BAB II KAJIAN PUSTAKA. setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini budidaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini budidaya"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Mentimun (Cucumis sativus) Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini budidaya mentimum sudah meluas ke seluruh dunia baik daerah tropis atau subtropis. Mentimun memiliki berbagai nama daerah di Indonesia seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali), hantimun (Lampung) dan timon (Aceh) (Rukmana, 1994). Klasifikasi botani tanaman mentimun adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Cucurbitales : Cucurbitaceae : Cucumis : Cucumis sativus Mentimun merupakan tanaman setahun yang tumbuh menjalar, dengan sistem perakaran dangkal. Batang tanaman mentimun memiliki panjang 1-3 m dengan sulur yang tidak bercabang. Daun bulat segitiga, agak berbentuk jantung, lebar 7-25 cm dan permukaan kasar karena adanya rambut-rambut di permukaan daun, panjang tangkai daun 5-15 cm. Bunga berwarna kuning berbentuk lonceng (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). 6

2 7 1.2 Penyakit Daun Kuning Pada Tanaman Mentimun Dan Virus Yang Berasosiasi Salah satu OPT penting pada tanaman mentimun adalah virus. Ada dua tipe gejala infeksi virus pada tanaman mentimun yaitu gejala kuning dan mosaik. Gejala kuning terlihat pada helaian daun mengalami vein clearing dimulai dari daun-daun pucuk, kemudian berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun-daun menggulung ke atas dan apabila serangannya sudah lanjut (infeksi lanjut), menyebabkan daun-daunnya mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berubah (De Barrow et al. 2008). Sedangkan gejala lainnya yaitu klorosis menunjukkan gejala menguning pada daun karena klorosis antara tulang daun, tulang daun dan jaringan disekitarnya tetap hijau sehingga tampak menyirip dan tidak menunjukkan adanya pemendekan internoda (Suastika et al. 2012). Duffus (1965) melaporkan pertama kali gejala kuning atau klorosis pada mentimun oleh adanya infeksi virus dari kelompok Crinivirus. Selanjutnya, Lecoq et al. (1994) melaporkan virus dari genus Polerovirus yang menginduksi gejala klorosis atau kuning pada mentimun. Sedangkan daun kuning pada blewah dan labu di Thailand dilaporkan terinfeksi virus dari kelompok Begomovirus (Samretwanich et al. 2000). Berdasarkan laporan tersebut, gejala kuning pada daun mentimun yang ditemukan di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali lebih mirip dengan gejala yang disebabkan oleh virus dari kelompok Crinivirus, Polerovirus dan Begomovirus.

3 Genus Polerovirus Anggota famili Luteoviridae dapat dibedakan menjadi 3 genus, yaitu Luteovirus, Enamovirus, dan Polerovirus (King et al. 2012). Luteovirus dan Polerovirus ditularkan hanya melalui kutudaun secara persisten sirkulatif, namun tidak propagatif dalam tubuh serangga (Raccah dan Fereres 2009), sedangkan Enamovirus dapat ditularkan melalui inokulasi mekanik (King et al. 2012) Karakter molekuler Polerovirus Partikel virus berbentuk isometrik, beruntai tunggal ssrna dari 5,7 kb (Mayo dan D'Arcy 1999). Virus-virus anggota famili ini mempunyai partikel berbentuk bulat berukuran diameter 25 sampai 30 nm, orientasi positif yang diekspresikan dalam 5 sampai 6 open reading frame (ORF) (D Arcy et al. 2000) Gejala infeksi Polerovirus Saat ini terdapat 13 spesies virus yang termasuk genus Polerovirus (Carstens dan Ball, 2009; Carstens, 2010). Setidaknya tiga spesies Polerovirus yang menginfeksi labu-labuan telah dilaporkan di Asia diantarnya Cucurbit aphidborne yellows virus (CABYV), Melon aphid-borne yellows virus (MABYV) dan Suakwa aphid-borne yellows virus (SABYV) (Lecoq et al. 1992; Xiang et al ; Shang et al. 2009). Sedangkan, di Indonesia infeksi Polerovirus baru dilaporkan pada tanaman cabai (Rahayuningsih, 2013) dan wortel (Susanti, 2014) dengan spesiesnya Pepper vein yellows virus (PeVYV). Tanaman cabai yang terinfeksi Polerovirus menunjukkan gejala klorosis, lamina daun menguning, akan tetapi bagian tulang daun dan jaringan di sekitarnya tetap berwarna hijau sehingga daun terlihat seperti menjari. Klorosis merupakan peristiwa terjadinya perubahan warna

4 9 daun akibat klorofil yang dihasilkan berkurang (Bos, 1990). Bila diamati lebih lanjut terhadap tanaman yang sakit, tanaman terlihat berukuran normal, tidak mengalami penghambatan pertumbuhan, demikian juga daun-daunnya berukuran normal, serta tidak mengalami malformasi. Menurut Agrios (2005), penyakit klorosis mampu mengganggu metabolisme tanaman terutama proses fotosintesis, sehingga dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas produksi cabai Genus Crinivirus Crinivirus termasuk ke dalam kelompok famili Closterovirus. Closterovirus merupakan kelompok virus yang sangat beragam dan memiliki banyak spesies virus tanaman berbentuk filamen, merupakan virus RNA rantai tunggal (ssrna viruses). Umumnya virus-virus ini menyebar melalui bantuan vektor serangga (Karasev, 2000). Closterovirus terdiri dari tiga genus, yaitu Closterovirus, Crinivirus dan Ampelovirus, yang memiliki vektor berbeda. Closterovirus disebarkan oleh Aphid, Crinivirus disebarkan oleh vektor whitefly dan Ampelovirus dengan vektor mealybug (Martelli et al. 2002) Karakter molekuler Crinivirus Genus Crinivirus memiliki virion lebih pendek dari 1000 nm dan memiliki dua variasi panjang, yaitu nm dan nm. Genomnya linier, positif sense, ssrna dengan ukuran kb, terbagi menjadi 2 molekul, dimana keduanya berfungsi untuk proses infeksi dan pemisahan pada saat pembentukan kapsid (Gambar 2.1). Ukuran CP dari anggota Crinivirus diketahui sama, berkisar antara kda, akan tetapi ukuran CPd bisa lebih besar, mencapai 80 kda. RNA-1 dari Lettuce infectious yellow virus (LIYV) adalah bicitronic yang

5 10 mengkode protein yang berhubungan dengan replikasi (ORF1) dan sebuah trans peningkat akumulasi RNA-2 (ORF2) (Yeh et al. 2000). RNA-2 memiliki 7 ORF dan mengandung 5 gen yang mencirikan famili, akan tetapi hal ini berbeda dengan genus Closterovirus karena penyisipan dari gen yang sangat kecil (ORF4) pada bagian up stream dari gen CP. Semua anggota dari genus Crinivirus, ORF CPd letaknya di bagian down stream dari gen CP. Beberapa contoh virus anggota genus Crinivirus adalah LIYV, Lettuce chlorosis virus (LCV) dan Potato yellow vein virus (PYVV) (Martelli et al. 2002). Gambar 2.1. Struktur genom dari Lettuce infectious yellows virus (LIYV), tipe spesies dari genus Crinivirus (Martelli et al. 2002) Keterangan : PRO: papain-like protease; MTR: methyltransferase; HEL: helicase; RdRp: RNA polymerase, HSP70: heat-shock-related protein; CP: coat protein; CPd: divergent coat protein analogue (Martelli et al. 2002) Gejala infeksi Crinivirus Genus Crinivirus melalui salah satu spesiesnya yaitu Beet pseudo-yellows virus (BPYV) adalah virus yang pertama kali ditemukan berasosiasi dengan gejala kuning atau klorosis pada mentimun (Duffus, 1965). Boubourakas et al. (2006) melaporkan daun mentimun yang terinfeksi BPYV memperlihatkan gejala menguning pada daun dengan tulang daun tetap hijau dan rapuh, posisi daun yang terinfeksi biasanya berada di bagian tengah atau bawah. Gejala tersebut biasanya dikaitkan dengan kekurangan unsur hara. Saat ini BPYV dilaporkan terdapat di

6 11 seluruh dunia dan diketahui mempunyai kisaran inang luas (Wisler et al. 1998). Virus ini dapat ditularkan secara semipersisten oleh Trialeurodes vaporariorum (Hemiptera : Aleyrodidae) yang dikenal dengan nama kutukebul (whitefly). Selain BPYV, Cucurbit yellow stunting disorder virus (CYSDV) juga dilaporkan berasosiasi dengan penyakit klorosis atau kuning pada mentimun. Gejala infeksi CYSD mirip dengan infeksi BPYV (Lecoq et al. 1994), tetapi Cucurbit yellow stunting disorder virus (CYSDV) ditularkan secara semipersisten oleh Bemisia tabaci biotipe A dan B (Perring et al. 1993), dan kisaran inangnya terbatas pada famili Cucurbitaceae Genus Begomovirus Begomovirus merupakan salah satu genus dari famili Geminiviridae. Famili Geminiviridae adalah salah satu famili terbesar virus tanaman yang terdiri dari 209 spesies. Anggota famili Geminiviridae ditemukan di daerah tropis hingga subtropik dan menginfeksi inang dengan kisaran luas termasuk tanaman hias, pangan dan gulma (Fauquet et al. 2005). Partikel Geminiviridae berada dalam jaringan floem tanaman dan terakumulasi di dalam inti sel jaringan floem yang terinfeksi. Berdasarkan strukur genom, serangga vektor, dan kisaran tanaman inangnya, Geminiviridae dikelompokkan menjadi empat genus yaitu Topocuvirus, Curtovirus, Mastrevirus, dan Begomovirus (Hull, 2002). Topocuvirus adalah genus Geminiviridae yang memiliki genom yang mirip dengan Curtovirus, tetapi ditularkan melalui wereng pohon Micrutalis malleifera. Anggota Topocuvirus yaitu Tomato pseudocurly top virus (Hull, 2002).

7 12 Curtovirus merupakan salah satu dari genus Geminiviridae dengan tanaman inang dikotil, yang ditularkan oleh vektor wereng daun, dan genomnya monopartit. Anggota Curtovirus di antaranya yaitu Tobacco yellow dwarf virus (TYDV) dengan vektor Orosius argentatus (Hemiptera: Cicadellidae) dan Beet curly top virus (BCTV) dengan vektor Circulifer tenellus (Hemiptera: Cicadellidae) (Hull, 2002). Mastrevirus merupakan Geminiviridae dengan tanaman inang dari kelompok monokotil, ditularkan oleh wereng daun dan memiliki genom monopartit. Mastrevirus memiliki lebih dari 10 jenis virus yang sudah diketahui, dengan tanaman inang dari famili Graminea, yaitu Chlorosis striate mosaic virus (CSMV), Wheat dwarf virus (WDV), Maize streak virus (MSV), dan Digitaria strak virus (DSV) (Hull, 2002). Kelompok lain dari Geminiviridae adalah Begomovirus. Virus ini menginfeksi tanaman inang dikotil seperti tomat dan cabai yang ditularkan oleh vektor kutukebul (B. tabaci). Begomovirus memiliki genom bipartit atau monopartit. Berdasarkan daerah asal genus tersebut anggota Begomovirus terbagi menjadi kelompok yang berasal dari Old World (benua Eropa, Asia, Afrika) dan kelompok New World (benua Amerika). Anggota Begomovirus yang memiliki genom bipartit di antaranya African cassava mosaic virus (ACMV), Bean dwarf mosaic virus (BDMV), Bean golden mosaic virus (BGMV), Abutilon mosaic virus (AbMV), Cotton leaf crumple virus (CLCV), Squash leaf curl virus (SLCV), Tomato golden mosaic virus (TGMV), Potato yellow mosaic virus (PYMV), Mungbean yellow mosaic virus (MYMV), Euphorbia mosaic virus (EuMV), dan

8 13 Indian cassava mosaic virus (ICMV), sedangkan yang memiliki genom monopartit yaitu Tomato leaf curl virus dan Tomato yellow leaf curl virus (Navas- Castillo et al. 1999) Karakter molekuler Begomovirus Kelompok Begomovirus memiliki genom asam nukleat deoksiribonukleat dalam bentuk utas tunggal (single-stranded deoxyribosa nucleic acid atau ss DNA) berukuran sekitar 2,6-2,8 kb (Tsai et al. 2006). Bentuk partikel Begomovirus yaitu berbentuk sirkuler dengan partikel kembar (germinate), yang dalam keadaan tunggal umumnya berdiameter nm dan sebagian besar virus ini terdapat dalam keadaan berpasangan dengan ukuran 20 x 30 nm. Protein selubung masing-masing partikel mengandung 22 kapsomer dengan lima subunit protein berukuran 30.3 kda (masing-masing 260 asam amino). Basa nukleotida DNA-A dan DNA-B berbeda, kecuali pada daerah common region berukuran 200 nukleotida yang identik pada kedua DNA. Common region mencakup struktur stem loop yang mengandung nonanukleotida TAATATTAC dan bersifat conserved pada genom semua genus dari famili Geminiviridae (Hatta dan Francki, 1979). Komponen DNA-A mengkode lima atau enam protein, yaitu semua faktor virus yang dibutuhkan untuk mengatur ekspresi gen, replikasi genom, dan penularan serangga diantara inang. DNA-B mengkode dua protein yang terlibat dalam pergerakan di dalam sel dan antar sel dalam jaringan tanaman inang. Tetapi, terdapat beberapa Begomovirus hanya memiliki genom tunggal yang mengkode enam protein dan berukuran ~3 kb. Walaupun hanya memiliki genom

9 14 tunggal, genom tersebut sama dengan komponen DNA-A dari Begomovirus bipartit dan mengandung semua informasi genetik yang cukup untuk menyebabkan infeksi sistemik dan menginduksi gejala tertentu (Rojas et al. 2005; Mansoor et al. 2006). MP Gambar 2.2. Organisasi genom DNA-A dan DNA-B Begomovirus Keterangan : DNA-A memiliki enam open reading frame (ORF), yaitu CP (gen AR1; protein selubung, CP) dan MP (gen AR2; protein untuk perpindahan virus, MP) pada salah satu untai; REP (gen AL1; protein replikasi, Rep); AC2 (gen AL2; protein activator transkripsi, TrAP); AC3 (gen AL3, peningkat replikasi, REn) dan AC4 (gen AL4; protein AC4) pada untai komplementer. DNA-B mengandung 2 protein pengkode ORF yang terlibat dalam perpindahan virus, yaitu NSP (gen BL1; protein selubung inti) pada salah satu untai dan BC1 (gen BL1; protein untuk perpindahan virus) pada untai komplementer (Fauquet et al. 2005; Seal et al. 2006). Proses replikasi Begomovirus terjadi pada nukleus sel tanaman inang dengan kombinasi proses rolling circle replication dan recombination mediated replication. Mekanisme ini membentuk DNA utas ganda intermediate dan replicative form (RF) yang selanjutnya diubah menjadi fragmen DNA sirkuler.

10 15 DNA utas ganda intermediate di dalam sel tanaman terinfeksi menyediakan protein yang dibutuhkan untuk mengawali replikasi dan pengambilan enzim replikasi inang. Gen AC1 (Rep) berperan sebagai faktor inisiasi yang mengenali daerah pengenalan dan pembelahan atau ligasi DNA untuk memulai dan mengakhiri proses rolling circle replication. Gen C3 memfasilitasi akumulasi DNA virus dengan memodifikasi aktivitas C1 dan/atau menambah pengambilan enzim replikasi inang (Alberter et al. 2005) Gejala infeksi Begomovirus Begomovirus menyebabkan berbagai variasi gejala pada tanaman yang berasal dari famili berbeda. Gejala infeksi Squash leaf curl virus (SLCV) pada Cucurbita moschata, C. pepo, dan C. maxima berupa keriting pada daun hingga kerdil. Jaringan diantara tulang daun menjadi belang dan berwarna hijau. Bunga tidak dapat berkembang atau membentuk buah, atau buah berukuran lebih kecil dan mengkerut. Virus ini menginduksi gejala mosaik hijau dengan merusak tulang daun sehingga daun menjadi berpilin (Cohen et al. 1983). Gejala infeksi Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV) pada tanaman tomat berupa reduksi ukuran daun, daun mengeriting, kerusakan yang berasosiasi dengan klorosis interveinal, dengan atau tanpa gejala menguning, dan tanaman kerdil secara keseluruhan. Ketika infeksi terjadi pada tahap awal pertumbuhan, tanaman menjadi kerdil, bunga yang terbentuk gugur, dan tidak dapat menghasilkan buah yang baik. Gejala yang sama juga terjadi pada Datura stramonium, Nicotiana glutinosa dan N. tabacum. Tomato yellow leaf curl virus

11 16 (TYLCV) juga menyebabkan gejala vein clearing pada tanaman Solanum nigrum setelah masa inkubasi hari (Al-ani et al. 2011). Begomovirus lain yaitu Melon leaf curl virus pada tanaman selada (Lactuca sativa) menyebabkan gejala klorosis ringan hingga parah, daun memerah atau terbentuk bercak, dan belang hijau ketika ditularkan pada tanaman selada sehat. Gejala yang parah tampak pada tanaman kacang panjang, labu, semangka, dan zucchini yaitu berupa daun keriting dan belang (mosaik). Gejala yang lebih ringan yaitu daun keriting ringan, vein clearing, dan belang ringan tampak pada tanaman cantaloupe, melon, dan mentimun (Brown dan Nelson, 1986). Gejala lain dihasilkan oleh Tomato leaf curl virus (TLCV) pada tanaman terung berupa mosaik kuning dan belang. Penularan TLCV pada tanaman tomat menyebabkan gejala daun keriting dan menggulung ke bawah (Pratap et al. 2011). 2.3 Deteksi dan Identifikasi Virus Secara Molekuler Deteksi virus penginduksi gejala kuning secara konvensioal dapat dilakukan melalui pengamatan gejala, uji penularan dengan vektor dan pengamatan partikel secara mikroskopik dengan mikroskop elektron. Virus kuning pada jaringan tanaman biasanya berada dalam konsentrasi rendah sampai sedang sehingga memerlukan cara deteksi yang peka seperti uji molekuler dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) Polymerase Chain Reaction (PCR) Pendekatan secara molekuler telah banyak dilakukan untuk menentukan infeksi virus kuning yang terjadi di lapang dan mengidentifikasi virus kuning secara umum. Reaksi berantai polymerase (Polymerase Chain Reaction, PCR)

12 17 adalah suatu metode enzimatis untuk melipatgandakan secara eksponensial suatu sikuen nukleotida tertentu dengan cara in vitro. Awal perkembangannya metode ini hanya digunakan untuk melipatgandakan molekul DNA. Penggunaan PCR merupakan tenik yang sangat sensitif dan spesifik untuk mendeteksi dan identifikasi patogen tanaman. Sensitifitas tersebut membuatnya dapat digunakan untuk melipatgandakan satu molekul DNA (Yuwono, 2006). Empat komponen utama pada proses PCR adalah (1) DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan, (2) oligonukleotida primer, yaitu suatu sikuen oligonukleotida pendek (15-25 basa nukleotida) yang digunakan untuk mengawali sintesis rantai DNA, (3) deoksiribonukleotida trifosfat (dntp), yang terdiri atas datp, dctp, dgtp, dttp, dan enzim DNA polymerase, yaitu enzim yang melakukan katalisis reaksi sintesis rantai DNA. Komponen lain yang juga penting adalah senyawa buffer (Yuwono, 2006). Reaksi pelipatgandaan suatu fragmen DNA dimulai dengan melakukan denaturasi DNA template (cetakan) sehingga rantai DNA yang berantai ganda (double stranded) akan terpisah menjadi rantai tunggal (single stranded). Denaturasi DNA dilakukan dengan menggunakan panas (95 o C) selama 1-2 menit, kemudian suhu diturunkan menjadi 55 o C sehingga primer akan menempel (anneling) pada cetakan yang telah terpisah menjadi rantai tunggal. Primer akan membentuk jembatan hidrogen dengan cetakan pada daerah sikuen yang komplementer dengan sikuen primer. Suhu 55 o C yang digunakan untuk penempelan primer pada dasarnya merupakan kompromi (suhu bisa diturunkan atau dinaikkan). Amplifikasi akan lebih efisien jika dilakukan pada suhu yang

13 18 lebih rendah (37 o C), tetapi biasanya akan terjadi mispriming yaitu penempelan primer pada tempat yang salah. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi (55 o C), spesifisitas reaksi amplifikasi akan meningkat, tetapi secara keseluruhan efisiensinya akan menurun (Yuwono, 2006). Primer yang digunakan dalam PCR ada dua yaitu oligonukleotida yang mempunyai sikuen yang identik dengan salah satu rantai DNA cetakan pada ujung 5 -fosfat, dan oligonikleotida yang kedua identik dengan sikuen pada ujung 3 -OH rantai DNA cetakan yang lain. Proses annealing biasanya dilakukan selama 1-2 menit. Setelah dilakukan annealing oligonukleotida primer dengan DNA cetakan, suhu inkubasi dinaikkan menjadi 72 o C selama 1,5 menit. DNA polymerase pada suhu 72 o C akan melakukan proses polimerasi rantai DNA yang baru berdasarkan informasi yang ada pada DNA cetakan. Setelah terjadi polimerasi, rantai DNA yang baru akan membentuk jembatan hidrogen dengan DNA cetakan. DNA rantai ganda yang terbentuk dengan adanya ikatan hidrogen antara rantai DNA cetakan dengan rantai DNA baru hasil polimerasi selanjutnya akan didenaturasi lagi dengan menaikkan suhu inkubasi menjadi 95 o C. Rantai DNA yang baru tersebut selanjutnya akan berfungsi sebagai cetakan bagi reaksi polimerasi berikutnya. Rekasi-reaksi tersebut akan diulangi lagi sampai kali (siklus) sehingga pada akhir siklus akan didapatkan molekul-molekul DNA rantai ganda yang baru hasil polimerasi dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah DNA cetakan yang digunakan (Yuwono, 2006).

14 Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Awalnya teknik PCR hanya digunakan untuk mengamplifikasi molekul DNA dengan menggunakan DNA sebagai bahan awal yang akan digunakan sebagai cetakan. Perkembangan lebih lanjut teknik ini memungkinkan para peneliti menggunakan molekul RNA sebagai bahan awal, yaitu dengan teknik Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Oleh karena PCR tidak dapat dilakukan dengan menggunakan RNA sebagai cetakan maka terlebih dahulu dilakukan proses transkripsi balik (reverse transcriptase) terhadap molekul mrna sehingga diperoleh molekul cdna (complementary DNA). Teknik RT- PCR memerlukan enzim transcriptase balik. Enzim transcriptase balik adalah enzim DNA polymerase yang menggunakan molekul RNA sebagai cetakan untuk menyintesis molekul DNA (cdna) yang komplementer dengan molekul RNA tersebut (Yuwono, 2006). 2.4 Analisis Filogenetika Molekuler Analisis filogenetika molekuler merupakan proses bertahap untuk mengolah data sikuen DNA atau protein sehingga diperoleh suatu hasil yang menggambarkan estimasi mengenai hubungan evolusi suatu kelompok organisme. Paling sedikit ada tiga tahap penting dalam analisis filogenetika molekuler, yaitu sequence alignment, rekonstruksi pohon filogenetika, dan evaluasi pohon filogenetika dengan uji statistik (Hidayat dan Pancoro, 2006) Sequences Alignment Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menentukan apakah satu sikuen DNA atau protein adalah homolog dengan yang lainnya. Alignment yang

15 20 melibatkan dua sikuen yang homolog disebut pairwise alignment, sedangkan yang melibatkan banyak sikuen yang homolog disebut multiple alignment. Keberhasilan analisis filogenetika sangat tergantung kepada akurasi proses alignment (Hidayat dan Pancoro, 2006) Rekonstruksi Pohon Filogenetika Metode dalam membangun suatu pohon filogenetika dengan menggunakan karakter molekuler, sikuen DNA misalnya, dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu distance method (DM), likelihood method (LM), Bayesian method (BM), dan parsimony method (PM). Prinsip DM adalah jumlah perbedaan nukleotida antara dua sikuen DNA menunjukkan jarak evolusi yang terjadi. Jarak evolusi dihitung untuk semua pasang sikuen DNA dan sebuah pohon filogenetika direkonstruksi dari jarak atau perbedaan pasangan basa nukleotida tersebut dengan menggunakan kriteria least square, minimum evolution, neighbor joining, dan distance measure. Sebelum digunakan untuk merekonstruksi pohon filogenetika, LM telah lama digunakan untuk data frekuensi gen. Prinsip dari LM ini adalah bahwa perubahan-perubahan diantara semua basa nukleotida adalah sebanding. Masalah serius dari metode ini adalah waktu perhitungan yang lama, walaupun telah dikembangkan algoritma baru yang dianggap dapat mempercepat proses perhitungan. Untuk BM, pada dasarnya adalah sama dengan LM, hanya berbeda dalam penghitungan distribusi prior untuk membangun pohon filogenetika. Salah satu metode untuk menghitung distribusi prior adalah metode MCMC (Markov chain Monte Carlo). Parsimony method (PM) beranggapan bahwa perubahan mutasional berlangsung pada semua arah diantara empat basa nukleotida atau 20

16 21 asam amino yang berbeda dan berbeda dengan ketiga metode yang lain, dalam PM hanya jumlah perubahan basa nukleotida atau asam amino yang terkecil yang dapat memberikan penjelasan yang baik mengenai keseluruhan proses evolusi yang terjadi. Kemudian, topologi pohon yang dipilih sebagai yang terbaik adalah yang mengalami jumlah perubahan yang paling kecil (Hidayat dan Pancoro, 2006) Evaluasi pohon filogenetika Evaluasi pohon filogenetika berkaitan dengan uji reliabilitas dari sebuah pohon dan uji topologi antara dua atau lebih pohon yang berbeda berdasarkan set data yang sama. Banyak metode telah dikembangkan untuk menguji reliabilitas, diantaranya yaitu interior branch test (IB) dan Felsentein s bootstrap test (FB). Prinsip IB adalah estimasi pohon dengan menguji reliabilitas setiap cabang sebelah dalam (interior branch). Sedangkan pada FB, reliabilitas diuji dengan menggunakan metode Efron s bootstrap. Sebuah set dari site basa nukleotida dicuplik secara acak yang dilakukan secara berulang, kemudian dilakukan konsensus, sehingga hanya satu pohon filogenetika yang dihasilkan. Karena pada dasarnya pola perubahan basa nukleotida sangat rumit dan sering berubah sejalan dengan waktu evolusi, metode FB sangat baik digunakan dalam mengevaluasi pohon filogenetika (Hidayat dan Pancoro, 2006). 2.5 Program Komputer Saat ini terdapat dua program komputer utama yang sering digunakan untuk merekonstruksi pohon filogenetika, yaitu PAUP dan MrBayes. PAUP (Phylogeny Analysis of Using Parsimony) merupakan paket yang menyediakan

17 22 banyak program untuk menyelesaikan berbagai aspek dalam analisis filogenetika molekuler. Paket tersebut terdiri dari program untuk menyusun format data sikuen DNA atau protein, untuk merekonstruksi pohon filogenetika (berdasarkan metode parsimoni), dan untuk evaluasi pohon filogenetika. Perlu dicatat bahwa program PAUP dapat me-run set data selain molekuler, misalnya morfologi. Program PAUP dapat dijalankan baik dengan menggunakan komputer ber-os (operating system) Macintosh dan Windows. Seperti program PAUP, MrBayes merupakan program multifungsi untuk merekonstruksi pohon filogenetika (berdasarkan metode Bayesian). Tetapi program ini dibuat khusus hanya untuk set data molekuler. Program MrBayes dapat diinstal pada berbagai macam OS (operating system) komputer: Macintosh, Windows, Unix, dan Linux. Untuk memperoleh hasil yang optimum, komputer harus memiliki speed yang tinggi dan memori penyimpan data yang besar (Hidayat dan Pancoro, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentimun (Cucumis sativus) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk kecantikan, menjaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun (Cucumis sativus Linn.) Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut: Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tomat ( Lycopersicon esculentum L.) Geminivirus Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Tomat ( Lycopersicon esculentum L.) Geminivirus Morfologi 4 TINJAUAN PUSTAKA Tomat (Lycopersicon esculentum L.) Lycopersicon esculentum L. atau yang sinonim dengan Solanum lycopersicum L. merupakan tanaman hortikultura dari famili Solanaceae. Tomat merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang sering ditemui di pasar tradisional dan merupakan komoditas yang dapat dikembangkan untuk perbaikan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MOLEKULER VIRUS PENYEBAB PENYAKIT DAUN KUNING PADA TANAMAN MENTIMUN DI KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

IDENTIFIKASI MOLEKULER VIRUS PENYEBAB PENYAKIT DAUN KUNING PADA TANAMAN MENTIMUN DI KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN TESIS IDENTIFIKASI MOLEKULER VIRUS PENYEBAB PENYAKIT DAUN KUNING PADA TANAMAN MENTIMUN DI KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN I DEWA MADE PUTRA WIRATAMA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Kutukebul Pengkoloni Pertanaman Tomat Kutukebul yang dikumpulkan dari pertanaman tomat di daerah Cisarua, Bogor diperbanyak di tanaman tomat dalam kurungan kedap serangga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Begomovirus Kisaran Inang Begomovirus

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Begomovirus Kisaran Inang Begomovirus 5 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Begomovirus Famili Geminiviridae dapat dibedakan menjadi empat genus berdasarkan struktur genom, jenis serangga vektor dan jenis tanaman inang yaitu Mastrevirus, Curtovirus,

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menginfeksi kacang panjang adalah mosaik dan kuning pada kacang panjang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menginfeksi kacang panjang adalah mosaik dan kuning pada kacang panjang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penyakit pada Kacang Panjang yang Disebabkan oleh Virus Virus merupakan patogen yang potensial menurunkan hasil tanaman kacang panjang di daerah Asia, Amerika Latin, dan Afrika,

Lebih terperinci

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama annisriennadiah@gmail.com Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Setiap tahun, produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kisaran Inang Potyvirus Isolat Nilam Bogor Tanaman nilam sakit banyak terdapat di daerah Bogor yang memperlihatkan gejala mosaik dengan ciri-ciri hampir sama dengan yang pernah diutarakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budi Daya Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Budi Daya Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) TINJAUAN PUSTAKA Budi Daya Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Kacang panjang termasuk dalarn divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae, subkelas Dicotyledonae, ordo Rosales, famili Leguminosae, genus Vigna,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Periode Makan Akuisisi Serangga Terhadap Penularan Begomovirus

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Periode Makan Akuisisi Serangga Terhadap Penularan Begomovirus 109 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Periode Makan Akuisisi Serangga Terhadap Penularan Begomovirus Sepuluh ekor B. tabaci biotipe B dan biotipe non B yang diuji mampu menularkan ketiga strain begomovirus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan),

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan petani dan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER

SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER Topik Hidayat* Adi Pancoro** *Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, UPI **Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB Sistematika? Sistematika adalah ilmu tentang keanekaragaman

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU PROSES INFEKSI DAN GEJALA SERANGAN TOBACCO MOZAIC VIRUS PADA TANAMAN TEMBAKAU Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Gejala penyakit klorosis pada tanaman tomat yang disebabkan oleh ToCV

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Gejala penyakit klorosis pada tanaman tomat yang disebabkan oleh ToCV 3 TINJAUAN PUSTAKA Tomato Chlorosis Virus (ToCV) ToCV merupakan virus tanaman tomat yang termasuk ke dalam genus Crinivirus, famili Closteroviridae yang terbatas pada jaringan floem. Virus ini pertama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fabavirus pada Tanaman Nilam Deteksi Fabavirus Melalui Uji Serologi Tanaman nilam dari sampel yang telah dikoleksi dari daerah Cicurug dan Gunung Bunder telah berhasil diuji

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi Organisme Pengganggu Tanaman dan Tanaman Tomat

2 TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi Organisme Pengganggu Tanaman dan Tanaman Tomat 5 2 TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Organisme Pengganggu Tanaman dan Tanaman Tomat Kendala utama pada budidaya tanaman hortikultura termasuk tanaman tomat adalah organisme pengganggu tanaman (OPT) yang terdiri

Lebih terperinci

SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER. Topik Hidayat dan Adi Pancoro. suatu organisme dan merekonstruksi hubungan kekerabatannya terhadap organisme

SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER. Topik Hidayat dan Adi Pancoro. suatu organisme dan merekonstruksi hubungan kekerabatannya terhadap organisme SISTEMATIKA DAN FILOGENETIKA MOLEKULER Topik Hidayat dan Adi Pancoro 1. Apa yang ingin dicapai di dalam Sistematika? Sistematika memiliki peran sentral di dalam Biologi dalam menyediakan sebuah perangkat

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BEGOMOVIRUS PENYEBAB PENYAKIT DAUN KERITING PADA MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DWIWIYATI NURUL SEPTARIANI

KARAKTERISASI BEGOMOVIRUS PENYEBAB PENYAKIT DAUN KERITING PADA MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DWIWIYATI NURUL SEPTARIANI KARAKTERISASI BEGOMOVIRUS PENYEBAB PENYAKIT DAUN KERITING PADA MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DWIWIYATI NURUL SEPTARIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fitoplasma pada Tanaman Sumber Inokulum Sumber inokulum yang digunakan dalam uji penularan adalah tanaman kacang tanah yang menunjukkan gejala penyakit sapu yang berasal dari

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting terutama daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan bumbu masak (rempah-rempah),

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tarigan dan Wiryanta (2003), tanaman cabai dapat diklasifikasikan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tarigan dan Wiryanta (2003), tanaman cabai dapat diklasifikasikan I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cabai 1.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Menurut Tarigan dan Wiryanta (2003), tanaman cabai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Sub kelas Ordo Famili

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

REPLIKASI DNA. Febriana Dwi Wahyuni, M.Si.

REPLIKASI DNA. Febriana Dwi Wahyuni, M.Si. REPLIKASI DNA Febriana Dwi Wahyuni, M.Si. REPLIKASI REPLIKASI adalah perbanyakan diri menghasilkan produk baru yang sama dengan dirinya Pada tingkat molekul kimia hanya DNA yang dapat melakukan replikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tomato infectious chlorosis virus (TICV)

TINJAUAN PUSTAKA Tomato infectious chlorosis virus (TICV) 4 TINJAUAN PUSTAKA Tomato infectious chlorosis virus (TICV) TICV pertama kali ditemukan di lahan tomat California tahun 1993 (Duffus et al. 1994) dan setelah itu ditemukan pula di beberapa lahan tomat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai yang dibudidayakan di Indonesia dikelompokkan menjadi dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai besar dicirikan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai 77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian

Lebih terperinci

TEMUAN PENYAKIT BARU. Laporan Pertama tentang Infeksi Polerovirus pada Tanaman Cabai di Daerah Bali, Indonesia

TEMUAN PENYAKIT BARU. Laporan Pertama tentang Infeksi Polerovirus pada Tanaman Cabai di Daerah Bali, Indonesia ISSN: 0215-7950 TEMUAN PENYAKIT BARU Volume 8, Nomor 5, Oktober 2012 Halaman 151-154 Laporan Pertama tentang Infeksi Polerovirus pada Tanaman Cabai di Daerah Bali, Indonesia First Report on Polerovirus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) adalah salah satu komoditas sayuran penting secara ekonomi yang dibudidayakan hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia. Komoditas ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi Virus pada Tanaman Cucurbitaceae di Lapangan Sampel Cucurbitaceae dari lapangan menunjukkan gejala yang bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala pada tanaman mentimun

Lebih terperinci

Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe

Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe 134 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gejala Infeksi Strain Begomovirus pada Genotipe Tanaman Tomat Hasil inokulasi tiga strain begomovirus terhadap genotipe tanaman tomat menunjukkan gejala yang beragam (Tabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

TOMATO INFECTIOUS CHLOROSIS VIRUS (TICV) DENGAN REVERSE-TRANSCRIPTION POLYMERASE CHAIN REACTION

TOMATO INFECTIOUS CHLOROSIS VIRUS (TICV) DENGAN REVERSE-TRANSCRIPTION POLYMERASE CHAIN REACTION DETEKSI DIFERENSIAL TOMATO CHLOROSIS VIRUS (ToCV) DAN TOMATO INFECTIOUS CHLOROSIS VIRUS (TICV) DENGAN REVERSE-TRANSCRIPTION POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR) AMELIA ANDRIANI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae.

BAB I PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae. Golongan kacang panjang ini merupakan tanaman perdu semusim yang memiliki banyak manfaat bagi

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun Bogor dikenal sebagai salah satu daerah sentra pertanian khususnya tanaman hortikultura seperti buah-buahan, cabai, tomat, kacang panjang,

Lebih terperinci

Proses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita

Proses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita Proses biologis dalam sel Prokariot (Replikasi) By Lina Elfita 1. Replikasi 2. Transkripsi 3. Translasi TOPIK REPLIKASI Replikasi: Adalah proses perbanyakan bahan genetik. Replikasi bahan genetik dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tanaman mentimun berasal dari benua Asia, tepatnya dari Himalaya Asia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tanaman mentimun berasal dari benua Asia, tepatnya dari Himalaya Asia 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Mentimun Tanaman mentimun berasal dari benua Asia, tepatnya dari Himalaya Asia Utara (Rukmana, 1994). Saat ini, budidaya mentimum sudah meluas ke seluruh dunia, baik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor Kutudaun Aphis craccivora yang dipelihara dan diidentifikasi berasal dari pertanaman kacang panjang, sedangkan A. gossypii berasal dari pertanaman cabai.

Lebih terperinci

B. KARAKTERISTIK VIRUS

B. KARAKTERISTIK VIRUS BAB 9 V I R U S A. PENDAHULUAN Virus merupakan elemen genetik yang mengandung salah satu DNA atau RNA yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dan ekstrseluler. Dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan: Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN TICV Isolat Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN TICV Isolat Indonesia 23 HASIL DAN PEMBAHASAN TICV Isolat Indonesia Penyakit klorosis saat ini sudah ditemukan di Indonesia. Pertama kali ditemukan di sentra pertanaman tomat di Magelang, Jawa Tengah dan Purwakarta, Jawa Barat

Lebih terperinci

VIRUS. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Dosen Pengampu: Nur Siyam S,KM

VIRUS. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Dosen Pengampu: Nur Siyam S,KM VIRUS Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Dosen Pengampu: Nur Siyam S,KM Disusun oleh : Nimas Dwi Ayu R (6411413126 / Rombel 5) Saraswati Windyastuti (6411413129 / Rombel

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SPESIES BEGOMOVIRUS

IDENTIFIKASI SPESIES BEGOMOVIRUS TESIS IDENTIFIKASI SPESIES BEGOMOVIRUS YANG BERASOSIASI DENGAN PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) BERDASARKAN SEKUEN GEN TRAP DAN REP I GEDE PUTU DARMAWAN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan sekuen non kode (sekuen yang tidak mengalami sintesis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Partikel TICV berbentuk seperti benang, memanjang (filamentous) dan lentur (flexuous) (Liu et al. 2000)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Partikel TICV berbentuk seperti benang, memanjang (filamentous) dan lentur (flexuous) (Liu et al. 2000) 4 TINJAUAN PUSTAKA Tomato infectious chlorosis virus Tomato infectious chlorosis virus (TICV) diklasifikasikan dalam famili Closteroviridae yang terdiri dari 2 genus yaitu Closterovirus dan Crinivirus

Lebih terperinci

INFEKSI GANDA BEGOMOVIRUS DAN CRINIVIRUS PADA TANAMAN TOMAT DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH

INFEKSI GANDA BEGOMOVIRUS DAN CRINIVIRUS PADA TANAMAN TOMAT DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 19, No. 2, 2015: 60 64 INFEKSI GANDA BEGOMOVIRUS DAN CRINIVIRUS PADA TANAMAN TOMAT DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH DOUBLE INFECTIONS OF BEGOMOVIRUS AND CRINIVIRUS

Lebih terperinci

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang 1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,

Lebih terperinci

PENGAMATAN PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS (Laporan Praktikum Patogen Tumbuhan) Oleh. Desti Diana Putri

PENGAMATAN PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS (Laporan Praktikum Patogen Tumbuhan) Oleh. Desti Diana Putri PENGAMATAN PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS (Laporan Praktikum Patogen Tumbuhan) Oleh Desti Diana Putri 1214121050 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014 I.PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

Identification of Pepper vein yellows virus Associated with Yellow Vein Banding Disease on Cucumber Plant in Bali

Identification of Pepper vein yellows virus Associated with Yellow Vein Banding Disease on Cucumber Plant in Bali ISSN: 0215-7950 Volume 12, Nomor 4, Juli 2016 Halaman 109 116 DOI: 10.14692/jfi.12.4.109 Identifikasi Pepper vein yellows virus yang Berasosiasi dengan Penyakit Yellow Vein Banding pada Tanaman Mentimun

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh REVERSE TRANSKRIPSI RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd Oleh UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat) 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udang Mantis 2.1.1 Biologi Udang Mantis Udang mantis merupakan kelas Malocostraca, yang berhubungan dengan anggota Crustasea lainnya seperti kepiting, lobster, krill, amphipod,

Lebih terperinci

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Debbie S. Retnoningrum Sekolah Farmasi, ITB Pustaka: 1. Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, hal. 27-28; 110-120 2. Groves MJ, 2006, hal. 40 44 3. Brown TA, 2006,

Lebih terperinci

Fakultas Biologi Unsoed

Fakultas Biologi Unsoed TEKMK PCR oleh Drs. Agus Hery Susanto, M.S. staf pengajar Pendahuluan Teknik PCR (polymerase chain reaction) digunakan untuk menggandakan fragmen DNA (urutan basa nukleotida) tertentu secara invitro melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan asal ternak untuk memenuhi konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Data Survei Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2007-2011

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging DNA membawa informasi genetik dan bagian DNA yang membawa ciri khas yang diturunkan disebut gen. Perubahan yang terjadi pada gen akan menyebabkan terjadinya perubahan pada produk gen tersebut. Gen sering

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budi Daya dan Sifat Tanaman Mentimun

TINJAUAN PUSTAKA Budi Daya dan Sifat Tanaman Mentimun 4 TINJAUAN PUSTAKA Budi Daya dan Sifat Tanaman Mentimun Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk satu keluarga (famili) dengan melon (C. melo L.), waluh (C. mochata Duch), semangka (Citrulus vulgaris

Lebih terperinci

BIOEKOLOGI VIRUS MOSAIK BERGARIS TEBU (Sugarcane Streak Mosaic Virus) DAN CARA PENGENDALIAN

BIOEKOLOGI VIRUS MOSAIK BERGARIS TEBU (Sugarcane Streak Mosaic Virus) DAN CARA PENGENDALIAN BIOEKOLOGI VIRUS MOSAIK BERGARIS TEBU (Sugarcane Streak Mosaic Virus) DAN CARA PENGENDALIAN Arie Hapsani Hasan Basri Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan Jalan Binjai Km 10 Tromol Pos 18 Medan 20002

Lebih terperinci

19/10/2016. The Central Dogma

19/10/2016. The Central Dogma TRANSKRIPSI dr.syazili Mustofa M.Biomed DEPARTEMEN BIOKIMIA DAN BIOLOGI MOLEKULER FK UNILA The Central Dogma 1 The Central Dogma TRANSKRIPSI Transkripsi: Proses penyalinan kode-kode genetik yang ada pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi permasalahan utama di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang jika tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 10. GENETIKA MIKROBA Genetika Kajian tentang hereditas: 1. Pemindahan/pewarisan sifat dari orang tua ke anak. 2. Ekspresi

Lebih terperinci

PEPPER VEIN YELLOW VIRUS (PeVYV) PENYEBAB PENYAKIT KUNING (YELLOWING) PADA TANAMAN MENTIMUN DI DAERAH BALI

PEPPER VEIN YELLOW VIRUS (PeVYV) PENYEBAB PENYAKIT KUNING (YELLOWING) PADA TANAMAN MENTIMUN DI DAERAH BALI TESIS PEPPER VEIN YELLOW VIRUS (PeVYV) PENYEBAB PENYAKIT KUNING (YELLOWING) PADA TANAMAN MENTIMUN DI DAERAH BALI M. TINNY LESTARININGSIH. T PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenderal Hortikultura, 2013). Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran,

I. PENDAHULUAN. Jenderal Hortikultura, 2013). Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat ( Lycopersicon esculentum Mill.) adalah komoditas unggulan hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013).

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

Sari Nurulita, Gede Suastika* Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK ABSTRACT

Sari Nurulita, Gede Suastika* Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK ABSTRACT ISSN: 2339-2479 Volume 9, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 107 115 DOI: 10.14692/jfi.9.4.107 Identifikasi Tomato infectious chlorosis virus dan Tomato chlorosis virus melalui Reverse Transcription Polymerase

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Gejala Infeksi Virus Pada Tanaman Lada

TINJAUAN PUSTAKA Gejala Infeksi Virus Pada Tanaman Lada 5 TINJAUAN PUSTAKA Gejala Infeksi Virus Pada Tanaman Lada Tanaman lada diketahui dapat diinfeksi oleh berbagai macam patogen. Beberapa patogen yang menginfeksi tanaman lada menyebabkan stem blight, penyakit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Rumusan Masalah Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman biji-bijian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman biji-bijian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman biji-bijian yang mengandung sumber protein dan lemak nabati. Kandungan protein nabati dalam kedelai mencapai 35%

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi

Lebih terperinci

replikasi akan bergerak melebar dari ori menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus).

replikasi akan bergerak melebar dari ori menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus). Secara sederhana: Mula-mula, heliks ganda DNA (merah) dibuka menjadi dua untai tunggal oleh enzim helikase (9) dengan bantuan topoisomerase (11) yang mengurangi tegangan untai DNA. Untaian DNA tunggal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan bahan baku minyak nilam (patchouli oil) yang merupakan komoditi ekspor terbesar (60%) dari ekspor minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Dalam skala internasional, pisang

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Dalam skala internasional, pisang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pisang (Musa spp.) merupakan tanaman monokotil berupa herba yang tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Dalam skala internasional, pisang menduduki posisi

Lebih terperinci

Topik 4 DNA Sebagai Bahan Genetik

Topik 4 DNA Sebagai Bahan Genetik Topik 4 DNA Sebagai Bahan Genetik Pada tahun 1953 James Watson dan Francis Crick mempublikasikan sebuah paper yang terdiri dari dua halaman dalam majalah Nature berjudul `struktur molekuler asam nukleat

Lebih terperinci

EKSPRESI GEN. Dyah Ayu Widyastuti

EKSPRESI GEN. Dyah Ayu Widyastuti EKSPRESI GEN Dyah Ayu Widyastuti Ekspresi Gen Gen sekuen DNA dengan panjang minimum tertentu yang mengkode urutan lengkap asam amino suatu polipeptida, atau RNA (mrna, trna, rrna) Ekspresi Gen Enam tahapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Arti Penting Tanaman Bengkuang

TINJAUAN PUSTAKA. Arti Penting Tanaman Bengkuang TINJAUAN PUSTAKA Arti Penting Tanaman Bengkuang Bengkuang merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan ditanam menggunakan benih. Umbi bengkuang mengandung 80-90% air, 10-17% karbohidrat, 1-2,5% protein;

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Vigna sinensis L.) bukan tanaman asli Indonesia. Plasma nutfah tanaman kacang

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Vigna sinensis L.) bukan tanaman asli Indonesia. Plasma nutfah tanaman kacang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Kacang panjang adalah salah satu jenis sayuran yang sudah sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia maupun dunia. Tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus.

Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus. DNA DAN RNA Adalah asam nukleat yang mengandung informasi genetik yang terdapat dalam semua makluk hidup kecuali virus. ADN merupakan blue print yang berisi instruksi yang diperlukan untuk membangun komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hewan Babi Hewan babi berasal dari Genus Sus, Linnaeus 1758 mempunyai bentuk hidung yang rata sangat khas, hewan ini merupakan jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 2. BAHAN DAN KODE GENETIK Bahan Genetik Deoxyribonucleic acid (DNA) ditemukan tahun 1869. Pada saat itu fungsi belum diketahui. Selanjutnya diisolasi dari nukleus berbagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Penyakit oleh B. theobromae Penyakit yang disebabkan oleh B. theobromae pada lima tanaman inang menunjukkan gejala yang beragam dan bagian yang terinfeksi berbeda-beda (Gambar

Lebih terperinci

SINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya

SINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya SINTESIS PROTEIN Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya Sintesis Protein Proses dimana kode genetik yang dibawa oleh gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino SINTESIS PROTEIN EKSPRESI GEN Asam nukleat

Lebih terperinci