busuk buah, busuk batang Phitoptori infestan dan tahan Downy mildew. SUMO cocok ditanam m dari permukaan laut. Indikasi adanya risiko produksi dalam proses produksi pada tiga varietas benih melon ini ditunjukkan oleh adanya fluktuasi produksi. Fluktuasi menunjukkan adanya nilai produksi tertinggi, sedang atau normal, dan terendah. Penentuan risiko produksi pada penelitian ini didasarkan pada penilaian varians, standar deviasi, dan koefisien variasi yang diperoleh dari hasil peluang terjadinya suatu kejadian. Peluang terjadinya suatu kejadian dapat dilihat dari kondisi tinggi, normal, dan rendah dari persentase keberhasilan yang dihasilkan oleh masingmasing varietas. Tingkat keberhasilan produksi dinilai dari perolehan keberhasilan panen pada periode yang sudah terjadi selama lima tahun yaitu tahun 2007 sampai Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil usaha pembenihan melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO, fluktuasi produksi benih melon tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Produksi Rata-rata dan Penerimaan CV MGA Pada Benih Melon Tahun Varietas Produksi Rata-rata Benih Penerimaan Kondisi Peluang Melon (Kg) (bungkus) (Rp) Tertinggi 0, LADIKA Normal 0, Terendah 0, Tertinggi 0, MAI 119 Normal 0, Terendah 0, Tertinggi 0, SUMO Normal 0, Terendah 0,

3 Pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa pembahasan risiko dengan penerimaan dan adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang tersebut dapat diukur. Peluang CV MGA mencapai produksi benih melon varietas LADIKA tertinggi yaitu 0,3. Artinya, jika CV MGA melakukan pembenihan melon varietas LADIKA sebanyak sepuluh kali maka frekuensi CV MGA dapat mencapai produksi yang tinggi hanya tiga kali, sedangkan peluang mencapai kondisi normal yaitu 0,2 yang artinya, jika CV MGA melakukan pembenihan melon varietas LADIKA sebanyak sepuluh kali maka frekuensi CV MGA dapat mencapai produksi yang normal hanya dua kali. Sementara peluang kondisi rendah yaitu 0,5 yang artinya, jika CV MGA melakukan pembenihan melon varietas LADIKA sebanyak sepuluh kali maka frekuensi CV MGA mencapai produksi yang rendah hanya lima kali. Interpretasi yang sama juga berlaku pada persentase keberhasilan pada melon varietas MAI 119 dan SUMO. Setiap 1 kg benih melon dapat menghasilkan 50 bungkus benih melon yang siap untuk dipasarkan. Maka, berdasarkan Tabel 9, 40 kg benih melon varietas LADIKA dikalikan 50 bungkus benih melon sehingga mampu menghasilkan 2000 bungkus benih melon yang siap untuk dipasarkan. Perhitungan ini berlaku untuk varietas lainnya pada kondisi tertentu. Penerimaan CV MGA diperoleh dari jumlah kemasan (bungkus) benih yang dihasilkan dikalikan dengan harga tiap benih. Harga benih melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO masing-masing adalah Rp /bungkus, Rp /bungkus, Rp /bungkus. Dengan demikian, penerimaan pada setiap periode kejadian dapat diamati dengan mempertimbangkan periode waktu tertentu. Pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa varietas MAI 119 memiliki penerimaan tertinggi dibandingkan dengan kedua varietas yang lain, yaitu Rp Hal ini disebabkan CV MGA memang lebih memperioritaskan pada produksi benih melon varietas MAI 119 sehingga luas lahan yang dialokasikan untuk varietas MAI 119 lebih luas dibandingkan dengan varietas lain yang kemudian akan berdampak pada hasil produksi yang tinggi pula. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, terdapat banyak sumber risiko yang terjadi pada proses produksi pembenihan melon. Hampir pada setiap kegiatan mulai dari research hingga benih dipasarkan memiliki risiko 55

4 tersendiri. Dalam hal ini, terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko produksi pada usaha pembenihan melon diantaranya sebagai berikut: a. Kondisi Cuaca dan Iklim Kondisi cuaca dan iklim menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan risiko produksi pada usaha pembenihan benih melon. Perubahan kondisi cuaca yang drastis atau ekstrim dan sulit diprediksi akan mempengaruhi secara langsung terhadap keberhasilan pertumbuhan benih melon. Terjadinya hujan secara terus-menerus, perubahan suhu, dan sinar matahari yang berkepanjangan akan sangat berpengaruh terhadap kondisi benih yang akan dihasilkan sehingga akan dapat berdampak negatif terhadap produksi dan keberhasilan dalam proses pembenihan melon. Pada Tabel 10, dapat diketahui bahwa kondisi cuaca juga sangat mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan, hal ini terindikasi dari daya tumbuh benih yang dihasilkan pada tiap periode tanam benih. Selain itu, juga dapat diketahui bahwa CV MGA lebih sering melakukan kegiatan produksi benih melon pada saat musim hujan dalam kurun waktu lima tahun, yaitu dari tahun 2007 hingga Berdasarkan wawancara terhadap pihak produksi, melon sebaiknya diproduksi pada akhir musim hujan dan pada akhir musim kemarau. Namun, seringnya perkiraan kondisi cuaca yang tidak sesuai dengan kenyataan membuat produksi benih melon pun kerapkali mengalami fluktuasi. Produksi benih melon relatif lebih baik pada saat musim hujan dari pada musim kemarau karena pada saat musim kemarau melon mendapatkan penyinaran dari matahari yang lebih banyak. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya air pada melon sehingga terjadi layu pada tanaman melon yang selanjutnya akan berdampak pada daya tumbuh benih yang dihasilkan. Pengaruh kondisi cuaca terhadap daya tumbuh benih melon dapat dilihat pada Tabel

5 Tabel 10. Pengaruh Cuaca Terhadap Daya Tumbuh Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Varietas Melon Periode Tanam Cuaca DayaTumbuh (%) 2007 Awal hujan Panas Hujan Hujan 95 LADIKA 2009 Hujan Akhir hujan Akhir hujan Panas Panas Panas Panas Hujan Hujan Hujan 97 MAI Panas Hujan Hujan Awal hujan Hujan Panas Panas Panas Hujan Hujan 97 SUMO 2009 Akhir hujan Akhir hujan Hujan Hujan Hujan Hujan 98 Sumber: CV MGA Kondisi cuaca dan iklim juga menjadi penentu bagi perusahaan dalam melakukan produksi benih melon. Berdasarkan hasil wawancara dengan divisi produksi bahwa kondisi yang ideal adalah melakukan produksi benih satu kali dalam satu tahun. Namun CV MGA melakukan produksi benih melon dua hingga tiga kali dalam satu tahun. Keputusan jadwal produksi ini disesuaikan dengan 57

6 kondisi iklim dan cuaca yang terjadi. Siklus produksi benih melon dapat dilihat pada Gambar 7. Produksi Benih Melon Dua Kali dalam Setahun Produksi Tidak Produksi Produksi Bulan Produksi Benih Melon Tiga Kali dalam Setahun Produksi Produksi Produksi Bulan Gambar 7. Siklus Produksi Benih Melon di CV MGA Berdasarkan Gambar 7, dapat diketahui bahwa terdapat dua sistem siklus produksi, yaitu produksi benih melon yang dilakukan dua kali dalam satu tahun dan produksi benih melon yang dilakukan tiga kali dalam satu tahun. Produksi benih melon dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu terjadi pada bulan Maret (akhir musim hujan) hingga awal Juni (awal musim kemarau). Kemudian bulan Juni hingga bulan September awal terjadi musim kering yang biasanya sangat ekstrim sehingga perusahaan memutuskan untuk tidak berproduksi benih melon atau aktivitas produksi benih melon ditiadakan. Hal ini dilakukan atas pertimbangan risiko produksi yang lebih besar pada saat musim kemarau yang ekstrim karena dapat menyebabkan kekeringan pada tanaman melon. Lalu pada bulan September akhir (akhir musim kemarau), perusahaan mulai melakukan produksi benih melon kembali hingga bulan Desember ( awal musim hujan). Sementara pada produksi benih melon yang dilakukan tiga kali dalam satu tahun yaitu terjadi pada bulan Maret (akhir musim hujan) hingga awal Juni (awal musim kemarau), kemudian bulan Juni hingga bulan September, lalu bulan September akhir (akhir musim kemarau) hingga bulan Desember (awal musim 58

7 hujan). Pada siklus ini, perusahaan tetap melakukan produksi benih melon pada bulan Juni hingga bulan September meskipun perusahaan mengetahui bahwa pada musim tersebut terjadi musim kemarau yang sangat ekstrim sehingga hasil produksi mengalami penurunan. Oleh karena itu, sejak tahun 2007 perusahaan lebih memilih untuk melakukan produksi benih melon dua kali dalam satu tahun dari pada tiga kali dalam satu tahun mengingat risiko produksi yang lebih tinggi pada saat melakukan produksi tiga kali dalam satu tahun. Dalam menghadapi risiko iklim dan cuaca yang sering sekali sulit untuk diprediksi, CV MGA menggunakan green house dalam proses persemaian benih sebelum buah melon yang siap ditanam di lahan. Hal ini bertujuan untuk melindungi benih dan bibit melon dari perubahan curah hujan yang sulit diprediksi, angin yang kencang, serta perubahan suhu dan kelembaban agar produksi benih tidak menurun atau normal. Pada saat musim kemarau, suhu udara menjadi tinggi karena terpaan sinar matahari secara terus-menerus. Hal ini akan berpengaruh pada suhu di dalam green house. Kemampuan benih dan bibit melon dalam menyesuaikan suhu dalam green house sangat terbatas karena benih melon sangat rentan terhadap sinar matahari yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan benih dan bibit melon menjadi layu dan kering. Oleh karena itu, tindakan pencegahan akan risiko tanaman menjadi layu, CV MGA melakukan penyiraman setiap hari secara rutin pada pagi hari. Penyiraman tidak dilakukan lagi pada sore hari karena dapat menyebabkan batang bibit melon menjadi tumbuh dengan tinggi dan tidak kokoh. Selain itu, dalam mengantisipasi risiko tanaman terhadap kekeringan, CV MGA memberi naungan berupa paranet di dalam green house. Paranet merupakan jaring berwarna hitam yang menyerap radiasi matahari sehingga berfungsi untuk menghindari atau menjaga bibit melon dari radiasi matahari yang berlebihan. Pada saat musim hujan, suhu lingkungan di dalam green house menjadi menurun dan relatif lebih lembab. Oleh karena itu, untuk menjaga agar pertumbuhan benih dan bibit tetap baik maka dilakukan pengurangan penyiraman. Intensitas penyiraman tetap dilakukan satu kali dalam sehari baik di musim hujan maupun panas, hanya saja pada musim hujan, jumlah atau kapasitas air yang diberikan berkurang. Hal ini dilakukan agar kelembaban tanaman tidak terlalu 59

8 tinggi karena kelembaban yang tinggi akan memicu timbulnya penyakit pada tanaman. Sementara pada lahan penanaman buah melon dilakukan di luar green house. Dalam menghadapi risiko iklim dan cuaca pada lahan melon, dilakukan pembuatan mulsa di tiap-tiap bedeng melon. Pemberian mulsa ini berfungsi untuk menjaga kestabilan kondisi tanaman baik dalam keadaan curah hujan yang berlebih atau pun panas yang berlebih. Pada saat terjadi musim hujan secara terusmenerus, mulsa berfungsi untuk mengurangi kelembapan tanah karena curah hujan tidak langsung jatuh pada tanah atau lahan melon. Sementara pada musim kemarau yang berlebihan, mulsa berufungsi untuk menjaga kelembaban tanah agar tanah tidak terlalu kering. b. Hama dan Penyakit Hama dan penyakit merupakan salah satu sumber risiko yang dapat merusak tanaman dan menyebabkan produksi benih melon menjadi tidak optimal. Hama dan penyakit yang menyerang buah ataupun benih melon pada umumnya berkaitan dengan kondisi cuaca. Pada saat curah hujan tinggi atau musim hujan, penyakit lebih sering menyerang tanaman. Hal ini disebabkan serangan jamur yang tumbuh dengan baik pada saat musim hujan. Serangan jamur dan bakteri ini menyebabkan tanaman mengalami kerusakan dan umumnya tanaman yang sudah terserang jamur akan lebih rentan untuk diserang bakteri, selanjutnya apabila terlambat ditangani maka serangan bakteri ini dapat menyebabkan pembusukan yang ada sehingga pada akhirnya tanaman menjadi mati. Sementara serangan hama pada umumnya lebih sering menyerang tanaman pada musim kemarau dengan curah hujan rendah, terpaan sinar matahari panjang dan suhu udara yang relatif tinggi. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan dengan pihak perusahaan, khususnya bagian produksi, maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon di perusahaan CV MGA. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon cukup banyak. Adapun jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon antara lain ; ulat daun, ulat grayak, oteng-oteng, thrips, aphids, dan kutu daun. Sementara penyakit yang sering terjadi pada tanaman melon adalah karat daun, busuk batang, virus kuning, dan cacar buah. Hama dan 60

9 penyakit menyerang bagian-bagian yang berbeda pada tanaman melon sehingga menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dan penanganan yang berbeda pula. secara lebih lengkap, hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Melon Hama dan Bagian yang Gejala Penyakit Diserang Penanganan Ulat Daun Daun dan bunga menjadi rusak Pucuk dan batang Penyemprotan insektisida Ulat Grayak Menyebabkan defoliasi daun Pangkal batang Penaburan furadan Kumbang Daun Keratan pada daun Daun Penyemprotan insektisida Thrips Daun muda menjadi keriting Batang dan daun Penyemprotan insektisida Aphids Daun menggulung Batang dan daun Penyemprotan insektisida Kutu Daun Pucuk daun keriting Daun Penyemprotan insektisida Karat Daun Bintik-bintik coklat pada daun Daun Penyemprotan fungisida Busuk Batang Busuk pada pangkal batang Daun Penyemprotan fungisida Virus Kuning Pucuk daun menguning Pucuk daun Pencabutan tanaman Buah dan batang mengeluarkan Cacar Buah lender Sumber : CV MGA Buah dan batang Pemberian cairan oksonia Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa secara umum penanganan hama dan penyakit yang terjadi pada tanaman melon dilakukan dengan pemberian pestisida berupa insektisida dan fungisida secara rutin dan selalu memantau tanaman setiap hari sehingga jika terdapat hama dan penyakit pada tanaman dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin. CV MGA lebih sering melakukan produksi benih melon pada saat musim hujan sehingga CV MGA lebih sering mengalami penurunan produksi atau kegagalan panen yang disebabkan oleh penyakit yang menyerang tanaman karena penyakit lebih sering menyerang tanaman pada saat musim hujan. Penyakit yang memiliki dampak yang cukup besar yang menyerang tanaman melon adalah cacar buah dan virus kuning. Penyakit cacar buah terjadi pada saat musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri sehingga buah dan batang mengeluarkan lendir sedikit demi sedikit yang kemudian akan menjadi banyak hingga akhirnya 61

10 buah tidak berkembang dan menjadi busuk dari dalam meskipun penampilan luar buah tampak bagus. Sementara, penyakit virus kuning ini disebarkan melalui vektor hama, yaitu hama thrips. Penyakit ini menyebabkan pucuk daun menguning, titik tumbuh menjadi mati sehingga tanaman menjadi tidak berkembang. Apabila tanaman melon terkena penyakit ini maka risiko kegagalan dapat mencapai 100%. Dengan demikian, solusi dan penanganan yang dilakukan CV MGA dalam menghadapi risiko hama dan penyakit adalah dengan meningkatkan dosis penggunaan fungisida, bakterisida, dan insektisida serta meningkatkan intensitas penyemprotan pestisida. c. Kegiatan Produksi Benih Berdasarkan hasil wawancara dengan staf dan tenaga kerja dibagian produksi benih melon bahwa hampir dari setiap kegiatan produksi benih melon terdapat sumber risiko yang dapat memicu penurunan produksi atau gagal panen. Proses produksi benih dapat dilihat pada Gambar 8. Persemaian Penyilangan Pemeliharaan Penyeleksian Buah Pemanenan Buah Processing Benih Penyeleksian Benih Penyimpanan Benih Gambar 8. Bagan Proses Produksi Benih Melon di CV MGA Kegiatan produksi yang dapat menjadi sumber risiko produksi adalah persemaian, penyilangan, pemeliharaan, dan pemanenan. Risiko yang terjadi pada tahap persemaian adalah ketika terjadi pencampuran galur betina dan jantan sehingga dapat mengakibatkan kekeliruan pada proses berikutnya yaitu penyilangan galur jantan dan betina. 62

11 Pada tahap penyilangan, risiko yang biasa terjadi adalah pernyerbukan sendiri (serumah) dan penyerbukan campuran (umum). Penyerbukan sendiri (serumah) terjadi ketika kurang bersihnya proses kastrasi yang dilakukan, sementara penyerbukan campuran dapat disebabkan oleh faktor alam seperti angin. Kedua risiko ini juga tidak terlepas dari keterampilan tenaga kerja (SDM). Keterampilan yang rendah dari tenaga kerja dalam melakukan kastrasi dan penyilangan dapat menjadi sumber risiko kegagalan dalam menghasilkan benih melon yang diinginkan. Hal ini tentu akan berdampak negatif terhadap benih yang dihasilkan. Benih yang dihasilkan akan memiliki bentuk yang kecil dan tidak seragam yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan. Pada tahap pemeliharaan, risiko produksi yang terjadi adalah serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Sementra pada tahap pemanenan, risiko yang terjadi adalah pada saat pemanenan atau pemetikan melon sebelum waktunya. Hal ini berkaitan dengan ketelitian tenaga kerja yang melakukan pemanenan. Jika terjadi kesalahan dalam memetik atau memanen buah yang belum waktunya maka benih melon yang akan dihasilkan belum masak sempurna sehingga daya tumbuh benihnya juga menjadi rendah. d. Keterampilan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan karena Sumber Daya Manusia (SDM) dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas dari kegiatan produksi. Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga kerja yang terampil, berpendidikan, dan berpengalaman sangat penting bagi perusahaan guna mendukung efisiensi dan efektifitas dari kegiatan produksi benih melon. Bagi CV MGA, tenaga kerja, khususnya dibagian produksi, lebih diutamakan adalah pengalaman dan keterampilan dari pada tingkat pendidikan. Tenaga kerja yang kurang terampil dapat menjadi sumber risiko produksi bagi perusahaan sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap hasil produksi dan pendapatan dari benih melon. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, tenaga kerja dibagian produksi pernah melakukan kesalahan dalam kegiatan produksi benih melon. Kesalahan tersebut terjadi pada saat tenaga kerja melakukan proses pengolahan lahan, ketidaktepatan jadwal antara pengolahan lahan dan persedian benih, proses 63

12 persilangan, dan human error (kecerobohan) tenaga kerja. Kesalahan pada saat pengolahan lahan terjadi karena pada saat pengolahan lahan dibutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga perusahaan tidak melakukan proses penyeleksian tenaga kerja untuk bekerja di lahan. Keterampilan dari tenaga kerja juga kurang diperhatikan selama proses pengolahan lahan karena banyaknya tenaga kerja, sementara mandor atau yang mengawasi hanya berjumlah satu hingga dua orang saja sehingga sulit untuk mengontrol tenaga kerja secara keseluruhan. Sumber risiko dari tenaga kerja juga terjadi pada saat mengatur penjadwalan tanam, yaitu pada saat pengolahan lahan sudah selesai, namun bibit melon belum siap untuk ditanam. Hal ini menyebabkan masa tunggu yang terjadi pada lahan sehingga lahan lebih dulu diserang gulma. Kemudian, risiko tenaga kerja yang paling fatal adalah tenaga kerja pernah melakukan kesalahan pada proses penyilangan karena terjadinya persilangan kohemis (serumah). Hal ini akan berdampak sangat buruk terhadap kondisi atau kualitas benih yang dihasilkan. sementara human error (kecerobohan) tenaga kerja yang pernah terjadi, khususnya pada bagian produksi yaitu pada saat perpindahan tenaga kerja dari lokasi yang belum terkena penyakit cacar buah menuju lokasi atau lahan melon yang belum terkena penyakit cacar buah. Tenaga kerja kurang memperhatikan kebersihan pada saat memasuki areal yang belum terkena penyakit cacar buah sehingga pada kondisi ini, tenaga kerja bisa berperan sebagai perantara yang menyebarkan penyakit cacar buah ke areal yang belum terkena penyakit cacar buah Analisis Risiko Produksi Setelah mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang terdapat pada perusahaan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis risiko melalui pengukuran atau penilaian risiko. kegiatan penilaian risiko ini dimulai dengan perhitungan peluang, nilai expected return, hingga nilai besaran risiko dari perhitungan varian, standar deviasi, dan koefisien variasi. Nilai hasil perhitungan peluang dan penerimaan yang dilakukan sebelumnya dijadikan sebagai bahan perhitungan lanjutan, yaitu untuk mengukur expected return. Nilai expected return merupakan nilai harapan produksi berdasarkan masing-masing kejadian. 64

13 Setelah dilakukan pengukuran peluang dari kejadian yang terjadi maka dilakukan penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dengan menggunakan expected return. Expected return yang dihitung berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan terjadinya peluang masing-masing kejadian pada benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Expected return merupakan total nilai penerimaan dikalikan dengan peluang kondisi yang ada. Penilaian expected return benih melon verietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penilaian Expected Return Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Pada Perusahaan CV MGA Varietas Benih Melon Expected Return (Rp) LADIKA MAI SUMO Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa expected return MAI 119 merupakan yang paling tinggi dibandingkan kedua varietas yang lain. Hal ini disebabkan CV MGA lebih berkonsentrasi pada benih melon varietas MAI 119 dibandingkan yang lainnya. Perusahaan lebih berkonsentrasi memproduksi benih varietas MAI 119 karena permintaan benih melon varietas ini cenderung lebih tinggi dan relatif lebih stabil dibandingkan LADIKA dan SUMO. Secara umum, ketiga varietas ini memiliki kualitas yang sama, hanya saja memiliki kriteria yang berbeda-beda. Hal inilah yang menyebabkan permintaan benih melon MAI 119 lebih besar dibandingkan yang lain karena preferensi konsumen yang ternyata lebih menyukai kriteria atau sifat yang dimiliki varietas MAI 119. Kriteria yang sering kali menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih varietas ini adalah karena MAI 119 relatif lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan varietas LADIKA dan SUMO. Oleh karena itu, sebagian besar lahan difokuskan pada varietas MAI 119 sehingga luas lahan yang paling luas adalah lahan untuk varietas MAI 119 dibandingkan lahan varietas LADIKA dan SUMO. Dengan demikian produksi varietas MAI 119 juga lebih tinggi. Produksi yang lebih tinggi ini akan berpengaruh pada penerimaan yang diharapkan (expected return) oleh perusahaan yang kemudian juga akan ikut meningkat. 65

14 Sementara itu, expected return yang paling rendah terjadi pada benih melon varietas SUMO. Hal ini dikarenakan varietas SUMO yang kurang diminati oleh konsumen karena kriteria yang dimiliki varietas SUMO. Kriteria dari varietas SUMO yang kurang menarik bagi konsumen adalah warna daging buah kuning. Oleh karena itu, lahan yang digunakan untuk varietas SUMO memiliki luas yang paling rendah dibandingkan kedua varietas lainnya. Selain itu, harga benih melon varietas SUMO juga relatif lebih murah dibandingkan kedua varietas lainnya sehingga akan berpengaruh pada penerimaan yang diharapkan (expected return) oleh perusahaan. Penilaian expected return yang diperoleh selanjutnya akan digunakan sebagai bahan perhitungan selanjutnya. Proses tahapan selanjutnya adalah mengukur nilai dan besaran penyimpangan atau gap antara expected return dengan realisasi nilai produksi yang diperoleh perusahaan CV MGA. Pengukuran risiko akan dilakukan dengan dua cara yaitu, pengukuran risiko tunggal dan pengukuran risiko portofolio. Perhitungan ini ditujukan untuk membandingkan nilai risiko apabila hanya melakukan satu varietas benih melon dengan mengusahakan lebih dari satu varietas benih melon Analisis Risiko Tunggal Penilaian risiko pada komoditas tunggal dilihat berdasarkan tingkat penerimaan yang diperoleh dari benih melon varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Penilaian risiko dapat dihitung dengan menggunakan expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Penilaian Risiko Tunggal varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Expected Standard Coefficient Varietas Variance Return(Rp) Deviation Variation LADIKA ,462 MAI ,766 SUMO ,346 Pada Tabel 13, dapat terlihat bahwa nilai variance berbanding lurus dengan standard deviation, yaitu jika nilai variance yang diperoleh tinggi maka 66

15 nilai standard deviation yang diperoleh juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya. Dari ketiga varietas benih melon yaitu LADIKA, MAI 119 dan SUMO, dapat diketahui bahwa varietas MAI 119 memiliki nilai variance dan standard deviation paling tinggi yaitu sebesar dan Sedangkan varietas SUMO memiliki nilai variance dan standard deviation paling rendah yaitu sebesar dan Penilaian risiko yang paling tepat adalah dengan menggunakan koefisien variasi yang dapat diukur dari rasio standar deviasi dengan expected return. Koefisien variasi merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha setiap return yang diperoleh. Semakin tinggi nilai koefisien variasi maka semakin tinggi pula tingkat risiko yang dihadapi. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa nilai koefisien variasi untuk varietas MAI 119 lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya, yaitu sebesar 0,766. Yang berarti bahwa setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh benih melon varietas MAI 119 menghadapi risiko senilai 0,766. Hal ini disebabkan fluktuasi produksi varietas MAI 119 yang relatif tidak stabil selama sepuluh periode sehingga grafik pada Gambar 1 dapat menjelaskan bahwa jika persentase keberhasilan produksi mengalami fluktuasi yang signifikan terutama pada peningkatan yang sangat signifikan pada periode dua sebesar 10,2 kg menjadi 91,5 kg pada periode empat, lalu menurun lagi menjadi 9,1 kg pada periode lima. Fluktuasi produksi yang terjadi sangat signifikan, maka nilai koefisien variasi untuk varietas MAI 119 mengindikasikan bahwa risiko yang dihadapi perusahaan saat memproduksi varietas tersebut adalah tinggi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, dalam proses produksi selama sepuluh periode, varietas MAI 119 memiliki daya tumbuh rata-rata yang lebih rendah dibandingkan varietas lainnya yaitu 92,3 persen. Daya tumbuh yang menurun atau rendah dapat disebabkan teknik pengeringan yang kurang baik sehingga kadar air dalam benih masih tinggi. Proses pengeringan ini juga sangat tergantung pada kondisi cuaca yang selalu berbeda-beda setiap hari sehingga sangat mempengaruhi daya tumbuh benih yang kemudian akan berdampak pada kualitas benih melon. Jadi, risiko produksi yang tinggi pada varietas MAI

16 juga dapat berasal dari daya tumbuh rata-rata yang paling rendah selama sepuluh periode. Berdasarkan perhitungan juga dapat dilihat bahwa varietas MAI 119 juga memiliki return yang lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa varietas ini memiliki return dan risiko tertinggi. Pernyataan ini sesuai dengan konsep high risk high return. Semakin tinggi risiko yang akan dihadapi maka return yang diperoleh maka akan semakin tinggi pula. Berdasarkan hasil penilaian risiko pada kegiatan spesialisasi, diperoleh bahwa nilai koefisien variasi yang paling rendah terjadi pada benih melon varietas SUMO yaitu 0,342, yang artinya adalah bahwa setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh benih melon varietas SUMO menghadapi risiko senilai 0,342. Hal ini menunjukkan bahwa varietas SUMO memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan varietas lainnya karena semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah pula tingkat risiko yang dihadapi. Tingkat risiko yang rendah pada varietas SUMO disebabkan varietas SUMO memiliki net atau jaring yang relatif lebih sedikit pada kulit buahnya dibandingkan varietas lainnya sehingga pada proses produksi varietas melon relatif mudah dibandingkan dengan kedua varietas lainnya sehingga risiko kegagalan dalam penyilangan lebih kecil. Dalam proses produksi selama sepuluh periode, varietas SUMO memiliki daya tumbuh rata-rata yang paling tinggi dibandingkan varietas lainnya yaitu 97,7 persen. Daya tumbuh benih yang tinggi akan menghasilkan kualitas benih yang semakin baik pula. Jadi, hasil daya tumbuh benih yang tertinggi ini dapat menjadi indikator bahwa risiko produksi yang terjadi pada varietas SUMO lebih rendah dibandingkan varietas lainnya. Sementara, nilai koefisien variasi benih melon varietas LADIKA adalah 0,462 yang berarti setiap satu rupiah yang dihasilkan oleh benih melon varietas LADIKA menghadapi risiko senilai 0,462. Nilai koefisien variasi varietas LADIKA berada diantara varietas MAI 119 dan SUMO. Jadi, untuk menekan risiko yang terjadi, maka CV MGA melakukan diversifikasi ketiga varietas, yaitu LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Apabila perusahan menghadapi risiko pada 68

17 salah satu varietas benih melon akan ditutupi oleh varietas lainnya sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian yang terlalu tinggi Analisis Risiko Portofolio Salah satu bentuk strategi penanganan risiko yang sering dilakukan perusahaan adalah diversifikasi usaha. Diversifikasi merupakan strategi investasi dengan menempatkan dana dalam berbagai kegiatan usaha dengan tujuan untuk meminimalkan risiko. CV MGA dalam menjalankan usahanya juga turut menggunakan teknik strategi diversifikasi ini yaitu dengan mengusahakan berbagai varietas benih melon. Perhitungan risiko tunggal dari masing-masing varietas benih melon yang dilakukan sebelumnya merupakan gambaran besaran risiko produksi yang dihadapi oleh CV MGA. Gambaran ini merupakan nilai risiko yang dihadapi apabila CV MGA hanya mengusahakan satu varietas benih melon saja. Faktanya CV MGA mengusahakan tiga varietas benih melon, yaitu varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Berdasarkan hasil wawancara, bahwa upaya diversifikasi yang dilakukan oleh CV MGA karena permintaan pasar, artinya CV MGA melakukan upaya untuk merespon pasar atas varietas benih yang dihasilkan. jadi, upaya diversifikasi yang dilakukan CV MGA adalah untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah sesuai tren. Penilaian risiko pada kegiatan diversifikasi dilihat berdasarkan penerimaan yang diperoleh dari gabungan varietas benih melon yang diteliti. Perhitungan risiko pada kegiatan diversifikasi yang dilakukan meliputi gabungan dari dua komoditas dan tiga komoditas. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portfolio. Bobot portofolio diperoleh berdasarkan luas lahan yang digunakan pada masing-masing varietas. Pada benih melon varietas LADIKA diperlukan luas lahan sebesar m 2. Pada benih melon varietas MAI 119 diperlukan luas lahan sebesar m 2. Pada benih melon varietas SUMO diperlukan luas lahan sebesar m 2. Dengan diketahuinya luas lahan yang digunakan pada masing-masing varietas makan akan diperoleh nilai bobot portofolio pada masing-masing varietas benih melon. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. 69

18 Setelah diketahui bobot portofolio pada setiap gabungan komoditas, maka dilakukan perhitungan risiko portofolio yang mencakup dua varietas dan tiga varietas. Risiko portofolio dari kombinasi dua aset yang dihitung adalah sebanyak tiga portofolio, antara lain gabungan LADIKA dan MAI 119, LADIKA dan SUMO, serta MAI 119 dan SUMO. Risiko portofolio dari kombinasi tiga varietas yang dihitung adalah gabungan LADIKA, MAI 119, dan SUMO. Total perhitungan risiko portofolio yang dianalisis adalah sebanyak empat portofolio. Perhitungan risiko portofolio LADIKA, MAI 119, dan SUMO pada CV MGA dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penilaian Risiko Portofolio pada Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Expected Standard Coefficient Varietas Variance Return(Rp) Deviation Variation LAD+MAI ,71E ,9 0,691 LAD+SUM , ,52 0,424 MAI+SUMO ,4 0,711 LAD+MAI+SUM ,652 Keterangan: LAD = LADIKA MAI = MAI 119 SUM = SUMO Hasil perhitungan risiko portofolio pada kegiatan diversifikasi yang ditampilkan pada Tabel 14 merupakan gambaran risiko yang dihadapi CV MGA sehingga dapat dibandingkan risiko portofolio jika mengusahakan dua varietas sekaligus dan tiga varietas sekaligus. Penjelasan mengenai hasil perhitungan risiko portofolio benih melon pada Tabel 14 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. LADIKA dengan MAI 119 Pada Tabel 14, dapat dilihat perbandingan risiko yang dihadapi perusahaan jika mengusahakan varietas LADIKA dengan MAI 119 beserta portofolionya. Kombinasi antara varietas LADIKA dengan MAI 119 ini memiliki expected return yang tertinggi pada kegiatan diversifikasi. Nilai expected return pada 70

19 diversifikasi kedua varietas ini berada diantara nilai expected return pada varietas LADIKA dan expected return varietas MAI 119. Tujuan penggunaan strategi diversifikasi pada kondisi yang berisiko adalah untuk meminimalisasi besarnya risiko. Hal ini akan efektif apabila hasil penilaian risiko menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai risiko pada saat mengusahakan satu varietas. Hasil perhitungan risiko dari kombinasi antara varietas LADIKA dan MAI 119 ini menghasilkan nilai coefficient variation sebesar 0,691. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi MAI 119 saja yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,766. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat menurunkan risiko sebesar 0,075. Namun jika perbandingannya dilakukan kepada varietas LADIKA, maka manfaat untuk mengurangi risiko tidak akan berpengaruh karena nilai risiko tunggal lebih rendah dari pada nilai risiko diversifikasi. Kombinasi risiko diversifikasi antara LADIKA dan MAI 119 ini lebih efektif pada kondisi dimana CV MGA hanya mengusahakan varietas MAI 119 saja. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada LADIKA dan MAI 119 dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Risiko diversifikasi dua varietas, yaitu LADIKA dan MAI 119 merupakan risiko kedua paling tinggi diantara perhitungan risiko diversifikasi dua varietas benih melon lainnya, ini disebabkan oleh kombinasi dua varietas yang salah satunya memiliki nilai koefisien variasi yang paling tinggi yaitu MAI 119 sehingga menghasilkan nilai koefisen variasi yang tinggi juga. Hal ini tidak terlepas dari tingginya fluktuasi produksi yang terjadi pada kedua varietas tersebut. selain itu, varietas MAI 119 juga memiliki daya tumbuh yang relatif lebih kecil dibandingkan varietas lainnya sehingga mempengaruhi keberhasilan produksi benih melon. 2. LADIKA dengan SUMO Strategi diversifikasi yang kedua merupakan kombinasi varietas LADIKA dan SUMO. Hasil perhitungan risiko pada gabungan kedua varietas benih melon ini menunjukkan angka yang paling rendah dari keseluruhan perhitungan risiko diversifikasi, yaitu 0,424. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi varietas LADIKA yang memiliki nilai coefficient 71

20 variation sebesar 0,462. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat menurunkan risiko sebesar 0,038. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada LADIKA dan SUMO dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Kombinasi LADIKA dan SUMO juga memperoleh expected return yang rendah dibandingkan kombinasi lainnya. Dengan demikian, hal ini sesuai dengan konsep low risk low return. Dimana kombinasi ini memiliki risiko yang rendah dan memiliki expected return yang rendah dibandingkan kombinasi varietas lainnnya. Kombinasi kedua varietas ini menghasilkan nilai coefficient variation terendah karena varietas SUMO memiliki nilai risiko spesialisasi terendah sehingga dapat menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini disebabkan hasil produksi dari varietas SUMO memiliki tingkat fluktuatif yang relatif rendah dibandingkan yang lain. Selain itu, dalam proses produksi terutama teknik penyilangan, varietas SUMO memiliki tingkat risiko kegagalan yang lebih rendah sehingga dapat mengurangi risiko produksi diversifikasi antara varietas LADIKA dan SUMO. 3. MAI 119 dengan SUMO Diversifikasi benih melon varietas MAI 119 dengan SUMO merupakan kombinasi varietas benih melon dengan nilai expected return tertinggi dan terendah. Kombinasi diversifikasi kedua varietas ini juga memiliki nilai expected return tertinggi kedua setelah kombinasi varietas LADIKA dan MAI 119. Tingginya nilai expected return memiliki hubungan yang positif dengan besarnya risiko yang dihadapi. Nilai risiko yang diperoleh melalui perhitungan koefisien variasi sebesar 0,711. Nilai ini memiliki pengertian bahwa CV MGA menghadapi risiko produksi kombinasi varietas MAI 119 dengan SUMO senilai 0,711 untuk setiap return yang diharapkan. Risiko diversifikasi antara varietas MAI 119 dan SUMO merupakan risiko yang paling tinggi diantara perhitungan risiko diversifikasi dua varietas lainnya, yaitu sebesar 0,711. Namun, nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan mengusahakan spesialisasi varietas MAI 119 yang memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,766. Kegiatan diversifikasi dua komoditas ini ternyata dapat 72

21 menurunkan risiko sebesar 0,055. Hal ini berarti kegiatan diversifikasi pada MAI 119 dan SUMO dapat meminimalkan risiko yang dihadapi perusahaan. Berdasarkan informasi di lapangan, benih melon varietas MAI 119 merupakan varietas yang relatif lebih tahan terhadap penyakit yang menyerang tanaman. Namun, varietas MAI 119 memiliki daya tumbuh rata-rata yang paling rendah dibandingkan varietas lainnya yaitu 92,3 persen. Daya tumbuh yang menurun atau rendah dapat disebabkan teknik pengeringan yang kurang baik sehingga kadar air dalam benih masih tinggi. Proses pengeringan ini juga sangat tergantung pada kondisi cuaca yang selalu berbeda-beda setiap hari sehingga sangat mempengaruhi daya tumbuh benih yang kemudian akan berdampak pada kualitas benih melon. Jadi, risiko produksi yang tinggi pada varietas MAI 119 juga dapat berasal dari daya tumbuh rata-rata yang paling rendah selama sepuluh periode. 4. LADIKA, MAI 119 dan SUMO Kombinasi antara varietas LADIKA, MAI 119 dan SUMO merupakan kombinasi portofolio dengan tiga varietas benih melon. Kombinasi ketiga varietas benih melon ini merupakan kombinasi yang menunjukkan nilai risiko secara keseluruhan. Perolehan nilai risiko diversifikasi melalui perhitungan koefisien variasi sebesar 0,652. Besarnya nilai risiko yang dihadapi pada saat melakukan kombinasi ketiga varietas benih melon menunjukkan nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kombinasi diversifikasi varietas LADIKA dengan MAI 119 dan MAI 119 dengan SUMO. Namun nilai risiko kombinasi dari tiga varietas ini memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kombinasi varietas LADIKA dengan SUMO, spesialisasi LADIKA, dan spesialisasi SUMO. Kombinasi ketiga varietas ini efektif dilakukan, karena dengan adanya usaha diversifikasi ketiga varietas ini mampu mengurangi tingginya nilai risiko tunggal pada varietas MEI 119. Padahal apabila dibandingkan dengan risiko tunggal varietas LADIKA dan varietas SUMO, maka nilai risiko yang dihadapi CV MGA pada saat mengusahakan ketiga kombinasi varietas tersebut lebih tinggi. Artinya kombinasi ketiga varietas ini tidak efektif pada usaha tunggal varietas LADIKA maupun varietas SUMO. 73

22 Hasil penilaian seluruh risiko diversifikasi yang diterapkan oleh CV MGA hanya efektif ketika perusahaan ingin memproduksi varietas MAI 119, sedangkan untuk pengusahaan varietas LADIKA dan SUMO, strategi diversifikasi ini belum mampu mengurangi nilai risiko yang dihadapi. Dengan demikian, nilai risiko cenderung lebih tinggi pada usaha diversifikasi yang mengandung varietas MAI 119 dibandingkan dengan varietas yang tidak mengandung varietas MAI 119. Hal ini disebabkan varietas MAI 119 memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan kedua varietas lainnya sehingga jika dilakukan kombinasi akan menghasilkan nilai koefisien variasi yang tinggi juga dan berimplikasi terhadap risiko yang diperoleh akan tinggi juga. Begitu juga dengan perolehan expected return yang terjadi pada varietas MAI 119 merupakan nilai yang tertinggi. Hal ini berpengaruh pada proporsi luas lahan varietas MAI 119 yang paling luas diantara varietas lainnya. Perbedaan luas tanam ini berpengaruh pada perhitungan risiko portofolio terutama fraksi portofolio varietas MAI 119 yang paling tinggi dibandingkan varietas lainnya. Hal inilah yang menyebabkan nilai risiko portofolio usaha diversifikasi yang mengandung varietas MAI 119 relatif akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengandung varietas MAI 119. Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada ketiga varietas benih melon yang dilakukan CV MGA dapat disimpulkan bahwa diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada. Akan tetapi, dengan melakukan diversifikasi tidak serta merta berarti menghilangkan risiko atau membuat risiko menjadi nol. Artinya meskipun perusahaan telah melakukan diversifikasi, perusahaan tetap menghadapi risiko. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi yang diperoleh yakni nilai variance, standard deviation, coefficient variation tidak sama dengan nol. Dengan adanya diversifikasi maka kegagalan pada salah satu usaha diharapkan bisa dikompensasi dari usaha lainnya. Oleh karena itu, diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko. Sementara, berdasarkan hasil simulasi apabila terjadi perubahan pada proporsi lahan yang mana proporsi untuk benih varietas MAI 119 ditingkatkan 25% menjadi 5000 m 2, untuk varietas luas LADIKA menjadi 1500 m 2, dan 74

23 SUMO menjadi 1000 m 2 maka akan terjadi perubahan risiko yang terjadi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Simulasi Penilaian Risiko Portofolio pada Benih Melon Varietas LADIKA, MAI 119, dan SUMO Expected Standard Coefficient Varietas Variance Return(Rp) Deviation Variation LAD+MAI ,98E ,4 0,716 LAD+SUM , ,6 0,428 MAI+SUMO ,5 0,731 LAD+MAI+SUM ,693 Berdasarkan simulasi pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa perubahan proporsi lahan dapat mengubah risiko produksi. Perhitungan risiko menunjukkan bahwa secara keseluruhan risiko yang terjadi semakin meningkat karena perubahan proporsi lahan yang dilakukan pada simulasi tersebut. oleh karena itu, perusahaan lebih baik berada pada kondisi proporsi lahan seperti semula atau pada kondisi yang nyata sebab risiko produksi yang terjadi lebih rendah dibandingkan risiko hasil simulasi pada Tabel 15. Berdasarkan hasil wawancara, permintaan akan benih varietas MAI 119 diprediksi akan terus meningkat, maka CV MGA akan tetap memproduksi benih melon varietas MAI 119 meskipun risiko produksi pada MAI 119 adalah yang paling tinggi. Hal ini sesuai dengan expected return yang diperoleh dari varietas MAI 119 yang memiliki nilai tertinggi pula. Jadi bagaimanapun, benih melon varietas MAI 119 tetap diproduksi meskipun risikonya juga tinggi karena menjanjikan expected return yang tinggi pula. Dengan demikian, berdasarkan perhitungan risiko yang dilakukan, jika perusahaan ingin melakukan kegiatan diversifikasi maka diversifikasi dari ketiga varietas tepat untuk digunakan karena risiko yang diperoleh lebih kecil dari pada kombinasi LADIKA dengan MAI 119 dan kombinasi MAI 119 dan SUMO Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko 75

24 yang baik dan spesifik akan mampu menekan dampak risiko yang ditimbulkan sehingga perusahaan dapat memperoleh pendapatan sesuai dengan yang ditargetkan. Sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu menyusun strategi pengelolaan risiko yang tepat maka akan menimbulkan kerugian pada perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan di perusahaan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif dalam menekan risiko. Upaya yang dilakukan oleh CV MGA dalam mengelola risiko yang dihadapi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada terlebih dahulu selanjutnya diambil tindakan penanganan risiko (mitigasi) apabila risiko produksi sudah terjadi dan tindakan pencegahan risiko (preventif) ketika risiko belum terjadi sehingga langkah ini adalah langkah antispasi dari perusahaan. Strategi pengelolaan risiko yang disusun merupakan bentuk kajian yang diambil berdasarkan kondisi sebenarnya yang terjadi pada perusahaan. Usaha produksi benih melon yang difokuskan kepada ketiga varietas benih melon memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi dan berbeda-beda sehingga membutuhkan strategi pengelolaan risiko yang tepat. CV MGA sebagai perusahaan agribisnis tentunya sudah menyadari adanya risiko pada usaha produksi benih melon yang diusahakan. Perusahaan juga telah melakukan beberapa langkah pengelolaan risiko yang disebabkan oleh sumbersumber risiko, antara lain: 1) Pengelolaan risiko yang disebabkan kondisi cuaca yang sulit diprediksi. Dalam menghadapi risiko ini perusahaan melakukan tindakan preventif dengan cara melakukan persemaian di dalam green house untuk mencegah risiko kelayuan pada bibit karena bibit melon sangat rentan dengan panasnya sinar matahari yang berlebihan. Selain itu, perusahaan memberikan paranet dan mulsa. Pemakaian paranet dilakukan di dalam green house apabila kondisi cuaca panas yang sangat ekstrim. Sementara pemakaian mulsa dilakukan di luar green house yaitu pada lahan penanaman buah melon. Pemakaian mulsa ini berfungsi untuk menjaga kestabilan kondisi tanaman baik dalam keadaan curah hujan yang berlebih atau pun panas yang berlebih. Pada saat terjadi musim hujan secara terus-menerus, mulsa berfungsi untuk mengurangi kelembapan tanah karena curah hujan tidak 76

25 langsung jatuh pada tanah atau lahan melon. Sementara pada musim kemarau yang berlebihan, mulsa berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah agar tanah tidak terlalu kering. 2) Pengelolaan risiko yang disebabkan serangan hama dan penyakit. Dalam menghadapi risiko ini perusahaan melakukan tindakan mitigasi untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko tersebut. Perusahaan melakukan penanganan hama dan penyakit dengan pencabutan tanaman yang sudah terserang hama dan penyakit dan penggunaan pestisida berupa fungisida, insektisida dan bakterisida. Jika serangan penyakit meningkat, perusahaan juga meningkatkan intensitas penyemprotan pestisida sebagai upaya dalam mengurangi risiko kegagalan produksi. 3) Pengelolaan risiko yang disebabkan kesalahan pada proses produksi benih melon. Dalam menghadapi risiko pada persemaian, CV MGA membuat jadwal selisih hari persemaian selama 7-10 hari. Jadi jika galur jantan disemai pada tanggal 1, maka galur betina disemai pada tanggal 10. Upaya ini dilakukan agar bunga jantan dapat menghindari terjadinya pencampuran galur betina dan jantan sehingga dapat mencegah risiko perkawinan campuran. Pada tahap penyilangan, risiko yang biasa terjadi adalah pernyerbukan sendiri (serumah) dan penyerbukan campuran (umum). Penyerbukan sendiri (serumah) terjadi ketika kurang bersihnya proses kastrasi yang dilakukan, sementara penyerbukan campuran dapat disebabkan oleh faktor alam seperti angin. Kedua risiko ini juga tidak terlepas dari keterampilan tenaga kerja (SDM). Keterampilan yang rendah dari tenaga kerja dalam melakukan kastrasi dan penyilangan dapat menjadi sumber risiko kegagalan dalam menghasilkan benih melon yang diinginkan. Jadi, upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi kegagalan dalam melakukan penyilangan adalah bunga jantan dan betina ditutup dengan menggunakan kertas sehingga kemungkinan risiko penyerbukan campuran dan sendiri sangat kecil untuk terjadi. Selain itu, staf pada bagian produksi juga memberikan pengawasan pada tenaga kerja yang melakukan penyilangan benih melon sebagai bentuk antisipasi human error yang menyebabkan risiko kegagalan dalam melakukan penyilangan. 77

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan mulai Maret 2013 sampai dengan Maret 2014. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah

Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Waspadai Tembakau Rusak Akibat Terjadi Kemarau Basah Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kranggan, Desa Banaran, Desa Nomporejo, Desa Karangsewu, Desa Pandowan IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Kecamatan Galur adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan Galur terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Brosot, Desa Kranggan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan yang sangat prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini mampu beradaptasi dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan Kabupaten Probolinggo

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

Lampiran 2 Pengaruh kombinasi varietas, aplikasi mulsa, serta aplikasi PGPR terhadap insidensi penyakit busuk pangkal

Lampiran 2 Pengaruh kombinasi varietas, aplikasi mulsa, serta aplikasi PGPR terhadap insidensi penyakit busuk pangkal LAMPIRAN 41 Lampiran 1 Pengaruh kombinasi varietas, aplikasi mulsa, serta aplikasi PGPR terhadap insidensi penyakit busuk pangkal batang pada umur tanaman 6 MST Source Db Sum of Squares Mean Square F Value

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci