ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI PUTRI ANNISA CHER H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN PUTRI ANNISA CHER. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada PT Masada Organik Indonesia di Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI). Indonesia memiliki peluang dalam mengembangkan pertanian organik Beberapa tahun terakhir ini, perhatian masyarakat terhadap pertanian organik semakin meningkat. Salah satu komoditi prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia adalah sayur-sayuran. Sayuran organik dalam budidayanya harus diberi perawatan dan perlindungan yang intensif dari serangan hama, penyakit, dan lain-lain. Untuk menanggulangi hal tersebut, sayuran organik sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Salah satu daerah di Indonesia yang membudidayakan sayuran organik adalah Jawa Barat karena iklim, cuaca dan kondisi tanah di daerah ini mendukung usahatani sayuran organik. PT Masada Organik Indonesia (PT MOI) merupakan salah satu perusahaan agribisnis di Jawa Barat yang bergerak dibidang sayuran organik. PT MOI mengalami fluktuasi dalam produktivitas sayuran organik yang mengindikasikan adanya risiko produksi dalam menjalankan usahanya. Perusahaan melakukan diversifikasi dengan tujuan untuk meminimalkan risiko produksi. Penelitian dilaksanakan di PT MOI. Waktu penelitian dilakukan selama bulan April hingga Mei Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak perusahaan, sedangkan data sekunder diperoleh dari data produksi perusahaan dan literatur lain yang relevan terhadap penelitian. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tindakan diversifikasi yang dilakukan perusahaan benar dapat meminimalkan risiko produksi atau tidak. Setelah mengetahui tingkat risiko yang dihadapi dalam usaha ini, perusahaan perlu mencari alternatif strategi dalam penanganan risiko agar dapat meminimalkan risiko produksi tersebut. Pengolahan data komputer menggunakan Microsoft Excel. PT MOI melakukan budidaya di kebun seluas tiga hektar yang dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut plot. Setiap plot dibagi menjadi bedenganbedengan yang berjumlah kurang lebih 1600 bed. Perusahaan membudidayakan sekitar 30 jenis sayuran organik, diantaranya yaitu, brokoli, bunga kol, kacang merah, daun bawang, tomat, bayam hijau, bayam merah, pakcoy, caesin, selada keriting, jagung manis, zukini, lobak, kangkung, timun curry, timun lokal, wortel, dan lain lain. Produk sayuran yang menjadi unggulan perusahaan antara lain bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel karena tingginya permintaan konsumen terhadap komoditi tersebut. Berdasarkan data dari perusahaan, produktivitas empat komoditi sayuran organik pada perusahaan selama 10 periode mengalami fluktuasi. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi perusahaan dalam memproduksi sayuran organik. Perhitungan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Sebelum menilai risiko, terlebih dahulu dihitung peluang dan nilai pengembalian harapan (expected return). Sayuran organik yang telah dianalisis risiko produksinya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada

3 masing-masing komoditi yang diusahakan. PT Masada Organik Indonesia melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usahataninya, kombinasi dari beberapa kegiatan dinamakan diversifikasi. Pengusahaan secara diversifikasi ini menjadikan risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Perbandingan terhadap risiko produksi spesialisasi dan portofolio dilakukan melalui pengukuran risiko dengan cara menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha disertai dengan pembobotan masing-masing komoditi. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portofolio. Berdasarkan hasil perbandingan risiko yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Berdasarkan wawancara di lapang, didapatkan informasi bahwa tanaman brokoli sangat rentan terhadap cuaca serta hama penyakit. Menurut manajer kebun, kondisi cuaca kini tidak mudah diprediksi dan perusahaan saat itu juga masih sering mengalami kegagalan dalam kegiatan pembibitan brokoli. Hal tersebut berdampak pada produksi yang tidak mencapai target dan produktivitas tanaman brokoli yang tidak sesuai harapan. Selain itu, juga dapat dilihat bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah komoditi wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,241. Menurut hasil wawancara oleh pihak kebun PT Masada Organik Indonesia, tingkat risiko produksi wortel paling rendah dikarenakan tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas pada komoditi wortel, pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik sangat beragam. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditi wortel dan caisin dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Dari hasil analisis portofolio tersebut menunjukkan bahwa diversifikasi dapat meminimalkan risiko produksi. PT Masada Organik Indonesia sebaiknya melakukan manajemen risiko dan strategi penanganannya agar risiko produksi sayuran organik dapat diminimalisir. Salah satu strategi yang telah dilakukan perusahaan yaitu diversifikasi usaha dapat terus dikembangkan. Selain itu, manajemen risiko yang perlu diterapkan perusahaan adalah melakukan fungsi manajemen dengan lebih baik lagi terutama pada fungsi controlling atau pengontrolan.

4 ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT PUTRI ANNISA CHER H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Penelitian : Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada PT Masada Organik Indonesia di Bogor Jawa Barat. Nama NRP : Putri Annisa Cher : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus:

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada PT Masada Organik Indonesia di Bogor Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Putri Annisa Cher H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Putri Annisa Cher, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14 Mei Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak Jaswaldi R. Said dan Ibu Yusarina Usman. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 01 Pagi Kelapa Gading Timur pada tahun 2001 dan pendidikan menengah di SLTPN 123 Jakarta pada tahun Pendidikan menengah atas di SMAN 77 Jakarta diselesaikan pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajamen (FEM), Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa MAX!! (Music Agriculture X-pression!!), anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat FEM IPB, anggota Sharia Economics Student Club (SES-C) FEM IPB dan aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian.

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan segala keajaiban di dunia tempat manusia berpijak. Kekayaan alam dan keindahan panorama yang ada bagai anugerah bagi makhluk ciptaan-nya sebagai wujud kasih-nya akan dunia ini. Manusia sebagai makhluk ciptaan-nya wajib menjaga dan melestarikan alam dan segala isinya, sebagai wujud rasa syukur kepada-nya. Penelitian ini menganalisis risiko produksi yang terjadi dari usaha PT. Masada Organik Indonesia dalam membudidayakan sayuran organik. Analisis risiko produksi dilakukan dengan memperhitungkan tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi dan portofolionya serta menjabarkan upaya dalam penanganan risiko yang perlu diterapkan oleh perusahaan. Dengan segala pertolongan dan kemudahan yang diberikan-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada PT Masada Organik Indonesia di Bogor Jawa Barat ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Oktober 2011 Putri Annisa Cher

9 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga memberikan kekuatan, kemudahan serta kesehatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc dan Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Kedua orangtua dan seluruh keluarga untuk setiap doa, dukungan, perhatian, dan kasih sayang yang diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik. 4. Segenap dosen dan staf Departemen Agribisnis yang memberikan banyak ilmu dan bantuan selama masa perkuliahan. 5. Bapak Ali Fathoni, selaku direktur PT Masada Organik Indonesia dan Bapak Tri Cahyo Purnomo, selaku manajer PT. Masada Organik Indonesia atas kesediaannya menerima saya melakukan penelitian di PT Masada serta meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan membantu saya selama melakukan penelitian. 6. Keluarga besar PT Masada Organik Indonesia (Bapak Woto, Bapak Sam, dan rekan lainnya) atas informasi dan bantuan yang diberikan selama melakukan penelitian. 7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan 44 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih bantuan dan dukungannya. Bogor, Oktober 2011 Putri Annisa Cher

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman xiii xiv xv I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Organik Kajian Risiko Produksi Kajian Risiko Produksi Sayuran Organik III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Risiko Teori Portofolio Konsep Manajemen Risiko Kerangka Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis Data dan Sumber Data Metode Pengolahan Data Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Analisis Risiko pada Kegiatan Portofolio V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah, Lokasi, Visi dan Misi Perusahaan Manajemen dan Struktur Organisasi Perusahaan Deskripsi Sumberdaya Perusahaan Permodalan dan Fasilitas Produksi Perusahaan Proses Produksi Sayuran Organik Perusahaan Pola Tanam Usahatani Input dan Output Usahatani Sayuran Organik Pendapatan Usahatani Pemasaran Sayuran Organik Perusahaan... 68

11 VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK Analisis Risiko Produksi Faktor-faktor Risiko Produksi Penilaian Risiko Produksi pada Spesialisasi Penilaian Risiko Produksi pada Portofolio Alternatif Penanganan Risiko Produksi VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 96

12 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Pertanian di Indonesia Pada Tahun Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Periode Produksi Beberapa Sayuran (Ton) di Indonesia Tahun Periode Penanaman dan Produktivitas Komoditi Brokoli dan Wortel Organik di PT Masada Organik Indonesia Tahun Jumlah Tenaga Kerja di PT Masada Organik Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja di PT Masada Organik Indonesia Tahun Jumlah Tenaga Kerja di PT Masada Organik Indonesia Berdasarkan Golongan Umur Tahun Rata-rata Penggunaan Input dan Perolehan Output Produksi pada Usahatani Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel PT Masada Organik Indonesia Setiap Bulan di Tahun Biaya Usahatani Bayam Hijau per 600 m 2 di PT Masada Organik Indonesia Tahun Pendapatan Usahatani Bayam Hijau per 600 m 2 di PT Masada Organik Indonesia April 2010 Januari Biaya Usahatani Brokoli per 4200 m 2 di PT Masada Organik Indonesia Tahun Pendapatan Usahatani Brokoli per 4200 m 2 di PT Masada Organik Indonesia April 2010 Januari Biaya Usahatani Caisin per 600 m 2 di PT Masada Organik Indonesia Tahun Pendapatan Usahatani Caisin per 600 m 2 di PT Masada Organik Indonesia April 2010 Januari Biaya Usahatani Wortel per 2100 m 2 di PT Masada Organik Indonesia Tahun

13 16. Pendapatan Usahatani Wortel per 2100 m 2 di PT Masada Organik Indonesia April 2010 Januari Tingkat Produktivitas (Kg/m 2 ) Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Selama 10 Periode di PT Masada Organik Indonesia Bulan April 2010 Januari Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produktivitas pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel di PT Masada Organik Indonesia Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel di PT Masada Organik Indonesia Fraction Portofolio pada Kombinasi Dua, Tiga, dan Empat Komoditi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Organik Expected Return Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel pada Kegiatan Portofolio di PT Masada Organik Indonesia Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Dua Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Tiga Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Empat Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Caisin, Brokoli, Wortel dan Portofolio dengan Berbagai Kombinasinya di PT Masada Organik Indonesia

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Produktivitas Bayam Hijau dan Caisin Organik di PT Masada Organik Indonesia Bulan April 2010 Januari Rangkaian Kejadian Risiko - Ketidakpastian Hubungan Antara Varian Income dan Expected Income Langkah-langkah Operasional Penelitian Bagan Struktur Organisasi PT Masada Organik Indonesia Tahun Alur Proses Produksi pada PT Masada Organik Indonesia Tahun Keragaan Ukuran Bedengan Sayuran Organik di PT Masada Organik Indonesia Tahun Pola Tanam I pada PT Masada Organik Indonesia Tahun Pola Tanam II pada PT Masada Organik Indonesia Tahun Rantai Tataniaga di PT Masada Organik Indonesia, Ciburial,

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Daftar Komoditi pada PT Masada Organik Indonesia Kebutuhan Benih per Bedeng (10 m 2 ) di PT Masada Organik Indonesia Harga Sayuran Organik di PT Masada Organik Indonesia Tahun Tingkat Produksi (Kg) dan Produktivitas (Kg/m 2 ) Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel di PT Masada Organik Indonesia Tahun Pendapatan PT Masada Organik Indonesia pada Komoditi Bayam Hijau (April 2010-Januari 2011) Pendapatan PT Masada Organik Indonesia pada Komoditi Brokoli (April 2010-Januari 2011) Pendapatan PT Masada Organik Indonesia pada Komoditi Caisin (April 2010-Januari 2011) Pendapatan PT Masada Organik Indonesia pada Komoditi Wortel (April 2010-Januari 2011) Penilaian Risiko Produksi berdasarkan Produktivitas pada Kegiatan Spesialisasi Komoditi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Tahun Penilaian Risiko Produksi berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan pada Kegiatan Portofolio di PT Masada Organik Indonesia Tahun Dokumentasi Penelitian

16 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan oleh suatu ketidakpastian. Terlebih lagi bagi pebisnis yang melakukan usaha di bidang pertanian karena sektor pertanian seringkali dihadapkan pada masalah risiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu, para pebisnis biasanya akan menghindar dua hal tersebut. Sebagian besar orang memandang risiko dan ketidakpastian merupakan hal yang sama, namun sebenarnya secara ilmiah, risiko dan ketidakpastian merupakan dua hal yang berbeda. Menurut Frank Knight dalam Robison dan Barry (1987), risiko adalah peluang dari suatu kejadian yang dapat diperhitungkan dan akan memberikan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan ketidakpastian adalah peluang dari suatu kejadian yang tidak dapat diperhitungkan oleh pebisnis selaku pengambil keputusan. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dalam suatu continuum dapat dilihat dari Gambar 2. Peluang dan Hasil diketahui Peluang dan Hasil tidak diketahui Risiko Ketidakpastian Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian Sumber : Debertin (1986) Gambar 2 menunjukkan bahwa pada sisi sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sementara sisi yang disebelah kanan menggambarkan kejadian yang tidak pasti yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti. Menurut Debertin (1987), ketidakpastian lingkungan adalah kemungkinan hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Sedangkan risiko yaitu antara hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian yang dapat diketahui. Perilaku

17 setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama lain. Terdapat tiga kategori individu dalam menghadapi risiko, yaitu Risk Averter, Risk Neutral, dan Risk Taker. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat dijelaskan dengan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 3. Expected Income Expected Income Risk Averse Income Variance Income Variance Risk Neutral Expected Income Gambar 3. Hubungan Antara Varian Income dan Expected Income Sumber : Debertin (1986) Gambar 3 menunjukkan hubungan antara varian return yang merupakan ukuran dari tingkat risiko yang dihadapi, dengan return yang diharapkan (expected return) yang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan pembuat keputusan. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko tersebut diklasifikan menjadi tiga kategori sebagai berikut: 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averse) yaitu perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko. Kurva Risk Averse menunjukkan adanya kenaikan variance income yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan income yang diharapkan. Income Variance Risk Lover

18 2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan adanya kenaikan variance income yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi menaikkan income yang diharapkan. Artinya, jika varian income semakin tinggi, maka expected income akan tetap. 3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover) menunjukkan adanya kenaikan variance income akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaanya menerima income yang diharapkan lebih rendah. Risk Lover cenderung menganggap risiko sebagai suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan. Beberapa hal yang menjadi indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis adalah terdapat variasi, fluktuasi, atau volatilitas pada hasil yang diharapkan oleh pebisnis. Contoh-contoh indikasi adanya risiko dalam bisnis antara lain adanya fluktuasi harga output, fluktuasi produksi, atau fluktuasi pendapatan untuk setiap satuan yang sama. Untuk dapat mengukur risiko, maka dilakukan pengukuran terhadap nilai penyimpangan. Ukuran-ukuran untuk menghitung risiko antara lain variance, standard deviation, dan coefficient variation (Elton dan Gruber, 1995). Ketiga ukuran ini saling berkaitan satu sama lain. Ukuran acak yang digunakan sebagian besar adalah ukuran simpangan baku (standard deviation) yang menggambarkan ratarata perbedaan penyimpangan. Semakin bervariasi hasil atau return maka risiko akan semakin besar. Coefficient variation merupakan hasil dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return) yang dapat menjadi ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha. Risiko dalam kegiatan pertanian tergolong unik karena dalam aktivitasnya bergantung pada kondisi alam seperti iklim dan cuaca, dan lain-lain. Harwood et al (1999) menyatakan bahwa terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian antara lain: 1. Risiko Produksi Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi diantaranya adalah faktor iklim dan cuaca, seperti curah hujan, temperatur udara, serangan hama dan penyakit, kesalahan sumber daya manusia, penggunaan teknologi baru secara cepat tanpa

19 adanya penyesuaian sebelumnya yang menyebabkan gagal panen, rendahnya produktivitas, dan lain-lain. 2. Risiko Pasar atau Harga Risiko yang ditimbulkan oleh pasar antara lain kondisi pasar yang cenderung bersifat kompleks dan dinamis sedangkan proses pada kegiatan produksi pertanian relatif lama, persaingan, inflasi yang dapat menyebabkan daya beli masyarakat serta permintaan rendah, dan lain-lain. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga antara lain harga faktor produksi yang berfluktuasi, ketidakpastian harga output, dan lain sebagainya. 3. Risiko Kebijakan Risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu dan program dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian dan dapat menghambat kemajuan bisnis. Contohnya kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input dan kebijakan tarif ekspor. 4. Risiko Finansial Risiko finansial ini dihadapi oleh petani pada saat petani meminjam modal dari institusi seperti bank. Risiko yang timbul antara lain adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha terhambat, putaran barang rendah, laba yang menurun karena krisis ekonomi dan lain-lain. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi dari tingkat suku bunga pinjaman (interest rate) Teori Portofolio Para pebisnis seringkali melakukan diversifikasi pada investasi dalam bisnis yang dijalankan dengan mengkombinasikan berbagai usahanya. Dengan kata lain, para pebisnis tersebut membentuk portofolio. Pilihan pada portofolio ini merupakan strategi pebisnis dalam rangka penyebaran risiko. Menurut Weston dan Copeland (1992), teori portofolio merupakan teori modern mengenai pengambilan keputusan dalam situasi ketidakpastian, tujuannya adalah untuk memilih kombinasi yang optimal dari usaha-usaha yang dimiliki (portofolio efisien), dalam arti memberikan hasil tertinggi yang mungkin diharapkan bagi setiap tingkat risiko, atau tingkat risiko terendah yang mungkin bagi setiap hasil yang diharapkan.

20 Menganalisis risiko merupakan tindakan yang penting dalam menjalankan suatu bisnis. Langkah dalam menganalisis risiko adalah menentukan dampak portofolio pada tingkat risiko keseluruhan usaha. Jika pebisnis memiliki banyak investasi lain, maka risiko portofolio merupakan ukuran risiko yang relevan dari dampak portofolio terhadap tingkat risiko keseluruhan investasi. Risiko dalam melakukan investasi selalu dikaitkan dengan tingkat variabilitas return yang dapat diperoleh dari usaha yang dijalankan, risiko portofolio yang digunakan diukur dari distribusi probabilitas tingkat return investasi yang bersangkutan. Elton dan Gruber (1995), menyatakan bahwa risiko portofolio lebih kompleks dibandingkan dengan risiko pada aset individu, dimana diharapkan salah satu aset memiliki return yang baik ketika aset lain memiliki return yang menurun. Oleh karena itu, dilakukan analisis kombinasi aset dua aset atau lebih (portofolio) untuk menganalisis risiko kombinasi dari semua aset yang mungkin berisiko dibandingkan dengan individual aset. Perhitungan expected return pada portofolio dua aset adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): p= X A A + X B B Dimana : X A = Fraction portofolio pada aset pertama X B = Fraction portofolio pada aset kedua A = Expected return pada aset pertama B = Expected return pada aset kedua Fraction (proporsi) dari masing-masing aset adalah : X A + X B = 1 Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): dimana : 2 σ p σ ij σ p 2 = k 2 σ i 2 + (1-k) 2 σ j k (1-k) σ ij = Variance portofolio untuk investasi aset i dan j = Covariance antara investasi aset i dan j k = Fraction portofolio pada investasi aset i (1-k) = Fraction portofolio pada investasi aset j Jika σ ij = ρ ij σ i σ i dimana ρ ij merupakan koefisien korelasi antara investasi aset i dan j maka persamaan variance portofolio dari dua aset dapat dituliskan menjadi sebagai berikut :

21 2 σ p = k 2 σ 2 i + (1-k) 2 2 σ j + 2 ρ ij k (1-k) σ i σ j Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρ ij ) mempunyai nilai maksimum positif satu (+1) dan minimum negatif satu (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak bersama-sama. 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Jika investasi digunakan untuk tiga aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009): σ p = w i σ i + w j σ j + w k σ 2 k + 2 w i w j ρ ij σ i σ j + 2 w i w k ρ ik σ i σ k + 2 w j w k ρ jk σ j σ k Jika investasi digunakan untuk empat aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009): σ p = w i σ i + w j σ j + w k σ k + w l σ 2 l + 2 w i w j ρ ij σ i σ j + 2 w i w k ρ ik σ i σ k + 2 w i w l ρ il σ i σ l + 2 w j w k ρ jk σ j σ k + 2 w j w l ρ jl σ j σ l + 2 w k w l ρ kl σ k σ l dimana: w i,w j, w k, w l σ 2 i, σ 2 j, σ 2 2 k, σ l σ i, σ j, σ k, σ l ρ ij, ρ ik, ρ il, ρ jk, ρ jl, ρ kl = bobot masing-masing komoditi dalam portofolio = variances masing-masing komoditi = standart deviation masing-masing komoditi = korelasi pengembalian setiap pasang komoditi Para pemodal melakukan diversifikasi investasi karena mereka ingin mengurangi risiko yang mereka tanggung. Sementara tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing usaha yang membentuk portofolio tersebut, standar deviasi portofolio lebih kecil dari rata-rata tertimbang sejauh koefisien korelasi antar usaha yang membentuk portofolio tersebut lebih kecil dari satu. Semakin rendah koefisien korelasi, semakin efektif penurunan standar deviasi.

22 3.3 Konsep Manajemen Risiko Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh seorang manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan dapat mengurangi kerugian. Dengan kata lain, akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian. Menurut Lam (2007), manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai pengelolaan keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profit. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengolahan serta koordinasi dalam pengelolaan setiap risiko yang ada. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada dalam perusahaan. Manajemen risiko juga dapat dilakukan dengan adanya kesadaran akan risiko yakni dapat dilakukan dengan mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekuensi risiko-risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Menurut Hanafi (2009), manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini.

23 1. Identifikasi risiko Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadap oleh suatu organisasi. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. 2. Evaluasi dan pengukuran risiko Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut. Sebagai contoh kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi. 3. Pengelolaan risiko Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konseskuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghndaran, ditahan (rentention), diversifikasi, transfer risiko (asuransi), pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing). Menurut Fahmi (2010), suatu usaha yang menerapkan manajemen risiko akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Pengambil keputusan menjadi lebih berhati-hati dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan sehingga risiko dan perngaruh terjadinya kerugian dapat dihindari. 2. Mampu memberi arah bagi suatu usaha dalam melihat pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang. 3. Memungkinkan bagi usaha yang menerapkan manajemen risiko memperoleh kerugian minimum dan dapat membangun mekanisme yang berkelanjutan. Petani dapat melakukan beberapa strategi untuk menangani risiko yang dihadapi serta meminimalisir kerugian usahataninya. Menurut Harwood et al (1999), beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain :

24 1. Diversifikasi usaha (enterprise diversification) Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. 2. Integrasi vertikal (vertical integration) Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam payung koordinasi vertical yang meliputi seluruh cara yang mana output dari satu tahapan produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Dari sisi petani, keputusan untuk melakukan integrasi vertikal tergantung pada banyak faktor, antara lain perubahan keuntungan dengan adanya integrasi vertikal, risiko pada kuantitas dan kualitas pasokan input (atau output) sebelum dan sesudah integrasi vertikal, dan faktor-faktor lainnya. 3. Kontrak produksi (production contract) Kontrak produksi ini biasanya menetapkan dengan rinci suplai input produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditi tertentu yang akan diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani. 4. Kontrak pemasaran (marketing contract) Kontrak pemasaran berisikan perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan, antara pedagang dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi siap dipasarkan. Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input dan kapan waktunya. 5. Perlindungan nilai (hedging) Perlindungan nilai dilakukan untuk mengalihkan risiko pada pihak lain yang lebih baik dalam manajemen risikonya melalui transaksi instrumen keuangan. 6. Asuransi (insurance) Asuransi adalah kontrak perjanjian pihak yang diasuransikan dengan perusahaan. Perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang

25 dialami pihak yang diasuransikan. Premi asuransi akan diterima oleh pihak yang diasuransikan sebagai kompensasinya Kerangka Pemikiran Operasional PT Masada Organik Indonesia telah membudidayakan sekitar 30 jenis sayuran organik antara lain brokoli, kangkung, daun bawang, seledri, bunga kol, kacang merah, tomat, bayam hijau, bayam merah, pakcoy, caisin, selada keriting, jagung manis, lobak, timun lokal, wortel, dan lain-lain. Komoditi unggulan pada perusahaan ini antara lain wortel, bayam hijau, caisin dan brokoli. Komoditi tersebut merupakan produk unggulan perusahaan karena permintaan terhadap sayuran tersebut lebih tinggi dibandingkan sayuran lainnya. Budidaya sayuran organik yang dilakukan PT Masada Organik Indonesia terjadi fluktuasi dalam segi produktivitas sayuran organik. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Masada Organik Indonesia dalam menjalankan usahanya memiliki risiko yaitu risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu serta serangan hama dan penyakit pada tanaman. Risiko produksi ini juga berdampak pada adanya ketidakpastian terhadap perolehan pendapatan bagi perusahaan. Perusahaan melakukan diversifikasi dengan tujuan untuk meminimalkan risiko produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan risiko pada kegiatan spesialisasi dan portofolio agar dapat membuktikan bahwa tindakan diversifikasi yang dilakukan perusahaan benar dapat meminimalkan risiko produksi atau tidak. Penelitian ini akan mengkaji tentang analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi diatas dan portofolio pada kombinasi dua, tiga dan empat komoditi. Perolehan hasil dari penelitian ini adalah membuktikan secara ilmiah bahwa diversikasi yang dilakukan perusahaan dapat meminimalkan risiko. Selain itu, analisis dilanjutkan pada upaya untuk mengatasi risiko dengan alternatif strategi penanganan risiko dan manajemen risiko yang perlu dilakukan. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah mengkaji faktor risiko produksi yang selanjutnya dilakukan analisis risiko produksi untuk mengetahui tingkat risiko yang terjadi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Setelah mengetahui tingkat risiko yang dihadapi, dilakukan analisis terhadap alternatif

26 strategi untuk menangani risiko tersebut. Langkah-langkah penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. PT Masada Organik Indonesia Diversifikasi Fluktuasi Produktivitas Sumber Risiko Produksi Cuaca Hama dan Penyakit Kabut Kesuburan Tanah Tingkat Risiko Spesialisasi Tingkat Risiko Portofolio Alternatif Strategi Penanganan dan Manajemen Risiko Gambar 4. Langkah-langkah Operasional Penelitian

27 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan PT Masada Organik Indonesia merupakan perusahaan agribisnis memproduksi sayuran organik dengan skala usaha yang relatif besar dilihat dari omzet sekitar 100 juta setiap bulannya. Selain itu, luas lahan yang digunakan untuk kegiatan budidaya sayuran organik di PT MOI lebih besar dibandingkan dengan perusahaan lainnya. PT MOI memiliki luas lahan sekitar 3 hektar, sedangkan Permata Hati Organic Farm memiliki luas lahan 1,5 hektar dan The Pinewood Organic Farm memiliki luas lahan 2 hektar. Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2011 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan. Data sekunder yang digunakan berasal dari data yang diperoleh dari perusahaan antara lain data produksi sayuran organik, data biaya produksi sayuran organik, profil perusahaan, harga produk, dan datadata lainnya yang mendukung penelitian ini. Selain itu, data sekunder diperoleh dari Departemen Pertanian, Biro Pusat Statistik dan literatur atau informasi lainnya yang terkait dengan topik dan objek penelitian Metode Pengolahan Data Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan bantuan program Microsoft Excel dan kalkulator. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan, proses produksi, dan pengelolaan risiko yang diterapkan perusahaan.

28 Analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang terdiri dari analisis pendapatan, analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi. Analisis pendapatan diperoleh dari penerimaan perusahaan dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan selama periode tanam berlangsung Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pada pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha sayuran organik. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu. Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis dapat dituliskan: Keterangan : f = Frekuensi kejadian T = Periode waktu proses produksi Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi dari peluang masing-masing dari suatu kejadian. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut : 10 E (R j ) = P ij. R ij i=1 P i menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian di masing-masing kondisi. Peluang dari setiap kejadian diasumsikan relatif sama karena data yang tersedia dari setiap kejadian sulit dinilai mana peluang yang lebih tinggi atau rendah. Nilai peluang dihitung dengan cara yaitu satu dibagi dengan total periode waktu proses produksi, sehingga nilai expected return-nya merupakan nilai ratarata dari total nilai produktivitas atau pendapatan tersebut E (R ij ) = 10 R ij i=1 10

29 Dimana : E (R i ) = Expected return R i = Return (Produktivitas) n = Jumlah kejadian = 10 i = Kejadian (1,2,3..., 10) j = Usaha Sayuran Organik (1 = Bayam Hijau, 2 = Brokoli, 3 = Caisin, 4 = Wortel) Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya sebagai berikut: a. Variance Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dan expected return yang kemudian dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut: 10 σ i 2 = P ij (R ij - Ř i ) 2 i=1 Dimana : = Variance dari return P i = Peluang dari suatu kejadian R i = Return (Produktivitas) Ř i = Expected return Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga tingkat risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut juga semakin rendah. b. Standard deviation Standard deviation dapat diukur dengan menguadratkan nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut : Dimana : = Variance = Standard deviation σ i = σ i 2

30 c. Coefficient variation Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah : CV = σ i / Ř i Dimana : CV = Coefficient variation = Standard deviation Ř i = Expected return Variance dan standard deviation merupakan ukuran absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk mempertimbangkan aset dengan return yang diharapkan berbeda, pelaku bisnis dapat menggunakan coefficient variation. Coefficient variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari berbagai kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh Analisis Risiko pada Kegiatan Portofolio Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha seperti halnya kegiatan usaha spesialisasi. Risiko yang terdapat dalam kegiatan diversifikasi dinamakan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Diversifikasi yang dilakukan pada perusahaan adalah dalam melakukan pola tanam secara tumpangsari. Komoditi yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi dua, tiga dan empat komoditi. Fraction portofolio atau bobot komoditi yang diperoleh pada masingmasing komoditi ditentukan dari perbandingan luas lahan komoditi dengan total luas lahan yang diusahakan pada kegiatan portofolio tersebut. Total bobot dari beberapa kegiatan portofolio berjumlah satu. Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi dua komoditi sebagai berikut: W 2 (i) = Luas lahan (i) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) W 2 (j) = Luas lahan (j)

31 Luas lahan (i) + Luas lahan (j) Keterangan: W 2 (i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W 2 (j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j i = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel j = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi tiga komoditi sebagai berikut: W 3 (i) = Luas lahan (i) W 3 (j) = W 3 (k) = Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) Luas lahan (j) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) Luas lahan (k) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) Keterangan: W 3 (i) = Bobot Portofolio Kombinasi Tiga Komoditi i W 3 (j) = Bobot Portofolio Kombinasi Tiga Komoditi j W 3 (k) = Bobot Portofolio Kombinasi Tiga Komoditi k i = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel j = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel k = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi empat komoditi W 4 (i) = W 4 (j) = W 4 (k) = W 4 (l) = Luas lahan (i) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) + Luas lahan (l) Luas lahan (j) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) + Luas lahan (l) Luas lahan (k) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) + Luas lahan (l) Luas lahan (l) Luas lahan (i) + Luas lahan (j) + Luas lahan (k) + Luas lahan (l) Keterangan: W 4 (i) = Bobot Portofolio Kombinasi Empat Komoditi i W 4 (j) = Bobot Portofolio Kombinasi Empat Komoditi j W 4 (k) = Bobot Portofolio Kombinasi Empat Komoditi j W 4 (l) = Bobot Portofolio Kombinasi Empat Komoditi l i = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel j = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel k = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel l = Komoditi Sayuran Bayam Hijau/Brokoli/Caisin/Wortel Setelah fraction portofolio atau bobot pada tiap kombinasi komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan expected return portofolio tiap kombinasi

32 komoditi. Cara menghitung expected return portofolio kombinasi dua komoditi sebagai berikut: E(R p ) 2 = [E(R i ) x W 2 (i)] + [E(R j ) x W 2 (j)] Keterangan: E(R p ) 2 = Expected Return Portofolio kombinasi dua komoditi E(R i ) = Expected Return komoditi i E(R j ) = Expected Return komoditi j W 2 (i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W 2 (j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j Cara menghitung expected return portofolio kombinasi tiga komoditi sebagai berikut: E(R p ) 3 = [E(R i ) x W 3 (i)] + [E(R j ) x W 3 (j)] + [E(R k ) x W 3 (k)] Keterangan: E(R p ) 3 = Expected Return Portofolio kombinasi tiga komoditi E(R i ) = Expected Return komoditi i E(R j ) = Expected Return komoditi j E(R k ) = Expected Return komoditi k W 3 (i) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi i W 3 (j) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi j W 3 (k) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi k W 3 (l) = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi l Cara menghitung expected return portofolio kombinasi empat komoditi sebagai berikut: E(R) 4 = [E(R i ) x W 3 (i)] + [E(R j ) x W 3 (j)] + [E(R k ) x W 3 (k)] + [E(R l ) x W 3 (l)] Keterangan: E(R p ) 4 = Expected Return Portofolio kombinasi empat komoditi E(R i ) = Expected Return komoditi i E(R j ) = Expected Return komoditi j E(R k ) = Expected Return komoditi k E(R l ) = Expected Return komoditi l W 4 (i) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi i W 4 (j) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi j W 4 (k) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi k W 4 (l) = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi l Selanjutnya, setelah expected return portofolio tiap kombinasi komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan variance portofolionya dengan memasukkan bobot portofolio kedalam rumus. Jika diversifikasi dilakukan pada kombinasi dua komoditi, maka rumus variance gabungan dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995): σ 2 p = W 2 (i) 2 2 σ i + W 2 (j) 2 2 σ j + 2 W 2 (i) W 2 (j) ρ ij σ i σ j Dimana: W 2 (i) W 2 (j) σ i = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel

33 σ j = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel ρ ij = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j Jika diversifikasi dilakukan pada kombinasi tiga komoditi, maka rumus variance gabungan dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009): σ 2 p = W 2 (i) 2 2 σ i + W 2 (j) 2 2 σ j + W 2 (k) 2 2 σ k + 2 W 2 (i) W 2 (j) ρ ij σ i σ j + 2 W 2 (i) W 2 (k) ρ ik σ i σ k + 2 W 2 (j) W 2 (k) ρ jk σ j σ k Dimana: W 3 (i) W 3 (j) W 3 (k) σ i σ j σ k ρ ij ρ ik ρ jk = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi i = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi j = Bobot Portofolio kombinasi tiga komoditi k = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan k = Nilai koefisien korelasi diantara aset j dan k Jika diversifikasi dilakukan pada kombinasi empat komoditi, maka rumus variance gabungan dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009): σ 2 p = W 2 (i) 2 2 σ i +W 2 (j) 2 2 σ j +W 2 (k) 2 σ 2 k +W 2 (l) 2 2 σ l + 2 W 2 (i) W 2 (j) ρ ij σ i σ j + 2 W 2 (i) W 2 (k) ρ ik σ i σ k + 2 W 2 (i) W 2 (l) ρ il σ i σ l + 2 W 2 (j) W 2 (k) ρ jk σ j σ k + 2 W 2 (j) W 2 (l) ρ jl σ j σ l + 2 W 2 (k) W 2 (l) ρ kl σ k σ l Dimana: W 4 (i) W 4 (j) W 4 (k) W 4 (l) σ i σ j σ k σ l ρ ij ρ ik ρ jk ρ kl = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi i = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi j = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi k = Bobot Portofolio kombinasi empat komoditi k = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel = Variance Bayam Hijau / Brokoli / Caisin / Wortel = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j = Nilai koefisien korelasi diantara aset i dan k = Nilai koefisien korelasi diantara aset j dan k = Nilai koefisien korelasi diantara aset k dan l Tahap selanjutnya sama dengan perhitungan risiko pada kegiatan spesialisasi, yaitu dengan mencari nilai standard deviation dari hasil pengakaran variance portofolio dan mencari nilai coefficient variation dengan cara membagi nilai standard deviation dengan expected return portofolio masing-masing kombinasi komoditi.

34 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah, Lokasi, Visi dan Misi Perusahaan PT Masada Organik Indonesia merupakan suatu unit usaha yang bergerak di bidang agribisnis tanaman sayuran organik yang dimiliki oleh Bapak Leo Lopulisa. Awalnya, beliau memiliki lahan seluas hampir 10 hektar yang berlokasi di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pak Leo membangun beberapa vila yang dinamakan Retreat Masada Centre didalam lahan tersebut. Di lokasi tersebut masih terdapat lahan yang masih belum diberdayakan sekitar tiga hingga empat hektar. Pak Leo yang memiliki ketertarikan dengan pertanian khususnya pertanian organik, berinisiatif menggarap lahan tersebut untuk membudidayakan tanaman sayuran organik dan terbentuklah usaha ini yang didirikan pada tahun Pada awal berdirinya usaha ini, Pak Leo bekerjasama dengan Ir. Wardah Tafif Alkatiri dan suaminya Mochammad Tafif Djoenaidi selaku pendiri dari PT Amani Mastra. Pertimbangan Pak Leo untuk melakukan kerjasama ini karena perusahaan tersebut telah memiliki brand dan jaringan pasar yang sudah luas meliputi retail-retail besar seperti Carrefour, Giant, dan lain-lain. Kerjasama tersebut diharapkan dapat membantu usaha yang baru didirikan ini terutama dalam hal pemasaran. Setelah beberapa tahun kemudian, kerjasama dengan PT Amani Mastra ini berakhir sehingga pada tahun 2008 terjadi transisi antara kedua usaha tersebut. Pada tahun 2008, Pak Leo Lopulisa memutuskan untuk membuat usaha agribisnis sayuran organik sendiri dan tepat pada tanggal 13 November 2008 terbentuklah PT Masada Organik Indonesia. PT Masada Organik Indonesia merupakan salah satu produsen sayuran organik yang memiliki lahan sendiri serta memiliki sumber mata air yang berasal dari gunung untuk membudidayakan sayurannya, sehingga sayuran dari perusahaan tersebut memiliki kualitas yang bagus dan terjamin serta bebas dari bahan kimia seperti pestisida dan bahan pengawet lainnya. Kantor pusat PT Masada Organik Indonesia terletak di kompleks perumahan Cipinang Mas, Cawang, Jakarta sedangkan lokasi kebun berada di kawasan Puncak yaitu Jl. Ciburial kampung Cisuren RT 04/RW 04, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Alasan pemilihan lokasi kantor pusat di Cawang yaitu

35 karena lokasinya berdekatan dengan rumah pemilik perusahaan sehingga beliau mudah dalam melakukan pengawasan dan pengontrolan usahanya. Pemilik juga melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha di kebun setiap minggu untuk memantau kelancaran jalannya produksi dan operasional di kebun. Lokasi kebun PT Masada Organik Indonesia tersebut berada pada ketinggian antara meter dpl dan beriklim tropis cenderung basah dengan suhu maximum/minimum 23 o C/ 17 o C serta curah hujan rata-rata ml per bulan (Data statistik Cisarua, 2011). Alasan pemilihan lokasi ini karena faktor alam yang sangat mendukung untuk kegiatan budidaya sayuran organik yakni struktur tanahnya yang gembur dan berdekatan dengan sumber mata air pegunungan, sehingga memudahkan untuk melakukan penyiraman terhadap tanaman. Luas kebun perusahaan yang digunakan untuk memproduksi sayuran organik adalah 3 hektar yang terdiri dari 4 plot lahan penanaman sayuran, 1 plot lahan percobaan tanaman, 2 bangunan sederhana untuk pembenihan dan beberapa bangunan seperti kantor, rumah singgah, dan penginapan untuk tamu. PT Masada Organik Indonesia didirikan bukan hanya bertujuan sebagai profit oriented akan tetapi perusahaan juga memiliki sisi sosial terhadap masyarakat dan ekologi disekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan prinsip perusahaan yaitu Enterprise for Environmental and Social Benefit. Adapun visi yang dimiliki PT Masada Organik Indonesia yaitu organic way sebagai cara untuk mengelola usaha yang benilai manfaat (value) bagi lingkungan, customer, stakeholder (crew) dan owner serta mampu menjadikan Masada Organik sebagai produk organik yang bisa diterima di seluruh dunia. Untuk dapat mewujudkan visi yang telah dirancang tersebut, PT Masada Organik Indonesia juga membuat misi-misi perusahaan. Adapun misi yang dimiliki perusahaan tersebut antara lain: 1. PT Masada Organik Indonesia sebagai perusahaan mampu memberikan nilai bagi lingkungan yaitu dengan cara budidaya yang menjamin kelangsungan kelestarian alam, nilai bagi customer akan jaminan mutu produk, serta memberikan nilai bagi stakeholder dan owner akan kehidupan sekarang dan harapan hidup di hari esok.

36 2. PT Masada Organik Indonesia sebagai research centre dengan prinsip kebersamaan dan berbagi ilmu yang mampu memfasilitasi pihak-pihak yang concern terhadap pertanian khususnya pertanian organik untuk bersama-sama menemukan cara pemecahan masalah yang dihadapi dunia pertanian. 3. PT Masada Organik Indonesia sebagai bagian dari negara Indonesia mampu menyumbangkan pengetahuan pengelolaan pertanian kebijakan pertanian di Indonesia. Dilihat dari sejarah berdirinya perusahaan serta visi dan misi yang ada di PT Masada Organik Indonesia, dapat diketahui bahwa Pak Leo termasuk kedalam golongan Risk Taker / Risk Lover. Hal ini dikarenakan Pak Leo berani mengambil risiko untuk mendirikan usahanya sendiri dan memilih tidak bergabung lagi dengan PT Amani Mastra yang merupakan perusahaan dengan jaringan pasar yang luas dan telah memiliki brand. Selain itu, Pak Leo juga mengutamakan kepuasan konsumen dengan benar-benar berusaha menghasilkan sayuran dengan cara organik. Selain itu, Pak Leo merasa mempunyai tanggung jawab moral kepada masyarakat sekitar, dilihat dari tujuan usaha ini yaitu social benefit yang tidak hanya mengutamakan aspek bisnis namun juga memperhatikan aspek sosial. 5.2 Manajemen dan Struktur Organisasi Perusahaan Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan memerlukan suatu pengorganisasian yang baik. Hal ini perlu dilakukan agar setiap orang yang terlibat dalam suatu organisasi dapat bekerja lebih terarah, terencana dan bertanggung jawab dengan pekerjanya. Perusahaan pun dalam menjalankan kegiatan setiap harinya harus didukung oleh sumberdaya manusia yang sudah diorganisasikan dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan. Segala aktivitas yang akan dijalankan, terlebih dahulu disusun suatu struktur organisasi yang baik agar dapat membantu perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi tersebut, diharapkan semua sumberdaya manusia yang dimiliki dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk menjalankan serta mengembangkan perusahaan. Secara garis besar sistem organisasi PT Masada Organik Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.

37 CEO ( Pemilik ) Komisaris Direktur Man. Operasional Man. Keuangan Man. Pemasaran Divisi Distribusi Penagihan Ordering Divisi Packing Tukar Faktur SPG Divisi kebun Gambar 5. Bagan Struktur Organisasi PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010 Sumber: PT Masada Organik Indonesia, 2011 Berdasarkan struktur organisasi tersebut dapat diketahui bahwa pemegang kekuasaan tertinggi yaitu pemiliki lahan yang sekaligus sebagai CEO. Pemilik membawahi tiap bagian yang lebih spesifik lagi yaitu bagian operasional (produksi), bagian keuangan dan bagian marketing yang masing-masing memilki tugas dan tanggung jawab sendiri. Komisaris hanya bertanggung jawab kepada pemilik atau sebagai penasehat, akan tetapi komisaris tidak memilki tanggung jawab dan kewajiban dengan bagian lainnya. Sistem manajemen yang diterapkan oleh PT Masada Organik Indonesia ini masih menggunakan sistem manajemen kekeluargaan, perusahaan tersebut akan berupaya menggunakan sistem manajemen top and down dan demokrasi. Hal ini dimaksudkan agar tiap bagian dalam sistem manajemen memiliki tanggung jawab dan saling menghargai satu sama lainnya. Sistem kekeluargaan dirasakan kurang efektif dalam menjalankan usaha ini, hal ini dikarenakan sistem kekeluargaan terkadang terdapat toleransi yang tidak sewajarnya serta rentan terhadap sikap

38 ketidakadilan. Masing-masing bagian memiliki tugas dan tanggung jawab yang telah ditetapkan sesuai dengan deskripsi pekerjaan Deskripsi Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya yang dimiliki PT Masada Organik Indonesia meliputi sumberdaya keuangan (modal) dan sumberdaya fisik. Sumberdaya keuangan merupakan kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk mengelola segala hal yang terkait dengan keuangan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Sumberdaya fisik meliputi lahan, peralatan, dan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Aspek sumberdaya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya agar tujuan perusahaan dalam mencapai keberhasilan dapat diraih. PT Masada Organik Indonesia memiliki total tenaga kerja berjumlah tiga puluh orang yang terdiri dari enam orang bagian karyawan kantor, empat belas orang buruh tani PT Masada Organik Indonesia, lima orang karyawan packing, dan lima orang karyawan distributor (bagian pemasaran). Karyawan atau tenaga kerja yang ada di PT Masada Organik Indonesia terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Status karyawan di perusahaan juga beragam yakni mulai dari tenaga kerja tetap serta tenaga kerja harian. Data tenaga kerja yang ada di PT Masada Organik Indonesia berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Tenaga Kerja di PT Masada Organik Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010 Jenis kelamin Tenaga Kerja (orang) Persentase (%) Laki-laki 20 66,7 Perempuan 10 33,3 Jumlah Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011

39 Berdasarkan Tabel 5, dapat dijelaskan bahwa tenaga kerja dalam memproduksi sayuran organik di PT Masada Organik Indonesia didominasi oleh tenaga kerja laki-laki yang memiliki proporsi 66,7 persen dari jumlah tenaga kerja. Tenaga kerja perempuan yang ada di perusahaan hanya memiliki proporsi 33,3 persen dari jumlah tenaga kerja. Setiap tenaga kerja tersebut memiliki tingkat pendidikan yang beragam mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Tingkat pendidikan tenaga kerja sebagian besar adalah SD dan SMP yaitu sebanyak 40 persen dari jumlah tenaga kerja. Tingkat pendidikan tenaga kerja yang paling sedikit adalah tenaga kerja dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu 3,3 persen dari jumlah tenaga kerja. Data mengenai tingkat pendidikan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja di PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja (orang) Persentase (%) SD 12 40,0 SMP 12 40,0 SMA 5 16,7 Perguruan Tinggi 1 3,3 Jumlah Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011 Berdasarkan Tabel 6, tenaga kerja di PT Masada Organik Indonesia umumnya telah mengikuti pendidikan formal. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh tenaga kerja di PT Masada Organik Indonesia minimal dapat membaca dan menghitung. Kondisi tersebut cukup menguntungkan bagi perusahaan karena dasar pendidikan yang telah dimiliki oleh tenaga kerja tersebut akan memudahkan mereka dalam menyerap teknologi dan informasi yang diberikan berkaitan dengan usaha budidaya sayuran organik. Umur tenaga kerja yang bekerja di PT Masada Organik Indonesia bervariasi dan digolongkan kedalam empat golongan. Adapun jumlah tenaga kerja berdasarkan masing-masing golongan umur dapat dilihat Tabel 6.

40 Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja di PT Masada Organik Indonesia Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2010 Golongan Umur (tahun) Tenaga Kerja (orang) Persentase (%) , , ,7 Jumlah Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011 Struktur umur penduduk terdiri dari anak-anak (non-produktif) pada umur 0-14 tahun, usia subur/dewasa (produktif) pada umur tahun dan penduduk usia tua pada umur 61 tahun keatas (BPS Jawa Barat, 2000). Berdasarkan batasan usia tersebut, maka Tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar umur tenaga kerja di perusahaan PT Masada Organik Indonesia terdapat pada umur yang produktif. PT Masada Organik Indonesia memiliki manajer kebun yang memiliki tanggung jawab terhadap operasional kebun secara keseluruhan, mulai dari perencanaan produksi sayuran, pendataan berbagai laporan tentang operasional kebun, pengendalian biaya produksi, pengiriman produk, melakukan pemfakturan, serta pemantauan perkembangan dan pemeliharaan kebun. Selain itu, manajer juga melakukan jalinan kerjasama dengan berbagai mitra perusahaan serta konsumen. Salah satu kemitraan yang dilakukan adalah melakukan kerjasama dengan pihak pemasok sayuran organik, karena perusahaan masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen yang tinggi dengan produksi sayuran organik yang dihasilkan oleh perusahaan. Manajer kebun membawahi bagian produksi yang terdiri dari tiga bagian antara lain persemaian, budidaya, dan pasca panen. Penanggungjawab persemaian bertanggungjawab dalam menyediakan dan menyiapkan benih/bibit tanaman yang berkualitas, melakukan perencanaan dan pendataan jumlah benih yang akan ditanam setiap plot, memastikan persediaan benih dan bibit tanaman. Selain itu, tanggung jawab bagian persemaian lainnya adalah melakukan pendataan absensi harian dan membagi gaji mingguan.

41 Penanggungjawab bagian budidaya bertugas melakukan pengawasan di lapangan, melakukan pengendalian hama dan penyakit secara organik, mengoptimalkan penggunaan pupuk secara organik untuk menghasilkan produksi yang optimal serta memastikan ketersediaan pupuk di kebun, melakukan pendataan dan pemantauan pola tanam disetiap plot, melakukan perbaikan dan pemeliharaan instalasi air pertanian dan menginventaris serta mengamankan alatalat pertanian secara berkala. Selain itu, bagian budidaya juga melakukan pencatatan produksi atau panen disetiap plot dan mendata prediksi panen setiap minggu. Bagian pasca panen bertanggung jawab dalam membersihkan dan menyortir hasil panen, memisah-misahkan hasil panen sesuai grade yang ditentukan, dan yang terakhir melakukan pengemasan pada sayuran. Sistem perekrutan tenaga kerja yang dilakukan yakni tidak mengutamakan pendidikan utamanya pada buruh tani PT Masada Organik Indonesia, akan tetapi yang paling diutamakan ialah keahlian serta pengalaman mereka tekait usaha budidaya sayuran organik. Jam kerja yang ditetapkan untuk tenaga kerjanya antara lain untuk petani mulai dari pukul WIB hingga pukul WIB dengan hari kerja mulai dari hari Minggu hingga Jumat, sedangkan Sabtu libur. Untuk tenaga kerja bagian pasca panen, kerja dimulai dari pukul WIB hingga pukul WIB, hari kerja mulai hari Senin hingga Sabtu, sedangkan hari Minggu libur. Adapun waktu istirahat yang diberikan sebanyak dua kali, yaitu pukul WIB WIB dan pukul WIB WIB. Kegiatan budidaya dilakukan di kebun seluas tiga hektar yang dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut plot. Masing-masing plot memiliki satu orang penanggungjawab. Plot yang dibuat memiliki luas lahan yang berbeda-beda. Setiap plot dibagi menjadi bedengan-bedengan yang disebut bed. Jumlah bedengan yang terdapat di kebun kurang lebih 1600 bed. Luas satu buah bed adalah kurang lebih 10 m 2. Pemberian upah kepada tenaga kerja buruh seperti buruh tani PT Masada Organik Indonesia dan bagian packing dilakukan setiap hari Jumat, sedangkan untuk karyawan tetap diberikan perbulan setiap awal bulan. Besarnya gaji dan upah terhadap tenaga kerja tergantung pada prestasi dan jenis pekerjaan dari masing-masing tenaga kerja. Prestasi tersebut dapat dinilai dari absensi, tanggung

42 jawab serta hasil yang diperoleh dari produksi lahan mereka (plot) masing-masing petani. Pembagian tenaga kerja antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan tidaklah berbeda. Jam kerja untuk tenaga kerja laki-laki dan perempuan adalah jam kerja delapan jam perharinya. Mereka menerima upah sebesar Rp per hari. Upah tersebut dibayarkan setiap satu minggu sekali, yaitu pada hari sabtu. Jam kerja tambahan (lembur) juga diberlakukan di PT Masada Organik Indonesia, upah lembur yang diberikan kepada tenaga kerja yaitu sebesar Rp per jam Permodalan dan Fasilitas Produksi Perusahaan Sumberdaya keuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dan dikelola secara baik dan benar agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan visi dan misi PT Masada Organik Indonesia. Sumberdaya keuangan yang dimiliki perusahaan tersebut dialokasikan sesuai dengan kebutuhan pada masing-masing bagian dalam perusahaan, sehingga kegiatan mulai dari proses produksi sampai ke pemasaran dapat berjalan baik. Modal PT Masada Organik Indonesia untuk menjalankan aktivitas perusahaan berasal dari modal sendiri (Owner) tanpa dibantu oleh modal pinjaman dari bank maupun lembaga keuangan lainnya. Untuk seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan dimiliki oleh Pak Leo. Permodalan yang dimiliki perusahaan berupa lahan seluas sepuluh hektar, bangunan gedung dan vila di dalam lahan, peralatan maupun kendaraan yang ada saat ini dipergunakan untuk keberlanjutan usaha atau operasional perusahaan. Seluruh peralatan yang berada di PT Masada Organik Indonesia dimiliki oleh Bapak Leo sepenuhnya. Bapak Leo juga menggunakan modal sendiri untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam pengadaan peralatan dan perlengkapan Peralatan yang dimiliki oleh PT Masada Organik Indonesia digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan produksi antara lain kegiatan pembenihan, persemaian, pemanenan, dan pasca panen. Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembenihan antara lain timbangan benih, tampah, dan kotak penjemur benih. Kegiatan persemaian juga tidak memerlukan banyak peralatan. Peralatan yang diperlukan antara lain kotak nampan, polybag, dan meja semai.

43 Peralatan yang diperlukan untuk kegiatan penanaman dan pemeliharaan cukup banyak antara lain cangkul, arit, golok, springkle, embrat, oret, semprotan, semprotan kecil, selang, dan plastik ultra violet. Selain itu, peralatan yang diperlukan untuk kegiatan panen dan pasca panen juga banyak antara lain mesin wrapping, mesin sealer, pisau, timbangan, timbangan digital, mobil pick up, container, plastik, styrofoam, polynet, dan gunting Proses Produksi Sayuran Organik Perusahaan PT Masada Organik Indonesia merupakan salah satu produsen sayuran organik yang memiliki lahan sendiri seluas tiga hektar lahan garap serta berada pada letak geografis dan wilayah yang cocok untuk tempat kegiatan usaha sayuran organik. Selain itu, perusahaan memiliki sumber mata air yang berasal dari Gunung Salak untuk membudidayakan sayurannya. Beberapa faktor pendukung tersebut membuat sayuran yang diproduksi oleh PT Masada Organik Indonesia memiliki kualitas yang bagus dan terjamin serta bebas dari bahan kimia seperti pestisida dan bahan pengawet lainnya. Perusahaan dalam kegiatan usahataninya melakukan budidaya berbagai jenis tanaman sayuran organik antara lain sayuran daun-daunan, sayuran buah, sayuran umbi-umbian, sayuran kacang-kacangan, dan sayuran bunga. Perusahaan memiliki beberapa jenis komoditi sekitar 30 jenis sayuran organik yaitu, brokoli, bunga kol, kacang merah, daun bawang, tomat, bayam hijau, bayam merah, pakcoy, caisin, selada keriting, jagung manis, zukini, lobak, kangkung, timun lokal, wortel, dan lain-lain. Produk sayuran yang menjadi unggulan perusahaan antara lain bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel karena tingginya permintaan konsumen terhadap komoditi tersebut. PT Masada Organik Indonesia memperoleh bahan baku untuk memproduksi sayuran organik berupa benih sayuran dari toko Sari Tani di Cipanas. Selain itu, pengadaan benih untuk kebutuhan produksi sayuran organik di PT Masada Organik Indonesia ada juga yang berasal dari produksi perusahaan sendiri. Benih yang diproduksi sendiri oleh PT Masada Organik Indonesia umumnya memiliki kualitas yang lebih baik dari pada pembelian di toko, karena mereka benar-benar selektif terhadap tanaman yang cocok untuk dibuat sebagai benih, hal tersebut tentu saja dapat mengefisiensikan biaya untuk pembelian benih. Namun untuk

44 beberapa jenis tanaman yang ada belum semuanya mampu dibenihkan sendiri oleh petani Masada Organik, hal ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara cuaca terhadap tanaman yang akan dijadikan benih. Tanaman yang umumnya dapat dibenihkan sendiri oleh perusahaan merupakan varietas lokal diantaranya, wortel, caisin, kacang merah, bayam hijau, jagung manis, selada. Benih yang dibeli dari toko yaitu, bayam merah, bit, tomat, zukini, lobak, brokoli, timun lokal, timun kyuri, kangkung dan pakchoy, benih tersebut diperoleh dari toko Sari tani yang berada di daerah Cipanas. Input lain yang digunakan dalam kegiatan budidaya sayuran organik adalah berupa peralatan pertanian dan peralatan pengemasan. Peralatan pertanian berupa cangkul, parang dan lainnya perusahaan dapat membelinya di toko-toko pertanian yang biasa, dalam artian tidak mengkhususkan tempatnya. Untuk mesin pengemasan dan barang-barang lain, PT Masada Organik Indonesia membeli di tempat khusus, yaitu pasar glodok yang berada di daerah Jakarta. Peralatan yang dimiliki oleh perusahaan merupakan barang inventaris yang memiliki umur ekonomis dan dapat digunakan lebih dari satu tahun. Selain peralatan inventaris perusahaan juga memerlukan input berupa peralatan pengemasan yang berupa input peralatan secara kontinyu seperti plastik untuk wrapping, plastik sayur dan sebagainya. Untuk memperoleh peralatan tersebut biasanya perusahaan membelinya di pasar atau tempat penjualan sarana pertanian lain yang berada di daerah Bogor. PT Masada Organik Indonesia dalam menerapkan teknik budidaya pada masing-masing tanaman sayuran yang diusahakan berbeda-beda, tergantung dari jenis tanaman itu sendiri, namun untuk tanaman semusim hal tersebut relatif sama. Pengolahan tanah lebih ditekankan pada pemilihan jarak tanam yang tepat sebab jarak tanam menentukan jumlah populasi, kebutuhan benih dan jumlah pupuk serta mempengaruhi tingkat efisiensi penyerapan cahaya dan kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara. Proses produksi yang terjadi pada PT Masada Organik Indonesia menggunakan metode pertanian organik, dimana dalam proses tersebut tidak digunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Akan tetapi, proses produksi untuk sayuran organik ini tidak jauh berbeda dengan sistem pertanian

45 konvensional. Alur proses produksi sayuran organik pada PT Masada Organik Indonesia secara singkat dapat dilihat pada Gambar 6. Persiapan benih dan pembibitan Persiapan lahan Penanaman Pemeliharaan Pemanenan Pasca Panen Gambar 6. Alur Proses Produksi pada PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010 Sumber: PT Masada Organik Indonesia, 2011 Gambar 6 menunjukkan bahwa pada proses awal yang dilakukan oleh PT Masada Organik Indonesia dalam proses budidayanya ialah melakukan persiapan benih dan pembibitan. Benih untuk sayuran diperoleh dari toko pertanian di daerah Cipanas, namun sebagian berasal dari petani Masada sendiri. Benih sayuran yang diperoleh tidak semuanya bisa ditanam langsung ke lahan, akan tetapi sebagiannya harus dilakukan proses persemaian terlebih dahulu. Persemaian benih dilakukan sendiri oleh petani PT Masada. Persemaian benih umumnya memerlukan waktu kurang lebih selama satu minggu, setelah seminggu benih tersebut akan dipindahkan ke dalam polybag (dokumentasi kegiatan persemaian benih dapat dilihat pada Lampiran 11). Hal yang terpenting dilakukan selama proses persemaian benih hingga menjadi bibit ialah penyiraman dan pengendalian hama. PT Masada Organik Indonesia memiliki beberapa tanaman yang perlu dilakukan proses persemaian terlebih dahulu sebelum akhirnya dapat ditanam di kebun. Proses persemaian ini ditujukan untuk mempersiapkan bibit yang akan

46 ditanam dilahan, karena terdapat beberapa jenis tanaman sayuran yang tidak dapat ditanam secara langsung sebelum dilakukan penyemaian. Hal tersebut diharapkan tanaman dapat tumbuh secara optimal dan mampu beradaptasi di lingkungan kebun (outdoor). Pada umumnya, benih disemai selama 2-3 minggu pada polybag atau daun pisang, dengan media tanam berupa campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:1. Setelah 2-3 minggu bibit tanaman dapat mulai ditanam di lahan, seperti jagung manis, brokoli, timun lokal, timun curry, zukini, tomat, dan terong. Tahap selanjutnya adalah tahap persiapan lahan. Tahap ini bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Lahan yang telah memadat dan keras harus diolah kembali, agar menjadi tanah lebih halus serta berstruktur gembur. Lahan juga harus dibersihkan dari semak berlukar, rumput-rumput, gulma dan sisa-sisa tanaman lain. Proses pembersihan lahan ini dilakukan oleh para tenaga kerja harian secara manual. Setelah tahap persiapan lahan, tahap pengolahan tanah pun dimulai. Pengolahan tanah merupakan proses penggemburan tanah, agar tanah bagian dalam dapat terangkat ke permukaan atas dalam bentuk gumpalan-gumpalan besar. Penggemburan tanah ini bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Proses pengolahan tanah dilakukan dengan menggali tanah hingga kedalaman kurang lebih cm. Penggalian tanah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap dan memperbaiki tata udara (aerasi) tanah. Tanah tersebut dicampur dengan berbagai macam tanaman dan kotoran ternak untuk meningkatkan kandungan bahan-bahan organik. Pencampuran ini bertujuan untuk membantu memperbaiki keadaan fisik tanah, menyediakan zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, dan untuk perkembangan organisme tanah. Pengolahan tanah pada perusahaan Masada Organik ini menggunakan peralatan yang cukup sederhana yaitu menggunakan cangkul, hal ini dikarenakan tanah tersebut sudah memiliki tekstur yang gembur. Kesuburan tanah dapat ditingkatkan dengan mencampur tanah dengan pupuk kandang atau pupuk kompos. Langkah selanjutnya adalah membuat bedengan-bedengan.

47 Bedengan merupakan tempat penanaman, sedangkan parit atau selokan merupakan saluran pengairan (irigasi) dan pengeluaran air dari lahan penanaman (drainase). Bedengan dan parit akan mempermudahkan pelaksanaan kegiatan pemupukan, pengairan, pembuangan air yang berlebih, pemberantasan hama dan penyakit. Bedengan pada perusahaan PT Masada Organik Indonesia ini umumnya memiliki lebar 1 m, dengan tinggi bedengan cm dan panjang rata-rata setiap bedengan 8-10 m (dokumentasi bedengan dapat dilihat Lampiran 11). Setelah dibuat bedengan, tanah didiamkan selama beberapa hari. Berikut ini adalah gambar lahan yang dipersiapkan untuk ditanami sayuran organik yang dapat dilihat pada Gambar m 25cm 1m 35 cm Gambar 7. Keragaan Ukuran Bedengan Sayuran Organik di PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010 Persiapan lahan yang telah selesai selanjutnya dilakukan penanaman sayuran (dokumentasi persiapan lahan dapat dilihat pada Lampiran 11). Proses penanaman tersebut harus diketahui terlebih dahulu tentang jarak tanam. Jarak tanam sayuran satu dengan yang lainnya berbeda-beda disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Tanaman jenis sayuran berdaun jarak tanamnya adalah 20 cm, jenis sayuran umbi-umbian jarak tanamnya 40 cm dan jenis sayuran bunga jarak tanamnya 50 cm. Selain itu, dalam proses penanaman dilakukan pengaturan setiap bedengan yang akan ditanami. Pengaturan tersebut dilakukan agar produksi sayuran pada perusahaan dapat dipanen secara kontinyu setiap harinya.

48 Salah satu pengaturan yang dilakukan dalam proses penanaman adalah rotasi tanaman. Rotasi tanaman diperlukan untuk menghindari serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman sayuran organik. Oleh karena itu, setelah pemanenan, bedengan dipersiapkan untuk ditanami kembali dengan syarat bukan jenis tanaman yang sama dengan jenis tanaman sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan unsur hara yang telah diambil oleh tanaman sayuran sebelumnya. Setelah menanam sayuran sejenis daun-daunan, biasanya bedengan tersebut akan ditanami oleh wortel. Hal ini dikarenakan sisa pupuk yang digunakan pada sayuran sejenis daun-daunan masih ada dan cukup untuk tanaman wortel. Selain itu, bedengan tersebut juga dapat ditanami tanaman kacangkacangan agar dapat mengembalikan unsur hara yang ada pada tanah. Proses penanaman atau penaburan benih ke bedengan pada perusahaan Masada Organik Indonesia, ada yang dapat ditanam langsung di bedengan dan ada juga benih yang melalui proses persemaian terlebih dahulu sebelum ditanam. Jenis-jenis benih sayuran yang harus melalui proses persemaian antara lain tomat, brokoli, timun lokal, zukini, bit, dan lain-lain Sedangkan benih sayuran yang dapat langsung ditanam di bedengan antara lain jagung manis, caisin, bayam hijau, bayam merah dan lain lain. Penanaman sayuran organik umumnya dilakukan pada waktu pagi hari yaitu sekitar pukul WIB WIB agar bibit atau benih sayuran yang ditanam bisa mendapatkan penyinaran matahari yang baik. Penanaman dilakukan oleh para petani pada tiap plot dengan diawasi secara khusus oleh kepala blok dan secara umum oleh supervisor kebun. Lahan efektif yang dipergunakan adalah tiga hektar sudah termasuk area untuk jalan lintasan, tempat untuk pengomposan pupuk, tempat untuk persemaian, dan lain-lain. Pengaturan lainnya yang dilakukan dalam proses penanaman adalah penentuan jumlah bedengan. Total jumlah bedengan kurang lebih ada 1600 bed setiap bulannya. Penanaman dilakukan pada plot-plot yang memiliki lokasi yang berbeda-beda dan berjumlah sebanyak lima plot. Luasan lahan untuk bayam hijau sekitar 600 m 2, brokoli 4200 m 2, caisin 600 m 2, dan wortel 2100 m 2 dengan menggunakan pendekatan total jumlah bedengan yang dipergunakan untuk

49 tanaman tersebut dikali dengan luas tiap bedengan. Berikut ini adalah lokasi dan jumlah bedengan yang ada pada masing-masing plot: a. Plot I memiliki jumlah bedengan 450 bed. b. Plot II memiliki jumlah bedengan 380 bed. c. Plot III memiliki jumlah bedengan 250 bed. d. Plot IV memiliki jumlah bedengan 250 bed. e. Plot V memiliki jumlah bedengan 300 bed. Tahap selanjutnya setelah penanaman adalah tahap pemeliharaan yang relatif sama untuk setiap tanaman sayuran. Pemeliharaan tanaman sayuran pada PT Masada Organik Indonesia meliputi penyiraman, pemupukan, dan pembumbunan. Selain itu, pengairan juga merupakan kegiatan yang penting dilakukan karena semua tanaman memerlukan air. Pada PT Masada Organik Indonesia, mereka menggunakan sumber air dari mata air yang berasal dari gunung untuk pengairan dan penyiraman. Penyiraman pada tanaman dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Pemupukan merupakan penambahan unsur hara yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah dan memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pupuk adalah hara tanaman yang ada dalam tanah, atmosfir dan pada kotoran hewan secara alami. Namun hara yang ada tidak selalu tersedia dalam bentuk yang siap digunakan tanaman dan jumlahnya pun tidak mencukupi, oleh karena itu perlu ditambahkan dengan penggunaan pupuk untuk membantu pertumbuhan tanaman yang optimum. PT Masada Organik Indonesia menggunakan pupuk organik dalam setiap kegiatan budidayanya, yaitu pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, ranting-ranting, dan kompos. Pupuk yang digunakan oleh PT Masada Organik Indonesia untuk proses produksi sayuran organik diantaranya ialah pupuk kandang (kotoran ayam dan kotoran kambing) dan pupuk cair (yang berasal dari air seni kelinci). PT Masada Organik Indonesia membeli pupuk tersebut dari peternakan ayam di daerah Cipanas dan sebuah pesantren di Cianjur. Kotoran ayam yang dibeli oleh PT Masada Organik Indonesia untuk pupuk kandang masih dalam keadaan segar,

50 sehingga pupuk kandang tersebut harus didiamkan terlebih dahulu selama beberapa minggu agar pupuk tersebut lebih bagus dan lebih mudah diserap oleh tanaman. Pembelian pupuk kandang dilakukan setiap satu bulan sekali dengan rata-rata pembelian sebanyak 500 karung atau setara dengan 3-4 ton, sedangkan untuk air seni kelinci setiap tiga bulan sekali yaitu sebanyak 450 liter. Hama adalah permasalahan yang biasa dihadapi dalam melakukan kegiatan pertanian. Untuk menganggulangi masalah tersebut dalam pertanian organik, tidak dilakukan pembunuhan hama yang menyerang secara besarbesaran. Hal ini dikarenakan dalam bididaya pertanian organik selalu membuat pencegahan terlebih dahulu agar tidak terjadi penyerangan hama dan penyakit pada tanaman. Tindakan pencegahan yang dilakukan dengan menanam tanaman penangkal hama disekeliling tanaman. Apabila tanaman penangkal hama tersebut sudah tidak bisa menangkal lagi, maka langkah selanjutnya adalah mengusir hama dengan langsung menggunakan pestisida nabati. Pestisida nabati dapat diperoleh dari tumbuhan atau dari binatang dan sejumlah mineral yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman. Beberapa tanaman penangkal hama yang dapat digunakan antara lain, tanaman kisutra atau kipait, daun pucuk babi, daun kemangi, daun suren, bawang putih, kemiri, tomat, sereh, biji sirsak, jagung, dan lain-lain. Selanjutnya, bila tanaman sudah mencapai umurnya dan tumbuh dengan baik, artinya tanaman tersebut sudah siap untuk dipanen. Cara panen untuk setiap jenis tanaman yang diusahakan berbeda-beda. Begitu pula dengan umur panen dari masing-masing tanaman, seperti contoh caisin dengan selada walaupun samasama sayuran daun (leave) tetapi umur panen mereka berbeda-beda. Untuk tanaman buah seperti tomat dipilih dengan tingkat kematangan yang cukup, yaitu buah yang berwarna kemerahan dan ukuran buah sesuai dengan yang diiinginkan. Berbeda dengan tanaman umbi-umbian, umbi tersebut baru dapat di panen setelah umbi tersebut terlihat menonjol di permukaan tanah dan ukuran sesuai dengan yang diinginkan. Namun, khusus untuk tanaman timun-timunan yang dipilih untuk di panen, yaitu dilihat dari ukurannya. Apabila telah dinilai sesuai dengan standar ukuran maka buah tersebut sudah dapat di panen.

51 Tahap terakhir adalah pascapanen yang merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan dilakukan. Tujuan penanganan pascapanen diantaranya sebagai berikut: a. Agar sayuran yang telah dipanen tetap baik mutunya atau tetap segar seperti ketika di petik b. Agar sayuran menjadi lebih menarik (warna, rasa atau aroma) c. Agar sayuran dapat memenuhi standar perdagangan d. Agar mutu sayuran selalu terjamin untuk dijadikan bahan baku bagi konsumen industri yang memerlukannya e. Agar hasil sayuran lebih awet dan sewaktu-waktu bisa digunakan atau dipasarkan dengan kualitas yang tetap terjamin. Hal yang dapat dilakukan agar semua tujuan tersebut tercapai ialah pembersihan, sortasi, pengemasan, pengangkutan dan pengolahan hasil. Namun, di PT Masada Organik Indonesia tidak melakukan pengelolaan dalam proses pasca panen, karena mereka menjual sayuran dalam bentuk segar. Pembersihan merupakan salah satu tindakan penting sebelum sayuran diproses lebih lanjut. Pembersihan bertujuan untuk membuang kotoran dan bagian sayuran yang tidak penting serta menyingkirkan komoditi lain yang terbawa. Setelah pembersihan, kegiatan selanjutnya adalah sortasi. Sortasi merupakan proses pemisahan dan penggolongan berdasarkan kualitas dan keseragaman (dokumentasi kegiatan sortasi dapat dilihat pada Lampiran 11). Kegiatan sortasi yang dilakukan adalah kegiatan memilih dan membuang bagian-bagian sayuran yang telah rusak. Proses kegiatan sortasi ini umumnya berlangsung dua kali yaitu sortasi yang dilakukan oleh petani setelah melakukan panen di lahan dan sortasi yang dilakukan oleh bagian packing setelah sayuran diterima dari petani. Dasar sortasi dapat dilakukan dengan salah satu atau prinsip pemilahan berikut: a. Ukuran berat. b. Bentuk. c. Sifat permukaan. d. Warna. e. Tingkat kematangan/kemasakan.

52 Proses sortasi sayuran dilakukan dengan pemilahan atau pengupasan dedaunan yang terlihat menguning maupun tua dan mengalami kerusakan, sedangkan untuk sayuran umbi-umbian disesuaikan dengan ukuran permintaan pelanggan dan untuk tomat dipilih yang tidak busuk dan lebam. Hal ini dilakukan perusahaan agar hasil produksi yang dipasarkan benar-benar memiliki kualitas yang baik. Setelah itu, tahap berikutnya adalah grading. Grading merupakan suatu kegiatan melakukan pengelompokan terhadap produk berdasarkan ukurannya. Penentuan grade ini disesuaikan berdasarkan keinginan dan permintaan dari pelanggan tetap. Masing-masing jenis sayuran memiliki proses grading yang berbeda-beda. Proses grading ini cukup terlihat pada sayuran sejenis wortel, jagung manis, timun, zukini, dan brokoli. Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengemasan. Pengemasan (packing) merupakan salah satu cara untuk melindungi atau mengawetkan produk pangan (dokumentasi kegiatan pengemasan dapat dilihat pada Lampiran 11). Selain itu pengemasan juga merupakan penunjang bagi transportasi, distribusi dan merupakan bagian dari usaha untuk mengatasi persaingan dalam pemasaran. Packing dilakukan berdasarkan berat sayuran dalam satu kemasan, biasanya proses packing disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Kemasan yang digunakan untuk proses packing pada perusahaan Masada Organik Indonesia menggunakan plastik, styrofoam dan polynet. Penggunaan kemasan tersebut dibedakan berdasarkan dengan permintaan pelanggan. Kemasan yang digunakan terbagi atas : a. Kemasan plastik transparan untuk tanaman daun-daunan, seperti bayam, kangkung, selada keriting, daun bawang, pakchoy, tomat, wortel, dll. b. Kemasan plastik wrap untuk buah-buahan, seperti terung, timun-timunan, labu siam, paprika, brokoli, kol, bunga kol, sawi putih, dll. c. Kemasan styrofoam untuk buah yang berukuran kecil, seperti jagung acar, kacang merah, buncis, dll. d. Kemasan polynet untuk kentang.

53 5.6. Pola Tanam Usahatani Perusahaan dalam membudidayakan sayuran organik melakukan pengaturan terhadap lahan dengan sistem pola tanam. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat berproduksi dalam periode waktu tertentu, dengan kualitas dan kuantitas sayur organik yang diinginkan. Pengaturan pola tanam dilakukan berdasarkan pertimbangan dari kontinyuitas produk. Kemampuan perusahaan untuk menjaga kontinyuitas dalam kegiatan produksi merupakan nilai tambah bagi perusahaan. Penanaman sayuran organik pada perusahaan ini dapat dilakukan dengan pola tanam monokultur dan tumpangsari. Monokultur adalah sistem penanaman satu komoditi saja. Sedangkan pola tanam tumpangsari adalah sistem penanaman minimal dua komoditi. Pola tanam tumpangsari bertujuan agar penggunaan tiap bedengan lahan lebih efektif, untuk memutuskan siklus hama dan menghindari terjadinya kompetensi hara. Perusahaan melakukan penanaman sayuran bayam hijau dan caisin setiap bulan. Hal tersebut dikarenakan bayam hijau dan caisin memiliki masa tanam yang kurang lebih satu bulan. Brokoli dan wortel memiliki masa tanam tiga bulan. Sama halnya dengan bayam hijau dan caisin, penanaman wortel juga dilakukan setiap bulan karena jumlah permintaan wortel yang tinggi. Berbeda dengan wortel, brokoli penanamannya dilakukan per periode masa tanam. Walaupun permintaan brokoli juga tinggi, namun perusahaan belum mampu memenuhinya sendiri dan sebagian besar mengandalkan produksi dari pemasok untuk memenuhi permintaan konsumen. Pola tanam secara tumpangsari yang dilakukan perusahaan harus memenuhi beberapa syarat diantaranya jenis sayuran bunga ditumpangsarikan dengan sayuran berdaun, sayuran umbi-umbian ditumpangsarikan dengan sayuran berdaun, dan tanaman sayuran berakar serabut ditumpangsarikan dengan tanaman sayuran berakar tunggal. Selain itu, pola tanam sayuran organik yang dilakukan ditentukan berdasarkan umur tanaman yaitu tanaman sayuran yang berumur panjang (satu musim/tiga bulan) ditumpangsarikan dengan tanaman sayuran berumur pendek (tiga minggu/ satu bulan).

54 Penanaman sayuran organik setiap komoditi dilakukan pada lahan yang sama tetapi ditanam dengan blok yang berbeda-beda. Perusahaan melakukan kegiatan diversifikasi karena setiap musim perusahaan mengusahakan dan menghasilkan lebih dari satu jenis tanaman sayuran. Kegiatan diversifikasi ini dilakukan oleh PT Masada Organik Indonesia dengan tujuan untuk mengatasi adanya kegagalan atau risiko produksi. Secara umum terdapat tiga macam pola tanam yang dominan dilakukan oleh PT Masada Organik Indonesia pada keempat komoditi sayuran organik ini, yaitu : a. Pola tanam I yaitu brokoli + caisin wortel brokoli + caisin wortel dan seterusnya (Gambar 8). Luas lahan Brokoli + Caisin + O + O + O + + O + O + O + + O + O + O + Wortel Brokoli + Caisin + O + O + O + + O + O + O + + O + O + O + Wortel Januari April Juli Oktober Gambar 8. Pola Tanam I pada PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010 Keterangan: + = Brokoli O = Caisin Bulan PT Masada Organik Indonesia menerapkan pola tanam I diawali dengan menanam brokoli dengan caisin selanjutnya menanam tumpangsari wortel. Brokoli memiliki periode masa tanam kurang lebih tiga bulan, begitu pula dengan wortel yang periode masa tanamnya kurang lebih tiga bulan. Tanaman caisin memiliki periode masa tanam kurang lebih tiga minggu, sehingga saat dikombinasikan dengan brokoli, caisin lebih dahulu dipanen saat brokoli masih berada dalam masa pertumbuhan. Pertimbangan perusahaan dalam menerapkan pola tanam I adalah lahan yang telah ditanami tanaman brokoli dan caisin masih mengandung banyak pupuk yang dapat mencukupi kebutuhan pupuk untuk tanaman wortel. Oleh karena itu, tanaman wortel yang ditanami setelah tanaman brokoli dan caisin, tidak perlu lagi

55 diberi pupuk. Perusahaan memilih kombinasi brokoli dengan caisin karena caisin cocok untuk dikombinasikan dengan tanaman sayuran lainnya salah satunya adalah tanaman brokoli. b. Pola tanam II yaitu bayam hijau wortel bayam hijau wortel dan seterusnya (Gambar 9). Luas lahan Bayam Wortel+ Caisin # O # O # O # O # O # O # O # O # O Bayam Wortel+Caisin # O # O # O # O # O # O # O # O # O Januari Februari Mei Juni September Oktober Januari Bulan Bayam Wortel+ Caisin # O # O # O # O # O # O # O # O # O Gambar 9. Pola Tanam II pada PT Masada Organik Indonesia Tahun 2010 Keterangan: # = Wortel O = Caisin PT Masada Organik Indonesia menerapkan pola tanam II diawali dengan menanam bayam hijau selanjutnya menanam wortel. Tanaman bayam hijau memiliki periode masa tanam kurang lebih tiga minggu. Menurut wawancara dengan pihak kebun, tanaman bayam hijau tidak dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lainnya karena penanaman benihnya dengan cara disebar dan pertumbuhan daunnya yang melebar. Pertimbangan perusahaan dalam menerapkan pola tanam II adalah lahan yang telah ditanami tanaman bayam hijau masih mengandung banyak pupuk yang dapat mencukupi kebutuhan pupuk untuk tanaman wortel dan caisin. Oleh karena itu, tanaman wortel dan caisin yang ditanami setelah tanaman brokoli, tidak perlu lagi diberi pupuk. Perusahaan memilih kombinasi wortel dengan caisin karena wortel cocok untuk dikombinasikan dengan tanaman yang memiliki akar tunggang yaitu tanaman caisin. Salah satu penerapan pola tanam yang ada di perusahaan yaitu lahan yang sudah ditanami dengan brokoli, caisin dan bayam hijau maka pada musim

56 berikutnya sebaiknya lahan tersebut tidak boleh ditanami kembali dengan komoditi yang termasuk dalam satu famili. Perlakuan tersebut didasarkan pada alasan bahwa lahan yang ditanami dengan komoditi yang termasuk satu famili secara berturut-turut setiap musim tanam maka siklus hidup hama dan penyakit tanaman tidak akan terputus. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan dengan menerapkan pola tanam dengan menanam komoditi lain pada musim berikutnya. Perusahaan menerapkan juga pola tanam pada wortel dengan menanamnya di lahan yang sebelumnya ditanami dengan komoditi yang memerlukan banyak pupuk karena lahan tersebut masih mengandung cukup unsur hara. Hal tersebut dikarenakan dalam menanam wortel tidak memerlukan banyak pupuk sehingga wortel yang ditanam pada lahan tersebut tidak perlu lagi diberi pupuk atau hanya perlu menambahkan sedikit pupuk. Penerapan pola tanam seperti ini dapat menghemat biaya produksi dalam pemakaian pupuk Input dan Output Usahatani Sayuran Organik Pengunaan input dan hasil output yang diperoleh dari usahatani tiap komoditi berbeda-beda. Yang dimaksud input usahatani dalam penelitian ini adalah pupuk, obat, benih, dan tenaga kerja yang dibutuhkan setiap bulannya. Yang dimaksud output usahatani dalam penelitian ini adalah rata-rata hasil produksi komoditi sayuran bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel setiap bulannya. Rata-rata penggunaan input dan hasil output usahatani pada komoditi sayuran bayam hijau (600 m 2 ), brokoli (4200 m 2 ), caisin (600 m 2 ), dan wortel (2100 m 2 ) dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-rata Penggunaan Input dan Perolehan Output Produksi pada Usahatani Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel PT Masada Organik Indonesia Setiap Bulan di Tahun Uraian Bayam Hijau (600m 2 ) Brokoli (4200m 2 ) Caisin (600m 2 ) Wortel (2100m 2 ) Input Pupuk Kandang (kg) Benih (kg) 1 0,4 1,5 1 Obat nabati (Rp) Tenaga Kerja (Rp) Output Produksi (kg) 103,8 96,1 112,3 341,1

57 Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa penggunaan input tiap komoditi sayuran berbeda satu dengan lainnya. Satuan pupuk yang digunakan adalah per karung, dimana tiap karung berisi 40 kilogram pupuk kandang. Penggunaan pupuk untuk komoditi bayam hijau dan caisin sama banyaknya yaitu rata-rata tiap bedeng memerlukan satu kilogram pupuk kandang. Dalam budidaya komoditi brokoli, memerlukan cukup banyak pupuk kandang, dimulai dari kegiatan persemaian hingga penanaman di lahan. Hal ini bertolak belakang dengan penggunaan pupuk untuk komoditi wortel yang tidak memerlukan banyak pupuk kandang. Berdasarkan hasil wawancara di lapang, dalam menanam wortel bahkan tidak memerlukan tambahan pupuk lagi bila lahan yang digunakan sebelumnya ditanami oleh brokoli, bayam hijau, atau caisin. Hal ini dikarenakan lahan yang sebelumnya ditanami brokoli, bayam hijau, dan caisin masih mengandung pupuk kandang di dalam tanahnya. Penggunaan obat-obatan merupakan hal yang penting dalam budidaya sayuran organik untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Jenis obat-obatan yang digunakan oleh petani di PT Masada Organik Indonesia adalah pestisida nabati dan pupuk cair. Pestisida nabati dapat diperoleh dari tumbuhan atau dari binatang dan sejumlah mineral yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman. Beberapa tanaman penangkal hama yang dapat digunakan antara lain, tanaman kisutra atau kipait, daun pucuk babi, daun kemangi, daun suren, bawang putih, kemiri, tomat, sereh, biji sirsak, jagung, dan lain-lain. Pupuk cair yang digunakan perusahaan terbuat dari air seni kelinci. Air seni kelinci yang dibutuhkan untuk seluruh budidaya sayuran organik yaitu sebanyak 450 liter selama tiga bulan. Intensitas rata-rata penyemprotan dengan obat-obatan ini dilakukan seminggu dua kali dengan lama penyemprotan untuk setiap plot yang ada kira-kira satu jam. Input usahatani sayuran organik yang penting lainnya adalah benih. Pada budidaya bayam hijau dan caisin, benih langsung ditabur ke bedengan. Dua minggu kemudian dilakukan penjarangan. Hal ini serupa dengan budidaya wortel. Namun penjarangannya dilakukan setelah tanaman wortel berumur kira-kira enam minggu. Berbeda dengan tanaman bayam hijau, caisin, dan wortel, benih

58 brokoli tidak ditabur langsung di bedengan, melainkan dilakukan persemaian terlebih dahulu di dalam greenhouse. Proses persemaian hingga menjadi bibit yang siap ditanam memerlukan waktu selama dua hingga tiga minggu. Output usahatani sayuran organik yang terdapat pada Tabel 8 adalah perolehan rata-rata produksi sayuran bayam hijau, brokoli, caisin dan wortel. Produksi tiap komoditi tersebut merupakan total produksi yang diperoleh dari keseluruhan plot lahan di perusahaan. Rata-rata produksi sayuran tersebut didapat dari total produksi komoditi sayuran dibagi dengan sepuluh periode masa tanam pada tahun Perolehan produksi setiap bulan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran Pendapatan Usahatani Pendapatan yang diperoleh perusahaan berasal dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan selama periode produksi berlangsung. Penerimaan dihitung dari total produksi dikalikan harga jual. Penerimaan berasal dari penjualan tanaman bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik. a. Bayam Hijau Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian pupuk kandang, pembelian benih dan obatobatan. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya maintenance. Biaya maintenance terdiri dari biaya telepon, listrik, transportasi, dan lain lain. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan peralatan. Biaya-biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

59 Tabel 9. Biaya Usahatani Bayam Hijau per 600 m 2 Indonesia Tahun di PT Masada Organik Keterangan Satuan Jumlah Harga/Satuan Total Biaya (Rp) (Rp) 1. Biaya Tunai a. Pupuk kdg Kg b. Benih Kg c. Obat nabati d. Biaya TK Org e. Biaya maintenance Bulan (listrik.transport.dll ) Total Biaya Tunai (Rp) Biaya yg diperhitungkan Penyusutan alat tahun 1 (bulan) Total Biaya yang diperhitungkan (Rp) Total biaya (Rp) Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011 Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat total biaya yang dikeluarkan satu periode produksi untuk bayam hijau yaitu sebesar Rp dengan total produksi pada periode pertama sebesar 234,75 kg. Penerimaan dari tanaman bayam hijau diperoleh dari total produksi dikalikan harga jual Rp Pendapatan yang diterima perusahaan dalam mengusahakan bayam hijau diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dapat dilihat dapat dilihat pada Tabel 10.

60 Tabel 10. Pendapatan Usahatani Bayam Hijau per 600 m 2 di PT Masada Organik Indonesia April 2010 Januari Periode Produksi Harga Penerimaan Biaya Pendapatan (Kg) (Rp) (Rp) Produksi (Rp) (Rp) 1 234, , , , , , , , , Pendapatan yang diterima PT Masada Organik Indonesia dari usahatani bayam hijau berfluktuatif setiap bulannya. Pendapatan tertinggi diraih pada periode pertama yaitu sebesar Rp dan pendapatan terendah diraih pada periode kesepuluh yaitu sebesar Rp b. Brokoli Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian pupuk kandang, pembelian benih dan obatobatan. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya maintenance. Biaya maintenance terdiri dari biaya telepon, listrik, transportasi, dan lain lain. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan peralatan. Biayabiaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

61 Tabel 11. Biaya Usahatani Brokoli per 4200 m 2 di PT Masada Organik Indonesia Tahun Keterangan Satuan Jumlah rga/satuan Total Biaya (Rp) (Rp) 1. Biaya Tunai a. Pupuk kdg kg b. Benih bks c. Obat nabati d. Biaya TK org e. Biaya maintenance bulan 3, (listrik.transport.dll) Total Biaya Tunai (Rp) Biaya yg diperhitungkan Penyusutan alat tahun 3,5 (bln) Total Biaya yang diperhitungkan (Rp) Total biaya (Rp) Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011 Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat total biaya yang dikeluarkan satu periode produksi untuk brokoli yaitu sebesar Rp dengan total produksi pada periode pertama sebesar 24 kg. Penerimaan dari tanaman brokoli diperoleh dari total produksi dikalikan harga jual Rp Pendapatan yang diterima perusahaan dalam mengusahakan brokoli diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dapat dilihat dapat dilihat pada Tabel 12.

62 Tabel 12. Pendapatan Usahatani Brokoli per 4200 m 2 di PT Masada Organik Indonesia April 2010 Januari Periode Produksi Harga Penerimaan Biaya Pendapatan (kg) (Rp) (Rp) Produksi (Kg) (Rp) , , Pendapatan yang diterima PT Masada Organik Indonesia dari usahatani brokoli berfluktuatif setiap bulannya. Pendapatan tertinggi diraih pada periode ketujuh yaitu sebesar Rp dan pendapatan terendah diraih pada periode pertama yang mengalami kerugian sebesar Rp c. Caisin Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian pupuk kandang, pembelian benih dan obatobatan. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya maintenance. Biaya maintenance terdiri dari biaya telepon, listrik, transportasi, dan lain lain. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan peralatan. Biaya-biaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.

63 Tabel 13. Biaya Usahatani Caisin per 600 m 2 di PT Masada Organik Indonesia Tahun Keterangan Satuan Jumlah rga/satuan Total Biaya (Rp) (Rp) 1. Biaya Tunai a. Pupuk kdg kg b. Benih kg 1, c. Obat nabati d. Biaya TK org e. Biaya maintenance bulan (listrik.transport.dll) Total Biaya Tunai (Rp) Biaya yg diperhitungkan Penyusutan alat tahun 1(bulan) Total Biaya yang diperhitungkan (Rp) Total biaya (Rp) Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011 Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat total biaya yang dikeluarkan satu periode produksi untuk tanaman caisin yaitu sebesar Rp dengan total produksi pada periode pertama sebesar 92 kg. Penerimaan dari tanaman caisin diperoleh dari total produksi dikalikan harga jual Rp Pendapatan yang diterima perusahaan dalam mengusahakan caisin diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dapat dilihat dapat dilihat pada Tabel 14.

64 Tabel 14. Pendapatan Usahatani Caisin per 600 m 2 di PT Masada Organik Indonesia April 2010 Januari Periode Produksi Harga Penerimaan Biaya Pendapatan (Kg) (Rp) (Rp) Produksi (Rp) (Rp) , , , , , , , Pendapatan yang diterima PT Masada Organik Indonesia dari usahatani caisin berfluktuatif setiap bulannya. Pendapatan tertinggi diraih pada periode kelima yaitu sebesar Rp dan pendapatan terendah diraih pada periode keenam yang mengalami kerugian sebesar Rp d. Wortel Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian pupuk kandang, pembelian benih dan obatobatan. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya maintenance. Biaya maintenance terdiri dari biaya telepon, listrik, transportasi, dan lain lain. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya penyusutan peralatan. Biayabiaya tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

65 Tabel 15. Biaya Usahatani Wortel per 2100 m 2 di PT Masada Organik Indonesia Tahun Keterangan uan Jumlah Harga/Satuan Total Biaya (Rp) (Rp) 1. Biaya Tunai a. Pupuk kdg kg b. Benih bks c. Obat nabati d. Biaya TK org e. Biaya maintenance bulan 3, (listrik.transport.dll) al Biaya Tunai (Rp) Biaya yg diperhitungkan Penyusutan alat tahun (bln) Total Biaya yang diperhitungkan (Rp) Total biaya (Rp) Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011 Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat total biaya yang dikeluarkan satu periode produksi untuk tanaman wortel yaitu sebesar Rp dengan total produksi pada periode pertama sebesar 458 kg. Penerimaan dari tanaman wortel diperoleh dari total produksi dikalikan harga jual Rp Pendapatan yang diterima perusahaan dalam mengusahakan wortel diperoleh dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dapat dilihat dapat dilihat pada Tabel 16.

66 Tabel 16. Pendapatan Usahatani Wortel per 2100 m 2 di PT Masada Organik Indonesia April 2010 Januari Peri ode Produ ksi (Kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) Biaya Produksi (Rp) Pendapatan (Rp) , , , , Pendapatan yang diterima PT Masada Organik Indonesia dari usahatani caisin berfluktuatif setiap bulannya. Pendapatan tertinggi diraih pada periode kedelapan yaitu sebesar Rp dan pendapatan terendah diraih pada periode keenam yang mengalami kerugian sebesar Rp Pemasaran Sayuran Organik Perusahaan PT Masada Organik Indonesia dalam kegiatan pemasaran melakukan dengan tim pemasaran yang berpengalaman dan mampu memanfaatkan peluang yang ada di pasar. Hal ini terbukti dari awal berdirinya PT Masada Organik Indonesia hingga kini mampu melakukan ekspansi pasar secara meluas, sehingga pada tahun 2010 perusahaan mampu menjalin kerjasama dengan PT Lotte Mart. Sebelumnya, perusahaan telah melakukan ekspansi pasar ke sebagian Carrefour di daerah Jakarta dan Tangerang. PT Masada Organik Indonesia juga memiliki sertifikat yang menjamin mutu produk. Untuk memperluas jaringan pemasaran, perusahaan melayani konsumen yang ingin membeli dan memesan langsung, selain itu perusahaan juga melayani akan kebutuhan sayuran organik pada restoran di daerah Jakarta. Hal ini membuktikan bahwa PT Masada Organik Indonesia memiliki kemampuan untuk menjalin koneksi yang baik dan secara meluas untuk memasarkan produknya

67 dengan baik. Tentu saja hal ini dapat digunakan sebagai kekuatan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar. PT Masada Organik Indonesia memasarkan produknya ke berbagai plaza, mall dan pelanggan di sekitar Jakarta serta Tangerang. Kegiatan pendistribusian ini dilakukan selama seminggu penuh kecuali hari minggu dengan menggunakan mobil box yaitu carry dan grand max. Rantai tataniaga yang dimiliki PT Masada Organik Indonesia dapat dilihat pada Gambar 11. Supermarket Masada Pemasok Bagian pemasaran Masada Organik Rumah makan Pelanggan End user Gambar 10. Rantai Tataniaga di PT Masada Organik Indonesia, Ciburial, 2011 Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011 Berdasarkan bagan di atas, sayuran yang dipasarkan oleh PT Masada Organik Indonesia berasal dari dua sumber yaitu produksi PT Masada sendiri dan pemasok. Sayuran tersebut diterima perusahaan setiap harinya yang disesuaikan berdasarkan permintaan pelanggan, kemudian didistribusikan oleh bagian pemasaran pada waktu pagi hari ke berbagai supermarket, rumah makan dan pelanggan yang berada di daerah Jakarta dan Tangerang.

68 VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi risiko dalam kegiatan produksinya. Fluktuasi produktivitas akibat risiko produksi ini akan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan. Tingkat produktivitas beberapa tanaman sayuran organik di perusahaan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Tingkat Produktivitas (Kg/m 2 ) Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Selama 10 Periode di PT Masada Organik Indonesia Bulan April 2010 Januari Komoditi Bayam H. 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 Brokoli 0,01 0,04 0,02 0,02 0,03 0,03 0,05 0,02 0,01 0,01 Caisin 0,2 0,2 0,1 0,2 0,3 0,1 0,1 0,2 0,3 0,3 Wortel 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 Tabel 17 menunjukkan bahwa produktivitas empat komoditi sayuran organik pada perusahaan selama 10 periode mengalami fluktuasi. Hal tersebut mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi perusahaan dalam memproduksi sayuran organik. Risiko produksi yang dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada risiko produksi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik Faktor- faktor Risiko Produksi Dalam budidaya sayuran organik tidak terlepas dari risiko produksi. Risiko produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor risiko produksi yang dihadapi oleh PT Masada Organik Indonesia antara lain: a. Curah Hujan Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan produktivitas sayuran menurun dikarenakan tanaman rentan terhadap hama penyakit dan menimbulkan kebusukan pada tanaman sehingga produksi sayuran tidak optimal. Oleh karena itu curah hujan yang sesuai untuk sayuran organik adalah curah hujan yang rendah, hal ini dikarenakan tanaman pada curah hujan yang rendah tidak rentan

69 terhadap penyakit. Untuk memenuhi kebutuhan air bila curah hujan rendah, diperlukan pengairan dan penyiraman yang sesuai kebutuhan. Berdasarkan informasi di lapangan, saat ini kondisi cuaca yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sayuran sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu PT Masada Organik Indonesia dalam meminimalisasi risiko terhadap curah hujan yang tinggi, dengan membangun sungkup pada lahan agar tanaman tidak terkena hujan sehingga persentase keberhasilan sayuran dapat dicapai secara optimal. b. Kabut Kabut yang timbul dapat menyebakan kelembapan udara menjadi tinggi sehingga membuat tanaman mudah rusak dan busuk. Selain itu, kabut merupakan media bagi hama untuk bergerak dan berpindah-pindah dalam menyerang tanaman. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kabut seringkali muncul setiap pagi, setelah hujan, dan saat sore hari menjelang malam. c. Serangan Hama dan Penyakit Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor risiko yang dihadapi dalam budidaya sayuran organik, hal ini disebabkan karena karakteristik sayuran organik yang rentan terhadap hama penyakit dan akan berdampak terhadap produksi yang dihasilkan. Hama yang sering menyerang sayuran organik adalah ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell), ulat tritip (Plutella maculipennis), dan lain lain. Penyakit yang sering menyerang sayuran adalah penyakit bercak daun, busuk basah, busuk daun, dan lain-lain. Hama penyakit dapat menyerang mulai dari akar, umbi, batang, daun, dan ujung daun. Kemunculan hama penyakit seringkali tidak dapat diprediksi sebelumnya, hal ini dikarenakan munculnya hama dan penyakit tersebut dipengaruhi faktor cuaca dan iklim yang juga tidak dapat diprediksi secara tepat. d. Tingkat Kesuburan Lahan Beberapa hal yang harus diperhatikan yang berkaitan dengan lahan adalah kesesuaian dan daya dukung. Salah satu bagian dari daya dukung lahan terhadap aktivitas usahatani yang dilakukan adalah tingkat kesuburan lahan. Lahan yang subur akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang kurang subur, kesuburan lahan biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah. Perbedaan struktur maupun tekstur tanah ini biasanya sesuai dengan jenis

70 tanahnya. Oleh karena itu lahan yang digunakan pada sayuran organik sebaiknya harus dilakukan pembersihan lahan terlebih dahulu yang meliputi pencabutan rumput-rumput liar atau gulma, dan pembersihan tanaman keras dan selanjutnya dilakukan penggemburan serta pemberian pupuk kandang. Tingkat risiko produksi yang ada di PT Masada Organik Indonesia dapat diketahui dengan melakukan penilaian risiko produksi berdasarkan produktivitas. Langkah awal yang dilakukan adalah mengukur peluang yang diperoleh dari frekuensi kejadian yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Data produksi yang digunakan untuk analisis risiko produksi adalah data produksi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik selama 10 bulan. Data historis yang telah diperoleh dari perusahaan dapat digunakan untuk menentukan besarnya nilai peluang. Peluang dari setiap kejadian diasumsikan bernilai sama yaitu sebesar 0,1. Nilai peluang yang telah diketahui dari produktivitas dan pendapatan kemudian digunakan untuk mencari nilai expected return. Perhitungan expected return pada peluang kondisi yang sama adalah peluang dikalikan dengan total tingkat produktivitas tiap komoditi. Berikut ini adalah hasil perhitungan peluang dan expected return pada komoditi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel organik dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perhitungan Expected Return Berdasarkan Produktivitas pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel di PT Masada Organik Indonesia Total Tingkat Komoditi Peluang Expected Return Produktivitas Bayam Hijau 2,12 0,1 0,212 Brokoli 0,23 0,1 0,023 Caisin 2,02 0,1 0,202 Wortel 1,84 0,1 0,184 Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa untuk memperoleh nilai Expected Return berdasarkan produktivitas pada komoditi sayuran organik, maka perlu diketahui terlebih dahulu berapa total tingkat produktivitas dan peluang kejadiannya. Peluang kejadian telah dijelaskan sebelumnya tentang cara mendapatkan nilai peluangnya, sedangkan untuk total tingkat produktivitas

71 diperoleh dari jumlah produktivitas tiap komoditi sayuran organik selama 10 periode. Pihak perusahaan harus membuat perencanaan produksi untuk dapat meminimalkan risiko yang terdapat dalam produksi. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko produksi dapat dilakukan mulai dari penanaman, perawatan dan pemanenan. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko produksi antara lain dengan melakukan diversifikasi pada tanaman yaitu dalam satu luasan lahan ditanam dua jenis tanaman. Hal ini dapat mengurangi risiko produksi karena dapat saling menguntungkan antara tanaman satu dengan tanaman yang lainnya. Kegiatan produksi sayuran organik di kebun milik perusahaan ditangani oleh manajer kebun yang memantau secara langsung di lapang. Manajer kebun membawahi beberapa bagian yakni bagian pembibitan, penanaman dan pengemasan. Kegiatan pembibitan dan penanaman ditangani oleh seorang mandor kebun yang membawahi beberapa pekerja/petani. Kegiatan pengemasan juga ditangani oleh seorang mandor kebun yang membawahi beberapa pekerja. Perusahaan sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko yang ada. Hal ini dapat terlihat dari adanya perencanaan produksi dan pengorganisasian unit produksi pada PT Masada Organik Indonesia. Perencanaan produksi yang dilakukan mulai pada saat pembibitan, penanaman, dan pemanenan. Perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan untuk meminimalkan risiko produksi antara lain dengan menggunakan sistem penanaman rotasi tanaman dan tumpang sari. Namun perencanaan produksi yang dilakukan perusahaan sampai saat ini masih belum maksimal. Hal ini dibuktikan oleh belum tercapainya target produksi pada beberapa komoditi. Kondisi tersebut terjadi karena pengawasan dalam proses produksi yang belum intensif dan belum dijalankannya fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Selain itu, faktor eksternal juga mempengaruhi hasil produksi yakni terjadinya cuaca yang tidak mendukung. Saat permintaan sedang tinggi, perusahaan tidak dapat memenuhinya karena cuaca sedang buruk sehingga menurunkan hasil produksi. Begitu pula sebaliknya, saat produksi sedang bagus, permintaan tidak terlalu tinggi, sehingga banyak hasil

72 produksi yang terbuang. Selanjutnya, uraian berikut akan menjelaskan mengenai risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi Penilaian Risiko Produksi pada Spesialisasi Penilaian risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diperoleh komoditi bayam hijau, brokoli, caisin dan wortel. Penilaian risiko produksi dapat dihitung menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Penilaian risiko produksi berdasarkan produktivitas yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penilaian Risiko Produksi pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Ukuran Variance Standard Deviation Coeff Variation Bayam Hijau 0, ,0896 0,422 Brokoli 0, ,0132 0,564 Caisin 0, ,0763 0,377 Wortel 0, ,0443 0,241 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 19, dapat dilihat bahwa nilai variance yang diperoleh dari penilaian risiko produksi ini berbanding lurus dengan nilai standard deviation yaitu jika nilai variance tinggi maka nilai standard deviation juga akan tinggi. Perolehan nilai variance dan standard deviation tertinggi dari keempat komoditi yang diteliti terdapat pada komoditi bayam hijau yaitu 0, dan 0,0896. Perolehan nilai variance dan standard deviation yang paling rendah terdapat pada brokoli yaitu 0, dan 0,0132. Penilaian risiko produksi yang lebih baik adalah dengan menggunakan coefficient variation karena perbandingan diantara kegiatan usaha sayuran organik dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return yang diperoleh PT Masada Organik Indonesia. Semakin besar coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Risiko produksi yang paling besar berdasarkan produktivitas adalah pada sayuran brokoli dengan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Nilai tersebut artinya setiap satu kilogram hasil yang diperoleh PT Masada Organik Indonesia dari kegiatan budidaya brokoli organik akan menghadapi risiko sebanyak 0,564 kg pada saat terjadinya risiko produksi.

73 Berdasarkan wawancara di lapang, didapatkan informasi bahwa tanaman brokoli merupakan tanaman yang sangat rentan terhadap cuaca serta hama penyakit. Kondisi cuaca yang tidak pasti mengakibatkan produktivitas tanaman brokoli mengalami risiko yang tinggi. Selain itu, perusahaan melakukan pembibitan brokoli sendiri di greenhouse yang ada di kebun. Dalam kegiatan pembibitan tersebut, seringkali terjadi kegagalan sehingga bibit yang dihasilkan tidak dapat mencukupi kebutuhan bibit untuk penanaman brokoli. Tingkat kegagalan pada kegiatan pembibitan brokoli cukup tinggi bahkan pernah terjadi kegagalan mencapai lebih dari 90 persen. Pembibitan brokoli telah dilakukan di dalam greenhouse, akan tetapi bila timbul kabut, masuknya kabut kedalam greenhouse tidak dapat dicegah karena kondisi greenhouse yang tidak sepenuhnya tertutup. Kabut tersebut membawa hama dan kemudian menempel pada bibit brokoli sehingga terjadi kegagalan produksi bibit. Selain itu, kemungkinan terserangnya hama dan penyakit juga dapat terjadi saat bibit brokoli sudah ditanam dan telah tumbuh di lahan. Salah satu hama yang sering menyerang brokoli adalah Plutella acylostella L. dan Crocidolomia pavonana F. Hama ini akan menyebabkan penurunan produksi atau gagal panen. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengusahakan sayuran tersebut. Berdasarkan wawancara di lapang, perusahaan dalam mengusahakan tanaman brokoli sendiri masih mengalami kerugian. Hal ini disebabkan oleh hasil produksi brokoli diperoleh masih sangat jauh dari target produksi sedangkan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi brokoli cukup tinggi sehingga akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Perusahaan masih mencari teknik budidaya yang tepat agar hasil produksi brokoli organik tersebut dapat mencapai target produksi. Untuk menutupi kerugian dan ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan, perusahaan melakukan kerjasama dengan pihak-pihak pemasok brokoli organik. Sebagian besar brokoli organik dipasok dari pihak luar yaitu sekitar 70-80% dari total brokoli organik yang dijual oleh perusahaan. Selain itu, dapat dilihat pula perolehan tingkat risiko produksi yang paling rendah terdapat pada komoditi wortel dengan nilai coefficient variation sebesar

74 0,241. Nilai tersebut artinya setiap satu kilogram hasil yang diperoleh PT Masada Organik Indonesia dari kegiatan budidaya wortel organik akan menghadapi risiko sebanyak 0,241 kg pada saat terjadinya risiko produksi. Menurut hasil wawancara oleh pihak kebun PT Masada Organik Indonesia, tingkat risiko produksi wortel paling rendah dikarenakan tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Akan tetapi, tanaman wortel juga dapat menghasilkan hasil panen yang rendah atau kurang maksimal. Hasil panen wortel yang rendah tersebut disebabkan oleh benih wortel yang digunakan merupakan benih wortel yang kurang bagus. Benih wortel yang kurang bagus dikarenakan pada saat proses produksi benih, kondisi cuaca sedang hujan sehingga benih yang dihasilkan kurang kering yang akan berpengaruh pada produktivitas tanaman wortel Penilaian Risiko Produksi pada Portofolio Sayuran organik yang telah dianalisis risiko produksinya menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan pada masing-masing komoditi yang diusahakan. PT Masada Organik Indonesia melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usahataninya, kombinasi dari beberapa kegiatan dinamakan diversifikasi. Pengusahaan secara diversifikasi ini menjadikan risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Perbandingan terhadap risiko produksi spesialisasi dan portofolio dilakukan melalui pengukuran risiko dengan cara menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha disertai dengan pembobotan masing-masing komoditi. Pengukuran risiko portofolio ini diawali dengan menghitung bobot portofolio atau fraction portofolio. Cara menghitungnya telah dijabarkan sebelumnya pada bab metode penelitian. Kombinasi dari kegiatan portofolio yang dianalisis adalah kombinasi dua komoditi, tiga komoditi dan empat komoditi. Fraction portofolio pada kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, dan empat komoditi dapat dilihat pada Tabel 20.

75 Tabel 20. Fraction Portofolio pada Kombinasi Dua, Tiga, dan Empat Komoditi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Organik. Kombinasi Komoditi a. Bayam Hijau Brokoli b. Bayam Hijau Caisin c. Bayam Hijau Wortel d. Brokoli Caisin e. Brokoli Wortel f. Caisin Wortel g. Bayam Hijau Brokoli Caisin h. Bayam Hijau Brokoli Wortel i. Bayam Hijau Caisin Wortel j. Brokoli Caisin - Wortel k. Bayam Brokoli Caisin Wortel Fraksi / Bobot Portofolio (%) Bayam Brokoli Caisin Wortel 12,5 50,0 22,0 11,0 9,0 18,0 8,0 87,5 87,5 67,0 78,0 61,0 61,0 56,0 50,0 12,5 33,0 22,0 11,0 18,0 9,0 8,0 78,0 78,0 30,0 64,0 30,0 28,0 Sebelum melakukan perhitungan risiko portofolionya, perhitungan diawali dengan menentukan expected return portofolionya. Cara perhitungan expected return portofolio misalnya pada dua kombinasi bayam dan brokoli adalah bayam yang memiliki bobot 12,5 persen atau 0,125 dikalikan dengan expected return spesialisasi bayam, kemudian dijumlahkan dengan hasil perkalian pembobotan brokoli yaitu 87,5 persen atau 0,875 dengan expected returnnya. Berikut ini adalah hasil perhitungan expected return pada kegiatan portofolio pada Tabel 21. Tabel 21. Expected Return Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel pada Kegiatan Portofolio di PT Masada Organik Indonesia Kombinasi Komoditi a. Bayam Hijau Brokoli b. Bayam Hijau Caisin c. Bayam Hijau Wortel d. Brokoli Caisin e. Brokoli Wortel f. Caisin Wortel g. Bayam Hijau Brokoli Caisin h. Bayam Hijau Brokoli Wortel i. Bayam Hijau Caisin Wortel j. Brokoli Caisin - Wortel k. Bayam Hijau Brokoli Caisin Wortel Expected Return 0,047 0,207 0,190 0,045 0,076 0,188 0,063 0,088 0,192 0,087 0,098

76 Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa expected return tertinggi berdasarkan produktivitas pada kegiatan portofolio terdapat pada kombinasi dua komoditi yaitu komoditi bayam hijau dan caisin. Perolehan nilai expected return kombinasi bayam hijau dengan caisin yaitu sebesar 0,207. Berdasarkan hasil wawancara, kedua komoditi ini memiliki tingkat produktivitas yang baik dan hampir sama. Perbandingan penggunaan lahan untuk portofolio kedua komoditi ini pun sama yaitu masing-masing 50 persen. Hal ini menyebabkan perolehan pengembalian yang diharapkan tinggi karena porsi penggunaan lahan yang cukup besar dan perolehan produktivitas yang cukup tinggi. Selain itu, dapat dilihat juga expected return terendah terdapat pada kombinasi dua komoditi yaitu komoditi brokoli dengan caisin sebesar 0,045. Berdasarkan hasil wawancara, brokoli memiliki tingkat produktivitas yang cukup rendah. Perbandingan penggunaan lahan untuk portofolio kedua komoditi ini pun berbeda jauh yaitu brokoli 87,5 persen dan caisin 12,5 persen. Hal ini menyebabkan perolehan pengembalian yang diharapkan rendah karena porsi penggunaan lahan untuk brokoli cukup besar dengan perolehan produktivitas yang rendah. Perhitungan expected return yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan perhitungan risiko portofolio kombinasi dua komoditi. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+1) karena kombinasi-kombinasi aset dilakukan bersamaan. Berikut ini hasil perhitungan risiko produksi portofolio pada kombinasi dua komoditi pada Tabel 22. Tabel 22. Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Dua Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Ukuran Variance St Deviation Coeffient Variation 1. Bayam H. Brokoli 0, ,023 0, Bayam H. Caisin 0, ,083 0, Bayam H. Wortel 0, ,054 0, Brokoli Caisin 0, ,021 0, Brokoli Wortel 0, ,023 0, Caisin Wortel 0, ,051 0,273

77 Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat perbandingan risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia berdasarkan produktivitas dalam mengusahakan sayuran organik dengan kombinasi dua komoditi. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling rendah adalah kombinasi komoditi caisin dengan wortel dengan coefficient variation sebesar 0,273. Menurut informasi di lapangan, komoditi sayuran caisin dan wortel merupakan kombinasi yang paling cocok sehingga sering diusahakan secara diversifikasi dengan pola tanam tumpangsari. Wortel yang memiliki usia tanaman sekitar tiga bulan cocok ditanam bersama caisin yang memiliki usia tanam sekitar tiga minggu. Selain itu, caisin memiliki akar tunggang, sehingga tidak akan mengganggu pertumbuhan wortel yang umbinya berada di dalam tanah. Berbeda dengan caisin, bayam yang memiliki akar serabut sehingga perusahaan tidak pernah melakukan tumpangsari bayam dengan wortel. Hal tersebut karena akar serabut bayam akan dapat merusak umbi wortel dalam tanah ketika bayam dipanen dengan cara dicabut dengan akar-akarnya, sedangkan pada umur tiga minggu tanaman wortel masih dalam masa pertumbuhan. Selain itu, kombinasi wortel dan caisin memiliki tingkat risiko paling kecil karena wortel dan caisin merupakan tanaman yang tidak terlalu rentan terhadap berbagai kondisi yang tidak mendukung terutama untuk tanaman wortel. Wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman cuaca yang buruk maupun ancaman hama dan penyakit. Berbeda dengan wortel, saat musim hujan atau cuaca sangat buruk, tanaman caisin organik dapat mengalami menjadi rusak namun kerusakannya tidak seburuk pada tanaman bayam ataupun brokoli. Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat pula perolehan nilai koefisien variasi paling tinggi yang mengindikasikan tingkat risiko yang paling besar dibandingkan dengan kombinasi komoditi lainnya. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling tinggi adalah kombinasi komoditi bayam hijau dengan brokoli dengan coefficient variation sebesar 0,488.

78 Hasil wawancara dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tanaman brokoli paling rentan terhadap cuaca serta hama dan penyakit dibandingkan dengan sayuran organik lainnya. Saat musim hujan atau cuaca buruk, tanaman brokoli menjadi rusak parah sehingga produktivitasnya akan menurun. Selain itu serangan hama yang seringkali menyerang tanaman brokoli salah satunya adalah Plutella acylostella L. dan Crocidolomia pavonana F dan akar gada. Hama tersebut dapat menyebabkan tanaman brokoli menjadi kerdil sehingga terjadi penurunan produksi atau gagal panen. Sama halnya dengan tanaman brokoli, saat musim hujan atau cuaca sangat buruk, tanaman bayam hijau dapat mengalami menjadi kerusakan. Salah satu bentuk kerusakan akibat cuaca buruk adalah daun pada bayam hijau akan berlubang atau bahkan busuk. Perhitungan risiko portofolio berdasarkan produktivitas dan pendapatan pada kombinasi dua komoditi yang telah dilakukan, selanjutnya dihitung risiko portofolionya pada kombinasi tiga komoditi. Hasil perhitungan risiko produksi portofolio pada kombinasi tiga komoditi berdasarkan produktivitasnya dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 23. Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Tiga Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Ukuran Variance St Deviation Coeff Variation 1. Bayam -Brokoli Caisin 0, ,026 0, Bayam - Brokoli Wortel 0, ,026 0, Bayam - Caisin Wortel 0, ,058 0, Brokoli - Caisin Wortel 0, ,028 0,323 Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat perbandingan risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia berdasarkan produktivitas dalam mengusahakan sayuran organik dengan kombinasi tiga komoditi. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi tiga komoditi yang paling rendah adalah kombinasi komoditi bayam hijau dengan caisin dan wortel dengan coefficient variation sebesar 0,303.

79 Berdasarkan Tabel 23, dapat dianalisis bahwa perolehan tingkat risiko portofolio berdasarkan produktivitas pada kombinasi tiga komoditi bayam hijau, caisin dan wortel paling rendah dibandingkan kombinasi tiga komoditi lainnya karena tidak dikombinasikan dengan komoditi brokoli. Hal ini disebabkan oleh tingkat risiko berdasarkan produktivitas pada komoditi brokoli paling tinggi dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya, yang sebelumnya sudah dianalisis risiko produksinya pada kegiatan spesialisasi dan perhitungannya ada pada Tabel 19. Perusahaan dalam mengusahakan komoditi brokoli beberapa kali mengalami kegagalan produksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini menyebabkan tingkat risiko portofolio berdasarkan produktivitas pada komoditi sayuran yang dikombinasikan dengan brokoli menjadi lebih tinggi daripada tingkat risiko portofolio pada komoditi sayuran yang tidak dikombinasikan dengan brokoli. Perolehan produktivitas brokoli dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat pula perolehan nilai koefisien variasi paling tinggi yang mengindikasikan tingkat risiko yang paling besar dibandingkan dengan kombinasi komoditi lainnya. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, ternyata risiko portofolio kombinasi tiga komoditi yang paling tinggi adalah kombinasi komoditi bayam hijau dengan brokoli dan caisin dengan coefficient variation sebesar 0,407. Perolehan tersebut juga dapat dianalisis bahwa perolehan tingkat risiko portofolio pada kombinasi tiga komoditi bayam hijau, brokoli, dan caisin paling tinggi dibandingkan kombinasi tiga komoditi lainnya karena tidak dikombinasikan dengan komoditi wortel. Hal ini disebabkan oleh tingkat risiko berdasarkan produktivitas pada komoditi wortel paling rendah dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya, yang sebelumnya sudah dianalisis risiko produksinya pada kegiatan spesialisasi dan perhitungannya ada pada Tabel 19. Perhitungan risiko portofolio berdasarkan produktivitas dan pendapatan pada kombinasi tiga komoditi yang dilakukan, selanjutnya dihitung risiko portofolionya pada kombinasi empat komoditi. Hasil perhitungan risiko produksi

80 portofolio pada kombinasi empat komoditi berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat pada Tabel 24 sebagai berikut: Tabel 24. Perhitungan Risiko Produksi Portofolio pada Empat Kombinasi Komoditi Berdasarkan Produktivitasnya di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Ukuran Produktivitas Bayam-Brokoli-Caisin-Wortel Variance 0, Standart Deviation 0,030 Coefficient Variation 0,313 Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat tingkat risiko produksi yang dihadapi PT Masada Organik Indonesia berdasarkan produktivitas dalam mengusahakan sayuran organik dengan kombinasi empat komoditi yaitu bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel. Perolehan nilai koefisien variasi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap produktivitas yang diperoleh perusahaan, risiko portofolio kombinasi empat komoditi ini memiliki nilai coefficient variation sebesar 0,313. Nilai tersebut artinya setiap satu kilogram hasil yang diperoleh perusahaan dari kegiatan portofolionya yaitu pada kombinasi empat komoditi bayam hijau, brokoli, caisin, dan wortel akan menghadapi risiko sebanyak 0,313 kg pada saat terjadinya risiko produksi. Perhitungan risiko produksi telah dilakukan baik pada kegiatan spesialisasi maupun portofolio berdasarkan produktivitasnya. Tingkat risiko produksi sayuran organik dapat diketahui dari perolehan hasil perhitungan coefficent variation. Perolehan tingkat risiko produksi pada kegiatan spesialisasi berbeda-beda tiap komoditi. Begitu pula dengan perolehan tingkat risiko produksi sayuran organik tersebut pada kegiatan portofolio. Perhitungan risiko portofolio sayuran organik dilakukan pada kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, dan empat komoditi. Perbandingan risiko produksi dari masing-masing kegiatan spesialisasi dan portofolio dengan berbagai kombinasi komoditi berdasarkan produktivitas dan pendapatannya dapat dilihat pada Tabel 25.

81 Tabel 25. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan pada Kegiatan Spesialisasi Bayam Hijau, Caisin, Brokoli, Wortel dan Portofolio dengan Berbagai Kombinasinya di PT Masada Organik Indonesia Komoditi Coeff Var E (R) Pendapatan Spesialisasi a. Bayam Hijau b. Brokoli c. Caisin d. Wortel Portofolio a. Bayam Hijau Brokoli b. Bayam Hijau Caisin c. Bayam Hijau Wortel d. Brokoli Caisin e. Brokoli Wortel f. Caisin Wortel g. Bayam Hijau Brokoli Caisin h. Bayam Hijau Brokoli Wortel i. Bayam Hijau Caisin Wortel j. Brokoli Caisin - Wortel k. Bayam Brokoli Caisin Wortel 0,422 0,564 0,377 0,241 0,488 0,401 0,285 0,465 0,308 0,273 0,407 0,333 0,303 0,323 0, Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada Tabel 25, dapat dikatakan bahwa dari seluruh kegiatan usahatani, tingkat risiko paling tinggi berdasarkan produktivitas adalah komoditi brokoli pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,564. Berdasarkan wawancara di lapang, didapatkan informasi bahwa tanaman brokoli sangat rentan terhadap cuaca serta hama penyakit. Menurut manajer kebun, kondisi cuaca kini tidak mudah diprediksi dan perusahaan saat itu juga masih sering mengalami kegagalan dalam kegiatan pembibitan brokoli. Hal tersebut berdampak pada produksi yang tidak mencapai target dan produktivitas tanaman brokoli yang tidak sesuai harapan. Dapat dilihat pula pendapatan yang diharapkan terhadap produksi brokoli yang diusahakan oleh perusahaan sangat rendah yaitu Rp Hal ini dikarenakan biaya produksi yang tinggi namun hasil produksi brokoli masih rendah. Namun perusahaan melakukan upaya untuk menutupi kerugian dengan melakukan kerjasama dengan pihak pemasok.

82 Selain itu, juga dapat dilihat bahwa tingkat risiko paling rendah dari keseluruhan kegiatan usaha adalah komoditi wortel pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan nilai coefficient variation sebesar 0,241. Menurut hasil wawancara oleh pihak kebun PT Masada Organik Indonesia, tingkat risiko produksi wortel paling rendah dikarenakan tanaman wortel merupakan tanaman yang paling tahan terhadap ancaman kondisi cuaca yang buruk maupun ancaman serangan hama dan penyakit. Selain itu, wortel paling mudah dibudidayakan dibandingkan dengan komoditi sayuran organik lainnya seperti bayam hijau, caisin, dan brokoli. Dapat dilihat pula pendapatan yang diharapkan terhadap produksi wortel yang diusahakan oleh perusahaan paling tinggi yaitu Rp Namun tingkat risiko yang paling kecil berdasarkan produktivitas dan pendapatan yang diharapkan paling tinggi pada komoditi wortel, pada kenyataannya tidak membuat perusahaan hanya mengusahakan sayuran wortel saja. Hal tersebut karena permintaan konsumen terhadap sayuran organik sangat beragam. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan kegiatan portofolio dalam usahataninya. Tingkat risiko produksi yang paling kecil pada kegiatan portofolio berdasarkan produktivitas adalah pada kombinasi komoditi wortel dan caisin dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Berdasarkan wawancara dengan pihak kebun, kombinasi wortel dan caisin memang paling sering dilakukan karena sangat cocok untuk ditumpangsari. Wortel yang memiliki usia tanaman sekitar tiga bulan cocok ditanam bersama caisin yang memiliki usia tanam sekitar tiga minggu. Selain itu, caisin memiliki akar tunggang, sehingga tidak akan mengganggu pertumbuhan wortel yang umbinya berada di dalam tanah. Berbeda dengan bayam hijau yang memiliki akar serabut, sehingga tidak pernah ditumpangsarikan dengan wortel. Hal tersebut karena akar serabut bayam hijau akan dapat merusak umbi wortel yang ada di dalam tanah ketika bayam hijau dipanen dengan cara dicabut hingga akar-akarnya, sedangkan pada umur tiga minggu tanaman wortel masih dalam masa pertumbuhan. Tanaman wortel juga jarang ditumpangsarikan dengan tanaman brokoli. Hal ini dikarenakan usia tanam

83 wortel dan brokoli sama yakni sekitar tiga bulan sehingga penerapan pola tanam tumpangsari menjadi kurang efisien. Tanaman bayam hijau memiliki tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,422. Setelah dilakukan perhitungan risiko portofolio dengan berbagai kombinasi, didapatkan tingkat risiko yang lebih rendah dari tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi yaitu pada portofolio kombinasi dua komoditi. Tingkat risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling rendah pada komoditi bayam hijau yaitu kombinasi bayam hijau dengan wortel dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,285. Selain itu, dapat dilihat pula tanaman caisin tingkat risiko pada kegiatan spesialisasinya diperoleh nilai coefficient variation sebesar 0,377. Setelah dilakukan perhitungan risiko portofolio dengan berbagai kombinasi, didapatkan tingkat risiko yang lebih rendah dari tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi yaitu pada portofolio kombinasi dua komoditi. Tingkat risiko portofolio kombinasi dua komoditi yang paling rendah pada komoditi caisin yaitu kombinasi caisin dengan wortel dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,273. Kemudian, diantara kombinasi dua komoditi antara bayam hijau dan wortel dengan caisin dan wortel juga dapat dibandingkan pendapatan yang diharapkannya. Meskipun dari sisi risiko kombinasi komoditi caisin dan wortel paling rendah tingkat risikonya dibandingkan kombinasi-kombinasi komoditi lainnya, namun dari sisi pendapatan yang diharapkan, kombinasi komoditi bayam hijau dan wortel memiliki nilai pendapatan yang diharapkan paling tinggi diantara kombinasi-kombinasi komoditi lainnya yaitu sebesar Rp Berdasarkan hasil perhitungan risiko yang telah dilakukan, tingkat risiko produksi brokoli berdasarkan produktivitas dapat terus menurun jika diusahakan dengan komoditi lainnya. Menurut perolehan hasil perhitungan, brokoli memiliki tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,564. Setelah dilakukan perhitungan risiko portofolio dengan berbagai kombinasi, didapatkan tingkat risiko yang lebih rendah dari tingkat risiko pada kegiatan spesialisasi yaitu pada portofolio kombinasi empat komoditi dengan perolehan coefficient variation sebesar 0,313.

84 Hasil dari analisis risiko produksi ini dapat dikatakan bahwa kegiatan portofolio atau diversifikasi dapat mengurangi risiko produksi yang ada. Akan tetapi dengan melakukan diversifikasi usahatani, tidak membuat risiko produksi menjadi nol artinya walaupun perusahaan telah melakukan diversifikasi, tetapi perusahaan akan tetap menghadapi risiko produksi pada kegiatan usaha sayuran organiknya. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio berdasarkan produktivitas yang diperoleh yakni nilai variance, standard deviation, coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani sayuran organik masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya dengan adanya diversifikasi. Oleh karena itu, diversifikasi usahatani merupakan alternatif strategi yang tepat bagi PT Masada Organik Indonesia untuk meminimalkan risiko sekaligus mengurangi terjadinya fluktuasi produksi dan pendapatan yang diperoleh. Bagi perusahaan, jika ingin memilih kombinasi portofolio yang optimal dari komoditi-komoditi sayuran organik yang telah diusahakan dengan tingkat risiko terendah terhadap hasil yang diharapkan, dapat memilih kombinasi dua komoditi yaitu kombinasi wortel dan caisin organik. Namun jika ingin memilih kombinasi portofolio yang optimal dari komoditi-komoditi sayuran organik yang telah diusahakan terhadap tingkat pendapatan yang diharapkan, dapat memilih kombinasi dua komoditi yaitu kombinasi wortel dan bayam hijau organik Alternatif Penanganan Risiko Produksi PT Masada Organik Indonesia belum melakukan penanganan risiko secara optimal untuk mengurangi risiko produksi yang ada. Hal ini terlihat pada perolehan hasil produksi salah satu komoditi yang sangat jauh dari target produksi. Contohnya untuk komoditi brokoli, perusahaan menargetkan setiap bulan dapat memproduksi tiga ratus kilogram per bulan. Namun kenyataannya perusahaan hanya mampu memproduksi paling tinggi tidak sampai dua ratus kilogram per bulan, bahkan beberapa kali hanya dua puluh hingga tiga puluh kilogram per bulan.

85 Produktivitas beberapa komoditi relatif berfluktuasi dengan cukup signifikan jika terjadi cuaca atau iklim yang tidak mendukung yakni khususnya pada musim penghujan. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dari perusahaan untuk melakukan penanganan risiko sehingga dapat meminimalkan risiko yang ada. Alternatif yang dipilih untuk menangani risiko yang ada adalah dapat dilakukan dengan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian melakukan tindakan untuk meminimalkan risiko yang ada antara lain: 1. Pengembangan Diversifikasi Diversifikasi dilakukan jika perusahaan mengusahakan beberapa komoditi. Diversifikasi dapat dilakukan pada lahan yang berbeda dan secara tumpangsari tetapi dalam waktu yang sama. Kegiatan produksi yang mengalami penurunan akan dapat ditutupi dengan melakukan diversifikasi sehingga perusahaan dapat mengatasi kegagalan atau risiko yang terjadi. Diversifikasi pada PT Masada Organik Indonesia dilakukan berdasarkan pola tanam yang telah ditetapkan perusahaan. Tumpangsari bertujuan menutupi kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani dengan kegiatan usahatani lainnya dan untuk mengefisienkan penggunaan lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pertimbangan dalam menentukan komoditi yang akan ditumpangsarikan. Perusahaan yang akan melakukan pengembangan diversifikasi, perlu memperhatikan penjadwalan penanaman yang lebih intensif agar hasil yang diperoleh semakin baik. Analisis risiko portofolio yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa dengan melakukan diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada, terutama pada komoditi brokoli organik. Diversifikasi juga dapat mengefisienkan biaya dimana alat serta tenaga kerja yang digunakan dapat dilakukan sekaligus sehingga biaya yang dikeluarkan untuk peralatan dan tenaga kerja dapat diminimalkan sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima perusahaan. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi yang akan berpengaruh pada produktivitas dan pendapatan perusahaan.

86 2. Kemitraan Produksi Kemitraan dalam produksi merupakan salah satu alternatif yaitu melakukan kemitraan dengan para pengusaha atau petani sekitar yang mengusahakan sayuran organik agar dapat menutupi jumlah permintaan yang ada. Perusahaan juga harus memperhatikan kualitas dan kuantitas komoditi yang dihasilkan petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer kebun, perusahaan sebenarnya kurang menginginkan kemitraan seperti ini karena perusahaan tidak dapat menjamin sepenuhnya keorganikan sayur yang dipasok. Namun hal ini terpaksa karena kemampuan perusahaan yang masih kurang dalam memenuhi permintaan pasar. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya mengadakan pengontrolan langsung serta memiliki keterkaitan langsung dengan mitra agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar organik yang telah ditetapkan. Kemitraan dalam segi input lainnya adalah kemitraan dalam pasokan benih yang bagus dan unggul serta pupuk organik yang berkualitas juga perlu dilaksanakan. Hal ini akan berimplikasi pada hasil produksi yang diperoleh dimana jika pasokan benih yang berkualitas maka dapat menghasilkan produk yang baik tetapi dengan memperhatikan kegiatan produksi yang berlangsung. Berdasarkan wawancara, baru-baru ini perusahaan mengganti pupuk organiknya dengan yang lebih bagus. Walaupun harganya lebih mahal dari yang sebelumnya, namun dengan pemakaian pupuk lebih sedikit sudah membuat produksi tanaman lebih baik. PT Masada Organik Indonesia telah melakukan beberapa tindakan dalam menangani risiko produksi dalam melakukan kegiatan usahataninya. Risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dipengaruhi oleh faktor cuaca, hama dan penyakit pada tanaman. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan manajemen risiko produksi yang baik agar risiko tersebut yang ada dapat diminimalkan. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan berupa keuntungan yang dapat dicapai secara efektif dan efisien. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian atau planning, organizing, actuating, dan controling (POAC).

87 a. Planning Planning atau perencanaan yang dilakukan pada produksi sayuran organik dimulai dari pembelian input, pembibitan, perawatan dan pemanenan. Hal ini bertujuan untuk mencapai target produksi yang ditetapkan serta meningkatkan produktivitas sayuran organik. Selain itu, perencanaan pencegahan penyakit harus dilakukan dengan baik terutama pada saat cuaca dan musim yang kurang baik. Perencanaan produksi sangat berpengaruh pada penentuan pola tanam yang akan dilakukan. Perencanaan waktu penanaman sayuran sebaiknya dilakukan pada saat cuaca tidak hujan karena akan memaksimalkan produksi yang ada. Jika penanaman dilakukan pada saat hujan maka bibit akan rusak dan busuk sehingga hasilnya tidak akan maksimal. Perawatan yang intensif juga sangat penting terutama pada saat cuaca tidak mendukung. Perawatan terhadap tanaman yakni dengan memaksimalkan pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman. Selain itu, perusahaan perlu melakukan perlindungan terhadap tanaman, terutama pada tanaman sayuran daun yang sangat sensitif pada cuaca yang buruk. Untuk tanaman selain sayuran daun seperti sayuran umbi-umbian relatif lebih tahan terhadap kondisi cuaca yang tidak mendukung. Tindakan preventif yang telah dilakukan oleh perusahaan sudah cukup baik dengan memasang sungkup pada lahan tanaman sayuran daun pada malam hari. Hal ini bertujuan untuk melindungi tanaman dari hujan sehingga tanaman tidak rusak dan busuk. b. Organizing Organizing atau pengorganisasian untuk para karyawan yang terlibat langsung dengan kegiatan produksi sangat penting yakni dengan pembagian tugas-tugas yang jelas. Hal ini dikarenakan agar semua karyawan mempunyai peranan dalam produksi. Dengan adanya pengorganisasian maka perawatan terhadap tanaman akan semakin terkoordinir. c. Actuating Actuating atau pengelolaan yang dilakukan berupa pengarahan yang bersifat vertikal dari manajer kebun kepada bagian produksi dan bagian produksi kepada bagian pembibitan, dilapangan, dan panen. Pengarahan harus dilakukan secara rutin, hal ini akan mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antara atasan

88 dan bawahan akan terjalin dengan baik. Koordinasi dalam pengelolaan, bertujuan untuk mensinkronkan unit-unit produksi yang terdiri dari beberapa plot produksi dalam masalah perawatan dan pemeliharaan, seperti mengkoordinasikan kegiatan produksi dengan tindakan pencegahan hama dan penyakit. Koordinasi yang baik juga memperhatikan pola tanam yang akan dilaksanakan agar memaksimalkan hasil yang ada. Pengelolaan juga berfungsi untuk mengevaluasi risiko yang ada dan bagaimana tindakan untuk meminimalkan risiko sehingga jika terjadi suatu permasalahan maka semua pihak dapat mengetahui serta dapat melakukan pengelolaan dengan baik. d. Controlling Berdasarkan hasil pengamatan, controlling atau pengontrolan yang dilakukan PT Masada Organik Indonesia belum dilakukan dengan maksimal karena hanya ada satu orang penanggungjawab untuk semua plot kebun yang ada sekaligus mengawasi seluruh kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan. Akan lebih baik jika penanggungjawab kebun hanya bertugas mengawasi di kebun, tidak pada kegiatan produksi lain seperti bagian pengemasan, bagian administrasi, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan luas lahan untuk budidaya sayuran organik di perusahaan cukup luas dan lokasinya terpisah-pisah menjadi beberapa plot. Selain itu, dalam melakukan budidaya sayuran organik ini dibutuhkan pengawasan yang ekstra agar hasil produksi yang didapat menjadi lebih optimal.

89 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengusahakan beberapa jenis komoditi sayuran organiknya disebabkan karena adanya beberapa sumber risiko. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah cuaca yang sulit diprediksi, tingginya kelembaban akibat timbulnya kabut, serta adanya hama dan penyakit tanaman. PT Masada Organik Indonesia melakukan upaya untuk dapat meminimalkan risiko produksinya dengan cara diversifikasi. Kegiatan diversifikasi yang telah dilakukan PT Masada Organik Indonesia ternyata dapat menurunkan risiko produksi. Berdasarkan hasil perbandingan tingkat risiko antara kegiatan spesialisasi dan diversifikasi pada komoditi bayam hijau, caisin, brokoli dan wortel organik, adanya kegiatan diversifikasi dapat menurunkan tingkat risiko dalam kegiatan spesialisasi bayam hijau, brokoli, dan caisin organik. Kegiatan diversifikasi tidak membuat risiko produksi menjadi nol artinya walaupun perusahaan telah melakukan diversifikasi, tetapi perusahaan akan tetap menghadapi risiko produksi pada kegiatan usaha sayuran organiknya. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio berdasarkan produktivitas yang diperoleh yakni dari nilai variance, standard deviation, coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Berdasarkan hasil perbandingan tingkat risiko pada kegiatan diversifikasi yang dilakukan pada kombinasi dua komoditi, tiga komoditi, dan empat komoditi, diperoleh bahwa tingkat risiko produksi yang paling rendah berdasarkan produktivitasnya yaitu pada kombinasi dua komoditi caisin dan wortel organik. Hasil dari analisis risiko produksi ini dapat dikatakan bahwa kegiatan portofolio atau diversifikasi dapat mengurangi risiko produksi yang ada. Perusahaan dalam menangani risiko produksi tersebut melakukan berbagai macam alternatif strategi antara lain dengan melakukan kemitraan dalam hal produksi, menerapkan teknologi dalam hal pencegahan dengan membuat sungkup untuk mencegah kerusakan tanaman akibat kondisi cuaca yang buruk dan timbulnya kabut, serta menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam menghadapi risiko produksi yang ada.

90 7.2 Saran PT Masada Organik Indonesia sebaiknya melakukan manajemen risiko dan strategi penanganannya agar risiko produksi sayuran organik dapat diminimalisir. Salah satu strategi yang telah dilakukan perusahaan yaitu diversifikasi usaha dapat terus dikembangkan. Pengembangan diversifikasi ini dapat dilakukan pada kombinasi tiga komoditi dan kombinasi empat komoditi. Namun pengembangan diversifikasi tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Diversifikasi yang telah dilakukan perusahaan yakni pada kombinasi dua komoditi yaitu komoditi bayam hijau dengan brokoli organik dan komoditi caisin dengan wortel organik dapat terus dilanjutkan. Selain itu, manajemen risiko yang perlu diterapkan perusahaan adalah melakukan fungsi manajemen dengan lebih baik lagi terutama pada fungsi controlling atau pengontrolan. Bagi perusahaan, jika ingin memilih kombinasi portofolio yang optimal dari komoditi sayuran organik yang telah diusahakan dengan tingkat risiko terendah terhadap hasil yang diharapkan, dapat memilih kombinasi dua komoditi yaitu kombinasi wortel dan caisin organik. Namun jika ingin memilih kombinasi portofolio yang optimal dari komoditi sayuran organik yang telah diusahakan terhadap tingkat pendapatan yang diharapkan, dapat memilih kombinasi dua komoditi yaitu kombinasi wortel dan bayam hijau organik. Setelah adanya penelitian ini, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang mampu mengkaji optimalisasi produksi dari berbagai komoditi sayuran organik yang ada di PT Masada Organik Indonesia. Kajian tersebut dapat memberikan saran bagi perusahaan untuk memaksimalkan pendapatannya dengan cara mengoptimalkan produksi sayuran organik dari kegiatan diversifikasi yang dilakukan oleh PT Masada Organik Indonesia.

91 DAFTAR PUSTAKA [Anonim] Pertanian Organik. Departemen Pertanian. Http: [26 Mei 2011]. Asrulhoesein H Bangun Pertanian Organik Indonesia. Http: [16 Mei 2011]. Barron s Mengatur Keuangan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia Klasifikasi Umur Penduduk. Bogor: BPS Jawa Barat. [BPS] Badan Pusat Statistik Pertanian Organik. Jakarta: BPS Indonesia. Churniawan D, Apriyanti I, Wuryandari Y Kajian Lingkungan Bisnis Produk Sayuran Organik Pada PT Masada Organik Indonesia Ciburial- Bogor [Tugas Akhir]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Darmawi H Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara. Debertin D.L Agricultural Productin Economics Macmillan Publishing Company New York. [Deptan] Badan Penyuluhan dan pengembangan SDM Pertanian Bagaimana Pertanian Organik dilakukan. Binuang : Balai Besar Pelatihan Pertanian. [Deptan] Departemen Pertanian Produksi Beberapa Sayuran (Ton) di Indonesia Tahun Jakarta: Departemen Pertanian. Diether Karl B Portofolio of Three Risky Assets. Mean Variance Analysis. Fisher College of Business. [Ditjen Hortikultura] Nilai PDB Berdasarkan Harga Berlaku. Jakarta: Ditjen Hortikultura. Elton, Gruber Modern Portfolio Theory and Investment Analysis Fifth Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc. Fahmi I Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi. Bandung : Alfabeta.

92 Fariyanti A Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Hanafi, M. Mamduh Manajemen Risiko Edisi Kedua. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta. Harwood et al Managing Risk in Farming Concepts, Research, and Analysis. Agricultural Economic Report no US Department of Agriculture. Husnan S Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Ed. 3. Cet. 2. Yogyakarta : UPP AMP-YKPN. Jamilah M Analisis Risiko Produksi Wortel dan Bawang Daun di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Lam J Enterprise Risk Manajemen. Jakarta : PT Ray Indonesia. [Litbang] Balai Penelitian Tanah Teknologi Pengelolaan Lahan pada Budidaya Sayuran Organik. Bogor : Balai Penelitian Tanah Departemen Pertanian. [Litbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Prospek Pertanian Organik di Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pratama H Manajemen Risiko dalam Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sawindo Kencana, Provinsi Bangka Belitung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [Pusat Data dan Informasi Pertanian] Volume dan Nilai Ekspor Komoditi Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian. Rachmina D, Burhanuddin Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor: Departemen Agribisnis FEM IPB. Rahmaditiyani I Pengaruh Risiko Harga Terhadap Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kota Batu Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Robison LJ, PJ Barry The Competitive Firm s Response To Risk. New York: Macmillan Publishing Company.

93 Sembiring L Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada The Pinewood Organic Farm Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Setyarini R Analisis Risiko Produksi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik Di Kusuma Agrowisata Kota Batu, Malang [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sutanto, R Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Kanisius. Tarigan, E.S. Putri Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Utami, D. Anisa Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Weston, J. Fred, & Copeland, Thomas E Manajemen Keuangan. (Jaka Wasana dan Kibrandoko). Jakarta : Binarupa Aksara.

94 LAMPIRAN

95 Lampiran 1. Daftar Komoditi pada PT Masada Organik Indonesia Tahun No. Komoditi Sayuran Organik No. Komoditi Sayuran Organik 1 Bayam Hijau 16 Pakcoy 2 Bayam Merah 17 Kol Putih 3 Caisin 18 Terong 4 Cabe Rawit Merah 19 Selada Keriting 5 Seledri 20 Kacang Merah 6 Beet Root 21 Tomat 7 Brokoli 22 Wortel 8 Buncis 23 Zukini 9 Sawi Putih 24 Timun Kyuri 10 Daun Bawang 25 Timun Lokal 11 Kangkung 26 Bunga Kol 12 Jagung Manis 27 Kaylan 13 Lobak 28 Kacang Panjang 14 Kemangi 29 Oyong 15 Jagung Acar 30 Spinach/horenzo Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011

96 Lampiran 2. Kebutuhan Benih per Bedeng (10 m 2 ) di PT Masada Organik Indonesia Tahun Nama Komoditi Kebutuhan bed/pack Netto Benih/pack Harga benih (Gram) Benih/bedeng Bayam Hijau 35 Bed Bayam Merah 35 Bed Beet 4 Bed Brokoli 10 Bed Buncis 8 Bed Caisin 3 Bed Kacang Merah 5 Bed Kangkung 5 Bed Kol 5 Bed Pakcoy 50 Bed Selada Keriting 7 Bed Tomat 13 Bed Wortel 16 Bed Zukini 4 Bed Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011

97 Lampiran 3. Harga Sayuran Organik di PT Masada Organik Indonesia Tahun Nama Komoditi Sayuran Harga Jual (Rp)/Pack Brokoli Selada Keriting Pakcoy Bayam Hijau Kangkung Caisin Bayam Merah Buncis Zukini Kacang Merah Tomat Kol Wortel Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011

98 Lampiran 4. Tingkat Produksi (Kg) dan Produktivitas (Kg/m 2 ) Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel di PT Masada Organik Indonesia Tahun Produksi (Kg) Produktivitas (Kg/m 2 ) Bln/ Thn Bayam Brokoli Caisin Wortel Bayam Brokoli Caisin Wortel H.(600m 2 ) (4200m 2 ) (600m 2 ) (2100m 2 ) H.(600m 2 ) (4200m 2 ) (600m 2 ) (2100m 2 ) 04/10 234, ,4 0,01 0,2 0,2 05/10 169, ,5 452,5 0,3 0,04 0,2 0,2 06/10 157,25 66,5 74, ,3 0,02 0,1 0,2 07/10 156, , ,3 0,02 0,2 0,1 08/10 155,5 107,5 199, ,3 0,03 0,3 0,1 09/10 99, ,75 336,5 0,2 0,03 0,1 0,2 10/10 58, ,25 416,5 0,1 0,05 0,1 0,2 11/ ,1 0,02 0,2 0,3 12/10 98, ,2 0,01 0,3 0,2 01/11 56, ,5 402,5 0,1 0,01 0,3 0,2 Sumber : PT Masada Organik Indonesia, 2011 (diolah)

99 Lampiran 5. Pendapatan PT Masada Organik Indonesia pada Komoditi Bayam Hijau (April 2010-Januari 2011). Periode Produksi Harga Penerimaan Biaya Pendapatan (Kg) (Rp) (Rp) Produksi (Rp) (Rp) 1 234, , , , , , , , ,

100 Lampiran 6. Pendapatan PT Masada Organik Indonesia pada Komoditi Brokoli (April 2010-Januari 2011). Periode Produksi Harga Penerimaan Biaya Pendapatan (kg) (Rp) (Rp) Produksi (Rp) , ,

101 Lampiran 7. Pendapatan PT Masada Organik Indonesia pada Komoditi Caisin (April 2010-Januari 2011). Periode Produksi Harga Penerimaan Biaya Pendapatan (Kg) (Rp) (Rp) Produksi (Rp) (Rp) , , , , , , ,

102 Lampiran 8. Pendapatan PT Masada Organik Indonesia pada Komoditi Wortel (April 2010-Januari 2011). Periode Produksi Harga Penerimaan Biaya Pendapatan (Kg) (Rp) (Rp) Produksi (Rp) (Rp) , , , ,

103 Lampiran 9. Penilaian Risiko Produksi berdasarkan Produktivitas pada Kegiatan Spesialisasi Komoditi Bayam Hijau, Brokoli, Caisin, dan Wortel Organik di PT Masada Organik Indonesia Tahun Peluang Produktivitas (Kg/m 2 ) Bayam Hijau Brokoli Caisin Wortel 0,1 0,391 0,006 0,153 0,218 0,1 0,282 0,045 0,216 0,215 0,1 0,262 0,016 0,125 0,197 0,1 0,261 0,021 0,229 0,141 0,1 0,259 0,026 0,333 0,086 0,1 0,165 0,030 0,091 0,160 0,1 0,098 0,047 0,110 0,198 0,1 0,143 0,024 0,218 0,255 0,1 0,164 0,009 0,260 0,180 0,1 0,095 0,013 0,289 0,192 Return 2,120 0,235 2,025 1,842 Ex.Return 0, , , , Varian 0, , , , St.Deviation 0,0896 0,0132 0,0763 0,0443 CV 0,422 0,564 0,377 0,241

104 Lampiran 10. Penilaian Risiko Produksi berdasarkan Produktivitas dan Pendapatan pada Kegiatan Portofolio di PT MOI Tahun Komoditas PRODUKTIVITAS PENDAPATAN Expected Variance St Coeff Expected Variance St Deviation Coeff Return Deviation Var Return Var Bayam Hijau 0,212 0, ,0896 0, ,6 8,76648E ,8416 0,504 Brokoli 0,023 0, ,0132 0, ,5 1,77209E ,916 11,474 Caisin 0,202 0, ,0763 0, ,37052E ,3134 0,470 Wortel 0,184 0, ,0443 0, ,92263E ,5682 0,346 Bayam - Brokoli 0,047 0, ,023 0, , ,156 3,840 Bayam - Caisin 0,207 0, ,083 0, , ,128 0,416 Bayam - Wortel 0,190 0, ,054 0, , ,188 0,371 Brokoli - Caisin 0,045 0, ,021 0, , ,715 4,027 Brokoli - Wortel 0,076 0, ,023 0, , ,801 1,229 Caysin - Wortel 0,188 0, ,051 0, , ,492 0,364 Bayam - Brokoli - Caisin 0,063 0, ,057 0, , ,111 2,551 Bayam - Brokoli - Wortel 0,088 0, ,044 0, , ,625 1,116 Bayam - Caisin - Wortel 0,192 0, ,059 0, , ,832 0,384 Brokoli - Caisin - Wortel 0,087 0, ,056 0, , ,067 1,119 Bayam - Brokoli - Caisin - Wortel 0,098 0, ,030 0, , ,324 1,031

105 Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian a. Logo PT MOI b. Persemaian Benih c. Bayam Organik d. Wortel Organik e. Benih f. Brokoli Organik

106 g. Bedengan di PT MOI h. Pengolahan Lahan i. Proses Sortasi j. Proses Wrapping k. Mesin Wrapping l. Mesin Sealer

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Memahami konsep risiko secara luas merupakan dasar yang sangat penting untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Lampiran 1. Ekspor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Ekspor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volum Nilai (US$) e (Kg) Tanaman pangan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008

IV METODE PENELITIAN. Tabel 5. Data Produsen Bromelia di Indonesia Tahun 2008 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Ciapus Bromel yang berlokasi di Jalan Tamansari, RT 03 RW 04, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN 1 RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AYU NIKEN INDRASARI B100100047 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI

ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI i ANALISIS RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN PADA PETANI GAPOKTAN RUKUN TANI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT FADLI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN (Studi Kasus Unit Usaha Kelompok Wanita Tani Damai, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang)

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Organik Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hayati dapat terjadi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

SKRIPSI MARIA MONTESORI H

SKRIPSI MARIA MONTESORI H OPTIMALISASI ALOKASI MODAL PORTOFOLIO PEMASARAN PRODUK DENGAN PENDEKATAN MINIMISASI RISIKO PADA LEMBAGA PERTANIAN SEHAT, KECAMATAN BOGOR SELATAN, KOTA BOGOR SKRIPSI MARIA MONTESORI H34066077 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR SKRIPSI HELENTINA SITUMEANG H34096040 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Usaha pengurangan risiko melalui diversifikasi tanaman hias adenium tidak sepenuhnya mampu menghilangkan risiko. Adanya risiko dalam

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) Investor dalam membentuk portofolio diperlukan perhitungan return ekspektasi dari masing-masing aktiva untuk dimasukkan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bisnis utama perusahaan asuransi adalah penjualan premi atau pengumpulan dana masyarakat. Pengumpulan dana ini dilakukan melalui upaya perusahaan asuransi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 71 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi deskriptif, karena tujuan penelitian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi cabai merah ini dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel 57 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Data Dengan data historis yang telah tersedia pada instrumen investasi saham LQ 45 dan deposito dalam periode tahun 2013 sampai dengan 2015 kemudian dilakukan

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A14103125 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI i PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ii ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA i ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci