BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want, dipenuhi, maka akan berpotensi untuk muncul kembali sampai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want, dipenuhi, maka akan berpotensi untuk muncul kembali sampai"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want, kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspon. Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut dan hasilnya orang akan merasa puas. Apabila kebutuhan tersebut belum direspon atau dipenuhi, maka akan berpotensi untuk muncul kembali sampai terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan (Notoatmodjo, 2007). Setiap individu memiliki kondisi internal, dimana kondisi tersebut ikut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan tersebut berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dapat diartikan juga sebagai dorongan mental 10

2 terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat (Uno, 2008). Menurut Purwanto (1998) motif adalah penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan atau tenaga penggerak lainnya yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif-motif tersebut memberi tujuan dan arah kepada perilaku manusia, juga kegiatan yang dilakukan setiap hari mempunyai motif-motif tertentu. Niewhof, dkk (2004) dalam tulisan Indie (2009), menggambarkan motivasi sebagai why of human behavior, yang berarti bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang merupakan satu dorongan dasar yang menjadi alas an seseorang untuk memutuskan melakukan sesuatu atau tidak. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau keinginan dalam diri manusia yang menyebabkan individu melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Konsep Motivasi Menurut Notoatmodjo (2007), para ahli merumuskan konsep atau teori tentang motivasi, diantaranya yaitu: a. Teori Mc Clelland Teori ini menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi, yakni motif primer atau motif yang yang tidak dipelajari, dan 11

3 motif skunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan orang lain. Motif ini sering disebut dengan motif sosial. Motif primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah timbul pada setiap manusia secara biologis, sehingga mendorong seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologis seperti makan, minum, seksualitas dan kebutuhan-kebutuhan biologis yang lain. Motif skunder adalah motif yang ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi sosial. Motif sosial ini dapat dibedakan menjadi 3 motif yaitu: 1) Motif Berprestasi Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya secara maksimal. Dalam memperoleh hasil yang lebih baik realitanya tidak mudah dan banyak kendala, oleh sebab itu perlu dorongan untuk berusaha mengatasi kendala tersebut dengan memelihara semangat belajar yang tinggi, sehingga motif berprestasi adalah dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan kepada ukuran keunggulan dibanding dengan standar ataupun orang lain. 2) Motif Berafiliasi Motif berafiliasi adalah kebutuhan atau dorongan manusia untuk menjadi bermakna interaksinya dengan manusia yang lain (sosial). Agar kebutuhan berafiliasi ini terpenuhi, maka harus menjaga hubungan baik dengan orang lain. 12

4 3) Motif Berkuasa Motif berkuasa adalah dorongan manusia untuk berusaha mengarahkan perilaku seseorang atau manusia lain untuk mencapai kepuasan melalui tujuan tertentu, seperti kekuasaan dengan cara mengontrol atau mengawasi orang lain. b. Teori Mc Gregor Dalam penelitiannya, Mc Gregor menyimpulkan teori motivasi itu dalam teori X dan Y. Teori ini didasarkan pada pandangan konvensional atu klasik (teori X) dan pandangan baru atau modern (teori Y). Teori X yang bertolak dari pandangan klasik ini bertolak dari anggapan bahwa : 1) Pada umumnya manusia itu tidak senang bekerja; 2) pada umumnya manusia cenderung sesedikit mungkin melakukan aktivitas atau bekerja; 3) pada umumnya manusia bersifat egois dan kurang acuh terhadap organisasi. Oleh sebab itu, dalam melakukan pekerjaan harus diawasi denga ketat. Teori Y yang bertumpu pada pandangan atau pendekatan baru ini beranggapan bahwa; 1) Pada dasarnya manusia itu tidak pasif, tetapi aktif; 2) pada dasarnya manusia itu tidak malas kerja, tapi suka bekerja; 3) pada umumnya manusia itu dapat berprestasi dalam menjalankan pekerjannya; 4) pada umumnya manusia selalu berusaha mencapai sasaran atau tujuan organisasi; 5) pada umumnya manusia selalu mengembangkan diri untuk mencapai tujuan atau sasaran. 13

5 c. Teori Herzberg Teori motivasi ini dikenal dengan teori motivasi dua faktor (Herzberg s two factors motivation theory). Jadi menurut teori ini, ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam tugas atau pekerjaannnya, antara lain: 1) Faktor-faktor penyebab kepuasaan (Satisfierr) atau faktor motivasional. Faktor ini menyangkut kebutuhan psikologis seseorang seperti serangkaian kondisi intrinsik. Apabila kepuasaan belajar tercapai, maka akan menggerakkan tingkat motivasi atau kepuasan ini antara lain; prestasi (achievement), penghargaan (recognition), tanggung jawab (responsibility), kesempatan untuk maju (possibility of growth), dan pekerjaan itu sendiri (work). 2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissastifaction) atau hygiene factor. Faktor ini menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan atau maintenance factor yang merupakan hakikat manusia yang ingin memperoleh kesehatan badaniyah. Hilangnya faktor-faktor ini akan menimbulkan ketidakpuasan bekerja (dissatisfaction). Faktor higienes ini meliputi kondisi fisik lingkungan (physical environment), hubungan interpersonal (interpersonal relationship) kebijakan dan administrasi (policy and administration), dan pengawasan (supervision), reward, dan keamanan. 14

6 d. Teori Maslow Teori motivasi ini merupakan lanjutan atau pengembangan dari teori Eltom Mayo ( ) dengan mendasarkan pada kebutuhan manusia yang dibedakan antara kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis, atau disebut kebutuhan materi (biologis) dan kebutuhan non materi (psikologis). Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten pada diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan rasa aman (bebas cahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri. Teori ini dikenal sebagai teori kebutuhan (needs) yang digambarkan seperti berikut: Aktualisasi Diri Penghargaan/penghormatan Rasa memiliki dan cinta/sayang Perasaan aman dan nyaman Kebutuhan Fisiologis Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan Maslow (Sumber: Stephen P. Robbin, 1996:214 dikutip oleh Uno 2008) Teori ini mempunyai makna serta peranan kognisi dalam kaitannya dengan perilaku seseorang yang menjelaskan adanya peristiwa internal yang terbentuk sebagai perantara dari stimulus tugas dan tingkah laku berikutnya (Uno, 2008). 15

7 3. Tujuan Motivasi Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan motivasi, maka setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi (Purwanto, 2007). 4. Jenis Motivasi Menurut Abraham C. dan Shanley F.(1999) dalam bukunya Sunaryo (2004), jenis motivator secara umum adalah uang, penghormatan, tantangan, pujian, kepercayaan atasan, lingkungan kerja yang menarik, jam kerja yang fleksibel, promosi, persahabatan, pengakuan, penghargaan, kemandirian, lingkungan yang kreatif, bonus atau hadiah, ucapan terimakasih, dan keyakinan dalam bekerja. B. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia, karena manusia selain sebagai makhluk biologis, manusia merupakan makhluk sosial dan budaya. Artinya manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lain. Seperti contoh bayi yang baru dilahirkan tidak mempunyai daya, sehingga membutuhkan bantuan 16

8 orang dewasa yang lain agar mampu bertahan hidup. Selain itu bayi yang baru dilahirkan memiliki beberapa naluri atau insting dan potensi-potensi yang terbatas. Potensi-potensi bawaan itu tidak berkembang dengan baik tanpa adanya pengaruh dari luar (Purwanto, 2007). Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, dan ada juga kemungkinan untuk mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar juga merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman (Purwanto, 2007). Dalam Wikipedia (2007), Slavin (2000) mendefinisikan belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Uno (2008) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal, dan nonformal. Belajar adalah usaha memperoleh hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan sendiri. Dari pernyataaan tersebut tampak jelas bahwa sifat khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru yang dahulu 17

9 belum ada, sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui, sekarang diketahui, yang dulu belum dimengerti, sekarang dimengerti (Notoatmodjo, 2003:37). Dijelaskan bahwa belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan hidup bermasyarakat (Notoatmodjo, 2007). Dari beberapa definisi belajar diatas dapat dirumuskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon akibat interaksi antara manusia (individu) dengan lingkungannya, sehingga memperoleh sesuatu yang baru, baik sesuatu itu yang bersifat positif (baik) maupun sesuatu yang negatif (jelek). 2. Ciri-ciri Kegiatan Belajar Kegiatan belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seseorang dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai ciri-ciri, yaitu belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu tersebut, baik aktual maupun potensial, perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama, dan perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan. 18

10 3. Konsep Proses Belajar Teori proses belajar dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok besar, yakni teori stimulus-respon yang kurang memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi yang memperhitungkan faktor internal. Teori stimulus-respon ini apa yang terjadi pada diri subjek belajar merupakan rahasia atau biasa disebut black box. Belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabunggabungkan tanggapan dengan jalan mengulang-ulang. Tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan. Teori transformasi yang berlandaskan pada psikologi kognitif seperti yang dirumuskan oleh Neisser, bahwa proses belajar adalah transformasi dari masukan (input). Kemudian input tersebut direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali, dan dimanfaatkan. Para ahli psikologi kognitif menggunakan faktor eksternal dan internal dalam mengembangkan teorinya. Mereka berpendapat bahwa kegiatan belajar merupakan proses yang bersifat internal yang dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti metode pembelajaran atau pengajaran. Proses belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. 19

11 Faktor Eksternal Persentuhan (contigultg) Repetisi (Repetition) Penguat (Reinforcement) Peristiwa belajar Faktor Internal Fakta Informasi (Factual Information) Keterampilan Intelektual (Intelectual Skill) Strategistrategi (Strategies) Skema 2.2. Faktor Eksternal dan Internal yang Mempengaruhi Peristiwa Belajar (Sumber Notoatmojo, 2007:41) 4. Teori-teori Belajar Teori belajar yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikogi dan ahli pendidikan antara lain (Purwanto, 2007) : a. Teori Conditioning 1) Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson) Menurut teori ini belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (condition) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil dari pada conditioning, yaitu hasil latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang bereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialami dialami di dalam kehidupannya. 2) Teori Conditioning dari Guthrie Dalam teori ini Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan- 20

12 deretan tingkah laku yang terdiri dari unit tingkah laku yang berikutnya secara terus-menerus. Pada proses Conditioning ini pada umumnya terjadi proses asosiasi antara unit-unit tingkah laku satu sama lain yang beruntutuan. Ulangan-ulangan atau latihanlatihan memperkuat asosiasi yang terdapat antar unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang lainnya. 3) Teori Operant Conditioning Teori ini merupakan penyempurnan dari teorinya Ivan Pavlov dan John Watson, yang dikembangkan oleh Burhus Fredik Skinner (1930), menurut pendapatnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar atau subjek (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur. 4) Teori Systematic Behavior oleh Clark C. Hull Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingakat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon-respon yang dibuat individu itu. 21

13 Prinsip penguat menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis (kebutuhan utama seseorang) sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran (reward) misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial tingkat tinggi. Dua hal penting dalam proses belajar dari Hull adalah adanya incentive motivation (motivasi insentif) dan drive stimulus reduction (pengurangan stimulus pendorong). b. Teori Conditioning of learning dari Robert M. Gagne Menurut Gagne (1968) belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah efek dari belajar yang komulatif. Belajar bukan proses tunggal dan bersifat kompleks, dalam teorinya ini Gagne mendefinisikan belajar adalah mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi kompleks. Kompetisi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar merupakan hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya di sebut kapasitas atau out come (Aderusliana, 2007). c. Teori connectionism (Thorndike) Proses belajar menurut Thorndike melalui dua proses (Purwanto, 2007): G. Trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan). Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan 22

14 melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba. Jika dalam usaha mencoba-coba itu kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan itu dipegangnya. H. Law of effect; Artinya bahwa segala tingkah laku yang berakibat suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan) akan diingat dan dipelajari dengan baik dan dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan atau ganjaran dan juga memberi hukuman dalam pendidikan. Adanya law of effect ini terjadi hubungan (connection) atau asosiasi antara tingkah laku atau reksi yang dapat mendatangkan sesuatu dengan hasilnya (effect). d. Teori Belajar Menurut Gestalt Setiap fenomena terdiri dari suatu kesatuan esensial yang melebihi jumlah dari unsur-unsurnya, yang artinya bahwa keseluruhan (gestalt) itu tidak sama dengan penjumlahan. Keseluruhan itu lebih dari bagian-bagiannya. Dalam peristiwa belajar, keseluruhan situasi belajar sangat penting karena belajar merupakan interaksi antara subjek belajar dengan lingkungannya. Sehingga seseorang dikatakan belajar apabila ia memperoleh pemahaman atau insight. Pemahaman tersebut ditandai dengan adanya: 1) Perubahan yang tiba-tiba dari keadaan yang tidak berdaya menjadi keadaan yang mampu menguasai atau memecahkan masalah; 2) retensi yang baik; 3) peristiwa transfer. Pemahaman yang diperoleh dari situasi, dibawa, dan dimanfaatkan 23

15 atau ditransfer kedalam situasi lain yang mempunyai pola atau struktur yang sama atau hampir sama secara keseluruhan. Dari uraian tersebut dapat diambil disimpulkan bahwa menurut teori ini, belajar adalah memberikan problem kepada subjek belajar untuk dipecahkan dari berbagai macam segi (Notoatmodjo, 2007). e. Teori Belajar Menghafal dan Mental Disiplin Para ahli pendidikan membedakan teori belajar sebagai berikut (Notoatmodjo,2007): 1) Teori Menghafal Belajar adalah menghafal, dan menghafal adalah usaha mengumpulkan pengetahuan melalui pembeoan untuk kemudian digunakan bila diperlukan. Orang yang sedang belajar dimiripkan dengan burung beo, otak dipandang sebagai gudang kosong yang perlu diisi dengan berbagai pengertian dan pengetahuan. Tugas pengajar adalah memberikan pengertian yang sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan subjek belajar maupun fungsi dari pengetahuan tersebut. 2) Teori Mental Disiplin Menurut teori ini belajar diartikan mendisiplinkan mental. Disiplin mental ini dapat diperoleh melalui latihan secara terusmenerus, berencana, dan teratur. Manusia mempunyai beberapa jenis daya, seperti daya pikir, daya fantasi, daya tangkap, daya ingat, daya mengamati, dan sebagainya. Daya tersebut diperkuat, dikembangkan dan dipertajam melalui latihan-latihan tertentu, 24

16 seperti menghafal untuk melatih daya ingat, dan melatih daya pikir dengan mempelajari matematika, statistik, dan lain-lain. Dalam melatih daya pikir ada 2 (dua) faktor penting. a) Faktor Asah Otak Semakin sering melatih daya pikir kita, maka daya pikir yang sudah terlatih itu dapat digunakan untuk memecahkan masalah apa saja yang ditemukandalam segala bidang kehidupan. b) Faktor Transfer Dalam mempelajari sesuatu yang baru, akan dipermudah dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki. Sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang akan diberikan kepada subjek belajar hendaknya dapat di transfer dalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari. f. Teori Asosiasi ( Lock and Herbart) Teori ini dirintis oleh John Lock dan Herbart. Menurut teori ini belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabunggabungkan tanggapan dengan jalan mengulang-ulang. Tanggapan di sini adalah suatu lukisan yang timbul dalam jiwa sesudah diadakan pengamatan atau penginderaan. Tanggapan yang ada saling berhubungan, sedangkan yang baru bertemu dengan cara bergabung (mengasosiasikan diri) dengan tanggapan lama. Sehingga 25

17 menyebabkan adanya penarikan dari tanggapan-tanggapan yang sudah ada (Aderusliana, 2007). Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah mengulang-ulang di dalam mengasosiasikan tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi yang lain dalam ingatan. Konsekuensinya pengajar harus sebanyak mungkin memberikan stimulus kepada subjek belajar untuk menimbulkan respon. Makin banyak terjalin stimulus dan respon, maka makin mendalam orang mempelajari sesuatu, dan makin banyak stimulus maka makin banyak respon. (Aderusliana, 2007). g. Teori Belajar Sosial (Social Learning) Belajar sosial ini diartikan jika seseorang mempelajari peranannya dan peran-peran orang lain dalam kontak sosial. Selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya dengan peran sosial yang telah dipelajarinya (Notoatmojo,2007). Dalam tulisan Aderuslina (2007) teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1977) dan N.E Miller dan J. Dalard. 1) Teori Belajar oleh Albert Bandura Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami atau lingkungan sebenarnya. Dalam hipotesa A. Bandura menyatakan bahwa baik dengan tingkah laku (behavior), lingkungan (environment), dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (perception) adalah merupakan hubungan yang 26

18 saling mempengaruhi (interlocking). Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku, tingkah laku sendiri sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesankesan personal. Tingkah laku juga mengaktifkan kontingensi lingkungan seperti; karakter fisik (ukuran), jenis kelamin, dan atribut social yang menumbuhkanreaksi lingkungan yang berbeda (Aderusliana, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007) pengaruh tingkah laku model terhadap tingkah laku peniru ini dibedakan menjadi 3 macam. a) Efek modeling (Modelling Effect) Peniru melakukan tingkah laku-tingkah laku baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model. b) Efek Penghambat (inhibition) dan penghapus hambatan (disinhibition) Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku-tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku nyata. c) Efek Kemudahan (Facilitation Effect) Tingkah laku-tingkah laku yang sudah pernah dipelajari oleh peniru, lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model. 27

19 2) Teori Belajar Sosial oleh N.E Miller dan J. Dallard Menurut teori ini, tingkah laku manusia merupakan hasil belajar, oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku sosial dan proses belajar social, kita harus mengetahui prinsip-prinsip belajar antara lain; dorongan (drive), isyarat (cue), tingkah laku balas (response), dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling terkait dan saling dipertukarkan satu sama lain, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran, dan seterusnya. Dorongan adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap organisme (manusia) untuk bertingkah laku. Simulasi yang cukup kuat pada umumnya bersifat bilogis seperti lapar, haus, seksualitas, kejenuhan, dan sebagainya. Isyarat adalah rangsangan yang menentukan bila dan dimana suatu respon akan timbul dan terjadi. Isyarat dapat disamakan dengan rangsangan diskriminatif. Dalam belajar sosial, isyarat yang terpenting adalah tingkah laku orang lain, baik yang langsung ditujukan kepada orang tertentu maupun yang tidak. Tingkah laku balas (response) adalah tingkah laku yang timbul pada hierarki bawaan tingkah laku tersebut. Setelah beberapa kali terjadi hukuman, maka timbul tingkah laku balas yang sesuai dengan faktor-faktor penguat tersebut. Dalam tingkah laku sosial, seseorang tinggal meniru tingkah laku orang lain untuk dapat memberikan respon yang tepat sehingga ia tidak perlu 28

20 membuang waktu untuk belajar dengan mencoba dan meralat. Ganjaran adalah yang menetapkan apakah tingkah laku balas diulang atau tidak dalam kesempatan yang lain. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Berhasil atau tidaknya belajar tergantung pada berbagai macam faktor. Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi 2 golongan (Purwanto, 2007). a. Faktor Individual Faktor individual adalah faktor yang ada pada diri organisme atau seseorang itu sendiri, seperti: 1) Faktor Kematangan atau Pertumbuhan Dalam proses belajar harusmemperhatikan kematangan atau tingkat pertumbuhan dari pembelajar atau subjek, sebagai contoh kita tidak dapat mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk di bangku sekolah menengah pertama, dikarenakan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima pelajaran itu. 2) Faktor Kecerdasan atau Intelejensi Taraf kecerdasan juga turut memgang peranan penting dalam keberhasilan belajar, faktanya menunjukkan bahwa, meskipun anak yang berumur 14 tahun keatas pada umunya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi tidak semua anak pandai dalam ilmu tersebut. 29

21 3) Faktor Latihan Semakin sering berlatih atau mengulang sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki individu tersebut akan semakin dikuasai. Sebaliknya tanpa latiahan pengalamanpengalaman yang telah dimilikinya dapat menjadi berkurang atau hilang. 4) Faktor Motivasi Motivasi merupakan pendorong bagi suatu organisme (individu) untuk melakukan sesuatu, sehingga seseorang tidak mungkin berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia mengetahui seberapa penting dan manfaat yang akan dicapai dari belajarnya. 5) Faktor Pribadi Setiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadian masingmasing yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Sifat-sifat kepribadian yang ada sedikit banyaknya berperan dalam hasil belajarnya, seperti faktor fisik kesehatan, sifat keras hati, berkemauan keras, tekun dalam usahanya, dan sebagainya. b. Faktor Sosial Faktor sosial adalah faktor yang ada di luar individu meliputi: 1) Faktor Keluarga Suasana dan keadaan keluarga yang beraneka macam turut menentukan keberhasilan belajar anak-anak, termasuk ada tidaknya 30

22 atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar. 2) Guru dan Cara Mengajar Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan cara guru itu mengajar anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai anak. 3) Faktor Alat atau Fasilitas Pelajaran Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar, dapat membantu dan mempermudah guru (pendidik) dalam proses belajar mengajar di sekolah. 4) Faktor Motivasi Sosial Motivasi sosial dapat timbul pada orang lain di sekitarnya, seperti teman-teman sekolahnya, tetangga, dan saudara dekat. Motivasi sosial ini dapat membangkitkan hasrat dan dorongan untuk belajar lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu. 5) Faktor Lingkungan dan Kesempatan Faktor lingkungan di sini seperti jarak antara rumah dan sekolah, jika jarak antara runah dan sekolah jauh yang memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan kelelahan pada anak. Untuk faktor kesempatan seperti anak anak-anak yang tidak dapat belajar dengan baik dan tidak dapat meningkatkan belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh pekerjan dan pengaruh lingkungan yang buruk. 31

23 Belajar adalah suatu proses yang terdiri dari masukan (input) dan hasil (output). Dalam hal ini belajar dapat dianalisis dengan pendekatan analisis sistem sehingga dapat melihat berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. metode Alat bantu Input (Subyek belajar) Proses Belajar Output (Hasil Belajar) Fasilitas Belajar Bahan Ajar Skema 2.3 Proses Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Sumber: Notoatmodjo,2007 : 50) Selain itu, masih ada lagi faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang seperti yang digambarkan sebagai berikut: 32

24 Alam Lingkungan Luar Sosial Kurikulum/Bahan Pelajaran Guru/Pengajar Sarana dan Fasilitas Faktor Instrumen Administrasi/ managemen Kondisi Fisik Fisiologi Kondisi Panca Indra Dalam Bakat Psikologi Minat Kecerdasan Motivasi Kemampuan Kognitif Skema 2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (Sumber: Purwanto,2007:107) 6. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya meliputi (Notoatmodjo, 2007): a. Prinsip 1 Belajar adalah suatu penagalaman yang terjadi dalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri. Proses belajar dikontrol oleh si pelajar sendiri dan bukan oleh si pengajar. Oleh karena itu mengajar bukan berarti memaksakan sesuatu terhadap si pelajar sehingga perubahan persepsi pengetahuan, sikap, dan perilaku adalah suatu produk manusia itu sendiri, bukan kekuatan yang dipaksakan kepada individu. 33

25 b. Prinsip 2 Belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan dir sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai, untuk itu apa yang relevan bagi pelajar harus ditemukan oleh pelajar itu sendiri. c. Prinsip 3 Belajar adalah suatu konsekuensi dari pengalaman, seseorang menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Orang tidak akan mengubah perilakunya hanya karena seseorang mengatakan kepadanya untuk mengubahnya, sehingga belajar efektif tidak cukup jika hanyadengan member informasi saja, tetapi juga memberikan pengalaman. d. Prinsip 4 Belajar adalah proses kerjasama dan kolaborasi. Kerjasama akan memperkuat proses belajar, karena pada hakekatnya orang senang saling bergantung dan saling membantu. Dengan kerjasama, saling berinteraksi, dan saling berdiskusi, disamping memperoleh pengetahuan dari orang lain juga dapat mengembangkan pemikiranpemikiran dan daya kreasi individu. e. Prinsip 5 Belajar adalah proses evaluasi, bukan proses revolusi karena perubahan perilaku memerlikan waktu dan kesabaran. Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama, karena memerlukan 34

26 pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain, contoh, dan mungkin pengalaman sebelum menerima atau berperilaku baru. f. Prinsip 6 Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan yang sangat menyenangkan dan sangat berharga bagi dirinya dan mungkin harus melepaskan sesuatu yang menjadi jalan hidup atau pegangan hidupnya. Maka dalam mengenalkan hal-hal baru yang menghendaki subjek untuk berperilaku baru, sebaiknya tidak secara dramatis atau radikal. g. Prinsip 7 Belajar adalah proses emosional dan intelektual. Belajar dipengaruhi oleh keadaan individu atau si pelajar secara keseluruhan. Oleh karena itu hasil belajar sangat ditentukan oleh situasi psikologis individu pada saat belajar, sehingga harus diciptakan iklim proses belajar sedemikian rupa sehingga tidak kaku, tidak tegang, dan mati. h. Prinsip 8 Belajar bersifat individual dan unik. Setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar. Untuk itu harus menyediakan media belajar yang bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing. 35

27 C. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah kebutuhan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Uno, 2008). Menurut Dian (2006) motivasi belajar adalah kesediaan, dorongan, dan semangat untuk melakukan kegiatan belajar pada berbagai tempat dan waktu yang ada. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Motivasi belajar pada dasarnya dapat timbul karena 2 (dua) faktor antara lain: a. Faktor Intrinsik Faktor intrinsik ini berasal dari dalam diri sendiri yang didasari oleh adanya kebutuhan untuk belajar, yang berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan keinginan kebutuhaan belajar, harapan akan cita-cita. Biasanya motivasi belajar intrinsik ini merupakan motivasi yang baik (Dian, 2006). Selain itu faktor fisiologis, yaitu keadaan sifat jasmani pada umumnya misalnya kondisi atau keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu (panca indra) juga 36

28 mempengaruhi anak (siswa) untuk belajar (Suryabrata, 1993 dalam tulisan Indie, 2009). b. Faktor Ekstrinsik Faktor ekstrinsik ini merupakan motivasi yang berasal dari luar, seperti dukungan keluarga (terutama orang tua), sebagai lingkungan terdekat dimana anak berada dalam kehidupan sehariharinya, adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif (Uno, 2008). Faktor non sosial seperti suhu, cuaca, waktu, letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan atau jalan ramai serta kelengkapan alat-alat pelajaran (Suryabrata, 1993 dalam tulisan Indie, 2009). Motivasi belajar yang ada pada seorang pelajar dipengaruhi oleh cita-cita yang telah direncanakan dengan proses belajar yang dilakukan tersebut, kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan, kebutuhan untuk aktualisasi diri, dan kebutuhan untuk memahami serta menguasai apa yang dipelajari (Niewhof dkk, 2004 dalam tulisan Indie, 2009). 3. Peranan Motivasi Dalam Belajar Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan dari motivasi dalam belajar antara lain (Uno, 2008) : 37

29 a. Peran Motivasi Dalam Menentukan Penguatan Belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang membutuhkan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan oleh bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. b. Peran Motivasi Dalam Memperjelas Tujuan Belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajarinya itu sediktnya sudah dapat dinikmati atau dapat diketahui manfaatnya bagi anak. c. Peran Motivasi Dalam Menentukan Ketekunan Belajar Seorang anak yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. D. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar Karakteristik anak usia sekolah dasar antara lain (Sofa, 2008) : 1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anakanak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini 38

30 antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orangtua terhadap anak, kebiasaaan hidup dan lain-lain. Nutrisi dan kesehatan sangat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. 2. Perkembangan Intelektual dan Emosional Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lainj kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi. Perkembangan emosional anak berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pimbinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa. 3. Perkembangan Bahasa Bahasa telah berkembang sejak anak usia 4-5 bulan. Orang tua yang selalu membumbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang 39

31 sederhana sampai anak memiliki ketrampilan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua untuk membimbing anaknya. Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: sebagai pemuas kebutuhan, sebagai alat untuk menarik orang lain, sebagai alat untuk membina hubungan sosial, sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain dan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. 4. Perkembangan Moral, Sosial dan Sikap. Orangtua diharapkan dapat memberikan bimbingan agar anak dapat bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan ketrampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada anak apabila berbuat atau berperilaku yang positif serta memberi hukuman yang sesuai jika anak berperilaku negatif. Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: memiliki nilai pendidikan, memberikan motivasi kepada anak, memperkuat perilaku dan memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi. Sedangkan fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: sebagai fungsi restruktif, fungsi pendidikan dan sebagai penguat motivasi. 40

32 E. Kerangka Teori Faktor Individual (Internal) 1. Kematangan/pertumbuhan 2. Kecerdasan/intelejensi 3. Latihan/mengulang 4. Minat 5. Kemauan 6. Keadaan fisik 7. Ketekunan Faktor Luar (Eksternal) 1. Lingkungan Keluarga a. Suasana dan keadaan keluarga b. Fasilitas belajar c. Dukungan orangtua 2. Lingkungan dan Sosial 1. Motivasi sosial (teman, tetangga,dll) 2. Faktor keadaan geografis 3. Instrumental a. Kurikulum/bahan pelajaran b. Guru/pengajar c. Sarana dan fasilitas d. Administrasi/manejemen Motivasi Belajar Proses Belajar Skema 2.5 Kerangka Teori (Sumber: Purwanto, 2007) F. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Dukungan Orangtua Motivasi Belajar Anak Skema 2.6 Kerangka Konsep 41

33 G. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen penelitian ini yaitu dukungan orangtua, sedangkan motivasi belajar sebagai variabel dependennya. H. Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara dukungan orangtua dengan motivasi belajar anak pada anak usia sekolah. I. Jadwal Penelitian Terlampir. 42

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG SKRIPSI, AGUSTUS 2009 ABSTRAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG SKRIPSI, AGUSTUS 2009 ABSTRAK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG SKRIPSI, AGUSTUS 2009 ABSTRAK Eska Susi Rimba Wahyuni HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang pertumbuhan dan perkembangan, manusia tidak lepas dari proses belajar. Selam hidup selama itu pula manusia akan dihadapkan dalam situasi belajar. Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru. Perubahan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SDM MOTIVASI INDIVIDU. Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA.

PSIKOLOGI SDM MOTIVASI INDIVIDU. Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA. PSIKOLOGI SDM Modul ke: MOTIVASI INDIVIDU www.mercubuana.ac.id Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum :

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

II. TINJAUAN PUSTAKA.1 16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) BAB II LANDASAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan

Lebih terperinci

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) Penguatan (+) Stimulus Respon Reinforcment Penguatan (-) Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Reinforcement bisa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

MOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer.

MOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer. MOTIVASI Motivas (Motivation), Kebutuhan (Need), Dorongan (Drive) : keadaan dalam pribadi seseorangyang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Kemampuan manajer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Inisiatif manajerial Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi kepada tenaga kerja perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik. M o t i f Motive motion Gerakan; sesuatu yang bergerak; menunjuk pada gerakan manusia sebagai tingkah laku. Rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Keadaan dalam diri subyek yang mendorong

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU 1. Teori Belajar Tingkah Laku (Behaviorisme) Paham behaviorisme memandang belajar sebagai perkayaan/penambahan materi pengetahuan (material) dan atau perkayaan pola-pola respon

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR. Motivasi Sumber Daya Manusia ORGANIZATIONAL BEHAVIOR Motivasi Sumber Daya Manusia Faktor Penentu Kinerja (Griffin) Motivasi (Motivation) Kemampuan (Ability) Lingkungan Pekerjaan (Work Environment) Pengertian Motivasi Motivation is

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme TEORI behaviorism Ada dua jenis pengkondisian: Tipe S : respondent conditioning (pengkondisian responden) identik dengan pengkondisian klasik. Menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons

Lebih terperinci

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Konsep Dasar Motivasi (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini) Motif Alasan yang disadari oleh indv untuk bertingkah laku pada suatu tujuan Motivasi Suatu proses dimana kebutuhan2 mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyuluhan Menurut A.W Van Den ban dan Hawkins (1999) penyuluhan adalah keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu

Lebih terperinci

Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia PRINSIP PEMBELAJARAN Oleh: Dadang Sukirman Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia A. Kompetensi yang diharapkan: Mahasiswa diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak ( move ). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016 Kompetensi Inti : Memahami teori belajar dan prinsip pembelajaran yang dapat diterapkan pada Pendidikan Anak Usia Dini Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGI. Imam Gunawan

LANDASAN PSIKOLOGI. Imam Gunawan LANDASAN PSIKOLOGI Imam Gunawan PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Pendekatan tentang perkembangan manusia menurut Sukmadinata (2008) ialah: 1. Pendekatan pentahapan: perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sedarmayanti (2010) mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yaitu suatu kebijakan dan praktik menentukan aspek "manusia"

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa dalam peranannya faktor manusia tidak kalah penting bila dibandingkan dengan mesin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian motivasi Motivasi didefinisikan sebagai dorongan. Dorongan merupakan suatu gerak jiwa dan perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving

Lebih terperinci

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Dalam menghadapi kehidupan serba modern dengan teknologi yang canggih, peranan karyawan sebagai sumber tenaga kerja dalam suatu unit organisasi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10 GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA Disusun oleh: Ida Yustina Kesuksesan suatu organisasi sangat tergantung dari aktivitas dan kreativitas sumber daya manusianya Oleh karenanya, seorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Motivasi Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kepemimpinan Efektif 2.1.1 Perilaku Purwanto (1998) mendefinisikan perilaku sebagai penyesuaian diri dari adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang berarti semua penggerak, alasan-alasan, dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan

MOTIVASI. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Internal Kegiatan yang dapat diamati Kepuasan Eksternal. Motivasi. Hambatan pencapai Tujuan Mengurangi Tekanan Harrison Papande Siregar Tugas Resumé Mata Kuliah Perilaku Organisasi MOTIVASI Di dalam manajemen, kepemimpinan, atau perilaku organisasi, barangkali tidak ada isu paling terkenal selain motivasi. Hal

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III

2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III BAB I A. Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Pada jaman sekarang ini manusia dituntut untuk tidak hanya cerdas dalam intelektual, tapi dituntut juga untuk berkarakter, sebab karakter sebagai kepribadian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.

Lebih terperinci

Definisi. Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197)

Definisi. Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197) Materi Motivasi Definisi Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197) Dorongan yang timbul pada diri seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam menjalankan roda aktivitasnya, suatu perusahaan maupun organisasi tidak lepas dari kebutuhan akan sumber daya. Sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

Motivasi penting dikarenakan :

Motivasi penting dikarenakan : Motivasi Bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan Pemberian daya penggerak yg menciptakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Guru 2.1.1. Tugas Guru Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang

Lebih terperinci

Kadang-kadang motivasi itu jelas, tak jelas, tak nampak, atau merupakan gabungan dari beberapa motif. Kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari:

Kadang-kadang motivasi itu jelas, tak jelas, tak nampak, atau merupakan gabungan dari beberapa motif. Kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari: MOTIVASI MOTIVASI Motivasi: kondisi psikologis yang bersifat internal yang menimbulkan/mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku dalam mencapai tujuan tertentu. Kadang-kadang motivasi itu jelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas

Lebih terperinci

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan MOTIVASI DEFINISI MOTIVASI Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang individu untuk mencapai suatu tujuan. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan INTENSITAS Berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek dengan sumber daya tertentu untuk

Lebih terperinci

KONSEP DASAR MOTIVASI. Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM

KONSEP DASAR MOTIVASI. Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM KONSEP DASAR MOTIVASI Oleh : Desy Herma Fauza, SE., MM 1 Faktor Penentu Kinerja (Griffin) Motivasi (Motivation) Kemampuan (Ability) Lingkungan Pekerjaan (Work Environment) Pengertian Motivasi Motivation

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal selama ini seakan-akan orang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding) 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,

Lebih terperinci

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI

TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI PERILAKU ORGANISASI TEORI MOTIVASI & TEKNIK MEMOTIVASI Manager yang berhasil adalah yang mampu menggerakkan bawahannya dengan menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahannya PEMBAGIAN TEORI MOTIVASI TEORI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli 1 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku Konsumen Setiap manusia dapat dikatakan konsumen apabila manusia tersebut melakukan kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI II. TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan yang pelik di banyak negara, namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem TEORI BELAJAR Rosita E.K., M.Si E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kemampuan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas adalah dunia pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab mempunyai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab mempunyai pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian Yustina (2000) dengan judul Analisis Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pabrik Gula Djatiroto Lumajang. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk ativitas. Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

Riset Per iila il k O u rgan isas

Riset Per iila il k O u rgan isas Riset Perilaku Organisasi i Perilaku organisasi merupakan telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak dalam organisasi 3 unsur perilaku organisasi: Orang Struktur Teknologi

Lebih terperinci

PERILAKU KEORGANISASIAN IT

PERILAKU KEORGANISASIAN IT PERILAKU KEORGANISASIAN IT-021251 U M M U K A L S U M U N I V E R S I TA S G U N A D A R M A 2016 PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI PERILAKU ORGANISASI Membahas perilaku manusia dlm

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia kebutuhan konsumen merupakan dasar bagi semua pemasaran modern. Kebutuhan merupakan intisari dari konsep pemasaran. Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. maka mahasiswa dapat mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan tersebut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. maka mahasiswa dapat mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Motivasi 1.1 Defenisi Motivasi Motivasi merupakan alat penggerak atau dorongan yang dapat mengarahkan kepada suatu tujuan, dimana dengan adanya motivasi yang baik maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Christine, Ike (2007) berjudul : Pengaruh Variabel Individual, Keorganisasian dan Psikologikal Terhadap Perilaku Kerja Karyawan PT. Kalindo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5.

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5. 1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5. MOTIVASI, KEPUASAN KERJA, DAN KINERJA 6. TERTAWA ITU SEHAT, MARI TERTAWA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci