DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... ii Daftar Tabel dan Gambar... xii Daftar Singkatan... xvi Bab I Pendahuluan Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah... 3 Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan... 3 Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda... 9 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu RAD MDGs Jawa Tengah ii

2 Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun RAD MDGs Jawa Tengah iii

3 1.2. Permasalahan dan Tantangan Dalam Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah Permasalahan Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 5A: Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun RAD MDGs Jawa Tengah iv

4 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun Tantangan Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar RAD MDGs Jawa Tengah v

5 Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun RAD MDGs Jawa Tengah vi

6 Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun Bab II Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pencapaian Target MDGs Arah Kebijakan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG s) Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu RAD MDGs Jawa Tengah vii

7 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun Strategi Pecepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda RAD MDGs Jawa Tengah viii

8 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun RAD MDGs Jawa Tengah ix

9 Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun Target Kinerja Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) Jawa Tengah Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Program dan Kegiatan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda RAD MDGs Jawa Tengah x

10 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun RAD MDGs Jawa Tengah xi

11 Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun BAB III Pemantauan dan Evaluasi Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup BAB IV Penutup Lampiran I. Pagu Indikatif Kebutuhan Anggaran Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian MDGs Jateng Tahun II. Dukungan Kabupaten/Kota Terhadap Capaian MDGs Jateng RAD MDGs Jawa Tengah xii

12 BAB I PENDAHULUAN Pertemuan World Summits pada bulan September tahun 2000 telah menghasilkan deklarasi yang disebut Millennium Declaration. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Millennium Declaration tersebut kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB ke dalam Resolusi Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 tentang Deklarasi Millenium PBB atau lebih dikenal dengan nama Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs). Deklarasi tersebut mencanangkan komitmen global untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam satu paket kebijakan pembangunan guna mempercepat pencapaian pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan di seluruh dunia pada tahun Millenium Development Goals (MDGs) terdiri dari delapan tujuan utama dengan indikator terukur secara kuantitatif serta waktu pencapaiannya. Delapan tujuan utama tersebut adalah : (1) memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua; (3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan angka kematian anak; (5) meningkatkan kesehatan ibu hamil; (6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; (7) memastikan kelestarian lingkungan; dan (8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Waktu pencapaian kedelapan tujuan tersebut adalah 25 tahun dengan tahun dasar Kedelapan tujuan tersebut diharapkan pada tahun 2015 dapat dicapai sesuai target yang ditetapkan, bahkan dapat dicapai lebih cepat. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) berkomitmen mewujudkan delapan tujuan tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan RAD MDGs Jawa Tengah 1

13 kualitas hidup yang lebih baik. Secara nasional komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun , kemudian dipertegas pada RPJMN dan Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Meskipun hambatan dan tantangan pencapaian tujuan tersebut cukup banyak, namun berbagai prestasi pembangunan diketahui telah melampaui target MDGs, seperti penanggulangan kemiskinan dan kelaparan berat, dan pendidikan untuk semua (education for all). Walaupun beberapa indikator menunjukkan arah ketercapaian target MDGs (tahun 2015), namun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa capaian yang masih memprihatinkan, antara lain peningkatan pelayanan air bersih, kesehatan lingkungan dan pemukiman kumuh yang diperkirakan baru dapat dicapai pada tahun Selain itu beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain terkait dengan upaya sinergitas program dan penganggaran pembangunan, kesenjangan antar daerah terhadap rata-rata capaian nasional dan provinsi serta keterbatasan sumber daya. Percepatan pencapaian target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) merupakan amanah dari Inpres Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2010 dan Inpres Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Pemerintah memandang bahwa pencapaian tujuan MDGs sampai dengan tahun 2010 belum optimal. Beberapa capaian target MDGs stagnan, bahkan menunjukkan kinerja menurun. Percepatan pencapaian MDGs di tingkat nasional tertuang dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia. Sementara itu di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) perlu dituangkan dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium. Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Pembangunan Millenium Provinsi Jawa Tengah disusun sesuai panduan yang diterbitkan oleh Bappenas, terdiri dari empat bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, mendeskripsikan gambaran kondisi pencapaian MDGs di Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang dihadapi; Bab II Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan RAD MDGs Jawa Tengah 2

14 Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, mendeskripsikan tentang arah kebijakan dan strategi percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium masing-masing tujuan di Jawa Tengah; Bab III Monitoring dan Evaluasi, menggambarkan tentang mekanisme monitoring dan evaluasi percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium di Provinsi Jawa Tengah; dan Bab IV Penutup. Dalam penyusunan RAD Percepatan Pencapaian Pembangunan Millenium Provinsi Jawa Tengah ini tidak seluruh tujuan (8 tujuan) MDGs dibahas, namun hanya 7 tujuan, mengingat tujuan ke-8 yaitu Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan, kurang relevan untuk dibahas di tingkat daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dan menjadi kompetensi Pemerintah Pusat. Pada bab ini akan digambarkan kondisi pencapaian tujuan pembangunan millenium di Provinsi Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang dihadapi dalam percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium. Gambaran kondisi pencapaian tujuan pembangunan millenium serta permasalahan dan tantangan di Jawa Tengah adalah sebagai berikut: 1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Jawa Tengah Penyusunan Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Millenium Development Goals (MDGs) diawali dengan mendeskripsikan kondisi capaian masing-masing indikator tujuan. Deskripsi pencapaian tujuan MDGs Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Ringkasan status pencapaian target-target MDGs untuk Tujuan ke-1 Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, dapat dilihat pada tabel berikut : RAD MDGs Jawa Tengah 3

15 Tabel 1.1 Status Capaian Tujuan ke-1 MDGs Jawa Tengah Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target MDGs 2015 Status Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu Tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional Indeks Kedalaman Kemiskinan 17,49% (1990) 3,51 (2005) 16,56% (2010) 2,49 (2010) 8,75% Berkurang Sumber BPS, Susenas BPS, Susenas Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda Buku PDRB Jawa Tengah Laju PDRB per tenaga 3,92 2, dan Jawa kerja (1990) (2009) Tengah Dalam Angka Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja 70,07% (1990) 69,77% (1990) 64,19% (2009) 59,03% (2009) Meningkat Menurun BPS, Sakernas Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu Prevalensi balita dengan 16% 15,7% BPS, 1.8 berat badan rendah / 14,05% (2007) (2010) Susenas kekurangan gizi 1.8a Prevalensi balita gizi buruk 1.8b Prevalensi balita gizi kurang 1.9 Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum: < Kkal/kapita/ hari 4% (2007) 12% (2007) - 3,3% (2010) 12,4% (2010) 15,22% (2009) 2,15% 11,9% 8,50% Kemkes, Riskesdas BPS, Susenas < Kkal/kapita/ hari - 66,89% (2009) 35,32% Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus RAD MDGs Jawa Tengah 4

16 Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari. Dalam pengukuran tingkat kemiskinan BPS Provinsi Jawa Tengah tidak melakukan pendataan dengan tolok ukur proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 per kapita per hari, karena data ini tidak tersedia (n.a.=not available). Tolok ukur kemiskinan dengan menggunakan garis kemiskinan (poverty line) yang berlaku untuk Indonesia. 2. Persentase Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan nasional. Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), yaitu kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp ,- per kapita/bulan, dengan demikian penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita/ bulan di bawah nilai tersebut. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1990 sebanyak 4,16 juta jiwa (17,49%). Pada tahun 1999 terjadi peningkatan yang signifikan jumlah penduduk miskin sebanyak 8,76 juta jiwa atau 28,46%. Meningkatnya angka kemiskinan tersebut karena pada tahun 1997/1998 negara kita mengalami krisis ekonomi dan politik yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah penganggur. Maka sejak tahun 1999 telah dilakukan berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu, sehingga angka kemiskinan cenderung semakin menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun di Jawa Tengah terjadi peningkatan persentase penduduk miskin dari 20,49% menjadi 22,19%, hal ini disebabkan RAD MDGs Jawa Tengah 5

17 terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak yang menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi sebanyak orang (16,56%). Namun demikian persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih lebih tinggi dari rata-rata nasional, yaitu sebesar 13,33%. Kondisi tersebut menempatkan Jawa Tengah pada peringkat ke-17 dari 33 provinsi di Indonesia. Namun demikian perlu diwaspadai kemungkinan munculnya penduduk miskin baru akibat kejadian bencana alam, antara lain bencana erupsi dan banjir lahar dingin pasca erupsi Gunung Merapi, yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian di 3 (tiga) kabupaten yaitu : Kab.Magelang, Kab.Klaten dan Kab.Boyolali. Kecenderungan proporsi penduduk miskin di Jawa Tengah dari tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.2 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Orang) Persentase Penduduk Miskin (%) Jawa Tengah Nasional ,4 17,49 15, ,4 28,46 23, ,0 21,78 17, ,8 21,11 16, ,5 20,49 15, ,6 22,19 17, ,2 20,43 16, ,6 19,23 15, ,7 17,72 14, ,2 16,56 13,33 Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2010 Perlu dikemukakan bahwa data penduduk miskin di Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 17,72%, sebagaimana tersebut pada tabel di atas adalah data yang dikeluarkan BPS kondisi bulan Maret Untuk mengetahui sebaran penduduk miskin di Kabupaten/Kota se-jawa Tengah dapat dilihat pada data penduduk miskin yang dikeluarkan BPS kondisi bulan Juli 2009, dimana persentase penduduk miskin tercatat sebesar 17,48%, menurun sebesar 0,24% dibandingkan data sebelumnya. RAD MDGs Jawa Tengah 6

18 Gambaran distribusi penduduk miskin di 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik sebagai berikut : Gambar 1.1 Grafik Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi Tingkat kemiskinan di bawah angka Provinsi Berdasarkan data kemiskinan tahun 2009 (bulan Juli 2009), tingkat kemiskinan di kabupaten/kota dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, sebagai berikut : 1. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di atas angka Provinsi Jawa Tengah (17,48%). Terdapat sebanyak 16 kabupaten, yaitu: Kab. Blora, Pekalongan, Grobogan, Wonogiri, Klaten, Sragen, Demak, Cilacap, Banjarnegara, Banyumas, Pemalang, Brebes, Purbalingga, Kebumen, Rembang dan Wonosobo. 2. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di bawah angka Provinsi Jawa Tengah (17,48%). RAD MDGs Jawa Tengah 7

19 Terdapat sebanyak 19 kabupaten/kota yaitu : Kab. Purworejo, Batang, Kendal, Boyolali, Pati, Magelang, Temanggung, Kota Surakarta, Kab. Karanganyar, Tegal, Sukoharjo, Kudus, Semarang, Kota Magelang, Kota Tegal, Kab. Jepara, Kota Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Semarang. 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Data Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2009 sebesar 2,96 kemudian pada tahun 2010 menurun menjadi 2,49 atau terjadi penurunan sebesar 0,47. Kondisi ini sesuai dengan yang ditargetkan dalam MDG s yakni harus terjadi penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan sampai dengan tahun Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 sebanyak orang (16,56%). Pengukuran kemiskinan menggunakan garis kemiskinan yang berbeda antara daerah perdesaan dan perkotaan. Di daerah perkotaan garis kemiskinan pada tahun 2010 sebesar Rp ,00 per kapita/bulan, sedangkan di perdesaan sebesar Rp ,00 per kapita/bulan. Pada periode Maret penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 162 ribu orang, sedangkan di perdesaan berkurang sebanyak 194,53 ribu orang. Besarnya Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Pada tahun 2010, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perkotaan sebesar 2,09 sedangkan di daerah perdesaan mencapai 2,86. Indeks Kedalaman Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut: RAD MDGs Jawa Tengah 8

20 Tabel 1.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Provinsi Jawa Tengah Bulan Maret Indeks Kedalaman Kemiskinan No Tahun Kota Desa Kota+Desa ,05 3,84 3, ,75 4,37 3, ,33 4,32 3, ,97 3,78 3, ,56 3,34 2, ,09 2,86 2,49 Sumber : Kemiskinan Makro Susenas, BPS Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda 1. Laju PDRB per Tenaga Kerja Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja diperoleh dari total PDRB dibagi jumlah seluruh tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja dapat menunjukkan produktivitas tenaga kerja, sehingga laju PDRB per tenaga kerja memberikan gambaran mengenai kecepatan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di Jawa Tengah. Pada tahun 1990 laju PDRB Jawa Tengah sebesar 3,92%. Kemudian pada tahun 2006 laju PDRB per tenaga kerja tercatat cukup tinggi yaitu mencapai 8,41%, namun demikian pada tahun 2007 laju PDRB per tenaga kerja tersebut mengalami penurunan hingga -1,49%. Kemudian pada tahun 2008 tumbuh positif sebesar 11,19% dan pada tahun 2009 laju PDRB per tenaga kerja kembali menurun menjadi sebesar 2,25%. Pertumbuhan laju PDRB per tenaga kerja yang tidak konsisten ini, perlu mendapatkan perhatian khusus, agar dapat diupayakan pertumbuhan yang positif dan berkelanjutan. Perkembangan laju PDRB per tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah pada tahun dapat dilihat pada tabel berikut: RAD MDGs Jawa Tengah 9

21 No. Tahun Tabel 1.4 Perkembangan Laju PDRB per Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah Tahun PDRB Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja (orang) PDRB per Tenaga Kerja Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (Rp) Laju PDRB per Tenaga Kerja (%) , , , ,55 8, , ,71-1, , ,02 11, , ,13 2,25% Sumber: Data BPS yang telah diolah 2. Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas Rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia 15 tahun ke atas menggambarkan perkembangan tenaga kerja yang memasuki lapangan kerja. Besarnya kesempatan kerja bagi penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 70,07%. Sementara itu rasio kesempatan kerja penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar 62,96%. Upaya untuk meningkatkan kesempatan kerja di Jawa Tengah antara lain tergantung pada besarnya penanaman modal di daerah dalam rangka penyerapan kerja, kebijakan peningkatan kesempatan berusaha, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dukungan regulasi serta iklim usaha yang kondusif. Perkembangan rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia 15 tahun ke atas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.5 Rasio Kesempatan Kerja Untuk Penduduk Kelompok Usia 15 Tahun Ke Atas Provinsi Jawa Tengah Tahun Tahun Angkatan Kerja yang bekerja (orang) Jumlah Penduduk usia 15 tahun ke atas (orang) Rasio Kesempatan kerja untuk penduduk 15 Tahun ke atas (orang) ,07% ,30% ,25% ,75% ,35% ,96% Sumber: Data BPS Provinsi Jawa Tengah yang diolah RAD MDGs Jawa Tengah 10

22 Rasio kesempatan kerja di Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009, yaitu sebesar 70,07% (1990) menurun menjadi 56,25% (2006), kemudian meningkat menjadi 64,75% (2007) dan menurun kembali menjadi 62,96% (2009). Berdasarkan data tersebut, kondisi kesempatan kerja di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi dua kategori sebagai berikut: 1. Kabupaten/kota yang berada di atas angka kesempatan kerja Provinsi Jawa Tengah. Terdapat 24 kabupaten/kota, yaitu Kota Pekalongan, Kab. Kebumen, Sukoharjo, Klaten, Pati, Batang, Karanganyar, Demak, Purbalingga, Jepara, Kudus, Kendal, Pekalongan, Semarang, Sragen, Banjarnegara, Rembang, Magelang, Wonogiri, Wonosobo, Temanggung, Boyolali, Blora dan Grobogan. 2. Kabupaten/kota yang berada di bawah angka kesempatan kerja Provinsi Jawa Tengah. Terdapat 11 Kabupaten/kota yaitu: Kab. Purworejo, Brebes, Banyumas, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kab. Cilacap, Pemalang, Tegal, Kota Tegal dan Kota Magelang. Gambar 1.2 Grafik Rasio Kesempatan Kerja Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi Tingkat kemiskinan di bawah angka Provinsi RAD MDGs Jawa Tengah 11

23 3. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja menunjukkan peningkatan jumlah tenaga kerja yang bekerja secara mandiri atau berwirausaha. Pada tahun 1990 jumlah tenaga kerja yang bekerja mandiri sebesar 69,77% dari angkatan kerja. Kemudian pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja yang bekerja mandiri sebesar 56,71% dan meningkat menjadi 59,03% pada tahun Hal ini menunjukkan masih banyak tenaga kerja yang berusaha sendiri dan dibantu tenaga kerja yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja. Tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga baik pada skala usaha mikro, kecil dan kegiatan usaha di sektor informal perlu perhatian untuk mendapatkan fasilitasi keterampilan dan perlindungan tenaga kerja. Besarnya Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.6 Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri Dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja Di Provinsi Jawa Tengah Tahun No Status Pekerjaan Utama Tahun Berusaha Sendiri (orang) Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap (orang) Berusaha dibantu Buruh Tetap (orang) 4 Pekerja Bebas di Pertanian (orang) 5 Pekerja Bebas di Non Pertanian (orang) Jumlah Tenaga Kerja yang berusaha sendiri dan pekerja Bebas keluarga (orang) Jumlah Kesempatan kerja (orang) Proporsi Tenaga Kerja yang berusaha sendiri dan pekerja Bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja 56,71% 58,05% 58,62% 59,93% 59,03% Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (diolah) RAD MDGs Jawa Tengah 12

24 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu Prevalensi Balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi Terdapat hubungan timbal balik antara kekurangan gizi dengan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah terjadinya kekurangan gizi selain disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang gizi seimbang bagi sebagian masyarakat terutama di perdesaan dan kelompok rentan. Proporsi Balita yang kekurangan gizi berbanding lurus dengan jumlah penduduk miskin. Semakin kecil pendapatan penduduk maka persentase Balita yang kekurangan gizi semakin meningkat, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk, semakin rendah persentase Balita yang kekurangan gizi. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi Balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi pada tahun 2007 sebesar 16%, turun menjadi 15,7% pada tahun 2010 sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 14,05%. Diperkirakan target MDGs tersebut akan dapat tercapai di Jawa Tengah. a. Prevalensi Balita gizi buruk Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung disebabkan oleh tiga hal, yaitu: anak tidak mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai, dan kemungkinan anak menderita penyakit infeksi. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi Balita gizi buruk di Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 4% dan pada tahun 2010 turun menjadi 3,3%, sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 2,15%. b. Prevalensi Balita gizi kurang Prevalensi kekurangan gizi pada Balita pada tahun 2007 sebesar 12% naik menjadi 12,4% pada tahun 2010, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 sebesar 11,9%. Melalui prioritas program dan kegiatan yang semakin intensif utamanya pada kelompok rentan dan kekurangan gizi, diharapkan Jawa Tengah mampu mencapai target MDGs yang telah ditetapkan. RAD MDGs Jawa Tengah 13

25 2. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum. Pola konsumsi pangan yang kurang mencukupi kebutuhan energi dan gizi akan mengakibatkan terjangkitnya penyakit serius, bahkan kematian. Asupan makanan yang seimbang sangat penting bagi ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat minimum sehingga berdampak buruk bagi kesehatan dan status gizi, sebagian besar disandang oleh masyarakat miskin. Kondisi ini menegaskan bahwa upaya peningkatan dan perbaikan konsumsi terutama bagi masyarakat miskin sangat mendesak untuk dilakukan. a. Kategori < Kkal/kapita/hari Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum atau <1.400 Kkal/kapita/hari pada tahun 2009 sebesar 15,22%, sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 8,50%. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus agar proporsi penduduk dengan asupan kalori kurang dari Kkal/kapita/hari tersebut dapat diturunkan sesuai target MDGs. b. Kategori < Kkal/kapita/hari Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum atau < Kkal/kapita/hari pada tahun 2009 sebesar 66,89%, masih jauh apabila dibandingkan target MDGs tahun 2015 sebesar 35,32%. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus melalui serangkaian program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan sinergis, sehingga proporsi penduduk dengan asupan kalori kurang dari Kkal/kapita/hari tersebut dapat diturunkan seoptimal mungkin. RAD MDGs Jawa Tengah 14

26 Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mencapai pendidikan dasar untuk semua adalah upaya yang dilakukan agar penduduk usia sekolah dasar seluruhnya dapat menikmati pendidikan SD/ MI/Paket A pada tahun Tujuan ke-2 ini memiliki tiga indikator yaitu: Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A; Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A dan Angka melek huruf penduduk usia tahun perempuan dan laki-laki. APM SD/MI/Paket A adalah hasil bagi antara jumlah siswa SD/MI/Paket A usia 7 12 tahun pada satu wilayah administratif dibagi penduduk usia 7 12 tahun. Status pencapaian tujuan ke-2 MDGs di Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Tabel 1.7 Status Capaian Tujuan ke-2 MDGs Jawa Tengah Acuan Target Indikator Saat ini Status Dasar MDGs 2015 Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar Untuk semua Target 2 A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Angka Partisipasi Murni (APM) SD/ MI/ Paket A Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/ MI Angka melek huruf penduduk usia tahun, perempuan dan laki-laki 92,77% (2007/2008) 99,44% (2007/2008) P: 99,80% L: 99,83% (2007/2008) 97,08% (2009/2010) 99,78% (2009/2010) P: 100% L: 100% (2009/2010) 100% 100% 100% Sumber Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Capaian target tujuan kedua MDGs untuk indikator APM SD/MI/Paket A dan angka melek huruf penduduk usia tahun Provinsi Jawa Tengah sudah menuju pada pencapaian target 2015 (On Track). Pada tahun 2010 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A telah mencapai 108%, Angka Partisipasi RAD MDGs Jawa Tengah 15

27 Murni (APM) SD/MI/Paket A 97,08% dan APK SMP/MTs/Paket B 99,40%. Pada jenjang Pendidikan Dasar, berdasarkan data indikator pembangunan bidang pendidikan, terdapat peningkatan indikator Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B sejak tahun 2007/2008, yakni APM SD/MI/Paket A pada tahun 2007/2008 sebesar 92,77% meningkat menjadi 97,08% pada tahun Dibandingkan dengan rata-rata nasional (sebesar 95,23%), posisi Jawa Tengah sudah berada di atas rata-rata nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa akses masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar mengalami peningkatan dari tahun 2007/2008 hingga tahun Apabila trend peningkatan tersebut dapat dipertahankan, maka Jawa Tengah diharapkan dapat mencapai target MDGs pada jenjang SD/MI/Paket A pada tahun Perkembangan capaian APK dan APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan SMA/SMK/MA/Paket C dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 1.3 dan 1.4. Grafik tersebut menggambarkan bahwa selama kurun waktu tersebut baik APK maupun APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C menunjukkan peningkatan. Gambar 1.3 Perkembangan APK SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C Tahun 2008, 2009, 2010 Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah RAD MDGs Jawa Tengah 16

28 Gambar 1.4 Perkembangan APM SD/MI/ Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C Tahun 2008, 2009, ,77 Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Didukung oleh peraturan perundangan dan berbagai kebijakan serta upaya keras dari seluruh stakeholder, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah berhasil mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, antar kelompok pendapatan, dan antar daerah terutama pada tingkat sekolah dasar. Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A) telah melampaui angka 100 %. Pada tahun 2009/2010 APK SD/MI/Paket A telah mencapai 108% dan angka partisipasi murni (APM) sekitar 97,08 %. Pada tahun yang sama, APK dan APM jenjang SMP/MTs/Paket B masing-masing mencapai 99,40% dan 76,87% (Gambar 1.3 dan 1.4). Pada tingkat Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A), disparitas partisipasi pendidikan antar Kabupaten/ Kota sudah sangat kecil. Data Dinas Pendidikan menunjukan bahwa APM SD/MI/Paket A di semua Kabupaten/ Kota telah mencapai lebih dari 90,0 %, kecuali Kabupaten Kudus dengan APM sebesar 87,60% (Gambar 1.5). Perlu diketahui bahwa capaian APM 100 % pada tingkat sekolah dasar tidak mungkin tercapai karena terdapat kenyataan yang ada saat ini adalah banyak siswa SD kelas satu berusia di bawah usia 7 tahun. Sebaran APM SD/MI/Paket A pada masing-masing Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa masih terdapat 11 Kabupaten/Kota yang capaian APM SD/MI/Paket A masih berada di bawah rata-rata Jawa Tengah. Namun demikian, angkanya sudah berada di atas kisaran 85%. Capaian APM SD/MI/Paket A RAD MDGs Jawa Tengah 17

29 terendah adalah Kabupaten Kudus, dengan APM SD/MI/Paket A sebesar 87,60%. Hal ini disebabkan bahwa kecenderungan bahwa orang tua menyekolahkan anak ke SD/MI di bawah usia 7 tahun. Gambar 1.5 menunjukkan capaian APM SD/MI/Paket A Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun Gambar 1.5 Capaian APM SD/MI/Paket A Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2009/2010 Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Indikator murid kelas 1 berhasil menamatkan SD/MI mengukur berapa banyak siswa kelas 1 tahun tertentu dalam kurun waktu 6 tahun kemudian berhasil menamatkan jenjang SD/MI. Data pada tahun ajaran 2007/2008 angka kelulusan SD/MI sebesar 99,47% berarti pada tahun ajaran 2002/2003 jumlah siswa kelas 1 ada sebesar murid. Demikian pula pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa lulus sebesar 99,78% berarti pada tahun ajaran 2004/2005 jumlah murid kelas 1 sebanyak murid. Hal ini menunjukan adanya penurunan angka putus sekolah pada tingkat sekolah dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah sebesar 0,33% terlihat pada gambar 1.6. RAD MDGs Jawa Tengah 18

30 Gambar 1.6 Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Menamatkan Sekolah Dasar Tahun 2010 Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Angka melek huruf penduduk Provinsi Jawa Tengah berusia tahun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Angka melek huruf telah digunakan sebagai indikator tercapainya Education for All (EFA) dan MDGs serta berperanan penting dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia. Melek huruf merupakan prasyarat utama yang memungkinkan seseorang mengakses informasi dan pengetahuan serta memiliki kemampuan untuk memperoleh pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik. Data Dinas Pendidikan tahun menunjukan bahwa angka melek huruf penduduk usia tahun di Provinsi Jawa Tengah mencapai 100% baik untuk laki-laki maupun perempuan. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2007/2008. Angka melek huruf pada tahun 2007/2008 sebesar 99,79% untuk laki-laki dan 99,85% untuk perempuan. Peningkatan angka melek huruf terjadi antara lain karena peningkatan partisipasi penduduk usia tahun yang buta huruf untuk mengikuti program pendidikan keaksaraan dan pendidikan non formal serta meningkatnya proporsi siswa yang menamatkan SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B. RAD MDGs Jawa Tengah 19

31 Gambar 1.7 Angka Melek Huruf Penduduk Usia Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2009/2010 Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Tujuan mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan memiliki tiga indikator, yaitu (1) rasio perempuan terhadap laki-laki ditingkat pendidikan dasar menengah dan tinggi; (2) Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian dan (3) Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD. Rasio perempuan terhadap laki-laki tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi adalah angka hasil bagi APM perempuan jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan APM laki-laki pada jenjang pendidikan yang sama. Apabila hasil bagi berada pada kisaran , dapat disimpulkan dalam kategori terjadi kesetaraan gender. Terjadi ketimpangan gender apabila hasil bagi lebih besar dari 105 atau lebih kecil dari 95. Gambaran status capaian masing-masing indikator adalah sebagai berikut: RAD MDGs Jawa Tengah 20

32 Indikator Tabel 1.8 Status Capaian Tujuan ke-3 MDGs Jawa Tengah Acuan Dasar Saat ini Target MDGs 2015 Status Sumber Tujuan 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 3 A : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun Rasio Perempuan terhadap laki-laki ditingkat pen didikan dasar menengah dan tinggi - Rasio APM perempuan/ laki-laki di SD/ MI/Paket A - Rasio APM perempuan/ laki-laki di SMP - Rasio APM perempuan/ laki-laki di SMA - Rasio APM perempuan/ laki-laki di Perguruan Tinggi Indikator Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia tahun Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD 93,46 (2004/2005) 100,12 (2004/2005) 92,96 (2004/2005) 84,13 (2004/2005) Acuan Dasar 95,96 (2007) 64,16% (2007) 10,22% (Pileg 2004) 99,32 (2009/2010) ,66 (2009/2010) ,19 (2009/2010) ,88 (2009/2010) 100 Saat ini 100 (2009) 65,51% (2009) 14,75% (Pileg 2009) Target MDGs Meningkat Meningkat Status BPS BPS BPS BPS Sumber BPS Disnakertrans duk Kesbangpolin mas Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus RAD MDGs Jawa Tengah 21

33 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender di berbagai bidang. Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B, SMA/MA/Paket C, dan Pendidikan Tinggi (PT) berturut-turut sebesar 99,32, 105,66, 98,19, dan 124,88 pada tahun 2009/2010, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,95%. Dengan demikian, Jawa Tengah sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian sebesar 65,51% pada tahun 2009 meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 64,16% (sumber: Disnakertransduk, 2009). Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh perempuan di DPRD Provinsi Jawa Tengah pada Pemilu terakhir juga mengalami peningkatan menjadi 14,75%. Berdasarkan Data BPS tahun 2009/2010, APM baik perempuan maupun laki-laki, pada SD/MI/Paket A sudah mencapai lebih dari 90%. Disparitas antar Kabupaten/Kota masih merupakan masalah utama, terutama pada tingkat pendidikan menengah. Data BPS 2009/2010 menunjukan bahwa disparitas gender APM perempuan terhadap laki-laki pada SD/MI/Paket A berkisar antara 93,50 (Kota Semarang) dan 104,13 (Kabupaten Karanganyar) yang menunjukan bahwa rasio APM perempuan terhadap laki-laki hampir sama di semua Kabupaten/ Kota terlihat pada gambar 1.8. APM perempuan terhadap lakilaki pada SMP/ MTs/ Paket B berkisar antara 82,55 (Kabupaten Sragen) dan 147,15 (Kabupaten Wonosobo) terlihat pada gambar 1.9, sedangkan pada SMA/MA/Paket C berkisar antara 54,12 (Kabupaten Rembang) dan 174,83 (Kabupaten Purbalingga) terlihat pada gambar Rasio perempuan yang duduk di Perguruan Tinggi pada tiga Kabupaten (Brebes, Grobogan, Purbalingga) sebesar 0, sedangkan di Kabupaten/Kota lainnya berkisar antara 16,25 RAD MDGs Jawa Tengah 22

34 (Kabupaten Banjarnegara) dan 569,26 (Kabupaten Blora) terlihat pada gambar Dari data tersebut terlihat bahwa APM perempuan terhadap laki-laki untuk jenjang SMP/MTs/Paket B dan SMA/MA/Paket C perbedaannya relatif tidak begitu jauh, sedangkan pada jenjang Perguruan Tinggi data antar Kabupaten/Kota sangat luas. Gambar 1.8 Rasio APM SD/MI/ Paket A Tahun 2009/2010 Sumber data : BPS tahun 2009 Gambar 1.9 Rasio APM SMP/MTs/Paket B Tahun 2009/2010 Sumber data : BPS tahun 2009 RAD MDGs Jawa Tengah 23

35 Gambar 1.10 Rasio APM SMA/MA/Paket C Tahun 2009/2010 Sumber data : BPS tahun 2009 Gambar 1.11 Rasio APM Perguruan Tinggi Tahun 2009/2010 Sumber data : BPS tahun 2009 Angka melek huruf perempuan dan laki-laki kelompok usia tahun telah mencapai sasaran MDGs. Pada tahun 2009/2010, Disparitas gender angka RAD MDGs Jawa Tengah 24

36 melek huruf antara perempuan dan laki-laki Provinsi Jawa Tengah kelompok usia tahun sudah mencapai 100. Di bidang ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan lebih rendah dibandingkan dengan TPAK laki-laki. Data BPS tahun 2010 menunjukan bahwa TPAK perempuan tidak menunjukan peningkatan yang signifikan, hanya berkisar sekitar 27,70 %. Angka tersebut jauh lebih rendah jika di bandingkan dengan TPAK laki-laki yang rata-rata 84 % selama periode yang sama. Persentase perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian memperlihatkan kecenderungan meningkat, yang termasuk pekerja upahan di sektor non-pertanian adalah buruh/karyawan/pegawai dan pekerja bebas yang bekerja di lapangan kerja sektor nonpertanian. Data Disnakertransduk menunjukan bahwa kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan nonpertanian mengalami peningkatan, dari sebesar 64,16 % pada tahun 2007 menjadi sebesar 65,51 % pada tahun Gambar 1.12 menunjukkan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non-pertanian pada Kabupaten/Kota se Jawa Tengah. Gambar 1.12 Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2009 Sumber data : Disnakertransduk Provinsi jawa Tengah RAD MDGs Jawa Tengah 25

37 Kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan juga diukur berdasarkan proporsi perempuan di lembaga-lembaga publik (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), menunjukan adanya peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari proporsi perempuan yang menduduki kursi di DPRD mengalami peningkatan dari 10,22 % pada tahun 2004 menjadi 14,75 % pada tahun Di bidang politik, kemajuan yang dicapai antara lain adalah dengan di tetapkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Komisi Pemilihan umum (KPU), Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, disusul dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-Undang tersebut mengamanatkan dengan jelas 30 % keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik di tingkat pusat dan daerah dalam daftar yang diajukan untuk calon anggota legislatif. Gambar 1.13 menunjukkan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD. Gambar 1.13 Proporsi Kursi yang Diduduki Perempuan Di DPRD Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2009 Sumber data : Kesbangpolinmas Provinsi jawa Tengah RAD MDGs Jawa Tengah 26

38 Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah: menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu dengan indikator (1) Angka Kematian Bayi (AKB) per kelahiran hidup; (2) Angka Kematian Balita per kelahiran hidup; dan (3) Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak. Tabel 1.9 Status Capaian Tujuan 4 MDGs Jawa Tengah Acuan Target Indikator Saat ini Status Dasar MDGs 2015 Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan ,8 Angka Kematian Bayi SDKI; 10, (AKB) per ,5 Jateng (2010) kelahiran hidup Angka Kematian Balita (AKBA) per kelahiran hidup Proporsi anak berusia 1 tahun diimunisasi campak 79,8 SDKI; Jateng ,3% SDKI; Jateng ,02 (2010) 95% ,85 Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus 95% Sumber Dinkes Dinkes BPS Dinkes SDKI JATENG Target 4A: menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 1991 sampai dengan 2010 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1991 AKB sebesar 48,8/ kelahiran hidup, pada tahun 2010 menurun menjadi 10,62 / kelahiran hidup. Dibandingkan target MDGs tahun 2015 sebesar 23 / kelahiran hidup kondisi ini telah mencapai target. Pada Tahun 2015 target capaian AKB Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,5/1.000 kelahiran hidup. RAD MDGs Jawa Tengah 27

39 Gambar 1.14 Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun (per kelahiran hidup) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Gambar 1.15 Perbandingan Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun (per kelahiran hidup) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Jumlah kasus kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah kasus yang tersebar di 35 kabupaten/kota dengan jumlah kelahiran hidup RAD MDGs Jawa Tengah 28

40 Kabupaten/Kota dengan kasus kematian bayi tertinggi adalah Kabupaten Kebumen (540 kasus), Kota Semarang (337 kasus) dan Kabupaten Brebes (312 kasus). Kabupaten dengan kasus kematian bayi terendah adalah Kota Magelang (13 kasus), Kota Tegal (15 kasus) dan Kota Salatiga (29 kasus). Gambar 1.16 Jumlah Kematian Bayi di Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (orang) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Menurunnya AKB di Jawa Tengah disebabkan oleh meningkatnya pelayanan kesehatan pada bayi. Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN-1) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 96,82 %, dengan cakupan Kabupaten/ Kota tertinggi adalah Kabupaten Kebumen (101,36 %) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Wonosobo (83,21 %). Masih terdapat 11 kabupaten dengan cakupan kunjungan neonatal pertama dibawah cakupan Provinsi Jawa Tengah. RAD MDGs Jawa Tengah 29

41 Gambar 1.17 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Kab/Kota se-jateng Tahun 2010 (%) Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jateng 2010 Cakupan pelayanan kesehatan bayi adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3 5 bulan, satu kali pada umur 6 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2010 sebesar 94,14%, Kabupaten/Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kota Semarang (109,18%) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten Pemalang (76,23 %). Sampai dengan tahun 2010 cakupan kunjungan bayi yang masih di bawah capaian Jawa Tengah sebanyak 14 Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Pemalang, Sragen, Cilacap, Boyolali, Jepara, Karanganyar, Brebes, Kota Tegal, Rembang, Purworejo, Purbalingga, Kota Magelang, Kudus dan Wonosobo. RAD MDGs Jawa Tengah 30

42 Gambar 1.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (%) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Angka Kematian Balita (AKBA). AKBA Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2005 (10,02 / kelahiran hidup) sampai dengan tahun 2010 (12,02/1.000 kelahiran hidup) mengalami peningkatan, namun demikian masih dibawah target MDGs tahun 2015 (32 / kelahiran hidup). Diharapkan pada tahun 2015 target AKBA Provinsi Jawa Tengah (11,85/ kelahiran hidup) dapat tercapai. RAD MDGs Jawa Tengah 31

43 Gambar 1.19 Angka Kematian Balita (AKBA) Provinsi Jawa Tengah Tahun (per kelahiran hidup) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Jumlah kasus kematian anak balita di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah 813 kasus yang tersebar di 35 kabupaten/kota. Kabupaten / Kota dengan kasus kematian anak balita terbanyak adalah Kota Semarang (90 kasus), Kabupaten Cilacap (84 kasus) dan Kabupaten Jepara (59 kasus). Kabupaten / Kota dengan kasus terkecil adalah Kota Salatiga (2 kasus), Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Tegal dimana masing masing 4 kasus. Gambar 1.20 Jumlah Kematian AKBA di Kab/kota se - Jawa Tengah Tahun 2010 (orang) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 RAD MDGs Jawa Tengah 32

44 Cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Jawa Tengah sebesar 76,38 %, dimana Kabupaten / Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Semarang (99,57 %) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kota Salatiga (22,40%). Cakupan pelayanan kesehatan anak balita kabupaten/kota yang masih dibawah capaian Jawa Tengah sebanyak 18 kabupaten/kota meliputi Kota Salatiga, Kabupaten Magelang, Pekalongan, Karanganyar, Batang, Kota Pekalongan, Grobogan, Banjarnegara, Kota Surakarta, Blora, Cilacap, Kota Tegal, Wonosobo, Pemalang, Kota Magelang, Jepara, Sukoharjo, dan Purworejo. Gambar 1.21 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kab/Kota Jawa Tengah Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Proporsi anak - anak berusia 1 tahun di-imunisasi campak di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 94,7 % menurun dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 96,7 %. Target MDGs untuk indikator ini telah tercapai. Namun demikian, masih diperlukan berbagai upaya meningkatkan dan mempertahankan cakupan pelayanan imunisasi campak sehingga target Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 95% dapat tercapai. Imunisasi merupakan salah satu cara dalam rangka pencegahan penyakit menular dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Peningkatan imunisasi sebesar 3 persen dapat menurunkan kematian anak balita sebesar 1 per kelahiran hidup (UNSD 2009, ADB). RAD MDGs Jawa Tengah 33

45 Gambar 1.22 Proporsi Anak-anak Berusia 1 Tahun diimunisasi Campak Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 (diolah) Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah sebagai berikut: 1. Target 5a: menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga tiga per empat dalam kurun waktu dengan indikator sebagai berikut: a. Angka Kematian Ibu per kelahiran hidup b. Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih 2. Target 5b: mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 dengan indikator sebagai berikut: a. Angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/ CPR) bagi perempuan menikah usia tahun saat ini, cara modern. b. Angka kelahiran remaja (perempuan usia tahun) per 1,000 perempuan usia c. Cakupan pelayanan antenatal (K4 atau empat kali kunjungan) d. Unmetneed (kebutuhan keluarga berencana/kb yang tidak terpenuhi) RAD MDGs Jawa Tengah 34

46 Status pencapaian tujuan 5 MDGs di Jawa Tengah sebagai berikut: Indikator Tabel 1.10 Status Capaian Tujuan 5 MDGs Jawa Tengah Acuan Dasar Saat ini Target MDGs 2015 Status Sumber Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun waktu Angka Kematian Ibu 2005 : 104,97 Dinkes 5.1 per kelahiran ,57 (2010) BPS hidup 5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (%) 2009: 84,30% (Susenas) 93,93 % (2010) 100% Dinkes Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 Angka pemakaian kontrasepsi/contracept 5.3 ive Prevalence Rate 2007 : 60% 65,2% (CPR) pada (SDKI (2010) perempuan menikah Jateng) 70,60% usia tahun (Cara Modern) Tingkat kelahiran pada remaja (per perempuan usia tahun) Cakupan pelayanan antenatal (K4) Unmet need KB (Kebutuhan keluarga berencana / KB yang tidak terpenuhi) 1991 : Kota : 39 Desa : 82 Total : 67 (SDKI) 1995 : K4 : 64,8% (Profil Kesehatan) 2000 : 12,66% (LUB BKKBN Jateng) 25,3 (2010) K4 : 92,04% 11,59% (2010) 22,92 BKKBN BP3AKB Dinkes BKKBN BP3AKB Dinkes 95% Dinkes 4,1% Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus BKKBN BP3AKB Dinkes Target 5A: menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 (115,57/ kelahiran hidup) mengalami penurunan pada tahun 2010 (104,97 / kelahiran hidup). Dibandingkan dengan target MDGs (102 per kelahiran hidup), target Jawa Tengah tahun 2015 (60 per kelahiran hidup) pada kondisi akan tercapai. Upaya yang dilakukan untuk menekan AKI di Jawa Tengah antara lain melalui penerapan program Jampersal sehingga persalinan dilakukan dengan gratis, rencana penerbitan Peraturan Gubernur yang RAD MDGs Jawa Tengah 35

47 mengatur tentang pelayanan persalinan yang harus berada di sarana kesehatan dan dilakukan oleh petugas/tenaga kesehatan, peningkatan kualitas puskesmas melalui pelayanan PONED dan Rumah Sakit melalui pelayanan PONEK dan peningkatan kualitas tenaga kesehatan. Menurunnya AKI ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan kunjungan kehamilan sebanyak empat kali/ K4) dan meningkatnya persalinan oleh tenaga kesehatan. Sampai dengan tahun 2010 cakupan K4 sebesar 92,04% dan kelahiran hidup dengan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN) sebesar 93,93%. Intervensi kunci yang mempengaruhi AKI mencakup pelayanan antenatal yang baik, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, perawatan yang memadai untuk kehamilan resiko tinggi termasuk pencegahan ibu hamil komplikasi, program keluarga berencana untuk menghindari kehamilan dini, mengurangi tingkat aborsi tidak aman dan post abortion care serta programprogram perubahan perilaku di kalangan perempuan usia subur. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar (PONED) sebesar 30,91 % Puskesmas dan persentase RS Kabupaten / Kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) sebesar 40 %. Gambar 1.23 Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun (Per kelahiran hidup) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 RAD MDGs Jawa Tengah 36

48 Gambar 1.24 Perbandingan Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah dengan Nasional Tahun serta Target 2015 Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Jawa Tengah sampai dengan tahun 2010 sebesar 611 kasus, dengan kontribusi terbesar adalah Kabupaten Pemalang sebanyak 48 kasus, diikuti Kabupaten Brebes (36 kasus) sebagaimana pada grafik berikut: Gambar 1.25 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (orang) Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi RAD MDGs Jawa Tengah 37

49 Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2010 sebesar 93,93%. Dibandingkan dengan target MDGs kondisi ini sudah tercapai dan pada tahun 2015 akan mencapai target Jawa Tengah (100%). Sampai dengan tahun 2010 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten/kota yang masih dibawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 17 Kabupaten/Kota, yaitu Kab. Banyumas, Kota Magelang, Banjarnegara, Brebes, Tegal, Blora, Cilacap, Purbalingga, Pati, Wonosobo, Pemalang, Jepara, Klaten, Kota Semarang, Rembang, Kota Pekalongan dan Kab. Batang. Gambar 1.26 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 Pada tahun 2010 persentase cakupan peserta KB aktif (CPR) perempuan menikah (15-49 tahun) cara modern sebesar 65,5% mengalami peningkatan apabila dibandingkan tahun 2007 (60%) serta telah mencapai Target MDGs di tahun Target Jawa Tengah tahun 2015 (70,6%), diharapkan dapat tercapai (on track). Sampai dengan tahun 2010 jumlah persalinan pada anak remaja (15 19 tahun) per perempuan sebesar 25,3% dan diharapkan pada tahun 2015 turun menjadi 22,92%. RAD MDGs Jawa Tengah 38

50 Cakupan antenatal care (K4) Jawa Tengah Tahun 2010 (77,28%) mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 1995 (64,8%), dan diharapkan dapat mencapai target pada tahun 2015 sebesar 95%. Jumlah pasangan usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi (unmetneed) mengalami penurunan, pada tahun 2000 (LUB BKKBN Jateng) sebesar 12,66% turun menjadi 11,59% tahun Target unmetneed Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 4,1% diharapkan dapat tercapai. Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah: 1. Target 6a: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru dengan indikator : a. Prevalensi HIV dari total populasi. b. Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi terakhir. c. Persentase penduduk tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS. 2. Target 6b: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015 dengan indikator proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obat antiretroviral. 3. Target 6c: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 dengan indikator: a. Angka kejadian Tuberkulosis per penduduk. b. Tingkat prevalensi Tuberkulosis per penduduk. c. Proporsi kasus TB yang ditemukan melalui DOTS. d. Proporsi kasus TB yang disembuhkan melalui DOTS (cure rate). RAD MDGs Jawa Tengah 39

51 e. Angka penemuan kasus Malaria per penduduk. f. Angka Kesakitan DBD (per penduduk). g. Kematian DBD. Status pencapaian tujuan ke-6 di Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Tabel 1.11 Status Capaian Tujuan 6 MDGs Jawa Tengah Acuan Target Indikator Saat ini Status Sumber Dasar MDGs 2015 Tujuan 6 : Memerangi HIV dan AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun Prevalensi HIV Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi Proporsi penduduk usia tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS (1990) : 0,16 (Pusdatin Depkes) (2002/3) : 12,8 (SKRRI-BPS) 0,25 <0,5 Dinkes 30% 70% Dinkes - 14,3% 85% Dinkes Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015 Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut 6.4 yang memiliki akses pada obat obatan antiretroviral - 35,33% 95% Dinkes Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015 Angka kejadian 6.5 tuberkulosis (insiden semua kasus/ penduduk/ tahun) (1990) : 343 (lap TB Global, WHO) Dinkes Tingkat prevalensi tuberkulosis (per penduduk) Tingkat kematian karena tuberculosis (per penduduk) Proporsi kasus TB yang ditemukan melalui DOTS (1990) : 443 (Lap TB Global, WHO) (1990) : 92 (Lap TB Global, WHO) (2000) : 19,7 % Belum ada data 219 Dinkes 2,13 <3 Dinkes 53,72% 90% Dinkes RAD MDGs Jawa Tengah 40

52 Indikator Proporsi kasus TB yang disembuhkan melalui DOTS (cure rate) Angka penemuan kasus Malaria per penduduk Penyakit Menular Lainnya: DBD **) 6.11 Angka Kesakitan DBD (per penduduk) 6.12 Angka Kematian DBD Acuan Dasar (2000) : 87,0 % Saat ini Target MDGs 2015 Status Sumber 90,57% 90% Dinkes 4,68 0,101 0,01 Dinkes (2000) : 19,1 % (Dinkes Jateng) (2000) : 1,31 (Dinkes Jateng) 59,5 % 35% Dinkes 1,23 1% Dinkes Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus **) Demam Berdarah Dengue, di Jawa Tengah merupakan jenis penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian serius meskipun tidak termasuk dalam salah satu indikator pada tujuan ke-6 Road Map RAD MDG s Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 dan Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 Prevalensi kasus HIV di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 0,25% dari total penduduk. Kondisi ini telah mencapai target apabila dibandingkan dengan target MDGs dan target Jawa Tengah tahun 2015 (< 0,5%). Dalam rangka mengendalikan penyebaran HIV/AIDS perlu upaya penemuan kasus di masyarakat mengingat hal ini seperti fenomena gunung es. Penularan HIV dan AIDS disebabkan oleh hubungan seks yang beresiko dengan tidak menggunakan kondom dan pemakaian narkoba melalui jarum suntik. Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang memiliki pengetahuan tentang HIV dan AIDS pada tahun 2010 mencapai 14,3%, dan jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV sebesar orang, persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman sebesar 46 %, penggunaan kondom pada kelompok hubungan seks berisiko tinggi sejumlah 30 % dan ODHA yang diobati/yang mendapatkan antiretoviral therapy sebesar 36,33 %. RAD MDGs Jawa Tengah 41

53 Jumlah penderita HIV dan AIDS Jawa Tengah dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2010 sebesar orang, dengan rincian kasus AIDS dan HIV. Kabupaten/kota yang penderita HIV dan AIDS tertinggi adalah Kota Semarang yaitu mencapai lebih dari 650 kasus. Gambar 1.27 Jumlah Kasus HIV AIDS Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 Angka Kejadian TB Paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 107/ penduduk, dengan tambahan kasus baru sebesar 53,72% dan persentase kasus TB yang dapat disembuhkan sebesar 89,3%. Angka kejadian TB Paru pada tahun 2015 akan turun sesuai dengan target Jawa Tengah (88 per penduduk) Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten/Kota yang capaiannya dibawah rata-rata Jawa Tengah, sebanyak 18 Kabupaten/Kota. Adapun CDR TB Paru terendah berada di Kabupaten Boyolali. RAD MDGs Jawa Tengah 42

54 Gambar 1.28 Realisasi dan Target Penemuan TB Paru Kab/Kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (%) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Pada tahun 2010 angka kematian karena TB Paru sebesar 2,3%, dibawah target Jawa Tengah tahun 2015 yaitu 3%. Kondisi ini dikarenakan kesadaran penderita untuk minum obat secara teratur mengalami peningkatan dilihat dari capaian kesembuhan melalui program DOTS sebesar 90,57%. Angka penemuan kasus malaria di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 0,101 per penduduk. Daerah endemis malaria di Jawa Tengah adalah Purbalingga, Banjarnegara, Purworejo dan Banyumas. Pada tahun 2010 prevalensi Malaria (API) paling tinggi adalah Kabupaten Purbalingga. RAD MDGs Jawa Tengah 43

55 Gambar 1.29 Prevalensi Malaria Se Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (API per jumlah penduduk) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Angka kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 60,51 / penduduk dan angka kematian DBD sebesar 1 %. Target Jawa Tengah untuk Angka kesakitan DBD adalah 35 per penduduk. Angka kesakitan DBD terbesar adalah Kota Semarang, disusul adalah Kota Magelang, Kab. Jepara, Kab. Kudus, Kota Salatiga, Kota Tegal, Kota Surakarta, Kab. Batang, Kab. Pati dan Kab. Sragen. Gambar 1.30 Angka Kesakitan DBD kab/kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (per penduduk) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 RAD MDGs Jawa Tengah 44

56 Penyakit DBD bukan penyakit yang menjadi target pencapaian MDGs, namun demikian kasus kesakitan dan kematian penyakit DBD menjadi program prioritas di Provinsi Jawa Tengah sehingga perlu adanya penanganan yang serius dan bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor Kesehatan namun memerlukan dukungan lintas sektor. Gambar 1.31 Angka Kematian DBD Kab/kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (%) Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Tujuan 7 MDGs mencakup empat target, yaitu (1) Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang; (2) Target 7B: Mengurangi laju kehilangan keanekaragaman hayati dan mencapai penurangan yang signifikan pada tahun 2010; (3) Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak hingga tahun 2015; dan Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun Terdapat sembilan indikator yang harus dicapai untuk mencapai tujuan 7 MDGs, yaitu (1) Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil RAD MDGs Jawa Tengah 45

57 pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan; (2) Jumlah emisi karbon dioksida (CO2)e; (3) Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO); (4) Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman. (5) Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan; (6) Rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan territorial; (7) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan; (8) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar, perkotaan dan perdesaan; dan (9) Proporsi rumahtangga kumuh perkotaan. Status pencapaian tujuan 7 MDG s di Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Tabel 1.12 Status Capaian Tujuan ke-7 MDGs Jawa Tengah Acuan Target MDGs Indikator Saat ini Status Sumber Dasar 2015 Tujuan 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan Jumlah emisi karbon dioksida (CO2) Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) 30,55% (2006) 32% (2010) Gg CO 2 e (2008) 28,4 ton (2010) 33% Berkurang 2% pada tahun 2029 atau Gg CO2 e (2015) dengan tutupan lahan sama dengan kondisi th 2010 Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) menjadi 27,01 Ton Dinas Kehutanan Badan LH (hasil perhitungan) Badan LH 7.4 Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman 92,91% (1997) 102,3% (2008) 100% Dinas Kelautan dan Perikanan RAD MDGs Jawa Tengah 46

58 Acuan Target MDGs Indikator Saat ini Status Sumber Dasar 2015 Target 7B : menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun ,34% 22,34% Rasio luas kawasan (2010) (tetap), lindung untuk (kawasan Dinas tutupan pohon menjaga kelestarian 22,34% hutan terdiri Kehutanan 7.5 pada kawasan keanekaragaman (2008) dari hutan lindung hayati terhadap total rakyat dan BLH luas kawasan hutan hutan meningkat 5% Negara) dari th Rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan territorial 0, % (2008) 0,000093% (2010) Meningkat 0,032% dengan bertambahnya luasan kawasan lindung perairan Ujung Negoro, Batang seluas 49,425 ha Dinas Kelautan dan Perikanan Target 7C : menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan 16,99% (2007) 23,46% (2010) 57,72% Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Perkotaan 33,2% (2007) 38% (2010) 75.00% Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Perdesaan 9% (2007) 16,3% (2010) 52,8% Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang 7.8 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar, perkotaan dan perdesaan 51% (2007) 57% (2010) 72% Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang 7.9 Proporsi rumahtangga kumuh perkotaan 5% 4,98% 4,76% Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Keterangan : Sudah tercapai Akan tercapai Perlu perhatian khusus RAD MDGs Jawa Tengah 47

59 Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan Rasio luas kawasan pepohonan terhadap luas daratan di Jawa Tengah tercatat sebesar 32% pada tahun 2010, naik secara signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu seluas 30,55%. Pada tahun 2015 ditargetkan rasio kawasan pepohonan terhadap luas daratan di Jawa Tengah mengalami peningkatan menjadi sebesar 33%. Hal ini sesuai dengan target MDGs nasional yang hanya mentargetkan peningkatan rasio kawasan pepohonan terhadap luas daratan. Emisi CO2 (e) berdasarkan penghitungan yang dilakukan pada tahun 2010 menggunakan baseline data tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah emisi CO2 (e) di Jawa Tengah sebesar Gg. Perhitungan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, energi, peternakan dan sampah. Sumber emisi CO2(e) paling besar bersumber dari penggunaan energi yang mencapai 78,45%, terutama akibat penggunaan kendaraan bermotor yang sulit dibatasi. Di Jawa Tengah emisi CO2 (e) ditargetkan berkurang sebesar 2%, jauh lebih rendah dari target nasional (menurun sebesar 26%). Untuk mewujudkan target tersebut diperlukan kerja keras, sebab menurunkan emisi CO2 tidak mudah, dipengaruhi oleh banyak faktor, baik aktivitas alamiah maupun aktivitas manusia. Prediksi tahun 2015 sesuai dengan trend kegiatan masyarakat emisi (e) di Jawa Tengah mencapai 34 juta ton dengan catatan kondisi lingkungan tutupan daratan berdasarkan tahun Dengan adanya upaya pengelolaan lingkungan maka jumlah emisi CO2(e) pada tahun 2015 dapat diminimalkan menjadi hanya 31,5 juta ton. RAD MDGs Jawa Tengah 48

60 Gambar 1.32 Emisi CO2e di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 NO SEKTOR EMISI CO2e (ton) 1. Energi Proses/ Produk Industri a Pertanian b. Peternakan c. Perikanan Sampah Jumlah Gambar 1.33 Emisi CO2e di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun Konsumsi bahan perusak ozon (BPO) di Jawa Tengah dihitung berdasarkan selisih refrigerant ramah lingkungan yang tersalur dengan sisa yang tidak tersalur pada akhir tahun. Pada tahun 2010 konsumsi BPO di Jawa Tengah sebesar 28,4 ton. Pemerintah pusat mentargetkan pada tahun 2015 penggunaan CFCs tidak ada lagi, dan mengurangi penggunaan HCFCs. Kondisi ini memerlukan RAD MDGs Jawa Tengah 49

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal LP2KD Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kendal TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG

LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG RAD MDGs PROVINSI LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : 45 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 Desember 2011 BAB I PENDAHULUAN Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir terdapat minat yang terus meningkat terhadap desentralisasi di berbagai pemerintahan di belahan dunia. Bahkan banyak negara

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM) 1. Menanggulangi Kemiskinan

Lebih terperinci

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 { DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 PROGRAM PUS PASCA 2015 2000 2015 (Deklarasi Dakar, Sinegal) 6 Target PUS Akan dilanjutkan 2016 2030, (Deklarasi Incheon, Korsel) dengan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM 1. Latar Belakang dan Kondisi Umum 2. Dasar Hukum 3. Proses Penyusunan RAD 4. Capaian RAD MDGS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 2015 5. Permasalahan Pelaksanaan Aksi MDGS 6. Penghargaan yang Diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BPS KABUPATEN WONOSBO Visi: Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Nilai-nilai Inti BPS: Profesional Integritas Amanah Pelopor Data Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA Oleh Dr. Afrina Sari. M.Si Dosen Universitas Islam 45 Bekasi Email: afrina.sari@yahoo.co.id ABSTRACT Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah, No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan pembangunan ekonomi modern memiliki suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan ekonomi modern tidak hanya

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta

Lebih terperinci

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan BAB IV PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA 4.1. Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan Kelaparan Sejak pengambilan komitmen terkandung dalam Deklarasi Milenium tahun 2000 terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik...

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel..... Daftar Grafik... i ii iii iv Bab I Pendahuluan... I-1 A. Latar Belakang... I-1 B. Dasar Hukum... I-3 C. Maksud dan Tujuan... I-4 D. Jenis Data

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah

Lebih terperinci

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda 5 TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap warga negara. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi. BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dimasa pergantian era reformasi pembangunan manusia merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pemerintah di Indonesia, bahkan tidak hanya di Indonesia di negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih

Lebih terperinci

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dekade 1970, pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih menitikberatkan pada kemampuan suatu negara untuk mengembangkan outputnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 5 o 4 dan 8 o 3 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 No. 79/11/33/Th. XI, 06 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan Halaman : 1 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran 2017 Formulir RKA-SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 2.02. - Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan pendapatan suatu pembangunan perekonomian di Indonesia, tentunya diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur

Lebih terperinci

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

SERIAL PEDOMAN TEKNIS SERIAL PEDOMAN TEKNIS PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF BAGI DAERAH UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN TUJUAN MDGs DI PROVINSI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Subyek penelitian Penelitian ini tentang pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/kota

Lebih terperinci

MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS. Fatia Fatimah Tati Rajati Andriyansah. UPBJJ-UT Padang

MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS. Fatia Fatimah Tati Rajati Andriyansah. UPBJJ-UT Padang MEWASPADAI DATA STATISTIK PADA PENCAPAIAN SASARAN MDGS Fatia Fatimah (fatia@ut.ac.id) Tati Rajati Andriyansah UPBJJ-UT Padang Abstrak Pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 khususnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN BAGIAN 2. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN 25 TUJUAN 1: TUJUAN 2: TUJUAN 3: TUJUAN 4: TUJUAN 5: TUJUAN 6: TUJUAN 7: Menanggulagi Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mendorong Kesetaraan

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

BAB III PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB III PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB III PEMANTAUAN DAN EVALUASI Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kebijakan dan program, serta mengukur dampak kebijakan dan program pencapaian Target MDG s di Provinsi Lampung perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Proses pembangunan yang mencakup berbagai perubahan mendasarkan status sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional, guna mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia yang harus diwujudkan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia dianggap sebagai titik sentral dalam proses pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan dikendalikan oleh sumber

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016 NO KAB./KOTA L P JUMLAH 1 KABUPATEN REMBANG 820 530 1.350 2 KOTA MAGELANG 238 292 530 3 KABUPATEN WONOGIRI 2.861

Lebih terperinci

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk

Lebih terperinci

PROGRAM KB NASIONAL BAGI MHS KKN UNDIP

PROGRAM KB NASIONAL BAGI MHS KKN UNDIP PROGRAM KB NASIONAL BAGI MHS KKN UNDIP 1 SITUASI KEPENDUDUKAN DAN PROGRAM KB NASIONAL JAWA TENGAH 2 DISTRIBUSI dan KEPADATAN PENDUDUK = 0 50 Pddk/Km2 = 51 100 Pddk/Km2 = 101 500 Pddk/Km2 = >500 Pddk/Km2

Lebih terperinci

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jl. Diponegoro No. 60 Telepon (0536) 3221715, 3221645, Fax (0536) 3222217 PALANGKA RAYA 73111 Paparan Kepala Bappeda Provinsi

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaah Terhadap Kebijakan Nasional Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, Kementerian PPN/Bappenas memangkas prioritas nasional agar lebih fokus menjadi

Lebih terperinci

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno 1, Sugihardjo 2 dan Umi Barokah 3 1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PENEMPATAN TENAGA KERJA

PENEMPATAN TENAGA KERJA PENEMPATAN TENAGA KERJA A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2015 NO. KAB./KOTA 2015 *) L P JUMLAH 1 KABUPATEN SEMARANG 3,999 8,817 12816 2 KABUPATEN REMBANG 1,098 803 1901 3 KOTA.

Lebih terperinci