MODEL DINAMIKA PERTUMBUHAN EKONOMI PEDESAAN DAN PERKOTAAN SUGIYANTORO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL DINAMIKA PERTUMBUHAN EKONOMI PEDESAAN DAN PERKOTAAN SUGIYANTORO"

Transkripsi

1 MOD DINAMIA PRTUMBUHAN ONOMI PDSAAN DAN PROTAAN SUGIYANTORO SOAH PASCASARJANA INSTITUT PRTANIAN BOGOR BOGOR 0

2 PRNYATAAN MNGNAI TSIS DAN SUMBR INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Model Dinamika Pertumbuhan konomi Pedesaan dan Perkotaan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diaukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juni 0 S u g i y a n t o r o NRP G550907

3 3 ABSTRACT SUGIYANTORO. Dynamics Model for Rural and Urban conomic Growth. Under supervision of NDAR H. NUGRAHANI and RTNO BUDIARTI. ewis theory of structural change has focused on mechanisms that allow countries to transform their domestic economic structure to a more modern economy. The proposed model deals with the mechanism of interaction between rural and urban conomic. This model is concerned with the process of labor transfer from rural to urban areas. This study aims to model the dynamics of economic growth in rural and urban areas, including determining the equilibrium solution and to carry out simulation of the model. The simulation results show that the transfer of labor from rural to urban areas will increase the rate of change of capital so that structural changes can be realized. In addition, increased propensity to save in rural areas will also accelerate structural change. ey words: economic growth model, rural and urban interaction, labor migration, propensity to save, structural change, equilibrium

4 4 RINGASAN SUGIYANTORO. Model Dinamika Pertumbuhan konomi Pedesaan dan Perkotaan. Dibimbing oleh NDAR H. NUGRAHANI dan RTNO BUDIARTI. Dewasa ini, hampir semua negara di dunia tengah bekera keras untuk melaksanakan pembangunan. Salah satu komponen utama keberhasilan pembangunan ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana teradi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila teradi pertumbuhan output riil. Tiga komponen pertumbuhan ekonomi yang mempunyai arti penting bagi setiap negara adalah akumulasi modal, tenaga kera, dan kemauan teknologi. Sebagian besar negara di dunia ini termasuk Indonesia dalam kategori negara berkembang dengan perekonomian yang terbelakang. Model pertumbuhan ekonomi yang akan dibahas menggunakan pendekatan pola perubahan struktural yang dirumuskan oleh W. Arthur ewis yang dikenal dengan Teori Pembangunan ewis. Teori perubahan struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan negara-negara yang masih berkembang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka dari pola perekonomian pertanian tradisional ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke kehidupan perkotaan, serta memiliki sektor industri manufaktur yang lebih bervariasi dan sektor asa yang tangguh dengan cara tenaga kera di pedesaan yang mengalami surplus pindah ke perkotaan. Model pertumbuhan ekonomi telah banyak dimodelkan oleh Zhang (005). Di antara model pertumbuhan ekonomi yang diaukan oleh Zhang telah dikai oleh Taau (008), Herliani (009). Taau menekankan pada modal dan knowledge, sedangkan Herliani pada perpindahan/pertukaran modal antarkelompok. Perhatian utama dari model ini diarahkan pada teradinya proses perpindahan tenaga kera dari pedesaan ke perkotaan, serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kera di sektor modern. Penelitian ini bertuuan untuk membuat model dinamika pertumbuhan ekonomi pedesaan dan perkotaan, termasuk didalamnya menentukan solusi ekuilibrium, dan membuat simulasi dari model tersebut. Pada model ini diasumsikan sistem ekonomi terdiri atas dua daerah, yaitu daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Diasumsikan bahwa di pedesaan teradi surplus tenaga kera, tingkat suku bunga besarnya sama pada kedua daerah, semua pekeraan di daerah pedesaan menghasilkan output yang sama sehingga tingkat upah riil di daerah pedesaan ditentukan oleh produktivitas tenaga kera rata-rata, dan pertumbuhan tenaga kera masing-masing daerah mengikuti fungsi logistik. Dari kaian terhadap model dinamika pertumbuhan ekonomi pedesaan dan perkotaan dapat disimpulkan bahwa model dinamika pertumbuhan ekonomi pedesaan dan perkotaan yang berhasil dirumuskan adalah suatu model sistem persamaan diferensial tak linear dua dimensi. Perpindahan tenaga kera dari pedesaan ke perkotaan dapat meningkatkan lau pertumbuhan modal sehingga perubahan struktural dapat terwuud. Selain itu peningkatan kecenderungan untuk menabung dari daerah pedesaan uga akan mempercepat perubahan

5 5 struktural. Perubahan struktural belum teradi pada saat kecenderungan menabung daerah pedesaan 30%, dan saat kecenderungan menabungnya meningkat menadi 48% perubahan struktural hampir teradi. emudian saat kecenderungan menabungnya meningkat lagi menadi 68% perubahan struktural sudah teradi. Jika semakin kecil kecenderungan konsumsi daerah pedesaan atau dengan kata lain semakin besar kecenderungan menabungnya, maka perubahan struktural akan terwuud dengan cepat dan begitu pula sebaliknya. Dampak dari perubahan struktural dapat meningkatkan output produksi, pendapatan bersih, banyaknya konsumsi dan tabungan, serta dapat menurunkan umlah tenaga kera yang pindah. Semua nilai dari variabel-variabel endogen tersebut selalu lebih besar pada saat perubahan struktural telah teradi bila dibandingkan dengan pada saat perubahan struktural itu belum teradi, kecuali variabel perpindahan tenaga kera. Dengan demikian cara untuk mengoptimalkan variabel-variabel tersebut sebaiknya dengan cara mendorong teradinya perubahan struktural terlebih dahulu. ondisi ekuilibrium didapat sebagai persamaan implisit dari fungsi modal perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan simulasi, gambar arah medan menuu pada dua titik tetap akan tetapi hanya ada satu titik tetap yang stabil, sehingga solusi pada saat ekuilibrium tunggal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada saat ekuilibrium, baik teradi ataupun tidak teradi perubahan struktural, masingmasing kasus mempunyai satu titik tetap yang stabil. ata kunci: model pertumbuhan ekonomi, hubungan desa dan kota, perpindahan tenaga kera, kecenderungan untuk menabung, perubahan struktural, ekuilibrium

6 6 Hak Cipta milik IPB, tahun 0 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang waar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 8 Pengui uar omisi pada Uian Tesis: Dr. Ir. Hadi Sumarno, M.S.

8 9 Judul Tesis : Model Dinamika Pertumbuhan konomi Pedesaan dan Perkotaan Nama : Sugiyantoro NRP : G Disetuui omisi Pembimbing Dr. Ir. ndar H. Nugrahani, M.S. etua Ir. Retno Budiarti, M.S. Anggota Diketahui etua Program Studi Matematika Terapan Dekan Sekolah Pascasarana Dr. Ir. ndar H. Nugrahani, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr Tanggal Uian: 9 Juni 0 Tanggal ulus:

9 0 arya ini aku persembahkan buat: Istriku Siti Juwairiah Saefoeddin Anak-anakku: Muhammad Hafidz Massugi, Abdul Harits Massugi, Zahra Putri Massugi, Ahmad Azam Massugi

10 PRAATA Pui dan syukur penulis panatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan seak bulan Desember 00 ini adalah model pertumbuhan ekonomi yang memperhatikan surplus tenaga kera, dengan udul Model Dinamika Pertumbuhan konomi Pedesaan dan Perkotaan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. ndar H. Nugrahani, M.S. dan Ibu Ir. Retno Budiarti, M.S. yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dalam penulisan tesis ini. Ungkapan terima kasih uga penulis sampaikan kepada ementerian Agama Republik Indonesia yang telah membiayai penelitian ini. epada ibunda, istri, anak-anakku, dan seluruh keluarga atas segala doa, motivasi, serta kasih sayangnya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan uga kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penulisan tesis ini. Penulis berdoa semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka di dunia dan akhirat. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 0 S u g i y a n t o r o

11 7 MOD DINAMIA PRTUMBUHAN ONOMI PDSAAN DAN PROTAAN SUGIYANTORO Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Matematika Terapan SOAH PASCASARJANA INSTITUT PRTANIAN BOGOR BOGOR 0

12 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 7 Juni 979 dari pasangan bapak Sastro Suwito dan ibu Seminah. Penulis merupakan putra ke lima dari enam bersaudara. Tahun 997 penulis lulus dari SMA Negeri Warmare Manokwari Papua Barat. Pada tahun yang sama pula penulis diterima masuk Fakultas eguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih Jayapura Papua melalui alur UMPTN. Penulis memilih program studi Pendidikan Matematika pada Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Setelah mengikuti perkuliahan selama sembilan semester, pada bulan Maret 00 penulis dinyatakan lulus. Seak tahun 000 sampai 007 penulis bekera sebagai guru di MTs dan MA Pesantren DDI ntrop Jayapura. emudian tahun 007 sampai 009 mutasi ke MTs Muhammadiyah Jayapura. Pada tahun 009 penulis mengikuti seleksi beasiswa S dari ementerian Agama RI, dan alhamdulillah penulis berkesempatan mendapatkan beasiswa tersebut. Awal Agustus 009 penulis mulai mengikuti matrikulasi selama tiga bulan, kemudian dilanutkan dengan perkuliahan S pada Program Studi Matematika Terapan di IPB dan berhasil menyelesaikan studi pada bulan Juni tahun 0.

13 3 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TAB... xxiii DAFTAR GAMBAR... xxv DAFTAR AMPIRAN... xxvii PNDAHUUAN. atar Belakang.... Tuuan Penelitian....3 Manfaat Penelitian... TINJAUAN PUSTAA. Pengertian Pertumbuhan konomi omponen Pertumbuhan konomi Akumulasi Modal Populasi dan Pertumbuhan Angkatan era emauan Teknologi Model Pertumbuhan konomi Perubahan Struktur konomi Fungsi Produksi kuilibrium Fungsi ogistik MOD DINAMIA PDSAAN DAN PROTAAN 3. Perumusan Model kuilibrium Sistem Dinamik... 4 SIMUASI MOD 4. Menentukan Variabel-variabel ndogen di Setiap Titik Waktu Pertumbuhan Modal Perpindahan Tenaga era Pendapatan Bersih Output Produksi Besarnya onsumsi dan Tabungan Menentukan Variabel-variabel ndogen di Saat kuilibrium Modal Pendapatan Bersih onsumsi dan Tabungan... 54

14 4 5 SIMPUAN DAN SARAN 5. Simpulan Saran DAFTAR PUSTAA AMPIRAN... 59

15 5 DAFTAR TAB Halaman. Besaran parameter modal masing-masing daerah saat kecenderungan menabung daerah pedesaan rendah Titik tetap stabil modal dalam tiga kondisi Pendapatan bersih masing-masing daerah saat ekuilibrium dalam tiga kondisi onsumsi masing-masing daerah saat ekuilibrium dalam tiga kondisi... 54

16 6 DAFTAR GAMBAR Halaman. Modal masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan rendah Modal masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan sedang Modal masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan tinggi Modal total kedua daerah Perpindahan tenaga kera dari pedesaan ke perkotaan Pendapatan bersih masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan rendah Pendapatan bersih masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan sedang Pendapatan bersih masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan tinggi Pendapatan bersih total dari daerah pedesaan dan daerah perkotaan dalam tiga kasus Output produksi masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan rendah Output produksi masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan sedang Output produksi masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan tinggi Output produksi total dari daerah pedesaan dan daerah perkotaan dalam tiga kasus Besarnya konsumsi masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan rendah Besarnya konsumsi masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan sedang... 4

17 7 6. Besarnya konsumsi masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan tinggi Besarnya konsumsi total dari daerah pedesaan dan daerah perkotaan dalam tiga kasus Besarnya tabungan masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan rendah Besarnya tabungan masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan sedang Besarnya tabungan masing-masing daerah saat kecenderungan menabung pedesaan tinggi Besarnya tabungan total dari daerah pedesaan dan daerah perkotaan dalam tiga kasus Medan arah tenaga kera saat ekuilibrium Medan arah modal saat kecenderungan menabung pedesaan rendah Medan arah modal saat kecenderungan menabung pedesaan sedang Medan arah modal saat kecenderungan menabung pedesaan tinggi Titik tetap stabil modal dalam tiga kondisi... 5

18 8 DAFTAR AMPIRAN Halaman. Pembuktian Persamaan (3. dan 3.3) Pembuktian Persamaan (3.9) Pembuktian Persamaan (3.0) Pembuktian Persamaan (3.) Pembuktian Persamaan (3.) Pembuktian Persamaan (3.4) Pembuktian Persamaan (3.5)... 69

19 9 BAB I PNDAHUUAN. atar Belakang Dewasa ini, hampir semua negara di dunia tengah bekera keras untuk melaksanakan pembangunan. Salah satu komponen utama keberhasilan pembangunan ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana teradi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila teradi pertumbuhan output riil. Tiga komponen pertumbuhan ekonomi yang mempunyai arti penting bagi setiap negara adalah akumulasi modal, tenaga kera, dan kemauan teknologi. Sebagian besar negara di dunia ini dalam kategori negara berkembang dengan perekonomian yang terbelakang. Menurut model pembangunan yang diaukan oleh ewis, perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor, yakni: () sektor tradisional, yaitu sektor pedesaan yang kelebihan penduduk ini merupakan situasi yang memungkinkan ewis untuk mendefinisikan kondisi surplus tenaga kera (surplus labor) sebagai suatu fakta bahwa ika sebagian tenaga kera tersebut ditarik dari sektor pertanian, maka sektor itu tidak akan kehilangan output produksinya dan () sektor industri perkotaan modern yang tingkat produktivitasnya tinggi dan menadi tempat penampungan tenaga kera yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sektor pedesaan. Model Pertumbuhan konomi telah banyak dimodelkan oleh Zhang (005). Model yang diaukan oleh Zhang telah dikai oleh Taau (008) dalam tesisnya tentang model pertumbuhan ekonomi dua daerah berdasarkan modal dan knowledge. emudian oleh Herliani (009) tentang model distribusi pertumbuhan ekonomi antarkelompok pada dua daerah. Taau menekankan pada modal dan knowledge sedangkan Herliani pada perpindahan/pertukaran modal antarkelompok. Perhatian utama dari model ini diarahkan pada teradinya proses pengalihan tenaga kera, serta pertumbuhan output produksi dan peningkatan

20 0 penyerapan tenaga kera di sektor modern. Pengalihan tenaga kera dan pertumbuhan kesempatan kera dimungkinkan oleh adanya perluasan output pada sektor modern tersebut. Adapun lau atau kecepatan perluasan tersebut ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industri dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern. Peningkatan investasi itu sendiri dimungkinkan oleh adanya kelebihan keuntungan sektor modern dari selisih upah, dengan asumsi bahwa para kapitalis yang berkecimpung dalam sektor modern tersebut bersedia menanamkan kembali modalnya dari sebagian besar keuntungan.. Tuuan Penelitian Dalam penelitian ini ada tiga tuuan yang akan dicapai, ketiganya adalah sebagai berikut:. Membuat model dinamika pertumbuhan ekonomi pedesaan dan perkotaan.. Menentukan solusi ekuilibrium dari model tersebut. 3. Membuat simulasi terhadap model dan solusi ekuilibrium..3 Manfaat Penelitian Penelitian mempunyai beberapa manfaat, adapun manfaat dalam penelitian ini di antaranya sebagai berikut:. Mengetahui dinamika pertumbuhan ekonomi pedesaan dan perkotaan.. Dapat memprediksi pertumbuhan ekonomi pedesaan dan perkotaan di masa yang akan datang. 3. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebiakan ekonomi di pedesaan dan perkotaan.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAA. Pengertian Pertumbuhan konomi Menurut Sukirno (994) Pertumbuhan ekonomi (conomic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan asa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.. omponen Pertumbuhan konomi Menurut Todaro dan Smith (006), tiga komponen pertumbuhan ekonomi yang mempunyai arti penting bagi setiap negara adalah akumulasi modal, tenaga kera, dan kemauan teknologi... Akumulasi Modal Akumulasi modal termasuk semua investasi baru seperti tanah, peralatan fisik, dan sumber daya manusia melalui perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan, dan keterampilan kera. Akumulasi modal akan diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang diterima saat ini ditabung dan diinvestasikan lagi dengan tuuan meningkatkan output dan pendapatan di masa depan. Pabrik-pabrik, mesin, peralatan, dan bahan-bahan baku baru akan meningkatkan stok modal fisik suatu negara (yaitu total nilai riil neto dari semua barang modal produktif secara fisik) dan memungkinkan untuk meningkatkan tingkat output yang ingin dicapai. Investasi produktif secara langsung tersebut ditopang oleh investasi infrastruktur seperti alan, listrik, air dan sanitasi, komunikasi, dan sebagainya. Sebagai contoh, investasi yang dilakukan oleh seorang petani dalam traktor baru dapat meningkatkan output total dari sayur-sayuran yang diproduksi, tetapi tanpa fasilitas transportasi yang memadai untuk mengangkut produk ekstra ini ke pasar lokal, maka investasinya tidak dapat menambah produksi pangan nasional. Ada beberapa cara yang tidak langsung untuk melakukan investasi dalam sumber daya suatu negara. Pembuatan fasilitas irigasi dapat memperbaiki kualitas

22 lahan pertanian sehingga produktivitasnya meningkat. Bila 00 hektar tanah yang mendapat saluran irigasi dapat memproduksi output yang setara dengan 00 hektar tanah yang tidak mendapat saluran irigasi, maka pembuatan irigasi semacam itu sama saa dengan melipatgandakan kuantitas tanah yang belum mendapat irigasi. Penggunaan pupuk buatan dan pembasmian hama dengan pestisida sehingga dapat menaikkan produktivitas lahan pertanian yang sudah ada. Semua bentuk investasi tersebut merupakan cara untuk memperbaiki kualitas sumber daya alam yang ada saat ini. Akan tetapi pengaruhnya sama saa dengan membuka lahan baru. Demikian uga investasi dalam sumber daya manusia yang dapat memperbaiki kualitas pekera sehingga mempunyai pengaruh yang sama atau bahkan lebih kuat terhadap produksi seiring dengan meningkatnya umlah manusia. Selain itu, perbaikan di bidang kesehatan secara signifikan uga dapat meningkatkan produktivitas. Dengan demikian konsep investasi di bidang sumber daya manusia dan penciptaan modal manusia analog dengan perbaikan kualitas. Semua fenomena tersebut dan banyak yang lainnya merupakan bentukbentuk investasi yang bertuuan untuk mengakumulasi modal. Akumulasi modal uga dapat menambah sumber daya baru misalnya membuka lahan tidur... Populasi dan Pertumbuhan Angkatan era Pertumbuhan umlah penduduk, dan yang pada akhirnya dihubungkan dengan kenaikan angkatan kera secara tradisional dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jika angkatan kera tersedia dalam umlah yang lebih besar berarti tersedia uga lebih banyak pekera yang produktif. Akan tetapi masih diragukan apakah pertumbuhan penawaran tenaga kera yang cepat di negara-negara berkembang sehingga menimbulkan surplus tenaga kera memberikan dampak positif atau negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal itu akan tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk menyerap dan mempekerakan secara produktif tambahan tenaga kera tersebut. emampuan ini sangat berhubungan dengan tingkat dan enis akumulasi modal serta ketersediaan faktor-faktor terkait seperti keterampilan manaerial dan administratif.

23 3..3 emauan Teknologi Dalam bentuk yang paling sederhana, kemauan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam, membuat bau, atau membangun rumah. Ada tiga klasifikasi dasar dari kemauan teknologi yaitu: kemauan teknologi yang bersifat netral, kemauan teknologi yang hemat tenaga kera, dan kemauan teknologi yang hemat modal. emauan teknologi yang bersifat netral teradi bila tingkat output yang lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor input yang sama. Inovasi sederhana seperti yang berasal dari pembagian tenaga kera dapat menghasilkan tingkat output total yang lebih tinggi dan tingkat konsumen yang lebih besar bagi semua individu. Ditinau dari analisis kemungkinan produksi, perubahan teknologi yang bersifat netral akan melipatgandakan output total secara konseptual sama dengan melipatgandakan semua input-input produksi. Sebaliknya, kemauan teknologi dapat dihasilkan dengan menghemat salah satu dari modal atau tenaga kera yakni tingkat output yang lebih tinggi dapat dicapai dengan kuantitas input modal atau tenaga kera yang sama. omputer, internet, alat tenun otomatis, mesin bor berkecepatan tinggi, traktor, dan mesin baak dan banyak enis mesin serta peralatan modern lainnya dapat diklasifikasikan sebagai produk dari kemauan teknologi yang hemat tenaga kera. emauan teknologi yang hemat modal adalah fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara mau. Akan tetapi di negaranegara berkembang di mana tenaga masih banyak yang menganggur, kemauan teknologi yang menghemat modal adalah hal yang paling mereka butuhkan. emauan seperti itu dihasilkan dari metode produksi padat karya yang lebih efisien (biaya yang lebih murah). Sebagai contoh, mesin pemotong rumput dan mesin pengayak yang digerakkan oleh tangan atau roda, pompa yang digerakkan oleh kaki, dan penyemprot mekanik yang dipanggul di punggung bagi pertanian berskala kecil. emauan teknologi dapat uga berupa penambahan modal atau tenaga kera. emauan teknologi yang meningkatkan tenaga kera teradi apabila

24 4 kualitas atau keterampilan tenaga kera ditingkatkan, misalnya dengan penggunaan kaset vidio, televisi, dan media komunikasi elektronik lainnya dalam pengaaran di kelas. Demikian uga, kemauan teknologi yang meningkatkan modal dihasilkan dari penggunaan barang-barang modal yang ada secara lebih produktif, misalnya mengganti baak dari kayu dengan baak dari baa..3 Model Pertumbuhan konomi Seiring dengan perkembangan zaman, model tentang pertumbuhan ekonomi uga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Namun pasca perang dunia kedua, model pertumbuhan ekonomi didominasi oleh empat aliran pemikiran yang terkadang bersaing satu sama lain. eempat pendekatan itu adalah: () model pertumbuhan tahapan linear; () pola perubahan struktural; (3) revolusi ketergantungan internasional; dan (4) kontra revolusi pasar bebas neoklasik. Hal ini dikemukakan oleh Todaro dan Smith (006). Model pertumbuhan ekonomi yang akan dibahas menggunakan pendekatan pola perubahan struktural yang dirumuskan oleh W. Arthur ewis yang dikenal dengan Teori Pembangunan ewis. Teori perubahan struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan negara-negara yang masih terbelakang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka dari pola perekonomian pertanian tradisional ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke kehidupan perkotaan, serta memiliki sektor industri manufaktur yang lebih bervariasi dan sektor asa-asa yang tangguh. Model perubahan struktur tersebut dalam analisisnya menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa teori harga dan alokasi sumber daya, serta metode-metode ekonometri modern untuk menelaskan teradinya proses transformasi. ewis mengemukakan dua asumsi perihal sektor pertanian tradisional di Pedesaan. Yang pertama adalah adanya surplus tenaga kera. edua, bahwasanya semua pekeraan di daerah pedesaan menghasilkan output yang sama sehingga tingkat upah real di daerah pedesaan ditentukan oleh produktivitas tenaga kera rata-rata, bukan produktivitas tenaga kera marinal seperti pada sektor modern. Asumsikanlah bahwa ada seumlah tenaga kera pertanian yang menghasilkan produk pangan sebanyak, dan masing-masing

25 5 tenaga kera menghasilkan output pangan dalam umlah yang persis sama, yakni sebanyak (ini sama dengan hasil hitungan / ). Dengan demikian asumsi surplus tenaga kera berlaku pada seluruh pekera yang melebihi. Tingkat output dari barang-barang manufaktur yang ada di perkotaan, merupakan fungsi dari input variabel tenaga kera. Pada sumbu horizontal, kuantitas tenaga kera yang dikerahkan untuk menghasilkan seumlah output misalnya dengan stok modal dinyatakan dalam ribuan pekera perkotaan. Dalam model ewis, stok modal di Perkotaan dimungkinkan untuk bertambah dari menadi, kemudian menadi dan seterusnya, sebagai akibat dari adanya kegiatan reinvestasi keuntungan oleh para kapitalis industri. Hal tersebut akan menggeser kurva total produk ke atas, dari ke, dan akhirnya ke. urva produksi tenaga kera marinal dari sektor industri modern di perkotaan merupakan turunan dari kurva-kurva. menunukkan tingkat rata-rata pendapatan real dari sektor ekonomi tradisional di daerah-daerah pedesaan. Dengan demikian memperlihatkan tingkat upah real pada sektor kapitalis modern. Pada tingkat upah itu, penawaran tenaga kera pedesaan diasumsikan tidak terbatas atau elastis sempurna. Dengan kata lain, ewis mengasumsikan bahwa pada tingkat upah di perkotaan sebesar yang lebih tinggi dari pada tingkat pendapatan pedesaan, maka para penyedia lapangan kera di sektor modern dapat merekrut tenaga kera pedesaan sebanyak yang diperlukan tanpa harus merasa kuatir bahwa tingkat upah akan meningkat. Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambungan dan perluasan kesempatan kera di sektor modern tersebut di atas diasumsikan akan terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kera pedesaan diserap habis oleh sektor industri. Selanutnya tenaga kera tambahan yang berikutnya hanya dapat ditarik dari sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut pasti akan mengakibatkan merosotnya produksi pangan. Dengan demikian, tatkala tingkat upah serta kesempatan kera di sektor modern terus mengalami pertumbuhan, kemiringan kurva penawaran tenaga kera bernilai positif. Transformasi struktural perekonomian dengan sendirinya akan menadi suatu kenyataan, dan perekonomian itu pun pada akhirnya pasti beralih dari

26 6 perekonomian pertanian tradisional yang berpusat di daerah pedesaan menadi sebuah perekonomian industri modern yang berorientasi pada pola kehidupan perkotaan..4 Perubahan Struktur konomi Proses perubahan struktur sering disebut dengan proses alokasi. Pada dasarnya proses alokasi ini adalah hasil interaksi antara proses akumulasi di satu pihak, dengan proses perubahan pola konsumsi masyarakat yang timbul secara bersamaan dengan meningkatnya pendapatan per kapita di pihak lain. Interaksi ini pada akhirnya akan memberikan dampak berupa perubahan pada komposisi barang dan asa yang diproduksi dan diperdagangkan. Dengan demikian, secara ringkas dapat dibuat suatu alat ukur untuk menilai apakah perekonomian suatu wilayah mengalami perubahan struktur atau tidak, yaitu dengan melihat:. Struktur permintaan domestik Dengan meningkatnya pendapatan per kapita, teradi pula perubahan struktur permintaan domestik dalam bentuk menurunnya bagian pendapatan yang digunakan untuk mengkonsumsi bahan makanan. Penurunan konsumsi bahan makanan ini dikaitkan dengan hukum ngels yang menyatakan bahwa elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan untuk bahan makanan adalah lebih kecil dari (in elastic), dengan demikian ika teradi peningkatan pendapatan maka permintaan akan bahan makanan meningkat dengan persentase lebih rendah dari persentase peningkatan pendapatan per kapita.. Struktur produksi Perubahan struktur produksi yang teradi pada saat perekonomian tumbuh biasanya ditunukkan dengan semakin rendahnya peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional, dan semakin tingginya peran sektor lain di luar sektor pertanian..5 Fungsi Produksi Dalam pembahasan fungsi produksi banyak digunakan fungsi homogen deraat pertama sebagaimana diungkapkan oleh Chiang dan Wainwright (006).

27 7 Ini sering dinyatakan sebagai fungsi homogen secara linear. Penerapan fungsi homogen secara linear pada fungsi produksi, misalnya:, (.) Apakah diterapkan pada tingkat mikro atau pun makro, asumsi matematik homogenitas linear akan sama dengan asumsi ekonomi mengenai hasil yang konstan terhadap skala, karena homogenitas linear berarti bahwa kenaikan semua input (variabel bebas) sebanyak kali lipat akan selalu menaikkan output (nilai fungsi) tepat sebesar kali lipat pula. Sifat-sifat khas yang memberi ciri fungsi produksi homogen secara linear adalah: Sifat : Jika fungsi produksi homogen secara linear,, rata-rata produk buruh secara fisik, dan rata-rata produk modal secara fisik, maka dapat dinyatakan sebagai fungsi dari rasio modal buruh, saa. Untuk membuktikan ini kalikanlah setiap variabel bebas pada (.) dengan suatu faktor. Dengan pembuktian-pembuktian homogenitas linear, hal ini akan mengubah output dari menadi. Ruas kanan dari (.) dengan sendirinya akan menadi,,, arena variabel-variabel dan pada fungsi semula harus diganti secara berturut-turut dengan dan l sebagai akibatnya ruas kanan menadi fungsi rasio modal buruh saa, katakan (k), yang merupakan fungsi dengan argumen tunggal, meskipun dua variabel bebas dan sebenarnya terlibat dalam argumen tersebut. Dengan menyamakan kedua ruas kita dapatkan (.) kspresi untuk APP akan diperoleh menadi (.3)

28 8 arena kedua rata-rata produk tergantung pada saa, homogenitas linear menerangkan bahwa selama rasio tetap konstan (apapun tingkat absolut dan ), rata-rata akan menadi konstan uga. Oleh karena itu, sementara fungsi produksi homogen berderaat satu, dan adalah homogen deraat nol pada variabel-variabel dan. arena perubahan proporsional yang sama dalam dan (dengan mempertahankan konstanta ) tidak akan mengubah besaran rata-rata produk. Sifat : Bila diberikan fungsi produksi homogen secara linear,, maka produk marinal secara fisik dan dapat dinyatakan sebagai fungsi saa. Untuk mendapatkan produk marinal, mula-mula dituliskan produk total sebagai yang menurut persamaan (.) menadi: (.4) dan kemudian didiferensiasikan terhadap dan. Untuk tuuan ini, kita akan memperoleh dua hasil sebagai berikut: Hasil diferensiasinya adalah (.5) (.6) (.7) yang sesungguhnya menunukkan bahwa dan merupakan fungsi saa.

29 9 Seperti produk rata-rata, produk marinal akan tetap sama selama rasio modal buruh dipertahankan konstan, mereka adalah homogen berderaat nol pada variabel dan. Sifat 3 (Dalil uler) Bila, homogen secara linear, maka Bukti: ; Hasil ini valid untuk setiap nilai dan. Itu sebabnya mengapa sifat ini dapat ditulis sebagai kesamaan identik. Apa yang dinyatakan oleh sifat ini adalah bahwa nilai sebuah fungsi yang homogen secara linear selalu dapat dinyatakan sebagai suatu penderivatif parsial orde pertama terhadap variabel itu, tanpa memperhatikan besarnya kedua input yang sungguh-sungguh digunakan. Tetapi hendaknya berhati-hati untuk membedakan antara identitas (Dalil uler yang hanya diterapkan pada hasil yang konstan terhadap kasus skala dari, dan persamaan (diferensial total, untuk setiap fungsi,). Secara ekonomi, sifat ini berarti bahwa pada kondisi hasil yang konstan terhadap skala, bila setiap faktor input dibayar sesuai dengan umlah produk marinalnya. Produk total akan sepenuhnya terbagi di antara semua faktor input atau secara ekuivalen keuntungan ekonomi yang murni akan nol. arena situasi ini merupakan gambaran ekuilibrium angka panang pada persaingan murni. Pernah dianggap bahwa hanya fungsi produksi yang homogen secara linear yang akan mempunyai arti ekonomi. euntungan ekonomi sebesar nol dalam ekuilibrium angka panang itu merupakan hasil kekuatan persaingan melalui masuk dan keluarnya perusahaan, tanpa memperhatikan sifat fungsi produksi

30 30 khusus yang sungguh-sungguh berlaku. Jadi tidaklah diharuskan untuk mempunyai fungsi produksi yang menamin pemakaian produk untuk masingmasing keseluruhan pasangan,. Selanutnya pada kondisi persaingan tidak sempurna dalam pasar faktor produksi, pemberian balas asa kepada faktor produksi bisa tidak sama dengan produk marinal, yang akibatnya dalil uler menadi tidak relevan untuk gambaran tentang distribusinya. Namun fungsi produksi yang homogen secara linear sering kali sesuai untuk digunakan karena didukung oleh adanya berbagai sifat matematikanya yang baik. Fungsi Produksi Cobb-Douglas Salah satu bentuk khusus fungsi produksi yang dipakai secara luas dalam analisis ekonomi adalah fungsi produksi Cobb-Douglas: (.8) di mana adalah konstanta positif dan adalah pecahan positif. Apa yang mulamula kita perhatikan di sini adalah sebuah versi umum fungsi tersebut yaitu: (.9) di mana adalah pecahan positif lainnya yang dapat sama dengan atau tidak sama dengan -. Beberapa ciri utama dari fungsi ini adalah: () homogen berderaat (+); () dalam kasus +=, fungsi tersebut adalah fungsi homogen secara linear; (3) isokuannya mempunyai kemiringan yang negatif dan cembung sempurna untuk setiap nilai positif dari dan ; dan (4) kuasi cekung sempurna untuk nilai dan yang positif. Homogenitasnya dapat dilihat dengan mudah dari kenyataan bahwa dengan mengubah dan menadi dan, outputnya akan berubah menadi yaitu fungsi tersebut adalah homogen berderaat (+). Dalam hal += teradi hasil konstan terhadap skala, karena fungsinya adalah homogen secara linear tapi harus diingat bahwa fungsi ini bukan fungsi linear. Oleh karena itu akan membingungkan dengan menyebutnya sebagai fungsi homogen linear atau linear dan homogen. Bahwa isokuannya mempunyai kemiringan yang negatif dan kecembungan sempurna dapat dibuktikan dengan melihat tanda dari derivatif

31 3 / dan / atau tanda dari / dan /. Untuk setiap nilai output positif, persamaan (9) dapat dinyatakan sebagai,,, 0 Dengan mengambil logaritma asli dari kedua sisi persamaan tersebut dan mengubah urutannya, kita peroleh 0 yang secara implisit mendefinisikan sebagai fungsi. Oleh karenanya, dengan aturan fungsi implisit dan aturan log, kita peroleh hasil sebagai berikut: / / / / 0 Jika demikian halnya, maka 0 Tanda dari derivatif-derivatif ini menghasilkan isokuan (setiap isokuan) dengan kemiringan yang menurun dan cembung pada bidang untuk nilai-nilai dan yang positif. Hal ini tentu saa hanya dapat diperoleh dari fungsi yang kuasi mutlak untuk dan yang positif. Untuk fungsi dengan ciri kuasi kecekungan sempurna. Sekarang kita periksa kasus += (fungsi Cobb-Douglas yang sebenarnya), untuk membuktikan ketiga syarat dan homogenitas linear seperti yang disebutkan sebelumnya. Pertama, produk total dalam kasus khusus ini dapat dinyatakan sebagai (.0) di mana ekspresi adalah suatu versi khusus dari ekspresi umum (k) yang digunakan sebelumnya. Oleh karena itu produk rata-ratanya adalah (.) dan keduanya sekarang uga merupakan fungsi dari saa.

32 3 edua, diferensiasi dari menghasilkan produk marinal: (.) dan fungsi-fungsi ini uga hanya merupakan fungsi dari saa. Selanutnya dapat dibuktikan dalil uler dengan menggunakan (.) sebagai berikut: Arti ekonomi yang menarik dapat diberikan pada pangkat dan (-) pada fungsi produksi Cobb-Douglas yang homogen secara linear. Jika setiap input dianggap senilai dengan produk marinalnya, maka bagian relatif dari produk total terhadap modal akan menadi Dengan cara yang sama, bagian relatif tenaga kera menadi Jadi pangkat setiap variabel input menunukkan bagian relatif dari input tersebut terhadap produk total. Di sisi lain, kita uga dapat mengartikan pangkat dari setiap variabel input sebagai elastisitas parsial output terhadap input tersebut. Hal ini adalah karena persamaan bagian modal tersebut di atas adalah sama dengan persamaan (Q/)/(Q/) Q dan dengan cara yang sama persamaan bagian tenaga kera di atas adalah sama dengan Q. Untuk nilai dan yang tertentu, besaran konstanta akan mempengaruhi tingkat secara proporsional. Oleh karena itu dapat dianggap sebagai parameter efisiensi, yaitu sebagai indikator dari tingkat teknologi. Menurut Soekartawi (994), Returns to Scale (RTS) perlu diketahui untuk melihat apakah kegiatan produksi tersebut mengikuti kaidah increasing, constant,

33 33 atau decreasing returns to scale. alau persamaan (.9) dipakai untuk menelaskan hal ini maka umlah besaran elastisitas dan kemungkinannya ada tiga alternatif yaitu:. Decreasing return to scale, bila ( + ) <. Dalam keadaan demikian dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi. Misalnya, bila penggunaan produksi ditambah 5%, maka produksi akan bertambah sebesar 5%.. Contstant return to scale, bila ( + ) =. Dalam keadaan demikian dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional dengan proporsi penambahan produksi. Misalnya, bila penggunaan produksi ditambah 5%, maka produksi akan bertambah sebesar 5%. 3. Increasing return to scale, bila ( + ) >. Dalam keadaan demikian dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi kurang dari proporsi penambahan produksi. Misalnya, bila penggunaan produksi ditambah 0%, maka produksi akan bertambah sebesar 0%. Dalam penelitian ini menggunakan Contstant return to scale yakni (+)=. Dalam keadaan seperti ini, walaupun input ditambah pada tingkatan tertentu, maka tambahan produksi dapat dihitung dengan mudah. Misalnya, kalau faktor produksi ditambah dua kali, maka: di mana dan +=. Dengan demikian, bila faktor produksi dan ditambah n kali, maka produksi uga akan bertambah n kali..6 kuilibrium Seperti dalam istilah ekonomi lainnya, ekuilibrium dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Menurut Chiang dan Wainwright (006), salah satu definisi ekuilibrium adalah suatu kumpulan variabel-variabel terpilih yang saling berhubungan dan disesuaikan satu dengan lainnya dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak ada kecenderungan yang melekat (inherent) dalam model tersebut

34 34 untuk berubah. Beberapa perkataan dalam definisi ini memerlukan perhatian khusus. Pertama, kata terpilih menekankan pada kenyataan bahwa ada variabel yang tidak dimasukkan dalam model oleh analis. Jadi ekuilibrium dalam pembahasan ini hanya relevan dengan himpunan variabel-variabel tertentu yang terpilih, dan bila modelnya diperluas untuk memasukkan variabel tambahan, maka ekuilibrium pada model semula tidak dapat digunakan lagi. edua, perkataan saling berhubungan (interrelated) menyatakan bahwa, untuk dapat mencapai ekuilibrium, maka semua variabel dalam model harus secara bersamaan dalam keadaan tetap. Selain itu, keadaan tetap dari setiap variabel harus cocok dengan variabel lainnya. Jika tidak, maka beberapa variabel akan berubah sehingga akan mengakibatkan variabel lainnya uga berubah dalam reaksi yang berantai dan karenanya tidak teradi ekuilibrium. etiga, kata melekat (inherent) menyatakan bahwa dalam mendefinisikan ekuilibrium, keadaan tetap variabel dalam model hanya didasarkan pada penyeimbangan kekuatan internal dari model tersebut, sedangkan faktor-faktor eksternal dianggap tetap. Secara operasional ini berarti bahwa parameter dan variabel eksogen diperlukan konstan. Jika faktor eksternal ternyata berubah, maka teradi ekuilibrium baru atas dasar nilai parameter baru, tetapi dalam mendefinisikan ekuilibrium baru, nilai parameter yang baru uga diasumsikan tetap tidak berubah. Pada pokoknya ekuilibrium untuk model tertentu adalah suatu keadaan yang mempunyai ciri tidak adanya kecenderungan untuk berubah. Oleh karena itu analisis ekuilibrium secara khusus disebut statika (statics). enyataan bahwa ekuilibrium berarti tidak ada kecenderungan untuk berubah dapat mendorong seseorang untuk menarik kesimpulan bahwa suatu ekuilibrium harus berarti adanya suatu keadaan yang ideal atau keadaan yang diinginkan. arena hanya pada keadaan ideal saa tidak ada dorongan teradinya perubahan. esimpulan seperti ini tidak diamin kebenarannya. Walaupun keadaan ekuilibrium tertentu dapat menunukkan suatu keadaan yang diinginkan dan sesuatu yang harus dicapai seperti keuntungan maksimum dari sudut pengusaha. Akan tetapi ada keadaan ekuilibrium lainnya tidak diinginkan dan perlu dihindari, seperti underemployment dalam tingkat ekuilibrium pendapatan

35 35 nasional. Interpretasi yang menamin adanya ekuilibrium adalah suatu keadaan yang bila tercapai akan dapat mengabdikan dirinya sendiri, kecuali bila teradi perubahan kekuatan dari faktor-faktor eksternal. Berbagai ekuilibrium yang dikehendaki dinyatakan sebagai ekuilibrium tuuan sebagai masalah optimisasi. Sedangkan enis ekuilibrium bukan tuuan, yang tidak dihasilkan dari tuuan obek tertentu tetapi dari proses pengaruh interaksi dan penyesuaian kekuatan ekonomi. Contoh mengenai hal ini adalah ekuilibrium yang dicapai oleh suatu pasar dengan kondisi permintaan dan penawaran tertentu dan ekuilibrium pendapatan nasional dengan kondisi pola konsumsi dan investasi tertentu..7 Fungsi ogistik Menurut Tarumingkeng (994) pertama kali persamaan logistik ditemukan oleh Verhulst pada tahun 839 yang terkenal dengan nama kurva logistik yang berbentuk S atau sigmoida. Persamaan tersebut adalah sebagai berikut: (.3) dengan merupakan banyaknya populasi, t adalah waktu, r melambangkan lau pertumbuhan intrinsik per individu, dan M merupakan daya dukung lingkungan sehingga ika mencapai M, d/dt = 0. Dengan menggunakan integral persamaan (.3) mempunyai solusi sebagai berikut: (.4) Fungsi logistik dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, termasuk aringan saraf tiruan, biologi, biomathematics, demografi, ekonomi, kimia, psikologi matematika, probabilitas, sosiologi, ilmu politik, dan statistik.

36 36

37 37 BAB III MOD DINAMIA PDSAAN DAN PROTAAN 3. Perumusan Model Misalkan sebuah sistem ekonomi terdiri atas dua daerah yaitu pedesaan dan perkotaan, memproduksi seumlah barang yang berbeda. Barang tersebut diproduksi dengan menggunakan dua faktor produksi yaitu tenaga kera dan modal. Diasumsikan bahwa di pedesaan teradi surplus tenaga kera. Untuk menggambarkan model tersebut, dinotasikan: (t) = banyaknya tenaga kera keseluruhan pada waktu t; (t) = banyaknya tenaga kera daerah pada waktu t; (t) = cadangan modal keseluruhan pada waktu t; (t) = total cadangan modal daerah pada waktu t; (t) = banyaknya tenaga kera pedesaan yang digunakan oleh daerah perkotaan pada waktu t; F (t) = banyaknya output daerah pada waktu t; r(t) = suku bunga pada waktu t; w (t) = tingkat upah untuk daerah pada waktu t; Y (t) = pendapatan bersih daerah pada waktu t; C (t) = tingkat konsumsi daerah pada waktu t; S (t) = tingkat tabungan bersih daerah pada waktu t. = indeks daerah; = pedesaan; = perkotaan Fungsi produksi dari kedua daerah tersebut adalah: F ( t) ( F ), t) ( ),,, 0 (3.) ( dengan ; ; di mana dan berturut-turut adalah banyaknya tenaga kera yang digunakan oleh daerah pedesaan dan perkotaan. Dengan asumsi bahwa tingkat suku bunga besarnya sama pada kedua daerah. Sehingga kondisi marinal diberikan oleh:

38 38 F r (3.) dan adalah lau depresiasi kapital, 0. emudian tingkat upah dari kedua daerah tersebut tidak sama yakni daerah perkotaan produktivitas tenaga kera marinalnya sebagai berikut: w F (3.3) (Bukti: lihat ampiran ). Sedangkan semua pekeraan di daerah pedesaan diasumsikan menghasilkan output yang sama sehingga tingkat upah riil di daerah pedesaan ditentukan oleh produktivitas tenaga kera rata-rata, bukan produktivitas tenaga kera marinal seperti pada daerah perkotaan. F w (3.4) Pendapatan bersih daerah, Y merupakan penumlahan dari faktor-faktor produksi dalam perekonomian, yaitu tenaga kera dan modal yang dinyatakan dengan Y r w ( ) w Y r w (3.5) Diasumsikan bahwa tingkat utilitas (utility level), U (t), pada daerah bergantung pada tingkat konsumsi C (t) dan tabungan bersih S (t). Fungsi utilitas (utility functions), U (t), diberikan oleh persamaan U ( t) C S, (3.6) dengan dan berturut-turut adalah kecenderungan pada daerah untuk mengonsumsi barang-barang dan untuk menabung. Masing-masing daerah mempunyai dua variabel keputusan, endala pembiayaan diberikan oleh: C C dan S. S T =, (3.7) dengan T Y (3.8)

39 39 di mana T adalah pendapatan yang siap dibelanakan oleh daerah. eputusan optimal konsumen yang merupakan solusi dari optimasi fungsi utilitas dengan kendala (3.7) adalah tunggal, yaitu: C T, S T =, (3.9) (Bukti: lihat ampiran ). d au pertumbuhan modal daerah diberikan oleh S dt dengan menggunakan persamaan (3.8) dan (3.9) ke dalam persamaan di atas, diperoleh: d Y dt (3.0) dengan (Bukti: lihat ampiran 3). Sistem ini terdiri atas 6 variabel endogen,, F, C, S, Y, w, U (=,),, dan r. Untuk menentukan variabel-variabel endogen tersebut, langkah pertama adalah dengan menyubstitusikan persamaan (3.) ke dalam persamaan berikut: F r = sehingga diperoleh yang merupakan sebuah fungsi dari dan sebagai berikut: ( t) (3.) (Bukti: lihat ampiran 4). Dengan menyubstitusikan persamaan (3.4), (3.3), (3.), (3.), dan (3.) ke dalam persamaan (3.5), maka akan diperoleh persamaan Y, yaitu: Y Y ( ) (3.) (Bukti: lihat ampiran 5), yang merupakan sebuah fungsi dari.

40 40 Dari persamaan (3.) dan (3.0) dinamika kedua variabel (t) ditentukan oleh sistem persamaan diferensial dua dimensi, yang merupakan persamaan dari model dinamika pertumbuhan ekonomi pedesaan dan perkotaan. ) ( dt d dt d (3.3) Nilai-nilai dari semua variabel-variabel endogen pada setiap titik waktu dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan secara numerik menggunakan alat bantu perangkat lunak Mathematica. 3. kuilibrium Sistem Dinamik Selanutnya akan ditentukan nilai-nilai dari semua variabel-variabel endogen pada saat ekuilibrium dari sistem dinamik, yaitu persamaan diferensial (3.3). kuilibrium teradi pada saat 0 dt d, sehingga dari persamaan (3.), (3.3), maka diperoleh persamaan ) ( = = (3.4) (Bukti: lihat ampiran 6). Dengan menyubstitusikan Y dari persamaan (3.4) dan persamaan (3.8) ke persamaan (3.9) menghasilkan: C, S (3.5) (Bukti: lihat ampiran 7). Persamaan tersebut menelaskan bahwa pada saat ekuilibrium, tingkat konsumsi daerah adalah proporsional dengan cadangan modal yang dimiliki

41 4 daerah, dan tingkat tabungan bersih daerah adalah sama dengan cadangan modal yang dimiliki oleh daerah. Dengan menyubstitusikan persamaan (3.5) ke dalam fungsi utilitas (3.6) diperoleh t U ) (. (3.6) Untuk menentukan pada saat ekuilibrium, dengan menggunakan persamaan (3.3). kuilibrium teradi pada saat 0 dt d sehingga diperoleh persamaan ) ( 0 0 (3.7) Nilai-nilai dari semua variabel-variabel endogen pada saat ekuilibrium dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan (3.4) sampai dengan (3.7) melalui pendekatan secara numerik menggunakan alat bantu perangkat lunak Mathematica.

42 4

43 43 BAB IV SIMUASI MOD Pada Bab III telah diberikan cara untuk menentukan variabel-variabel endogen di setiap titik waktu dan di saat ekuilibrium. Sedangkan pada bab ini akan dibuat simulasi modelnya melalui pendekatan secara numerik menggunakan alat bantu perangkat lunak Mathematica dengan menggunakan buku panduan penggunaan Mathematica (Ardana 004). Adapun tenaga kera diasumsikan mengikuti fungsi logistik seperti pada persamaan (.4) dengan banyaknya tenaga kera awal daerah pedesaan l =5, banyaknya tenaga kera awal daerah perkotaan l =, daya dukung lingkungan daerah pedesaan M =60, daya dukung lingkungan daerah perkotaan M =9, lau pertumbuhan intrinsik daerah pedesaan r =0,5, dan lau pertumbuhan intrinsik daerah perkotaan r =0, Menentukan Variabel-variabel ndogen di Setiap Titik Waktu Variabel-variabel endogen dipengaruhi oleh waktu, sehingga setiap saat mengalami perubahan. Sebelum membahas pada saat ekuilibrium, terlebih dahulu membahas perubahan variabel-variabel endogen setiap waktu. Selengkapnya akan dikai satu per satu sebagai berikut: 4.. Pertumbuhan Modal Modal daerah pedesaan dan daerah perkotaan sangat dipengaruhi oleh beberapa parameter. Parameter-parameter tersebut yang mempengaruhi sehingga perubahan struktural itu teradi atau tidak. Ada tiga kondisi yang mungkin teradi yakni: perubahan struktural belum teradi, perubahan struktural hampir teradi, dan perubahan struktural sudah teradi. asus : ecenderungan menabung daerah pedesaan rendah Salah satu parameter yang mempengaruhi perubahan struktural adalah tingkat kecenderungan konsumsi suatu daerah. Jika tingkat kecenderungan

44 44 konsumsi tersebut dinaikkan, maka secara otomatis tingkat kecenderungan menabung akan turun dan sebaliknya. Menyimulasikan modal masing-masing daerah digunakan persamaan (3.3). Besaran parameter model disaikan pada Tabel 4.. Tabel 4. Besaran parameter modal masing-masing daerah saat kecenderungan menabung daerah pedesaan rendah k Parameter-parameter pada Tabel 4. menunukkan bahwa daerah pedesaan dan daerah perkotaan memiliki kesamaan dalam hal elastisitas tenaga kera dan elastisitas modal terhadap output produksi, serta kesamaan dalam depresiasi modal. Namun dalam hal kecenderungan menabung dan konsumsi tidak sama yakni daerah pedesaan memiliki kecenderungan konsumsi sebesar 70 % dan kecenderungan menabungnya hanya sebesar 30 % sehingga kecenderungan konsumsi lebih besar dari pada menabungnya. Hal ini bisa teradi karena penghasilan setiap individu dari mereka relatif kecil sehingga lebih banyak digunakan untuk kebutuhan konsumsi. Sedangkan di daerah perkotaan yang penghasilannya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan daerah pedesaan memiliki kecenderungan konsumsi 30 % dan kecenderungan menabung 70 %.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sukirno (1994) Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan indikator bahwa negara tersebut berkategori miskin, berkembang atau maju, sehingga setiap negara akan berusaha

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DUA DAERAH BERDASARKAN MODAL DAN KNOWLEDGE MUHAMMAD TAUFIK NUSA TAJAU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 8 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODE DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EONOMI ANTAREOMPO PADA DUA DAERAH ADE INA HERIANI SEOAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG

BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG 25 BAB III MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DAN FUNGSI STOK UANG 3.1 Asumsi dan Notasi Dalam proses pertukaran dan pembagian kerja, uang memainkan peranan penting di dalam ekonomi modern. Fungsi produksi yang

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI MODEL

BAB IV SIMULASI MODEL BAB IV SIMULASI MODEL Dalam Bab III telah dielaskan sifat-sifat sistem dinamik dari model, khususnya untuk m 1 = m 2. Sekarang akan dibuat simulasi model untuk menggambarkan sifat-sifat sistem dinamik,

Lebih terperinci

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAA 21 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional Pendapatan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) Arif Rahman Hakim 1), Mita Adhisti 2), Rifki Khoirudin 3), Lestari Sukarniati 4), Suripto 5) 1,2,3,4,5) Prodi Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI BERDASARKAN FUNGSI STOK UANG MUNAWAR

MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI BERDASARKAN FUNGSI STOK UANG MUNAWAR MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI BERDASARKAN FUNGSI STOK UANG MUNAWAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) M-4 PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) Arif Rahman Hakim 1), Rai Rake Setiawan 2), Muhammad Safar Nasir 3), Suripto 4), Uswatun Khasanah 5) 1,2,3,4,5) Prodi

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI SOLOW-SWAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI. Kiki Amalia, Mariatul Kiftiah, Evy Sulistianingsih INTISARI

PENERAPAN TEORI SOLOW-SWAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI. Kiki Amalia, Mariatul Kiftiah, Evy Sulistianingsih INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 39 44. PENERAPAN TEORI SOLOW-SWAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI Kiki Amalia, Mariatul Kiftiah, Evy Sulistianingsih INTISARI Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR

DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR DAMPAK INVESTASI TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN: STUDI KOMPARASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI JAWA TIMUR HERNY KARTIKA WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T

MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T MODEL PERDAGANGAN ANTARNEGARA BERDASARKAN AKUMULASI MODAL D A Y A T SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada kemampuan bangsa dalam menggapai tingkat produktivitas yang tinggi dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel)

Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut (sertakan perhitungannya di bawah tabel) Tugas PIE Makro 1. Diketahui: C = 50 + 0,8 Yd S = - 50 + 0,2 Yd I = 40 Pendapatan Nasional Konsumsi RT Tabungan RT Investasi Pengeluaran Agregat 0 150 200 450 600 750 Pertanyaan: Isi semua kolom tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinauan Pustaka 2.1.1 Riset Operasi Penelitian Operasi atau Operations Research mulai berkembang pada masa Perang Dunia II, dimana pada waktu itu angkatan perang Inggris membentuk

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR OLEH. Ahmad Irsyah

SKRIPSI ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR OLEH. Ahmad Irsyah SKRIPSI ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR OLEH Ahmad Irsyah 080501070 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 7 Pertumbuhan Ekonomi I. Chapter Seven 1

BAB 7 Pertumbuhan Ekonomi I. Chapter Seven 1 BAB 7 Pertumbuhan Ekonomi I Chapter Seven 1 Model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model) dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi lebih berorientasi pada masalah pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukannya proses

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI (PREPAID CARD) LOVITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan UKM dalam negeri didominasi oleh industri makanan, salah satunya produk roti yang menunukan bahwa minat masyarakat terhadap produk ini terus bertambah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor utama bagi perekonomian sebagian besar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Peran sektor pertanian sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya Tutorial PowerPoint untuk mendampingi MAKROEKONOMI, edisi ke-6 N. Gregory Mankiw oleh Mannig J. Simidian 1 Model ini sangat sederhana

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Pada bagian ini akan dirumuskan model pertumbuhan ekonomi yang mengoptimalkan utilitas dari konsumen dengan asumsi: 1. Terdapat tiga sektor dalam perekonomian:

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. ii. Constant returns to scale, yaitu situasi di mana output meningkat sama banyaknya dengan porsi peningkatan input

II LANDASAN TEORI. ii. Constant returns to scale, yaitu situasi di mana output meningkat sama banyaknya dengan porsi peningkatan input 2 II LANDASAN EORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa definisi dan teori penunjang yang akan digunakan dalam karya ilmiah ini. 2.1 Istilah Ekonomi Definisi 1 (Pertumbuhan Ekonomi) Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori yang mendasari penelitian ini dan juga studi yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang terkait dengan penelitian ini. Teori ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 08 84041 Abstraksi Modul

Lebih terperinci

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI

SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SOLUSI PERSAMAAN BOLTZMANN DENGAN NILAI AWAL BOBYLEV MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK YOANITA HISTORIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy

ABSTRACT. Keywords: internal and international migration, labor market, Indonesian economy ABSTRACT SAFRIDA. The Impact of Migration Policy on Labor Market and Indonesian Economy (BONAR M. SINAGA as Chairman, HERMANTO SIREGAR and HARIANTO as Members of the Advisory Committee) The problem of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP OUTPUT SEKTORAL JAWA TENGAH: ANALISIS TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 2004 DAN 2008

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP OUTPUT SEKTORAL JAWA TENGAH: ANALISIS TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 2004 DAN 2008 PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP OUTPUT SEKTORAL JAWA TENGAH: ANALISIS TABEL INPUT-OUTPUT TAHUN 004 DAN 008 NASKAH PUBLIKASI Diaukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS PADA PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI JAWA BARAT DALAM PERIODE PELITA III DENGAN MENGEMBANGKAN FUNGSI PRODUKSI COBB DOUGLAS

TEKNIK ANALISIS PADA PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI JAWA BARAT DALAM PERIODE PELITA III DENGAN MENGEMBANGKAN FUNGSI PRODUKSI COBB DOUGLAS TEKNIK ANALISIS PADA PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI JAWA BARAT DALAM PERIODE PELITA III DENGAN MENGEMBANGKAN FUNGSI PRODUKSI COBB DOUGLAS RINGKASAN Dalam pembangunan jangka panjang, Sektor Industri merupakan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A14104585 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD

MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara akan mengalami perubahan struktur perekonomian. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern menggeser sektor pertanian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

KETIMPANGAN DAN PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN BARAT INDONESIA (KBI) OLEH RINDANG BANGUN PRASETYO H

KETIMPANGAN DAN PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN BARAT INDONESIA (KBI) OLEH RINDANG BANGUN PRASETYO H KETIMPANGAN DAN PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN BARAT INDONESIA (KBI) OLEH RINDANG BANGUN PRASETYO H14084020 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci