I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting
|
|
- Hartanti Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting terutama daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan bumbu masak (rempah-rempah), bahan makanan, maupun sebagai bahan mentah dalam industri farmasi (Pramarta, 2014). Peran cabai sebagai pelengkap bumbu masakan, tidak dapat dipisahkan dari tradisi dan budaya kehidupan masyarakat Indonesia, walaupun produk ini bukan merupakan kebutuhan pokok. Cabai menduduki posisi penting dalam menu pangan karena setiap hari dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk Indonesia (4kg/kapita/tahun) (Anonim, 2012). Pada tahun 2010, permintaan cabai untuk skala Nasional baik cabai besar dan cabai kecil (rawit) mencapai ton dengan rata-rata konsum si cabai per kapita mencapai 0,43 kg/kapita/bulan. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis sayuran lain seperti tomat dan kentang (Rostini, 2011). Meningkatnya permintaan akan produk cabai dan peningkatan luas areal pertanaman, tidak selalu dibarengi dengan peningkatan produksi. Di Indonesia produktivitas cabai pada tahun 2006 hanya mencapai 5 ton/ha (Anonim, 2006), kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 6,44 ton/ha. Tahun 2009 produktivitas tanaman cabai menurun menjadi 5,89 ton/ha dengan luas panen ha dan produksi cabai mencapai ton. Produktivitas ini terus menurun menjadi 1
2 5,6 ton/ha pada tahun 2010 dengan luas panen ha dan produksi cabai mencapai ton/ha (Anonim, 2012). Rendahnya produksi cabai selain disebabkan oleh faktor iklim dan agronomis seperti pemakaian benih berkualitas rendah, penggunaan pupuk secara tidak seimbang, juga karena banyaknya kendala dalam berusaha tani cabai yang dihadapi petani seperti harga pemasaran yang tidak stabil, modal usaha yang cukup besar, serangan hama dan gangguan penyakit (Adiyoga, 1996). Salah satu gangguan utama penyakit pada tanaman cabai adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Infeksi virus dapat menyebabkan rendahnya kualitas dan kuantitas cabai. Virus merupakan patogen yang banyak menginfeksi cabai dan sangat merugikan. Para ahli melaporkan sedikitnya ada 35 macam virus yang dapat menginfeksi berbagai varietas cabai (Green et al., 2001). Penyakit daun keriting kuning yang disebabkan oleh Begomovirus, merupakan salah satu dari dua jenis penyakit virus utama yang menginfeksi tanaman cabai yang menyebabkan penurunan produksi cabai di Indonesia. Penyakit daun keriting kuning di Indonesia pada tanaman cabai pertama kali dilaporkan di daerah Jawa Barat tahun 1999 oleh Hidayat et al., (2006). Sulandari et al., (2006) melaporkan kejadian penyakit pada pertanaman cabai oleh Begomovirus berlangsung sejak awal tahun 2000 menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi di beberapa daerah di D. I. Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Kehilangan hasil pada cabai besar saat itu mencapai 100% dan pada cabai rawit 50-70%. Tercatat sejak tahun 2000, penyakit yang disebabkan oleh Begomovirus ini telah mencapai status epidemik pada seluruh pertanaman cabai di Pulau Jawa. Pada tahun 2004 luas serangan 2
3 Begomovirus mencapai 984,6 ha dengan total kerugian mencapai Rp (Gunaeni et al., 2008). Pada tahun 2010 infeksi penyakit keriting kuning cabai dilaporkan terjadi di daerah Sumatera Barat dengan inten sitas penyakit berkisar antara 60-80,83% (Trisno et al., 2010). Pada tahun 2006, gejala mirip penyakit daun keriting kuning ditemukan di beberapa areal pertanaman cabai di Pulau Lombok. Kondisi ini menggambarkan bahwa penyakit daun keriting kuning cabai sangat berpotensi untuk menjadi penyakit penting karena tingkat kejadian penyakit dan sebaran areal serangannya semakin meluas serta sangat dimungkinkan terdapatnya berbagai strain dari berbagai lokasi. Hal ini patut mendapat perhatian mengingat sampai tahun 2015, penelitian secara molekuler penyakit daun keriting kuning ini dilaporkan hanya ada di pertanaman cabai di D.I.Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Nangro Aceh Darussalam, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Gorontalo, Maluku, Bali dan Papua Barat. Melihat penyebaran penyakit kuning keriting yang semakin meluas, maka penelitian secara molekuler perlu dilakukan guna mendapatkan data akurat mengenai penyakit daun keriting kuning yang menginfeksi tanaman cabai di Pulau Lombok apakah disebabkan juga oleh Begomovirus atau patogen virus lainnya,. Identifikasi secara cepat dan tepat terhadap suatu gejala akibat infeksi penyakit di lapangan sangat penting dilakukan sebelum suatu tindakan pencegahan dan pengendalian agar dapat membantu menyelamatkan suatu areal dari infeksi patogen melalui deteksi dini secara molekuler (Hidayat et al., 1999; Hartono, 2004; Sulandari, 2006). Deteksi Begomovirus selama ini umumnya dilakukan dengan metode 3
4 konvensional, yaitu melihat gejala khas penyakit daun keriting kun ing, namun cara ini belum dapat memastikan apakah gejala tersebut disebabkan oleh Begomovirus atau virus yang lainnya. Deteksi Begomovirus dengan metode konvensional seringkali tidak mungkin dilakukan karena tidak semua Begomovirus dapat ditularkan secara mekanis dengan cairan perasan tanaman terinfeksi (Aidawati, 2006). Epidemi penyakit yang disebabkan oleh Begomovirus semakin lama semakin meluas dan berpotensi menghambat produksi tanaman cabai, maka perlu adanya prosedur untuk mendeteksi Begomovirus secara cepat, tepat dan akurat diantaranya dengan Polymerase chain reaction (PCR). Beberapa metode deteksi Begomovirus yang telah dikembangkan antara lain: teknik PCR, RFLP, uji serologi dengan metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) dan teknik hibridisasi DNA yang menggunakan pelacak DNA (DNA probe). Teknik PCR merupakan metode yang umum digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi virus. Deteksi virus secara PCR akan memberikan hasil yang akurat, cepat dan sangat peka. Teknik PCR hanya memerlukan jumlah sampel yang sangat sedikit dan sampel dapat berupa bahan segar, sudah dikeringkan atau beku (Sulandari, 2004; Aidawati et al., 2005; Yuwono, 2006). Amplifikasi Begomovirus, umumnya menggunakan primer universal yaitu Krusty&Homer dengan ukuran fragmen DNA berkisar 580 bp, PAL1v 1978 dan PAR1c 715 dengan ukuran fragmen DNA sebesar 1,6 kb (Ningrum, 2008, Sulandari, 2004; Sudiono, 2001; Rojas et al., 1993), dapat juga digunakan primer spesifik PYLCV, AV1 yang akan mengamplifikasi daerah penyandi gen protein selubung (coat protein) dengan ukuran fragmen 780 bp-840 bp (Santoso, 4
5 2008) atau dengan primer spesifik Gemini full BamH1 foward dan reserve untuk deteksi DNA-A dan DNA-B Begomovirus dengan ukuran fragmen sebesar 2,7 kb (Wilisiani, 2013). Metode deteksi dengan teknik RFLP-PCR, dengan prinsip dasar PCR dan enzim restriksi, selain mampu mendeteksi keberadaan Begomovirus juga mampu menunjukkan perbedaan strain antar virus sehingga dapat digunakan untuk menelusuri hubungan genetik dan keragaman virus (Sudiono et al., 2004; Hidayat, 2006;) yang menemukan adanya 2 strain Begomovirus yang berbeda yang menginfeksi cabai di Jawa Barat. Santoso (2008) melaporkan adanya keragaman genetik diantara isolat-isolat Begomovirus yang berasal dari daerah-daerah di Jawa dan Sumatera melalui analisis teknik PCR-RFLP. Trisno (2010) juga melaporkan mengenai keragaman genetik 11 isolat Begomovirus pada tanaman cabai di Sumatera Barat yang terbagi menjadi tiga kelompok. Teknik deteksi Begomovirus berbasis asam nukleat menggunakan pelacak DNA telah banyak digunakan. Spesifisitas pelacak DNA memegang peranan sangat penting dalam pengembangannya sebagai alat deteksi yang efektif dan efisien. Semakin spesifik pelacak DNA yang digunakan akan menambah keakuratan hasil deteksi (Keller & Manak 1992). Analisis keragaman genetik Begomovirus berdasarkan gen penyandi protein capsid telah dilakukan antara lain oleh Devi (2010), Sulandari et al., (2010), Santoso (2008) dengan memanfaatkan gen protein selubung Begomovirus melalui proses kloning. Gen protein selubung Begomovirus yang disandikan oleh ORF AV1 pada DNA A Begomovirus merupakan daerah genom yang berfungsi sebagai 5
6 pembentuk selubung protein, penularan dengan vektor serta untuk pergerakan virus, selain itu gen protein selubung memiliki daerah genom yang mempunyai runutan susunan DNA dengan derajat kesamaan yang tinggi (conserved) antar anggota Begomovirus, sehingga daerah genom tersebut banyak digunakan sebagai dasar pemilihan primer untuk mengamplifikasi DNA Begomovirus dalam pengembangan teknik deteksi dan identifikasi Begomovirus (Santoso, 2008). Pengambilan isolat cabai rawit dari Pulau Lombok dilakukan karena Provinsi NTB termasuk salah satu daerah sentra penghasil cabai rawit di Indonesia dan latar belakang budaya kuliner masyarakat di Pulau Lombok yang selalu menggunakan cabai dalam pengolahan masakan sehari hari. Berdasarkan data dari Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Tahun 2014, Nusa Tenggara Barat (NTB) berada pada peringkat ke enam (6) kontribusi Provinsi terhadap produksi cabai rawit Nasional setelah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Nangro Aceh Darussalam. Teknik PCR akhir-akhir ini banyak digunakan untuk mendeteksi Begomovirus secara tepat dan akurat dari berbagai sampel tanaman sakit dan se rangga vektor di berbagai negara (Rojas et al., 1993; Wyatt& Brown, 1996; Martinez et al., 2013). Metode PCR juga telah berhasil digunakan untuk mendeteksi Begomovirus asal cabai yang dikumpulkan dari berbagai daerah di Indonesia terutama Jawa (Hidayat et al., 1999; Sulandari, 2004), Sumatera Barat (Trisno, 2010) dan tomat (Aidawati, 2005; Hartono, 2008; Santoso, 2013) serta pada tanaman melon (Julijantono, 20 12; Wilisiani, 2013). Informasi mengenai deteksi secara molekuler Begomovirus pada cabai di NTB dan informasi data sekuennya belum pernah dilaporkan. 6
7 Identifikasi secara cepat dan tepat terhadap suatu gejala akibat infeksi penyakit di lapangan sangat penting dilakukan sebelum suatu tindakan pencegahan dan pengendalian diterapkan agar dapat membantu menyelamatkan suatu areal dari serangan patogen melalui identifikasi molekuler. Mengingat begitu cepatnya perkembangan penyakit daun keriting kuning oleh Begomovirus di lapangan dan belum pernah ada penelitian secara molekuler tentang keberadaan Begomovirus di wilayah Pulau Lom bok Provinsi NTB, maka penelitian ini akan memberikan informasi ilmiah mengenai karakter molekuler Begomovirus yang menginfeksi cabai di Pulau Lombok, selain itu diperolehnya gen penyandi protein capsid Begomovirus asal Pulau Lombok melalui prosedur kloning gen, diharapkan kelak bermanfaat sebagai pelacak DNA pada pengembangan sistem deteksi penyakit yang disebabkan oleh Begomovirus. B. Rumusan Masalah 1. Apakah virus penyebab daun keriting kuning pada tanaman cabai asal Pulau Lombok Begomovirus? 2. Analisis apakah yang digunakan untuk mengetahui keragaman antar isolat Begomovirus yang tanaman cabai? 3. Apakah gen penyandi coat protein Begomovirus cabai rawit asal Pulau Lombok dapat dikloning pada plasm id pgem T Easy? 4. Apakah isolat Begomovirus pada tanaman cabai rawit asal Pulau Lombok memiliki hubungan kekerabatan dengan isolat Begomovirus asal Jawa 7
8 Tengah dan DIY serta isolat Begomovirus lainnya berdasarkan database GenBank? C. Tujuan Penelitian Kegiatan penelitian ini bertujuan : 1. Mengidentifikasi dan mengkarakterisasi virus penyebab daun keriting kuning pada tanaman cabai rawit di Pulau Lombok dengan teknik PCR. 2. Mengetahui keragaman molekuler isolat Begomovirus asal Pulau Lom bok, Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta melalui pola sidik jari DNA berdasarkan PCR dan RFLP. 3. Memperoleh klon rekombinan pembawa gen protein selubung (coat protein) Begomovirus pada tanaman cabai rawit asal Pulau Lombok. 4. Mengetahui hubungan kekerabatan isolat Begomovirus pada tanaman cabai rawit asal Pulau Lombok dengan Begomovirus Jawa Tengah dan D. I.Yogyakarta serta Begomovirus lain berdasarkan data di database GenBank. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi mengenai jenis dan karakter molekuler Begomovirus penyebab penyakit daun keriting kuning pada tanaman cabai di Indonesia dan menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengelolaan penyakit. 8
9 E. Kebaruan Penelitian Kemajuan di bidang biologi molekuler telah menghadirkan beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan mengkarakterisasi virus, salah satunya adalah Polymerase Chain Reaction (PCR). Dewasa ini, untuk karakterisasi maupun deteksi virus tumbuhan banyak dikembangkan te knik molekuler. Deteksi virus secara PCR akan memberikan hasil yang akurat, cepat dan sangat peka. Metode deteksi dengan PCR mempunyai keuntungan antara lain hanya membutuhkan sampel DNA dalam jumlah sedikit dari jaringan tanaman segar, atau dari sampel tanaman yang telah kering atau dari jaringan tanaman yang disimpan dalam lemari es (dalam kondisi beku), selain itu deteksinya tidak dipengaruhi oleh tahapan perkembangan tanaman dan lingkungan. Deteksi Begomovirus selama ini umumnya dilakukan dengan metode konvensional dengan melihat gejala khasnya pada helai daun berupa vein clearing yang kemudian berkembang menjadi warna kuning cerah, tulang daun menebal dan helai daun menggulung ke atas (cupping). Pada gejala lanjut, daun- daun m uda menjadi kecilkecil, helai daun berwarna kuning cerah dan tanaman menjadi kerdil. Cara deteksi yang hanya mengandalkan penglihatan seperti ini, belum dapat memastikan gejala tersebut apakah disebabkan oleh Begomovirus atau virus lainnya. Deteksi Begomovirus dengan metode konvensional seringkali tidak mungkin dilakukan karena tidak semua Begomovirus dapat ditularkan secara mekanis dengan cairan perasan tanaman terinfeksi. 9
10 Kebaruan dari penelitian ini adalah dilakukannya identifikasi dan karakterisasi secara molekuler virus penyebab penyakit daun keriting kuning pada tanaman c abai rawit di sentra pertanaman cabai di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Selama ini informasi penyakit-penyakit yang menginfeksi cabai rawit di Pulau Lombok hanya terbatas pada penyakit akibat infeksi jamur dan bakteri dengan metode identifikasi secara konvensional. Keterbatasan pemahaman dan sarana untuk mendeteksi gejala penyakit yang disebabkan oleh virus menjadi salah satu penyebab tidak adanya laporan tentang penyakit ini. Kebaruan dari penelitian ini juga berdasarkan data-data molekuler virus penyebab penyakit daun keriting kuning yang menginfeksi cabai rawit di Pulau Lombok yang sangat akurat sebagai data baru yang belum pernah ada. Di Indonesia, deteksi Begomovirus penyebab penyakit daun keriting kuning secara molekuler yang telah dilaporkan dan di publikasi, yaitu dari daerah Jawa Barat (Hidayat et al., 1999; Agustina, 2010; Santoso, 2013), Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta (Sulandari, 2004; Hartono, 2004; Anita, 2007; Ningrum, 2008, Kusumaningrum, 2009; Julijantono, 2012; dan Wilisiani, 2013), Sumatera Barat (Trisno et al., 2010) dan Bali (Pramarta, 2014). 10
I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai yang dibudidayakan di Indonesia dikelompokkan menjadi dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Cabai besar dicirikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) adalah salah satu komoditas sayuran penting secara ekonomi yang dibudidayakan hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia. Komoditas ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang sering ditemui di pasar tradisional dan merupakan komoditas yang dapat dikembangkan untuk perbaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jenderal Hortikultura, 2013). Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat ( Lycopersicon esculentum Mill.) adalah komoditas unggulan hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali
I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) merupakan salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali digunakan sebagai bahan penyedap masakan
Lebih terperinciBEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU
BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama annisriennadiah@gmail.com Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Setiap tahun, produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eks-karesidenan Surakarta (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo) (Prihatman,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman dari famili Cucurbitaceae yang banyak dikonsumsi bagian daging buahnya. Konsumsi buah melon cukup tinggi karena kandungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae. Golongan kacang panjang ini merupakan tanaman perdu semusim yang memiliki banyak manfaat bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting. Lahan tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi jagung tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa),
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun (Cucumis sativus Linn.) Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan petani dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian
Lebih terperinciTabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe
134 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gejala Infeksi Strain Begomovirus pada Genotipe Tanaman Tomat Hasil inokulasi tiga strain begomovirus terhadap genotipe tanaman tomat menunjukkan gejala yang beragam (Tabel
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan asal ternak untuk memenuhi konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Data Survei Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2007-2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman semusim yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Dicotyledonae, Ordo
Lebih terperinciPEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai
77 PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai Varietas cabai yang tahan terhadap infeksi Begomovirus, penyebab penyakit daun keriting kuning, merupakan komponen utama yang diandalkan dalam upaya pengendalian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat. Ciri dari jenis sayuran ini adalah rasanya yang pedas dan aromanya yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,
13 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mentimun (Cucumis sativus) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk kecantikan, menjaga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi yang menjadi kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang berperan penting dan strategis dalam pembangunan nasional, karena jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan
Lebih terperinciDIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER
DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER Sunaryati Sudigdoadi Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa ta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Dalam skala internasional, pisang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pisang (Musa spp.) merupakan tanaman monokotil berupa herba yang tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Dalam skala internasional, pisang menduduki posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan pada posisi yang penting sehingga menyebabkan intensifikasi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ikan yang cukup banyak, dilihat secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh laut. Potensi sumber
Lebih terperinciPENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.
PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah
PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kisaran Inang Potyvirus Isolat Nilam Bogor Tanaman nilam sakit banyak terdapat di daerah Bogor yang memperlihatkan gejala mosaik dengan ciri-ciri hampir sama dengan yang pernah diutarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) merupakan salah satu tanaman sayuran yang umbinya menjadi menu pokok pada hampir semua jenis masakan dengan fungsi sebagai
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016 Disampaikan pada acara : Pramusrenbangtannas Tahun 2016 Auditorium Kementerian Pertanian Ragunan - Tanggal, 12 Mei 201 KEBIJAKAN OPERASIONAL DIREKTORATJENDERALHORTIKULTURA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan protein yang tinggi masyarakat Indonesia yang tidak disertai oleh kemampuan untuk pemenuhannya menjadi masalah bagi bangsa Indonesia. Harper dkk.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 54/8/52/Th.IX, 3 Agustus 215 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 214 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 2,65 RIBU TON, CABAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bakteri Micobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Tuberkulosis disebarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Micobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Tuberkulosis disebarkan melalui partikel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, banyak dikonsumsi karena rasanya lezat. Komoditas kerapu diekspor dalam
Lebih terperinciPengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:
Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 9-10 TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN. Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli KODE JUDUL: X.26
KODE JUDUL: X.26 IDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN METODE SIDIK JARI DNA DALAM MENDUKUNG PRODUKTIVITAS TANAMAN Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli Balai Penelitian Tanaman
Lebih terperinciBab 5 H O R T I K U L T U R A
Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan
Lebih terperinciDETEKSI BEGOMOVIRUS PADA TANAMAN CABAI MERAH DENGAN I-ELISA TEST DAN TEKNIK PCR
J. Agroland 17 (2) : 101-107, Agustus 2010 ISSN : 0854 641X DETEKSI BEGOMOVIRUS PADA TANAMAN CABAI MERAH DENGAN I-ELISA TEST DAN TEKNIK PCR Begomovirus Detektion in Red Pepper Plant Using I-ELISA Test
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hortikultura dari famili Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi (Cahyono,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens L.)adalah salah satu tanaman hortikultura dari famili Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi (Cahyono, 2003).Padaumumnyacabaimengandung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Nilai rata-rata konsumsi cabai per kapita di Indonesia adalah 2,9 kg.tahun -1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu hasil pertanian yang penting dan banyak dibudidayakan di Indonesia. Buah cabai memiliki aroma, rasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciNo. 05/08/81 Th. III, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 1.890,6 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 2.917,6 TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR 542,9
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Metode deteksi yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan Potyvirus dan Fabavirus di pertanaman nilam yaitu dengan DAS-ELISA untuk mendeteksi Fabavirus, I-ELISA untuk mendeteksi Potyvirus
Lebih terperinciTahun Bawang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
Lebih terperincimenggunakan program MEGA versi
DAFTAR ISI COVER... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii PENDAHULUAN...
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai tipe tanah dan tanah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Cabai (Capsicum annuum L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang penting di konsumsi setiap hari sebagai bumbu penyedap masakan dan bernilai ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting
Lebih terperinciVII. PEMBAHASAN UMUM
VII. PEMBAHASAN UMUM Tanaman cabai (Capsicum annuum) merupakan salah satu komoditas andalan hortikultura di Indonesia. Tanaman tersebut ditanam di seluruh provinsi di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia
Lebih terperinciPANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2
PANDUAN Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2 Bagian Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN
Lebih terperinciBIO306. Prinsip Bioteknologi
BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi permasalahan utama di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang jika tidak
Lebih terperinciDETEKSI Begomovirus PADA TANAMAN CABAI MERAH DENGAN I-ELISA TEST DAN TEKNIK PCR
DETEKSI Begomovirus PADA TANAMAN CABAI MERAH DENGAN I-ELISA TEST DAN TEKNIK PCR Begomovirus Detection in Red Pepper Plant Using I-ELISA Test and PCR-Technique S. Mudmainah 1 dan Purwanto 2 ABSTRACT The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang memiliki banyak manfaat. Tanaman tomat dapat ditanam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki banyak manfaat. Tanaman tomat dapat ditanam sepanjang tahun dan bisa hidup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).
Lebih terperinciI PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan
Lebih terperinci5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)
5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. CEKAMAN LINGKUNGAN BIOTIK 1. PENYAKIT TANAMAN 2. HAMA TANAMAN 3. ALELOPATI PEMULIAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan karena sangat mendominasi perdagangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk yang pesat, membaiknya keadaan ekonomi dan meningkatnya kesadaran masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni
TINJAUAN PUSTAKA Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni siklus hidupnya terdiri dari telur larva pupa imago. E. kamerunicus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Babi domestik (Sus scrofa) merupakan hewan ternak yang dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut Sihombing (2006), daging babi sangat digemari
Lebih terperinciTUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU
TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU PROSES INFEKSI DAN GEJALA SERANGAN TOBACCO MOZAIC VIRUS PADA TANAMAN TEMBAKAU Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN
Lebih terperinciTeknik-teknik Dasar Bioteknologi
Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu
PENDAHULUAN Latar Belakang Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis. Kejadian rabies sangat ditakuti di kalangan masyarakat, karena mengakibatkan penderitaan yang berat dengan gejala
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di dunia. Tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang baik pada berbagai kondisi lingkungan. Luas lahan pertanaman
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013
No. 46/08/34/Th.XVI, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 17,13 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 3,23 RIBU TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan merupakan salah satu isu yang harus menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat. Pengolahan makanan yang tidak bersih dapat memicu terjadinya
Lebih terperinciBAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI
BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini terlihat dari areal pertanaman cabai yang menempati areal terluas diantara
Lebih terperinciTUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA
TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM
Lebih terperinciSuplemen Majalah SAINS Indonesia
Suplemen Majalah SAINS Indonesia Edisi Juni 2017 Edisi Juni 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Agrotek Benih TSS Mampu Gandakan Produksi Bawang Merah Penggunaan benih TSS berhasil melipatgandakan
Lebih terperinciBPS PROVINSI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 48/08/73/Th. VIII, 3 Agustus 2015 ANGKA TETAP PRODUKSI HORTIKULTURA KOMODITAS STRATEGIS NASIONAL TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT DAN BAWANG MERAH DI SULAWESI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi virus dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun kasus dengue di dunia meningkat
Lebih terperinciMenanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai
Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan dibudidayakan secara luas di Indonesia. Hal ini terlihat dari total produksi jeruk di Indonesia menduduki peringkat
Lebih terperinciBPS PROVINSI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 45/08/73 Th. XVII, 4 Agustus 2014 ANGKA TETAP PRODUKSI HORTIKULTURA KOMODITAS STRATEGIS NASIONAL TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT DAN BAWANG MERAH DI SULAWESI
Lebih terperinci2015 ISOLASI DNA PARSIAL GEN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikan gurame (Osphronemus merupakan salah satu ikan air tawar yang termasuk ke dalam infraclass Teleostei (Integrated Taxonomic Information System, 2012).
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut: Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang
I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan sebagai pakan ternak.
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas. Cabai jenis ini dibudidayakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai rawit kathur (Capsicum frutescens) merupakan komoditas rempah-rempah yang mempunyai prospek menguntungkan untuk dapat dikembangkan. Cabai rawit tidak
Lebih terperinci*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang
PENERAPAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA BIORASIONAL UNTUK MENGENDALIKAN HAMA KUTU KEBUL, Bemisia tabaci PENYEBAB PENYAKIT VIRUS KUNING KERITING CABAI DI NAGARI BATU TAGAK, KECAMATAN LUBUK BASUNG, KABUPATEN AGAM,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat zoonosis. Kasus rabies sangat ditakuti dikalangan masyarakat, karena mengakibatkan penderitaan yang berat dengan
Lebih terperinci