ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR SKRIPSI HELENTINA SITUMEANG H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 RINGKASAN HELENTINA SITUMEANG. Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan NARNI FARMAYANTI). Indikasi adanya risiko produksi pada suatu usaha dapat dilihat dari fluktuasi produktivitas yang dihasilkan. Petani cabai merah keriting yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng juga mengalami risiko. Fluktuasi produktivitas cabai merah keriting yang dialami oleh petani Pondok Menteng mengindikasikan adanya risiko produksi pada cabai merah keriting. Oleh karena itu sangat penting untuk dikaji sumber dan tingkat risiko yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng dalam usahatani cabai merah keriting serta strategi dalam menangani risiko tersebut. Berdasarkan kondisi yang ada, penulisan skripsi ini bertujuan dalam menganalisis risiko produksi pada usahatani cabai merah keriting. Seperti mengidentifikasi sumber-sumber penyebab risiko dan menganalisis risiko produksi tanaman cabai merah keriting pada kelompoktani Pondok Menteng serta merumuskan strategi yang sesuai dalam penanganan risiko tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani Pondok Menteng diketahui bahwa faktor-faktor risiko yang paling potensial dihadapi dalam budidaya tanaman cabai merah keriting meliputi hama dan penyakit, kondisi cuaca dan iklim, tenaga kerja dan kondisi tanah. Alat analisis yang digunakan dalam melakukan pengukuran risiko yang dihadapi tanaman cabai merah keriting yaitu variance, standard deviation dan coefficient variation. Hasil perhitungan yang akan digunakan adalah hasil perhitungan coefficient variation karena telah memperhitungkan berdasarkan penerimaan. Dari hasil perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng dalam usahatani cabai merah keriting yaitu 0,5. Artinya untuk setiap satu kilogram cabai merah keriting yang dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0,5 kg pada saat terjadi risiko produksi. Oleh karena itu dalam manajemen risiko, setelah mengidentifikasi sumber risiko dan melakukan pengukuran risiko maka dilakukan penanganan terhadap risiko. Strategi pengelolaan risiko tanaman cabai merah keriting yang dilakukan meliputi dua hal yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu dengan melakukan perawatan secara rutin dan terencana mulai dari penyemaian sampai panen. Sedangkan strategi mitigasi yakni diversifikasi tidak begitu menguntungkan karena dari hasil perhitungan portofolio besaran risiko yang dihasilkan sama yaitu sebesar 0,5. ii

3 ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR HELENTINA SITUMEANG H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iii

4 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. : Helentina Situmeang : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Narni Farmayanti, MSc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : iv

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Helentina Situmeang H v

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Juni 1988 di Desa Hutaraja, Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara, anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Kennedy Situmeang dan Ibu Serpita Batubara. Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1994 dilaksanakan di Sekolah Dasar no Hutaraja, dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama no. 2 Siborongborong dan lulus pada tahun Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan pada tahun 2006 di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Siborongborong. Pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa di Program Keahlian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Manufaktur/ Jasa, Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dan lulus pada tahun Penulis diterima di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur regular pada tahun vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko yang dihadapi para petani pada usahatani cabai merah keriting di kelompoktani Pondok Menteng. Analisis risiko juga dilakukan dengan memberikan strategi penanganan risiko yang sesuai dengan keadaan petani. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan skripsi ini, walaupun demikian penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Oktober 2011 Helentina Situmeang vii

8 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing, atas bimbingan, arahan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Rahmat Yanuar, SP, Msi yang telah menjadi dosen penguji utama dalam sidang saya. 3. Arif Karyadi, SP selaku perwakilan komisi akademik dalam penyempurnaan skripsi saya serta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 4. Dian Saputra yang bersedia menjadi pembahas seminar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta, kasih dan doa yang diberikan. Semoga skripsi ini menjadi persembahan yang terbaik. 6. Pihak gabungan kelompoktani Rukun Tani dan khususnya petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan VII atas semangat dan motivasi selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya. Bogor, Oktober 2011 Helentina Situmeang viii

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah Sumber-sumber Risiko Agribisnis Metode Pengukuran Agribisnis Strategi Pengelolaan Agribisnis.. 15 III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Risiko Produksi Sumber Risiko dan Akibatnya Pengukuran Risiko Strategi Pengelolaan Risiko Risiko Portofolio Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Kuantitatif Analisis Deskriptif Analisis Manajemen Risiko Identifikasi sumber-sumber Risiko Pengukuran Risiko Strategi Penanganan Risiko Preventif Strategi Penanganan Risiko Mitigasi Defenisi Operasional V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Perkembangan Kelompoktani Pondok Menteng Lokasi dan Kondisi Kelompoktani Karakteristik Tanah, Iklim dan Topograpi xi xii xiii ix

10 5.3 Aspek Sumber Daya Kelompoktani Sumber Daya Manusia Organisasi dan Manajemen Kelompoktani Pola Tanam Teknis dan Teknologi Produksi Pengolahan Lahan Penanaman Pemeliharaan Panen dan Pasca Panen Pengeluaran usahatani Pemasaran VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Risiko Produksi Penilaian Risiko Produksi cabai Merah Keriting Strategi Penanganan Risiko VII. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Sektor Pertanian Tahun Produksi dan Luas Panen Hortikultura di Indonesia Luas Lahan Panen, Produktivitas dan Produksi Sayur di Indonesia Tahun Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode Luas Lahan, Produktivitas dan Produksi Cabai di Jawa Tahun Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai di Kabupaten Bogor Tahun 2007 sampai Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Utama Sayuran di Kecamatan ciawi pada Tahun Jenis Usaha Kelompoktani pada Gapoktan Rukun Tani Luas Lahan Sawah dan Luas Lahan Darat Kelompoktani Pondok Menteng Rata-rata Produktivitas Cabai Merah Keriting dan Peluang Yang Dihadapi Kelompoktani Pondok Menteng, Hasil Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Penerimaan Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Penerimaan pada Cabai Merah Keriting, Sawi dan Portofolio Cabai Merah Keriting dan Sawi xi

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Produktivitas Cabai Merah Keriting Kelompoktani Pondok Menteng Kerangka Pemikiran Operasional Sistem Pemasaran Cabai Merah Keriting Kelompoktani Pondok Menteng 43 xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jenis Usaha/ Komoditi yang Diusahakan Oleh Gapoktan (2010) Fasilitas Usahatani yang Dimiliki Oleh Gapotan Rukun Tani Struktur Organisasi Rukun Tani Data Dasar Gapoktan Rukun Tani Pola Tanam Komoditi Cabai Merah Keriting di Kelompoktani Pondok Menteng Gambar Plot Tanam Cabai Merah Keriting yang Diterapkan Di Kelompoktani Pondok Menteng Komponen Biaya Usahatani Cabai Merah Keriting per Periode Tanam per Satu Hektar di Desa Citapen Hama dan Penyakit yang Menyerang Cabai Merah Keriting Di Kelompoktani Pondok Menteng Perhitungan Nilai Variance, Expected Return dan Coefficient Variation pada Cabai Merah Keriting Perhitungan Nilai Variance, Expected Return dan Coefficient Variation pada Sawi Tabel Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Cabai Merah Keriting dan Sawi xiii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah sumber mata pencaharian utama dari sebagian besar masyarakat Indonesia. Sektor pertanian melalui komoditaskomoditas yang dihasilkannya mempunyai potensi besar dalam meningkatkan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Hal ini didukung oleh peranan sektor pertanian terhadap PDB Indonesia mengalami pertumbuhan dari 14,5 persen pada tahun 2008 menjadi 15,3 persen pada tahun PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui peranan subsektor pertanian khususnya komoditi hortikultura terhadap pendapatan nasional. Beberapa produk pertanian Indonesia merupakan produk-produk andalan ekspor, oleh karena itu upaya peningkatan dan pengembangan produk pertanian diharapkan dapat meningkatkan stabilitas ekonomi. Salah satu sektor pertanian yang menjadi pusat perhatian adalah sektor hortikultura. Peningkatan nilai impor pada sektor hortikultura mengindikasikan adanya kegagalan dalam memenuhi permintaan dalam negeri sehingga melakukan impor. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan nilai impor dari tahun 2008 sampai tahun 2009 untuk setiap sub sektor pertanian cenderung menurun, hal ini juga diikuti oleh penurunan nilai ekspor. Berbeda dengan sub sektor-sub sektor yang lain sub sektor hortikultura mengalami peningkatan nilai impor dari tahun ke tahun sebesar 16,35 persen. Peningkatan impor di sub sektor hortikultura ini perlu dilakukan analisis, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan impor tersebut. Peningkatan impor tersebut selain disebabkan karena permintaan konsumen domestik yang lebih menyukai produk luar negeri juga disebabkan ketidakmampuan dalam memproduksi produk-produk hortikultura, seperti produksi menurun dan terjadinya gagal panen. Perkembangan nilai 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. Diakses 17 Maret

15 ekspor impor sektor pertanian Indonesia pada tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Sektor Pertanian Tahun No Sub Perkembangan (%) sektor Nilai (US$000) Nilai (US$000) 1 Tanaman pangan Ekspor Impor ,91-22,37 2 Hortikultura Ekspor ,48 Impor ,35 3 Perkebunan Ekspor ,14 Impor ,93 4 Peternakan Ekspor ,25 Impor ,32 Sumber : Kementerian Pertanian, 2010 (diolah) Hortikultura terbagi atas sub sektor seperti sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Beberapa produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman biofarmaka sangat berguna bagi kebutuhan tubuh seperti sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan lingkungan. Oleh karena itu produk-produk hortikultura perlu ditingkatkan maupun dikembangkan selain untuk memenuhi permintaan konsumen yang semakin meningkat juga karena berpotensi dalam meningkatkan penghasilan. Berdasarkan Tabel 2 semua sub sektor hortikultura mengalami peningkatan luas lahan yang diikuti dengan peningkatan produksi, kecuali pada sub sektor tanaman biofarmaka yang mengalami penurunan. Sayuran mengalami 2

16 pertumbuhan produksi sebesar 6,13 persen seiring peningkatan luas lahan sebesar 2,53 persen. Dengan kata lain persentase peningkatan luas lahan yang kecil diikuti dengan persentase peningkatan produksi yang lebih tinggi dan ini menandakan bahwa produktivitas sayuran nasional cukup baik. Tabel 2. Produksi dan Luas Panen Hortikultura di Indonesia No Uraian Tahun Pertumbuhan 1 Produksi Sayuran (Ton) ,13 Buah-buahan (Ton) ,32 Tanaman Hias (Tangkai) ,60 Tanaman Biofarmaka (Kg) ,22 2 Luas Panen Sayuran (Ha) 1, ,53 Buah-buahan (Ha) ,25 Tanaman Hias (m) ,36 Tanaman Biofarmaka (m) ,05 (%) Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009 Komoditi hortikultura yang menjadi bahan pangan penting yang dikonsumsi sehari-hari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah sayuran, sehingga diproduksi secara terus menerus. Sayuran merupakan komoditas hortikultura yang memiliki prospek potensial untuk dibudidayakan, karena mengalami pertumbuhan tertinggi kedua setelah tanaman hias dari segi luas dan produksi. hal ini juga karena pada umumnya pembudidayaan sayuran tergolong mudah dan sederhana. 2 2 Departemen Pertanian Prospek Tanaman Sayuran. 3

17 Tanaman hortikultura terutama sayuran mengalami perkembangan yang cukup baik dari tahun ke tahun baik, dari segi luasan panen, produktivitas dan produksi. Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Sayuran di Indonesia tahun Tahun Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) Produksi (ton) , , , , Sumber: BPS dan Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2009 (diolah) Berdasarkan Tabel 3 produksi sayuran Indonesia mengalami peningkatan dari tahun , dimana peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan luas panen yang cukup besar. Pada tahun 2007 terjadi penurunan sekitar 0,76 persen yaitu dari ton pada tahun 2006 menjadi ton pada tahun 2007, selanjutnya pada tahun 2008 mengalami peningkatan produksi sebesar 6,13 persen. Secara keseluruhan sayuran di Indonesia rata-rata mengalami peningkatan luas panen sebesar 2,86 persen yang diikuti oleh peningkatan produksi sebesar 3,34 persen dengan peningkatan produktivitas sebesar 0,52 persen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa produktivitas sayuran Indonesia dari tahun 2005 sampai 2008 mengalami kenaikan (Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2009). Hal ini sejalan dengan peningkatan konsumsi sayuran masyarakat Indonesia, dimana pada tahun 2007 sebesar 40,90 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2008 meningkat sebesar 51,31 kg/kapita/tahun (Deptan 2009). Adapun beberapa jenis sayuran meliputi bayam, kangkung, kol, buncis, kacang, tomat, cabai, bawang, nangka, labu siam, sayur asam dan pepaya. Perkembangan beberapa jenis sayuran dari segi produksi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. 4

18 Tabel 4. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode Komoditas Produksi (Ton) Perkembangan Sayuran * (%) Bawang Merah ,07 Cabai ,57 Daun Bawang ,30 Kembang Kol ,29 Kacang Merah ,98 Tomat ,51 Buncis ,17 Labu siam ,60 Kangkung ,50 Bayam ,39 Keterangan * Pertumbuhan tahun 2008 sampai tahun 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik (2009) Berdasarkan Tabel 4 beberapa jenis sayuran mengalami peningkatan produksi dan sebagian jenis sayuran juga mengalami penurunan produksi. Mulai dari kurun waktu 2008 ke 2009 beberapa sayuran seperti kembang kol, kacang merah, labu siam dan bayam mengalami penurunan, sedangkan jenis sayuran seperti bawang merah, cabai, daun bawang, tomat, buncis dan kangkung justru mengalami kenaikan, dan jenis sayuran yang mengalami pertumbuhan yang cukup baik adalah cabai yaitu meningkat sebesar 19,57 persen. Cabai merupakan produk hortikultura yang digolongkan kedalam empat kelompok yaitu cabai merah, cabai hijau, cabai kecil dan cabai hias. Cabai merah 5

19 terdiri dari cabai merah besar dan cabai merah keriting dan cabai merah merupakan jenis yang paling banyak diperdagangkan. Menurut Statistik Pertanian (2009) areal pertanaman cabai di Indonesia pada tahun 2008 adalah seluas ha atau sekitar 20,6 persen dari luas areal panen sayuran. Pada tahun 2009 luas panen komoditas cabai di Indonesia sebesar Ha dengan jumlah produksi sebesar dimana produktivitas mencapai 5,89 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal ini menunjukkan tanaman cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki prospek bagus untuk dikembangkan. Khusus untuk daerah Jawa produktivitas cabai merah pada tahun 2009 terbesar berada di daerah Jawa Barat yaitu 13,6 persen dengan luas lahan cabai sekitar ha dan produksi ton (BPS, 2010). Dari Tabel 5 dapat dilihat luas lahan, produksi dan produktivitas cabai di Pulau Jawa. Tabel 5. Luas Lahan, Produktivitas dan Produksi Cabai Merah di Jawa, 2009 No Propinsi Luas Lahan Produktivitas Produksi (ton) (ha) (ton/ha) 1 Jawa Barat , Jawa Tengah , DI Yogyakarta , Jawa Timur , Banten , Badan Pusat Statistik (BPS), 2010 Jawa Barat adalah salah satu propinsi sentra produksi cabai merah di Indonesia, yang menyebar dibeberapa kabupaten seperti Kabupaten Bogor. Komoditas unggulan di Kabupaten Bogor adalah buah-buahan seperti pisang, manggis raya, pepaya dan durian, sayuran seperti cabai, buncis, sawi dan tanaman hias seperti anggrek, dan agrasena. Budidaya cabai merah sudah dikenal cukup lama oleh para petani di Bogor. Usahatani cabai merah sampai saat ini masih 6

20 berorientasi pada produksi dan bukan pada permintaan pasar dan hal ini menyebabkan fluktuasi harga di pasar. Berdasarkan Tabel 6 peningkatan luas lahan cabai merah rata-rata sebesar 25,2 persen dan peningkatan produksi rata-rata sebesar 8,05 persen dengan produktivitas cabai merah mengalami penurunan sebesar 14,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan luas panen dan produksi cabai merah dari tahun 2007 sampai 2009 diiringi dengan penurunan produktivitas cabai merah. Hal ini menunjukkan adanya indikasi risiko produksi cabai merah yang terjadi di Kabupaten Bogor. Berikut perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas cabai merah di Kabupaten Bogor. Tabel 6. Luas panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Merah di Kabupaten Bogor Tahun 2007 Sampai 2009 Tahun Luas panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas , , ,25 (Ton/Ha) Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2010 (diolah) Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan, dimana Kecamatan Ciawi merupakan salah satu penghasil cabai merah keriting. Kecamatan Ciawi memiliki kemiringan yang relatif tinggi dari 5 persen sampai dengan 40 persen dengan tingkat kesuburan sedang sampai tinggi. Sedangkan curah hujan yang tinggi mengakibatkan udara sejuk alam pegunungan, hal ini di karenakan letaknya diapit oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Pangrango, Gunung Gede dan Gunung Salak. Karakteristik tanah dan iklim yang dimiliki oleh Kecamatan Ciawi tersebut sangat potensial dalam membudidayakan produk-produk hortikultura (Monografi UPT PTPHPK Wilayah Ciawi 2009). Beberapa komoditi utama di Kecamatan Ciawi yaitu bawang daun, kubis, wortel, cabai merah keriting dan tomat. Berikut pada Tabel 7 luas panen, produksi dan produktivitas komoditas utama sayuran di Kecamatan Ciawi. 7

21 Tabel 7. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Utama Sayuran di Kecamatan Ciawi Pada Tahun 2009 No Komoditas Luas panen (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 Bawang Daun ,50 98,9 2 Kubis ,76 201,2 3 Wortel Cabai Merah Keriting , Tomat Sumber: Statistik Pertanian, UPT PTPPHPK Wilayah Ciawi, 2009 Berdasarkan data pada Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa cabai merah keriting adalah komoditas unggulan di kecamatan Ciawi dengan luas panen 95 Ha, produksi 465,5 ton dan produktivitas 49 ton/ha. Kecamatan Ciawi terdiri dari 13 desa yang mayoritas penduduknya adalah petani, dimana salah satu desa yang sedang berusaha mengoptimalkan potensi daerahnya sendiri adalah Desa Citapen. Desa Citapen memiliki kondisi geografis yakni ketinggian tempat 450 sampai 700 diatas permukaan laut (DPL), ph Tanah 5,0 sampai 7,0 dan beriklim basah (BP3K Wilayah Ciawi, 2010). Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008) bahwa ketinggian tempat yang sesuai untuk pertumbuhan cabai merah keriting adalah 0 sampai 1000 meter dpl, dengan kondisi tanah yang gembur, subur, banyak mengandung bahan organik dan PH tanah antara 6 sampai 7. Oleh karena itu kondisi geografis yang dimiliki Desa Citapen sangat mendukung untuk pertumbuhan cabai merah keriting Komoditi cabai potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kenaikan harga cabai terutama disebabkan produksi cabai yang menurun, pasokan yang terbatas dan kegagalan panen. Kebutuhan akan cabai merah, diduga masih akan terus meningkat dengan pesat sejalan dengan kenaikan pendapatan dan jumlah penduduk sebagaimana terlihat pada tahun 2002, 8

22 2005 dan 2008 pola konsumsi masyarakat Indonesia terhadap cabai mengalami peningkatan, yaitu masing-masing sebesar 1,42 kg/tahun/kapita, 1,51 kg/tahun/kapita, dan 1,54 kg/tahun/kapita (Ditjen Hortikultura, 2009). Oleh karena itu produktivitas cabai merah harus ditingkatkan sehingga mampu mengimbangi peningkatan permintaan akan cabai merah. Sebagai tanaman pertanian kondisi alam sangat mempengaruhi keberlangsungan proses produksi cabai merah. Kondisi alam yang tidak dapat diprediksi, mudah berubah, sulit untuk diramalkan, dan tidak dapat dikendalikan menjadi suatu risiko bagi pelaku usaha dibidang pertanian. Faktor alam seperti perubahan suhu dan fluktuasi iklim atau cuaca merupakan suatu ketidakpastian yang menjadi variabel penyebab terjadinya risiko dalam usaha pertanian, dan risiko tersebut dapat terjadi pada kegiatan usahatani cabai merah. Faktor-faktor risiko inilah yang akan menjadi penghalang dalam pemenuhan permintaan akan cabai merah keriting. Oleh karena itu sangat penting untuk dianalisis risiko produksi cabai merah keriting karena berdampak pada kerugian yang harus ditanggung oleh petani, dalam kasus ini petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng Desa Citapen Perumusan Masalah Kelompoktani Pondok Menteng adalah salah satu anggota dari gabungan kelompoktani (Gapoktan) Rukun Tani yang berlokasi di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi. Gapoktan Rukun Tani terdiri dari 7 kelompoktani yaitu kelompoktani Pondok Menteng, Sukamaju, Bina Mandiri, Silih Asih, sawah Lega, Tani Jaya dan KWT Citapen Berkarya. Pada dasarnya gapoktan terbentuk karena kepentingan usaha petani agar lebih luas dan meningkat sehingga petani mempunyai posisi tawar yang kuat. Produk unggulan kelompoktani Pondok Menteng antara lain caisin, cabai merah keriting, tomat, dan kubis. Anggota kelompoktani Pondok Menteng yang aktif setiap tahun memproduksi cabai merah keriting ada 5 orang dengan kisaran masing-masing lahan cukup luas mulai 1 Ha sampai 5 Ha. Penanaman cabai merah keriting di kelompoktani Pondok Menteng hanya sekali setahun, karena waktu yang dibutuhkan mulai dari penyemaian, penanaman sampai panen adalah 6 bulan. 9

23 Menurut pengalaman petani Pondok Menteng lahan bekas tanaman cabai tidak bisa langsung ditanami cabai lagi karena akan menghadapi risiko yang besar seperti produksi gagal total. Setelah panen lahan diistirahatkan sekitar satu bulan kemudian ditanami komoditas lain seperti kacang-kacangan dan sawi. Hal ini dilakukan guna mengembalikan kondisi lahan lebih baik, karena tanaman kacang mampu mengembalikan unsur hara dalam tanah sehingga untuk periode berikutnya lahan sudah layak ditanami cabai. Produktivitas cabai merah keriting yang ideal adalah 8000 kg/ha, sedangkan berdasarkan data yang didapat terkait produksi cabai merah keriting pada kelompoktani Pondok Menteng sangat berfluktuasi meskipun trendnya cenderung meningkat. Dimana dari tahun 2005 sampai 2010 produktivitas cabai merah keriting kelompoktani Pondok Menteng berkisar antara 4000 kg/ha sampai kg/ha. Tidak selamanya fluktuasi mengindikasikan risiko yang merugikan, apabila fluktuasi berada diatas kondisi ideal itu bukan mengindikasikan risiko. Berdasarkan grafik pada Gambar 1 produktivitas cabai merah keriting kelompoktani Pondok Menteng menghadapi risiko kerugian karena sebanyak empat kali periode produktivitas cabai merah keriting berada di bawah kondisi ideal yaitu produktivitas dibawah 8000 kg/ha. Gambar 1. Produktivitas Cabai Merah Keriting Kelompoktani Pondok Menteng Sumber: Kelompoktani Pondok Menteng 2011 Fluktuasi berdasarkan Gambar 1 mengindikasikan risiko produksi yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng, dimana dalam proses produksi cabai merah keriting terdapat risiko. Sebelum memecahkan permasalahan ada baiknya 10

24 mengetahui akar dari penyebab masalah, sehingga rumusan masalah dapat diselesaikan dan target tercapai. Begitu halnya dengan usahatani cabai merah keriting perlu diketahui penyebab terjadinya risiko pada produksi sebelum memecahkan solusi untuk risiko tersebut, oleh karena itu penting dikaji hal-hal berikut ini: 1. Sumber-sumber risiko pada usahatani cabai merah keriting pada kelompoktani Pondok Menteng. 2. Tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber risiko tersebut pada usahatani cabai merah keriting. 3. Strategi maupun solusi yang akan digunakan dalam menyelesaikan atau mengurangi risiko yang dihadapi petani cabai merah keriting Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah: 1. Mengidentifikasi sumber risiko pada tanaman cabai merah keriting. 2. Menganalisis risiko produksi pada usahatani tanaman cabai merah keriting pada kelompoktani Pondok Menteng. 3. Merumuskan strategi dalam menangani risiko tanaman cabai merah keriting Manfaat Penelitian Berikut merupakan manfaat dalam melakukan penelitian: 1. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisis masalah berdasarkan fakta dan data yang disesuaikan dengan bidang keahlian penulis. 2. Sebagai masukan bagi yang membutuhkan serta sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya. 11

25 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan dan penghangat badan. Cabai adalah komoditas sayuran penting yang dibudidayakan dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat Indonesia, baik sebagai komoditas yang dikonsumsi di dalam negeri dan ekspor. Jawa Barat adalah salah satu dari beberapa propinsi di Indonesia yang menjadi produsen cabai yang menyebar dibeberapa Kabupaten yakni Ciamis, Tasikmalaya, Bandung, Garut, Sukabumi, Cianjur dan Bogor. Menurut Kustiari, dkk (2009) konsumsi cabai merah cenderung meningkat dari 0,65 juta ton pada tahun 2002 menjadi 1,18 juta ton pada tahun Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari masih berfluktuasi, yang disebabkan oleh fluktuasi harga di pasar eceran. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga di pasar eceran, yaitu faktor yang mempengaruhi sisi permintaan dan faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah. Saat ini produksi cabai belum mampu memenuhi jumlah permintaan hal ini mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi dalam proses budidaya cabai. Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa proses penyediaan (produksi dan distribusinya) cabai merah belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi penyebab adalah bahwa petani cabai merah adalah petani kecil-kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik Usaha cabe merah (diakses 12 april 2011) 12

26 Kebutuhan terhadap komoditas cabai ini semakin meningkat sejalan dengan semakin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini. Selain itu, cabai merah sebagai rempah-rempah merupakan salah satu komoditas yang dapat mendatangkan keuntungan bagi petani dan pengusaha. Karena selain dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga mempunyai peluang pemasaran ekspor yang sangat baik. Dalam era perdagangan bebas persaingan akan produk-produk pertanian menjadi semakin kompetitif, khususnya untuk produk cabai. Produk cabai lokal akan bersaing ketat dengan produk negara lain, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Petani harus mampu meningkatkan daya saingnya agar mampu bersaing melalui upaya peningkatan efisiensi usahatani, peningkatan kualitas produk dan menghasilkan produk ramah lingkungan dengan mengurangi kandungan residu pestisida pada cabai yang dihasilkan. Menurut E Sujitno dan Mulyani (2005) untuk meningkatkan produktivitas cabai yang ramah lingkungan (kandungan residu rendah) diperlukan berbagai teknologi diantaranya teknologi pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT), yang meliputi: 1. Penggunaan benih yang bersertifikat 2. Pemilihan dan pengolahan lahan yang tepat 3. Penggunaan dosis dan aplikasi pupuk yang tepat 4. Teknik pemeliharaan tanaman cabai yang intensif 5. Pengendalian hama dan penyakit yang efektif dan terpadu 6. Penanganan panen dan pasca panen Pada umumnya tanaman cabai merah dapat di tanam di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah, yaitu lebih dari m di atas permukaan laut, yang terdapat di seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa. Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabai masih sangat luas, tetapi penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman cabai merah, lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di bawah 800 m di atas permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun (Deptan, 2011). 13

27 2.2. Sumber-sumber Risiko Agribisnis Usaha pertanian adalah usaha yang rawan akan risiko dan ketidakpastian baik itu risiko harga, risiko pasar dan risiko produksi. Produsen dibidang pertanian perlu mempelajari sumber-sumber yang menyebabkan risiko terjadi pada usahanya, kemudian melakukan pengukuran risiko untuk mengetahui dampak dan akibat dan terakhir menentukan strategi atau solusi yang sesuai untuk mengatasi risiko. Risiko harga biasanya terkait dengan fluktuasi harga yang diterima oleh produsen pertanian sedangkan risiko pasar adalah terkait dengan penawaran dan permintaan akan produk-produk pertanian. Risiko produksi adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi produksi yang mempengaruhi penerimaan produsen pertanian, disebabkan faktor-faktor seperti perubahan suhu, hama dan penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja. Pada umumnya risiko tersebut dapat dihindari maupun dikurangi dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, penanganan yang intensif, dan pengadaan input yang berkualitas seperti benih, pupuk dan obatobatan. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis risiko pada komoditi hortikultura seperti Safitri (2009), Wisdya (2009), Sembiring (2010), dan Utami (2009) masing-masing menemukan bahwa sumber risiko pada usaha daun potong, anggrek Phalaeonopsis, sayuran organik, dan bawang merah adalah risiko produksi. Risiko produksi tersebut umumnya meliputi teknik budidaya, human error, penyakit, serangan hama dan cuaca atau iklim yang tidak pasti. Berbeda pada usaha peternakan Lestari (2009), dan Anggraini (2003), menemukan sumber risiko pada usaha udang vannamei dan peternakan sapi perah adalah risiko operasional dan risiko pasar. Risiko pasar pada udang vannamei adalah fluktuasi harga input yang digunakan, seperti fluktuasi harga induk, pakan, benih, sedangkan pada peternakan sapi perah antaralain fluktuasi keuntungan dimusim hujan dan kemarau, fluktuasi harga pakan, susu, skala usaha dan saluran pemasaran. Risiko operasional masing-masing pada usaha udang vannamei dan peternakan sapi perah meliputi proses pengadaan induk dan pengadaan pakan. Dari penelitian terdahulu diperoleh variabel yang menjadi sumber risiko pada produk-produk hortikultura meliputi faktor cuaca, hama dan penyakit, harga 14

28 input, harga jual dan human error. Variabel sumber risiko tersebut diduga menjadi sumber risiko pada usahatani cabai merah keriting dalam penelitian ini Metode Pengukuran Risiko Agribisnis Pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur pengaruh sumber-sumber risiko terhadap suatu kegiatan bisnis melalui penggunaan suatu alat analisis tertentu. Salah satu alat analisis yang digunakan dalam pengukuran risiko adalah koefisien variasi (coefficient variation), ragam (variance) dan simpangan baku (standard deviation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain, jika nilai ketiga indikator tersebut semakin kecil maka risiko yang dihadapi kecil. Ketiga alat analisis ini digunakan oleh Safitri (2009), Wisdya (2009) dan Ginting (2009) dalam penelitiannya masing-masing yang berjudul Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT Pesona Daun Mas Asri Bogor, Analisis Risiko Anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat dan Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Pada penelitian Utami (2009) juga menggunakan alat analisis koefisien variasi, ragam dan simpangan baku yang ditambah dengan analisis regresi berganda. Berbeda dengan Sari (2009) dan Herviyani (2009) masing-masing menganalisis risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar, dan risiko harga kubis dan bawang merah di Indonesia. Menggunakan alat analisis yaitu model ARCH-GARCH dan perhitungan VAR (Value at Risk). Berdasarkan hasil analisis ARCH-GARCH yang dilakukan oleh Herviyani dan Sari menunjukkan bahwa tingkat risiko harga kubis dan bawang merah, dan harga cabai merah keriting dan cabai merah besar dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga satu hari sebelumnya dan selanjutnya dilakukan perhitungan Var Strategi Pengelolaan Risiko Agribisnis Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak yang ditimbulkan risiko. Menurut Darmawi (2004) sesudah manajer risiko mengidentifikasikan dan mengukur risiko yang dihadapi perusahaannya, maka ia harus memutuskan bagaimana menangani risiko tersebut. Ada dua pendekatan dasar untuk itu: 15

29 1. Pengendalian risiko, (menghindari risiko, mengendalikan kerugian, pemisahan, kombinasi atau poling dan pemindahan risiko). 2. Pembiayaan risiko, (pemindahan risiko melalui pembelian asuransi, dan menanggung risiko. Menurut Wisdya (2009) strategi penanganan risiko produksi anggrek Phalaeonopsis pada PT EGF dapat dilakukan dengan pengembangan diversifikasi pada lahan yang ada. Alternatif untuk menangani risiko produksi dapat dilakukan dengan diversifikasi (portofolio) pada lahan yang berbeda dan secara tumpang sari tetapi dalam waktu yang sama. Alternatif lain untuk meminimalkan risiko produksi adalah kerjasama penyediaan bibit dengan konsumen dan usaha pembungaan berupa rangkaian bunga dalam pot (untuk menampung hasil produk yang reject). Tarigan (2009), menganalisis resiko produksi pada sayuran organik. Strategi pengelolaan risiko adalah spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting sedangkan kegiatan portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Berbeda halnya dengan Lestari (2009) mengemukakan strategi preventif risiko pada usaha pembenihan udang vannamei yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber daya manusia serta dengan melakukan kontrak pembelian dengan pemasok pakan. Strategi mitigasi risiko yang dilakukan perusahaan melalui kegiatan pengendalian penyakit dan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat. Pada penelitian ini alat analisis yang digunakan sama dengan penelitian terdahulu Safitri (2009) menggunakan koefisien variasi, ragam dan simpangan baku dan diversifikasi. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah komoditas yakni menganalisis risiko produksi pada usaha cabai merah keriting kelompoktani Pondok Menteng. 16

30 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko, pengukuran risiko dan strategi pengelolaan risiko yang relevan dengan permasalahan penelitian. Oleh karena itu akan dijabarkan secara spesifik pada sub bab-sub bab berikut Risiko Produksi Pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnis akan menghadapi adanya risiko (Risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Secara ilmiah risiko dan ketidakpastian mempunyai perbedaan. Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya menimbulkan kerugian pada yang mengalami kejadian. Sedangkan ketidakpastian menunjukkan suatu peluang kejadian yang tidak dapat atau sulit diukur oleh pengambil keputusan (Roumasset Boussard dan Singh 1979). Hampir sama seperti yang diutarakan Robison dan Barry (1987) risiko adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Indikasi adanya risiko yang dihadapi oleh pelaku bisnis ditunjukkan oleh adanya variasi atau fluktuasi dalam menjalankan bisnis dengan asumsi kondisi input yang relatif tetap. Beberapa pembagian risiko yaitu risiko produksi, risiko pasar, risiko kelembagaan dan risiko keuangan. Pembahasan ini adalah mengenai risiko produksi pada tanaman cabai merah keriting. Risiko dan ketidakpastian merupakan dua istilah yang merupakan dasar dalam kerangka kerja pengambilan keputusan. Menurut Kountur (2006) terdapat dua pendekatan dalam mengidentifikasi risiko yaitu pendekatan top-down dan pendekatan bottom-up. Pendekatan top-down adalah pendekatan dimana risiko 17

31 diidentifikasi dari atas dengan kata lain dilihat dari kacamata top manajemen. Sedangkan pendekatan bottom-up adalah pendekatan dimana risiko ditemukan atau diidentifikasi dari bawah, dimana risiko mulai ditemukan dari unit yang paling kecil dalam organisasi atau perusahaan. Pengidentifikasian adalah hal pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengukuran risiko, sehingga dapat diketahui risiko yang akan diukur. Menurut Hardaker (1997) risiko bisa didefinisikan sebagai pengetahuan yang tidak sempurna (imperfect knowledge) dimana peluang dari hasil (outcome) diketahui sedangkan ketidakpastian merupakan kondisi dimana peluang tidak diketahui. Menurut Basyaib (2007) risiko adalah sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi. Menurut Djohanputro (2008) perbedaan antara risiko dan ketidakpastian adalah bahwa risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat probabilitasnya terukur secara kuantitatif. Ketidakpastian merupakan keadaan di mana ada beberapa kemungkinan kejadian dimana tingkat probabilitas kejadian tidak diketahui secara pasti. Menurut Elton and Gruber (2003) risiko adalah: The existence of risk means that the investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in any assets. Risiko yang dimaksud merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak menguntungkan, probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return), kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari return yang diharapkan (expected return) atau dengan kata lain kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Menurut Kountur (2008) risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat kurang atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Sedangkan menurut Kountur (2004) risiko adalah sebagai suatu keadaan yang tidak pasti yang 18

32 dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan Sumber Risiko dan Akibatnya Dalam dunia bisnis, risiko sering dikaitkan dengan perolehan (return). Dalam menganalisis risiko didasarkan pada teori pengambilan keputusan dengan berdasarkan pada konsep expected utility (Robison dan Barry, 1997). Dalam kaitannya dengan expected utility sangat erat hubungannya dengan probability. Probability dapat dipandang sebagai frekuensi relatif (relative frequencies) dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Utility (kepuasan) sangat sulit diukur sehingga umumnya didekati dengan pengukuran return. Return tersebut dapat berupa pendapatan yang diperoleh usaha selama periode tertentu. Tingkat risiko suatu kegiatan menjadi acuan dalam menentukan besaran nilai yang dihasilkan (keuntungan). Umumnya kegiatan bisnis dengan risiko tinggi diyakini dapat memberikan keuntungan yang besar. Artinya, nilai keuntungan searah dengan tingkat risikonya. Hal tersebut dapat terwujud apabila ternyata dalam melakukan kegiatan usaha, risiko yang diperkirakan tidak terjadi sehingga pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan biaya kerugian akibat adanya risiko. Tetapi apabila ternyata risiko yang diperkirakan terjadi pada kegiatan usaha yang dipilih, maka yang diperoleh pelaku usaha adalah kegagalan dan kerugian. Oleh karena itu, agar bisnis dengan risiko yang besar dapat memberi pendapatan tinggi, meskipun risiko yang diperkirakan terjadi maka pelaku usaha dapat melakukan pengelolaan terhadap risiko tersebut. Dengan mengetahui besarnya risiko yang dihadapi maka keputusan penerapan alternatif pengelolaan yang digunakan dapat lebih efisien. Menurut Harwood, et al (1999), risiko yang sering terjadi pada pertanian dan dapat menurunkan tingkat pendapatan petani yaitu : (1) Risiko produksi; (2) Risiko harga atau pasar (penjualan); (3) Risiko institusi (kelembagaan); (4) Risiko keuangan; (5) Risiko manusia. Dari beberapa sumber tersebut ternyata risiko yang paling utama dihadapi oleh petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng dalam memproduksi cabai merah keriting adalah risiko produksi. 19

33 Menurut Kountur (2008) risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi menjadi 4 jenis yaitu: a. Risiko dari sudut Pandang Penyebab Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan sepertu perubahan harga, tingkat bunga dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam. b. Risiko dari Sudut Pandang Akibat Dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan terdapat dua kategori risiko yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang mengakibatkan sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Risiko spekulatif adalah risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan. c. Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas Menurut Kountur (2008) banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit. d. Risiko dari Sudut Pandang Kejadian Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran. Dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantisipasi dan ditanggulangi dengan baik dapat mengakibatkan kerugian dalam skala luas. Dampak risiko dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan yaitu: a. Sudut pandang masyarakat Menyangkut pada dampak dan biaya sosial dari risiko yang terjadi dan bagaimanan pengelolaannya. 20

34 b. Sudut pandang produsen Menitikberatkan pada kelangsungan hidup usahanya. c. Sudut pandang pembuat kebijakan Pembuat kebijakan harus mampu memprediksi respon sektoral yang akan dilakukan untuk mengubah kondisi tersebut dan dampak berikutnya atas kemungkinan kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuannya Pengukuran Risiko Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu aset. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Penilaian risiko dengan menggunakan nilai variance dan standard deviation merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Coefficient variation merupakan ukuran risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh baik berupa pendapatan, produksi atau harga. Nilai variance dan standard deviation kurang tepat digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha. 1. Nilai Harapan (Expected Value) Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang diharapkan terjadi probabilitas (peluang) masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Nilai harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha penyelesaian pengambilan keputusan risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. 2. Peluang Peluang merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa. Peluang hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan harga mutlak dalam suatu kondisi. Menurut Darmawi (1997) dari sudut pandang empiris maka 21

35 probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. 3. Variance Pengukuran varian dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. 4. Standard Deviation Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. 5. Coefficient Variation Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return. Semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi Strategi Pengelolaan Risiko Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko. Fungsi manajemen tidak hanya perencanaan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi, tetapi juga menangani risiko. Menurut Lam (2003), ada beberapa alasan mengapa manajemen risiko sangat penting dalam pengelolaan suatu perusahaan, yakni karena mengelola manajemen risiko dapat memaksimalkan nilai asset pemegang saham dan dapat memperbesar peluang kerja dan jaminan finansial. Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Ada lima manfaat yang 22

36 diperoleh perusahaan dengan menerapkan manajemen risiko, manfaat tersebut adalah: a. Mencegah perusahaan dari kegagalan b. Mengurangi pengeluaran perusahaan c. Menunjang peningkatan perolehan laba d. Memberi ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko e. Secara tidak langsung menolong public image, karena manajemen risiko melindungi perusahan dari hal-hal buruk yang dapat merugikan perusahaan. Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Manajemen risiko merupakan cara atau langkah yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko dengan cara meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses yang berulang pada setiap periode produksi. Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisisan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang menantang pelaku usaha. Sesudah manajer risiko mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang dihadapi usaha, maka selanjutnya risiko itu harus diukur. Perlunya diukur adalah untuk menentukan relatif pentingnya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Strategi pengelolaan risiko yang dapat dijadikan usaha sebagai alternatif penanganan, yaitu strategi Preventif. Strategi preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: a. Membuat (memperbaiki) sistem dan prosedur. b. Mengembangkan sumberdaya manusia. c. Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik 23

37 3.1.5.Risiko Portofolio Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi. Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Diversifikasi dilakukan untuk mengurangi risiko portofolio, yaitu dengan cara mengkombinasi atau dengan menambah investasi (asset/aktiva/sekuritas) yang memiliki korelasi negatif atau positif rendah sehingga variabilitas dari pengembalian atau risiko dapat dikurangi. Korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama. 2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah. 3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain Kerangka Pemikiran Operasional Kelompoktani Pondok Menteng mempunyai produk unggulan yaitu komoditas cabai merah keriting yang diproduksi dari tahun ke tahun. Tidak berbeda dari produk pertanian lainnya cabai merah keriting juga dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Terdapatnya fluktuasi pada produksi mengindikasikan adanya risiko, dan hal ini juga menyebabkan fluktuasi pendapatan petani. 24

38 Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari data produksi pada masa lalu (data historis) untuk diidentifikasi penyebab fluktuasi tersebut, kemudian mengidentifikasi sumber-sumber risiko tersebut. Risiko-risiko yang telah diidentifikasi kemudian diukur. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (Variance), simpangan baku (Standard deviation), dan koefisien korelasi (coefficient Variation). Melakukan perhitungan risiko portofolio untuk mengetahui apakah diversifikasi antara cabai merah keriting dan sawi dapat menekan atau mengurangi risiko. Analisis manajemen risiko meliputi, proses dalam mengolah strategi yang sesuai dalam penanganan risiko-risiko usahatani cabai merah keriting yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng. 25

39 Target Kelompoktani Pondok Menteng: 1) Meningkatkan produktivitas cabai merah keriting 2) Meminimumkan risiko cabai merah keriting. Permasalahan 1) Adanya fluktuasi hasil produksi dari tahun ke tahun. 2) Penerimaan petani berfluktuasi Analisis kualitatif: sumber- Mengidentifikasi sumber risiko Analisis kuantitatif: Metode pengukuran risiko Nilai harapan (expected value) Peluang Variance Standart deviation Coefficient variation Risiko Portofolio STRATEGI PENANGANAN RISIKO Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional 26

40 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Tujuh kelompoktani yang tergabung dalam gapoktan Rukun Tani memiliki jenis kegiatan usaha yang berbeda-beda. Kelompoktani Pondok Menteng merupakan salah satu kelompoktani yang tergabung dalam gapoktan Rukun Tani yang melakukan usahatani cabai merah keriting. Waktu penelitian pada kelompoktani Pondok Menteng dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif, sedangkan berdasarkan sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara langsung pada kelompoktani Pondok Menteng meliputi keadaan umum kelompoktani, seperti luas lahan, biaya produksi, jumlah produksi, proses produksi yang dijalankan oleh kelompoktani. Data yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan data produksi yang diperoleh dari data sekunder tahun 2005 sampai Oktober Data sekunder lainnya diperoleh dari literatur-literatur dan instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, perpustakaan IPB (LSI), perpustakaan pertanian Kota Bogor, BP3K Kecamatan Ciawi dan bahan pustaka lain yang relevan Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengamatan, merupakan cara untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan terkait sumber-sumber risiko produksi cabai merah keriting. Pengamatan dilakukan pada kegiatan usahatani cabai merah keriting mulai dari penyemaian, penanaman dan strategi penanganan risiko. Pengambilan 27

41 responden untuk penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Jumlah anggota kelompoktani Pondok Menteng secara keseluruhan adalah 25 orang. Responden merupakan pihak yang berhubungan dan mengetahui dengan jelas produksi dan risiko yang dihadapi cabai merah keriting yaitu 5 orang petani yang konsisten menanam cabai merah keriting dari tahun ke tahun dikelompoktani Pondok Menteng. Data yang diperoleh dari petani yaitu meliputi data luas lahan, proses produksi cabai merah keriting, dan kendala-kendala dalam usahatani cabai merah keriting. Adapun kelima petani tersebut adalah masing-masing bapak Haji Misbah yang juga merupakan ketua Gapoktan Rukun Tani sekaligus ketua kelompoktani Pondok Menteng, Bapak Jamil sebagai sekretaris, Bapak Anwar, Bapak Jaja dan Bapak Umar Metode Analisis Data Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh diolah menggunakan program Microsof Office Excel Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan dengan pengukuran penyimpangan. Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam, simpangan baku, koefisien variasi. Dan ukuran-ukuran tersebut merupakan ukuran statistik yang dijelaskan sebagai berikut: 1) Penerimaan Penerimaan usahatani, merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual ditingkat petani. Satuan yang dipakai adalah rupiah. 2) Peluang Peluang merupakan kemungkinan terjadinya peristiwa. Peluang hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan harga mutlak dalam suatu kondisi. Menurut Darmawi (1997) dari sudut pandang empiris maka 28

42 probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. Dimana: n = Banyak kejadian W = Frekuensi terjadinya peristiwa yang dihitung peluangnya. 3) Nilai Harapan (Expected Value) Nilai harapan adalah jumlah dari nilai-nilai kemungkinan yang diharapkan terjadi probabilitas (peluang) masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Nilai harapan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan usaha penyelesaian pengambilan keputusan risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Dimana: E(Ri) = Expected Return Pi = Peluang dari suatu kejadian Ri = Return 4) Variance Pengukuran varian dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Dari nilai varian dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai varian maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. Dimana: = varian dari return Pij Rij Ri = Peluang dari suatu kejadian = Return = Expected return 29

43 5) Standart Deviation Standart deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai varian. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil standar deviasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Dimana : = Variance atau penyimpangan dari masing-masing risiko = Standard deviation dari masing-masing risiko 6) Coefficient Variation Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return. Semakin kecil nilai koefisien variasi maka semakin rendah risiko yang dihadapi. Dimana: CV = Coefficient variation = Standard deviation Ř i = Expected return Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah salah satu model yang digunakan dalam penelitian ini, digunakan untuk mendeskripsikan secara kualitatif kondisi manajemen produksi petani cabai merah keriting kelompoktani Pondok menteng di Desa Citapen. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh petani cabai merah keriting. Metode ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi dengan petani dll. 30

44 4.5. Analisis Manajemen Risiko Identifikasi Sumber Sumber Risiko Tahap awal dalam menganalisis risiko adalah melakukan identifikasi risiko, yang bertujuan dalam mengidentifikasi risiko pada seluruh aktifitas fungsional yang berpotensi merugikan dan menguntungkan bagi petani. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan analisis data historis, pengamatan dan pengacuan berdasarkan wawancara yang dilakukan pada petani. Keseluruhan risiko yang ada pada proses produksi cabai merah keriting dirunut sesuai dengan potensinya dalam menimbulkan kerugian. Teknik ini dilakukan dengan pengamatan yang mendalam terhadap sumber-sumber risiko. Kemudian ditentukan risiko-risiko apa saja yang muncul dari sumber-sumber risiko yang ada. Beberapa contoh yang menjadi sumber-sumber risiko bagi proses produksi cabai merah keriting meliputi, lingkungan fisik (curah hujan), lingkungan sosial (pencurian), lingkungan operasional (kerusakan peralatan), pesaing (penemuan teknologi baru), konsumen (keluhan konsumen akan produk), dan lain-lain Pengukuran Risiko Selanjutnya setelah melakukan identifikasi risiko kemudian melakukan pengukuran risiko, yang dapat diketahui dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko tersebut terhadap kinerja petani. Pengukuran risiko mengacu pada dua ukuran yaitu, probabilitas atau dengan istilah kemungkinan (likelihood) mengacu pada besar probabilitas risiko akan terjadi Strategi Penanganan Risiko Preventif Strategi yang dapat dilakukan pada saat pertamakali berhadapan dengan risiko adalah strategi menghindar. Kountur (2008), menjelaskan bahwa penghindaran risiko dilakukan apabila: 1) Risiko yang dihadapi terlalu besar yaitu kemungkinan terjadinya besar dan akibat yang ditimbulkan juga besar. Ini adalah risiko-risiko yang sangat besar. 2) Risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan manajemen dan tidak dapat ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko lain. 31

45 4.5.4.Strategi Penanganan Risiko Mitigasi Mitigasi risiko adalah strategi dengan mengurangi risiko, yang diperuntukkan dalam memperkecil kemungkinan terjadinya risiko kerugian pada perusahaan. Sasaran utamanya adalah bagaimana agar kemungkinan atau probabilitas terjadinya suatu kejadian yang merugikan dapat diatur sekecil mungkin. Beberapa mitigasi yang dapat dilakukan oleh petani untuk memperkecil kerugian akibat pengambilan risiko adalah diversifikasi, penggabungan atau penahanan, pengalihan risiko dan pengendalian risiko. Selain itu juga perlu dilakukan proses produksi berdasarkan sistem yang baik, prosedur yang benar dan jelas. Banyaknya kerugian yang terjadi pada proses produksi adalah karena aktifitas petani yang tidak mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang telah diberlakukan oleh Gapoktan sebagai lembaga yang menaungi petani. Pada penelitian ini dilakukan perhitungan diversifikasi untuk mengetahui apakah dengan melakukan diversifikasi petani Pondok Menteng akan menekan risiko yang dihadapi atau sebaliknya. Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha seperti halnya kegiatan spesialisasi. Risiko yang terdapat dalam kegiatan diversifikasi dinamakan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Diversifikasi yang akan diperhitungkan adalah kombinasi antara tanaman cabai merah keriting dan tanaman sawi Jika investasi digunakan untuk dua aset maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995): σp 2 = k 2 σij 2 +(1-k) 2 σij 2 +2 k (1-k) σij Keterangan : σp 2 = Variance portofolio untuk investasi dua asset yang digabungkan (cabai merah keriting dan sawi) σij = Covariance antara investasi dua asset yang digabungkan (cabai merah keriting dan sawi) k = Fraction portofolio pada investasi asset i (cabai merah keriting) (1-k) = Fraction portofolio pada investasi aset j (sawi) 32

46 Covariance antara kedua aktiva i dan j dihitung dengan menggunakan persamaan bersikut (Elton dan Grubber 1995): σij = ρijσiσj Keterangan : ρij = nilai koefisien korelasi diantara aset i dan j 4.6. Definisi Operasional 1. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi dibagi dengan periode waktu selama kegiatan produksi cabai merah keriting berlangsung. 2. Expected return adalah jumlah dari produktivitas atau pendapatan yang diharapkan pada cabai merah keriting. 3. Variance merupakan ragam atau variasi dari peluang ketiga kondisi produktivitas dan pendapatan komoditas cabai merah keriting. 4. Standard deviation merupakan penyimpangan dari return yang diharapkan dari memproduksi komoditas cabai merah keriting. 5. Coefficient variation adalah besarnya risiko yang dihadapi petani apabila menginvestasikan satu rupiah pada komoditas cabai merah keriting. 6. Diversifikasi merupakan suatu kebijakan untuk menyalurkan modal kearah investasi cabai merah keriting dan sawi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin tingkat pendapatan seaman mungkin. 7. Petani cabai merah keriting adalah petani yang melakukan budidaya tanaman cabai merah keriting, memproduksi dan melakukan penjualan cabai merah keriting. 8. Luas lahan garapan, adalah luas areal usahatani cabai merah keriting yang merupakan lahan yang dipakai untuk menanam cabai keriting dalam satuan hektar. 9. Produktivitas adalah hasil yang diperoleh per luas lahan, diukur dalam kilogram perluas lahan. 10. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga dalam satuan rupiah. 33

47 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Kelompoktani Pondok Menteng Gabungan kelompoktani (Gapoktan) Rukun Tani dibentuk pada tahun 2001 yang dibangun atas dasar adanya persamaan kepentingan diantara petani-petani yang ada di wilayah Desa Citapen Kecamatan Ciawi dalam hal komoditi hortikultura yang ditanam terutama komoditi sayuran dan juga dalam hal pemasaran hasil panen. Saat itu, atas prakarsa petugas lapangan dari PT. TANINDO, dibentuklah satu kelompoktani yang bernama kelompoktani Pondok Menteng yang beranggotakan 25 orang. Seiring berjalannya waktu petani-petani lainnya yang tergabung dalam kelompoktani tanaman pangan, kelompoktani ternak dan kelompoktani pengrajin olahan hasil pertanian, bergabung dalam rangka menyatukan kepentingan yang sama ke arah usaha agribisnis terpadu terutama dalam mengakses pasar dan permodalan. Membentuk satu himpunan kelompoktani yang diberi nama Himpunan Rukun Tani. Pada tanggal 29 Juni 2007 Himpunan Rukun Tani melalui bimbingan Petugas Penyuluh Pertanian, dikukuhkan melalui rapat pengukuhan Gapoktan yang disahkan oleh Kepala desa dan Camat menjadi gapoktan Rukun Tani dengan anggota 105 orang. Sebagai legalitas gapoktan, tanggal 26 November 2008, gapoktan Rukun Tani telah dikukuhkan dihadapan NOTARIS (Akta Notaris Miranti Tresnaning Timur, SH No.14 tanggal 26 November 2008). Tujuan dibentuknya Kelompoktani dituangkan dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) diantaranya adalah : a. Mengembangkan kegiatan usaha anggota khususnya dan kemajuan lingkungan kerja pada umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil dan makmur. b. Mengembangkan sikap wirausaha ke arah usaha yang profesional, tangguh dan sehat dari anggota untuk anggota dan oleh anggota. c. Mendorong dan menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan. 34

48 d. Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat. e. Memperkokoh dan memperkuat perekonomian di tingkat pedesaan, sehingga menjadi lembaga usaha (bisnis) yang tangguh, sehat serta mampu bersaing dengan pelaku usaha (bisnis) lainnya. f. Mencari kemudahan dalam mengakses pasar, permodalan dan jaringan (networking) dalam rangka mengembangkan usaha agribisnis berbasis pedesaan. g. Meningkatkan produksi dan produktivitas usaha tani Lokasi dan Kondisi Kelompoktani Kelompoktani Pondok Menteng berada di wilayah Desa Citapen, kecamatan Ciawi, kabupaten Bogor. Jarak jangkauan ke kantor kecamatan ±10 Km, dan jarak ke ibu kota kabupaten ±25 Km. Sedangkan jarak ke Pasar Teknik Umum (TU) Induk Kemang ±25 Km, jarak ke Pasar Induk Jakarta ±60 Km dengan alat transportasi lancar. Luas wilayah yang digunakan untuk lahan pertanian meliputi lahan sawah dan lahan darat, adapun pembagiannya seperti yang diuraikan berikut ini: Lahan Sawah 1. Pengairan teknis : - Ha 2. Pengairan ½ teknis : - Ha 3. Pengairan Pedesaan : 115 Ha 4. Tadah Hujan : 38 Ha Jumlah : 153 Ha Lahan Darat 1. Pekarangan & Perumahan : 65 Ha 2. Tegal / kebun : 42 Ha 3. Kolam : 2 Ha 4. Hutan Rakyat : 18 Ha 5. Perkebunan : 102 Ha 6. Lain lain : 11 Ha 35

49 Jumlah : 240 Ha Gapoktan Rukun Tani terdiri dari 7 kelompok tani yaitu Pondok Menteng, Sukamaju, Bina Mandiri, Silih Asih, Sawah Lega, Tani Jaya dan KWT Citapen Berkarya. Gapoktan yang terdiri dari petani petani yang tergabung dalam kelompoktani tanaman pangan, kelompoktani ternak dan kelompoktani pengrajin olahan hasil pertanian ini terbentuk dalam rangka menyatukan kepentingan yang sama ke arah usaha agribisnis terpadu terutama dalam mengakses pasar dan permodalan. Karakteristik yang dikembangkan berkaitan dengan pengembangan bidang pertanian. Kemitraan dan pola kerjasama sudah mulai dirangkai terhadap beberapa tempat dan lembaga lain. Adapun pembagian kegiatan jenis usaha untuk setiap kelompoktani yaitu pada Tabel 8, secara keseluruhan pembagian jenis usaha di gapoktan Rukun Tani terdapat pada Lampiran 1. Tabel 8. Jenis Usaha Kelompoktani pada Gapoktan Rukun Tani. No Kelompok tani Jenis Usaha 1 Pondok Menteng Padi sawah, cabai, buncis, kacang panjang, 2 Bina Mandiri Kelinci terung, jagung, caisin. 3 Sukamaju Domba, sapi potong dan kambing 4 Silih Asih Sale pisang, keripik pisang dan kerajinan betek 5 Sawah lega Padi sawah, bengkoang dan ubi jalar 6 Tani jaya Padi sawah, jagung manis, terung, buncis dan caisin 7 KWT Citapen Berkarya Keripik pisang, keripik jamur dan pangsit Sumber: Gapoktan Rukun Tani (2011) 36

50 5.2.1.Karakteristik Tanah, Iklim dan Topograpi Iklim di wilayah desa Citapen dimana kelompoktani Pondok Menteng berada adalah beriklim tropis/basah dengan suhu rata-rata antara 20 o C sampai 32 o C dengan keasaman tanah (ph) antara 4,5 sampai 7. Menurut ekosistem yang ada, pemanfaatan lahan sawah dan darat bisa ditanami sepanjang tahun/tidak ada lahan bera. Jenis tanah latosol, andosol, inseptisol sehingga cocok untuk ditanami berbagai komoditi tanaman. Wilayah desa Citapen berada pada ketinggian tempat antara 450 mdpl sampai dengan 800 mdpl. Drainase baik dan sangat cocok untuk diusahakan berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura dan juga pemeliharaan ternak Aspek Sumber Daya Kelompoktani Sumber pendanaan kelompoktani Pondok Menteng diperoleh dari beberapa sumber yakni dari Swadaya, pinjaman dari bank dan bantuan dari pemerintah berupa kegiatan CFSKR dan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Kelompoktani Pondok Menteng memiliki sarana produksi, pemasaran dan administrasi dalam mendukung kelancaran usahanya. Fasilitas usahatani yang dimiliki meliputi hand traktor, cangkul, sabit, kored, emrat, drum, pisau, pisau stainless, timbangan 600 kg, timbangan duduk 10 kg, keranjang 40 kg, foot sealer, gunting stainless, food handwraper, plastik wrapping, pompa air, lori angkut dan chopper. Sarana pemasaran terdiri dari 2 alat transportasi berupa mobil. Sarana administrasi yaitu secret, gudang dan bengkel alsintan untuk lebih lengkapnya terdapat pada lampiran Sumber Daya Manusia Jumlah anggota kelompoktani Pondok Menteng adalah 20 orang dengan skala pendidikan mulai dari tidak bersekolah sampai sekolah menengah atas. Mayoritas petani berpendidikan sekolah dasar dan mayoritas bermata pencaharian di sektor pertanian. Lahan yang diusahakan para petani yang tergabung dalam anggota kelompoktani yaitu berupa lahan-lahan sawah dan lahan darat yang berstatus lahan hak milik atau garapan dengan luas penguasaan masing-masing anggota antara 0,1 5 ha. 37

51 Tabel 9. Luas Lahan Sawah dan Luas Lahan Darat Kelompoktani Pondok Menteng. Nama Luas Lahan (Ha) Jumlah Ternak (Ekor) Kelompok Sawah Darat Jumlah Kelinci Domba Kambing Sapi Pondok Menteng Sumber: Gapoktan Rukun Tani, Organisasi dan Manajemen Kelompoktani Pondok Menteng Pada dasarnya lembaga baik itu lembaga formal dan informal memiliki struktur organisasi. Menurut Stoner Organisasi adalah suatu pola hubunganhubungan yang melalui mana orang-orang dibawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama. Menurut James D. Mooney organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan. Kelompoktani Pondok Menteng memiliki struktur organisasi, yang sering disebut dengan pengurus seperti dilampiran 3. Kepengurusan dalam kelompoktani Pondok Menteng dibentuk dalam rangka memudahkan dalam pelayanan para anggota yakni para petani yang tergabung dalam kelompoktani. Kepengurusan kelompoktani Pondok Menteng terbilang cukup sederhana, hanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara. Adapun pembagian kerja menurut jabatan meliputi: 1. Ketua, merupakan salah satu dari orang yang mencetuskan pembentukan perkumpulan petani sebelum disahkan menjadi sebuah gapoktan. Tugas dari ketua adalah memimpin kelompoktani untuk mencapai visi dan misi, menjadi wakil para petani dalam urusan-urusan manajemen. Adapun ketua kelompoktani Pondok Menteng juga adalah ketua gapoktan Rukun Tani di desa Citapen bernama H.Misbah. 38

52 2. Sekretaris, dipegang oleh bapak Jamil dimana bertugas dan bertanggungjawab atas administrasi. 3. Bendahara, bertanggungjawab dibagian keuangan kelompoktani dan gapoktan. Setiap bulannya wajib membuat laporan keuangan yang akan dipresentasikan dihadapan semua anggota gapoktan. 4. Ketua masing-masing unit usaha, adalah ketua dari setiap kelompoktani yang tergabung dalam gapoktan Rukun Tani. Tugas masing-masing ketua adalah menjadi koordinator bagi anggota yang bergabung dalam satu unit usaha kelompoktani. Karena setiap kelompoktani memiliki unit usaha yang berbeda, ada usaha peternakan, pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Kelompoktani Pondok Menteng dan kelompoktani yang lain yang tergabung memiliki kepengurusan tersendiri yang disebut pengurus setiap unit usaha. Jumlah anggota kemungkinan akan terus bertambah seiring perkembangan usaha gapoktan yang sudah mulai membuka unit usaha Penyediaan Sarana Produksi Pertanian dan Unit Usaha Simpan Pinjam melalui penguatan modal kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP). Bentuk kepengurusan masing-masing kelompoktani dan jumlah anggota yang terlibat didalamnya untuk selengkapnya ada di Lampiran Pola Tanam Pola tanam komoditi tanaman hortikultura yang biasanya dilaksanakan oleh anggota Gapoktan adalah 3 kali tanam sayuran dalam satu tahun untuk lahanlahan yang mempunyai jaringan irigasi cukup baik. Sedangkan pada lahan kering penanaman hanya dilakukan satu kali tanam. Khusus pada kelompoktani Pondok Menteng pola tanam untuk komoditi cabai merah keriting dilakukan hanya sekali dalam satu tahun, selanjutnya ditanami sayuran yang siklus produksinya relatif singkat contohnya tanaman sawi seperti yang diuraikan pada lampiran Teknis dan Teknologi Produksi Cabai adalah tanaman yang peka terhadap kondisi alam khususnya curah hujan, curah hujan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan produksi buah cabai. Tanaman cabai tidak tahan terhadap curah hujan yang tinggi maupun yang rendah, karena akan merusak tanaman tersebut. Curah hujan yang ideal untuk bertanam 39

53 cabai adalah mm/tahun. Tanaman cabai cocok hidup di daerah dengan kelembapan 70-80%, terutama saat pembentukan bunga dan buah. Umumnya cabai tumbuh bagus di tanah yang gembur dan banyak mengandung unsur hara dan jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan cabai adalah jenis regosol dan andosol. Kadar keasaman (ph) tanah yang cocok untuk penanaman cabai secara intensif adalah 6-7. Secara umum, ada tiga lahan yang biasa digunakan untuk penanaman cabai, yakni lahan sawah yang berpengairan teknis, lahan sawah tadah hujan dan lahan tegalan yang tidak mempunyai pengairan teknis. Proses produksi cabai merah keriting melalui tahapan seperti pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai dengan panen Pengolahan Lahan Pembukaan lahan atau land clearing adalah pekerjaan awal dalam pengolahan untuk agrobisnis cabai. Pertama-tama lahan dibersihkan dari tanaman keras dan tanaman lain yang bisa mengganggu tanaman pokok. Tanaman cabai memerlukan sinar matahari yang cukup kira-kira selama 8 sampai 10 jam per hari. Pengolahan lahan mencakup kegiatan pencangkulan, pembuatan bedengan, pengapuran, pemupukan pertama dan pemasangan mulsa. Pencangkulan mutlak dilakukan karena bertujuan untuk menggemburkan tanah, mengusir beberapa hama dan penyakit serta memberi tanah kesempatan untuk beroksidasi. Pembuatan bedengan mempermudah dalam pengaturan sirkulasi air dilahan dan kegiatan perawatan tanaman. Pembuatan bedengan dilakukan dengan cangkul, tali plastik, dan patok agar rapi. Bedengan yang sudah rapi ditabur insektisida sekaligus dengan pemberian pupuk dasar. Pengapuran dilakukan bila tanah terlalu asam atau phnya tinggi, sedangkan pemberian pupuk dasar adalah untuk menyuburkan tanah Penanaman Penentuan waktu tanam harus tepat untuk memperoleh produksi cabai yang berkualitas dan berkuantitas tinggi. Sebelum memulai penanaman, hal pertama yang harus dilakukan adalah penyemaian. Penyemaian dilakukan dengan menyiapkan media tanam, yakni berupa campuran dua ember tanah subur, satu 40

54 ember pupuk kandang dan campuran insektisida dengan dosis 70 gram. Isi media tanam tersebut ke dalam polybag berukuran 12 x 8 cm, kemudian masukkan benih pilihan kedalam polybag dan lakukan pemeliharaan rutin sampai benih yang berkecambah siap untuk ditanam. Bibit cabai yang memenuhi syarat untuk ditanam adalah yang sudah berumur minimum 30 hari, kemudian penanaman dilakukan minimal dua minggu setelah mulsa dipasang. Tahap-tahap penanaman meliputi pembuatan lubang tanam seukuran kantong plastik bibit, bibit dikeluarkan bersama media tanamnya dari polybag, kemudian bibit ditanam dilubang tanam dan terakhir siram bibit secara perlahan jika diperlukan. Penanaman biasanya dilakukan pada sore hari agar terhindar dari sinar matahari Pemeliharaan Setelah penanaman selesai selanjutnya melakukan pemeliharaan sampai tanaman cabai siap untuk dipanen. Pemeliharaan yang biasa dilakukan pada tanaman cabai meliputi: Penyulaman, penggantian bibit yang lamban pertumbuhannya atau mati dengan bibit baru yang baik. Pemasangan Ajir, Ajir adalah penopang tanaman cabai agar tetap tumbuh tegak Perompesan, adalah proses membuang bagian tunas air dan bunga yang pertama muncul, karena tanaman cabai tidak tumbuh produktif jika dibiarkan saja. Penyemprotan pestisida tertentu untuk mengendalikan hama dan penyakit. Pemberian pupuk untuk menutrisi tanaman cabai agar tumbuh dengan baik dan berbuah dengan baik Panen dan Pascapanen Pemanenan dan penanganan panen buah cabai harus dilakukan dengan cermat agar mutunya sesuai dengan permintaan konsumen. Umumnya panen dilakukan 3-4 hari sekali dan paling lambat seminggu sekali. Normalnya panen bisa dilakukan kali hingga tanaman berumur 6-7 bulan. Dalam kegiatan panen ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. 41

55 Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah ada matahari, agar cabai yang dipanen dalam kondisi kering. Pemanenan cabai dilakukan dengan mengikutsertakan tangkai buahnya. Ciri buah cabai yang sudah siap dipanen adalah cabai tua dengan warna merah, hijau, kemerahan, atau hitam kemerahan. Adapun gambaran tahap awal pembuatan bedengan, pemasangan ajir sampai siap panen ada dilampiran Pengeluaran Usahatani Dalam melakukan usahatani cabai merah keriting setiap kali musim tanam akan membutuhkan sejumlah biaya yang sering disebut dengan pengeluaran usahatani. Biaya usahatani pada penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok. Biaya usahatani yang tergolong pada biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang termasuk pada biaya diperhitungkan (tidak tunai) pada usahatani cabai merah keriting ini adalah biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), sewa lahan milik sendiri yang dikonversikan pada sewa lahan umum, dan penyusutan alat. Sedangkan, biaya tunai pada usahatani cabai merah keriting adalah biaya benih, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk SP-36, pupuk KCL, pestisida, nutrisi, Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), sewa lahan, turus, tali rafia, polybag, karung dan pajak lahanbiaya tunai dan biaya diperhitungkan pada usahatani tersebut menghasilkan Total biaya seperti yang dapat disajikan pada lampiran 7. Berdasarkan hasil perhitungan biaya tunai pada suatu usahatani cenderung lebih tinggi dibanding biaya diperhitungkan. Biaya tunai sebesar Rp sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp Total biaya yang dikeluarkan pada usahatani tersebut adalah Rp Berdasarkan uraian biaya tersebut, maka biaya yang paling tinggi dalam usahatani cabai merah keriting adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga pada biaya tunai, yakni sebesar 50,69 persen dan biaya terkecil adalah pajak lahan dan penyusutan, yakni sebesar 0,13 persen dari total biaya. Benih yang digunakan pada usahatani cabai merah keriting di lokasi penelitian diperoleh dari Gapoktan Rukun Tani, dan varietas yang ditanam oleh petani responden adalah Varietas Seminis (TM 999) dan Ciko 99. Harga beli yang 42

56 diperoleh petani responden dari Gapoktan Rukun Tani adalah sama untuk setiap varietas, yakni Rp perbungkus dengan berat 10 gram. Kelompoktani Pondok Menteng menggunakan pupuk kandang dan pupuk kimia dalam usahatani cabai merah keriting. Pupuk kandang digunakan untuk menambah unsur hara tanah, mengurangi kerusakan tanah, dan khususnya untuk memperbaiki struktur organik tanah yang sudah hilang akibat penggunaan bahan kimia pada usahatani beberapa tahun sebelumnya. Jenis pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kotoran ayam. Sedangkan pupuk kimia yang digunakan dalam usahatani cabai merah keriting, yakni pupuk NPK, SP-36 dan KCL. Pestisida digunakan untuk membasmi hama dan penyakit secara kimia. Pestisida yang digunakan adalah dalam bentuk cair. Pestisida yang sering digunakan oleh kelompoktani Pondok Menteng dalam usahatani cabai merah keriting adalah Rubigan, Decis, Winder, Agrimex, Chorachron dan Pelengket. Jumlah rata-rata pestisida yang digunakan petani responden dalam usahatani cabai merah keriting adalah 40 liter per ha Pemasaran Petani cabai dikelompoktani Pondok Menteng menjual cabai hasil pertaniannya melalui gapoktan Rukun Tani, kemudian oleh gapoktan akan dijual ke pasar Teknik Umum Induk Kemang. Sistem pemasaran cabai merah keriting yang dilakukan oleh petani Pondok Menteng terbilang cukup sederhana, seperti pada gambar 3. Petani Gapoktan Rukun Tani Pasar TU Gambar 3: Sistem Pemasaran Cabai Merah Keriting Kelompoktani Pondok Menteng Sumber: gapoktan Rukun Tani,

57 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi adanya risiko. Risiko produksi yang sering dihadapi oleh petani Pondok Menteng pada usaha cabai merah keriting meliputi kondisi alam yang sulit diprediksi, hama dan penyakit tanaman cabai merah keriting. Risiko produksi ini menyebabkan tingkat produktivitas cabai merah keriting menurun sehingga penerimaan petani semakin kecil. Produktivitas yang berfluktuasi menunjukkan adanya nilai produktivitas yang tinggi, normal dan rendah. Produktivitas yang tinggi adalah produktivitas tertinggi yang pernah dicapai kelompoktani Pondok Menteng sedangkan produktivitas rendah adalah produktivitas yang terendah yang pernah dicapai oleh kelompoktani Pondok Menteng dalam produksi tanaman cabai merah keriting. Produktivitas normal adalah produktivitas yang sering diperoleh oleh petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok menteng. Tingkat produktivitas dinilai dari hasil perolehan panen yang terjadi selama 6 tahun pada periode tahun 2005 dan Pada tabel 10 dapat dilihat fluktuasi produktivitas cabai merah keriting di gapoktan Rukun Tani, dengan asumsi produktivitas tertinggi adalah produktivitas paling tinggi yang pernah dicapai yaitu ,33, produktivitas terendah adalah produktivitas paling rendah yaitu 4.697,5 dan produktivitas normal adalah rata-rata produktivitas yaitu 7.068,52. Tabel 10. Rata-rata Produktivitas Cabai Merah Keriting dan Peluang yang Dihadapi Kelompoktani Pondok Menteng, 2010 No Kondisi Produktivitas (Kg/Ha) Peluang 1 Tinggi ,33 0,16 2 Normal 7.068,52 0,67 3 Rendah 4.697,5 0,16 Sumber: Gapoktan Rukun Tani, 2011 (diolah) 44

58 Selain dari mengidentifikasi sumber risiko, hal lain yang perlu diperhatikan adalah menghitung peluang guna mengetahui frekuensi kejadian beresiko. Dalam usahatani cabai merah keriting menghitung frekuensi kejadian baik kejadian produktivitas tertinggi, terendah dan normal penting karena sangat menentukan produktivitas yang diharapkan. Peluang petani Pondok Menteng mencapai produktivitas cabai merah keriting tertinggi adalah 0,16 yang artinya jika petani Pondok Menteng mengusahakan cabai merah keriting sebanyak 6 kali periode maka produktivitas tertinggi yang akan dicapai adalah sebanyak satu kali. Selanjutnya peluang produktivitas normal dan produktivitas terendah masingmasing 0,67 dan 0,16. Tabel 10 menunjukkan bahwa peluang produktivitas yang sering dicapai oleh petani Pondok Menteng adalah produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tinggi dan produktivitas rendah. Secara langsung Tabel 10 menunjukkan adanya fluktuasi produktivitas yang diperoleh petani Pondok Menteng, hal ini mengindikasikan bahwa usahatani cabai merah keriting yang diusahakan oleh petani Pondok Menteng menghadapi risiko. Jenis risiko yang dihadapi oleh petani tersebut adalah risiko produksi. Sumber utama risiko produksi pada usahatani cabai merah keriting yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng meliputi, hama dan penyakit, keadaan cuaca dan iklim, kondisi tanah dan tenaga kerja. Risiko produksi yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng tersebut akan dibahas lebih terperinci dibawah ini. 1. Hama dan Penyakit Hama maupun penyakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil produksi tanaman cabai. Keberadaan hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai ini membuat produktivitas cabai berfluktuasi, bahkan sering sekali menyebabkan kerugian. Beberapa hama dan penyakit yang umum menyerang cabai meliputi kutu daun persik, Thrip, ulat buah, lalat buah, ulat grayak, antraknosa, bercak daun, busuk fitopthora, layu fusarium, bercak bakteri, layu bakteri dan gulma. Adapun hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman cabai merah keriting milik petani Pondok Menteng yaitu layu bakteri, thrip, antraknosa, layu fusarium dan akar gada. 45

59 Layu bakteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Serangannya ditandai dengan layunya daun dari atas kanopi tanaman muda, sementara pada tanaman tua layunya daun tanaman dari bawah ke atas secara berangsur-angsur. Bakteri ini dapat bertahan ditanah selama dua tahun, oleh karena itu lahan penanamannya jng bekas dari pertanaman yang sefamily dengan cabai. Pencegahan untuk penyakit ini adalah membuat drainase lahan yang baik untuk menghindari genangan, penyemprotan bakterisida seperti Agrimycin 15/1,5 WP. Thrip merupakan hama berwarna kuning kecoklatan, telur berbentuk oval diletakkan dalam jaringan daun. Gejala serangan ditandai dengan adanya noda keperakan yang tidak beraturan. Noda keperakan lebih lanjut berubah menjadi cokelat tembaga dan menyebabkan daun mengering keatas. Cara mengatasinya dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara kimia dengan menyemprotkan insektisida jenis curacron 500 EC, secara biologi dengan menempatkan musuh alaminya sebagai contoh tungau predator. Tetapi cara kedua biasanya lebih rumit sehingga petani jarang sekali menggunakan cara itu. Penyakit antraknosa atau penyakit yang menyebabkan busuk buah ini disebabkan oleh cendawan colletotrichum capsici sydow dan colletotrichum gloeosporiodes pens. Penyakit ini memiliki gejala seperti biji gagal berkecambah, batang kecambah rapuh, pucuk mati dan infeksinya menjalar kebagian bawah, bercak dipermukaan kulit buah dan biasanya penyakit ini menyerang pada saat menjelang buah masak. Menurut petani Pondok Menteng penyakit ini muncul setelah kurang lebih 10 kali pemetikan buah yaitu pada saat umur cabai kira-kira 4 bulan. Penyakit ini memiliki daya merusak terhadap produksi sehingga perlu untuk diatasi yakni dengan memusnahkan tanaman yang sudah terinfeksi dan menyemprotkan fungisida jenis Bendas untuk mengurangi patek dalam bahasa sehari-hari. Layu fusarium, penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang berada dalam pembuluh kayu tanaman cabai, infeksi awal terjadi dipangkal batang tanaman yang berdekatan dengan tanah. Bagian tersebut membusuk, berwarna cokelat, dan terus menjalar keperakaran dan akhirnya akar tanaman pun membusuk. Penyakit ini sangat berkembang didataran rendah, khususnya lahan dengan drainase yang 46

60 buruk. Pencegahan dapat dilakukan dengan menanam cabai dilahan bebas pathogen, dan sebaiknya gunakan lahan bekas penanaman padi atau palawija. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida yang berbahan aktif seperti benlete. Dan penyakit terakhir yang sering dihadapi oleh petani adalah akar gada, yaitu ketidakmampuan akar menyuplai zat-zat makanan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan cabai sehingga pohon cabai tumbuh dengan kerdil dan berbuah sedikit. Biasanya disebabkan karena struktur tanah yang tidak sesuai dengan standar yang baik untuk penanaman cabai. Hama dan penyakit pada cabai merah keriting dapat dilihat dilampiran Keadaan Cuaca dan Iklim Kondisi alam seperti cuaca dan iklim menjadi suatu ketidakpastian (uncertainty), karena merupakan bagian risiko yang harus dihadapi oleh petani yang tidak dapat diukur. Perubahan cuaca semakin sulit diprediksi, karena siklus cuaca tidak sesuai lagi dengan siklus normalnya. Seperti halnya produk pertanian yang lain, produksi tanaman cabai khususnya cabai merah keriting juga dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Bahkan tanaman cabai merupakan salah satu tanaman yang sangat sensitif dengan perubahan cuaca. Oleh karena itu petani menghadapi kesulitan dalam menentukan musim tanam berikutnya. Dari hasil wawancara dengan petani, cabai paling baik ditanam dengan kondisi antara hujan dan panas dan biasanya terjadi pada bulan tiga. Keadaan ini akan memberi pengairan yang baik untuk cabai dan sinar matahari yang cukup bagi pertumbuhan cabai. Pada musim hujan cabai menghadapi berbagai macam risiko salah satunya terjadinya pembusukan baik diakar, batang dan daun sehingga secara perlahan tanaman cabai akan mati. Selanjutnya gulma tumbuh sangat subur pada saat musim hujan dan ini menjadikan gulma sebagai risiko pada tanaman cabai. Gulma dapat merugikan dan mengganggu pertumbuhan cabai melalui perebutan unsur hara di dalam tanah, menjadi inang bagi serangga vektor dan pathogen penyakit. Pada musim kemarau cabai juga menghadapi risiko seperti hama dan penyakit. Hama thrip populasinya sangat tinggi pada musim kemarau yang penyebarannya dibantu oleh tiupan angin oleh karena itu petani harus mampu membuat strategi penanganan risiko yang dihadapi tanaman cabai baik pada musim kemarau dan musim hujan. 47

61 3. Keterampilan Tenaga Kerja Keterampilan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya cabai merah keriting. Ketersediaan tenaga kerja yang terampil sangat mempengaruhi keberhasilan produksi. Tenaga kerja dalam hal ini adalah petani sangat berperan dalam setiap kegiatan usahatani cabai merah keriting yang diusahakannya. Dalam kelompoktani Pondok Menteng produktivitas juga dipengaruhi oleh keahlian tenaga kerja yaitu petani sendiri. Sering sekali petani mengandalkan pengetahuannya sendiri dalam memproduksi cabai merah keriting, karena menganggap pengalamannya dalam bertani sudah cukup. Sehingga temuan atau informasi terbaru dari berbagai pihak seperti dari dinas pertanian terkait peningkatan produktivitas cabai kurang diperhatikan. Petani Pondok Menteng menerapkan Standart Operation Procedure (SOP) dalam produksi tanaman cabai, mulai dari cara penanaman, plot tanam dan pola penanaman. Tapi tidak semua petani yang mengikuti SOP tersebut, hanya sebagian dan sebagian lagi mengandalkan pengetahuan dan pengalaman sendiri. Hal ini mempengaruhi produktivitas tanaman cabai merah keriting Pondok Menteng. 4. Kondisi Tanah Lahan yang digunakan untuk penanaman cabai merah keriting harus dilakukan pembersihan terlebih dahulu yang meliputi pencabutan rumput-rumput liar atau gulma, dan pembersihan tanaman keras dan selanjutnya dilakukan penggemburan serta pemberian pupuk kandang. Hal ini karena cabai membutuhkan tanah dengan unsur hara yang cukup dan ph yang sesuai untuk tumbuh baik. Sebagian besar tingkat kesuburan lahan dipengaruhi oleh tingkat keasaman atau ph (potensial of Hidrogen) lahan, yang lebih bawah. Secara teoritis ph yang baik untuk menanam cabai merah keriting berkisar antara 6,5 7 yang berarti bahwa tanah tersebut dalam keadaan netral. Apabila kondisi tanah tidak sesuai dengan kualifikasi tanaman cabai maka cabai menghadapi risiko gagal produksi. Tanah bisa menjadi sumber penyakit bagi cabai hal ini dikarenakan tanah tersebut bekas tanaman sefamili cabai. Khusus pada musim hujan sinar matahari tidak optimal sehingga kebun menjadi lembap, oleh karena 48

62 itu perlu membuat bedengan. Bedengan dibuat lebar sehingga jarak tanam bisa diperlebar untuk mengurangi kelembapan yang tinggi Penilaian Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pengukuran risiko produksi yang akan dilakukan pada usahatani kelompoktani Pondok Menteng yaitu penilaian spesialisasi. Pengukuran risiko produksi hanya dilakukan pada satu jenis usahatani yaitu tanaman cabai merah keriting Pondok Menteng. Risiko produksi dapat dihitung menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation untuk mengetahui pendapatan bersih terendah yang mungkin diterima oleh petani. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui besar risiko pada usahatani cabai merah keriting. Dasar perhitungan dalam pengukuran risiko adalah menggunakan data tingkat produktivitas cabai merah keriting kelompoktani Pondok Menteng dari periode waktu 2005 dan 2010 serta peluang tertinggi, terendah dan normal cabai merah keriting. Peluang dihitung berdasarkan asumsi dari petani Pondok Menteng, hal ini ditentukan berdasarkan pengalaman petani selama membudidayakan tanaman cabai merah keriting. Dasar perhitungan menggunakan data frekuensi terjadinya peristiwa pada kondisi yang dianalisis dimana kejadian tersebut pernah dialami dan sudah berlangsung selama menjalankan kegiatan usaha pada setiap periode produksi. Setelah terlebih dahulu memperoleh nilai peluang usaha dalam mendapatkan produktivitas tertinggi, normal, dan terendah, selanjutnya dapat dilakukan penilaian terhadap tingkat risiko produksi yang dihadapi kelompoktani Pondok Menteng dengan mengukur penyimpangan yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standart deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti misalnya standart deviation merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standart deviation dengan nilai ekspektasi return dari budidaya cabai merah keriting. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Dalam kajian ini return yang dihitung adalah pendapatan dari hasil perkalian produksi dengan harga cabai merah 49

63 keriting. Sehingga untuk melihat hasil pengukuran risiko produksi cabai merah keriting yang tepat adalah dengan menggunakan koefisien variasi. Dengan ukuran coefficient variation, analisis kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return. Hasil penilaian risiko produksi budidaya cabai merah keriting kelompoktani Pondok Menteng dapat dilihat pada Tabel 11 dan untuk perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 11. Hasil Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Penerimaan Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, 2010 No Ukuran Nilai 1 Expected Return ,11 2 Variance E+17 3 Standard Deviasi ,1 4 Coefficient Variance 0,50 Dari hasil pengukuran risiko pada Tabel 11 dapat disimpulkan ekspektasi penerimaan sebesar ,11 dengan varian 4,52. Artinya bahwa dengan risiko yang dihadapi cabai merah keriting sebesar 4,52 maka diharapkan ekspektasi penerimaan sebesar ,11. Expected return dihitung berdasarkan penjumlahan dari hasil perkalian untuk setiap nilai penerimaan yang tertinggi, terendah dan normal dengan peluangnya masing-masing dalam memperoleh penerimaan tertinggi, terendah dan normal tersebut. Dengan mengetahui harapan penerimaan yang diperoleh dari usaha cabai merah keriting berdasarkan perhitungan risiko, maka petani mempunyai acuan dalam merencanakan dan melanjutkan usahatani cabai merah keriting. Pada dasarnya ukuran yang tepat untuk melihat besar risiko pada usahatani cabai merah keriting adalah menggunakan koefisien variasi. Dari hasil pengukuran risiko di dapat hasil koefisien variasi sebesar 0,5 yang artinya untuk setiap satu satuan hasil yang diperoleh dari usahatani cabai merah keriting, maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,5. Dapat juga diartikan untuk setiap satu 50

64 kilogram cabai merah keriting yang dihasilkan, akan mengalami risiko sebesar 0,5 kg pada saat terjadi risiko produksi. Semua usaha khususnya dibidang pertanian selalu berusaha mencapai keuntungan yang diharapkan dalam hal ini berupa besar pendapatan yang diterima. Begitupula petani Pondok Menteng juga mengharapkan penerimaan yang besar dari hasil usahatani cabai merah keriting. Walaupun terkadang perhitungan keuntungannya tidak dihitung seakurat perhitungan keuntungan yang dilakukan perusahaan, karena terkadang petani tidak menghitung biaya tenaga kerja. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh pendapatan tertinggi, normal dan terendah petani Pondok Menteng yang ada pada lampiran 10. Perhitungan risiko produksi yang dilakukan mengidentifikasi bahwa petani Pondok Menteng menghadapi risiko dalam usahataninya. Dimana risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian yang akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh petani. Hal ini disebabkan oleh jumlah hasil produksi yang berkurang, atau gagal panen, sehingga sangat penting untuk melakukan penanganan sesuai risiko yang dihadapi Strategi Penanganan Risiko Setelah mengidentifikasi dan mengukur risiko yang dihadapi oleh petani yang tergabung dalam kelompoktani Pondok Menteng, maka sangat perlu memutuskan bagaimana penanganan risiko tersebut. Risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor manusia, teknologi dan alam jika ditangani dengan baik akan memperkecil kerugian yang di derita oleh pelaku usaha. Dengan kata lain setiap pelaku usaha yang menerapkan manajemen risiko yang baik akan lebih menguntungkan daripada pelaku usaha yang tidak memiliki manajemen risiko yang baik. Petani-petani Pondok menteng sadar betul bahwa dalam budidaya tanaman cabai merah keriting akan menghadapi berbagai macam risiko. Oleh karena itu petani harus mempunyai strategi dalam menghadapi risiko tersebut. Pada dasarnya petani Pondok Menteng belum menerapkan manajemen risiko dengan baik, sebab petani memiliki pengetahuan yang terbatas akan hal itu. Petani hanya mampu 51

65 mengantisipasi risiko kegagalan produksi dengan belajar berdasarkan pengalaman sebelumnya tanpa mampu memperhitungkan besarnya risiko yang dihadapi. Sebelum menentukan strategi penanganan risiko hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi risiko, melakukan pengukuran besar risiko baru kemudian menentukan solusi yang tepat. Pada kasus usahatani kelompoktani Pondok Menteng risiko yang dihadapi meliputi hama dan penyakit, keadaan cuaca dan iklim, kondisi tenaga kerja dan keadaan tanah. Kemudian dilakukan pengukuran risiko, dimana berdasarkan perhitungan koefisien variasi besar risiko yang dihadapi petani cabai merah keriting adalah sebesar 0,5. Penanganan risiko yang akan diterapkan pada usahatani cabai merah keriting pada kajian ini adalah penanganan risiko secara preventif dan secara mitigasi. Penanganan risiko secara preventif adalah penanganan dengan cara menghindari terjadinya risiko. Berikut strategi preventif yang dapat dilakukan kelompoktani Pondok Menteng. 1. Untuk mengatasi serangan hama dan penyakit, petani harus lebih konsentrasi pada pola penanaman tanaman cabai yang baik. Risiko hama dan penyakit yang terjadi pada kelompoktani Pondok Menteng itu disebabkan karena petani tidak mengikuti prosedur budidaya cabai yang telah ditetapkan gapoktan Rukun Tani dengan adanya SOP. Sebagian petani lebih mengandalkan pengalamannya dalam usahatani cabai, akibatnya hasil produksi menjadi bervariasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari atau mengurangi risiko hama dan penyakit dalam budidaya tanaman cabai merah keriting yaitu, memperhatikan kondisi tanah, melakukan penyemaian dengan baik, perawatan tanaman seperti pembersihan gulma, penggunaan bahan-bahan kimia dengan dosis yang ditentukan dan perlakuan yang rutin dalam pemeliharaan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bab teknis dan teknologi produksi. 2. Kondisi alam yang berubah-ubah memang menjadi risiko yang tidak dapat diprediksi tetapi dapat dikelola dengan melakukan penyesuaian pola tanam. Sebagai contoh pada saat musim hujan untuk mengurangi kelembapan yang tinggi dapat diatasi dengan membuat bedengan yang cukup tinggi dan lebih 52

66 lebar, sehingga jarak tanam bisa diperlebar untuk mengurangi kelembapan. Idealnya tinggi bedengan minimum 50 cm dan lebar cm. begitupula dengan musim kemarau petani dapat membuat bendungan air dalam memenuhi kebutuhan air tanaman cabai selama musim kemarau. 3. Tenaga kerja dalam hal ini adalah petani sendiri perlu mendapat pelatihan atau penyuluhan seputar pengetahuan tetang budidaya cabai merah keriting oleh penyuluh. Hal ini akan menjadikan petani lebih ahli dalam usahatani cabai, karena pengetahuan yang di dapat disesuaikan dengan pengalaman dilapangan. Strategi mitigasi adalah strategi untuk mengurangi besar kerugian yang akan dihadapi oleh petani. Strategi mitigasi terdiri dari dua jenis yaitu strategi diversifikasi dan tumpangsari. Salah satu penanganan risiko yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah diversifikasi antara tanaman cabai merah keriting dan tanaman sawi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan diversifikasi akan lebih mengurangi risiko yang dihadapi atau sebaliknya. Menurut Barron (1993), diversifikasi adalah menyebar investasi dimana dapat meminimalkan risiko kehilangan semua aset bila satu investasi memburuk. Diversifikasi merupakan suatu kebijakan untuk menyalurkan modal kearah berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko dan menjamin tingkat pendapatan seaman dan seuntung mungkin. Dalam melakukan perencanaan beberapa jenis investasi dalam suatu perusahaan penting untuk diperhitungkan hubungan dan pengaruh investasi tersebut terhadap tingkat risiko yang akan dihadapi manajemen. Pemilihan jenis investasi harus didasari pada pengurangan tingkat risiko yang terbaik dalam menghasilkan tingkat pendapatan yang diinginkan. Kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha seperti halnya kegiatan usaha spesialisasi. Risiko yang terdapat dalam kegiatan diversifikasi dinamakan risiko portofolio. Dalam satu tahun petani Pondok Menteng dapat melakukan tiga kali musim tanam sawi per tahun, tetapi petani responden dalam penelitian ini tidak melakukan tiga kali musim tanam tapi ada yang satu dan dua kali musim tanam pertahun seperti dilampiran 11. Berikut ini adalah perhitungan risiko portofolio pada komoditas cabai merah keriting dan sawi. 53

67 Tabel 12. Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Penerimaan pada Cabai Merah Keriting, Sawi dan Portofolio Cabai Merah Keriting dan Sawi. Ukuran Cabai Merah Keriting Sawi Portofolio Variance 4,52 2,23 2,26 Ekspected Return , , ,56 Standard Deviation , , Coefficient Variation 0, ,50 Berdasarkan Tabel 12 dilihat dari perbandingan risiko produksi berdasarkan penerimaan bahwa hasil perhitungan koefisien variasi paling kecil adalah pada usaha sawi yaitu 0,23 yang artinya sawi mengalami risiko yang paling kecil. Hal ini dikarenakan sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah diusahakan sehingga produktivitasnya cenderung sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya tanaman sawi adalah tanaman sampingan dengan luas tanam yang tidak menentu atau berubah-ubah setiap musim tanam. Bila dibandingkan ekspektasi penerimaan pada cabai merah keriting lebih besar dari ekspektasi penerimaan sawi, sedangkan risiko yang dihadapi cabai merah keriting juga lebih besar dari risiko yang dihadapi oleh sawi ini mendukung pernyataan tentang high risk high return dan low risk low return. Dari hasil perhitungan juga dapat dilihat bahwa koefisien variasi antara cabai merah keriting dengan kombinasi cabai merah keriting dan sawi adalah sama yaitu 0,5 sedangkan ekspektasi penerimaan cabai merah keriting lebih besar daripada ekspektasi penerimaan kombinasi cabai merah keriting dan sawi. Hasil penilaian ini menunjukkan apabila petani mengusahakan kombinasi cabai merah keriting dan sawi akan menghadapi nilai risiko yang sama jika hanya mengusahakan cabai merah keriting saja. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti fluktuasi harga, musim tanam, risiko hama dan penyakit dan luas tanam. Harga cabai merah keriting yang diterima oleh petani sangat berfluktuatif dimana harga tertinggi Rp dan terendah Rp 6700 dengan range Rp

68 sehingga menyebabkan penerimaan berfluktuatif. Cabai merah keriting juga sangat rentan dengan hama dan penyakit risiko ini dapat mempengaruhi produktivitas yang diperoleh petani. Musim tanam cabai merah keriting yang hanya sekali dalam satu tahun sedangkan sawi dua atau tiga kali musim tanam dalam satu tahun. 55

69 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Usahatani cabai merah keriting mengindikasikan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh petani Pondok Menteng. Dimana risiko produksi tersebut meliputi hama dan penyakit, kondisi cuaca dan iklim, tenaga kerja dan kondisi tanah. Semua risiko tersebut akan mempengaruhi hasil produksi sehingga menyebabkan kerugian. 2. Hasil perhitungan diketahui bahwa risiko yang dihadapi komoditas cabai merah keriting sama besarnya dengan risiko yang dihadapi saat portofolio yaitu dengan koefisien variasi sebesar 0,5. 3. Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan pada usahatani cabai merah keriting adalah strategi preventif yaitu pencegahan terencana yang dilakukan sebelum berproduksi mulai dari pola tanam, penyemaian dan perawatan Saran Petani Pondok Menteng merupakan pelaku usaha yang tergolong kecil, sehingga apabila terjadi kegagalan produksi akan sangat menderita kerugian. Oleh karena itu hal yang dapat dilakukan dalam mencegah kerugian tersebut adalah dengan melakukan perawatan secara rutin (preventif maintenance) agar risiko produksi yang dihadapi oleh tanaman cabai merah keriting dapat diminimalisir. Dari hasil perhitungan portofolio petani sebaiknya tidak melakukan diversifikasi, sebaiknya usaha spesialisasi saja yaitu usahatani cabai merah keriting dan sawi secara masing-masing. 56

70 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor dalam Angka. Bogor. BPS Kabupaten Bogor. Aziz, A. F Analisis Risiko Dalam Usaha Ternak Ayam Broiler, Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Debertin D.L Agricultural Production Economics. New York: Macmillan. Publishing Company. [Deptan] Departemen Pertanian Ministry of Agriculture Republic of Indonesia. Departemen Petanian. Jakarta. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultura Konsumsi Per kapita Hortikultura. Jakarta: Ditjen Hortikultura, Kementrian Pertanian. Djohanputro B Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: PPM. Elton E. J., M. J. Gruber Risk Reduction and Portfolio Size: An Analytical Solution. Journal of Business 50: Hardaker, J. Brian, Raud B.M. Huirne, and Jock R. Anderson, Coping With Risk in Agriculture, New York: CAB International, Harwood, et al Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No Market and Trade Economic Division and Resource Economics Division, Economic Research Service U.S. Department of Agriculture. Kountur, R Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Kountur, R Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur. Lestari A Manajemen risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei (Litopenaeus vannamei), studi kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Robison L.J, Barry P.J The Competitive Firm s Response to Risk. Macmillan Publisher. London. Safitri N Analisis Risiko Produksi Daun Potong di PT.Pesona Daun Mas Asri, Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 57

71 Tarigan, P. E. S Analisis resiko produksi sayuran organik pada Permata Hati Organic farm di Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Utami Analisis risiko produksi bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Wisdya S Analisis risiko anggrek Phalaenopsis pada PT Ekakarya Graha Flora di Cikampek, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 58

72 LAMPIRAN 59

73 Lampiran 1. Jenis Usaha/komoditi yang diusahakan oleh Anggota Gapoktan (2010) No Jenis Usaha Skala Usaha Pertahun (Ha/Ekor ) Produk- tivitas (Kw) Produksi/ Volume Pertahun (Ton) Volume (Ton/ Ekor) Pemasaran Lokasi Peluang Lama Berusah a Pertanian 1 Padi Sawah Pasar lokal Jagung manis Pasar TU Kemang Supermar ket Cabai keriting Sda 4 Tomat Sda Supermar ket Supermar ket Buncis Sda Kc. Panjang Sda Timun Sda 8 Pakcoy Sda 9 Caisim Sda 10 Terung Sda Peternakan Supermar ket Supermar ket Supermar ket Supermar ket Sapi 25 ekor Dijual di tempat Kambing/ Domba 300 ekor Dijual di tempat Kelinci 1000 ekor Dijual di tempat Luar Daerah 2007 Pengolahan Sale Pisang 1 Sale Pisang 6 ton 6 6 Dijual di tempat

74 Lampiran 2. Fasilitas Usahatani yang Dimiliki Oleh Gapoktan Rukun Tani No Fasilitas Jumlah (Unit) Sumber Kondisi 1 Alat dan Mesin Pertanian 1. Hand Traktor 2 Bantuan dan Swadaya Baik 2. Cangkul 15 Swadaya Baik 3. Sabit 10 Swadaya Baik 4. Kored 10 Swadaya Baik 5. Emrat 10 Swadaya Baik 6. Drum 15 Swadaya Baik 7. Pisau 20 Swadaya Baik 8. Meja Kursi 1 Swadaya Baik 9. Pisau Stainless 1 Bantuan Baik 10. Timbangan 600 Kg 1 Bantuan Baik 11. Timbangan duduk 10 Kg 1 Bantuan Baik 12. Keranjang 40 Kg 140 Bantuan Baik 13. Foot Sealer 1 Bantuan Baik 14. Gunting Stainless 5 Bantuan Baik 16. Food Handwraper 1 Bantuan Baik 17. Torn Air 1 Bantuan Baik 18. Plastik wrapping 1 Bantuan Baik 19. Pompa air 1 Bantuan Baik 20. Lori Angkut 1 Bantuan Baik 21. Chopper 1 Bantuan Baik 2 Mobil 2 Swadaya dan Bantuan Baik Lampiran 3. Struktur Organisasi Rukun Tani 61

75 Ketua Hj. Misbah Sekretaris Bendahara Pak Jamil Pak Cecep Ketua Pondok Menteng Ketua Bina Mandiri Ketua Sukamaju Ketua Silih Asih Ketua Sawah Lega Ketua Tani Jaya Ketua KWT Lampiran 4. Data Dasar Gapoktan Rukun Tani 62

76 1. Nama Gapoktan : RUKUN TANI 2. Alamat Lengkap Kampung : Pondok Menteng Rt. 02/03 Desa : Citapen Kecamatan : Ciawi Kabupaten : Bogor No. Telp / Hp : (0251) , Hp Tahun terbentuk : Tahun Pengukuhan : 29 Juni Jumlah Anggota : 105 0rang 6. Status Kelembagaan a. Berbadan Hukum Akte Notaris : Ada, Nomor : 14 Tanggal 26 November 2008 NPWP : Ada, Nomor : Susunan Kepengurusan : Ketua : H. Misbah Sekretaris : Jamil Bendahara : Cecep Rahmat Unit Usaha 1. Pertanian & Hortikultura : Ninih & H. Misbah 2. Peternakan : Sarno & Yudi Suwandi 3. Perikanan : H. Majen & H. Harun 4. Pemasaran : Ismail & Apud 5. Sarana Produksi Pertanian : Dadang 6. Alsintan : Enoh & Enday 8. Kelompoktani tergabung Kelompoktani Pondok Menteng : Ketua : H. Misbah Anggota : 20 orang Kelompoktani Sukamaju : Ketua : Sarno Anggota : 20 orang Kelompoktani Bina Mandiri : Ketua : Yudi S Anggota: 20 orang Kelompoktani Silih Asih : Ketua : H. Agus Anggota : 5 orang Kelompoktani Sawah Lega : Ketua : H. Tohiri Anggota : 20 orang Kelompoktani Tani Jaya : Ketua : Dade Anggota : 20 orang Lampiran 5. Pola Tanam Komoditi Cabai Merah Keriting di Kelompoktani Pondok Menteng 63

77 LAHAN KERING Pola Tanam Cabai Merah Keriting Sawi Cabai Merah Keriting Bera BULAN OKT NOV DES JAN FEB MRT APR IL MEI JUN I JULI AGU ST SE PT Lampiran 6. Gambar Plot Tanam Cabai Merah Keriting yang diterapkan di Kelompoktani Pondok Menteng 64

78 Plot tanam cabai merah keriting Pemasangan Tajir untuk menopang pohon cabai Pohon cabai siap panen Lampiran 7. Komponen Biaya Usahatani Cabai Merah Keriting per Periode Tanam per Satu Hektar pada Kelompoktani Pondok Menteng. No Komponen Jumlah Harga Nilai (Rp) (%) 65

79 (Rp) A. Biaya Tunai 1. Benih (Gr) ,83 2. Pupuk kandang (Kg) ,77 3. Pupuk NPK (Kg) ,31 4. Pupuk SP-36 (Kg) ,63 5. Pupuk KCL (Kg) ,68 6. Pestisida (Liter) Rubigan 6, ,9 2,00 Decis 5, ,9 1,62 Winder 6, ,5 1,76 Agrimex 9, ,4 3,72 Curacron 5, ,5 1,07 Pelengket 6, ,4 0,30 7. Nutrisi (Liter) Atonik 10, ,2 2,11 Supergo 10, ,2 0,68 Bayfolan 7, ,6 0,70 Gandasil B 8, ,5 0,42 Gandasil D 5, ,8 0,27 8. Tenaga Kerja Luar ,69 66

80 Keluarga (HOK) 9. Sewa Lahan , Turus (Batang) , Tali Rafia (Gulung) , Polybag (Kg) , Karung (buah) , Pajak Lahan ,13 Jumlah Total Biaya Tunai B. Biaya Diperhitungkan 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HOK) 2. Sewa Lahan Diperhitungkan , ,84 3. Penyusutan Peralatan ,13 Jumlah Total Biaya Diperhitungkan C. Jumlah Total Biaya ,00 Lampiran 8. Hama dan Penyakit yang Menyerang Cabai Merah Keriting di Kelompoktani Pondok Menteng. 67

81 Layu Fusarium thrip pada daun cabai Akar Gada Antraknosa (Patek) Layu Bakteri Lampiran 9. Perhitungan Nilai Variance, Expected Return dan Coefficient Variation pada Cabai Merah Keriting. 68

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI NATALINA SIANTURI H34086062 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam struktur ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT DAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT DAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT DAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI JAYANTI MANDASARI H34080077 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu

Lebih terperinci

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Lampiran 1. Ekspor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Ekspor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volum Nilai (US$) e (Kg) Tanaman pangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI CAISIN (Brassica rapa cv. caisin) DI DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI CAISIN (Brassica rapa cv. caisin) DI DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI CAISIN (Brassica rapa cv. caisin) DI DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MEIRANTI YUDI PRATIWI H34096061 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia Sektor perikanan di Indonesia masih dipandang memiliki prospek yang cerah untuk terus dikembangkan karena potensi yang dimiliki tidak hanya dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan. Penanaman komoditas sayuran tersebar luas di berbagai daerah yang cocok agroklimatnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci