BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis lingkungan internal bisnis perusahaan. Analisis lingkungan internal bisnis perusahaan adalah analisis yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis lingkungan internal bisnis perusahaan. Analisis lingkungan internal bisnis perusahaan adalah analisis yang"

Transkripsi

1 73 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis lingkungan internal bisnis perusahaan. Analisis lingkungan internal bisnis perusahaan adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal yang berperan dalam kegiatan bisnis perusahaan. Dalam analisis ini mencakup anlisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) dan analisis value chain Analisis Value Chain. Pada analisa value chain, akan dijabarkan akitivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Smartfren. Fungsi Bisnis Pendukung Infrastruktur : manajemen keuangan, akunting. Sumber daya manusia : training, administrasi HRD. Pengembangan teknologi : site improvement, web improvement Pengadaan : Pengadaan barang dari vendor, Fungsi Bisnis Utama Value added cost = profit Inbound logistics: pendistribusia n,jadwal pengiriman, pengecekan Outbound logistic: stock transfer order,return transfer order,delivery Marketing &sales: promosi, agent, distributor,c anvasser. Operations: produksi, system setting produk. Service: galeri, mobile gallery, website Gambar : Analisis value chain perusahaan. Dari aktivitas tersebut, baik aktivitas utama maupun aktivitas pendukung diperoleh informasi-informasi yang dapat dijadikan input dalam menyusun strategi-strategi, untuk memperoleh competitive advantage bagi perusahaan. Pada

2 74 halaman berikut adalah aktivitas-aktivitas utama dan pendukung dari Smartfren yaitu: Aktivitas utama: 1. Inbound Logistics. 1.1 Pendistribusian barang. Aliran distribusi pengadaan barang bermula dari Smart Central Warehouse sebagai pusat pengadaan barang. Kemudian dikirimkan ke Smart distribution points di berbagai daerah melalui regional business office (RBO), branch, sub-branch, dan galeri. Yang diteruskan ke distribution channels dan direct to sub channels. Distribution channels dibagi menjadi 2, yaitu : traditional telco dan general trade, sedangkan direct to sub channels dibagi menjadi 3, yaitu : direct sales, direct network, corporate. Selain titik-titik distribusi tersebut, pembeli dapat memperoleh barang melalui booth yang didirikan di event-event tertentu baik yang diadakan oleh pihak Smartfren sendiri atau distributor. Informasi mengenai pengadaan barang didapat melalui report dengan SAP. Gambar : Aliran distribusi barang. Sumber: (Internal perusahaan-rbo).

3 Jadwal pengiriman. Pengiriman barang akan dilakukan sesuai dengan permintaan dari distribution channels dan direct to sub channels, sedangkan untuk pengiriman barang ke galeri-galeri akan dilakukan setiap seminggu sekali. Jika persediaan barang di antara RBO, branch, dan sub-branch menipis ketiga titik distribution points dapat saling mengirimkan barang. Namun untuk galeri hanya boleh mendapatkan pengiriman barang dari central warehouse. Untuk penjadwalan hanya diberitahukan melalui internal. 1.3 Pengecekan barang (stock count). Stock count tidak dilakukan hanya oleh divisi commercial logistic tetapi juga dibantu oleh divisi finance collection, yang terlebih dahulu melakukan pre-review, berdasarkan laporan-laporan pergerakan barang dari sistem (SAP). Stock count dilakukan paling sedikitnya 3 bulan sekali oleh Commercial logistic, yang merupakan divisi yang langsung berhubungan dengan persediaan barang dan mempunyai tanggung jawab dan otoritas penuh akan kebijakan-kebijakan mengenai keluar masuk barang, begitu juga dengan galeri-galeri. Kegiatan ini dilakukan serentak dari keseluruhan RBO, branch, sub-branch dan galeri. Namun untuk proses stock count di central warehouse akan dilakukan setelah RBO, branch, sub-branch dan galeri-galeri selesai melakukan pengecekan. Pencatatan hasil stock count masih dilakukan secara manual dengan formform yang sudah ada.

4 76 2. Operations. 2.1 Produksi. Penerimaan raw materials dilakukan oleh bagian central warehouse berdasarkan allocate stock request (ASR). Untuk kemudian dilakukan perakitan menjadi finished good yang siap diproses numbering untuk no MDN. Sebagai quality control maka akan dilakukan pengecekan kembali terhadap finish good yang telah siap di-packing. 2.2 System setting untuk produk. Pengembangan yang terus dilakukan baik dari produk dan juga jasa, akan terlebih dahulu disiapkan dari sisi sistem internal oleh perusahaan. Produk atau service baru yang akan menjadi bisnis baru, dijelaskan dalam PDD (product definition description). PDD tersebut disiapkan oleh core service development (handset), data service development (data service), corporate product development (coporate device). Dengan persetujuan antara lain dari: 1. IT planning and requirement division head. 2. IT development and delivery division head. 3. Revenue assurance division head. 4. Related product and service management division head. 2.3 Sistem informasi. Untuk keperluan aplikasi yang dipakai adalah sistem SAP dan sistem Zsmart. Proses setting yang dilakukan pada sistem Zsmart sebagai berikut: 1. Create business case untuk produk dan service baru. 2. Mapping material harga promo.

5 77 3. Jika proses operasional produk/service berhubungan dengan galeri maka akan dilakukan sinkronisasi dengan paket-paket yang sudah ada sebelumnya dengan galeri. 4. Mapping finished goods dengan penawaran produk atau service. Proses setting yang dilakukan pada sistem SAP sebagai berikut: 1. Koordinasi dengan departemen accounting, tax, revenue assurance, dan collection untuk keperluan reporting dan operasional. 2. Create ID program, promo, sub promo, dan jurnal penjualan. 3. Download SAP produksi ke data interface server. 4. Creates package untuk mekasnisme penjualan. 5. Setting kode dan harga material, mapping untuk paket promo maupun non-promo. 6. Memperluas jaringan dari kode material baru tersebut untuk keperluan gudang (persediaan barang). Gambar Proses bisnis ZSmart setting. Sumber: (business control division).

6 78 Gambar Proses bisnis ZSmart mapping package. Sumber: (divisi business control). Gambar Proses bisnis SAP setting. Sumber: (divisi business control).

7 79 Gambar Proses bisnis SAP setting lanjutan. Sumber: (divisi business control). 3. Outbound Logistics. 3.1 Stock transfer order (STO). Pengiriman barang dari head office (HO), regional business office (RBO), branch, sub-branch, galeri-galeri, diproses berdasarkan purchase order (PO). PO STO berikut dengan form goods transfer dan receipt dibuat oleh pihak yang akan menerima barang setelah ada ada konfirmasi/ approval dari pihak penerima (HO/RBO/BO/SBO). PO STO untuk galeri dibuat berdasarkan stock request form (SRF) dengan mencatumkan no. dari SRF tersebut.

8 80 Gambar Proses bisnis STO/ RTO. Sumber: (divisi business control). Gambar Aplikasi SAP yang digunakan untuk proses STO. Sumber: (divisi businesss control).

9 81 Gambar Pembuatan PO STO pada SAP. Sumber: (divisi business control). 3.2 Return transfer order (RTO). Barang-barang yang sudah dikirimkan dapat dikembalikan kembali ke tempat asal barang tersebut dikirimkan. Pengembalian barang khususnya ke central warehouse dapat terdiri dari barang bagus dan rusak. Proses tersebut dilakukan juga berdasarkan PO RTO. Tujuan dengan adanya PO RTO adalah untuk memudahkan monitoring terhadap approval dan proses retur barang ke HO/RBO/BO/SBO.

10 82 Gambar Pembuatan PO RTO pada SAP. Sumber: (divisi business control). 3.3 Sistem informasi : dengan penggunaan aplikasi e-log, dimana sistem ini adalah sistem custom pada sistem SAP. Dengan aplikasi ini akan lebih mudah untuk controlling permintaan transfer barang dan mengukur fulfillment order dari permintaan sampai dengan aktual barang terkirim. Dan juga untuk memastikan penempatan dari setiap item barang (MDN) sudah sesuai dengan detail data sloc/plant (tempat persediaan barang sementara) yang telah ditentukan. Gambar Log-in pada aplikasi e-log. Sumber: (divisi business control).

11 83 Gambar Pembuatan packing list pada aplikasi e-log. Sumber: (divisi business control). Gambar Pembuatan penerimaan barang pada aplikasi e-log. Sumber: (divisi business control).

12 84 Gambar Pembuatan pengembaliann barang pada aplikasi e-log. Sumber: (divisi businesss control). Gambar Pemberitahuan penempatann barang yang salah pada aplikasi e-log. Sumber: (divisi business control). 3.4 Delivery finished goods. Sebagai persiapan pengiriman barang, maka dibuatkan terlebih dahulu picking list sebagai dokumen pengirimann barang ke pelanggan. Picking list

13 85 dibuat berdasarkan stock request form yang disiapkan oleh tim SSG (sales support group) dan DO (delivery order) dari inventory officer melalui aplikasi SAP. Gambar Pembuatan packing list. Sumber: (divisi business control). Gambar Checking packing list. Sumber: (divisi business control).

14 86 Gambar Print packing list. Sumber: (divisi business control). Gambar Hasil print out packing list. Sumber: (divisi business control). 4. Marketing dan Sales. 4.1 Marketing: lain: Promosi yang dilakukan oleh Smartfren dilakukan dalam berbagai cara antara

15 Smartfren melakukan promosi melalui karyawan sebagai direct ambassador, dengan mewajibkan dari setiap karyawan untuk menggunakan handset atau gadget Smartfren lainnya Iklan-iklan melalui media cetak maupun media elektronik, setiap kali meluncurkan produk baru, dan juga melalui social media seperti twitter dan facebook Website Smartfren yang berisikan tentang Smartfren, galeri-galeri terdekat yang dapat dikunjungi, laporan keuangan, jenis dan detail produk-produk yang dijual oleh Smartfren, dll. 4.2 Sales (handset dan staterpack) : Agent. Penjualan oleh agent dengan pengambilan barang langsung dari HO/RBO/BO/sub-branch. Pembayaran melalui kasir sesuai dengan detail item yang tercantum pada order request form, yang telah disiapkan oleh sales operational support. Setelah proses pembayaran selesai, invoice dan quotation diterima oleh agent untuk diberikan pada inventory officer. Barang disiapkan oleh pihak inventori, bersamaan dengan proses create DO (delivery order)/gi (good issue). Gambar Proses penjualan barang melalui agent. Sumber: (regional branch office). (RBO).

16 Distributor. Penjualan yang dilakukan oleh distributor dapat dilakukan dengan cara cash before delivery atau term of payment. Untuk cash before delivery, SO baru dapat diproses setelah ada pengecekan pembayaran. Yang kemudian akan dibuatkan DO oleh inventory officer berbarengan dengan disiapkannya barang oleh pihak gudang berdasarkan SO yang telah diproses oleh bagian finance. Setelah barang telah siap, maka proses aktivasi voucher dan DO/GI dapat dilaksanakan oleh inventory officer. Diakhiri dengan pencetakan invoice oleh pihak finance. Sedangkan penjualan dengan cara term of payment, proses-proses tersebut dapat dilakukan tanpa adanya pembayaran terlebih dahulu. Gambar Proses penjualan barang melalui distributor secara cash. Sumber: (regional branch office) (RBO).

17 89 Gambar Proses penjualan barang melalui distributor secara kredit. Sumber: regional brach office (RBO) Canvasser/salesman. Berbeda dengan penjualan melalui agent dan distributor, para canvasser memerlukan tambahan form yaitu SCF (stock consignment form). Kegunaan dari form ini adalah sebagai controlling stock barang, pada form tersebut inventory dan finance RBO/BO/sub-branch memperoleh data berapa banyak barang yang keluar atau sisa barang dari proses penjualan dari masing-masing canvasser setiap harinya. Pencatatan ini memang masih dilakukan manual, sehingga sangat memerlukan ketelitian dari inventory officer pada saat menerima sisa barang penjualan. Gambar Proses penjualan barang melalui salesman. Sumber: regional branch office (RBO).

18 90 Sistem informasi : aplikasi yang digunakan adalah SAP untuk memproses SO (sales order), DO/GI (delivery order/good issue), invoice. Sales (pulsa): 5. Penjualan pulsa kepada distributor atau yang sering disebut dengan host to host. Para distributor penjual pulsa ini, melalukan pembelian pulsa dalam partai besar, yang kemudian akan dijual kembali pada penjual eceran atau outlet-outlet. Distributor akan mengajukan PO (purchase order), dilanjutkan dengan proses letter of purchase (LOP) oleh sales operational support. Untuk penjualan pulsa ini, distributor diwajibkan untuk melakukan pembayaran terlebih dahulu. Setelah dilakukan pengecekan penerimaan pembayaran oleh pihak finance collection baru akan memproses transfer pulsa sesusai dengan besaran pembayaran. Gambar 4.5 Proses penjualan voucher melalui distributor. Sumber: regional branch office (RBO). 6. Sistem inforamsi : aplikasi M-fino adalah aplikasi yang digunakan untuk proses transfer e-load pada distributor. Pada aplikasi ini akan dapat diketahui apakah proses transfer berhasil atau tidak e-load diproses. Dari aplikasi ini, dapat menghasilkan report mengenai berapa banyak distributor yang telah

19 91 melakukan transfer e-load. Jika proses berhasil maka akan dilakukan penjurnalan untuk payment yang masuk melalui SAP. Gambar 4.6 Proses aktivasi voucher. Sumber: regional branch office (RBO). Service. 7. Galeri. Pelanggan dapat mengunjungi galeri-galeri yang ada untuk melakukan pembelian, retur untuk barang yang rusak, memperoleh informasi mengenai produk-produk terbaru, membayar tagihan, registrasi aplikasi paska bayar maupun prabayar. Pelanggan juga dapat mengajukan complaint yang akan dibantu oleh customer service representative.

20 92 Gambar 4.7 Proses customer service di galeri. Sumber: business control division. 8. Sistem informasi : aplikasi yang digunakan Zsmart dan M-fino. Pada aplikasi Zsmart, customer service dapat memproses complaint pelanggan, mengubah data pelanggan, melihat history transaksi pembelian pulsa, maupun tracking record ticket pengajuan complaint yang dilakukan oleh pelanggan. Sedangkan pada aplikasi M-fino, customer service dapat memproses transaksi pembelian pulsa.

21 93 Gambar 4.8 Menampilkan informasi pelanggan pada aplikasi ZSmart. Sumber: RBO. Gambar Menampilkan program promosi dari barang yang dibeli oleh pelanggan. Sumber: regional branch office (RBO).

22 94 Gambar Menampilkan laporan mengenai keluhan dari pelanggan. Sumber: regional branch office (RBO). 9. Mobile gallery. Bertujuan untuk memperluas jangkauan service, maka ditambahkan dengan mobile gallery. Yang dimaksud dengan mobile gallery adalah galeri yang dapat berpindah-pindah lokasi, tidak seperti galeri pada umumnya. Mobile gallery, hanyalah berupa stand sementara atau bus, dan untuk fungsinya dalam menangani pelanggan masih terbatas. Sehingga pada operasionalnya akan lebih banyak mengarahkan pelanggan untuk ke galeri pusat.

23 Website. Pada website juga pelanggan dapat memperoleh informasi mengenai Smartfren beserta produk, service dan pelanggan dapat melakukan transaksi pembelian barang dengan fasilitas layanan antar. Aktivitas pendukung. 1. Pengadaan. 11. Pengadaan perangkat dari vendor. Perangkat yang dibutuhkan oleh Smartfren, diperoleh dari vendor-vendor dengan prosedur yang sama untuk semua vendor. Vendor tersebut harus menyediakan tenaga ahli dan sample dengan ketentuan yang telah ditetapkan, untuk diuji oleh departemen device technology, sebelum dapat bekerjasama dengan Smartfren. Untuk proses pengadaan barang dari vendor, Smartfren belum didukung dengan sistem.

24 96 Gambar 4.11 Proses bisnis pengadaan perangkat dari vendor. Sumber: business control division.

25 97 Gambar Proses bisnis pengadaan perangkat dari vendor (lanjutan). Sumber: business control division. 2. Pengembangan teknologi. 12. Site improvement. Yang dimaksud dengan site improvement adalah menambahkan nilai asset dari tower dengan cara mengubah spesifikasi standard, sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Untuk meningkatkan

26 98 kemampuan dari site sebagai pemancar signal, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Pekerjaan perbaikan ini hanya memerlukan approval WO (work order) dari manager operational and maintenance. Yang kemudian diteruskan oleh bagian procurement untuk pembuatan PO kepada vendor. Dengan adanya penggabungan antara Smart dengan Mobile 8, yang mengakibatkan terdapatnya perbedaan frekuensi antara Smart dengan Mobile 8, dimana Smart berada pada frekuensi 1900 Mhz sedangkan Mobile 8 pada frekuensi 800 Mhz. Untuk itu perlu adanya konvergensi network, sehingga dapat meminimalisir time slot (perbedaan frekuensi antara GSM dengan CDMA). Sehingga untuk handset dari Smartfren dapat menangkap frekuensi dari handset Mobile 8. Untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan data yang semakin meningkat, BTS Smartfren ditingkatkan kemampuan kecepatan aksesnya dengan jaringan EVDO (evolution data optimized) Rev A. menjadi Rev B. Gambar 4.12 Proses bisnis site improvement. Sumber: business control division.

27 99 Gambar Proses bisnis site improvement lanjutan. Sumber: business control division. 13. Website improvement. Pada awalnya website ( hanya memberikan informasi-informasi mengenai perusahaan dan sebagai media untuk mempromosikan produk atau service terbaru. Namun, seiringnya waktu pada website ini pelanggan dapat melakukan self service, walaupun masih sangat terbatas hanya untuk mencari informasi mengenai setting handset, registrasi untuk perubahan cara bayar. 3. Human resource management. 14. Trainning. Dalam rangka meningkatkan kemampuan para karyawan, Smartfren mengadakan pelatihan. Jenis program pelatihan berupa program yang edukasi yang mempunyai nilai strategis bagi perusahaan dan juga berhubungan dengan pelaksanaan projek-projek dalam perusahaan, seperti : pelatihan SAP, atau aplikasi-aplikasi lainnya. Dengan adanya pelatihan

28 100 ini diharapkan adanya transfer knowledge dari karyawan yang dipilih untuk mengikuti pelatihan kepada karyawan lainnya minimal 1 orang setelah proses pelatihan selesai. 15. Human resource administration. Dengan banyaknya karywan yang dimiliki oleh Smartfren, mulai dari karyawan yang bekerja di HO/RBO/BO/sub-branch. HRD mempunyai peranan penting dalam hal menangani kegiatan operasional yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Kegiatan penggajian, cuti, allowance, pembayaran lembur, medical reimbursement, pemberian benefit, dll. 16. Sistem informasi : Aplikasi yang digunakan adalah aplikasi SAP dan aplikasi HRGA online. Melalui aplikasi HRGA online ( karyawan dapat mengajukan permohonan cuti, tidak masuk kerja, dan meninggalkan ruang kerja. Sedangkan untuk aplikasi SAP digunakan untuk kegiatan administrasi lainnya.

29 101 Gambar 4.16 Log-in untuk aplikasi HRGA leavee system. Sumber: businesss control division. Gambar Menu-menu yang ada pada HRGA leave system. Sumber: business control division.

30 102 Gambar Tampilan menu my task list pada aplikasi HRGA leave system. Sumber: business control division. Gambar Tampilan pengajuan cuti pada aplikasi HRGA leave system. Sumber: business control division.

31 Administrasi dan manajemen. 17. Finance dan accounting. Proses pencatatan keuangan yang ada dalam perusahaan tidak lagi dilakukan secara manual. Untuk proses operasional di divisi finance dan accounting sudah didukung dengan adanya sistem yang ada. 18. Sistem informasi: aplikasi yang dipakai adalah SAP, sehingga pencatatan jurnal dilakukan secara otomatis dan juga penarikan report dapat lebih di customize oleh user Analisis SWOT. Pada analisis ini, dilakukan pembandingan antara faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal yang dimaksud adalah kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness), sedangkan untuk faktor eksternal perusahaan ialah peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Dari analisis ini akan menghasilkan informasi masukan yang dapat digunakan untuk menyusun strategi bisnis di masa yang akan datang. Sebelumnya, perlu diidentifikasikan dan juga dilakukan analisis terlebih dahulu, faktor-faktor internal yang ada pada perusahaan untuk mengatasi faktor-faktor eksternal yang dihadapi oleh perusahaan.

32 104 Evaluasi faktor-faktor internal perusahaan: Tabel Daftar kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan. Kode Strengths S-1 Adanya pengembangan infrastruktur jaringan. S-2 Mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dengan jumlah yang memadai. S-3 Mempunyai layanan Blackberry. S-4 Banyak inovasi produk yang dilakukan. S-5 Operator berbasis CDMA yang beroperasi di frekuensi 1900 Mhz. S-6 Layanan operasional didukung dengan adanya galeri-galeri. S-1 Adanya pengembangan infrastruktur jaringan. Smartfren mengembangkan kemampuan BTS yang sudah ada, menjadi berbasis EVDO (Evolution Data Optimized). Selain itu, adanya pembangunan data core di Batam untuk memperkuat jaringan yang sudah ada di Jakarta dan Surabaya. Ditambah dengan perencanaan pembangunan BTS di Sumatera, mobile switching center (MSC) pada tahun S-2 Mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dengan jumlah yang memadai. Keberhasilan sebuah perusahaan tidak lepas dari peran serta sumber daya manusia, begitu pula dengan Smartfren. Dukungan sumber daya manusia terlihat dari jumlah karyawan dengan kualitas pendidikan yang tinggi. Komposisi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

33 105 Tabel Daftar pendidikan dan jumlah karyawan pada tahun Sumber: divisi HRD. Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase Pasca sarjana 121 5% Sarjana % D % SMU 135 6% S-3 Mempunyai layanan Blackberry. Dari seluruh operator telekomunikasi CDMA di Indonesia, Smartfren adalah operator CDMA satu-satunya yang memberikan layanan Blackberry. Hal ini memberikan keuntungan untuk Smartfren, jika dilihat dengan semakin banyaknya pengguna Blackberry, sehingga dapat menambah jumlah pelanggan pengguna layanan data. S-4 Banyak inovasi produk yang dilakukan. Penawaran akan produk-produk baru terus dilakukan oleh Smartfren, dengan harga yang terjangkau. Penawaran dari handset model baru dengan kemampuan browsing internet yang lebih lebih cepat, produk android, handset yang dilengkapi dual kamera dengan 8 Mp, nomer CDMA dan GSM dapat aktif bersamaan, serta jaringan Wi-Fi. S-5 Operator berbasis CDMA yang beroperasi di frekuensi 1900 Mhz. Dengan beroperasi di frekuensi 1900 Mhz, Smartfren mempunyai saluran voice dan saluran data yang terpisah. Berbeda dengan operator CDMA lainnya yang beroperasi di frekuensi 800 Mhz, sehingga harus berbagi saluran dengan spectrum yang terbatas.

34 106 S-6 Layanan operasional didukung dengan adanya galeri-galeri. Tersebarnya layanan galeri Smartfren, di Jabodetabek, Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera, diharapkan dapat meningkatkan layanan kepada para pelanggan. Selain itu, para pelanggan dapat mencoba sendiri produkproduk baru, melalui media experience zone. Dengan begitu, pelanggan yang tertarik untuk membeli akan lebih dapat memahami penggunaan dan fasilitas yang terdapat pada produk yang akan dibeli. Tabel Daftar kelemahan perusahaan. Kode Weakness W-1 Promosi yang masih kurang. W-2 Kondisi keuangan perusahaan yang masih mengalami kerugian. W-3 Kurangnya prasarana untuk meningkatkan pengetahuan bagi karyawan. W-1 Promosi yang masih kurang. Promosi yang dilakukan lebih banyak mengenai kecepatan download yang dimiliki oleh Smartfren. Sehingga image yang muncul di masyarakat hanyalah mengenai kecepatan download yang tinggi, sedangkan mengenai service yang mampu diberikan oleh Smartfren tidak menjadi daya tarik bagi calon pelanggan. W-2 Kondisi keuangan perusahaan yang masih mengalami kerugian. Jika dilihat dari kondisi keuangan perusahaan, Smartfren masih mengalami kerugian yang sangat besar. Ini sangat mempengaruhi keadaan bisnis dari perusahaan. W-3 Kurangnya prasarana untuk meningkatkan pengetahuan bagi karyawan. Kurangnya perhatian perusahaan terhadap kebutuhan karyawan untuk dapat meningkatkan pengetahuan yang mereka miliki. Hal ini dapat terlihat

35 107 dengan kurangnya sarana bagi karyawan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan mereka. Evaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan : Tabel Daftar peluang perusahaan. Kode Opportunities O-1 Semakin tingginya kebutuhan komunikasi. O-2 Pertumbuhan teknologi memberikan kesempatan investasi untuk providerprovider. O-3 Adanya perjanjian ACFTA dan AFTA. O-4 Munculnya kesempatan untuk bekerjasama dengan operator provider lainnya. O-5 Dengan value added/data-services, memberikan kemampuan untuk layanan internasional. O-6 Munculnya kesempatan bekerjasama dengan partner bisnis baik dalam maupun luar negeri. O-7 Tingginya pengguna internet di Indonesia. O-1 Semakin tingginya kebutuhan komunikasi. Dengan semakin tingginya intensitas masyarakat Indonesia, memberikan peluang bagi Smartfren untuk terus menawarkan produk-produk baru bagi calon pembeli. Terlihat dengan semakin banyaknya pengguna social media, memberikan kesempatan bagi Smartfren untuk meningkatkan pendapatan dari data service. O-2 Pertumbuhan teknologi memberikan kesempatan investasi untuk providerprovider. Teknologi yang semakin cepat, memunculkan peluang bagi Smartfren untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, melalui fitur-fitur atau vaue added system yang semakin bervariasi di setiap gadget yang ditawarkan.

36 108 O-3 Adanya perjanjian ACFTA dan AFTA. Dengan tergabungnya Indonesia dalam perjanjian ACFTA dan AFTA, membuka peluang bagi Smartfren untuk dapat memperluas bisnis telekomunikasi perusahaan dan juga market share yang sudah ada. O-4 Munculnya kesempatan untuk bekerjasama dengan operator provider lainnya. Walaupun terjadi persaingan, tidak menutup kemungkinan adanya kerjasamanya antar operator provider lainnya. Baik dengan adanya perjanjian interkoneksi antar provider yang memungkinkan pengiriman SMS antar provider. Selain perjanjian interkoneksi, sebuah perusahaan provider dapat menyewakan tower-tower BTS ke operator provider lainnya. O-5 Dengan value added/data-services, memberikan kemampuan untuk layanan internasional. Terdapatnya layanan internasional, juga akan dapat membuka peluang bagi Smartfren untuk memperluas jangkauan dan market share perusahaan. Serta sebagai salah satu sarana untuk mempromosikan produk Smartfren. O-6 Munculnya kesempatan bekerjasama dengan partner bisnis baik dalam maupun luar negeri. Di era globalsiasi ini, memberikan akses yang mempermudah perusahaan untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan lain baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.

37 109 O-7 Tingginya pengguna internet di Indonesia. Semakin meningkatnya kebutuhan akan internet di Indonesia, memberikan peluang bagi Smartfren untuk meningkatkan bisnis perushaan bukan hanya pada voice service melainkan juga data service. Tabel Daftar ancaman yang dihadapi perusahaan. Kode Threats T-1 Persaingan dengan operator provider lain. T-2 Adanya produk substitusi. T-3 Biaya pengembangan infrastruktur jaringan dan perluasan jangkauan masih tinggi. T-4 Market share yang masih didominasi oleh provider GSM. T-5 Peraturan pemerintah dalam hal perijinan. Adanya perang tarif antar operator provider, mengakibatkan daya saing yang sangat tinggi. Bukan hanya karena perang tarif, tetapi juga operator provider sudah peka terhadap demand pelanggan akan data service yang sangat tinggi. Semakin meningkatkan daya saing operator provider untuk memberikan akses internet dengan paket-paket penawaran yang menarik. T-2 Adanya produk substitusi. Di era globalisasi ini, ada alternatif device lainnya yang dapat dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sangat mudah. Selain handphone, pengguna dapat berinteraksi dengan bantuan aplikasi skype atau yahoo messenger melalui komputer. Dengan komputer, pengguna dapat menggunakan aplikasi yang lebih beragam, jika dibandingkan dengan handphone. T-3 Biaya pengembangan infrastruktur jaringan dan perluasan jangkauan masih tinggi.

38 110 Industri telekomunikasi sekarang ini sangatlah dipengaruhi oleh teknologi yang sangat cepat. Agar dapat bertahan dan bersaing dengan perusahan operator provider lainnya sangat diperlukan investasi dalam hal teknologi informasi. Di Indonesia masih sangatlah tinggi biaya yang diperlukan untuk pengembangan infrastruktur jaringan, untuk itulah diperlukan pendanaan kuat. T-4 Market share yang masih didominasi oleh provider GSM. Masih besarnya jumlah pengguna GSM, memberikan tekanan yang cukup berarti bagi CDMA untuk lebih meningkatkan service yang diberikan kepada para pelanggan. Hal ini disebabkan juga dengan masih adanya image di mata masyarakat Indonesia, bahwa kualitas GSM lebih bagus jika dibandingkan dengan CDMA. T-5 Peraturan pemerintah dalam hal perijinan. Adanya peranan pemerintah dalam hal perijinan, memberikan tantangan tersendiri bagi Smartfren, seperti dalam hal penambahan bandwith, ijin penggunaan frekuensi atau pembangunan BTS. Peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah sangatlah ketat, sehingga membatasi ruang gerak dari industri telekomunikasi di Indonesia. Tabel Perhitungan matrik faktor internal perusahaan. No. Kekuatan Peringkat Bobot Nilai 1. Adanya pengembangan infrastruktur 4 0,24 0,96 jaringan. 2. Mempunyai sumber daya manusia yang 3 0,15 0,45 berkualitas dengan jumlah yang memadai. 3. Mempunyai layanan Blackberry. 3 0,13 0,39 4. Banyak inovasi produk yang dilakukan. 4 0,12 0,48 5. Satu-satunya operator berbasis CDMA yang beroperasi di frekuensi 1900 Mhz. 2 0,09 0,18

39 Layanan operasional didukung dengan 2 0,7 1,4 adanya galeri-galeri. Sub total 3,86 No. Kelemahan Peringkat Bobot Nilai 1. Promosi yang masih kurang. 1 0,7 0,7 2. Kondisi keuangan perusahaan yang masih 2 0,7 1,4 mengalami kerugian. 3. Kurangnya prasarana untuk meningkatkan pengetahuan bagi karyawan. 2 0,7 1,4 Sub total 3,50 Total (S-W) 0,36 Tabel Perhitungan matrik faktor eksternal perusahaan. No. Peluang Peringkat Bobot Nilai 1. Semakin tingginya kebutuhan komunikasi. 4 0,15 0,60 2. Pertumbuhan teknologi memberikan 4 0,17 0,68 kesempatan investasi untuk providerprovider. 3. Adanya perjanjian ACFTA dan AFTA. 2 0,11 0,22 4. Munculnya kesempatan untuk bekerjasama dengan operator provider lainnya. 2 0,10 0,20 5. Dengan value added/data-services, 3 0,09 0,27 memberikan kemampuan untuk layanan internasional. 6. Munculnya kerjasama dengan partner bisnis 2 0,08 0,16 baik dalam maupun luar negeri. 7. Tingginya pengguna internet di Indonesia. 4 0,08 0,32 Sub total 2,45 No. Ancaman Peringkat Bobot Nilai 1. Persaingan dengan operator provider lain 1 0,05 0,05 2. Adanya produk substitusi. 2 0,04 0,08 3. Biaya pengembangan infrastruktur jaringan 1 0,07 0,07 dan jangkauan masih tinggi. 4. Market share yang masih didominasi oleh 2 0,04 0,08 provider GSM. 5. Peraturan pemerintah dalam hal perijinan. 3 0,04 0,12 Sub total 0,40 Total (O-T) 2,05

40 112 Setelah menghitung nilai dari setiap faktor eksternal dan internal, maka dapat diketahui posisi relatif dari Smartfren dengan menggunakan diagram SWOT, sebagai berikut : Jumlah perkalian bobot dan peringkat dari faktor eksternal, berupa peluang (opportunity) dan ancaman (threat) diselisihkan untuk memperoleh titik Y. Titik Y = opportunity threat = 2,45 0,40 = 2, Jumlah perkalian bobot dan peringkat dari faktor internal, berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) diselisihkan untuk memperoleh titik X. Titik X = strength weakness = 3,86 3,50 = 0,36. Maka tergambar diagram SWOT sebagai berikut : Grafik Diagram SWOT

41 113 Dari gambar diagram SWOT di atas, menggambarkan Smartfren terletak pada koordinat (0,36 ; 2,05), yaitu pada kuadran pertama, yang menunjukkan bahwa Smartfren dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada. Dengan teridentifikasinya dan pemetaan faktor eksternal dan internal dalam matrik SWOT, maka akan dapat dihasilkan sejumlah strategi yang dapat diimplementasikan oleh Smartfren, sebagai berikut :

42 114 Tabel Strategi SWOT perusahaan. IFAS EFAS OPPORTUNITIES (S) O-1 Semakin tingginya kebutuhan komunikasi. O-2 Pertumbuhan teknologi memberikan kesempatan investasi untuk providerprovider. O-3 Adanya perjanjian ACFTA dan AFTA. O-4 Munculnya kesempatan untuk bekerjasama dengan operator provider lainnya. O-5 Dengan value added/dataservices, memberikan kemampuan untuk layanan internasional. O-6 Munculnya kesempatan bekerjasama dengan partner bisnis baik dalam maupun luar negeri. O-7 Tingginya pengguna internet di Indonesia. STRENGHS (S) S-1 Adanya pengembangan infrastruktur jaringan. S-2 Mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dengan jumlah yang memadai. S-3 Mempunyai layanan Blackberry. S-4 Banyak inovasi produk yang dilakukan. S-5 Operator berbasis CDMA yang beroperasi di frekuensi 1900 Mhz. S-6 Layanan operasional didukung dengan adanya galeri-galeri. STRATEGI SO 1. Meningkatkan kualitas infrastruktur yang sudah ada dan menambah jumlah infrastruktur baru untuk memperluas jangkauan pelayanan. (S-1,S-6,O-1,O-5, O-7). 2. Mengadakan training untuk para karyawan dengan bahan training, yang bersifat memberikan manfaat strategis kepada perusahaan. (S-2,S-4,O-2). 3. Mempromosikan produkproduk melalui media online dan social media. (S-4,O-1,O-2,O-7). 4. Mengadakan kontrak kerjasama dengan perusahaan lain dalam industri telekomunikasi. (S-2,O-4,O-5). WEAKNESS (W) W-1 Promosi yang masih kurang. W-2 Kondisi keuangan perusahaan yang masih mengalami kerugian. W-3 Kurangnya prasarana untuk meningkatkan pengetahuan bagi karyawan. STRATEGI WO 1. Menjalin perjanjian interkoneksi antar perusahaan operator provider. (W-2,O-2,O-4,O-6). 2. Mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain (dalam maupun luar negeri) sehingga dapat menurunkan biaya produksi dan memperluas pasar yang sudah ada. (W-2,O-2,O-3,O-6). THREATS (T) T-1 Persaingan dengan operator provider lain. T-2 Adanya produk substitusi. T-3 Biaya pengembangan infrastruktur jaringan dan perluasan jangkauan masih tinggi. T-4Market share yang masih didominasi oleh provider GSM. T-5 Peraturan pemerintah dalam hal perijinan. STRATEGI ST 1. Menggunakan teknologi informasi untuk menambah kemampuan dari BTS untuk memenuhi permintaan pelanggan. (S-1,S-2,T-1,T-4). 2. Menciptakan value added baru untuk meningkatkan pelayanan kepada customer. (S-1,S-2,S-4,T-1,T-2). 3. Menambahkan fitur-fitur baru. (S-2,S-3,S-4,T-2,T-3) STRATEGI WT 1. Meningkatkan pemasaran melalui distributor-distributor yang telah diajak untuk bekerjasama. (W-1,T-1,T-4). 2. Meningkatkan kualitas infrastruktur yang telah ada. (W-2,T-1,T-4).

43 Analisis lingkungan eksternal bisnis perusahaan. Analisis lingkungan eksternal bisnis perusahaan adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor eksternal yang berperan dalam kegiatan bisnis perusahaan. Dalam analisis ini mencakup analisis PEST, BCG (Business Consulting Group), dan analisis Porter Analisis PEST. 1. Faktor Politik. Perkembangan bisnis telekomunikasi mengalami perkembangan yang pesat dimulai dengan dikeluarkannya peraturan undang-undang telekomunikasi pemerintah no. 36 tahun 1999, yang melarang adanya praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat di antara penyelenggara telekomunikasi, sehingga memunculkan persaingan yang kompetitif. Hal ini pun ditanggapi dengan adanya penggabungan beberapa provider di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Smart Telecom dengan Mobile 8 yang kemudian menjadi Smartfren. Dengan adanya deregulasi UU tentang telekomunikasi pada tahun 1999 dan juga terjadinya reformasi politik pada tahun 1998, mendorong terjadinya perubahan mendasar, yaitu konvergensi anatara teknologi, telekomunikasi dan informasi. Sehingga terbukanya kebebasan dalam memperoleh informasi dan menciptakan peluang bagi bisnis telekomunikasi. 2. Faktor Ekonomi. Mulai berlakunya perjanjian ACFTA (ASEAN China Free Trade Agreement) pada 1 Januari 2010, membuka peluang bagi Smartfren sekaligus meningkatkan

44 116 persaingan antar provider dalam memperebutkan market share dalam dunia bisnis telekomunikasi sangatlah dirasakan dengan adanya perang tarif antar provider. Smartfren melakukan kerjasama dengan ZTE melalui proyek BSS (Business Support System) dan Value Added Service (VAS). Salah satu hasil dari projek ini adalah solusi ZSmart yang menjadi mediasi antara layanan pascabayar dan prabayar yang terintegrasi. 3. Faktor Sosial. Keragaman penduduk di Indonesia baik dari segi ras, budaya, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, membutuhkan sarana telekomunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Dengan semakin tingginya intensitas berinteraksi antar sesama di era modernisasi sekarang ini, maka kebutuhan sarana telekomunikasi yang praktis dan efisien menjadi sangat vital. Hal ini dibuktikan dengan minat penggunaan telepon genggam dan fasilitas internet. Hal tersebut juga dicermati oleh Smartfren dengan memperluas pasar ke luar daerah Jawa, seperti Sumatera dan Kalimantan. Dan juga meluncurkan produk baru, yaitu Smartfren Social, yang mempermudah pelanggan untuk akses ke website jejaring sosial yang sedang marak di Indonesia. 4. Faktor Teknologi. Teknologi menjadi hal yang paling penting di dalam dunia bisnis telekomunikasi. Evolusi dari teknologi komunikasi terbagi dalam beberapa generasi, yaitu : generasi pertama (1G), kedua (2G), dan ketiga (3G). Teknologi yang berkembang sangat pesat dan cepat, mendorong Smartfren untuk terus

45 117 melakukan inovasi bagi segi infrastruktur dan juga diferensiasi produk agar dapat mengimbangi perkembangan teknologi. Inovasi-inovasi yang dilakukan adalah: Pengembangan dari EVDO Rev A menjadi Rev B, dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabel Perkembangan teknologi EVDO. Teknologi Ukuran Spektrum Kecepatan Download Kecepatan Upload EVDO Rev A 1,25 MHz 3,1 Mbps 1,8 Mbps EVDO Rev B 2,50 MHz 6,2 Mbps 3,6 Mbps Hal ini dilakukan agar dapat lebih memaksimalkan pelayanan Smartfren kepada para pelanggannya. Dari analisis PEST di atas, dapat disimpulkan, industri telekomunikasi di Indonesia mempunyai potensi bisnis yang mampu berkembang pesat. Dengan terbukanya peluang bisnis dengan tidak adanya monopoli, perusahaan provider baik GSM maupun CDMA mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat memenangkan market share. Selain itu perkembangan teknologi yang semakin cepat menjadi stimulant bagi perusahaan provider untuk terus memberikan inovasi, baik melalui produk atau layanan yang ditawarkan. Dengan bekerjasama dengan vendor yang berasal dari luar negeri memberikan peluang bagi Smartfren untuk dapat mengembangkan bisnisnya, dengan cara memperluas pangsa pasar sampai ke luar negeri. Selain itu, dengan melihat budaya masyarakat dalam penggunaan gadget dan media sosial online yang semakin menngkat, dapat diartikan dengan baik oleh Smartfren, sebagai suatu kondisi dimana adanya peluang pasar, tingginya permintaan pasar akan data

46 118 service. Meningkatkan kemampuan dari BTS sudah ada menjadi berbasis EVDO. Strategi ini pun dapat untuk menghadapi ketatnya peraturan pemerintah akan penambahan pembangunan BTS dan penambahan bandwith. Selain itu pembangunan data core menjadi alternative lain untuk menangulangi lonjakan permintaan data service pelanggan. Faktor teknologi, adalah faktor yang sangat berperan besar bagi Smartfren untuk dapat bersaing dengan perusahaan provider lainnya. Strategi untuk meningkatkan kemampuan BTS standar yang sudah ada, dapat juga dilakukan dengan cara menambahkan 3 modul, yaitu CHM (channel mismatch) yang berhubungan dengan fungsi menguatkan frekuensi, DPA (digital power amplifier) yang berhubungan dengan fungsi memancarkan frekuensi, dan RFE (radio frequency equalifer) modul yang berhubungan dengan fungsi pengaturan channel Analisis BCG. Melalui analisis BCG, maka dihasilkan matrik BCG, dimana dengan pemodelan matrik tersebut, dapat menggambarkan posisi tingkat pertumbuhan pasar Smartfren berdasarkan market share. Pada matrik BCG, terdapat 4 kuadran (stars, question mark, cash cow dan dog), yang berada di dalam sumbu x dan sumbu y. Dimana sumbu x menggambarkan relative market share, kekuatan pangsa pasar, sedangkan sumbu y menggambarkan pertumbuhan pasar industri. Dari matrik BCG ini, dapat memberikan informasi mengenai strategi apakah yang dapat diimplementasikan berdasarkan posisi kuadran Smartfren berada. Alternatif strategi yang dapat dipilih antara lain, untuk kuadran stars dapat memilih strategi integrasi, kuadran question mark dengan strategi intensif,

47 119 kuadran cash cow bisa menggunakan strategi rasionalisasi, dan untuk posisi di kuadran dog dapat dengan strategi defensive. Analisis tingkat pertumbuhan pasar pada Smartfren. Tingkat pertumbuhan pasar (market growth) adalah Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan pasar, maka dibutuhkan data jumlah pelanggan dari perusahaan provider lainnya. Berikut ini adalah data jumlah pelanggan perusahaan provider pada tahun 2011 dan tahun 2012: Tabel Total pelanggan Sumber: divisi pemasaran. Operator Pelanggan ( 000) Market Share (%) Telkomsel 99, Indosat 45, XL Axiata 39, Flexi 18, Hutchison 3 Telecom 17, Bakrie Telecom-Esia 13, Axis 10, Smartfren 8, Total 252, Tabel Total pelanggan Sumber: divisi pemasaran. Operator Pelanggan ( 000) Market Share (%) Telkomsel 104, Indosat 51, XL Axiata 43, Hutchison 3 Telecom 19, Flexi 18, Bakrie Telecom-Esia 16, Axis 14, Smartfren 10, Total 277,

48 120 Untuk perhitungan, data yang digunakan sebagai perbandingan adalah data jumlah pelanggan dari Esia dan Flexi dari tabel tersebut, dikarenakan hanya kedua perusahaan provider tersebut yang merupakan perusahaan provider CDMA, sama dengan Smartfren, sedangkan yang lainnya adalah perushaan provider GSM. Dari tabel-tabel di atas, untuk menghitung tingkat pertumbuhan pasar (market growth rate) Smartfren pada perhitungan matrik BCG adalah sebagai berikut: Tingkat pertumbuhan = T T T x 100% pasar tahun (n) =... x 100% = 0.19 Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui tingkat pertumbuhan pasar Smartfren adalah 19% yang mana dapat disimpulkan bahwa Smartfren mempunyai perkembangan yang baik terhadap pertumbuhan pasar. Analisis pangsa pasar relatif pada Smartfren terhadap Flexi. Analisis pangsa pasar relatif menunjukkan besarnya pangsa pasar dari jumlah pelanggan Smartfren dibandingkan dengan Flexi. Data yang digunakan adalah data jumlah pelanggan Smartfren dan Flexi tahun 2011 dan Pangsa pasar relatif tahun 2011 = T S T F =,, = 0.48 x < 1

49 121 Pangsa pasar relatif tahun 2012 = T S T F =., = 0.59 x < 1 Dari perhitungan pangsa pasar dengan perbandingan data antara Smartfren dengan Flexi di atas dapat diketahui, pangsa pasar relatif Smartfren pada tahun 2011 sebesar 0.48x < 1 dan pada tahun 2012 sebesar 0.59x < 1. Yang artinya, menunjukkan bahwa pangsa pasar relatif Smartfren lebih rendah, jika dibandingkan dengan Flexi, dikarenakan nilai pangsa pasar relatif Smartfren yang kurang dari 1. Namun pangsa pasar relatif Smartfren mengalami peningkatan sebesar Analisis pangsa pasar pada Smartfren terhadap Esia. Analisis pangsa pasar relatif menunjukkan besarnya pangsa pasar dari jumlah pelanggan Smartfren dibandingkan dengan Esia. Data yang digunakan adalah data jumlah pelanggan Smartfren dan Esia tahun 2011 dan Pangsa pasar relatif tahun 2011 = T S T E =,, = 0.65 x < 1 Pangsa pasar relatif tahun 2012 = T S T E =.,

50 122 = 0.66 x < 1 Dari perhitungan pangsa pasar dengan perbandingan data antara Smartfren dengan Esia di atas dapat diketahui, pangsa pasar relatif Smartfren pada tahun 2011 sebesar 0.65x < 1 dan pada tahun 2012 sebesar 0.66x < 1. Yang artinya, menunjukkan bahwa pangsa pasar relatif Smartfren lebih rendah, jika dibandingkan dengan Flexi, dikarenakan nilai pangsa pasar relatif Smartfren yang kurang dari 1. Namun pangsa pasar relatif Smartfren mengalami peningkatan sebesar 0.1. Rata-rata pangsa pasar relatif Smartfren untuk tahun 2011 adalah: =.. = 0.81 x < 1 Rata-rata pangsa pasar relatif Smartfren untuk tahun 2012 adalah: =.. = 0.92 x < 1 Analisis posisi matrik BCG pada Smartfren. Dari perhitungan tingkat pertumbuhan pasar dengan pangsa pasar relatif Smartfren, maka dapat digambarkan matrik BCG sebagai berikut:

51 123 Grafik Matrik BCG perusahaan pada tahun Grafik Matrik BCG perusahaan pada tahun Berdasarkan gambar matrik BCG, Smartfren berada pada kuadran I, yaitu question mark, karena Smartfren berada pada posisi dimana pangsa pasar relatif yang rendah dalam persaingan dalam industri dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Alternatif strategi yang dipilih adalah strategi intensif yang dapat diimplementasikan oleh Smartfren antara lain: 1. Mengembangkan pasar, dengan cara membuka prasarana penunjang pemasaran, seperti menambah jumlah galeri yang sudah ada.

52 Bekerja sama dengan perusahaan vendor untuk dapat menciptakan produk baru (bundled). 3. Memberikan promo produk dengan dengan tawaran yang lebih menarik. 4. Dengan melihat pada tingginya permintaan pelanggan akan data service, menjadikan ini peluang bisnis, dengan menambahkan service yang dapat diperoleh pelanggan. Pelanggan dapat memilih sendiri untuk membeli pulsa dalam bentuk pulsa untuk data atau voice service. 5. Mengadakan kerjasama dengan distributor untuk penjualan dalam partai besar dan sekaligus mempromosikan Smartfren. 6. Memperbanyak tenaga penjual (canvasser). 7. Mengikuti event-event besar seperti, pekan raya Jakarta, pameran teknologi dan telekomunikasi.

53 Analisis Porter. Pemasok : Qingdao economic&technology. PT. Profesional Telekomunikasi Indonesia. Itouch Limited. Logistar International Holding Co.,Ltd. Shenzen Samsung Kejian Mobile. Beijing Benyware Technological Co.,Ltd. Flywheel technology limited. PT. Tower Bersama. PT. Mora Telematika Indonesia. PT. Bali Telekom. PT. Inti Bangun Sejahtera. PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia. PT. United Towerindo. PT. Komet Konsorsium. PT. Solusindo Kreasi Pratama. Huawei Technologies, Co., Ltd. PT. Huaweitech Investment. PT. Monstermob Indonesia. Research in motion Singapore. PT. Moratech Logic Indonesia. (4) Pendatang Baru : Pendatang Baru : WiMax Ceria (1) (1) Pesaing Industri : Telkom (Flexi) Bakrie Telecom (Esia) (2) Produk Substitusi : WhatsApp Yahoo Messenger Line Viber Skype WeChat (5) Pembeli : Perorangan Corporate Dealer pulsa Pembeli : Perorangan Corporate Dealer pulsa Gambar Gambaran five forces s Porter perusahaan. 1. Faktor ancaman pendatang baru. Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia tidak terlepas dari peran pemerintah dalam hal penetapan undang-undang, mulai dari mengenai pendirian perusahaan operator provider baru, sampai dengan peraturan operasional perusahaan. Dengan ketatnya undang-undang yang mengatur

54 126 pendirian perusahaan baru, dan mengenai pembangunan menara BTS, serta peraturan mengenai penggunaan frekuensi, memberikan hambatan yang besar bagi calon pendatang baru. Dari skala ekonomis, kebutuhan modal, dan hambatan biaya, calon pendatang baru dalam industri telekomunikasi di Indonesia membutuhkan dana yang sangat besar, sehingga menjadi pertimbangan yang mendalam bagi calon perusahaan pendatang baru. Selain itu untuk akses untuk saluran distribusi semakin sulit bagi perusahaan pendatang baru. Terbukti untuk Ceria mempunyai kendala untuk memasuki pangsa pasar yang lebih luas. Dengan begitu dapat disimpulkan, faktor pendatang baru tidak menjadi ancaman yang besar dalam dunia telekomunikasi di Indonesia. 2. Faktor pesaing di antara pemain industri. Persaingan bisnis sekarang ini yang semakin ketat mengakibatkan adanya perang tarif, operator-operator yang ada berlomba-lomba untuk menetapkan harga yang paling murah untuk menarik pelanggan. Namun akhir-akhir ini persaingan sudah mulai bergeser ke arah persaingan dalam hal pelayanan (service) dan infrastruktur (network). Dalam hal ini memberikan peluang bagi Smartfren yang beroperasi di frekuensi 1900 Mhz, dimana terpisahnya saluran data dengan saluran suara. Ditambah dengan adanya VAS (value added system), seperti layanan internet dan Blackberry. 3. Faktor pembeli. Kesamaan jasa yang ditawarkan oleh operator-operator relatif sama. Hal ini menyebabkan kekuatan tawar menawar dari pelanggan atau pengguna jasa telekomunikasi menjadi sangat dominan. Dengan begitu operator-operator

55 127 yang ada dituntut untuk memberikan fasilitas lebih bagi pelanggannya. Smartfren memperhatikan hal ini sebagai peluang untuk lebih memuaskan pelanggan, salah satunya memberikan fasilitas delivery order dan juga pengembangan value added system yang sudah ada. 4. Faktor pemasok. Pemasok dalam industri telekomunikasi adalah penyedia sarana infrastruktur. Banyaknya perusahaan yang menjadi pemasok yang tersebar di berbagai negara, seperti ZTE, Ericson, Nokia, Siemens, dan lain-lain. Dengan banyaknya pilihan pemasok yang bisa diajak untuk bekerjasama, menyebabkan kekuatan tawar-menawar dari para pemasok untuk mempengaruhi ketersediaan prasarana infrastruktur relative kecil. Smartfren mengadakan kerjasama dengan ZTE untuk produk modem dan juga handphone android, sehingga mendapat bahan baku dari Cina yang lebih murah jika dibandingkan dengan harga dari pemasok lainnya. 5. Faktor produk substitusi. Komunikasi melalui handphone akan lebih praktis dan sifatnya mobile. Berkembangnya teknologi yang difasilitasi dengan adanya internet, memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berkomunikasi dengan mudah. Adanya pengembangan teknologi ini memunculkan aplikasi-aplikasi yang dapat menjadi pengganti dari handphone itu sendiri seperti : WhatsApp, Yahoo Messenger, Line, Viber, Skype, WeChat. Smartfren meningkatkan pelayanannya dengan memasukkan fasilitas internet dalam produknya, dan menambahkan fitur-fitur seperti facebook, twitter, mig 33 serta meningkatkan

56 128 speed koneksi internet pada handphone. Selain itu Smartfren menyediakan fasilitas wireless berlangganan bagi customer. Dengan adanya produk pengganti yang beragam seperti ini, disatu sisi memberikan dampak positif bagi Smartfren, yaitu memunculkan peluang bisnis, dengan meningkatnya permintaan dari pelanggan terhadap data service, namun juga memberikan dampak negatif yang akan dihadapi Smatfren yaitu, akan semakin padatnya trafik pada jaringan yang ada, dapat menyebabkan gangguan pelayanan. Dalam hal ini faktor adanya produk pengganti, mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi kelangsungan semua perusahaan operator provider baik GSM maupun CDMA, seperti Smartfren. 4.3 Analisis lingkungan internal SI/TI perusahaan. Dalam analisis lingkungan internal SI/TI perusahaan ini membahas mengenai sumber daya SI/TI yang ada di Smartfren. Analisis ini akan mencakup analisis CSF dan Balanced Scorecard. Berikut ini merupakan analisis CSF dan balanced scorecard. Perspektif financial. Tabel CSF dan balanced scorecard dengan perspektif financial. Tujuan CSF Indikator Aplikasi yang digunakan Pendapatan dari SAP, ZSmart layanan data.,zsmart QSM. Mewujudkan kinerja keuangan yang positif. ± ribu pelanggan data baru per bulan. Rasio ARPU (voice: data) = ribu : 50 ribu, per bulan. Kebutuhan SI Data pendapatan per pelanggan, data transaksi pelanggan, data intensitas penggunaan aplikasi yang sering dipakai, data service BTS.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis dan perencanaan sistem informasi dan teknologi

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis dan perencanaan sistem informasi dan teknologi 165 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan. Dari hasil analisis dan perencanaan sistem informasi dan teknologi informasi terhadap Smartfren, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 5.1.1 Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Perusahaan Saat ini kemajuan teknologi informasi semakin berkembang. Semakin banyak produk-produk yang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan teknologi informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah perkembangan teknologi yang berbasis telekomunikasi. Ini menyebabkan

Lebih terperinci

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk

Analisis Industri Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Industrial Competitive Analysis Dosen: Drs Ahmad Jamli, MA Telekomunikasi PT XL Axiata, Tbk Kelompok 2: Candra WP Dwi Joko PWA Eri Ardono S PT XL Axiata, Tbk Pada tahun 1996, XL mulai beroperasi secara

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS Kiki Alibasah Dosen Jurusan Sistem Informasi STMIK Sumedang Email : kikialibasah78@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. EP beroperasi secara komersial pada 8 Oktober 1996, dengan NPWP

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. EP beroperasi secara komersial pada 8 Oktober 1996, dengan NPWP BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. EP beroperasi secara komersial pada 8 Oktober 1996, dengan NPWP 01.345.276.8-091.000 dan PKP 23/02/1996. Perusahaan ini bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama jangka waktu empat tahun terhitung sejak tahun 2006 hingga tahun

BAB I PENDAHULUAN. Selama jangka waktu empat tahun terhitung sejak tahun 2006 hingga tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama jangka waktu empat tahun terhitung sejak tahun 2006 hingga tahun 2010, pendapatan XL meningkat tiga kali lipat dari Rp 6,4 triliun menjadi Rp 17,6 triliun.

Lebih terperinci

BAB 3. PT Metrotech Jaya Komunika diumumkan.

BAB 3. PT Metrotech Jaya Komunika diumumkan. 47 BAB 3 GAMBARAN UMUM S IS TEM INFORMAS I YANG S EDANG BERJALAN 3.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1.1 Sejarah Perusahaan Didirikan pada bulan April 2003, awalnya bernama PT Hexindo International, PT Metrotech

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi komunikasi saat ini tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat umum tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya perkembangan bisnis operator

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini. Tercatat ada 8operator yang bermain dalam industri

BAB I : PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini. Tercatat ada 8operator yang bermain dalam industri BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi selular di Indonesia berkembang begitu pesat pada dasawarsa terakhir ini. Tercatat ada 8operator yang bermain dalam industri telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. atas kesimpulan atas permasalahan yang terjadi pada PT. AXIS Telekom 5.1 KESIMPULAN LATAR BELAKANG PERMASALAH PERUSAHAAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. atas kesimpulan atas permasalahan yang terjadi pada PT. AXIS Telekom 5.1 KESIMPULAN LATAR BELAKANG PERMASALAH PERUSAHAAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab kelima ini, penulis akan merumuskan kesimpulan dari hasil penelitian yang sebelumnya telah dijabarkan di bab empat. Bab ini akan terdiri atas kesimpulan atas permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III METODOLOGI PENELITIAN 21 Bab III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1.Sejarah singkat Perusahaan. Telkomsel merupakan operator seluler terbesar di Indonesia yang memiliki pelanggan hingga 65 juta atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam dunia teknologi dan telekomunikasi menempatkan industri telekomunikasi seluler menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan beberapa bagian lainnya yang meliputi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Meliputi daerah mana saja jangkauan penjualan produk PT. Best Denki

LAMPIRAN. 1. Meliputi daerah mana saja jangkauan penjualan produk PT. Best Denki LAMPIRAN Wawancara 1 1. Meliputi daerah mana saja jangkauan penjualan produk PT. Best Denki Indonesia? Target saat ini sampai tahun 2010 masi tetap di daerah Jakarta. Mulai dari Jakarta Barat, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Telkom Flexi Telkom Flexi atau yang dikenali sebagai Flexi adalah salah satu produk telepon fixed wireless yang dikeluarkan oleh

Lebih terperinci

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS BAB VI ANALISA STRATEGI BERSAING AXIS Telekom Indonesia 6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS AXIS saat ini merupakan perusahaan telekomunikasi selular no 4 di Indonesia, di atasnya adalah Telkomsel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan akan berkomunikasi dimana dan kapan saja merupakan sebuah tuntutan manusia yang dinamis pada saat ini. Salah satu kebutuhan tersebut adalah komunikasi data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian penerapan model dss untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk telekomunikasi ini secara garis besar akan dijelaskan dalam dua bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi di Indonesia merupakan industri yang sangat penting dan strategis, karena dengan telekomunikasi pemerintah dan masyarakat bisa mempercepat informasi

Lebih terperinci

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI BAB 2. FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI 2.1 TELKOM FLEXI PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, tidak sedikit industri yang bergerak di bidang telekomunikasi berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. penting, tidak sedikit industri yang bergerak di bidang telekomunikasi berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalsisasi seperti sekarang, komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat penting, tidak sedikit industri yang bergerak di bidang telekomunikasi berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluler besar yang menggunakan teknologi berbasis GSM yaitu PT.

BAB I PENDAHULUAN. seluler besar yang menggunakan teknologi berbasis GSM yaitu PT. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri telekomunikasi adalah salah satu industri bisnis yang paling kompetitif dan berkembang pesat saat ini. Komunikasi tidak hanya dijadikan sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak Pemerintah mengubah pola pengelolaan sektor telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi melalui UU No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indosat Tbk adalah salah satu perusahaan penyelenggara jasa

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indosat Tbk adalah salah satu perusahaan penyelenggara jasa 50 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Indosat Tbk adalah salah satu perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi dan informasi terkemuka di Indonesia yang menyediakan layanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. melalui Five Forces Porter Analysis dan analisis SWOT, maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. melalui Five Forces Porter Analysis dan analisis SWOT, maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap lingkungan eksternal dan internal melalui Five Forces Porter Analysis dan analisis SWOT, maka dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tantangan sektor telekomunikasi semakin bertambah. Karena kebutuhan

I. PENDAHULUAN. tantangan sektor telekomunikasi semakin bertambah. Karena kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia dan arus globalisasi yang cepat, menunjukkan bahwa tantangan sektor telekomunikasi semakin bertambah. Karena kebutuhan masyarakat yang semakin maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Market Share Operator Selular Indonesia Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Market Share Operator Selular Indonesia Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif khususnya di bidang jasa telekomunikasi dan informasi, penyedia jasa berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT

STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT STRATEGI PEMASARAN DEALER YAMAHA AMIE JAYA UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN MENGGUNAKAN MATRIKS BCG DAN ANALISIS SWOT Nama : Fitria Shinta Dewi NPM : 13213551 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Eva Karla, SE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi terbaru. Seiring dengan meningkatnya pengguna telepon seluler (smart

BAB I PENDAHULUAN. informasi terbaru. Seiring dengan meningkatnya pengguna telepon seluler (smart 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin cepatnya laju telekomunikasi di Indonesia yang menuntut perkembangan informasi yang beredar di masyarakat memaksa para pengguna provider untuk bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perluasan coverage atau jangkauan dari suatu operator seluler dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perluasan coverage atau jangkauan dari suatu operator seluler dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perluasan coverage atau jangkauan dari suatu operator seluler dapat dilakukan tidak hanya pada cakupan nasional dengan membangun BTS (Base Transmission Station) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh perusahaan milik negara mulai tahun 1961. Pengembangan dan modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN ANALISIS SWOT DAN MATRIK BCG DI PT CHINA INTERNASIONAL RAYA LEGOK

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN ANALISIS SWOT DAN MATRIK BCG DI PT CHINA INTERNASIONAL RAYA LEGOK 1 STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN ANALISIS SWOT DAN MATRIK BCG DI PT CHINA INTERNASIONAL RAYA LEGOK Oleh RetnoPutri Nanda (e-mail : retnotujuhbelas@gmail.com) Pembimbing : TitinEkowati, S.E.,M.Sc (e-mail

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Telekomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Telekomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Industri Telekomunikasi Persaingan industri telekomunikasi, beberapa tahun terakhir semakin ketat. Hal ini terbukti dari budget belanja iklan industri

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sangat pesat. Salah satunya pada perkembangan telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana semakin banyak dan beragamnya produk - produk yang ditawarkan oleh perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manfaat kompetisi yang semakin ketat di sektor telekomunikasi kini mulai dirasakan oleh masyarakat luas. Persaingan teknologi dan persaingan bisnis antar-operator telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang makin meningkat seiring perkembangan teknologi dan era

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang makin meningkat seiring perkembangan teknologi dan era I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di dalam industri telekomunikasi menunjukan peningkatan yang semakin tinggi baik antara operator jaringan seluler yang berbasis GSM dan operator jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanskap bisnis telekomunikasi mengalami perubahan yang sangat cepat, tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun persaingan. Dari sisi teknologi

Lebih terperinci

Laporan Hasil Wawancara. Narasumber : Bapak Imam M.R. (Wireless Broadband Access Manager ICT Centre Jakarta)

Laporan Hasil Wawancara. Narasumber : Bapak Imam M.R. (Wireless Broadband Access Manager ICT Centre Jakarta) L1 LAMPIRAN 1 Laporan Hasil Wawancara Narasumber : Bapak Imam M.R (Wireless Broadband Access Manager ICT Centre Jakarta) 1. Apakah sistem informasi yang menjadi kebutuhan perusahaan saat ini, mengingat

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI. menghubungkan strategi dan perencanaan TI dengan bisnis strategic intention. Konteks strategi bisnis

BAB 4 PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI. menghubungkan strategi dan perencanaan TI dengan bisnis strategic intention. Konteks strategi bisnis BAB 4 PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI 4.1 Demand/ Supply Planning Demand/ Supply Planning merupakan kebutuhan strategi TI sebagai demand dan perencanaan strategi TI sebagai solusi kebutuhan TI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia. baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pendidikan, bisnis, kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Umum Industri Telekomunikasi di Indonesia Telekomunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, baik untuk mendukung kegiatan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Penutup 6-1

BAB 6 PENUTUP. Penutup 6-1 BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Hasil analisis pengolahan data yang telah dilakukan, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : a. Faktor-faktor yang menjadi petimbangan pelanggan untuk menggunakan dan memilih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Strategi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Berdasarkan John Ward dan Joe Peppard (2002, hal 44), strategi sistem informasi adalah suatu kebutuhan organisasi

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dalam upaya untuk meningkatkan target penjualan, maka berdasarkan dari hasil analisis dan usulan perbaikan kerja dapat disimpulkan bahwa: 1) Berdasarkan hasil pengolahan data

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM

BAB 3 ANALISIS SISTEM BAB 3 ANALISIS SISTEM 3.1 Analisis 3.1.1 Latar Belakang Perusahaan PT Bina Karakter Bangsa merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan. Perusahaan ini didirikan oleh Rudy Susilo, Swanky

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman serta era globalisasi yang semakin maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi. Sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang didapat dari analisis adalah :

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang didapat dari analisis adalah : BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan yang didapat dari analisis adalah : Dari segi politik terdapat perundang-undangan yang mengatur mengenai pemenuhan bahan baku Industri pulp dan paper terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Organisasi PT. Kairos Utama Indonesia adalah perusahaan konsultan IT yang didirikan pada tahun 2005. Kairos fokus pada solusi IT melalui teknologi Microsoft,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan Industri telekomunikasi di dunia sudah semakin maju dan semakin dibutuhkan adanya, termasuk di Indonesia sendiri industri tersebut sudah seperti

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 34 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Gambaran Umum Smartfren 3.1.1 Latar Belakang Smartfren adalah satu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh PT Telecom (Smart) dan PT Mobile-8 Telecom Tbk (Mobile-8) di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi, telepon genggam menjadi salah satu kebutuhan yang penting untuk berkomunikasi bagi seluruh masyarakat. Saat ini, hampir

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Segmentation, Targetting, dan Positioning penelitiaan 6.1.1.1 Segmentation terdiri dari dari 2: Segmentasi berdasarkan demografi: a. Jenis kelamin: Pria

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang peralatan kantor dan sarana pendidikan. Perusahaan ini didirikan di

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang peralatan kantor dan sarana pendidikan. Perusahaan ini didirikan di BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Arori Jaya Business Machines merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peralatan kantor dan sarana pendidikan. Perusahaan ini didirikan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan CV. Abadi Jaya Seluler adalah perusahaan yang menjadi salah satu dealer distributor XL sejak tahun 2005 dan terus berkembang. Dengan jumlah Karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telekomunikasi saat ini memegang peranan penting pada setiap lini kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA

ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA SKRIPSI Oleh Vina Anggrainy 1100055890 Widi Pratama 1100056571

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses globalisasi dan merupakan sebuah fenomena yang memberikan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses globalisasi dan merupakan sebuah fenomena yang memberikan perubahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi dan sistem informasi merupakan faktor penting dalam proses globalisasi dan merupakan sebuah fenomena yang memberikan perubahan secara dramatis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam beberapa tahun terakhir telah mendukung perkembangan kegiatan pemasaran dan mendorong percepatan

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan

Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Rencana Pengembangan Strategi Perusahaan Untuk Meningkatkan Kualitas Perusahaan Nyoman Ayu Nila Dewi STMIK STIKOM BALI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi atau komunikasi di Indonesia sudah sedemikian pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang memasuki dunia globalisasi.

Lebih terperinci

Pendahuluan. Metode Pengerjaan. Hasil Analisis

Pendahuluan. Metode Pengerjaan. Hasil Analisis Pendahuluan Metode Pengerjaan Hasil Analisis Unit Otonom ABC merupakan unit otonom yang khusus mengelola gedung perkantoran dari perusahaan induk PT. Krakatau Steel Dalam membantu kegiatan proses bisnisnya,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. bergerak di bidang sistem integrator, yang menyediakan solusi-solusi bagi

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. bergerak di bidang sistem integrator, yang menyediakan solusi-solusi bagi BAB AALISIS SISTEM YAG SEDAG BERJALA. Sejarah Organisasi PT Indonusa System Integrator Prima adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang sistem integrator, yang menyediakan solusi-solusi bagi pelanggannya.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. Timbangan baik mekanik maupun elektronik.

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. Timbangan baik mekanik maupun elektronik. BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi 3.1.1 Perkembangan Organisasi Perusahaan PT. Indah Sakti terbentuk pada Januari tahun 2004 atas prakarsa dan tujuan serta gagasan, misi yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA BERDASARKAN PERSPEKTIF PELANGGAN DAN PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL PADA PT XL AXIATA TBK

PENGUKURAN KINERJA BERDASARKAN PERSPEKTIF PELANGGAN DAN PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL PADA PT XL AXIATA TBK PENGUKURAN KINERJA BERDASARKAN PERSPEKTIF PELANGGAN DAN PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL PADA PT XL AXIATA TBK Disusun Oleh : FAZRI AKBAR (32411755) Latar Belakang Tujuan Perusahaan Strategi Pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi persaingan usaha yang semakin meningkat membuat perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi persaingan usaha yang semakin meningkat membuat perusahaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi persaingan usaha yang semakin meningkat membuat perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dalam menetapkan strategi yang tepat bagi perusahaan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi, dunia usaha dituntut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dijabarkan berbagai kesimpulan yang didapat. Dari kuesioner yang diadakan, bisa ditarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang cepat dan mudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang cepat dan mudah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang cepat dan mudah menjadi hal yang penting dan harus terpenuhi bagi masyarakat secara umum. Hal ini akan menuntut produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan teknologi sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Selama kurang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan teknologi sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Selama kurang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan teknologi sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Selama kurang lebih dua puluh tahun ini dunia mengalami perkembangan yang begitu pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, tercatat 10 operator telepon di Indonesia. Telkom (PT

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, tercatat 10 operator telepon di Indonesia. Telkom (PT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hingga saat ini, tercatat 10 operator telepon di Indonesia. Telkom (PT Telkom), Telkomsel (PT Telekomunikasi Selular), Satelindo (PT Indosat Tbk.) dan XL (PT

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITAN. PT. Hutchison CP Telecommunications adalah perusahaan penyedia jasa

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITAN. PT. Hutchison CP Telecommunications adalah perusahaan penyedia jasa BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITAN 4.1 PT. Hutchison CP Telecommunications PT. Hutchison CP Telecommunications adalah perusahaan penyedia jasa telekomunikasi yang berkembang pesat dan beroperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor pendapatan ekonomi di suatu negara. Bahkan menjadi tolak ukur maju tidaknya ekonomi suatu wilayah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi di negara ini, banyak muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. LatarBelakang Layanan jasa oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai penyedia listrik adalah satu hal yang vital bagi kelangsungan hidup perusahaan, pelanggan selalu menuntut

Lebih terperinci

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Pemikiran Konseptual Pemikiran konseptual pada penelitian ini didasarkan pada pencarian dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh Jatis Mobile dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi pada akhir abad ke-20 telah membawa suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan pandangan para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E ( Telecommunication, Information, Media and Edutaiment)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo

BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN 3.1 Analisa Sistem Berjalan 3.1.1 Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo P.T Berkat Jaya Komputindo pertama kali didirikan pada tanggal 5 Januari 1999,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT Indosat Tbk. adalah salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. PT Indosat Tbk. adalah salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Indosat Tbk. adalah salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. Perusahaan ini menawarkan saluran komunikasi untuk

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria Konsultan manajemen stratejik dan pengembangan organisasi ririsatria@yahoo.com Topik hari ini Review tentang strategi. Pengenalan strategi pemasaran. Pengenalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam bidang pemasaran produk untuk mendapatkan pangsa pasar yang tinggi kini semakin ketat. Ketatnya persaingan tersebut ditambah pula dengan semakin kritisnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen dicecar dengan banyaknya iklan dan promosi penurunan tarif, kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumen dicecar dengan banyaknya iklan dan promosi penurunan tarif, kini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membuat persaingan usaha menjadi semakin ketat. Konsumen dicecar dengan banyaknya iklan dan promosi penurunan tarif, kini kompetisi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Seiring berkembangnya era globalisasi di Indonesia, banyak muncul industri-industri serta perusahaan baru, salah satu bidang tersebut adalah industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membuka suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membuka suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi membuka suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dan di sisi lain keadaan tersebut memunculkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya

BAB 1 PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini dunia dipenuhi dengan tumbuh pesatnya industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini, teknologi dan informasi memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan informasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion 40 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Market Assessment SWOT Porter s Five Forces Marketing Strategy Business Plan Conclusion Gambar 3.1 Kerangka Pikir 41 3.2. Penjelasan Kerangka Pikir Pertama-tama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini banyak mengalami kemajuan. Hal ini ditandai dengan banyak munculnya perusahaan-perusahaan baru, baik yang berskala besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap. lingkunagan baik secara langsung maupun tidak langsung telah

BAB I PENDAHULUAN. cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap. lingkunagan baik secara langsung maupun tidak langsung telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap lingkunagan baik secara langsung

Lebih terperinci

Prosedur Menjalankan Program

Prosedur Menjalankan Program Prosedur Menjalankan Program Gambar 4. 55 Login Page : Taowi ERP Login page merupakan halaman awal saat memasuki web Taowi ERP dimana halaman ini digunakan oleh user ketika mereka ingin menggunakan sistem.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Terhadap Obyek Studi Sekilas tentang PT XL Axiata Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Terhadap Obyek Studi Sekilas tentang PT XL Axiata Tbk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Terhadap Obyek Studi 1.1.1. Sekilas tentang PT XL Axiata Tbk PT XL Axiata Tbk. ( XL atau Perusahaan ) didirikan pada tanggal 6 Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi memunculkan banyaknya perubahan, khususnya di bidang teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1984,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Gambar 5. 1 Kuadran Analisa SWOT

BAB V ANALISA DATA. Gambar 5. 1 Kuadran Analisa SWOT BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisis SWOT 5.1.1 Kuadran Analisa SWOT Gambar 5. 1 Kuadran Analisa SWOT Kuadran 1 menggambarkan bahwa situasi yang sangat baik karena ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan bisnis bergerak (nirkabel) di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas jasa full mobility, yang seringkali disebut sebagai bisnis celullar, dan jasa limited

Lebih terperinci