ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR SKRIPSI TITISARI DEWIAJI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ABSTRAK TITISARI DEWIAJI. Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di CV Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di Bawah Bimbingan POPONG NURHAYATI) Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi besar dalam sektor perikanan. Secara nasional, sektor perikanan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap nilai PDB. Peningkatan rata-rata sektor perikanan dalam kontribusinya terhadap PDB nasional merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor pertanian, peternakan, dan kehutanan. Sektor perikanan terbagi menjadi dua yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Salah satu komoditas yang dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia adalah lele dumbo. Di Kabupaten Bogor, komoditas lele dumbo merupakan komoditas andalan dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya karena tingginya produksi ikan lele di wilayah tersebut. Salah satu unit usaha yang membudidayakan ikan lele dumbo adalah CV Jumbo Bintang lestari. Pada saat ini permasalahan yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari adalah jumlah produksi yang dihasilkan belum mampu memenuhi jumlah permintaan yang ada. Hal ini dikarenakan adanya kejadian-kejadian merugikan yang merupakan sumber risiko dalam proses budidayanya. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan adanya suatu analisis yang dapat menggambarkan risiko yang dihadapi perusahaan yaitu dengan cara mengidentifikasi sumber risiko, menganalisis probabilitas dan dampak risiko, pemetaan risiko, dan strategi yang digunakan untuk menangani risiko tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari, menganalisis sumber-sumber risiko produksi, dan menganalisis strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pada kegiatan pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari. Penelitian ini dilakukan di Desa Cibinong, Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dengan responden yang berasal dari pihak internal dan dipilih secara purposive. Analisis yang dilakukan yaitu analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif meliputi gambaran umum perusahaan, proses pembesaran ikan lele dumbo, identifikasi sumber-sumber risiko, dan penanganan risiko. Analisis kuantitatif meliputi analisis probabilitas dengan metode nilai standar atau z-score dan analisis dampak dengan metode Value at Risk (VaR). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sumber-sumber risiko produksi yang terdapat di CV Jumbo Bintang Lestari meliputi kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya manusia. Hasil analisis probabilitas dengan menggunakan metode nilai standar secara keseluruhan didapat angka 0,352 yang artinya kemungkinan CV Jumbo Bintang Lestari untuk memproduksi lele dumbo konsumsi lebih dari produksi normal, yaitu ,71 kilogram adalah 0,352 atau 35,2 persen. Sedangkan hasil dari analisis dampak risiko dengan metode VaR didapat hasil Rp ,00, yang artinya CV Jumbo Bintang Lestari bisa yakin 95 persen bahwa perusahaan tidak akan menderita kerugian akibat kurangnya jumlah produksi ikan lele dari

3 jumlah normal melebihi Rp ,00. Namun, ada kemungkinan 5 persen CV Jumbo Bintang Lestari menderita kerugian lebih besar dari Rp ,00. Hasil pemetaan dari masing-masing sumber risiko, diketahui bahwa kualitas dan pasokan benih termasuk dalam kuadran I yaitu dengan probabilitas dan dampak yang besar. Kualitas pakan dan penyakit termasuk dalam kuadran II yaitu dengan probabilitas yang kecil namun berdampak besar. Sumber risiko mortalitas dan sumber daya manusia termasuk ke dalam kuadran III dengan probabilitas besar dan dampak kerugian yang kecil. Dengan demikian, strategi penanganan untuk masing-masing sumber risiko dapat diketahui. Strategi preventif dilakukan untuk mengatasi risiko yang memiliki probabilitas besar yaitu sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran I dan kuadran III. Adapun strategi preventif yang dilakukan yaitu produksi benih ikan lele dumbo, pengawasan produksi benih ikan bagi petani mitra, optimalisasi produksi benih, persiapan kolam, pemberian probiotik, pemberian vitamin, penanganan benih tebar, peningkatan keamanan lokasi budidaya. Strategi mitigasi dilakukan untuk mengatasi risiko yang memiliki dampak besar yaitu sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran I dan kuadran II. Strategi mitigasi yang dilakukan yaitu menjalin kemitraan dengan pembudidaya benih ikan lele dumbo, sistem kontrak dengan petani pembenihan, melakukan pengukuran sampel ikan secara berkala, diversifikasi geografis, dan kerjasama dengan supplier pakan.

4 ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI CV JUMBO BINTANG LESTARI GUNUNGSINDUR KABUPATEN BOGOR TITISARI DEWIAJI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di CV Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor : Titisari Dewiaji : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Popong Nurhayati, MM NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di CV Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2011 Titisari Dewiaji H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Agustus Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Mujiono dan Ibunda Sri Purnama Dewi. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Polisi I Bogor pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 4 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 5 Bogor diselesaikan pada tahun Penulis melanjutkan studi pada program diploma III Institut Pertanian Bogor jurusan Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan berhasil lulus pada tahun Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008.

8 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Narni Farmayanti, MSc sebagai dosen evaluator pada saat kolokium dan sebagai dosen penguji utama pada saat sdang yang telah memberikan masukan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini. 3. Dra. Yusalina, MS sebagai dosen penguji komisi akademik yang telah memberikan berbagai saran dan masukan untuk penulis yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Dosen, staf dan pengurus Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus IPB yang telah banyak memberikan ilmu, bantuan dan dukungannya selama ini. 5. Bapak Aken Hafian dan Pak Wen selaku pemilik dan manajer produksi di CV Jumbo Bintang Lestari atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 6. Kedua orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap doa dan dukungan yang diberikan dengan kesabaran dan kasih sayang. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 7. Yuni Fitri Purwanti yang telah bersedia menjadi pembahas dan memberikan banyak masukan dan saran dalam seminar hasil penelitian. 8. Rekan-rekan Ekstensi Agribisnis angkatan V atas kebersamaannya selama ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Maret 2011 Titisari Dewiaji

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di CV Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat risiko pada usaha budidaya pembesaran ikan lele, sumber-sumber risiko produksi dan strategi dalam mengatasi risiko yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Bogor, Maret 2011 Titisari Dewiaji

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ikan Lele Penelitian Terdahulu... III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Sumber-sumber Risiko Manajemen Risiko Pengukuran Risiko Teknik Pemetaan Konsep Penanganan Risiko Kerangka Pemikiran Operasional... IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas) Pengukuran Dampak Risiko Pemetaan Risiko Penanganan Risiko... V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Profil CV Jumbo Bintang Lestari Struktur Organisasi CV Jumbo Bintang Lestari Lokasi dan Fasilitas Kegiatan Produksi Ikan Lele Dumbo Persiapan Kolam Penebaran Benih Pengelolaan Pakan Pengelolaan Kualitas Air Pengendalian Hama dan Penyakit... Halaman i ii iii

11 5.4.6 Panen Pemasaran... VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber-Sumber Risiko Pada Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Penanganan Risiko Produksi CV Jumbo Bintang Lestari Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Produksi Analisis Dampak Risiko Produksi Pemetaan Sumber Risiko Alternatif Strategi Penanganan Risiko di CV Jumbo Bintang Lestari... VII. KESIMPULAN DAN SARAN... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN

12 Tabel DAFTAR TABEL Nilai PDB Nasional Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Berdasarkan Harga Berlaku Tahun Perkembangan Produksi Ikan Indonesia Tahun Produksi Ikan Konsumsi Budidaya dalam Kolam di Jawa Barat Tahun Produksi Ikan Lele Konsumsi Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun Produksi Ikan Konsumsi Budidaya dalam Kolam di Kabupaten Bogor Tahun Jumlah Produksi Ikan Lele Dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun Kandungan Nutrisi Pakan Ikan Lele... Kualitas Air Yang Memenuhi Persyaratan untuk Budidaya Lele... Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Lele Dumbo dan Lele Lokal... Kandungan Nutrisi Pakan Buatan (Pelet) di CV Jumbo Bintang Lestari... Sumber-sumber Risiko Produksi di CV Jumbo Bintang Lestari... Rata-Rata Derajat Kematian (Mortality Rate) Ikan Lele Dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun Nilai FCR (Feed Conversion Rate) di CV Jumbo Bintang Lestari Pada Tahun Pengukuran Suhu dan ph Air di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun Hasil Analisis Probabilitas Risiko CV Jumbo Bintang Lestari... Hasil Analisis Dampak Risiko CV Jumbo Bintang Lestari... Halaman

13 Gambar DAFTAR GAMBAR Hubungan Risiko dengan Return... Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan... Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan... Kerangka Pemikiran Operasional... Peta Risiko... Penghindaran Risiko (Strategi Preventif)... Mitigasi Risiko... Struktur Organisasi CV Jumbo Bintang Lestari... Grafik Perkembangan Survival Rate Pembesaran Ikan Lele Dumbo Di CV Jumbo Bintang Lestari... Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko... Strategi Preventif Risiko CV Jumbo Bintang Lestari... Strategi Mitigasi Risiko CV Jumbo Bintang Lestari... Halaman

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Kekurangan Produksi Di CV Jumbo Bintang Lestari... Peta Lokasi Gunungsindur Kabupaten Bogor... Dokumentasi CV Jumbo Bintang Lestari... Halaman

15 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan mencapai km² dan luas perairannya km². Luas perairan Indonesia yang melebihi luas daratannya menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Sebagai negara maritim, sektor perikanan memegang peranan penting dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Bahkan secara nasional sektor perikanan dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) (DKP, 2008). Nilai PDB nasional untuk sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai PDB Nasional Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Berdasarkan Harga Berlaku Tahun Lapangan Usaha Nilai PDB (dalam Rp Milyar) Rata-rata Perubahan (%/tahun) Tanaman Bahan , , , , ,7 20,65 Makanan Tanaman Perkebunan , , , , ,4 21,23 Peternakan , , , , ,4 19,83 Kehutanan , , , , ,1 18,81 Perikanan , , , , ,8 27,05 Total , , , , ,4 21,58 Sumber : BPS (2009), diolah Berdasarkan data pada Tabel 1, sektor perikanan mengalami peningkatan rata-rata per tahun paling tinggi bila dibandingkan dengan sektor pertanian, peternakan, dan kehutanan yaitu dengan nilai 27,05 persen. Sedangkan nilai ratarata perubahan yang paling rendah yaitu pada sektor kehutanan yang hanya mencapai 18,81 persen per tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor perikanan merupakan sektor yang memiliki prospek yang baik di masa mendatang sehingga dapat menjadi andalan untuk kemajuan perekonomian Indonesia.

16 Sektor perikanan dibagi menjadi dua yaitu perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Perikanan tangkap umumnya merupakan kegiatan ekonomi masyarakat yang dilakukan dengan menangkap ikan di perairan dengan menggunakan berbagai alat dan metode. Sebagian besar ikan yang ditangkap di perairan Indonesia yaitu bersumber dari ikan laut. Hal ini apabila dilakukan secara terus menerus dan dengan cara-cara yang tidak diizinkan akan mengakibatkan kerusakan ekosistem laut sehingga dapat mengurangi populasi ikan yang dapat berimplikasi terhadap penurunan pendapatan nelayan. Menurut data dari DKP (2008), dari tahun 2004 hingga tahun 2007 produksi ikan terutama perikanan budidaya di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada sektor perikanan budidaya rata-rata peningkatan produksi dari tahun yaitu sebesar 28,82 persen per tahun, sedangkan perikanan tangkap lebih rendah 26,79 persen yaitu hanya 2,03 persen per tahunnya. Adapun angka konsumsi ikan nasional pada tahun 2008 adalah sebesar 28 kg per kapita per tahun, meningkat dibandingkan tahun 2007 sebesar 26,03 kg per kapita per tahun. Di tahun 2009 dan 2010, masing-masing tingkat konsumsi ikan ditargetkan sebesar 30,16 kg dan 30,89 kg per kapita per tahun 1. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perikanan budidaya memiliki peluang yang lebih tinggi dalam menghasilkan produk perikanan dibandingkan dengan perikanan tangkap yang perkembangannya relatif lambat. Jumlah produksi ikan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Perkembangan Produksi Ikan Indonesia Tahun Jenis Produksi (Ton) Rata-rata perubahan (%/tahun) Budidaya ,82 Penangkapan ,03 Total ,49 Sumber : DKP (2008), diolah Tingginya peluang dalam perikanan budidaya menyebabkan banyak masyarakat mulai tertarik pada sektor ini. Menurut Effendi (2004), perikanan 1 Lele Jadi Komoditas Utama. Diakses 03 Januari 2011

17 budidaya berdasarkan sumber air dibagi menjadi tiga yaitu budidaya air tawar (freshwater culture), budidaya air payau (brackishwater culture), dan budidaya laut (mariculture). Budidaya air tawar dilakukan dengan menggunakan sumber air dari perairan tawar, sedangkan budidaya air payau dan marikultur masing-masing menggunakan air payau dan laut sebagai sumber airnya. Berdasarkan hal tersebut, budidaya air tawar umumnya dilakukan di daratan, baik dataran erndah maupun dataran tinggi. Budidaya air payau dilakukan di dataran sekitar pantai, muara sungai, atau rawa payau. Budidaya laut dilakukan di perairan laut yang terlindung dari ombak dan badai seperti teluk, selat, dan perairan dangkal yang terlindung. Indonesia terdiri dari 33 provinsi yang memiliki potensi untuk pengembangan dalam sektor perikanan budidaya. Berdasarkan data dari BPS (2009), pada tahun 2007 Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang paling tinggi menghasilkan ikan budidaya yaitu sebesar ton. Sementara itu total produksi ikan budidaya untuk Pulau Jawa pada tahun yang sama yaitu sebesar ton, sehingga Jawa Barat berkontribusi terhadap produksi ikan budidaya di Pulau Jawa sebesar 56 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki potensi yang lebih tinggi untuk dikembangkan lebih lanjut dibandingkan dengan provinsi lain yang berada di Pulau Jawa. Jawa Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki alam dan pemandangan indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan, antara lain menyangkut Sumber Daya Air, Sumber Daya Alam dan pemanfaatan lahan, Sumber Daya Hutan, Sumber Daya Pesisir dan Laut, serta Sumber Daya Perekonomian. Menurut data tahun 2005 propinsi Jawa Barat kini memiliki 16 Kabupaten dan 9 Kota dengan jumlah penduduk berdasarkan sensus tahun 2003 yaitu sebesar jiwa 2. Besarnya jumlah penduduk di Jawa Barat dapat dijadikan sebagai peluang karena dengan tingkat populasi yang tinggi maka tingkat konsumsi masyarakatnya pun semakin tinggi. Jawa Barat beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 9 o C-34 o C dengan curah hujan berkisar antara sampai milimeter per tahun. 2 Portal Nasional Republik Indonesia, Profil Daerah Jawa Barat. Diakses 09 Januari 2011

18 Jenis ikan air tawar yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Jawa Barat diantaranya yaitu ikan mas, nila, mujair, nilem, gurame, tawes, tambakan, bawal, lele, dan patin. Ikan lele merupakan salah satu ikan andalan dalam produksi ikan konsumsi dari Jawa Barat. Data produksi ikan konsumsi budidaya dalam kolam di Jawa Barat tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produksi Ikan Konsumsi Budidaya dalam Kolam di Jawa Barat Tahun Produksi (Ton) Perubahan Jenis Ikan Rata-Rata (%/tahun) Mas , , ,4-0,33 Nila , , , , ,8 6,36 Mujair 4.445, , , ,3-2,17 Nilem , , , , ,2-2,71 Gurame 4.114, , ,81 Tawes 5.267, , , ,41 Tambakan 2.793, , , , ,1 0,06 Bawal 422, , , , ,8 54,02 Lele , , ,38 Patin 1.036,6 918, , , ,3 7,55 Total , , , , ,90 Sumber : DKP Provinsi Jawa Barat (2010), diolah Berdasarkan Tabel 3 rata-rata perubahan produksi ikan konsumsi di Jawa Barat per tahunnya yang paling tinggi yaitu produksi ikan bawal yang mencapai 54 persen. Produksi budidaya ikan lele berada pada urutan kedua yaitu sebesar 31 persen. Rata-rata perubahan yang paling kecil yaitu pada produksi ikan nilem yaitu -2,71 persen per tahun yang berarti pada produksi ikan tersebut mengalami penurunan. Total produksi yang paling tinggi yaitu pada komoditas ikan mas yang mencapai rata-rata ,7 ton per tahun. Komoditas ikan lele berada pada urutan kedua yaitu sebesar ,34 ton per tahun. Rata-rata produksi paling rendah yaitu pada komoditas ikan patin yang hanya mencapai 1.225,7 ton per tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa komoditas ikan lele cukup menjadi andalan dalam produksi perikanan budidaya di Jawa Barat. Jawa Barat memiliki beberapa Kota dan Kabupaten yang dijadikan sebagai sentra budidaya ikan lele karena besarnya produksi dalam menghasilkan komoditas tersebut. Beberapa Kota dan Kabupaten tersebut diantaranya yaitu Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten

19 Karawang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kota Tasikmalaya, dan Kota Bogor. Produksi Ikan Lele Konsumsi menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi Ikan Lele Konsumsi Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun Produksi (Ton) Perubahan Kabupaten/Kota Rata-Rata (%/tahun) Kab. Ciamis 693,35 700,63 418,32 435, ,82 27,19 Kab. Cianjur , ,36 760,19 247,53-27,32 Kab. Sukabumi 482,51 648,04 699,89 592,55 374,08-2,47 Kab. Karawang 803,8 467, ,2 784,56 5,15 Kab. Indramayu 8.317, , , , ,47 20,08 Kab. Cirebon 258,5 244,5 286,7 450,9 447,9 17,11 Kab. Bogor 452, ,86 370,54 Kab. Bandung 555,76 363,46 570,98 896, ,56 24,59 Kota Tasikmalaya 218,22 425,43 410,56 519,05 565,88 31,73 Kota Bogor 38,72 340,35 307,68 226,62 470,37 212,65 Total , , , , ,03 Sumber : DKP Provinsi Jawa Barat (2010), diolah Berdasarkan Tabel 4, persentase rata-rata perubahan Kabupaten Bogor merupakan yang paling tinggi yaitu dengan rata-rata perubahan sebesar 370,5 persen per tahun. Persentase rata-rata perubahan yang paling rendah yaitu berasal dari kabupaten Cianjur sebesar -27,3 persen per tahun, hal ini karena produksi ikan lele konsumsi pada daerah tersebut terus mengalami penurunan yang cukup tinggi setiap tahunnya. Sementara itu, rata-rata total produksi ikan lele konsumsi paling tinggi dihasilkan dari Kabupaten Indramayu yaitu sebesar ,9 ton per tahun, sedangkan Kabupaten Bogor berada diurutan kedua yaitu dengan rata-rata produksi sebesar 7.946,4 per tahun. Produksi ikan lele konsumsi paling rendah berasal dari Kota Bogor dengan rata-rata produksi yang hanya mencapai 276,7 ton per tahunnya. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kota penghasil ikan konsumsi yang cukup tinggi di Jawa Barat. Beberapa ikan konsumsi air tawar yang umumnya dibudidayakan oleh masyarakat yaitu ikan mas, ikan bawal, ikan

20 mujair, ikan lele, ikan nila, ikan gurame dan lain sebagainya. Jumlah produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor tahun dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi Ikan Konsumsi Budidaya dalam Kolam di Kabupaten Bogor Tahun Tahun (Ton) Perubahan Jenis Ikan Rata-Rata (%/tahun) Mas 834, ,17 64,92 Nila 427, , ,59 77,09 Mujair 10, , ,22 55,90 Nilem 2, ,7 9,5 1,8 103,80 Gurame 358, ,43 82,70 Tawes 170, ,44 9,28 Tambakan ,31-25,35 Bawal 0 630,06 849,4 934,5 358,36-4,21 Lele 452, ,86 370,54 Total 2256, ,18 Sumber : DKP Provinsi Jawa Barat (2010), diolah Berdasarkan Tabel 5, perubahan rata-rata produksi ikan lele konsumsi di Bogor merupakan yang tertinggi yaitu 370,54 persen per tahun, sedangkan ratarata perubahan produksi yang paling rendah yaitu pada komoditas ikan tambakan yaitu -25,35 persen per tahun. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa budidaya ikan lele konsumsi di Kabupaten Bogor diminati oleh masyarakat atau petani sekitar. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha budidaya ikan konsumsi adalah CV Jumbo Bintang Lestari. Perusahaan ini fokus pada usaha pembesaran ikan lele dumbo. Pembesaran ikan lele merupakan komoditas akuakultur yang menjanjikan untuk dibudidayakan dan dikembangkan, hal tersebut dikarenakan cara pembudidayaannya yang relatif lebih mudah namun memiliki beberapa kendala dalam proses produksinya. Diantara kendala-kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan lele yaitu adanya tingkat risiko. Risiko yang muncul dalam budidaya pembesaran ikan lele yaitu fluktuasi jumlah produksi yang dihasilkan, perubahan cuaca, dan serangan hama penyakit yang mengakibatkan ikan lele yang diproduksi mengalami kematian ataupun terjangkiti penyakit sehingga dapat menurunkan kualitas dan jumlah yang diproduksi. Jumlah produksi ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada Tabel 6.

21 Tabel 6. Jumlah Produksi Ikan Lele Dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun Bulan Produksi (kg) Januari , ,50 Februari , ,50 Maret , , ,00 April , , ,50 Mei , , ,00 Juni , , ,60 Juli , , ,50 Agustus , , ,70 September ,20 Oktober , , ,70 Nopember , , ,60 Desember , ,60 - Total , , ,80 Rata-rata , , ,31 Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari (2010), diolah Berdasarkan data pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata produksi ikan lele konsumsi CV Jumbo Bintang Lestari mengalami fluktuasi. Rata-rata produksi pada tahun 2008 yaitu 14,135 ton per bulannya, sedangkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 19,425 ton per bulannya dan pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 18,376 ton per bulannya. Hal ini dapat menjadi indikasi adanya risiko pada produksi ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari. Keadaan iklim, cuaca, dan kelembaban sekitar tempat budidaya akan mempengaruhi kualitas air tempat budidaya sehingga dapat pula berpengaruh terhadap jumlah produksi ikan yang dihasilkan dan kualitasnya. Hal tersebut terkait dengan Kota Bogor yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara 50 sampai 450 milimeter per tahun. Pada musim hujan, bakteri dan virus akan cepat tumbuh sehingga menyebabkan ikan yang diproduksi pun menjadi rentan terkena penyakit sehingga pertumbuhannya menjadi lambat bahkan mengalami kematian. Disamping itu kondisi cuaca yang demikian dapat berpengaruh terhadap suhu air dan ph sehingga menjadi fluktuatif yang menyebabkan ikan yang diproduksi mengalami pertumbuhan yang lambat. Hal ini

22 perlu diantisipasi, karena bila terus dibiarkan akan menimbulkan risiko yang lebih besar lagi yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan pembudidaya ikan. 1.2 Perumusan Masalah CV Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya ikan konsumsi khususnya ikan air tawar. Produk yang dihasilkan oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu ikan lele konsumsi. Sebagian besar produksi yang dilakukan oleh perusahaan adalah usaha pembesaran, karena teknologi yang diterapkan cukup mudah dan kondisi lingkungan sekitar tempat budidaya mampu mendukung usaha tersebut. Sejak awal berdiri yaitu tahun 2004, CV Jumbo Bintang Lestari sudah mulai memproduksi ikan lele konsumsi. Namun, pada tahun 2006 perusahaan mencoba untuk memproduksi benih ikan lele. CV Jumbo Bintang Lestari merupakan perusahaan yang cukup potensial untuk dikembangkan karena banyaknya permintaan terhadap ikan konsumsi khususnya ikan lele. Permintaan terhadap ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari adalah sebesar 10 ton/hari, sedangkan rata-rata produksi perusahaan sebesar 20 ton per bulan. Selain itu, letak usaha yang berada di Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu sentra produksi ikan konsumsi, sehingga memudahkan dalam melakukan distribusi ikan lele karena sebagian besar hasil produksi dipasarkan ke daerah Jabodetabek. Ikan lele termasuk salah satu komoditas perikanan air tawar yang sejak beberapa tahun terakhir ini berkembang pesat. Ciri morfologinya yaitu memiliki dua buah kumis sebagai alat peraba ketika bergerak dan mencari makan. Kini, berbagai teknologi telah banyak dikembangkan dalam mendukung produksi ikan lele terutama teknologi untuk menghasilkan lele konsumsi yang berkualitas. Proses pembesaran ikan lele tergolong mudah untuk dilakukan dengan memenuhi beberapa syarat hidupnya, diantaranya kolam yang digunakan memiliki saluran air yang baik. Disamping itu kualitas air yang memenuhi persyaratan dalam budidaya ikan lele yaitu suhu berkisar antara o C, ph 6,5-8,5 dan oksigen terlarut maksimal 5 mg/l. Fluktuasi suhu dan ph dapat terjadi ketika musim hujan hingga hal tersebut dapat menimbulkan risiko produksi.

23 Risiko produksi dapat disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak pasti dan serangan hama penyakit yang sulit diduga sebelumnya. Pada musim hujan, jumlah produksi ikan cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan fluktuasi cuaca yang menyebabkan suhu dan ph air mengalami perubahan sehingga serangan hama dan penyakit pun menjadi tinggi dan dapat menimbulkan kematian pada ikan. Disamping itu, fluktuasi suhu air budidaya menyebabkan ikan lele yang diproduksi mengalami penurunan nafsu makan sehingga pertumbuhannya pun menjadi lambat. Sementara itu di CV Jumbo Bintang Lestari, penyakit yang sering menyerang ikan lele yaitu bintik putih (white spot) dengan ciri-ciri adanya bintikbintik putih pada permukaan tubuh dan insang ikan yang dipelihara, kemudian ikan sering berkumpul pada pintu air masuk. Biasanya, kematian ikan akan tinggi karena mengalami gangguan penyerapan oksigen. Menurut Mahyuddin (2008), faktor pemicu penyakit tersebut antara lain disebabkan oleh kualitas air yang kurang mendukung, suhu air yang dingin, dan kepadatan ikan terlalu tinggi. Hama yang sering mengganggu kegiatan budidaya di CV Jumbo Bintang Lestari diantaranya yaitu adanya burung bangau sebagai pemangsa (predator) dan belut. Hewan pengganggu tersebut dapat merusak pematang kolam sehingga menjadi bocor. Pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi hama yang mengganggu tersebut yaitu dengan cara memburu dan menangkap hewan-hewan yang dapat mengganggu kegiatan budidaya. Selain serangan hama dan penyakit sumber risiko lain yang ditemukan di CV Jumbo Bintang Lestari diantaranya yaitu kualitas dan pasokan benih, kualitas pakan, mortalitas, dan sumber daya manusia. Benih yang digunakan untuk proses pembesaran ikan lele dumbo merupakan benih yang berasal dari luar perusahaan sehingga kualitas dan pasokan benih pun kurang terjaga baik. Pakan yang digunakan dalam proses produksi ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari merupakan pakan buatan yang berasal dari pabrik dengan menggunakan merek sendiri. Kualitas pakan menjadi kurang terkontrol karena komposisi pakan ditentukan oleh perusahaan pakan yang bekerjasama dengan CV Jumbo Bintang Lestari tersebut.

24 Adanya beberapa faktor yang dapat menimbulkan risiko dalam proses produksi ikan lele menyebabkan adanya perbedaan jumlah produksi dan tingkat kelangsungan hidup (SR) selama masa produksi berlangsung. Data yang diperoleh dari pihak manajemen CV Jumbo Bintang Lestari menunjukkan bahwa rata-rata SR yang dihasilkan mengalami flukuasi. Rata-rata derajat kelangsungan hidup Ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-Rata Derajat Kelangsungan Hidup Ikan Lele di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun Bulan Derajat Kelangsungan Hidup (%) Januari - 66,54 60,23 Februari - 73,97 70,46 Maret 65,70 73,31 83,29 April 62,57 72,20 75,98 Mei 66,05 71,93 79,68 Juni 63,80 81,10 70,50 Juli 69,81 78,00 78,20 Agustus 68,06 80,63 83,73 September ,33 Oktober 70,37 70,87 62,33 November 69,30 86,22 55,53 Desember 72,90 81,67 - Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari (2010), diolah Berdasarkan Tabel 6 dapat terlihat bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan lele konsumsi di CV Jumbo Bintang Lestari mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 rata-rata SR ikan lele yang dihasilkan perusahaan yaitu 67,63 persen per bulan, pada tahun 2009 rata-rata SR mencapai 76,04 persen per bulan, sedangkan pada tahun 2010 rata-rata SR yaitu 71,93 persen per bulan,. Disamping itu, dapat terlihat pula bahwa setiap bulannya nilai SR yang dihasilkan berbeda-beda. Pada tahun 2008 nilai SR paling rendah dihasilkan di bulan April yaitu 62,57 persen, sedangkan pada tahun 2009 nilai SR paling rendah dihasilkan di bulan Januari yaitu sebesar 66,5 persen dan pada tahun 2010 SR paling rendah diperoleh di bulan Januari sebesar 60,23 persen. Adapun nilai rata-rata SR paling tinggi selama kurun waktu tersebut mampu dihasilkan perusahaan di bulan November 2009 yaitu sebesar 86,2 persen. Hal ini merupakan indikasi bahwa perusahaan

25 menghadapi risiko dalam memproduksi ikan lele konsumsi karena fluktuasi nilai SR tersebut akan berimplikasi terhadap penerimaan perusahaan. Usaha pada sektor agribisnis terutama perikanan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi pada proses produksinya karena memiliki sifat yang sangat tergantung pada kondisi alam yang tidak dapat dikendalikan atau diduga sebelumnya. Selain itu, produk perikanan merupakan produk hidup yang bersifat mudah rusak (perishable). Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk dapat meminimalisasi risiko yang dapat mengganggu proses produksi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana tingkat risiko produksi pada usaha pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari? 2. Sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari pada usaha pembesaran ikan lele dumbo? 3. Bagaimana strategi untuk mengatasi risiko produksi ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari. 2. Menganalisis sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari 3. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi tempat usaha budidaya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi. 2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan. 3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

26 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakterisktik Ikan Lele Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang digemari oleh masyarakat. Ikan lele merupakan komoditas yang dapat dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas pada kawasan marginal dan hemat air. Menurut Suyanto (2007), badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih di bawah (depresed). Mulut berada di ujung/terminal dengan empat pasang sungut. Sirip ekor membundar, tidak bergabung dengan sirip anal dan mempunyai senjata yang berbisa yaitu berupa sepasang patil yang berada di sebelah depan sirip dada. Selain itu, ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang memungkinkan pengambilan oksigen dari udara di luar air yang disebut dengan arborescen organ. Menurut Mahyuddin (2008), berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya, ikan lele diklasifikasikan ke dalam famili Clariidae, yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk kepala pipih dan alat pernapasan tambahan. Adapun sistematika dan klasifikasinya adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Telestoi Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidae Famili : Clariidae Genus : Clarias Species : Clarias sp Menurut Mahyuddin (2008), ikan lele banyak ditemukan di perairan tawar, dataran rendah sampai sedikit payau. Di alam, lele hidup di sungai-sungai yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat seperti danau, waduk, telaga, rawa, serta genangan air tawar lainnya misalnya kolam. Ikan lele cenderung toleran atau tahan terhadap kondisi lingkungan yang kualitas airnya jelek. Dalam kolam pemeliharaan dengan kepadatan tinggi dan kandungan oksigen yang minimpun ikan lele masih dapat bertahan hidup. Ikan lele cenderung aktif pada malam hari, oleh sebab itu ikan ini disebut sebagai binatang nokturnal. Namun pada kolam pemeliharaan, terutama budidaya

27 secara intensif, lele dapat dibiasakan diberi pakan pelet pada pagi atau siang hari. Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam. Menurut Mahyuddin (2008), berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Selain itu, lele memiliki sifat kanibalisme yaitu suka memangsa jenisnya sendiri. Oleh sebab itu pemberian pakan harus dilakukan tepat pada waktunya. Pakan merupakan komponen penting dalam menunjang pertumbuhan lele. Umumnya pakan yang digunakan dalam pembesaran ikan lele yaitu pakan buatan (pelet). Kandungan nutrisi dalam pakan buatan pun perlu diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan ikan lele. Kandungan nutrisi pakan yang sesuai bagi pertumbuhan ikan lele dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kandungan Nutrisi Pakan Ikan Lele Komposisi Nutrisi Nilai Nutrisi (%) Protein Min 30 Lemak 4-16 Karbohidrat Mineral Min 0,5-0,8 Sumber : Mahyuddin (2008) Air merupakan media tempat hidup dalam budidaya ikan. Kondisi air harus disesuaikan dengan kebutuhan optimal bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara. Keberhasilan budidaya ikan banyak ditentukan oleh keadaan kualitas dan kuantitas air. Parameter kualitas air yang optimal bagi budidaya lele dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kualitas Air yang Memenuhi Persyaratan untuk Budidaya Lele Parameter Nilai Parameter Suhu o C ph 6,5-8,5 Oksigen terlarut (O 2 ) > 3 mg/l Amonia total Max 1 (mg/l total amonia) Kekeruhan Max 50 NTU Karbondioksida (Co 2 ) Max 11 mg/l Nitrit Min 0,1 mg/l Alkalinitas Min 20 mg/l Kesadahan total Min 20 mg/l Sumber : Mahyuddin (2008)

28 Jenis ikan lele yang banyak dibudidayakan dan dijumpai dipasaran adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Sementara itu, lele lokal (Clarias batracus) sudah jarang ditemukan karena pertumbuhannya yang relatif lembat dibandingkan dengan lele dumbo. Perbandingan tingkat pertumbuhan lele dumbo dan lele lokal dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Lele Dumbo dan Lele Lokal Uraian Tingkat Pertumbuhan (gram/ekor) Lele Dumbo Lele Lokal Umur 2 hari 1,2-3 0,2 2 Umur 5 minggu ,5 Umur 3 bulan Sumber : Mahyuddin (2008) 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai risiko produksi telah dilakukan oleh Safitri (2009) mengenai risiko produksi daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan analisis risiko pada kegiatan usaha spesialisasi melalui perhitungan variance, standard deviation, dan coefficient variation. Sedangkan analisis risiko pada kegiatan usaha diversifikasi menggunakan perhitungan variance portofolio dan covariance antara kedua kegiatan produksi. Hasil yang diperoleh pada usaha spesialisasi yaitu bahwa komoditas Philedendron marble menghadapi risiko produksi yang lebih tinggi daripada komoditas Asparagus bintang. Hal ini dapat terlihat pada nilai variance, standard deviation dan coefficient variation yang lebih tinggi untuk komoditas Philedendron marble yaitu secara berturut-turut 0.44, 0.66, dan Sedangkan untuk komoditas Asparagus bintang nilai variance, standard deviation dan coefficient variation yang diperoleh secara berturut-turut yaitu 0.38, 0.62, Adapun sumber-sumber risiko yang muncul pada usaha daun potong di PT Pesona Daun Mas Asri ini yaitu kondisi cuaca atau iklim, tingkat kesuburan lahan, dan serangan hama serta penyakit. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisdya (2009) mengenai risiko produksi anggrek Phalaenopsis pada PT. Ekakarya Graha Flora dengan menggunakan analisis yang sama dengan Safitri (2009). Hasil yang diperoleh yaitu tanaman anggrek dengan teknik seedling memiliki risiko yang

29 lebih tinggi daripada anggrek dengan teknik mericlone yaitu sebesar 0,078. Sedangkan menurut analisis koefisien variasi, tanaman anggrek teknik seedling menghasilkan nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1,319. Artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 1,319. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Solihin (2009) mengenai risiko produksi dan harga serta pengaruhnya terhadap pendapatan peternakan ayam broiler CV AB Farm Kecamatan Bojonggenteng-Sukabumi dengan menggunakan analisis risiko dan analisis deskriptif. Analisis risiko yang digunakan yaitu dengan menghitung expected return, ragam (variance), simpangan baku (standar deviasi), koefisien variasi, batas bawah pendapatan serta metode Z-Score. Untuk analisis pengaruh risiko terhadap pendapatan dihitung dari penyimpangan pendapatan Prestasi Produksi CV AB Farm terhadap Prestasi Produksi Standar ayam broiler yang seharusnya diperoleh. Sumber risiko produksi terdapat pada usaha peternakan ayam broiler meliputi perubahan cuaca, penyakit dan kualitas sarana produksi. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh nilai expected return yaitu Rp dan nilai standar deviasi sebesar Rp Berdasarkan analisis nilai koefisien variasi yang diperoleh yaitu sebesar -2,63. Hal ini berarti setiap Rp 1 return yang diterima oleh peternak akan mengandung risiko sebesar Rp 2,63. Berdasarkan analisis Z- Score diperoleh nilai penyimpangan dari indeks Prestasi Produksi CV AB farm terhadap Indeks Prestasi Produksi standar adalah 23,0 persen. Sementara itu Indeks nilai penyimpangan risiko produksi adalah sebesar 98 (32,6 persen) yang berisiko menurunkan pendapatan sebesar Rp (157,1 % persen). Sementara itu penelitian mengenai risiko dengan komoditas perikanan telah dilakukan oleh Lestari (2009), yang meneliti mengenai manajemen risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei (studi kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Serang-Banten). Analisis yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi sumbersumber risiko yang sering terjadi diperusahaan kemudian risiko tersebut diklasifikasikan ke dalam peta risiko untuk mengetahui tingkat krusial sumber risiko tersebut. Setelah itu, dilakukan identifikasi strategi penanganan risiko dengan menggunakan analisis deskriptif melalui observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan.

30 Sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha pembenihan udang vanamei di PT Suri Tani Pemuka yaitu pengadaan induk udang vanamei,, penyakit yang menyerang udang vanamei, cuaca, mortalitas, dan kerusakan pada peralatan teknis. Sedangkan sumber-sumber risiko pasar meliputi fluktuasi harga induk, fluktuasi harga pakan dan fluktuasi harga benih. Selanjutnya sumbersumber risiko tersebut dipetakan ke dalam peta risiko. Hasilnya yaitu pada kuadran satu dengan tingkat kemungkinan terjadinya risiko besar dan dampak yang ditimbulkannya pun besar adalah penyakit dan tingkat mortalitas. Pada kuadran 2 dengan probabilitas yang kecil tetapi menimbulkan dampak yang besar yaitu pengadaan induk. Sementara itu pada kuadran 3 yaitu fluktuas harga induk, fluktuasi harga pakan, dan fluktuasi harga benih. Pada kuadran 4 yaitu kerusakan peralatan dan cuaca. Strategi penanganan yang dilakuka terhadap sumber-sumber risiko yang telah dipetakan tersebut yaitu strategi penghindaran risiko (preventif) dan mitigasi risiko. Strategi preventif yang dilakukan meliputi persiapan wadah pemeliharaan, sistem kontrak pembelian dengan pemasok pakan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur, perbaikan fasilitas, dan pengembangan sumber daya manusia. Sementara strategi mitigasi yag dilakukan yaitu pengadaan dan perlakuan induk, pengendalian penyakit, dan sistem diversifikasi pemeliharaan. Selanjutnya analisis yang dilakukan adalah analisis probabilitas dan dampak risiko produksi naupli, produksi benur, risiko derajat kelangsungan hidup benur, dan risiko penerimaan yang dialami perusahaan. Pengukuran probabilitas diukur dengan analisis nilai standar atau analisis Z-Score sedangkan dampak risiko dianalisis dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Hasil yang diperoleh untuk tingkat probabilitas risiko terbesar pada kegiatan produksi yaitu terletak pada produksi benur sebesar 22,10 persen dan probabilitas risiko penerimaan yaitu sebesar 34,10 persen. Sedangkan untuk dampak atau kerugian terbesar terletak pada risiko survival rate (derajat kelangsungan hidup) benur yaitu sebesar Rp Berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan, sumber-sumber risiko yang ada pada perusahaan dalam kegiatan pembenihan udang vannamei dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran

31 risiko. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa risiko penurunan kelangsungan hidup berada pada kuadran 2, risiko produksi benur dan penerimaan pada kuadran 3 serta risiko produksi naupli berada pada kuadran 4. Sumber risiko yang dianggap memiliki tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang timbulkannya besar adalah risiko timbulnya penyakit dan tingginya tingkat mortalitas benih udang vannamei. Berdasarkan analisis-analisis tersebut, strategi preventif risiko yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu pada risiko yang berada pada kuadran 1 dan 3 yaitu dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air dan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan bagi karyawan dan melakukan kontrak pembelian dengan pihak pemasok pakan. Sedangkan strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan yaitu yang berada pada kuadran 2 dengan melakukan tindakan pengendalian penyakit, kegiatan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat. Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2009), tentang risiko produksi dan perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Adapun tujuan dari penelitiannya yaitu menganalisis tingkat risiko produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, menganalisis perilaku penawaran bawang merah, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penawara bawang merah. Tingkat risiko diukur dengan menggunakan alat analisis variance, standard deviation, dan coefficient variation. Hasil yang diperoleh yaitu tingkat risiko produksi yang dihadapi petani bawang merah di Kabupaten Brebes tersebut relatif tinggi jika dibandingkan dengan tingkat risiko produksi beberapa komoditas sayuran lain seperti bayam hijau, brokoli, tomat, dan cabai keriting. Bawang merah berada pada tingkat risiko kedua tertinggi dengan nilai 0,203, sedangkan bayam hijau, brokoli, tomat, dan cabai keriting memiliki tingkat risiko berturutturut 0,225, 0,112, 0,055, dan 0,048. Faktor-faktor yang menjadi sumber risiko pada kegiatan produksi bawang merah di Kabupaten Brebes meliputi iklim dan cuaca, hama dan penyakit, tingkat kesuburan lahan, dan efektivitas penggunaan input. Secara teknis bawang merah merupakan tanaman yang cukup rentan terhadap kekeringan, namun tanaman ini pun tidak tahan terhadap air hujan atau tempat-tempat yang selalu basah. Indikator bahwa iklim dan cuaca merupakan

32 faktor timbulnya risiko produksi pada bawang merah yaitu terjadinya fluktuasi produkivitas pada setiap musimnya. Produktivitas tertinggi terjadi pada rentang waktu antara bulan Juli hingga Agustus. Pada rentang waktu tersebut kondisi cuaca relatif mendukung pertumbuhan bawang merah karena cuaca cerah dengan suhu yang agak panas. Sementara itu pada bulan April-Mei dean Oktober- Desember produktivitas cenderung lebih rendah dengan perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan, expected value dari produktivitas bawang merah adalah sebesar 101,41 kwintal/hektar. Sementara risiko produksi yang dihadapi petani bawang merah di Kabupaten Brebes adalah sebesar 21,97 kwintl/hektar atau 20,3 persen dari nilai produktivitas yang diperoleh petani (cateris paribus). Apabila dilihat dari sisi penerimaan usahatani, diperoleh nilai expexted return sebesar Rp ,9/hektar, adapun risiko yang diterima oleh petani yaitu sebesar 60,09 persen dari nilai return yang diperoleh dengan standar deviasi rata-rata sebesar Rp /hektar. Fariyanti (2008) meneliti mengenai perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam menghadapi risiko produksi dan harga produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Analisis risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH), sedangkan analisis perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran digunakan model persamaan simultan. Adapun komoditas yang diteliti adalah kentang dan kubis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi kentang maupun kubis dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko produksi pada kentang lebih tinggi dibandingkan dengan kubis, tetapi sebaliknya risiko harga pada kentang lebih rendah daripada kubis. Diversifikasi usahatani kentang dan kubis mempunyai risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibandingkan spesialisasi kentang atau kubis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam pengambilan keputusan produksi akibat risiko produksi dan harga produk adalah dengan mengurangi lahan, benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Sementara strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yaitu dengan penggunaan benih yang tahan terhadap kekeringan dan hama penyakit, pengembangan teknologi irigasi dan diversifikasi kegiatan usahatani maupun luar usahatani.

33 Strategi untuk mengatasi harga produk diperlukan penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan secara berkelompok pada tingkat petani, pengembangan sistem contract farming dan kelembagaan pemasaran. Penelitian mengenai risiko produksi pun telah dilakukan oleh Permatasari (2010) yang meneliti mengenai analisis risiko produksi pada usaha pembiakan anjing labrador retreiver di d sunflower kennel, Mampang Jakarta Selatan. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan analisis deskriptif untuk mengetahui penyebab terjadinya risiko produksi, pengukuran probabilitas risiko dengan menggunakan nilai standar, dan pengukuran dampak risiko dengan menggunakan value at risk (VaR). Sumber-sumber risiko yang diperoleh yaitu meliputi kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, penyakit, mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, cuaca, warna anakan tidak sesuai harapan, jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan, serta sumber daya manusia. Berdasarkan hasil analisis risiko produksi, diperoleh probabilitas risiko produksi sebesar 0,425 atau 42,50 persen yang menunjukkan bahwa probabilitas produktivitas anakan di bawah lima ekor per kelahiran adalah sebesar 0,425 atau 42,5 persen. Sedangkan dampak risiko produksi adalah sebesar Rp ,57 yang menunjukkan tingkat kerugian akibat produksi tidak akan melampaui Rp ,57 tiap siklus produksi. Secara umum risiko produksi yang dihadapi oleh D Sunflower Kennel berada pada Kuadran III yang memiliki probabilitas besar dan dampak risiko kecil. Adapun strategi preventif yang dilakukan oleh D Sunflower Kennel adalah pemeriksaan USG, Perbaikan SDM, serta operasi caesar. Sedangkan strategi mitigasi diantaranya dilakukan dengan karantina, pengendalian penyakit, pengobatan, melakukan usaha sampingan, serta melakukan perawatan intensif. Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka terdahulu diatas dapat disimpulkan bahwa dalam usaha agribisnis baik usaha pembudidayaan, pembibitan, maupun pengolahan hasil pada komoditas hortikultura, tanaman perkebunan, perikanan, dan peternakan mempunyai risiko usaha. Adapun risiko operasional usaha dapat disebabkan oleh tingkat mortalitas, penyakit, atau kerusakan pada komoditas atau kesalahan penanganan oleh tenaga kerja maupun faktor eksternal seperti cuaca.

34 Adapun persamaaan yang terdapat pada penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu adalah fokus analisis mengenai risiko dan menggunakan alat analisis yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) dan Permatasari (2010) yaitu pemetaan risiko dengan menggunakan metode nilai standar (z-score) dan Value at Risk (VaR). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah analisis risiko yang difokuskan pada analisis risiko produksi, serta terletak pada komoditas yang diteliti, yaitu ikan lele dumbo.

35 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Dalam kerangka pemikiran teoritis ini akan dipaparkan mengenai teoriteori yang digunakan yang berhubungan dengan risiko agar dapat menjawab pertanyaan penelitian. Adapun kerangka pemikiran teoritis mengenai risiko terdiri atas konsep risiko, sumber-sumber risiko, manajemen risiko, pengukuran risiko, dan konsep penanganan risiko Konsep Risiko Pada dasarnya setiap usaha memiliki risiko, namun apakah risiko tersebut dapat dideteksi lebih dini atau dapat muncul dengan tiba-tiba, dan bila risiko tersebut terjadi apakah besarnya risiko dapat mempengaruhi usaha yang sedang dijalankan. Secara sederhana risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko: (1) merupakan suatu kejadian, (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan (bisa terjadi atau tidak terjadi), (3) jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian (Kountur, 2006). Menurut Kountur (2004), risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini terjadi akibat dari kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Risiko itu berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi akan ada akibatnya berupa kerugian yang ditimbulkan. Menurut Harwood et al (1999), risiko adalah kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Setiap bisnis yang dijalankan pasti memiliki risiko dan ketidakpastian. Hal ini bertentangan dengan perilaku individu yang menginginkan kepastian dalam berusaha. Menurut Umar (1998), risiko adalah (a) kesempatan timbulnya kerugian, (b) probabilitas timbulnya kerugian, (c) ketidakpastian, (d) penyimpangan aktual dari yang diharapkan, (e) terjadi jika probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan. Menurut Hanafi (2007) diacu dalam Solihin (2009), dalam analisis investasi, risiko berarti kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan, dan standar deviasi adalah alat statistik yang dapat

36 mengukur penyimpangan sehingga standar deviasi bisa digunakan untuk mengukur risiko, selain itu probabilitas atau peluang bisa juga digunakan untuk mengukur risiko, karena dengan adanya peluang bisa diketahui kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Menurut Kountur (2007), perusahaan yang mengelola risikonya dengan baik akan mendapatkan beberapa manfaat antara lain; (a) dapat meningkatkan laba perusahaan, (b) memungkinkan terhindar dari kebangkrutan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa luar biasa, dan (c) memperlancar pencapaian tujuan. Pentingnya pengelolaan risiko menurut Hanafi (2007), dapat dilihat pada Gambar 1 yang menggambarkan pandangan lama bahwa dalam kaitannya antara risiko dan tingkat keuntungan, menganggap bahwa ada hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan, semakin tinggi risiko maka akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan. Oleh sebab itu, bila suatu organisasi ingin meningkatkan keuntungan maka organisasi tersebut harus pula menaikkan tingkat risikonya. Return Expected Return Risk Gambar 1. Hubungan Risiko dengan Return Sumber : Hanafi (2007) Analisis risiko berhubungan dengan teori pengambilan keputusan. Alat analisis yang umumnya digunakan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko yaitu expected utility model (Debertin 1986). Model ini digunakan karena adanya kelemahan yang terdapat pada expected return model, yaitu bahwa yang ingin dicapai oleh seseorang bukan nilai (return) tetapi kepuasan (utility).

37 Hubungan fungsi kepuasan dengan pendapatan dapat dilihat pada Gambar 2. Apabila pendapatan meningkat maka tingkat kepuasan pun akan mengalami peningkatan. Utility (U) Margin Utility Income (I) Expected Income (EI) Gambar 2. Hubungan Fungsi Kepuasan dengan Pendapatan Sumber : Robinson and Barry (1999) Jika dilihat dari pembuat keputusan dalam menghadapi risiko, dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut, (Robinson dan Barry, 1987) : 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk avversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan tingkat kepuasan. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkannya. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan.

38 3.1.2 Sumber-Sumber Risiko Menurut Harwood et al (1999), sumber-sumber risiko yang dapat dihadapi petani meliputi (1) risiko produksi, (2) risiko kelembagaan, (3) risiko pasar atau harga, (4) risiko kebijakan, dan (5) risiko finansial. 1. Beberapa sumber risiko yang berasal dari risiko produksi yaitu gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan lain sebagainya. 2. Risiko yang ditimbulkan dari aspek kelembagaan diantaranya yaitu aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya. 3. Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya yaitu barang yang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga yaitu harga yang naik akibat dari adanya inflasi. 4. Risiko yang disebabkan karena kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor. 5. Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial meliputi adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat, putara barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisi ekonomi dan lainlain Manajemen Risiko Menurut Lam (2008), manajemen risiko dapat didefinisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen rsiko adalah mengelola keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasi profil risiko atau hasilnya. Hal penting untuk mengoptimailisasi profil risiko atau hasil adalah dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan.

39 Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah untuk menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta untuk memaksimumkan laba. Konsep manajemen risiko yang penting untuk penilaian suatu risiko diantaranya adalah tingkat maksimum kerusakan yang akan dialami perusahaan jika terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan risiko atau yang disebut dengan eksposur, besarnya kemungkinan suatu peristiwa yang berisiko, besarnya kerusakan yang akan dialami oleh perusahaan, dan waktu yang dihabiskan untuk terekspos dalam risiko (Lam 2008). Manajemen risiko dalam hal ini berfungsi untuk mengenali risiko yang mungkin muncul, memperkirakan probabilitas munculnya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko, dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respons terhadap risiko. Menurut Kountur (2004), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses yang berulang pada setiap periode produksi (Gambar 3). PROSES IDENTIFIKASI RISIKO OUTPUT Daftar Risiko EVALUASI PENGUKURAN RISIKO PENANGANAN RISIKO Expected Return Usulan (strategi pengelolaan risiko) Keterangan gambar : garis proses garis hasil (output) Gambar 3. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur, 2004

40 Menurut Kountur (2004), dalam pengelolaan risiko yang pertama kali harus dilakukan adalah mengidentifikasi risiko dengan : 1. Mengetahui dimana saja risiko berada Risiko dapat ditemukan di empat tempat utama di dalam perusahaan yaitu; (a) barang; dalam memproduksi barang dan jasa perusahaan juga membutuhkan bahan baku yang digunakan sebagai input dalam proses produksi (barang) yang mempunyai risiko rusak, hilang, tidak sesuai, usang, dan tidak berkualitas, (b) orang; perusahaan memiliki sumberdaya manusia untuk mengelola dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dituntut oleh perusahaan, yang mempunyai risiko sakit, cedera, meninggal, keluar, mogok, dan demo, (c) uang; perusahaan memerlukan uang untuk membayar kewajiban-kewajibannya, risiko uang yang merugikan karena hilang, dicuri, diselewengkan, tidak tertagih, dan berubah nilainya, (d) prosedur; perusahaan membutuhkan sistem, prosedur, dan aturan-aturan utnuk melaksanakan suatu pekerjaan (prosedur), risiko yang mungkin dapat terjadi yaitu kesalahan sistem atau prosedur sehingga dapat menyebabkan kecelakaan atau hasil yang tidak berkualitas. 2. Mengetahui penyebab timbulnya risiko Risiko dapat disebabkan karena (a) faktor fisik seperti bencana alam yang bersumber dari gempa bumi, banjir, atau kebakaran dan faktor fisik seperti kondisi alam (basah, kering, panas, atau dingin). Selain itu faktor fisik pun bisa ditimbulkan dari makhluk alam seperti kuman, virus, binatang, atau tumbuhan. Selain faktor fisik, terdapat pula faktor fisik sebagai penyebab timbulnya risiko seperti teknologi yang tidak sesuai, tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tidak berkualitas maupun yang salah digunakan, (b) faktor sosial yang menjadi penyebab timbulnya risiko dapat berasal dari individu karena kompetensi yang kurang, moral, selera, atau faktor sosial seperti kelompok masyarakat yang bertindak sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan, (c) faktor ekonomi; terjadi karena perubahan pada harga beli maupun harga jual, nilai tukar mata uang, dan tingkat bunga. 3. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasikan keberadaan dan penyebab risiko

41 Untuk mengetahui keberadaan maupun penyebab risiko dapat digunakan (a) metode interaksi yang terdiri dari observasi yang dilakukan dengan cara mengamati objek yang akan diidentifikasi, wawancara yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak-pihak yang kompeten dalam perusahaan tersebut, dan studi dokumentasi yang dilakukan melalui laporan, manual serta materi tertulis lainnya yang terdapat pada perusahaan yang menjadi objek manajemen risiko, (b) metode alur bagan; apabila suatu pekerjaan belum dilakukan dan masih dalam taraf perencanaan, yang tidak memungkinkan dilakukan metode interaksi, sehingga dilakukan alur bagan yaitu dengan menggambarkan alur kegiatan dari suatu pekerjaan, dari alur tersebuit akan muncul berbagai aktivitas yang dilakukan sehingga bisa diidentifikasi risiko yang mungkin dan dapat dilihat penyebabnya Pengukuran Risiko Pengelolaan manajemen risiko usaha membutuhkan kerangka manajemen risiko. Kerangka manajemen risiko menurut Autralian Risk Manajemen Standard diacu dalam Lestari (2009), terdiri dari beberapa langkah diantaranya yaitu langkah pertama adalah menetapkan visi dan misi perusahaan, langkah kedua adalah mengidentifikasi risiko yang ada pada usaha, dan langkah ketiga adalah menganalisis risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya. Pada langkah analisis tersebut bertujuan untuk menentukan tingkat pengendalian terhadap risiko dengan mempertimbangkan tingkat kemungkinan dan dampak risiko terhadap perusahaan. Pada tahap analisis ini pula dilakukan pengukuran risiko. Menurut Batuparan (2001) diacu dalam Lestari (2009), pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar (tolok ukur) untuk memahami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha. Signifikansi suatu risiko maupun portofolio risiko dapat diketahu atau disimpulkan dengan melakukan pengukuran terhadap dimensi risiko yaitu: (1) kuantitas risiko yaitu jumlah kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya risiko, (2) kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko. Semakin tinggi tingkat kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) maka akan semakin besar

42 pula tingkat risikonya. Semakin tinggi dampak yang ditimbulkan dari terjadinya suatu risiko maka akan semakin besar pula tingkat risikonya. Pengukuran risiko penting dilakukan untuk mengetahui risiko apa saja yang besar dan risiko apa yang kecil sehingga dalam penanganannya dapat diketahui risiko apa saja yang perlu diprioritaskan. Selain itu, dengan mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat pula digunakan sebagai petunjuk dalam menyusun strategi penanganan risiko yang sesuai. Risiko-risiko yang memiliki kemungkinan terjadinya sangat besar akan berbeda dalam penetapan strategi penanganan risikonya dengan risiko yang memiliki kemungkinan terjadinya kecil Teknik Pemetaan Menurut Djohanputro (2008), risiko selalu terkait dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi. Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi tingkat kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkikan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dimensi kedua yaitu dampak, merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, maka semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko maka semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Pada kuadran I merupakan kategori risiko

43 yang masuk ke dalam prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran I terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran II merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dengan dampak yang tinggi. Artinya, risiko-risiko dalam kuadran II cukup jarang terjadi tetapi apabila sampai terjadi maka akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dan target perusahaan. Kuadran III merupakan area dengan tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dengan dampak yang rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadangkadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Biasanya, perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul. Kuadran IV merupakan risiko dengan tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan mengandung dampak yang rendah pula. Risiko-risiko yang muncul pada kuadran IV cenderung diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Walaupun demikian, manajemen tetap perlu untuk memonitor risiko yang masuk dalam kuadran IV karena suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk dalam kuadran IV dapat pindah ke kuadran lain bila ada perubahan ekternal maupun internal yang signifikan Konsep Penanganan Risiko Strategi penanganan risiko yang tepat dapat diketahui berdasarkan hasil dari peta risiko. Adapun strategi penanganan risiko terdiri dari dua strategi yaitu (Kountur, 2006) : 1. Preventif Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : (1) membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, (2) mengembangkan sumber daya manusia, (3) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik, (4) membuat atau memperbaiki aturan-aturan dan kebijakan.

44 2. Mitigasi Strategi mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah : a. Menyebar Menyebar adalah suatu cara atau teknik menempatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan pada beberapa tempat. Tujuannya adalah mengurangi kerugian yang timbul bila suatu kejadian yang merugikan terjadi di suatu tempat. Salah satu teknik penanganan risiko dengan cara menyebar yaitu diversifikasi. Diversifikasi merupakan tindakan menyebarkan operasi bisnis ke berbagai bidang. Terdapat beberapa cara diversifikasi dinataranya yaitu diversifikasi produk dan diversifikasi geografis. Diversifikasi produk dilakukan dengan cara memproduksi berbagai macam produk. Hal tersebut bertujuan selain untuk meningkatkan keuntungan, juga untuk meminimalkan risiko apabila salah satu produk yang dihasilkan tidak laku, maka produk lain diharapkan bisa laku. Diversifikasi geografis dilakukan dengan cara memasuki lokasi baru. Hal tersebut bertujuan agar apabila di salah satu tempat produksi mengalami suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan, maka masih terdapat lokasi lain sehingga perusahaan tidak akan mengalami kerugian yang sangat besar. b. Penggabungan Penggabungan atau yang dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. c. Pengalihan Risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini dimaksudkan bila terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Terdapat beberapa cara

45 yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko kepada pihak lain diantaranya yaitu melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. Melalui asuransi, asset perusahaan yang memiliki dampak risiko yang besar dapat terhindar dari kerugian apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan oleh perusahaan sehingga kerugian tersebut ditanggung oleh pihak asuransi sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak. Sedangkan leasing merupakan cara dimana asset digunakan oleh perusahaan namun kepemilikannya merupakan milik pihak lain sehingga bila terjadi sesuatu pada asset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut. Outsourcing merupakan suatu cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga bila terjadi kerugian maka pihak tersebut yang menanggung kerugiannya. Pengertian hedging menurut kamus yaitu menutup transaksi jual beli komoditas, sekuritas atau valuta yang sejenis untuk menghindari kemungkinan kerugian karena perubahan harga sedangkan hedging menurut pasar komoditas adalah proteksi dari risiko kerugian akibat fluktuasi harga Kerangka Pemikiran Operasional Ikan lele termasuk ikan konsumsi air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. Pembesaran ikan merupakan suatu kegiatan budidaya yang bertujuan untuk menghasilkan ikan lele ukuran konsumsi. Dalam kegiatan pembesaran ini, ikan lele didorong untuk tumbuh secara maksimum hingga mencapai ukuran panen atau sesuai dengan ukuran pasar melalui penyediaan lingkungan media hidup ikan yang optimal, pemberian pakan yang tepat serta pengendalian hama dan penyakit. Tahapan kegiatan produksi pembesaran ikan lele meliputi a) persiapan kolam; b) penebaran benih; c) pemberian pakan; d) pengelolaan air; e) pengendalian hama dan penyakit; dan f) pemanenan. Pada persiapan kolam kegiatan yang dilakukan yaitu pengeringan dan pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan, dan pengisian air kolam. Menurut Mahyuddin (2008), pengapuran atau pemberian kapur pada kolam bertujuan untuk 3 Artikel Hedging. Diakses tanggal 04 Maret 2010

46 menaikkan ph tanah, membunuh hama dan parasit, serta mempercepat pembongkaran bahan-bahan organik. Sedangkan kegiatan pemupukan dilakukan untuk menyediakan media tumbuh pakan alami dan unsur hara bagi plankton sebagai pakan bagi lele terutama untuk stadia benih. Benih lele yang ditebar harus sehat dan memiliki ciri-ciri yaitu ukurannya seragam, berwarna cerah, gerakannya lincah, tidak cacat, dan bebas dari penyakit. Pakan merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya ikan lele secara intensif. Kebutuhan pakan sebagian besar mengandalkan pakan buatan (pelet). Jumlah pakan yang diberikan umumnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pelet mengacu pada berat tubuh ikan. Jumlah pemberian pakan buatan untuk lele per hari yaitu 3-6 persen dari bobot ikan yang dipelihara (Mahyuddin 2008). Serangan hama dan penyakit bisa datang dan menyerang ikan secara tibatiba dan dapat menimbulkan kematian secara massal. Penyakit yang menyerang ikan merupakan suatu proses hubungan antara tiga faktor yaitu lingkungan, ikan, dan jasad penyakit (Mahyuddin 2008). Konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Hal lain yang membuat ikan lele banyak dikonsumsi oleh masyarakat umum adalah berkembangnya warung-warung tenda, khususnya yang berada di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Jumlah kebutuhan ikan lele untuk daerah Jakarta dan sekitarnya tersebut mencapai 100 ton per hari 4. Seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap ikan lele, membuat peluang bisnis budidayanya semakin terbuka. Maka kini budidaya ikan lele dikelola secara intensif. Tuntutan permintaan pasar yang cukup tinggi tersebut membuat banyak petani yang mengembangkan skala usahanya. CV Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu usaha perikanan yang bergerak dalam usaha budidaya ikan konsumsi khususnya ikan lele. CV Jumbo Bintang Lestari sebagai salah satu perusahaan budidaya ikan lele dengan skala usaha yang cukup besar menghadapi kendala yaitu risiko produksi. Risiko produksi yang terjadi akan mengakibatkan 4 Peluang Budidaya Lele. Diakses 09 Januari 2011

47 penurunan produktivitas. Dalam hal ini perlu adanya suatu upaya untuk mengatasi risiko tersebut. Indikasi adanya risiko produksi pada CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat dari fluktuasi produksi. Hal tersebut akan berimplikasi terhadap pendapatan yang akan diterima oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis risiko produksi sehingga dapat menerapkan strategi yang tepat dalam menghadapi risiko produksi tersebut. Pada penelitian ini kegiatan produksi yang akan diambil yaitu pembesaran ikan lele dumbo. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain, mengkaji faktor penyebab risiko produksi, menganalisis risiko produksi pembesaran ikan lele yang dihitung dari fluktuasi tingkat kelangsungan hidup (survival rate) dan produksi ikan lele dumbo untuk mengetahui tingkat risiko dari produksi dan kemudian menganalisis dampaknya terhadap penerimaan yang akan diperoleh perusahaan. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.

48 Pembesaran Lele Dumbo CV Jumbo Bintang Lestari (JBL) Indikasi sumber risiko : Kualitas dan Pasokan Benih Mortalitas Serangan Penyakit Kualitas Pakan Kondisi Cuaca Sumber Daya Manusia Fluktuasi SR dan Produksi Analisis deskriptif : Identifikasi sumber-sumber risiko produksi Analisis Kuantitatif : Identifikasi probabilitas dan dampak risiko (metode nilai standar dan metode Value at Risk) Tingkat Risiko Strategi Penanganan Risiko Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

49 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan CV Jumbo Bintang Lestari yang berlokasi di Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan budidaya ikan lele konsumsi yang sedang berkembang dan memiliki pasar yang baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan, dan wawancara langsung dengan pemilik dan karyawan CV Jumbo Bintang Lestari untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko yang dihadapi perusahaan, penyebab risiko yang terjadi di perusahaan dan mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan oleh perusahaan serta peluang terjadinya produksi. Data sekunder diperoleh dari CV Jumbo Bintang Lestari yang meliputi luas lahan yang diusahakan, harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, jumlah produksi yang diperoleh selama masa produksi serta datadata lainnya yang mendukung sehingga dapat mengetahui risiko yang terjadi di perusahaan, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan serta situs-situs yang terkait dengan penelitian dan literatur yang relevan. 4.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi dengan manajer produksi dan pemilik untuk analisis risiko produksi. Teknik observasi dilakukan melalui pengamatan pada kegiatan usaha pembesaran ikan lele dumbo yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari meliputi proses produksi pembesaran dan strategi penanganan risiko. Teknik wawancara dan diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada dalam

50 usaha pembesaran ikan lele dumbo serta strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis risiko produksi dari CV Jumbo Bintang Lestari. Analisis ini digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya risiko produksi yang terkait dengan kondisi yang ada di CV Jumbo Bintang Lestari. Analisis dilakukan dengan mengaitkan teori risiko yang ada dengan kondisi di lapangan, sehingga didapatkan strategi penanganan risiko produksi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh risiko produksi yang terdapat di CV Jumbo Bintang Lestari dan pada akhirnya risiko produksi dapat diminimalisasi. Metode analisis deskriptif untuk menganalisis risiko produksi yang terjadi di CV Jumbo Bintang Lestari dilakukan dengan cara observasi, wawancara, juga diskusi dengan pemilik dan manajer produksi CV Jumbo Bintang Lestari Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas) Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas) yang mengacu pada beberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah dengan menggunakan metode nilai standar (z-score). Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan data berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi pembesaran lele dumbo yang meliputi derajat kelangsungan

51 hidup, kemungkinan terjadinya risiko pada produksi, dan kemungkinan terjadinya risiko pada penerimaan CV Jumbo Bintang Lestari. Data yang digunakan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko produksi adalah data derajat kelangsungan hidup ikan lele dumbo pada tahun 2008, 2009, dan Derajat kelangsungan hidup (SR) diperoleh berdasarkan rumus yang bersumber dari Effendi (2004), sebagai berikut : Nt SR = 100% No SR = derajat kelangsungan hidup ikan lele dumbo Nt = jumlah ikan lele yang hidup saat panen No = jumlah ikan lele pada awal pemeliharaan (saat penebaran) Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dinyatakan besar atau kecil tergantung dari standar yang diberlakukan oleh perusahaan, dalam hal ini CV Jumbo Bintang Lestari. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko dengan metode nilai standar menggunakan referensi yang bersumber dari Kountur (2006), sebagai berikut : 1. Menghitung rata-rata Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata adalah : x = n i=1 n xi Dimana : x = Rata-rata derajat kelangsungan hidup ikan lele dumbo xi = Data derajat kelangsungan hidup ikan lele dumbo per bulan selama tahun 2008 hingga 2010 n = Jumlah data derajat kelangsungan hidup ikan lele dumbo selama tahun 2008 hingga 2010

52 2. Menghitung nilai standar deviasi Rumus yang digunakan untuk menghitung standar deviasi adalah : s = n i= 1 ( xi x) n 1 2 Dimana : s = Standar deviasi 3. Menghitung nilai standar (z-score) risiko Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai standar adalah : z = x x s Dimana : x = Batas dari risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan oleh perusahaan 4. Menghitung probabilitas terjadinya risiko Probabilitas diperoleh dari tabel distribusi z. Cari nilai z pada sisi kiri dan bagian atas, pertemuan antara nilai z pada isi tabel merupakan probabilitas Pengukuran Dampak Risiko Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR menunjukkan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada suatu periode tertentu ke depan dengan tingkat toleransi tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila ada data historis sebelumnya. VaR dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya dampak kerugian yang ditimbulkan jika risiko produksi terjadi. Data yang digunakan adalah data produksi dan data derajat kelangsungan hidup di CV Jumbo Bintang Lestari selama tahun Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi dan penurunan

53 penerimaan sebagai akibat terjadinya sumber-sumber risiko produksi. VaR dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kountur 2006) : VaR = x + z s n Dimana : VaR = Value at Risk dari risiko produksi di CV Jumbo Bintang Lestari selama tahun x = Rata-rata kejadian merugikan z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 % s = Standar deviasi n = Banyaknya kejadian merugikan Pemetaan Risiko Sebelum dapat menangani risiko, hal yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Menurut Kountur (2006), peta risiko adalah suatu grafik yang menggambarkan kedudukan risiko di antara dua sumbu dimana sumbu vertikal dari grafik tersebut menggambarkan kemungkinan, dan sumbu horizontal menggambarkan akibat. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 5. Dampak (Rp) Besar Kuadran 2 Kuadran 1 Kecil Kuadran 4 Kuadran 3 Gambar 5. Peta Risiko Sumber : Kountur (2006) Kecil Probabilitas (%) Besar Probabilitas (kemungkinan) terjadinya risiko kemudian dibagi menjadi dua bagian yaitu besar dan kecil. Sedangkan dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian yaitu besar dan kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil ditentukan oleh manajemen. Di CV Jumbo Bintang Lestari batas antara

54 kemungkinan besar dan kemungkinan kecil yaitu 21 persen. Demikian pula halnya dengan batas dampak besar dan kecil dari risiko. Batas batas tersebut ditentukan oleh perusahaan (Kountur 2006). CV Jumbo Bintang Lestari menetapkan nilai standar yang membatasi antara dampak kecil dan besar yang disebabkan oleh terjadinya risiko adalah sebesar Rp , Penanganan Risiko Pada umumnya tujuan dari perusahaan yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya risiko sehingga dapat memaksimalkan keuntungan atau laba bagi perusahaan. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menangani risiko yang terjadi diantaranya yaitu strategi penghindaran risiko dan mitigasi risiko (meminimalkan terjadinya risiko). a. Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 3. Penanganan risiko dengan menggunakan startegi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 2 dan risiko yang berada pada kuadran 3 akan bergeser ke kuadran 4 (Kountur, 2006). Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 6. Dampak (Rp) Besar Kuadran 2 Kuadran 1 Kecil Kuadran 4 Kuadran 3 Kecil Probabilitas (%) Besar Gambar 6. Penghindaran Risiko (Strategi Preventif) Sumber : Kountur (2006)

55 b. Mitigasi Risiko Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalisasi dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran dua dapat bergeser ke kuadran empat dan risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 3. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan dan pengalihan risiko (Kountur, 2006). Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 7. Dampak (Rp) Besar Kuadran 2 Kuadran 1 Kecil Kuadran 4 Kuadran 3 Kecil Besar Probabilitas (%) Gambar 7. Mitigasi Risiko Sumber : Kountur (2006)

56 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Profil CV Jumbo Bintang Lestari CV Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan perorangan yang bergerak dalam usaha budidaya ikan lele dumbo yang terletak di Kabupaten Bogor. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Aken Hafian pada tahun Pada awal berdirinya usaha ini membudidayakan ikan lele dumbo untuk konsumsi (pembesaran), namun pada tahun 2006 perusahaan mulai mengusahakan untuk memproduksi benih ikan lele dumbo untuk kebutuhan pasokan benih perusahaan sendiri. Ikan lele dumbo dipilih sebagai komoditas yang dibudidayakan karena proses produksinya yang cukup mudah, pertumbuhannya yang relatif cepat dan permintaan terhadap ikan lele dumbo yang stabil. Fokus usaha CV Jumbo Bintang Lestari ini adalah budidaya ikan lele dumbo untuk konsumsi (pembesaran). Ikan lele yang dijual memiliki berat ratarata 131 gram per ekor dengan kisaran harga Rp Rp per kilogram. Usaha lain yang turut pula dijalani oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu penjualan pakan yang merupakan pakan merek sendiri dengan merek dagang JBL yang diproduksi oleh pabrik pakan PT. Grobest Indomakmur. Pakan yang dijual adalah pakan buatan ukuran 2 milimeter dengan harga Rp per karung (30 kilogram). Sebagian besar konsumen dari CV Jumbo Bitang Lestari yaitu para distributor ikan lele yang kemudian akan dijual kembali ke warung-warung tenda pecel lele yang berada di wilayah Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Distribusi dilakukan secara langsung yaitu mengantarkan ikan lele ke tempat konsumen atau konsumen yang mengambil sendiri pesanan di tempat budidaya. Adapun cara pembayaran untuk sistem distribusi tersebut memiliki perbedaan yaitu, apabila konsumen mengambil sendiri pesanan di tempat budidaya maka konsumen harus membayar tunai (cash), namun apabila pesanan diantar ke tempat konsumen maka pembayaran dapat ditangguhkan selambat-lambatnya hingga pengiriman ikan lele berikutnya.

57 5.2 Strukur Organisasi CV Jumbo Bintang Lestari Struktur organisasi di CV Jumbo Bintang Lestari terdiri dari pemilik, kepala produksi, kepala manjemen, kepala pemasaran, dan administrasi. Adapun susunan organisasi CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Struktur Organisasi CV Jumbo Bintang Lestari Jumlah karyawan di CV Jumbo Bintang Lestari adalah 50 orang, dimana 14 orang merupakan pekerja harian (borongan) dan 36 merupakan karyawan tetap. Pekerja harian merupakan karyawan yang dipekerjakan ketika perusahaan akan melakukan panen ikan dengan upah sebesar Rp 150 per kilogram ikan yang dipanen per grup, dimana satu grup terdiri dari 7orang. Karyawan tetap merupakan karyawan yang telah bekerja di CV Jumbo Bintang Lestari secara tetap dengan gaji berkisar antara Rp Rp per bulan per orang. 5.3 Lokasi dan Fasilitas CV Jumbo Bintang Lestari berada di Jl. Pahlawan Gg. Masjid Desa Cibinong Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor. Luas lahan yang dimiliki yaitu kurang lebih 4 Ha, dimana 3 Ha merupakan areal produksi dan sisanya merupakan bangunan kantor, rumah jaga, dan gudang. CV Jumbo Bintang Lestari memiliki 65 kolam dengan ukuran kolam 8 x 10 m 2. Kolam yang dimiliki merupakan kolam tanah yaitu kolam yang terbuat dari tanah baik pinggiran maupun dasar kolam. Pada pinggir kolam diberikan karung-karung yang berisi pasir yang berfungsi sebagai tanggul agar tanah tidak longsor.

58 Kendaraan operasional yang dimiliki oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu 3 unit yang terdiri dari dua unit mobil pickup dan satu unit mobil truk. Bangunan kantor bersatu dengan tempat pengumpulan ikan yang akan dipanen. Di lokasi itu pula terdapat rumah jaga, musholla, dan kamar mandi untuk karyawan yang berjaga. 5.4 Kegiatan Produksi Ikan Lele Dumbo Persiapan Kolam Sebelum benih ikan lele ditebar, hal yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan kolam. Persiapan kolam diawali dengan pengangkatan lumpur sekaligus penjemuran dasar kolam. Hal ini dilakukan untuk membuang gas-gas beracun seperti amoniak yang dihasilkan dari sisa-sisa pakan dan kotoran pada produksi sebelumnya yang menumpuk di dasar kolam. Keesokan harinya kolam ditabur dengan menggunakan kapur dolomit dosis 10 kilogram per kolam. kegiatan pengapuran dilakukan dengan tujuan untuk menaika ph tanah, membunuh hama, parasit, dan penyakit ikan. Setelah kapur ditebar maka tanah dicangkul agar kapur dapat masuk ke dalam lapisan tanah dasar. Setelah dilakukan pengapuran maka tahap selanjutnya yaitu pemupukan. Pemupukan berfungsi untuk menyediakan media tumbuh pakan alami dan unsur hara bagi plankton yang menjadi pakan bagi ikan lele. Pupuk yang biasa digunakan oleh CV Jumbo Bintang Lestari terdiri dari 5 merek yaitu Super Aci, Vidagro, Kombivil, Urea, dan TSP. Masing-masing memiliki dosis yang berbedabeda. Pupuk Super Aci digunakan dengan dosis 50 gram per kolam, Vidagro 3 kilogram per kolam, kombivil 200 gram per kolam, Urea 2 kilogram per kolam, dan TSP 1 kilogram per kolam. Pengisian air dilakukan setelah pemupukan selesai. Air diisi hingga ketinggian minimal 75 sentimeter dan ditambah hingga ketinggian 1 meter setelah ikan berumur 2 minggu. Setelah itu ketinggian air tetap satu meter hingga menjelang panen. Tahap selanjutnya yaitu pemberian probiotik. Tujuan dari pemberian probiotik yaitu untuk menumbuhkan bakteri yang dapat melawan virus maupun bakteri lain yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan (tindakan pencegahan). Probiotik yang biasanya digunakan oleh CV Jumbo Bintang Lestari terdapat tiga merek yaitu Tiger Bac, Bioret, dan Aho. Dosis yag digunakan untuk

59 probiotik merek Tiger Back yaitu 30 gram per kolam, sedangkan untuk merek bioret dan Aho masing-masing yaitu 1 liter per kolam dan 200 gram per kolam. setelah diberikan probiotik maka kolam telah siap untuk ditebar benih ikan lele Penebaran Benih Benih yang ditebar berasal dari petani sekitar Kabupaten Bogor terutama daerah Parung dan Indramayu. Ukuran rata-rata benih yang ditebar yaitu sentimeter. Padat tebar ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu 266 ekor per m 2. Penebaran benih biasanya dilakukan pada sore hari. Hal tersebut agar benih yang akan ditebar tidak mengalami stres. Sebelum benih ditebar di kolam terlebih dahulu benih dicuci dengan menggunakan el baju untuk menghilangkan bakteri dan parasit yang ada di tubuh ikan. Dosis yang digunakan yaitu 8 gram per liter air. Benih didiamkan selama kurang lebih menit kemudian ditebar ke dalam kolam Pengelolaan Pakan Pakan yang digunakan yaitu pakan buatan (pelet) dengan merek JBL dengan ukuran 2 milimeter mulai dari awal tebar hingga panen. Komposisi pakan telah ditentukan dari pabrik pakan yang bekerjasama dengan CV Jumbo Bintang Lestari. Adapun kandungan nutrisi pakan buatan yang digunakan di CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kandungan Nutrisi Pakan Buatan (pelet) di CV Jumbo Bintang Lestari Komposisi Nutrisi Nilai Nutrisi (%) Protein 28 Air Max 12 Lemak Min 5 Serat Kasar Max 6 Kadar Abu Max 8 Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari (2010) Pada satu minggu pertama ikan dipuasakan terlebih dahulu dan hanya mengandalkan dari pakan alami yang terdapat pada kolam, hal tersebut dilakukan untuk proses adaptasi ikan terhadap lingungan barunya. Setelah itu pakan diberikan dengan teknik disebar dan secara ad libitum (sampai kenyang). Pakan yang dihabiskan untuk ekor ikan hingga panen yaitu minimal sembilan

60 kwintal dengan kisaran nilai FCR (Feed Convertion Rate) yaitu antara 0,9-2,3. Feed Convertion Rate adalah suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram daging ikan yang dibudidayakan. Nilai FCR 0,9 artinya yaitu untuk menghasilkan satu kilogram daging ikan yang dibudidayakan maka dibutuhkan 0,9 kilogram pakan. Semakin besar nilai FCR maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi satu kilogram daging ikan budidaya. Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul WIB dan sore hari pukul WIB. Selain pakan buatan (pellet), ikan lele diberikan pakan tambahan yaitu berupa limbah telur. Pemberian pakan tambahan ini dilakukan satu minggu sekali sebanyak satu hingga tiga kwintal telur per kolam. Pakan tambahan ini berasal dari daerah Bandung dan Sukabumi dengan harga per kwintalnya yaitu Rp Kondisi limbah telur yang dikirim ke CV Jumbo Bintang Lestari sudah dalam bentuk telur masak (direbus). Limbah telur tersebut kemudian dihancurkan terlebih dahulu agar memudahkan ikan dalam mengkonsumsinya. Selanjutnya limbah telur yang telah dihancurkan tersebut disebarkan ke dalam kolam budidaya Pengelolaan Kualitas Air Air yang digunakan di CV Jumbo Bintang Lestari merupakan air tadah hujan. Selain itu, CV Jumbo Bintang Lestari pun memiliki sumur bor yang berjumlah lima unit yang tersebar di beberapa titik di sekitar kolam budidaya. Apabila musim hujan maka air yang digunakan berasal dari air hujan, namun bila musim kemarau maka digunakan air yang berasal dari sumur bor. Kualitas air dijaga melalui pemberian probiotik untuk menguraikan sisa pakan maupun bakteri yang dapat menimbulkan penyakit pada ikan budidaya. Suhu rata-rata pada kolam budidaya yaitu berkisar antara o C dengan kisaran ph Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang sering ditemukan di sekitar areal budidaya yaitu burung bangau dan belut. Burung bangau merupakan hama predator yang sering memangsa ikan lele, sedangkan belut merupakan hama pengganggu dalam kolam karena sering melubangi kolam sehingga mengalami kebocoran. Penanggulangan

61 yang selama ini dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan cara memburu hewanhewan tersebut dan memasang alat perangkap. Penyakit yang sering menyerang ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu penyakit white spot (bintik putih) dan penyakit kuning. Penyakit bintik putih disebabkan oleh protozoa yaitu Ichthyopthyrius lutifiliis dengan ciri-ciri pada permukaan tubuh dan insang ikan muncul bintik-bintik putih. Penyakit kuning biasanya disebabkan karena kesalahan nutrisi atau pakan yang diberikan. Penyakit ini ditandai dengan perubahan warna pada tubuh ikan yang menjadi kekuningan dan diikuti dengan kematian. Cara penanganan penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan pemberian beberapa obat-obatan. Obat-obatan yang biasanya digunakan oleh JBL yaitu endrosol, roxine, dan aerobacter. Dosis yang digunakan yaitu satu gram per satu kilogram pakan Panen Pemanenan dilakukan setelah dua hingga tiga bulan masa pemeliharaan. Proses pemanenan biasanya dimulai pada pagi hari dan diawali dengan menjaring ikan kemudian ditampung di dalam happa. Kemudian air kolam dibuang atau disedot dengan menggunakan pompa untuk mempercepat penyusutan air dalam kolam. Ikan-ikan yang telah ditampung dihappa kemudian diangkut menuju tempat pengumpulan dan penyortiran. Setelah itu ikan disortir berdasarkan ukurannya. Ukuran panen yang digunakan oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu ukuran daging rata-rata 100 gram/ekor, ukuran BS rata-rata 200 gram/ekor, dan ukuran sortilan rata-rata 60 gram/ekor. Setelah ikan disortir selanjutnya ditimbang dan dimasukkan ke dalam drum atau gentong plastik sebagai wadah untuk pengangkutan. Maksimal berat total ikan dalam wadah tersebut yaitu satu kwintal Pemasaran Hasil produksi dipasarkan ke daerah Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Distribusi dilakukan secara langsung oleh CV Jumbo Bintang Lestari ke tempat konsumen, namun ada pula konsumen yang datang sendiri ke tempat budidaya. Harga ikan yang dijual rata-rata yaitu Rp per kilogram.

62 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Sumber-Sumber Risiko Pada Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Pada kegiatan usaha pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari, terdapat beberapa risiko produksi yang dapat menghambat jalannya usaha pembesaran ini. Langkah awal dalam menganalisis risiko produksi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Sumber-sumber risiko produksi yang terdapat di CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sumber-sumber Risiko Produksi di CV Jumbo Bintang Lestari No. Sumber Risiko Probabilitas (%) Dampak (Rp) 1 Kualitas dan pasokan benih Mortalitas Kualitas pakan Penyakit Sumber Daya Manusia Rata-rata Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari (2010), diolah 1) Kualitas dan Pasokan Benih Variabel penting dalam usaha pembesaran ikan lele dumbo yaitu benih. Kualitas benih yang baik akan dapat meningkatkan produksi ikan yang dilakukan pada usaha pembesaran dan turut berimplikasi terhadap pendapatan yang diterima oleh perusahaan. Kualitas benih yang baik dapat dilihat dari ciri-ciri fisiknya (morfologi) yaitu memiliki warna yang cerah, ukurannya seragam, tidak cacat, dan bebas dari penyakit. Disamping itu benih yang dipilih sebaiknya yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat. Benih yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari adalah berasal dari petani pembenihan ikan lele yang berada di sekitar tempat budidaya seperti daerah Parung, Ciseeng dan Legok Henang. Selain itu, benih pun didatangkan dari luar Bogor yaitu dari Indramayu. Kualitas benih yang berasal dari petani sekitar budidaya kurang terjaga dengan baik karena teknologi budidaya yang diterapkan masih sederhana. Beberapa kali

63 ditemukan benih yang cacat, berpenyakit, dan ukurannya kurang seragam. Manajemen yang diterapkan pun masih tradisional baik dari segi manajemen induk, manajemen pakan, maupun manajemen air. Manajemen induk yang dilakukan di tempat asal benih tidak dikelola dengan baik sehingga menyebabkan pasokan benih bagi usaha pembesaran menjadi terhambat. Hal tersebut dikarenakan jadwal penyuntikan ikan untuk menghasilkan benih ikan tidak dilakukan secara tepat sehingga menyebabkan terjadinya kekosongan telur pada bulan-bulan tertentu yang akan berimplikasi terhadap keterlambatan pengiriman benih ke tempat pembesaran, dalam hal ini CV Jumbo Bintang Lestari. Para pemasok benih yang pada umumnya adalah petani belum memiliki pola produksi dan cenderung masih menggunakan sistem budidaya yang tradisional sehingga pasokan benih mengalami keterlambatan pengiriman. Keterlambatan pengiriman benih ini akan menyebabkan kerugian bagi CV Jumbo Bintang Lestari karena masa panen pun akan mengalami keterlambatan sehingga dapat mengecewakan konsumen atau pelanggan perusahaan. Berdasarkan wawancara dengan pihak perusahaan, persentase kemungkinan terjadinya risiko produksi yang bersumber dari kualitas dan pasokan benih yaitu sebesar 30 persen dengan dampak kerugian yang dapat ditimbulkannya yaitu sebesar Rp ,00. Dampak kerugian yang dialami tersebut menurut pihak perusahaan tidak seluruhnya dalam bentuk tunai melainkan bisa berupa perputaran omset yang lambat akibat terjadinya keterlambatan panen. Selain itu, bisa berupa berpindahnya konsumen untuk membeli hasil panen dari CV Jumbo Bintang Lestari ke perusahaan lain karena saat terjadi permintaan, pihak perusahaan tidak bisa memenuhinya karena tidak ada panen saat itu atau mengalami keterlambatan panen dari jadwal akibat pasokan benih yang terlambat saat pengiriman. 2) Mortalitas Derajat kematian ikan atau mortality rate (MR) merupakan gambaran tingkat kematian ikan yang dipelihara. Dalam penelitian ini, nilai MR diperoleh dari 100 persen dikurangi dengan derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) ikan lele yang diproduksi oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Semakin tinggi nilai MR

64 yang diperoleh maka derajat kelangsungan hidup ikan lele akan semakin rendah dan produksi yang dihasilkan pun akan semakin rendah. Toleransi maksimal nilai MR yang ditetapkan di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu sebesar 25 persen. Penentuan MR yang diterapkan di perusahaan ini didasarkan pada kondisi lapangan yaitu saat dilakukan penebaran benih ikan mengalami stres karena jarak pengangkutan yang jauh, adanya hama dan penyakit yang menyerang, manajemen pemeliharaan serta kondisi keseragaman benih yang tidak seragam memungkinkan terjadinya persaingan makanan dan tempat atau bahkan terjadi kanibalisme. Rata-rata derajat kematian (mortality rate) ikan lele dumbo yang terjadi di CV Jumbo Bintang Lestari selama tahun dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-Rata Derajat Kematian (Mortality Rate) Ikan Lele Dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun Bulan Mortality Rate (%) Januari - * 33,46 39,77 Februari - * 26,03 29,54 Maret 34,30 26,69 16,71 April 37,43 27,80 23,02 Mei 33,95 28,07 20,32 Juni 36,12 18,90 29,50 Juli 30,19 22,00 21,80 Agustus 31,94 19,37 16,27 September - * - * 29,67 Oktober 29,63 29,13 37,67 Nopember 30,70 13,78 44,67 Desember 27,10 18,33 - * Keterangan : *) tidak ada produksi Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari (2010), diolah Di CV Jumbo Bintang Lestari mortalitas terjadi pada awal budidaya ikan lele yaitu saat benih ditebar ke dalam kolam sampai satu minggu masa pemeliharaan. Ketika awal tebar benih banyak mengalami kematian karena mengalami stres yang disebabkan oleh jarak pengangkutan dan teknik pengangkutan benih yang kurang baik. Benih yang didatangkan dari Indramayu

65 cenderung mengalami stres yang lebih tinggi ketika ditebar sehingga tingkat kematiannya pun lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jarak pengangkutan yang cukup jauh sehingga benih mengalami stres selama perjalanan. Berdasarkan wawancara dengan pihak perusahaan, contoh kasus yang pernah terjadi di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu tingkat mortalitas ketika penebaran benih hingga 30 persen. Namun, secara keseluruhan proses produksi dari awal tebar hingga panen rata-rata tingkat mortalitas ikan yang dipelihara yaitu 26,98 persen. Angka ini diperoleh dari rata-rata tingkat mortalitas ikan lele dumbo yang terjadi pada tahun Kondisi yang terjadi di CV Jumbo Bintang Lestari rata-rata tingkat mortalitas (mortality rate) sebesar 26,98 persen dan hal ini lebih tinggi dari target toleransi yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 25 persen sehingga bisa menimbulkan kerugian. Menurut pihak CV Jumbo Bintang Lestari, kemungkinan terjadinya risiko produksi yang disebabkan oleh mortalitas ini yaitu sebesar 25 persen dan dampak kerugian yang ditimbulkannya sebesar Rp ,00. 3) Kualitas Pakan Pakan merupakan komponen pengeluaran terbesar dalam usaha pembesaran ikan lele dumbo secara intensif karena pakan ini bisa mencapai 80 persen dari biaya produksi. Oleh karena itu, pakan yang digunakan harus diperhitungkan mutunya dengan komposisi nutrisi dan jumlah pemakaiannya yang tepat agar mencapai efisiensi yang optimal bagi pertumbuhan lele. Pakan yang digunakan mengandalkan pakan buatan berupa pellet. Di CV Jumbo Bintang Lestari pakan yang digunakan merupakan pakan merek sendiri yaitu JBL yang diproduksi oleh PT Grobest Indomakmur sehingga komposisi nutrisi pakan telah ditetapkan oleh pabrik pakan tersebut. Kualitas pakan yang baik akan mempercepat pertumbuhan ikan yang dipelihara. Indikator kualitas pakan yang baik dapat dilihat dari nilai FCR (Feed Conversion Rate). Nilai FCR menggambarkan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram daging ikan yang diproduksi. Semakin tinggi nilai FCR maka akan semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan satu kilogram daging ikan kultur.

66 Pakan yang digunakan harus mempunyai nilai konversi rendah yaitu sama atau kurang dari satu. Sedangkan jika nilai konversi pakannya tinggi, maka kualitas pakannya kurang baik atau jumlah pakan yang diberikan tidak efektif untuk pertumbuhan bobot ikan. Nilai FCR selama tahun 2010 Di CV Jumbo Bintang Lestari nilai FCR tidak selalu tetap (fluktuasi), hal ini dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai FCR (Feed Conversion Rate) di CV Jumbo Bintang Lestari Pada Tahun 2010 Bulan * Total Pakan (kg) FCR Januari ,30 Februari ,10 Maret ,90 April ,80 Mei ,00 Juni ,70 Juli ,50 Keterangan : *) Data terakhir yang tersedia di lapangan saat penelitian Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari (2010) Nilai FCR diperoleh dari pembagian antara total jumlah pakan yang dihabiskan dengan total berat ikan lele panen yang dikurangi dengan total berat ikan lele yang ditebar. Berdasarkan tabel dari dilihat bahwa kisaran FCR yaitu 0,90 sampai dengan 2,30. Adapun standar FCR yang digunakan di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu 1. Artinya, untuk menghasilkan satu kilogram daging ikan kultur maka pakan yang dibutuhkan adalah sebanyak 1 kilogram sehingga dapat dikatakan kualitas pakan telah sesuai dengan harapan perusahaan. Nilai FCR paling tinggi yaitu pada bulan Januari sebesar 2,3 sehingga rasio jumlah pakan yang dibutuhkan pun lebih besar. Nilai FCR yang melebihi nilai standar yang terjadi di CV Jumbo Bintang Lestari ini bisa diakibatkan karena manajemen penyimpanan pakan yang kurang terkontrol dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi ruang penyimpanan pakan yang tidak memiliki ventilasi sehingga ruangan menjadi lembab. Kelembaban pakan tersebut akan menyebabkan pertumbuhan jamur pada bahan

67 pakan lele tersebut. Selain itu susunan pakan pun tidak menggunakan alas sehingga dapat menyebabkan kualitas pakan menurun. Tingkat kemungkinan terjadinya risiko produksi yang disebabkan karena kualitas pakan menurut perusahaan yaitu sebesar 10 persen dengan dampak kerugian yang dapat ditimbulkannya yaitu sebesar Rp ,00. Walaupun persentase kemungkinan terjadinya risiko akibat dari kualitas pakan ini hanya sebesar 10 persen, tetapi mengakibatkan dampak yang cukup besar. Hal ini dikarenakan pakan tersebut merupakan komponen yang penting dalam kegiatan produksi, selain merupakan faktor utama pendukung pertumbuhan ikan lele, pakan ini juga merupakan salah satu faktor produksi yang banyak membutuhkan biaya produksi. 4) Penyakit Penyakit yang sering menyerang ikan lele dumbodi CV Jumbo Bintang Lestari yaitu penyakit bintik putih (white spot), penyakit sirip merah, dan penyakit kuning. Penyakit bintik putih disebabkan karena kuaitas air yang kurang mendukung, suhu air yang dingin serta kepadatan ikan yang tinggi. Ciri-ciri ikan yang terinfeksi penyakit ini yaitu timbulnya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh dan insang ikan, warna tubuh pucat, ikan sering berkumpul di pintu masuk air, dan terlihat megap-megap. Pada kondisi demikian tingkat kematian ikan akan tinggi karena mengalami gangguan penyerapan oksigen. Penularan penyakit ini dapat dikategorikan cukup cepat karena menular melalui air dan kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi. Penyakit sirip merah disebabkan oleh virus Channel Catfish Virus (CCV) dengan ciri-ciri ikan berenang berputar-putar, sering menggantung secara vertial di permukaan air, lemah, dan timbulnya pendarahan pada sirip dan perut. Adanya penyakit yang sering menyerang ikan lele ini menyebabkan fluktuasi derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) selama tahun Rata-rata derajat kelangsungan hidup ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari selama tahun dapat dilihat pada Tabel 6. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi adalah 86,22 persen yaitu pada Bulan November 2009, sedangkan tingkat kelangsungan hidup terendah adalah 62,57

68 persen yaitu pada Bulan April Persentase kemungkinan terjadinya risiko yang disebabkan oleh penyakit yaitu sebesar 10 persen dengan dampak kerugian yang ditimbulkannya sebesar Rp ,00. Persentase kemungkinan terjadinya risiko akibat penyakit ini walaupun hanya 10 persen kemungkinannya namun berdampak cukup besar. Hal ini dikarenakan faktor penyakit merupakan salah satu faktor penentu terhadap hasil panen. Jika banyak ikan yang terserang penyakit maka akan menurunkan hasil panen karena penyakit yang menyerang ini apabila dibiarkan akan menimbulkan kematian terhadap ikan. Penyakit yang menyerang ikan ini akan timbul jika terjadi ketidakseimbangan antara kondisi ikan, lingkungan dan patogen. Ikan yang kondisi tubuhnya buruk kemungkinan besar akan terserang penyakit. Namun jika kondisi tubuh ikan baik, maka sangat kecil kemungkinan terserang penyakit. Kondisi ikan yang buruk ini bisa disebabkan oleh perubahan lingkungan secara mendadak atau karena kondisi fisik ikan yang luka atau terjadi pendarahan pada tubuh ikan. 5) Cuaca Faktor cuaca merupakan faktor yang cukup berpengaruh dan merupakan salah satu sumber risiko produksi pada pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari. Kondisi cuaca ini akan sangat berpengaruh terhadap suhu air yang merupakan media utama ikan untuk melangsungkan hidupnya. Suhu air yang cocok untuk budidaya ikan lele ini adalah sekitar 27 o C. Jika suhu air terlalu dingin maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan lele. Sedangkan jika terjadi suhu yang terlalu panas lele mudah stres yang bisa mengakibatkan kematian terutama saat terjadinya fluktuasi cuaca secara ekstrim. Fluktuasi cuaca yang tinggi dapat menyebabkan penurunan dan kenaikan suhu air secara ekstrim, sehingga ikan menjadi stres dan penyakit mudah menyerang. Apabila terjadi musim pancaroba dengan curah hujan dan panas yang tinggi maka ikan lele mudah stres karena kesulitan menyesuaikan dengan perubahan suhu yang ekstrim dan tiba-tiba dalam waktu yang singkat. Akibatnya, ikan menjadi kurang nafsu makan dan cenderung berkumpul di dasar kolam.di

69 CV Jumbo Bintang Lestari pengukuran suhu dan ph air dilakukan ketika musim hujan dan pancaroba tiba. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer, sedangkan ph air dengan menggunakan ph meter. Pengukuran suhu dan ph air pada kolam budidaya di CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pengukuran Suhu dan ph Air di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun Bulan Suhu ( o C) ph Minggu 1 Minggu 3 Minggu 1 Minggu 3 Oktober ,5 6,5 Januari ,5 7,0 Februari ,0 6,5 Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari (2010) Pengukuran suhu dan ph yang dilakukan adalah pada bulan Oktober 2009, Januari 2010, dan Februari Hal tersebut karena pada bulan-bulan tersebut merupakan musim hujan dengan intensitas yang cukup tinggi yang terjadi di lokasi budidaya. Berdasarkan hasil pengukuran suhu yang diperoleh, perubahan suhu yang terjadi yaitu antara 3 o sampai 4 o C. Perubahan suhu yang demikian ekstrim akan mempengaruhi kondisi ikan yang dibudidayakan sehingga dapat menyebabkan kematian. Akan tetapi keadaan cuaca ini tidak bisa dihindari karena merupakan faktor alam namun dapat diminimalisir dengan penangan manajemen yang tepat. 6) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi di perusahaan, karena sumber daya manusia ini dapat menentukan jalan atau tidaknya proses produksi. Sumber daya manusia yang berkualitas dan ditunjang dengan manjemen yang baik maka perusahaan bisa meraih keberhasilan. Sebaliknya jika sumber daya manusia tersebut kurang atau bahkan tidak berkualitas maka akan menimbulkan risiko dengan dampak perusahaan akan mengalami kerugian. Sumber risiko yang disebabkan oleh sumber daya manusia yang ada di CV Jumbo Bintang Lestari ini erat kaitannya dengan kinerja karyawan. Karyawan

70 yang bekerja di CV Jumbo Bintang Lestari sebagian besar berasal dari penduduk sekitar tempat budidaya. Rata-rata tingkat pendidikan karyawan bagian produksi adalah lulusan SD. Kelalaian yang sering dilakukan oleh bagian produksi yaitu keterlambatan dalam pemberian pakan. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki sifat kanibalisme sehingga apabila telat dalam pemberian pakan maka ikan lele akan memangsa sesamanya. Selain itu, pada beberapa kejadian pernah ditemukan tindakan pencurian ikan baik yang dilakukan oleh karyawan perusahaan maupun oleh orang dari luar perusahaan. Pencurian ikan ini dilakukan tidak sekaligus pada satu waktu tetapi pada beberapa waktu dengan perkiraan jumlah yang diambil sedikit demi sedikit, dengan probabilitas sebesar 30 persen dan dampak kerugian yang ditimbulkannya yaitu sebesar Rp , Penanganan Risiko Produksi CV Jumbo Bintang Lestari CV Jumbo Bintang Lestari memiliki berbagai macam cara atau strategi untuk menghindari atau mencegah terjadinya sumber-sumber risiko tersebut dan menangani risiko yang sudah terjadi pada usaha pembesaran ikan lele dumbo. Strategi-strategi yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari dalam menangani sumber-sumber risiko pada usaha pembesaran ikan lele dumbo meliputi : 1. Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi preventif dilakukan perusahaan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan perusahaan pada beberapa sistem kegiatan pembesaran ikan lele dumbo. Strategi preventif yang diterapkan oleh CV Jumbo Bintang Lestari meliputi persiapan kolam, pemberian probiotik, pemberian vitamin, produksi benih ikan lele dumbo, dan penggunaan pakan tambahan. Adapun rincian dari strategi preventif yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Persiapan Kolam Kegiatan persiapan kolam dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari untuk menghilangkan bibit penyakit serta sisa pakan yang menumpuk di dasar kolam bekas budidaya sebelumnya. Pada tahap persiapan kolam ini kolam dalam keadaan kering dengan cara dijemur selama satu hingga dua hari untuk membasmi bakteri dan bibit penyakit

71 yang ada di dasar kolam. Disamping itu, kegiatan ini berfungsi untuk menumbuhkan pakan alami untuk ikan lele yang akan dibudidayakan. Persiapan kolam diawali dengan pencangkulan dasar kolam untuk membalikkan tanah dengan tujuan untuk mengemburkan tanah, membuang gas-gas beracun supaya terlepas ke udara dan proses oksidasi dapat berlangsung lebih banyak. Saat dilakukan pencangkulan tersebut dilakukan juga pengangkatan lumpur hitam akibat sisa-sisa pakan dan kotoran ikan lele yag menumpuk di dasar kolam. Setelah proses pencangkulan dasar kolam selanjutnya memperbaiki pematang kolam. Perbaikan pematang kolam ini dilakukan agar tidak terdapat kebocoran atau tidak ada bagian yang rusak pada pematang terutama pada saluran air yang akan mempengaruhi pada pertumbuhan lele. Perbaikan pematang ini dilakukan akibat adanya kerusakan yang biasanya berupa kebocoran kolam yang diakibatkan oleh belut maupun ular. Selain itu, bisa terjadi akibat penyusutan ketinggian pematang karena pemadatan serta longsoran oleh hujan atau saat aktivitas panen. Jika kondisi kolam mengalami pendangkalan maka perlu diperdalam lagi sesuai dengan kebutuhan untuk proses produksi selanjutnya. Setelah persiapan kolam, selanjutnya dilakukan pemberian kapur dolomit dengan dosis 125 gram per m 2 kolam. Kemudian tanah kembali dicangkul agar kapur dapat masuk lebih dalam lagi ke dasar kolam. Sebelum pengisian air, terlebih dahulu dilakukan penaburan pupuk. Pupuk yang digunakan di CV Jumbo Bintang Lestari terdiri dari 5 jenis yaitu super aci, vidagro, kombivil, urea, dan TSP. Super aci diberikan dengan dosis 0,625 gram per m 2 kolam, vidagro dosis 37,5 gram per m 2 kolam, kombivil dosis 2,5 gram per m 2 kolam, urea 25 gram per m 2 kolam, dan TSP dosis 12,5 gram per m 2 kolam. Setelah itu dilakukan pengisian air dengan ketinggian air kurang lebih 75 sentimeter. Persiapan kolam ini dilakukan paling lama selama satu minggu. b. Pemberian Probiotik Pemberian probiotik dilakukan dengan tujuan untuk membantu tumbuhnya plankton-plankton dan mikroorganisme lainnya dalam kolam

72 sebagai makan alami ikan. Selain itu pemberian probiotik pun dilakukan untuk meningkatkan sistem kekebalan ikan terutama ketika musim hujan dan ikan banyak terserang penyakit. Probiotik yang digunakan terdiri dari tiga jenis yaitu tiger bac, bioret, dan Aho. Probiotik diberikan dengan dosis 0,375 gram per m 2 untuk merek Tiger Bac dan Aho dengan dosis 2,5 gram per m 2. Pemberian probiotik pun dapat dicampur dalam pakan buatan yang diberikan untuk ikan. Pemberian probiotik yang dicampur dengan pakan ini dilakukan untuk membatu mencerna makanan pada tubuh ikan sehingga penyerapan sari-sari makanan dapat berlangsung dengan baik. c. Pemberian Vitamin Vitamin merupakan bahan organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tetapi sagat penting. Vitamin ini diberikan untuk menjaga daya tahan tubuh ikan agar tidak mudah terserang penyakit terutama saat tahap pertumbuhan ikan. Jika kekurangan vitamin, ikan akan mudah sakit atau avitaminosis. Di CV Jumbo Bintang Lestari vitamin yang biasa diberikan yaitu vitamin C. Vitamin C diberikan pada awal tebar dan secara berkala diberikan setiap satu minggu sekali. Vitamin C dicampur dengan pakan ikan (pellet) dengan dosis 1 gram per kilogram pakan. Vitamin C ini sangat aktif dalam beberapa sistem dan merupakan vitamin terpenting untuk perkembangan kolagen dan tulang rawan pada ikan lele. Pemberian vitamin C yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari bertujuan untuk menghindari risiko produksi akibat ikan lele terserang penyakit yang bisa mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Gejala ikan yang kekurangan vitamin C diantaranya adalah tubuh lele terlihat bengkok dan tulang kepala lele yang retak-retak. Ikan lele yang mengalami kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan perkembangan insang yang tidak normal, luka sulit sembuh, serta pendarahan di kulit, mata, ginjal, usus, spinal cord dan mulut. d. Produksi Benih Ikan Lele Dumbo Benih yang digunakan di CV Jumbo Bintang Lestari merupakan benih yang berasal dari petani. Untuk mengatasi kekurangan pasokan

73 maupun keterlambatan pengiriman benih, CV Jumbo Bintang Lestari mengatasinya dengan memproduksi sendiri benih ikan lele sehingga pasokan dan kualitas benih sesuai dengan harapan perusahaan. Selain itu, dengan melakukan pembenihan sendiri bisa menjaga keseragaman ukuran benih untuk menghindari persaingan dalam mengkonsumsi pakan dan pertumbuhannya bisa seragam. Produksi benih di CV Jumbo Bintang Lestari belum dilakukan secara kontinu, namun perusahaan memiliki indukan untuk pembenihan. Jumlah induk yang dimiliki oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu enam ekor induk betina dan tiga ekor induk jantan. Proses pembenihan sendiri yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari ini baru dilakukan dari tahun 2006 dan masih belum optimal sehingga harus mencari benih dari petani atau perusahaan pembenihan. e. Penggunaan Pakan Tambahan Pakan utama yang digunakan dalam pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu pakan buatan (pellet). Untuk mengatasi penggunaan pakan buatan dengan jumlah yang banyak dengan biaya yang cukup besar karena harganya yang sering mengalami kenaikkan, CV Jumbo Bintang Lestari memberikan pakan tambahan selain pakan buatan yaitu berupa limbah telur. Limbah telur yang digunakan untuk pemberian pakan tambahan berasal Bandung dan Sukabumi. Penggunaan pakan tambahan ini untuk melengkapi dan menambah nutrisi bagi ikan selain dari pakan buatan yang telah diberikan. Pemberian pakan tambahan berupa limbah telur ini selain harganya yang lebih ekonomis dibandingkan dengan pakan buatan juga banyak mengandung protein. Pakan tambahan berupa limbah telur ini memiliki sedikit kelemahan dibandingkan dengan pakan buatan yang lebih praktis karena pakan tambahan ini sebelum diberikan pada lele perlu ada perlakuan khusus yaitu dengan merebusnya terlebih dahulu. Pemilihan limbah telur sebagai pakan tambahan di CV Jumbo Bintang Lestari karena protein hewani ini lebih cocok dibandingkan dengan protein nabati untuk pertumbuhan lele.

74 2. Strategi Meminimalkan Risiko (Mitigasi) Strategi mitigasi dilakukan CV Jumbo Bintang Lestari dengan tujuan untuk memperkecil dampak dari timbulnya risiko. Strategi mitigasi yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu menjalin kemitraan dengan pembudidaya pembenihan ikan lele dan pengembangan SDM. Adapun rincian strategi mitigasi dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut : a. Menjalin Kemitraan dengan Pembudidaya Pembenihan Ikan Lele Selama ini supply benih ikan lele untuk produksi ikan lele konsumsi di CV Jumbo Bintang Lestari adalah berasal dari petani benih sekitar budidaya yaitu sebanyak tiga petani. Selain ukurannya tidak seragam, hal ini pun juga terkadang masih belum mencukupi pasokan benih yang dikehendaki oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Strategi yang dilakukan untuk meminimalkan risiko tersebut yaitu menjalin kemitraan dengan petani benih ikan lele yang lain agar pasokan benih tetap terjaga. Disamping itu, CV Jumbo Bintang Lestari pun melalukan pengontrolan terhadap proses budidaya yang dilakukan oleh petani mitra agar kualitas dan keseragaman benih yang dihasilkan sesuai dengan yang ditentukan oleh perusahaan. Kemitraaan yang telah dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari dengan petani pembenihan ikan lele yaitu perusahaan menjamin kepastian pemasaran dari benih yang dihasilkan oleh petani tersebut. Namun, bentuk kemitraan tersebut tidak memiliki ikatan kontrak sehingga kontinuitasnya masih rendah. b. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pekerja merupakan salah satu aset penting dalam kelangsungan suatu usaha. Kualitas sumber daya manusia yang baik akan membantu perusahaan dalam mencapai tujuan dan target yang ditetapkan. Di CV Jumbo Bintang Lestari, dilakukan pengiriman pekerja untuk mengikuti berbagai macam pelatihan yang berkaitan dengan usaha pembesaran ikan lele dumbo. Pelatihan yang diikuti oleh karyawan perusahaan bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan menambah pengetahuan bagi karyawan

75 terhadap aspek produksi budidaya ikan lele dumbo. Pelatihan yang pernah diikuti oleh beberapa karyawan perusahaan yaitu seminar perikanan yang diselenggarakan oleh dinas terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 6.3 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Produksi CV Jumbo Bintang Lestari dalam menjalankan usaha pembesaran ikan lele dumbo menghadapi berbagai risiko, diantaranya risiko produksi. Hal ini menyebabkan berfluktuasinya produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Kondisi risiko produksi ini akan berpengaruh terhadap penerimaan perusahaan yang semakin kecil. Adanya risiko produksi pada usaha pembesaran ikan lele dumbo ini ditunjukkan dengan adanya fluktuasi tingkat Survival Rate (SR). Perkembangan tingkat SR pada usaha pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari pada tahun dapat dilihat pada Gambar Jan 0 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Gambar 9. Grafik Perkembangan Survival Rate Pembesaran Ikan Lele Dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun

76 Berdasarkan SR yang dihasilkan, maka dapat diperkirakan jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan per bulannya. Asumsi yang digunakan adalah jumlah rata-rata ikan yang ditebar yaitu ekor dengan berat rata-rata ikan yang dipanen adalah 131 gram per ekor. Ukuran pertama untuk dapat mengetahui tingkat risiko yang dihadapi yaitu besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas) yang mengacu pada seberapa persen kemungkinan CV Jumbo Jumbo Bintang Lestari memproduksi ikan lele dumbo lebih dari atau kurang dari jumlah normal yang ditetapkan oleh perusahaan. Data yang digunakan untuk mengetahui probabilitas risiko di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu data derajat kelangsungan hidup (SR) selama tahun 2008 sampai Adapun hasil dari analisis probabilitas yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Analisis Probabilitas Risiko CV Jumbo Bintang Lestari Bulan SR (%) Januari - 66,54 60,23 Februari - 73,97 70,46 Maret 65,70 73,31 83,29 April 62,57 72,20 75,98 Mei 66,05 71,93 79,68 Juni 63,88 81,10 70,50 Juli 69,81 78,00 78,20 Agustus 68,06 80,63 82,73 September ,33 Oktober 70,37 70,87 62,33 Nopember 69,30 86,22 55,53 Desember 72,90 81,67 - Total 2.236,31 Rata-rata ( ) 72,14 Standar deviasi (s) 7,49 X 75 Z 0, Nilai pada tabel z 0,352 Probabilitas risiko (%) 35,20% Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa tingkat probabilitas dipengaruhi oleh derajat kelangsungan hidup ikan lele dumbo normal yang dihasilkan dan ditentukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Derajat

77 kelangsungan hidup normal dari ikan lele yang dihasilkan dari awal tebar hingga panen yaitu sebesar 75 persen. Dari nilai x yang telah ditentukan maka kemungkinan terjadinya penyimpangan hasil pada setiap kali produksinya adalah 35,20 persen. Hasil perhitungan nilai z yang didapat dari menggunakan metode nilai standar adalah 0,352 dengan tanda positif, yang menunjukkan bahwa penurunan derajat kelangsungan hidup lele berada di sebelah kanan rata-rata distribusi normalnya. Dari tabel distribusi normal maka dapat diketahui bahwa nilai pada z tabel adalah sebesar 0,352 yang berarti kemungkinan CV Jumbo Bintang Lestari untuk memperoleh derajat kelangsungan hidup ikan lele dumbo yang diproduksi lebih dari derajat kelangsungan hidup normal, adalah 0,352 atau 35,20 persen Analisis Dampak Risiko Produksi Analisis dampak risiko dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari kurangnya jumlah produksi yang dihasilkan oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Data yang digunakan untuk mengetahui besarnya dampak risiko yang dihadapi adalah data produksi ikan lele dumbo yang dihasilkan oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Data produksi yang diambil adalah yang menghasilkan SR dibawah standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu 75 persen. Analisis risiko dari penurunan produksi ikan lele dumbo menunjukkan bahwa CV Jumbo Bintang Lestari mengalami kerugian apabila mengalami produksi yang dihasilkan kurang dari produksi normal yang telah ditetapkan. Target SR yang ditetapkan yaitu 75 persen dan dikonversi dalam besarnya produksi menjadi ,71 kilogram dengan asumsi berat rata-rata ikan yang dipanen yaitu 131 gram per ekor. Harga ikan lele yang dijual yaitu Rp per kilogram. Sebelum dapat menganlisis dampak risiko yang dihadapi, terlebih dahulu dilakukan penghitungan terhadap kekurangan produksi di CV Jumbo Bintang Lestari. Kekurangan produksi diperoleh dari selisih antara target yang ditetapkan dengan jumlah produksi yang dihasilkan pada bulan tersebut. Kekurangan produksi yang dialami oleh CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada Lampiran 1.

78 Berdasarkan kekurangan produksi tersebut selanjutnya dihitung kerugian yang dialami oleh perusahaan dari perkalian antara jumlah kekurangan produksi denga harga ikan lele yang dijual. Harga rata-rata lele yang dijual yaitu Rp per kilogram. Setelah itu dapat dihitung dampak kerugian yang ditimbulkan dari risiko produksi yang dihadapi. Analisis dampak risiko di CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi CV Jumbo Bintang Lestari Bulan Kerugian (Rp) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total Rp Rata-rata ( ) Rp Standar deviasi (s) ,83 z (5%) 1,645 VaR Rp Kekurangan produksi yang dialami oleh CV Jumbo Bintang Lestari selama tahun 2008 sampai tahun 2010 menyebabkan total kerugian yang ditanggung sebesar Rp Kerugian yang terjadi disebabkan karena adanya beberapa kejadian-kejadian merugikan yang telah di identifikasi pada subbab sebelumnya. Penggunaan selang kepercayaan 95 persen atau nilai pada distribusi tabel z pada tingkat 5 persen menunjukkan kerugian Value at Risk yang terjadi pada CV Jumbo Bintang Lestari sebesar Rp Nilai tersebut menunjukkan bahwa CV Jumbo Bintang Lestari bisa yakin 95 persen bahwa perusahaan tidak akan menderita kerugian akibat kurangnya jumlah produksi lele dumbo dari jumlah

79 normal melebihi Rp Namun, ada kemungkinan 5 persen CV Jumbo Bintang Lestari menderita kerugian lebih besar dari Rp Pemetaan Sumber Risiko Hasil identifikasi berupa sumber-sumber risiko produksi dapat dipetakan ke dalam peta risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan besarnya dampak yang diakibatkan oleh risiko tersebut. Sebelum melakukan pemetaan risiko, perlu dilakukannya perhitungan status, hal ini untuk melihat sumber risiko mana yang harus ditangani terlebih dahulu. Perhitungan status risiko didapat dari hasil perkalian antara tingkat probabilitas dengan dampak. Perhatian akan diberikan pada kejadian-kejadian yang berstatus risiko besar. Namun, dikarenakan data yang ada tidak terdata dengan baik, maka tingkat probabilitas dan dampak kejadian dari masing-masing sumber risiko didapat dari hasil wawancara dengan pihak CV Jumbo Bintang Lestari. Penentuan besar atau kecilnya probabilitas adalah berdasarkan tingkat persentase terjadinya sumber risiko tersebut pada perusahaan dan batasan yang ditentukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari antara probabilitas besar dan kecil yaitu 21 persen, sedangkan klasifikasi dampak ke dalam dampak besar atau kecil adalah berdasarkan kerugian yang ditanggung oleh CV Jumbo Bintang Lestari akibat dari timbulnya sumber risiko tersebut. Batas antara dampak besar dan kecil yang ditentukan oleh perusahaan yaitu sebesar Rp Dengan mengetahui tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko yang ada di CV Jumbo Bintang Lestari, maka dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Sumber risiko yang berada pada kuadran I merupakan sumber risiko yang memiliki kemungkinan terjadinya besar namun dampak dari risiko tersebut tergolong kecil. Pada kuadran II, dapat diketahui bahwa risiko yang berada pada kuadran ini memiliki tingkat kemungkinan terjadinya yang besar dan dampak yang dirasakan dari risiko yang berada dalam kuadran ini juga besar. Pada kuadran III diketahui bahwa pada kuadran ini sumber risiko memiliki tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang diakibatkan dari risiko ini kecil. Sedangkan pada kuadran IV diketahui

80 bahwa tingkat kemungkinan terjadinya kecil namun dampak yang diakibatkan dari sumber risiko di kuadran ini besar. Penggolongan tingkat risiko ke dalam probabilitas dan dampak risiko yang didapat dari hasil wawancara kepada pihak perusahaan dapat dilihat pada Gambar 10. Dampak (Rp) Besar Kuadran 2 : Kualitas Pakan Penyakit Kuadran 1 : Kualitas dan Pasokan Benih Kecil Kuadran 4 Kuadran 3 : Mortalitas SDM Kecil 21 Besar Probabilitas (%) Gambar 10. Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko Dari hasil pemetaan risiko dapat dilihat posisi maisng-masing sumber risiko yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Sumber risiko yang berada pada kuadran 1 merupakan risiko yang dianggap oleh CV Jumbo Bintang Lestari memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan bila risiko tersebut terjadi juga besar adalah risiko kualitas dan pasokan benih. Probabilitas yang dapat muncul dari sumber risiko tersebut yaitu sebesar 30 persen dengan dampak kerugian yang dapat ditimbulkannya sebesar Rp ,00. Sumber risiko yang berada pada kuadran 2 yaitu risiko dengan kemungkinan terjadinya kecil akan tetapi memiliki dampak yang disebabkan oleh

81 sumber risiko tersebut besar. Sumber risiko yang termasuk ke dalam kuadran ini yaitu kualitas pakan dan penyakit. Tingkat kemungkinan yang dapat muncul dari sumber risiko kualitas pakan yaitu sebesar 10 persen dengan dampak kerugiannya yang dapat ditimbulkannya sebesar Rp ,00. Sementara itu, tingkat kemungkinan yang dapat muncul dari sumber risiko serangan penyakit yaitu sebesar 10 persen dengan dampak kerugian yang dapat ditimbulkannya sebesar Rp ,00. Sumber risiko yang berada pada kuadran 3 adalah risiko yang memiliki tingkat kemungkinan terjadinya risiko besar namun dengan dampak kerugian yang ditimbulkannya kecil. Pada CV Jumbo Bintang Lestari sumber risiko yang masuk ke dalam kuadran 3 adalah mortalitas dan sumber daya manusia. Adapun tingkat kemungkinan terjadinya sumber risiko mortalitas yaitu 25 persen dengan dampak kerugian yang dapat ditimbulkannya sebesar Rp ,00 sedangkan probabilitas dari sumber risiko yang disebabkan oleh sumber daya manusia yaitu sebesar 30 persen dengan dampak kerugian yang ditimbulkannya sebesar Rp , Alternatif Strategi Penanganan Risiko di CV Jumbo Bintang Lestari Tahap akhir dari analisis risiko produksi yaitu penentuan strategi penanganan terhadap risiko produksi yang dihadapi. Alternatif strategi yang akan dilakukan erat kaitannya dengan pemetaan risiko yang telah dihasilkan. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan dalam penanganan risiko, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Sumber risiko yang berada dalam kuadran I dan II ditangani dengan strategi preventif, sedangkan sumber risiko yang berada pada kuadran II dan IV ditangani dengan strategi mitigasi. Adapun rekomendasi alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari adalah sebagai berikut : 1. Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi pencegahan dilakukan untuk membuat kemungkinan terjadinya risiko menjadi sekecil-kecilnya. Strategi pencegahan adalah strategi yang dibuat untuk risiko-risiko yang berada pada kuadran dengan kemungkinan atau probabilitas yang besar, dalam hal ini yaitu kuadran 1 dan kuadran 4 agar dapat bergeser menjadi probabiltas yang kecil. Penerapan strategi yang dapat

82 dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari diantaranya adalah pada kegiatan berikut : a) Pengawasan Produksi Bagi Petani Mitra Faktor penting dalam kelangsungan usaha pembesaran ikan turut pula ditentukan oleh kegiatan produksi yang dilakukan pada proses produksi benih ikan. Sebagian besar mitra dalam pemenuhan kebutuhan terhadap benih ikan di CV Jumbo Bintang Lestari masih merupakan tingkat petani dengan teknologi yang diterapkan masih sederhana. Oleh karena itu, penting bagi CV Jumbo Bintang Lestari untuk memberikan pengawasan terhadap proses produksi benih ikan yang dilakukan oleh petani mitra. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseragaman dan meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan. Kondisi yang ditemukan di tempat budidaya petani pembenihan yang merupakan mitra dari CV Jumbo Bintang Lestari yaitu sarana dan prasarana yang digunakan kurang memadai. Manajemen pemberian pakan pun tidak dilakukan secara tepat dikarenakan tidak adanya prosedur dalam proses produksinya. Pengawasan yang dapat dilakukan perusahaan yaitu berupa kontrol lapangan ke petani mitra secara rutin. Aspek pengawasan dalam mengontrol kondisi dilapangan diantaranya manajemen induk, sarana dan prasarana produksi, dan penanganan proses budidaya. b) Peningkatan Keamanan Lokasi Budidaya Peningkatan keamanan yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari diantaranya adalah penambahan jumlah tenaga dan fasilitas keamanan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya pencurian ikan ketika akan masuk masa panen. Disamping itu CV Jumbo Bintang Lestari bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk menjaga lokasi budidaya, hal tersebut dilakukan dengan cara mempekerjakan masyarakat sekitar pada usaha pembesaran ikan lele dumbo. Tenaga kerja yang selama ini bertugas untuk menjaga keamanan kolam merupakan tenaga kerja bagian produksi yang tinggal di rumah jaga sekitar kolam. Kegiatan menjaga keamanan ini hanya dilakukan oleh

83 satu orang tenaga kerja dan harus mengawasi areal kolam seluas empat hektar sehingga tidak efektif. Selain itu, untuk menunjang keamanan lokasi budidaya perlu dibangun pos keamanan di beberapa titik yang dinilai rawan terhadap tindakan pencurian. c) Penanganan Benih Tebar Penebaran benih merupakan masa yang sangat rentan akan terjadinya kematian pada ikan. Hal ini dikarenakan benih yang ditebar harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan banyak benih mengalami stres terhadap perubahan ini. Penanganan benih yang selama ini dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari ketika benih akan ditebar yaitu benih langsung ditebar begitu saja ke dalam kolam tanpa memberikan kesempatan bagi benih untuk menyesuaikan dengan air kolam. Cara penanganan yang dapat dilakukan yaitu memasukkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkutan benih sebelum benih ditebar. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara suhu air pada kolam dengan suhu air yang berasal dari tempat budidaya dimana benih tersebut dihasilkan. Disamping itu dapat dilakukan pemberian el baju untuk membersihkan dan menghilangkan parasit yang mungkin terbawa oleh benih dari asalnya. Dengan demikian, diharapkan tingkat mortalitas yang terjadi dapat ditekan. 2. Mitigasi Risiko Strategi mitigasi dilakukan CV Jumbo Bintang Lestari dengan tujuan untuk memperkecil dampak dari timbulnya risiko. Caranya adalah menggeser sumber-sumber risiko yang berada pada kuadran II dan kuadran IV ke kuadran I dan kuadran III. Alternatif strategi mitigasi yang dapat dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari diantaranya adalah : a) Sampling Ikan Dalam kegiatan pembesaran perlu dilakukan pengontrolan terhadap perkembangan ikan atau sampling. Tujuan dari sampling selain untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ikan, juga untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan serta efisiensi penggunaan pakan. Apabila terdapat ikan

84 yang terserang penyakit dapat segera diatasi dan tidak menyebar atau menular pada ikan lainnya. Sampling yang dapat dilakukan yaitu pengukuran berat dan panjang ikan yang diambil dari beberapa sampel ikan. Selain itu dapat pula dilakukan pengukuran suhu dan ph air agar kondisi lingkungan ikan mampu menunjang pertumbuhannya. Tenik pengambilan sampel ikan sebaiknya dilakukan secara hati-hati agar ikan tidak stres. Kondisi ikan yang stres dapat mengakibatkan menurunnya nafsu makan ikan bahkan menimbulkan kematian. b) Diversifikasi Geografis Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi kerugian (dampak) dari risiko yang dihadapi yaitu diversifikasi. Diversifikasi yang sesuai dengan kondisi yang ada di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu diversifikasi geografis yaitu dengan cara membuka lokasi budidaya dengan jarak yang berjauhan dengan lokasi yang ada saat ini. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan apabila di lokasi saat ini mengalami serangan wabah penyakit atau hama sehingga di lokasi budidaya yang lain dapat mengurangi kerugian yang dialami perusahaan. Kegiatan diversifikasi ini memungkinkan untuk dilaksanakan oleh perusahaan karena ketersediaan dana yang cukup memadai. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi untuk diversifikasi geografis ini diantaraya adalah dekat dengan pasar dan sumber produksi seperti benih, pakan, dan obat-obatan. c) Menjalin Kerjasama dengan Supplier Pakan Pakan buatan yang digunakan di CV Jumbo Bintang Lestari merupakan pakan yang berasal dari supplier tunggal. Hal ini menyebabkan perusahaan mengalami ketergantungan terhadap pakan yang digunakan karena komposisi nutrisi pakan telah ditentukan oleh pabrik pakan tersebut. Sementara pada beberapa kejadian yang dialami oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu terjadi peningkatan FCR yang menjadi patokan terhadap efisiensi penggunaan pakan. Peningkatan FCR

85 ini akan berimplikasi pada kerugian yang diterima oleh perusahaan karena jumlah pakan yang harus dikeluarkan lebih banyak, sementara itu harga pakan sering mengalami kenaikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu mencari dan menjalin kerjasama dengan supplier pakan yang lain agar nutrisi pakan dapat saling melengkapi dari pakan yang biasa digunakan. d) Sistem Kontrak dengan Petani Pembenihan Kerjasama dengan petani pembenihan telah dilakukan oleh perusahaan, namun kontinuitas pasokan masih rendah. Kontinuitas pasokan benih yang masih rendah ini akan berakibat pada keterlambatan jadwal pemeliharaan bagi proses pembesaran sehingga diperlukan suatu ikatan kerjasama dalam bentuk kontrak. Lokasi perusahaan yang berada di Kecamatan Gunungsindur dengan mayoritas masyarakatnya yang membudidayakan ikan lele dapat menjadi keunggulan bagi perusahaan. Keunggulan yang dimiliki ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah dalam meningkatkan kerjasama yang diikat dalam suatu kontrak yang jelas. Caranya yaitu membangun kerjasama yang saling menguntungkan antara petani pembenihan dengan CV Jumbo Bintang Lestari. Dengan demikian, petani pembenihan tersebut mendapat jaminan pasar terhadap benih yang dihasilkan dan CV Jumbo Bintang Lestari dapat memenuhi kebutuhan benih dalam usaha produksi pembesaran ikan lele dumbo. Berdasarkan dari hasil identifikasi sumber-sumber risiko, maka dapat diketahui strategi penanganan risiko yang dilakukan dan digambarkan sesuai dengan peta sumber-sumber risiko yang dialami oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Dari strategi yang dilakukan berdasarkan hasil pemetaan sumber risiko yang ada dalam kegiatan pembesaran ikan lele dumbo maka dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran yang ada dalam sebuah peta risiko. Strategi preventif risiko yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko yang berada pada kuadran I dan kuadran III. Dari hasil identifikasi, risiko yang terdapat pada kuadran I atau risiko dengan tingkat probabilitas yang besar dan dampak yang

86 dirasakan juga besar yaitu kualitas dan pasokan benih. Strategi preventif yang telah dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari dalam menangani risiko yang berada pada kuadran I adalah dengan cara produksi benih ikan lele dumbo sedangkan alternatif strategi preventif yang dapat dilakukan perusahaan yaitu pengawasan produksi benih bagi petani mitra. Pada kuadran III, yaitu sumber risiko dengan tingkat probabilitas besar namun dampak kerugian yang dapat ditimbulkannya kecil. Sumber risiko yang berada pada kuadran ini yaitu mortalitas dan sumber daya manusia. Strategi preventif yang telah dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari dalam menangani risiko yang berada pada kuadran III adalah dengan cara persiapan kolam, pemberian probiotik dan pemberian vitamin sedangkan alternatif strategi preventif yang dapat dilakukan perusahaan yaitu penanganan terhadap benih yang ditebar dan peningkatan keamanan lokasi budidaya. Hasil pengelompokkan strategi penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif dan dipetakan berdasarkan kuadran risiko dapat dilihat pada Gambar 11. Dampak (Rp) Besar Kecil Kuadran 2 Kuadran 4 Kecil 21 % Kuadran 1 Pengawasan produksi benih bagi petani mitra Kuadran 3 Penanganan benih tebar Peningkatan keamanan lokasi budidaya Besar Probabilitas (%) Gambar 11. Strategi Preventif Risiko CV Jumbo Bintang Lestari

87 Strategi penanganan risiko dengan menggunakan strategi mitigasi yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari dilakukan untuk mengendalikan risikorisiko dengan dampak yang besar. Risiko yang digolongkan ke dalam risiko dengan dampak besar adalah risiko yang terdapat pada kuadran I dan kuadran II. Dengan adanya tindakan yang dilakukan, maka diharapkan bisa menggeser risiko yang berada pada kuadran I dan kuadran II ke kuadran III dan kuadran IV. Kuadran I merupakan kuadran dengan dampak kerugian besar dan probabilitas yang besar pula. Pada kuadran ini sumber risiko produksi yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari adalah kualitas dan pasokan benih ikan lele. Strategi mitigasi yang telah diterapkan oleh perusahaan adalah menjalin kemitraan dengan pembudidaya benih ikan lele sedangkan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu sistem kontrak dengan petani pembenihan. Risiko yang termasuk ke dalam risiko dengan dampak besar namun probabilitasnya kecil yaitu masuk ke dalam kuadran II. Pada kuadran ini risiko yang muncul di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu kualitas pakan dan serangan penyakit. Adapun alternatif strategi mitigasi yang dapat dilakukan perusahaan yaitu sampling ikan, diversifikasi geografis, dan kerjasama dengan supplier pakan. Hasil pengelompokkan strategi penanganan risiko dengan menggunakan strategi mitigasi dan dipetakan berdasarkan kuadran risiko dapat dilihat pada Gambar 12. Dampak (Rp) Besar Kecil Kuadran 2 Sampling ikan Diversifikasi geografis Kerjasama dengan supplier pakan Kuadran 4 Kuadran 1 Sistem kontrak dengan petani pembenihan Kuadran 3 Kecil 21 Probabilitas (%) Gambar 12. Strategi Mitigasi Risiko CV Jumbo Bintang Lestari Besar

88 Diantara empat kuadran yang ada di dalam peta risiko, ada satu kuadran dimana pada kuadran tersebut memiliki probabilitas dan dampak yang disebabkan oleh risiko tersebut kecil, yaitu pada kuadran IV. Di CV Jumbo Bintang Lestari tidak ditemukan sumber risiko dengan probabilitas yang kecil dan dampak kerugian yang dihasilkannya kecil pula sehingga pada kuadran tersebut kosong. Dengan adanya strategi penanganan yang telah dijelaskan diatas, maka diharapkan segala bentuk risiko baik yang disebabkan oleh faktor manusia maupun faktor alam dapat diminimalisir kemungkinan terjadinya serta dapat mengurangi dampak yang diakibatkan dari kejadian merugikan yang terjadi sehingga dapat memaksimalkan penerimaan bagi CV Jumbo Bintang Lestari.

89 VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis probabilitas dengan menggunakan metode nilai standar diperoleh nilai pada tabel z yaitu sebesar 0,352. Artinya, kemungkinan CV Jumbo Bintang Lestari mampu menghasilkan derajat kelangsungan hidup ikan lele dumbo lebih dari derajat kelangsungan hidup ikan lele normal, yaitu 75 persen adalah sebesar 0,352 atau 35,2 persen. Hasil analisis terhadap dampak risiko dengan metode VaR (Value at Risk) didapatkan Rp ,00 yang artinya CV Jumbo Bintang Lestari bisa yakin 95 persen bahwa perusahaan tidak akan menderita kerugian akibat dari kurangnya jumlah produksi ikan lele dari jumlah normal melebihi Rp ,00. Namun, ada kemungkinan lima persen CV Jumbo Bintang Lestari menderita kerugian lebih besar dari Rp , Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada CV Jumbo Bintang Lestari, terdapat sumber-sumber risiko produksi yang teridentifikasi pada usaha pembesaran ikan lele dumbo ini. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya manusia. 3. Strategi yang dilakukan oleh CV Jumbo Bintang Lestari terdiri dari strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif dilakukan dengan cara produksi benih ikan lele dumbo, pengawasan produksi benih bagi petani mitra, persiapan kolam, pemberian probiotik, pemberian vitamin, penanganan terhadap benih yang ditebar dan peningkatan keamanan lokasi budidaya. Strategi mitigasi yang dilakukan yaitu menjalin kemitraan dengan pembudidaya benih ikan lele, sistem kontrak dengan petani pembenihan, sampling ikan, diversifikasi geografis, dan kerjasama dengan supplier pakan. 7.2 Saran 1. Faktor keamanan merupakan salah satu faktor penting dalam meminimalisasi risiko yang terdapat pada perusahaan. Hal tersebut dapat didukung dengan peningkatan sarana penerangan dan pemasangan pagar pada sekeliling area milik perusahaan. Luas budidaya CV Jumbo Bintang Lestari yaitu empat

90 hektar namun sarana penerangan yang ada masih kurang memadai, sehingga rawan terjadinya pencurian ikan. Oleh sebab itu, untuk menunjang faktor keamanan sebaiknya sarana penerangan yang ada di perusahaan perlu ditingkatkan kembali. Seperti pemberian lampu pada beberapa titik kolam sehingga memudahkan dalam pengawasan. Sementara itu, pemasangan pagar sebaiknya dilakukan untuk menandai batas wilayah kepemilikan lahan perusahaan dan mencegah terjadinya pencurian ikan.

91 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah). Statistik Indonesia : BPS Indonesia. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Perkembangan Produksi Ikan Indonesia. DKP Indonesia. [Disnakan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor. Bogor : Disnakan Kabupaten Bogor. Anonim Peta Gunungsindur Kabupaten Bogor. [21 Maret 2011]. Darmawi H Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara. Debertin D L Agricultural Production Economics. New York : Macmillan Publishing Company. Effendi I Pengantar Akuakultur. Jakarta : Penebar Swadaya. Fariyanti A Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hanafi Risiko. Jakarta : Universitas Terbuka. Harwood et al Market and Trade Economics Division and Resource Economic Division, Economic Research Service. US Department of agriculture. Agricultural economic report no Kountur R Manajemen Risiko. Jakarta : Abdi Tandur. Kountur R Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola Risiko Operasional Perusahaan). Jakarta : PPM. Kountur R Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta : PPM. Lam J Enterprise Risk Management. Jakarta pusat : PT. Ray Indonesia. Lestari A Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

92 Mahyuddin, K Paduan Lengkap Agribisnis Lele. Depok : Penebar Swadaya. Permatasari K L Analisis Risiko Produksi Pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver Di D Sunflower Kennel Mampang Jakarta Selatan [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Robinson L. J and P. J Barry The Competitive Firm s Response To Risk. London : Macmillan Publisher. Safitri NA Analisis Risiko Produksi Daun Potong Di PT Pesona Daun Mas Asri Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Solihin M Risiko Produksi dan Harga Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Peternakan Ayam Broiler CV AB Farm Kecamatan Bojonggenteng Sukabumi [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Suyanto R Budidaya Ikan Lele Edisi Revisi. Depok : Penebar Swadaya Umar H Manajemen Risiko Bisnis, Pendekatan Finansial dan Non Finansial. Jakarta: Gramedia pustaka utama. Utami A Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manjemen, Institut Pertanian Bogor. Wisdya S Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis Pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor..

93 LAMPIRAN

94 Lampiran 1. Kekurangan Produksi di CV Jumbo Bintang Lestari Bulan Kekurangan Produksi (kg) Januari , ,21 Februari - 287, ,21 Maret 2.591,81 471,01 - April 3.464,11 780,31 - Mei 2.494,31 855,61 - Juni 3.099, ,11 Juli 1.446, Agustus 1.934, September ,51 Oktober 1.290, , ,01 Nopember 1.588, ,11 Desember 585, Total , , ,16 Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari (2010), diolah

95 Lampiran 2. Peta Lokasi Gunungsindur Kabupaten Bogor Sumber : [21 Maret 2011]

96 Lampiran 3. Dokumentasi di CV Jumbo Bintang Lestari Persiapan kolam Benih yang ditebar Pakan yang digunakan Ikan yang mati karena penyakit Ukuran ikan panen Sarana penerangan

97 Ruang penyimpanan pakan Bak penampungan panen Wadah pengangkutan

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI SKRIPSI MUHAMAD SOLIHIN H34067016 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan nasional mengingat potensi perairan Indonesia yang sangat besar, terutama dalam penyediaan bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia Sektor perikanan di Indonesia masih dipandang memiliki prospek yang cerah untuk terus dikembangkan karena potensi yang dimiliki tidak hanya dari

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover) I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km 1. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan mendominasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Pengembangan usaha budidaya lele semakin meningkat setelah masuknya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN LELE. TUGAS E-BISNIS ( Electronic Business ) disusun oleh

BUDIDAYA IKAN LELE. TUGAS E-BISNIS ( Electronic Business ) disusun oleh BUDIDAYA IKAN LELE TUGAS E-BISNIS ( Electronic Business ) disusun oleh Nama : Andy Nugrahanto NIM : 08.11.2021 Ruang : 05.03.05/ 04 Dosen : Prof. Dr. M. Suyanto, MM Kelas : S1-TI-6C JURUSAN TEKNIK INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI Tingkat efisiensi ekonomi dari faktor-faktor produksi dapat dilihat dari besarnya rasio Nilai Produk Marjinal (NPM)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura Agribisnis secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari empat subsistem yang terintegrasi secara fungsional. Sub-sistem pertama adalah agribisnis hulu

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR STUDI KASUS PADA BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

MANAJEMEN RISIKO PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR STUDI KASUS PADA BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MANAJEMEN RISIKO PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR STUDI KASUS PADA BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI BUJANG SAHAR H34086018 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan potensi ikannya, sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan dan perairan. Sektor perikanan menjadi bagian yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM CV JUMBO BINTANG LESTARI Lokasi Perusahaan dan Sejarah Perkembangan

V. GAMBARAN UMUM CV JUMBO BINTANG LESTARI Lokasi Perusahaan dan Sejarah Perkembangan V. GAMBARAN UMUM CV JUMBO BINTANG LESTARI 5.1. Lokasi Perusahaan dan Sejarah Perkembangan Perusahaan CV Jumbo Bintang Lestari merupakan suatu perusahaan perikanan yang bergerak dalam bidang budidaya khususnya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan (1991) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 menyebabkan banyak sektor usaha mengalami pailit yang secara langsung memberi andil besar bagi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BENIH IKAN NILA DI KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT Oleh: NORTHA IDAMAN A 14105583 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RISIKO HARGA, RISIKO PENJUALAN DAN RISIKO PENDAPATAN PADA USAHA PEMOTONGAN AYAM NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AYU NIKEN INDRASARI B100100047 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Sari Kecamatan Sape Kabupaten Bima

Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Sari Kecamatan Sape Kabupaten Bima Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Sari Kecamatan Sape Kabupaten Bima Bakhtiar Abstrak; Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus ) BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus ) 1. SEJARAH SINGKAT Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR SKRIPSI HELENTINA SITUMEANG H34096040 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang memiliki potensi budidaya yang menjanjikan di Indonesia. Berbagai macam ikan dapat dibudidayakan, terutama ikan air tawar yaitu

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var) Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut : Phylum

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci