ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI NATALINA SIANTURI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 RINGKASAN NATALINA SIANTURI. Analisis Risiko Pengusahaan Bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ( Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI). Salah satu komoditas hortikultura yang cukup baik perkembangannya adalah tanaman hias. Menurut Ditjen Hortikultura (2009) terjadi peningkatan volume dan nilai ekspor komoditas hortikultura dari tahun 2007 sampai Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa tanaman hias memegang peranan penting dalam subsektor hortikultura pada khususnya dan sektor pertanian pada umumnya. Perkembangan produksi berbagai tanaman hias di Indonesia mengalami fluktuasi produksi. Selain itu, terdapat variasi produktivitas tanaman hias yang diproduksi di Indonesia. Adanya variasi produksi dan produktivitas menunjukkan terjadinya volatilitas atau fluktuasi dalam usaha produksi tanaman hias yang mengindikasikan adanya risiko pada usaha tanaman hias. PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan florikultura yang sedang berkembang. Perusahaan ini melakukan diversifikasi dalam melakukan kegiatan usahanya yaitu mengusahakan bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Setiap jenis bunga memiliki karakteristik yang khas sehingga tiap jenis bunga dan sumber risiko yang berbeda. Mengusahakan berbagai jenis bunga menentukan jenis dan sumber risiko yang dihadapi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi PT Saung Mirwan dalam mengusahakan berbagai jenis bunga dan (2) mempelajari hubungan antara diversifikasi usaha bunga dengan upaya menekan risiko. Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan yang berlokasi di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor. Waktu penelitian adalah selama bulan Nopember Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variance serta melihat pengaruh diversifikasi untuk menekan risiko. Sumber-sumber risiko pengusahaan bunga pada PT Saung Mirwan antara lain kondisi cuaca atau iklim, hama dan penyakit, bibit, peralatan dan bangunan, tenaga kerja dan harga produk. Berdasarkan analisis risiko pada komoditas tunggal yang diusahakan PT Saung Mirwan diperoleh risiko yang paling tinggi terdapat pada bunga krisan sedangkan yang paling rendah terdapat pada bunga kastuba. Hasil analisis risiko diversifikasi menghasilkan kombinasi krisan dan kalandiva merupakan diversifikasi yang paling tinggi risikonya sedangkan risiko yang paling rendah adalah kombinasi kalanchoe dan kastuba. Diversifikasi pada beberapa komoditas bunga di satu sisi dapat menekan risiko namun diversifikasi tidak selamanya dapat menekan risiko. Saran yang direkomendasikan adalah diversifikasi yang dilakukan oleh PT Saung Mirwan selain untuk merespon pasar perlu dikaitkan juga dengan upaya menekan risiko dengan cara memilih kombinasi komoditas yang paling rendah risikonya. Untuk meminimalkan risiko yang dihadapi PT Saung Mirwan dapat lebih memfokuskan perhatian pada bunga yang risikonya paling tinggi yaitu krisan terutama dalam hal pengendalian hama dan penyakit. ii

3 ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT NATALINA SIANTURI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iii

4 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Risiko Pengusahaan Bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat : Natalina Sianturi : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus: iv

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Pengusahaan Bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2011 Natalina Sianturi H v

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Desember 1986 di Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Djintar Sianturi dan Ibu Miduk Sihombing. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1997 di Sekolah Dasar Nomor Siambolas. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Siborongborong dan lulus pada tahun Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas penulis selesaikan pada tahun 2005 di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Siborongborong. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2008 penulis diterima pada program sarjana penyelenggaraan khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Pengusahaan Bunga pada PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan mempelajari manajemen risiko di PT Saung Mirwan dengan melihat pengaruh diversifikasi untuk mengendalikan risiko yang dihadapi perusahaan. Namun demikian, penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2011 Natalina Sianturi vii

8 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen penguji utama pada sidang penulis yang bersedia memberikan watu memeriksa skripsi ini dan memberikan kritik serta saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen evaluator pada kolokium dan penguji akademis penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta, kasih dan doa yang diberikan. Semoga skripsi ini menjadi persembahan yang terbaik. 5. Pihak PT Saung Mirwan atas waktu, kesempatan, informasi dan kerja sama yang diberikan. 6. Teman seperjuangan dan satu bimbingan, Nadia Meisya yang menjadi pembahas pada seminar penulis, terima kasih untuk semangat, saran dan masukannya. 7. Teman-teman Agribisnis penyelenggaaan khusus terutama Novianti Sitorus, Fransmudiyanto Silaban, Jennifer Angel Sual, Syani Juari Indra Wardani, Oky Pratama, Irwan dan Susi dan tidak lupa kepada Kak Evy Rismauli yang telah membantu dan memberikan semangat selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Januari 2011 Natalina Sianturi viii

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian...10 II. TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber Risiko Metode Analisis Risiko Strategi Pengelolaan Risiko...14 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko dan Ketidakpastian Dampak Risiko Jenis-jenis Risiko Teori Portofolio (Diversifikasi) Pengukuran Risiko Manajemen Risiko Kerangka Pemikiran Operasional...26 IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Penentuan Responden Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Risiko Komoditas Tunggal Analisis Risiko Diversifikasi Analisis Manajemen Risiko Definisi Operasional...39 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Aspek Organisasi dan Manajemen Perusahaan Aspek Sumber Daya Perusahaan Tenaga Kerja Pemilikan Peralatan Aspek Permodalan Unit Bisnis Pengadaan Bahan Baku Teknis dan Teknologi Produksi...48 ix

10 5.6. Pemasaran Analisis Pendapatan...58 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Analisis Risiko Analisis Risiko Komoditas Tunggal Analisis Risiko Diversifikasi Strategi Pengelolaan Risiko...89 VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...94 DAFTAR PUSTAKA...95 LAMPIRAN...97 x

11 Nomor DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Tabel 2. Perkembangan Ekspor Hortikultura pada Tahun Tabel 3. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun Tabel 4. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode Tabel 5. Produktivitas Berbagai Tanaman Hias di Indonesia Periode Tabel 6. Produksi Tanaman Hias di Beberapa Provinsi (Tangkai) pada Tahun Tabel 7. Produksi Bunga Krisan Pot di PT Saung Mirwan pada Tahun 2006 dan 2007 dengan luas lahan m Tabel 8. Data Permintaan Komoditas Bunga PT Saung Mirwan Tahun Tabel 9. Jenis dan Sumber Data Penelitian...28 Tabel 10. Tingkat Produktivitas pada Bunga Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba pada PT Saung Mirwan...32 Tabel 11. Biaya Investasi Komoditas Bunga PT Saung Mirwan dengan Luas Lahan meter 2 pada Tahun Tabel 12. Rincian Biaya Tetap Komoditas Bunga PT Saung Mirwan...61 Tabel 13. Rincian Biaya Variabel Komoditas Bunga pada PT Saung Mirwan...62 Tabel 14. Analisis Pendapatan Usaha Bunga PT Saung Mirwan...63 Tabel 15. Rata-rata Produksi, Produktivitas dan Pendapatan PT Saung Mirwan pada Komoditas Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba...64 Tabel 16. Data Curah Hujan Bulanan Daerah Ciawi, Jawa Barat dan Produktivitas Komoditas Bunga PT Saung Mirwan pada Tahun Tabel 17. Data Curah Hujan Bulanan Daerah Ciawi, Jawa Barat danproduktivitas Komoditas Bunga PT Saung Mirwan pada Tahun Tabel 18. Data Harga Produk Bunga PT Saung Mirwan Periode Tabel 19. Penilaian Expected Return Komoditas Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba PT Saung Mirwan...74 Tabel 20. Penilaian Risiko pada Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba...75 xi

12 Tabel 21. Penilaian Risiko Portofolio pada Komoditas Krisan, Kalandiva, Kalanchoe dan Kastuba PT Saung Mirwan...77 Tabel 22. Jenis Pupuk yang Digunakan untuk Komoditas Bunga PT Saung Mirwan...91 xii

13 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Struktur Organisasi PT Saung Mirwan Jenis Hama dan Penyakit, Obat-obatan dan Dosis Obat-obatan yang Digunakan di PT Saung Mirwan Analisis Pendapatan Usaha Bunga PT Saung Mirwan Komoditas Bunga yang Diusahakan PT Saung Mirwan Proses Produksi Komoditas Bunga PT Saung Mirwan Jenis Pestisida yang Digunakan untuk Komoditas Bunga PT Saung Mirwan xiii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pertanian. Pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional karena memiliki kontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penyerapan tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDB sekitar 14,4 persen pada tahun 2008, menempati urutan kedua setelah sektor industri pengolahan. Dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang besar, sektor pertanian sangat tepat dijadikan sebagai sektor andalan dalam membangun perekonomian nasional. Sektor pertanian telah ikut mendukung kehidupan ekonomi Indonesia melalui berbagai subsektor seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Hortikultura merupakan salah satu subsektor yang cukup prospektif untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Besarnya kontribusi hortikultura terhadap PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang prospektif dan berperan penting di masa yang akan datang. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Komoditas Nilai PDB (dalam milyar rupiah) 2006 % 2007 % 2008 % Buah-buahan , , ,13 Sayuran , , ,15 Tanaman hias , , ,59 Biofarmaka , , ,13 Total Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2009) 1 (diolah) 1 Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008 [18 Agustus 2010]

15 Tabel 1 memperlihatkan bahwa sumbangan PDB dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka untuk subsektor hortikultura terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun Tanaman hias menempati urutan ketiga penyumbang terbesar PDB dalam hortikultura. Tanaman hias mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan 2008 secara kuantitas, namun proporsi pertumbuhannya mengalami penurunan (persentase) pada tahun Hal ini disebabkan karena share dari buah-buahan mengalami peningkatan relatif besar daripada share tanaman sayuran, tanaman hias dan biofarmaka. Peluang pasar komoditas hortikultura cukup besar baik peluang pasar domestik maupun ekspor. Untuk pasar domestic Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan domestik dan bersaing dengan komoditas impor. Negara tujuan ekspor komoditas Indonesia antara lain Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, China, Jepang, Spanyol dan Taiwan. Adanya upaya untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura merupakan solusi agar komoditas hortikultura Indonesia dapat bersaing dan lebih unggul dibandingkan komoditas impor serta bisa bersaing di pasar internasional. Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GPA) yaitu penanganan yang baik mulai pada on farm, panen, pasca panen dan pemasaran, penataan rantai pasok, meningkatkan kemitraan usaha dan peningkatan investasi di bidang hortikultura. Selain itu produk hortikultura dalam negeri harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor. Hal tersebut dapat dicapai dengan upaya promosi peningkatan kesadaran mengkonsumsi produk hortikultura dalam negeri. Tabel 2. Perkembangan Ekspor Hortikultura pada Tahun Komoditas Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Buah-buahan Sayuran Tanaman Hias Biofarmaka Jumlah Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2009) Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008 [18 Agustus 2010] 2

16 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara umum terjadi peningkatan volume dan nilai ekspor dari tahun 2007 sampai Berdasarkan data diperoleh informasi bahwa volume ekspor mengalami peningkatan sebesar 9,13 persen pada tahun Nilai ekspor pada tahun 2007 sebesar US$ 57 juta meningkat menjadi US$ 77 juta atau meningkat sebesar 34,97 persen pada tahun Peningkatan ekspor hortikultura ini disebabkan terjadinya peningkatan produksi hortikultura yang didukung dengan pertambahan luas areal tanam maupun areal panen, berkembangnya penerapan teknologi produksi, semakin intensifnya bimbingan dan fasilitasi kepada petani dan pelaku usaha, semakin baiknya manajemen usaha, serta adanya penguatan modal dan kelembagaan agribisnis (Ditjen Hortikultura, 2009). Adanya peningkatan ekspor hortikultura mendorong peningkatan sumbangan bagi devisa negara. Tabel 3. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun Komoditas Luas Panen (ribu Ha) Produksi (juta ton) Produktivitas (juta ton/ribu Ha) Sayuran 1007,8 964,1 9,4 9,1 0,0093 0,0094 Buah-buahan 728,2 759,9 16,2 16,8 0,0222 0,0221 Tanaman Hias 2,5 2,7 189,9 214,1 75,96 79,3 Biofarmaka 23,5 24,8 0,4 0,5 0,017 0,02 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 3 Tabel 3 menjelaskan bahwa terjadi peningkatan yang cukup baik untuk luas panen, produksi dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia tahun Komoditas hortikultura yang cukup baik perkembangannya adalah tanaman hias. Pada tahun 2007 tanaman hias mengalami perkembangan produksi yang cukup baik yaitu sekitar 12,7 persen dibandingkan tahun Jika dilihat dari segi luas panen tanaman hias mengalami peningkatan sebesar 8 persen. Produktivitas tanaman hias juga mengalami peningkatan yang baik dari tahun 2006 sampai 2007 yaitu sebesar 3,34 juta ton/ha atau sekitar 4,39 persen. Adanya peningkatan ini menunjukkan bahwa tanaman hias mengalami peningkatan yang 3 Data dan Statistik. Luas Panen dan Produksi [18 Agustus 2010] 3

17 cukup signifikan dan memegang peranan penting dalam subsektor hortikultura pada khususnya dan sektor pertanian pada umumnya. Proporsi permintaan dunia terhadap tanaman hias (florikultura) terdiri atas 55 persen bunga potong, 5 persen anggrek dan sisanya tanaman hias daun. Hal ini menunjukkan bahwa bunga potong menempati proporsi permintaan pasar yang paling tinggi dibandingkan tanaman hias daun. Di Indonesia proporsi komposisi permintaan florikultura terdiri atas 60 persen untuk tanaman hias daun, 25 persen anggrek dan bunga potong hanya 15 persen (Bank Indonesia 2002) 4. Kondisi tersebut memperlihatkan adanya kontradiksi antara proporsi permintaan bunga potong dunia (55 persen) dengan proporsi permintaan bunga potong di Indonesia (15 persen). Berdasarkan data tersebut maka Indonesia mempunyai peluang untuk meningkatkan nilai ekspor florikultura Indonesia khususnya bunga potong. Peluang tersebut bisa diraih dengan mengarahkan pada produksi dan pengembangan bunga potong di Indonesia. Usaha budidaya tanaman hias seperti krisan, mawar, anyelir dan anthurium dilakukan oleh pelaku usaha berskala kecil, menengah dan besar dengan segmentasi pasar yang berbeda. Pelaku usaha kecil dan menengah umumnya berorientasi memenuhi segmen pasar domestik sedangkan pelaku usaha berskala besar membidik segmen pasar yang lebih besar yaitu pasar internasional. Adanya perbedaan segmen dan orientasi pasar diantara ketiga pelaku usaha tersebut tidak terlepas dari kemampuan menghasilkan produk dengan kualitas sesuai dengan persyaratan dan standar dari pasar yang dimasuki. Pasar internasional menerapkan standar mutu yang lebih tinggi dengan imbalan insentif harga yang lebih tinggi dibandingkan pasar domestik. Oleh karena itu, pelaku usaha berskala besar biasanya mengadopsi teknologi modern sesuai dengan kemampuan modalnya agar bisa memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Sementara pelaku usaha kecil yang umumnya memiliki keterbatasan modal hanya menerapkan teknologi sederhana dalam usaha produksinya. Tabel 4 memperlihatkan produksi tanaman hias di Indonesia selama tahun Hortikultura [12 Agustus 2010] 4

18 Tabel 4. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode Komoditas Produksi (Tangkai) Mawar Krisan Anggrek Anthurium Anyelir Gerbera Gladiol Heliconia Sedap Malam Dracaena 1 ) Melati 2 ) Palem 3 ) Keterangan: 1) Satuan dalam batang 2) Satuan dalam kg 3) Satuan dalam pohon Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2009) 5 Dari Tabel 4 dapat dilihat produksi berbagai tanaman hias memperlihatkan tren yang berbeda dari tahun 2003 sampai tahun Perkembangan produksi berbagai bunga di daerah Indonesia tidak konsisten dari waktu ke waktu, kadang cenderung mengalami peningkatan dan kadangkala mengalami penurunan atau kontraksi produksi. Naik turunnya produksi bunga tersebut menunjukkan usaha bunga mempunyai risiko dalam pengusahaannya. Salah satu penyebab adanya variasi produksi berbagai bunga disebabkan perbedaan teknologi yang diadopsi yang digunakan dalam proses produksi serta faktor eksternal seperti kondisi lingkungan. Contohnya bunga krisan dan anyelir yang membutuhkan perawatan yang cukup intensif dalam pemeliharaannya. Kedua tanaman hias ini sangat rentan terhadap perubahan cuaca yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman sehingga tidak tumbuh optimal. Oleh karena itu budidaya bunga ini menggunakan shading house (rumah lindung). Penggunaan rumah ini bertujuan untuk melindungi tanaman dari perubahan suhu, terpaan angin, curah hujan yang berlebihan serta hama yang mengganggu tanaman. Berbeda halnya dengan bunga melati yang umumnya diusahakan cukup di lapangan terbuka dengan teknologi yang masih sederhana. Bunga melati 5 Data Statistik Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode [18 Agustus 2010] 5

19 merupakan tanaman tahunan dan dapat berproduksi sepanjang tahun. Bunga ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada setiap dataran karena memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tumbuh. Peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman hias guna memenuhi kebutuhan domestik maupun luar negeri agaknya tetap terbuka lebar bagi para pengusaha yang berminat untuk melirik tanaman hias sebagai bidang usaha. Seiring dengan permintaan tanaman hias yang semakin meningkat maka peluang agribisnis tanaman hias perlu untuk terus dikembangkan. Demikian juga dengan permintaan tanaman hias berorientasi ekspor terus meningkat, namun quota permintaan sulit dipenuhi karena keterbatasan jumlah dan luas produksi serta kurang terjamin kualitas dan kontinuitas. Tabel 5 memperlihatkan produktivitas berbagai tanaman hias di Indonesia pada periode Tabel 5. Produktivitas Berbagai Tanaman Hias di Indonesia Periode Komoditas Produktivitas (tangkai/m 2) Standar Koefisien Deviasi Variasi Gerbera 9,05 21,28 7,28 4,92 5,09 6,79 0,71 Gladiol 9,08 18,27 6,52 4,59 3,88 5,84 0,69 Anyelir 9,39 13,06 5,22 4,14 3,90 3,98 0,56 Krisan 13,11 17,94 6,90 6,05 6,35 5,27 0,52 Melati 1 ) 1,27 2,94 5,05 2,18 4,60 1,60 0,50 Mawar 16,69 16,41 9,01 5,88 10,15 4,76 0,41 Dracaena 2 ) 5,73 5,52 9,38 5,96 5,76 1,63 0,25 Anggrek 5,58 3,55 6,95 4,80 5,92 5,27 0,24 Sedap Malam 4,46 6,17 6,51 5,51 8,20 1,38 0,22 Palem 3 ) 1,18 1,15 1,71 1,60 1,82 0,31 0,21 Anthurium 4,79 6,21 5,00 3,61 5,55 0,97 0,19 Heliconia 3,68 4,27 4,62 4,48 5,25 0,57 0,13 Keterangan: 1) Satuan dalam kg/m 2 2) Satuan dalam batang/m 2 3) Satuan dalam pohon Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2009) 6 (diolah) Tabel 5 memperlihatkan bahwa terdapat variasi produktivitas tanaman hias yang diproduksi di Indonesia. Adanya variasi produktivitas menunjukkan terjadinya volatilitas atau fluktuasi dalam usaha produksi tanaman hias. Hal ini mengindikasikan adanya risiko pada usaha tanaman hias. Komoditas yang memiliki risiko yang paling tinggi adalah gerbera. Tingginya risiko usaha 6 Data Satistik Rata-Rata Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode [18 Agustus 2010] 6

20 budidaya bunga gerbera atau hebras (bunga potong) diakibatkan perlunya perawatan yang intensif dalam proses produksinya. Berbeda dengan bunga heliconia (pisang-pisangan) yang cenderung mudah diusahakan dengan teknologi sederhana dan berkembangbiak dengan cepat melalui akar rimpang. Hal inilah yang menyebabkan pengusahaan bunga tersebut memiliki risiko yang paling kecil. Tabel 6. Produksi Tanaman Hias di Beberapa Provinsi (Tangkai) pada Tahun 2008 Provinsi Anggrek Krisan Mawar Sedap Malam Sumatera Utara Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Kalimantan Barat Sulawesi Utara Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) Tabel 6 memperlihatkan bahwa provinsi Jawa Barat merupakan sentra produksi bunga krisan dan anggrek yang paling tinggi produksinya di Indonesia dibandingkan beberapa provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan Jawa Barat memiliki kondisi tanah dan iklim yang cocok untuk pengembangan bunga krisan dan anggrek. Selain itu, permintaan pasar akan bunga rata-rata cenderung meningkat tiap tahunnya yang menyebabkan pengusaha tanaman hias di daerah Jawa Barat memperbesar skala usahanya. Di samping itu, pertumbuhan masyarakat dan perkembangan hotel-hotel, perumahan, perkantoran, restoran, mall (pusat perbelanjaan), dan rumah sakit, serta dekorator dalam memenuhi keindahan dan kesegaran ruangan juga ikut mendorong munculnya pengusahapengusaha penghasil tanaman hias di Jawa Barat. PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang tanaman hias yang terletak di Jawa Barat. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang cukup berhasil dalam menjalankan usahanya dan menjadi salah satu perusahaan yang terbesar di Bogor. PT Saung Mirwan melakukan diversifikasi dalam usahanya yaitu mengusahakan lebih dari satu komoditas bunga. Komoditas tanaman hias PT Saung Mirwan adalah bunga krisan kalandiva, khalanchoe dan kastuba. Produksi bunga krisan pot di PT Saung Mirwan pada tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat pada Tabel 7. 7

21 Tabel 7. Produksi Bunga Krisan Pot di PT Saung Mirwan pada Tahun 2006 dan 2007 dengan luas lahan m 2 Bulan Produksi (pot) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Standar Deviasi 1.516, ,58 Koefisien variasi 0,19 0,24 Sumber: PT Saung Mirwan (2010) (diolah) Data pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa ternyata PT Saung Mirwan menghadapi risiko yang lebih besar pada tahun 2007 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari semakin tingginya nilai standar deviasi dan koefisien variasi pada tahun Dari uraian di atas diketahui bahwa usaha tanaman hias memiliki risiko dalam pengusahaannya. Risiko yang dihadapi dalam usaha bunga antara lain risiko teknis (produksi) dan risiko pasar. Sumber risiko teknis dalam usaha tanaman hias antara lain kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan hama penyakit yang sulit diprediksi sebelumnya serta efisiensi penggunaan input. Selain risiko produksi usaha tanaman hias juga dihadapkan pada risiko harga. Sumber risiko harga antara lain fluktuasi harga bibit, pupuk, obat-obatan dan harga jual tanaman hias di pasaran. Adanya risiko produksi dan risiko harga tersebut akan mempengaruhi keberhasilan dan keuntungan yang diterima usaha tanaman hias. Strategi pengelolaan risiko yang bertujuan menekan dampak risiko dalam usaha bunga menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu penelitian mengenai risiko usaha tanaman hias penting untuk dilakukan. 8

22 1.2. Perumusan Masalah PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan florikultura yang sedang berkembang. Pada awalnya perusahaan ini hanya mengusahakan bunga krisan pada tahun Sejak tahun 1999 PT Saung Mirwan mulai melakukan diversifikasi yaitu memproduksi beraneka ragam komoditas bunga selain krisan antara lain kalandiva, kalanchoe dan kastuba. Upaya diversifikasi yang dilakukan perusahaan ini adalah dalam rangka merespon pasar. Artinya komoditas yang diusahakan ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar yang selalu berubah sesuai dengan tren atau selera pasar. Data permintaan komoditas bunga PT Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data Permintaan Komoditas Bunga PT Saung Mirwan Tahun Komoditas Permintaan (pot) Krisan Kalandiva Kalanchoe Kastuba Sumber: PT Saung Mirwan (2010) Seperti telah dijelaskan pada latar belakang bahwa pengusahaan bunga mengandung risiko baik risiko teknis maupun risiko pasar. Setiap jenis bunga memiliki karakteristik yang khas sehingga tiap jenis bunga menghadapi jenis dan sumber risiko yang berbeda. Mengusahakan berbagai jenis bunga akan menentukan jenis dan sumber risiko yang dihadapi. Menjadi pertanyaan pada penelitian ini adalah apa yang menjadi sumber-sumber risiko yang dihadapi PT Saung Mirwan dalam mengusahakan berbagai jenis bunga? Secara teoritis diversifikasi merupakan manajemen strategi untuk menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau asset (Harwood et al. 1999). Seperti telah dijelaskan di atas bahwa upaya diversifikasi yang dilakukan PT Saung Mirwan pada dasarnya bertujuan untuk merespon pasar. Oleh karena itu timbul pertanyaan lain yang akan dijawab pada penelitian ini yaitu sejauh mana hubungan diversifikasi yang dilakukan PT Saung Mirwan dalam rangka merespon pasar dikaitkan dengan upaya menurunkan risiko? 9

23 1.3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh diversifikasi yang dilakukan PT Saung Mirwan dalam menekan risiko. Tujuan khusus penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi PT Saung Mirwan dalam mengusahakan berbagai jenis bunga. 2. Mempelajari hubungan antara diversifikasi usaha bunga dengan upaya menekan risiko Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak terkait, seperti: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan dalam mengambil kebijakan manajemen pengendalian risiko. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan mengenai manajemen risiko terkait dengan diversifikasi untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan Ruang Lingkup Penelitian 1. Produk yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba yang diusahakan oleh PT Saung Mirwan. 2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung kepada perusahaan dan data sekunder berupa data penjualan, harga jual dan data produksi bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba selama kurun waktu tahun 2009 sampai Oktober Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis manajemen risiko dikaitkan dengan diversifikasi yang diterapkan oleh PT Saung Mirwan pada usaha bunga krisan, kalandiva, kalanchoe dan kastuba. 10

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Sumber-sumber penyebab risiko pada usaha produksi pertanian sebagian besar disebabkan faktor-faktor teknis seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Sumbersumber risiko tersebut merupakan sumber risiko teknis (produksi). Dilihat dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pada usaha pertanian digolongkan pada risiko pasar yang mencakup fluktuasi harga input dan output. Risiko yang terkait dengan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan dengan industri lainnya. Ditinjau dari usaha peternakan risiko produksi merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil peternakan. Sebagai contoh, frekuensi hujan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat merusak tanaman, membuat ternak sakit, dan kerusakan lahan. Perubahan suhu udara yang drastis dapat mengakibatkan dampak besar pada ternak sepanjang tahun dan khususnya selama berkembang biak dan pada proses melahirkan. Adanya penyakit dapat mempengaruhi jumlah hewan pada bobot penyapihan dan jumlah ternak saat dipanen. Semua hal tersebut merupakan sumber-sumber risiko yang harus dipahami dengan baik dan dikelola jika sebuah perusahaan pertanian atau peternakan ingin berhasil. 7 Ditinjau dari usaha di bidang pertanian sebagian besar sumber risiko adalah kondisi iklim dan serangan hama dan penyakit. Hasil penelitian Ginting (2009) tentang Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor menyimpulkan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi produksi jamur antara lain kondisi iklim atau cuaca, hama penyakit, perawatan tanaman jamur beserta input yang digunakan dalam budidaya jamur. Variabel-variabel ini menyebabkan terjadinya fluktuasi produksi pada usaha produksi jamur tiram putih. Demikian juga hasil penelitian Wisdya (2009) yang menemukan bahwa faktor-faktor penyebab risiko produksi pada produksi anggrek Phalaeonopsis antara lain reject yang terdiri dari kontaminasi dalam pembibitan dengan teknik 7 Production Risk [2 September 2010] 11

25 kultur jaringan, serangan hama penyakit, virus, mutan, stagnan, dan kerusakan mekanis pada tanaman yang sulit diprediksi. Peluang untuk kondisi tertinggi, normal dan terendah diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali perusahaan mencapai persentase keberhasilan produksi dan pendapatan tertinggi, normal dan terendah selama periode siklus berlangsung. Faktor-faktor penyebab munculnya persentase keberhasilan produksi kondisi tertinggi dan terendah antara lain curah hujan, serangan hama dan penyakit dan kerusakan mekanis. Hasil penelitian Sembiring (2010) tentang analisis risiko produksi sayuran organik menemukan bahwa faktor yang menyebabkan timbulnya risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm adalah adanya teknologi yang tidak seimbang serta. Selain itu sumber risiko juga berasal dari lingkungan eksternal budidaya seperti human error yang timbul mulai dari penanaman bibit sehingga mengakibatkan timbulnya tingkat kematian atau mortalitas tanaman yang juga disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca atau iklim yang tidak pasti. Hal yang sama juga diperoleh Utami (2009) yang meneliti sumber-sumber risiko produksi bawang merah yang menyebabkan fluktuasi produksi. Sumbersumber risiko antara lain faktor iklim dan cuaca yang sering berubah-ubah, faktor hama dan penyakit, tingkat kesuburan tanah dan efektivitas penggunaan input. Komponen terpenting variabel input pada usahatani bawang merah adalah bibit, pupuk, obat-obatan serta tenaga kerja. Berbeda halnya dengan risiko yang terdapat pada pengusahaan udang vanname yang pengadaan induknya dilakukan dengan impor. Risiko usaha ini cukup kompleks sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lestari (2009) yang menyimpulkan sumber-sumber risiko pada usaha pembenihan udang vannamei adalah risiko operasional dan risiko pasar. Sumber-sumber risiko operasional antara lain pengadaan induk udang vannamei yang didatangkan dari Hawaii, Amerika Serikat dengan tingkat risiko sekitar tiga persen. Hal ini disebabkan induk yang didatangkan oleh perusahaan harus melewati proses karantina terlebih dahulu sehingga bisa menimbulkan kegagalan dalam birokrasi. Selain itu sering ditemukan kasus induk udang vannamei yang mengalami stress dikarenakan proses distribusi yang memakan waktu dan adanya perbedaan suhu yang relatif besar antara Negara asal udang dan Indonesia. Selain itu sumber risiko 12

26 operasional adalah faktor penyakit, cuaca, mortalitas dan kerusakan pada peralatan teknis. Sumber risiko pasar pada pembenihan udang vannamei adalah fluktuasi harga induk, fluktuasi harga pakan dan fluktuasi harga benih. Diinjau dari segi non-teknis sumber-sumber risiko pasar pada usaha pertanian mencakup fluktuasi harga input dan output. Sementara itu Firmansyah (2009) dalam penelitiannya tentang risiko portofolio pemasaran sayur organik pada perusahaan Permata Hati Organic Farm mengungkapkan ketidakpastian pesanan merupakan sumber utama risiko pasar yang dihadapi perusahaan. Hal yang sama juga ditemukan Sari (2009) yang meneliti tentang risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar di Indonesia. Hasil analisis risiko harga pada kedua komoditas tersebut menunjukkan bahwa fluktuasi harga tidak terlepas dari pengaruh permintaan dan penawaran di pasar. Harga cabai merah biasanya naik pada akhir tahun dimana banyak perayaan hari-hari besar keagamaan sepert lebaran, natal dan tahun baru. Harga rendah terjadi pada bulan-bulan Mei hingga Agustus dimana pada saat tersebut terjadi oversupply diakibatkan adanya panen serentak lahan pertanian cabai Indonesia. Dari penelitian-penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi sumber-sumber risiko yaitu faktor cuaca, hama dan penyakit, kerusakan teknis/mekanis, efektivitas penggunaan input, harga bibit komoditas serta harga jual komoditas. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko pada pengusahaan bunga yang diteliti dalam penelitian ini Metode Analisis Risiko Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis seperti Variance, Standard Deviation dan Coefficient Variation (Elton dan Gruber 1995). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Semakin kecil nilai ketiga indikator tersebut mencerminkan semakin rendah risiko yang dihadapi. Ketiga metode analisis risiko ini digunakan dalam penelitian Ginting (2009) tentang Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor menggunakan expected return. Metode penilaian yang sama juga dilakukan oleh Wisdya (2009) yaitu koefisisen variasi 13

27 (coefficient variation), ragam (variance) dan simpangan baku (standard deviation) pada penelitiannya tentang Analisis Risiko Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian Utami (2009) risiko produksi bawang merah sama dengan yang dilakukan oleh Ginting dan Wisdya yaitu menggunakan Variance, Standard deviation dan Coefficient Variation. Utami menambah alat analisis pada penelitiannya yaitu mempergunakan analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis penawaran. Berbeda halnya dengan penelitian Lestari (2009) tentang risiko dalam usaha pembenihan udang Vannamei (Litopenaus vannamei). Metode analisisnya adalah mengidentisikasi sumber risiko yang dihadapi perusahaan, mengklasifikasi sumber risiko ke dalam peta risiko dan mengidentifikasi strategi penanganan risiko yang dihadapi perusahaan. Metode penelitian yang digunakan oleh Lestari ini menghasilkan sumber-sumber risiko secara spesifik dalam pengusahaan udang Vannamei. Pengukuran probabilitas dilakukan dengan analisis nilai standar (analisis z-score). Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Metode analisis risiko yang digunakan oleh Firmansyah (2009) dalam penelitiannya tentang risiko portofolio pemasaran sayuran organik menggunakan single-index portofolio dengan bantuan software SPSS. Metode penelitian yang berbeda dari metode penelitian yang diuraikan sebelumnya diperkenalkan oleh Sari (2009) yang meneliti risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar. Metode analisis risiko yang digunakan adalah model ARCH GARCH dan perhitungan VaR (Value at Risk) Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko dalam pertanian (Kaan 2002) antara lain 1) mengurangi risiko dalam operasi, misalnya diversifikasi produk, 2) transfer atau pengalihan risiko di luar operasi, misalnya kontrak produksi dan 3) membangun kemampuan operasi untuk bertahan dari adanya risiko, misalnya memelihara aset lancar. 14

28 Hal yang sama ditemukan oleh Wisdya (2009) yang mengemukakan bahwa strategi penanganan risiko produksi anggrek Phalaeonopsis pada PT EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Alternatif untuk menangani risiko produksi dapat dilakukan dengan diversifikasi (portofolio) pada lahan yang berbeda dan secara tumpang sari tetapi dalam waktu yang sama. Adanya diversifikasi akan mengakibatkan risiko dapat diminimalkan tetapi tidak dapat dihilangkan seluruhnya atau menjadi nol. Alternatif lain untuk meminimalkan risiko produksi adalah kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen dan usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot (untuk menampung hasil produk yang reject). Lestari (2009) mengemukakan strategi preventif risiko pada usaha pembenihan udang vannamei yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber daya manusia serta dengan melakukan kontrak pembelian dengan pemasok pakan. Strategi mitigasi risiko yang dilakukan perusahaan melalui kegiatan pengendalian penyakit dan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat. Strategi yang berbeda dikemukakan oleh Firmansyah (2009) yang meneliti risiko portofolio pemasaran sayuran organik. Strategi pengelolaan risiko portofolio pemasaran sayuran organik adalah menjaga kestabilan pesanan produk agar berada pada kondisi penjualan normal atau bahkan tinggi yaitu dengan cara memperbanyak agen atau distributor. Selain itu perusahaan bisa menjalin kerjasama dengan supermarket-supermarket yang ada atau toko-toko khusus yang menjual sayuran organik agar penjualan produk konstan dan kontinyu. Sementara itu Sari (2009) mengemukakan strategi pengendalian risiko harga cabai merah harus terdapat integrasi yang baik antara tiga pihak yaitu petani, penjual dan pemerintah. Strategi pengendalian risiko harga cabai merah yang dapat dilakukan oleh petani antara lain penentuan masa tanam cabai yang tepat, diversifikasi tanaman, rotasi tanaman, pembuatan produk olahan cabai dan sistem kontrak. Penjual dapat melakukan strategi pengendalian risiko harga cabai merah dengan 15

29 cara menjual cabai pada industri makanan, dan pengeringan cabai untuk mencegah jatuhnya harga akibat oversupply. Peran pemerintah dalam pengendalian risiko cabai merah dapat dilakukan dengan cara pembentukan atau pengaktifan koperasi dan kelompok tani, pengaturan pola produksi dan penyuluhan yang efektif. Terdapat persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Metode analisis risiko yang dipergunakan pada penelitian Ginting (2009), Wisdya (2009) dan Utami (2009) dengan menggunakan Variance, Coefficient Variance, dan Coefficient Variance juga digunakan dalam penelitian ini. Perbedaan terletak pada komoditas yang diteliti yang diperbanyak dengan melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko. 16

30 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut Konsep Risiko dan Ketidakpastian Risiko dan ketidakpastian merupakan dua istilah yang merupakan dasar dalam framework pengambilan keputusan. Menurut Hardaker (1997) risiko bisa didefinisikan sebagai pengetahuan yang tidak sempurna (imperfect knowledge) dimana peluang dari hasil (outcome) diketahui sedangkan ketidakpastian merupakan kondisi dimana peluang tidak diketahui. Istilah risiko sangat identik dengan ketidakpastian. Kadang orang mempertukarkan antara istilah risiko dengan ketidakpastian. Risiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil usaha atau akibat dari adanya usaha-usaha tertentu. Menurut Djohanputro (2008) perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah bahwa risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat probabilitasnya terukur secara kuantitatif. Ketidakpastian atau uncertainty merupakan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian di mana tingkat probabilitas kejadian tidak diketahui secara pasti. Menurut Kountur (2004) risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Ketidakpastian yang dihadapi perusahaan bisa berdampak merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi member dampak yang merugikan maka hal tersebut dikenal dengan istilah kesempatan (opportunity). Jika kepastian berdampak merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk). Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya 17

31 pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Menurut Umar (2001) risiko adalah (a) kesempatan timbulnya kerugian, (b) probabilitas timbulnya kerugian, (c) ketidakpastian, (d) penyimpangan aktual dari yang diharapkan, (e) terjadi jika probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan. Menurut Elton dan Gruber (1995) The existence of risk means that the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in any assets. Risiko yang dimaksud merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan, probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return), kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari return yang diharapkan (expected return) atau dengan kata lain kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Dalam analisis investasi, risiko berarti kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan, dan standar deviasi adalah alat statistik yang bisa mengukur risiko, selain itu probabilitas atau peluang bisa juga mengukur risiko. Dengan adanya peluang bisa diketahui kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan secara alamiah setiap orang atau organisasi dalam sebuah bisnis akan mengelola risiko yang bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme pengelolaan risiko dengan tujuan menghindari perusahaan dari kerugian Dampak Risiko Usaha produksi pertanian mengharapkan hasil atau panen sesuai dengan yang diharapkan. Risiko mengakibatkan adanya perbedaan hasil yang diterima dengan yang diharapkan yang bersifat merugikan. Adanya variabilitas dari hasil yang diharapkan memperlihatkan adanya risiko dalam mencapai tujuan. Salah satu kejadian yang berkaitan dan bersifat tidak pasti (unsure) adalah risiko produksi. Sumber-sumber mayor risiko produksi adalah cuaca, hama, penyakit, dan interaksi teknologi dengan karakteristik manajemen, genetik, efisiensi mesin, 18

32 dan kualitas input yang digunakan. Api, angin, pencurian, dan kecelakaan lainnya juga merupakan penyebab risiko produksi. 8 Menurut Kountur (2008) risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi yaitu: a. Risiko dari Sudut Pandang Penyebab Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, tingkat bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor nonkeuangan seperti manusia, teknologi dan alam. b. Risiko dari Sudut Pandang Akibat Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan. c. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas Menurut Kountur (2008) banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit. d. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran. Dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantisipasi dan ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan kerugian dalam skala luas. Dampak risiko dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan yaitu: 8 After National Crop Insurance Services Crop Insurance and Risk Managemen Primer, Risk Overview [2 September 2010] 19

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR SKRIPSI HELENTINA SITUMEANG H34096040 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Florikultura Agribisnis secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari empat subsistem yang terintegrasi secara fungsional. Sub-sistem pertama adalah agribisnis hulu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN 1 RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Studi Kasus: Usaha Rimba Jaya Mushroom, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI ERCILIA SITUNGKIR H34096030

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Memahami konsep risiko secara luas merupakan dasar yang sangat penting untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk pertanian ini diharapkan

Lebih terperinci

30% Pertanian 0% TAHUN

30% Pertanian 0% TAHUN PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci