IDENTIFIKASI SPESIES RUMINANSIA DENGAN METODE PCR-RFLP PADA GEN SITOKROM b MITOKONDRIA JUITA SIREGAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI SPESIES RUMINANSIA DENGAN METODE PCR-RFLP PADA GEN SITOKROM b MITOKONDRIA JUITA SIREGAR"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI SPESIES RUMINANSIA DENGAN METODE PCR-RFLP PADA GEN SITOKROM b MITOKONDRIA JUITA SIREGAR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Identifikasi Spesies Ruminansia dengan Metode PCR-RFLP pada Gen Sitokrom b Mitokondria adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Juita Siregar B

4

5 ABSTRAK JUITA SIREGAR. Identifikasi Spesies Ruminansia dengan Metode PCR-RFLP pada Gen Sitokrom b Mitokondria. Dibimbing oleh WAHONO ESTHI PRASETYANINGTYAS dan KUSDIANTORO MOHAMAD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi spesies ruminansia dengan metode PCR-RFLP pada gen sitokrom b dari DNA mitokondria. Sampel jaringan sapi, domba, kambing, dan kerbau diperoleh dari pasar di sekitar Bogor; sampel rusa, anoa, dan banteng dari koleksi Laboratorium Embriologi; serta sampel kijang dan kancil dari koleksi Laboratorium Anatomi. DNA diisolasi dengan menggunakan metode presipitasi amonium asetat. PCR- RFLP menggunakan primer universal sitokrom b dengan panjang fragmen 359 bp dan amplikon dipotong dengan enzim restriksi Hinf I dan Alu I. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa DNA dari sampel sapi, domba, kambing, kerbau, dan anoa dapat diamplifikasi. DNA dari sampel rusa, kijang, kancil, dan banteng tidak dapat diamplifikasi. Enzim Hinf I dapat memotong amplikon sapi, domba, kambing, dan anoa tetapi tidak untuk kerbau. Enzim Alu I dapat memotong amplikon sapi, kerbau, dan anoa tetapi tidak untuk kambing dan domba. Penelitian ini dapat membedakan antara sampel anoa dengan sampel ruminansia domestik lainnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk identifikasi spesies ruminansia, terutama untuk anoa. Kata kunci: Alu I, DNA, Hinf I, PCR-RFLP, ruminansia, sitokrom b

6

7 ABSTRACT JUITA SIREGAR. Species Identification of Ruminants Using PCR-RFLP Analysis of Mitochondrial Cytochrome b Gene. Supervised by WAHONO ESTHI PRASETYANINGTYAS and KUSDIANTORO MOHAMAD. The aim of this research is to identify the species of ruminants using PCR- RFLP analysis of mitochondrial cytochrome b gene. Cattle, sheep, goat, and buffalo tissues collected from Bogor market; bull, deer, and anoa tissues from collection of Embryology Laboratorium; kancil and muntjak tissues from collection of Anatomy Laboratorium. DNA were extracted using ammonium acetate precipitation. PCR-RFLP were performed using universal primers of cytochrome b gene with a 359 bp of fragment and then the amplicon were digested using restriction enzymes of Hinf I and Alu I. The result showed that DNA from cattle, sheep, goat, buffalo, and anoa could be amplified, and DNA from deer, kancil, muntjak, and bull couldn t be amplified. Hinf I were capable to digest cattle, sheep, goat, and anoa amplicons but not buffalo amplicon. Alu I were capable to digest cattle, buffalo, and anoa amplicon but not sheep and goat amplicons. The assay was succesfully discriminated between anoa and the other domestic ruminants. The results of this study is expected to be used as basic information for tissue ruminant species identification, especially for anoa. Keywords: Alu I, cytochrome b, DNA, Hinf I, PCR-RFLP, ruminant

8

9 IDENTIFIKASI SPESIES RUMINANSIA DENGAN METODE PCR-RFLP PADA GEN SITOKROM b MITOKONDRIA JUITA SIREGAR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

10

11

12

13 PRAKATA Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus atas segala kasih karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian yang berjudul Identifikasi Spesies Ruminansia dengan Metode PCR-RFLP pada Gen Sitokrom b Mitokondria. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Drh Wahono Esthi Prasetyaningtyas, MSi PAVet selaku pembimbing skripsi pertama, bapak Drh Kusdiantoro Mohamad, MSi PAVet selaku pembimbing skripsi kedua, ibu Dr Drh Ita Djuwita, Mphil PAVet (K) (alm) untuk teladan dan ilmunya, ibu Dr Drh Ni Luh Putu Ika Mayasari yang telah memberikan bantuan bahan penelitian, Bapak Wahyudin, Amd selaku staf Laboratorium Embriologi FKH IPB, staf Laboratorium Pendidikan dan Layanan Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan IPB, bapak penulis Djaparo Siregar (alm), ibu penulis Romina Simbolon untuk doanya yang luar biasa, semua saudara-saudara penulis untuk dukungan dan semangatnya, Dwi Budiono, Putri Ekandini, Fitri Susana, Siti Khadijah, Deny Putra Romadhon, dan Fatimah sebagai teman sepenelitian, Komisi Kesenian PMK IPB sebagai wadah untuk bertumbuh, serta semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Semoga karya tulis ini bermanfaat. Bogor, September 2014 Juita Siregar

14

15 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Ruminansia 2 PCR-RFLP 2 DNA mitokondria 3 METODE PENELITIAN 4 Tempat dan Waktu Penelitian 4 Alat dan Bahan Penelitian 4 Prosedur Penelitian 4 Pengumpulan Sampel 4 Ekstraksi DNA Genom dari Jaringan 5 Amplifikasi DNA Mitokondria dengan PCR 5 Pemotongan Amplikon dengan Enzim Restriksi Hinf I dan Alu I 6 Pembacaan Hasil Menggunakan Elektroforesis 6 Penghitungan Ukuran Fragmen Restriksi 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Isolasi DNA 7 Amplifikasi DNA 7 Restriksi Amplikon 8 SIMPULAN 11 DAFTAR PUSTAKA 11 LAMPIRAN 14 RIWAYAT HIDUP 16

16 DAFTAR TABEL 1 Taksonomi sembilan jenis ruminansia 2 2 Ukuran fragmen hasil pemotongan dengan menggunakan enzim pemotong 9 DAFTAR GAMBAR 1 Hasil elekroforesis ekstraksi DNA pada gel agarosa 1% 7 2 Amplikon hasil amplifikasi DNA dengan menggunakan primer universal sitokrom b pada gel agarosa 1,5% 8 3 Visualisasi fragmen pemotongan amplikon sitokrom b menggunakan enzim Hinf I pada gel agarosa 2% 9 4 Visualisasi fragmen pemotongan amplikon sitokrom b menggunakan enzim Alu I pada gel agarosa 2% 10 DAFTAR LAMPIRAN 1 Penghitungan manual fragmen restriksi Hinf I pada sampel anoa 14 2 Penghitungan manual fragmen restriksi Alu I pada sampel anoa 15

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jenis ruminansia beragam. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2013, jumlah ruminansia domestik yang diternakkan meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Ruminansia yang telah didomestikasi biasanya digunakan sebagai sumber protein hewani bagi manusia. Beberapa jenis ruminansia yang telah didomestikasi di antaranya adalah sapi (Bos taurus), kerbau (Bubalus bubalis), domba (Ovis aries), dan kambing (Capra hircus). Selain itu juga terdapat beberapa jenis ruminansia liar di Indonesia yang sifatnya dilindungi di antaranya kancil (Tragalus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak), rusa (Cervus timorensis), banteng (Bos javanicus), dan anoa (Bubalus quarlesi). Beberapa tahun terakhir populasi ruminansia liar di Indonesia semakin menurun karena adanya penyakit, perburuan, dan perdagangan ilegal. Ancaman terhadap perdagangan ilegal dari hewan ruminansia liar dari Indonesia harus ditekan serendah mungkin agar keanekaragaman hayati Indonesia tetap terjaga. Salah satu cara untuk mempertahankan keanekaragaman hayati adalah dengan mengetahui data molekuler dari spesies tersebut. Data molekuler hewan berguna untuk mempelajari ekologi dan manajemen satwa liar (DeYoung dan Honeycutt 2005). Selain itu, data molekuler juga dapat digunakan untuk identifikasi spesies pada daging atau bagian tubuh hewan yang diperdagangkan secara ilegal. Salah satu cara untuk mengetahui data molekuler dari spesies hewan adalah dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) menggunakan gen sitokrom b dari DNA mitokondria. Analisis PCR-RFLP adalah salah satu teknik pertama yang digunakan untuk mendeteksi variasi pada tingkat sekuens DNA (Fatchiyah dan Arumingtyas 2011). Metode PCR-RFLP berdasarkan gen sitokrom b dari DNA mitokondria sudah digunakan secara luas untuk mengetahui data molekuler hewan, misalnya untuk identifikasi spesies burung (Wibowo 2009), ikan (Saputra 2009), dan sapi-sapi asli Indonesia (Mohamad et al. 2009). Metode PCR-RFLP dapat digunakan untuk mengidentifikasi sampel biologi dan produk asal hewan yang tidak dikenali (Prusak et al. 2005). Keuntungan dari PCR-RFLP adalah biaya yang digunakan tidak mahal dan membutuhkan waktu yang lebih singkat jika dibandingkan dengan sekuensing DNA (Pfeiffer et al. 2004). Selain itu, metode PCR-RFLP cocok untuk membuat linkage map yaitu peta untuk mengidentifikasi lokus gen yang spesifik dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengidentifikasi perbedaan pada tingkat populasi, spesies, atau individu. PCR-RFLP merupakan teknik yang sederhana tetapi sensitif digunakan sebagai penanda spesifik untuk menganalisis kesamaan dan variasi gen-gen (Fatchiyah dan Arumingtyas 2011).

18 2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi spesies ruminansia berdasarkan perbedaan fragmen restriksi pada gen sitokrom b dari DNA mitokondria melalui metode PCR-RFLP. Manfaat Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi dasar untuk identifikasi spesies ruminansia dengan memotong amplikon menggunakan enzim restriksi Hinf I dan Alu I, terutama untuk anoa. TINJAUAN PUSTAKA Ruminansia Ruminansia merupakan hewan mamalia berkuku genap (ungulata). Kata ruminan berasal dari bahasa latin yaitu ruminare yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak. Hewan ruminansia umumnya herbivora sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose, dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar. Ruminansia juga sering disebut polygastric animal karena lambungnya terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Sapi, domba, kambing, kerbau, rusa, kancil, kijang, banteng, dan anoa termasuk ke dalam filum chordata, kelas mamalia, ordo artiodactyla dengan famili, genus dan spesies dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Taksonomi sembilan jenis ruminansia penelitian Jenis Famili Genus Spesies Sumber Sapi Bovidae Bos B. taurus Linnaeus 2014a Domba Bovidae Ovis O. aries Linnaeus 2014b Kambing Bovidae Capra C. hircus Linnaeus 2014c Kerbau Bovidae Bubalus B. bubalis Linnaeus 2014d Rusa Cerevidae Cervus C. timorensis Blainville 2014 Kancil Trangulidae Tragalus T. javanicus Osbeck 2014 Kijang Cerevidae Muntiacus M. muntjak Zimmermann 2014 Banteng Bovidae Bos B. javanicus D'Alton 2014 Anoa Bovidae Bubalus B. quarlesi Ouwens 2014 PCR-RFLP Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu teknik untuk menggandakan jumlah DNA pada ruas-ruas tertentu dan monomer-monomer nukleotida yang berjalan dengan bantuan primer dan enzim polymerase (Williams 2005). Menurut Muladno (2010), PCR merupakan prosedur efektif untuk sintesa

19 DNA secara in vitro dengan bantuan enzim polymerase dan oligonukleotida sebagai primer untuk menggandakan jumlah molekul DNA secara spesifik melalui perubahan suhu. Proses PCR terdiri dari tiga tahapan: 1) Denaturasi, yaitu perubahan struktur DNA utas ganda menjadi utas tunggal, 2) Annealing, yaitu penempelan primer pada sekuens DNA komplementer yang akan diperbanyak, 3) Ekstensi yaitu pemanjangan primer oleh DNA polymerase, yang dilakukan dalam satu siklus amplifikasi (Sambrook et al. 1989). Deteksi restriction fragment length polymorphism setelah dilakukan PCR (PCR-RFLP) dilakukan berdasarkan adanya kemungkinan untuk membandingkan profil pita-pita yang dihasilkan setelah dilakukan pemotongan oleh enzim restriksi terhadap DNA target atau individu yang berbeda. Perbedaan panjang fragmen dapat dilihat setelah dilakukan elektroforesis pada gel, hibridisasi, dan visualisasi. Aplikasi teknik PCR-RFLP biasa digunakan untuk mendeteksi diversitas genetik, hubungan kekerabatan, sejarah domestikasi, asal dan evolusi suatu spesies, aliran genetik (genetic drift) dan seleksi, pemetaan keseluruhan genom, pengamanan gen-gen target yang akan diekspresikan (tagging gene), mengisolasi gen-gen yang berguna dari spesies liar serta mengonstruksi pustaka DNA (Fatchiyah et al. 2011). PCR-RFLP merupakan metode yang mempunyai akurasi tinggi dan mudah ditransfer antar laboratorium. Menurut Yuwono (2006), terdapat empat komponen utama pada proses PCR yaitu: 1) DNA cetakan, yaitu fragmen DNA yang akan dilipatgandakan, 2) oligonukleotida primer, yaitu sekuen oligonukleotida pendek (15-20 basa nukleotida) yang digunakan untuk mengawali sintesa rantai DNA, 3) deoksiribonukleotida trifosfat (dntp), terdiri atas datp, dctp, dgtp, dttp, serta 4) enzim DNA polymerase, yaitu enzim yang melakukan katalis reaksi sintesis terhadap rantai DNA. Komponen lain yang juga penting adalah senyawa buffer. Teknologi PCR mensyaratkan bagian tertentu dari sekuen DNA yang akan dilipatgandakan harus diketahui terlebih dahulu sebelum proses pelipatgandaan tersebut dilakukan. Metode PCR-RFLP memanfaatkan urutan nukleotida yang dikenali oleh enzim restriksi dan disebut dengan situs restriksi. Jika situs restriksi mengalami mutasi maka enzim restriksi tidak mampu mengenalinya. Analisis PCR-RFLP biasa digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya keragaman pada gen yang berhubungan dengan sifat ekonomis (Sumantri et al. 2007). 3 DNA Mitokondria DNA mitokondria merupakan DNA sitoplasmik yang pada umumnya berbentuk sirkuler, terdiri dari DNA utas berat (heavy strand) dan DNA utas ringan (light strand) (Sartika et al. 2000). Akhir-akhir ini studi keragaman genetik menggunakan mtdna sangat berkembang, karena mtdna mempunyai jumlah turunan yang tinggi, ukurannya kecil sehingga dapat dipelajari secara utuh dan pada daerah control region/displacement-loop (D-loop) mtdna mempunyai variasi basa yang berevolusi dengan cepat. Hsieh et al. (2001) menyatakan bahwa persentase dari keragaman sekuen antar spesies yang berbeda berkisar antara 5, % dan persentase dari keragaman sekuen dalam spesies yang sama berkisar antara %. DNA mitokondria lebih banyak digunakan karena lebih cepat dalam mengidentifikasi spesies daripada DNA nuklear, mengandung sekuen yang

20 4 lebih beragam dan dapat mengidentifikasi spesies yang memiliki kekerabatan yang dekat (Brown et al. 1996). METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan dan Layanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dalam kurun waktu Januari Juni Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat diseksi, timbangan analitik, mikropipet μl, mikropipet μl, mikropipet μl, mikrotip, tabung eppendorf 1.5 ml, tabung PCR, tabung erlenmeyer, gelas piala, vortex mixer, sentrifus, microwave, waterbath, electrophoresis, ultraviolet transluminator, automatic thermal cycler GeneAMP PCR System 9700 (Applied Biosystem), dan lemari pendingin 4 ºC dan -20 ºC. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging sapi, kerbau, domba, kambing, kancil, kijang, rusa, anoa dan jaringan kulit banteng. Bahan lain yang digunakan adalah pure water (milli-q), larutan lysis buffer (Tris- HCl 10 mm, EDTA 25 mm, NaCl 100 mm, SDS 0.5% pada ph 8), Proteinase K, larutan RNAse, larutan ammonium asetat 5 M, isopropanol, etanol 70%, larutan TAE (Tris Asetat EDTA) 1 X, loading dye 6 X (Bromophenol blue 0.25%, Xylene cyanol RF 0.25% sucruze dalam H 2 O 40%), ethidium bromida, Invitrogen PCR Reagen Supermix, serta universal oligonukleotida sitokrom b (cyt b) primers, yaitu cyt b-1-5 CCA TCC AAC ATC TCA GCA TGA TGA AA-3 dan cyt b-2-5 CCC CTC AGA ATG ATA TTT GTC CTC TCA-3, Hinf I (10 U/µl) dan Alu I (10 U/µl). Prosedur Penelitian Pengumpulan sampel Pengumpulan sampel berupa daging sapi (Bos taurus), kerbau (Bubalus bubalis), domba (Ovis aries), kambing (Capra hircus) didapatkan dari penjual daging di sekitar Bogor dan disimpan dalam refrigerator. Sampel berupa kulit banteng (Bos javanicus), daging rusa (Cervus timorensis) dan daging anoa (Bubalus quarlesi) diperoleh dari koleksi Laboratorium Embriologi. Kulit banteng dipreservasi dalam alkohol 70%, daging anoa dipreservasi dalam DMSO 25% dan daging rusa disimpan dalam refrigerator. Daging kancil dan kijang diperoleh dari koleksi Laboratorium Anatomi yang dipreservasi dalam formalin 10%.

21 Ekstrasi DNA Genom dari Jaringan Sampel daging dan kulit diekstraksi dengan menggunakan metode presipitasi ammonium asetat (Sambrook et al. 1982). Untuk jaringan yang dipreservasi dalam formalin, jaringan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam larutan alkohol 70% selama 48 jam dengan penggantian alkohol dua kali, selanjutnya jaringan dimasukkan ke dalam larutan lisis buffer selama 48 jam dengan penggantian lisis buffer dua kali. Sementara untuk jaringan kulit yang dipreservasi dalam alkohol 70% dimasukkan ke dalam larutan lisis buffer selama 24 jam tanpa penggantian larutan lisis buffer (Shiozawa et al. 1992). Sebanyak 100 mg jaringan diambil dan dihancurkan dengan menggunakan penumbuk hingga halus kemudian dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1.5 ml. Jaringan tersebut kemudian dilarutkan dalam larutan lisis buffer sebanyak 500 l dan diinkubasi dengan menggunakan waterbath selama 1 jam pada suhu 55 ºC. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 6 µl proteinase K (10 mg/ml) dan diinkubasi kembali selama 3 jam pada suhu 55 ºC atau satu malam. Sebanyak 3 µl RNAse solution (20 mg/ml) ditambahkan dan dicampur merata dengan cara membolak-balikkan larutan sebanyak 25 kali, setelah itu diinkubasi pada suhu 37 ºC selama menit. Larutan yang ada dalam tabung disimpan dan didiamkan di dalam pecahan es selama 30 menit, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan g selama 30 menit pada suhu 4 ºC. Setelah dilakukan sentrifugasi, larutan tersebut akan terpisah menjadi endapan di bagian bawah dan supernatan di bagian atas tabung. Supernatan tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang baru. Larutan ammonium acetate 5 M sebanyak 500 µl dimasukkan ke dalam tabung eppendorf yang berisi supernatan, kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vortex pada kecepatan maksimum selama 20 detik dan didiamkan selama 10 menit. Setelah itu, larutan tersebut disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm, pada suhu 4 ºC selama 15 menit. Supernatan hasil sentrifugasi dipindahkan ke dalam tabung eppendorf baru yang sebelumnya telah diisi 600 µl isopropanol absolut pada suhu ruang. Larutan dihomogenkan dengan cara membolak-balik tabung kemudian didiamkan selama satu malam pada suhu ruangan hingga terbentuk endapan DNA. Setelah satu malam, larutan disentrifugasi pada kecepatan rpm pada suhu 4 ºC selama 5 menit sehingga DNA akan terlihat sebagai endapan putih kecil. Supernatan dibuang dan apabila diperlukan endapan dapat dilakukan sentrifugasi ulang untuk membuang sisa isopropanol. Endapan yang tersisa kemudian ditambahkan 500 µl alkohol 70% dingin, kemudian dihomogenkan dengan cara membolak-balikkan tabung beberapa kali untuk membantu pencucian DNA. Setelah itu larutan tersebut disentrifugasi pada kecepatan g selama 1 menit. Supernatan (sisa alkohol) dibuang secara hati-hati supaya endapan tidak terikut. Endapan yang tersisa kemudian dikeringkan pada suhu kamar atau pada suhu 75 ºC selama 5 menit. Setelah endapan tersebut kering, ke dalam tabung ditambahkan µl ddh2o (MQ) dan didiamkan selama semalam atau diinkubasi pada suhu 60 ºC selama 3 menit atau 55 ºC selama menit untuk melarutkan DNA. 5 Amplifikasi Fragmen DNA Mitokondria dengan PCR Proses amplifikasi fragmen DNA mitokondria dilakukan dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Reaksi PCR

22 6 menggunakan primer universal sitokrom b dengan urutan basa cyt b-1-5 CCA TCC AAC ATC TCA GCA TGA TGA AA-3 dan cyt b-2-5 CCC CTC AGA ATG ATA TTT GTC CTC TCA-3 (359 bp). Larutan reaksi terdiri dari 3 μl templat DNA, primer sitokrom b1 (10 μm) dan primer sitokrom b2 (10 μm) masing-masing 1 μl, dan Invitrogen PCR Reagen Supermix 45 μl, sehingga total volume dalam 1 reaksi PCR adalah 50 μl. Tabung PCR yang sudah berisi larutan tersebut dimasukan ke dalam mesin PCR GeneAMP PCR System 9700 yang sudah diprogram. Siklus yang digunakan dimulai dengan 1 siklus denaturasi awal pada suhu 95 C selama 5 menit, dilanjutkan dengan 35 siklus yang terdiri dari (i) denaturasi pada suhu 95 C selama 45 detik, (ii) annealing primer pada suhu 55 C selama 45 detik, (iii) extention pada suhu 72 C selama 1 menit, kemudian diakhiri dengan 1 siklus extention akhir pada suhu 72 C selama 3 menit. Pemotongan Amplikon dengan Enzim Restriksi Hinf I dan Alu I Proses pemotongan DNA hasil amplifikasi (amplikon) dilakukan dengan menggunakan enzim Hinf I dan Alu I. Reagen yang digunakan dalam pemotongan DNA hasil PCR dengan Hinf I dan Alu I secara berurutan adalah ddh2o sebanyak 12 µl, kemudian larutan buffer sebanyak 2.5 µl, setelah itu dicampurkan enzim Hinf I atau Alu I (10 U/µl) sebanyak 0.5 µl (5 unit), serta DNA hasil PCR sebanyak 10 µl sehingga diperoleh volume total 25 µl. DNA hasil PCR yang dipotong selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 2 jam untuk pemotongan dengan Hinf I dan selama 1 jam pada suhu 37 ºC untuk pemotongan dengan Alu I. Pembacaan Hasil Menggunakan Elektroforesis Hasil ekstraksi dibaca secara kualitatif dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa 1% dalam 1 TAE buffer. Hasil PCR dibaca dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa 1.5% dan hasil pemotongan amplikon dengan enzim Hinf I dan Alu I menggunakan elektroforesis gel agarosa 2%. Ultraviolet transluminator digunakan untuk melihat pendar pita setelah elektroforesis. Penghitungan Ukuran Fragmen Restriksi Sampel DNA pada foto hasil elektroforesis diukur besarnya dengan menggunakan kertas Semi-Log (One Cycle Semi-Log). Langkah pertama dalam pengukuran sampel DNA adalah menentukan sumbu y untuk berat molekul (pasangan basa atau bp untuk berat molekul DNA) serta sumbu x untuk jarak migrasi DNA (dalam cm). Setelah itu, migrasi DNA ladder pada foto diukur dan diplot pada kertas Semi-Log sehingga terbentuk garis lurus/miring. Langkah berikutnya adalah pengukuran migrasi DNA setiap sampel atau fragmen restriksi kemudian diplot pada kertas Semi-Log sehingga dapat diketahui berat molekul (bp) DNA setiap sampel atau fragmen restriksi (Sambrook et al. 1982).

23 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Hasil elektroforesis DNA pada agarosa 1% menunjukkan DNA dari sapi, domba, kambing, kerbau, dan banteng terlihat jelas, sedangkan DNA dari rusa dan anoa terlihat sangat tipis. Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi DNA sampel mencukupi untuk dilihat dengan elektroforesis. DNA dari sampel kancil dan kijang tidak terlihat pada hasil elektroforesis. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi DNA tidak ada atau belum mencukupi untuk dilihat dengan elektroforesis. Gambar 1 Hasil elekroforesis ekstraksi DNA sampel pada gel agarosa 1%. (a) sapi (b) domba (c) kambing (d) kerbau (e) rusa (f) kancil (g) kijang (h) banteng (i) anoa Secara umum masalah yang sering dialami ketika melakukan ekstraksi DNA adalah ukuran DNA pendek, DNA patah-patah selama proses isolasi, dan adanya metabolit sekunder yang ikut terisolasi (Fatchiyah et al. 2011). Kondisi penyimpanan sampel dan metode ektraksi DNA dapat mempengaruhi kualitas dan jumlah DNA sampel yang diperoleh. Hasil ekstraksi DNA menggunakan kit lebih baik dibandingkan dengan ekstraksi secara konvensional (Shrivastava et al. 2012). Selain itu, jenis preservasi sampel juga berpengaruh terhadap hasil ekstraksi DNA. Sampel yang dipreservasi dalam formalin lebih sulit diekstraksi daripada sampel yang dipreservasi pada DMSO 25% atau alkohol 70%. Kandungan formalin yang terdapat pada sampel dapat mengganggu proses presipitasi DNA sehingga dibutuhkan perlakuan khusus untuk mengurangi kandungan formalin dalam sampel (Shiozawa et al. 1992). Amplifikasi DNA Amplifikasi DNA dengan menggunakan primer sitokrom b menghasilkan amplikon dengan panjang fragmen 359 bp. Ukuran panjang fragmen yang dihasilkan sesuai dengan primer yang digunakan. Hasil elektroforesis menunjukkan bahwa DNA yang diekstrak dari sampel sapi, domba, kambing,

24 8 kerbau, dan anoa memiliki DNA yang cukup dan berhasil diamplifikasi dengan PCR. Sedangkan DNA dari sampel rusa dan banteng tidak ada atau belum mencukupi sehingga tidak berhasil diamplifikasi dengan PCR. Gambar 2 Amplikon hasil amplifikasi DNA dengan menggunakan primer universal sitokrom b pada gel agarosa 1.5%. (a) sapi (b) domba (c) kambing (d) kerbau (e) rusa (h) banteng (i) anoa Kegagalan dalam amplifikasi pada sampel rusa dan banteng dapat disebabkan beberapa faktor seperti konsentrasi ekstraksi DNA yang sedikit dan kontaminan di dalam DNA sehingga mengganggu proses PCR. Kontaminan yang umum ditemukan di antaranya polisakarida yang dapat menghambat aktivitas Taq polimerase atau polifenol teroksidasi yang akan mengikat DNA secara kovalen (Fatchiyah et al. 2011). Selain itu, lama preservasi dan jenis preservasi sampel juga mempengaruhi kualitas dan jumlah DNA yang diperoleh (Shrivastava et al. 2012). Amplifikasi DNA dengan metode PCR pada penelitian ini menggunakan gen sitokrom b (cyt b). Sitokrom b adalah bagian dari sitokrom pada transpor elektron yang terletak di rantai respirasi mitokondria dan dikodekan oleh DNA mitokondria. DNA mitokondria lebih banyak digunakan karena lebih cepat dalam mengidentifikasi spesies daripada DNA nuklear, selain itu juga mengandung sekuen yang lebih beragam jika dibandingkan dengan DNA nuklear dan juga dapat mengidentifikasi spesies yang memiliki kekerabatan yang dekat (Brown et al. 1996). Restriksi Amplikon Amplikon hasil PCR yang dipotong dengan menggunakan enzim Hinf I dan Alu I menunjukkan fragmen pemotongan yang sesuai menurut Meyer et al. (1995) untuk sampel sapi, domba, kambing, dan kerbau (Tabel 2). Sedangkan untuk anoa belum ada yang melaporkan dan dilakukan penghitungan secara manual (Lampiran 1 dan 2). Hasil pemotongan dengan enzim Hinf I menunjukkan amplikon sapi dapat dipotong menjadi tiga fragmen yaitu 198 bp, 117 bp, dan 44 bp, amplikon domba dan kambing menjadi dua fragmen yaitu 198 bp dan 161 bp, amplikon anoa

25 menjadi dua fragmen yaitu 200 bp dan 159 bp, dan amplikon kerbau tidak terpotong (Tabel 2, Gambar 3). Fragmen amplikon anoa yang terpotong berbeda dengan fragmen ruminansia domestik lainnya. Tabel 2 Ukuran fragmen hasil pemotongan dengan menggunakan enzim restriksi Fragmen DNA (bp) setelah Spesies pemotongan dengan enzim restriksi Sumber Hinf I Alu I Sapi (Bos taurus) 198, 117, , 169 Meyer et al Domba (Ovis aries) 198, Kambing (Capra hircus) 198, Kerbau (Bubalus bubalis) - 190, 169 Anoa (Bubalus quarlesi) 200, , 179 Penelitian* *Penghitungan manual 9 Gambar 3 Visualisasi fragmen pemotongan amplikon sitokrom b pada gel agarosa 2% menggunakan enzim Hinf I. (a) sapi (b) domba (c) kambing (d) kerbau (i) anoa Hasil pemotongan dengan enzim Alu I menunjukkan amplikon sapi dan kerbau dapat dipotong menjadi dua fragmen yaitu 190 bp dan 169 bp, amplikon anoa menjadi dua fragmen yaitu 180 bp dan 179 bp. Sedangkan amplikon domba dan kambing tidak dapat dipotong karena tidak memiliki titik restriksi (Tabel 2, Gambar 4).

26 10 Gambar 4 Visualisasi fragmen pemotongan amplikon sitokrom b pada gel agarosa 2% menggunakan enzim Alu I. (a) sapi (b) domba (c) kambing (d) kerbau (i) anoa Pemotongan amplikon dengan menggunakan enzim Hinf I menunjukkan bahwa enzim tersebut dapat memotong amplikon sapi, domba, kambing, dan anoa. Domba dan kambing memiliki ukuran fragmen amplikon yang sama jika dipotong dengan enzim Hinf I sehingga enzim Hinf I tidak bisa digunakan untuk membedakan sampel kambing dan domba. Enzim Hinf I juga tidak dapat digunakan untuk mendeteksi sampel kerbau karena tidak dapat memotong amplikon. Pemotongan amplikon dengan menggunakan enzim Hinf I dapat digunakan untuk membedakan sampel sapi, kerbau, dan anoa dengan sampel domba atau kambing. Sampel anoa dapat dibedakan dari semua jenis sampel ruminansia domestik dengan enzim Hinf I. Enzim Alu I tidak dapat digunakan untuk membedakan sampel kerbau dan sapi karena amplikon yang terpotong memiliki ukuran fragmen yang sama. Enzim Alu I juga tidak dapat digunakan untuk mendeteksi sampel kambing dan domba karena tidak dapat memotong amplikon. Tetapi enzim ini sangat efektif untuk membedakan sampel anoa dengan sampel yang lain. Identifikasi spesies dengan metode PCR-RFLP pada sitokrom b DNA mitokondria telah banyak dilakukan untuk keperluan forensik (Bravi et al. 2004). Teknik ini dapat digunakan untuk mengetahui campuran dari daging yang diperjualbelikan di pasar. Daging kerbau dan anoa sangat mungkin dipalsukan karena masih dalam satu genus. Sebelumnya telah terdapat penelitian mengenai analisis diversitas kerbau domestik dengan anoa berdasarkan sekuensing sitokrom b DNA mitokondria (Kikkawa et al. 1999). Identifikasi sampel anoa dan kerbau dapat dilakukan dengan metode PCR-RFLP karena lebih mudah dan membutuhkan waktu yang singkat dibandingkan dengan sekuensing. Sejauh ini, PCR-RFLP dengan enzim Hinf I dan Alu I menjadi pertama kali dilaporkan dapat secara efektif membedakan sampel anoa dengan kerbau dan juga dengan ruminansia domestik lainnya seperti sapi, domba, dan kambing.

27 11 SIMPULAN Enzim Hinf I dapat digunakan untuk mengidentifikasi DNA sapi, domba, kambing, dan anoa karena dapat memotong amplikon dengan ukuran fragmen yang berbeda tetapi tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerbau. Enzim Alu I dapat digunakan untuk mengidentifikasi sapi, kerbau, dan anoa karena dapat memotong amplikon. Enzim Alu I tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi kambing dan domba. Enzim Hinf I dan Alu I dapat digunakan untuk membedakan anoa dengan ruminansia lainnya seperti sapi, domba, kambing, dan kerbau. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Populasi ternak di Indonesia. [Internet]. [diunduh 17 April 2014]. Tersedia pada: sub/view.php. Blainville Cervus timorensis. [Internet]. [diunduh 9 September 2014]. Tersedia pada: Bravi CM, Liron JP, Mirol PM, Ripoli MV, Garcia PP, Giovambattista G A simple method for domestic animal identification in Argentina using PCR-RFLP analysis of cytochrome b gene. Leg Med. 6: Brown JR, Beckenbach K, Beckenbach AT, Smith MJ Length variation, heteroplasmy and sequence divergence in the mitochondrial DNA of four species of sturgeon (Acipenser). Genetics. 142: D'Alton Bos javanicus. [Internet]. [diunduh 9 September 2014]. Tersedia pada: DeYoung RW, Honeycutt RL The molecular toolbox: genetic techniques in wildlife ecology and management. J Wildlife Manage. 69(4): Fatchiyah, Arumingtyas EL Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP). Di dalam: Fatchiyah, Arumingtyas EL, Widyarti S, Rahayu S. Biologi Molekular-Prinsip Dasar Analisis. Jakarta (ID): Erlangga. hlm Fatchiyah, Rahayu S, Arumingtyas EL Isolasi DNA. Di dalam : Fatchiyah, Arumingtyas EL, Widyarti S, Rahayu S. Biologi Molekular-Prinsip Dasar Analisis. Jakarta (ID): Erlangga. hlm Hsieh HM, Chiang HL, Tsai LC, Lai SY, Huang NE, Linnere A, Lee LCI Cytochrome b gene for species identification of the conservation animals. Foren Sci Int. 122:7-18. Kikkawa Y, Yonekawa H, Suzuki H, Amano T Analysis of genetic diversity of domestic water buffaloes and anoas based on variations in the mitochondrial gene for cytochrome b. Anim Genet. 28: Linnaeus. 2014a. Bos taurus. [Internet]. [diunduh 9 September 2014]. Tersedia pada: Linnaeus. 2014b. Ovis aries. [Internet]. [diunduh 9 September 2014]. Tersedia pada:

28 12 Linnaeus. 2014c. Capra hircus. [Internet]. [diunduh 9 September 2014]. Tersedia pada: Linnaeus. 2014d. Bubalus bubalis. [Internet]. [diunduh 9 September 2014]. Tersedia pada: #NCBI. Meyer R, Hofelein C, Luthy J, Candrian U Polymerase chain reactionrestriction fragment length polymorphism analysis: a simple method for species identification in food. J AOAC Int. 78(6): Mohamad K, Ollson M, van Tol HTA, Mikko S, Vlamings BH, Andersson A, Martinez HR, Purwantaro B, Paling RW, Colenbrander B, et al On the origin of Indonesia cattle. Plos One. 4(5):1 6. Muladno Teknologi Rekayasa Genetika. Edisi Kedua. Bogor (ID): IPB Pr. Osbeck Tragalus javanicus. [Internet]. [diunduh 9 september 2014]. Tersedia pada: Ouwens Bubalus quarlesi. [Internet]. [diunduh 9 september 2014]. Tersedia pada: Pfeiffer I, Burger J, Brenig B Diagnostic polymorphism in the mitochondrial cytochrome b gene allow discrimination between cattle, sheep, goat, roe buck, and deer by PCR-RFLP. BMC Genetics. 5: Prusak B, Grzybowski T, Bednarek J Cytochrome b gene (cytb) in analysis of anonymous biological traces and its application in veterinary diagnostics and animal conservation. Anim Sci Pap Rep. 23(4): Sambrook J, Maniatis T, Fritsch FF Molecular Clonning: A Laboratory Manual. New York (US): Cold Spring Harbour Lab Pr. Sambrook J, Fritsch EF, Manuatis T Molecular Cloning, A Laboratory Manual. 3rd Ed. New York (US): Cold Spring Harbour Lab Pr. Saputra D Gambaran restriction fragment length polymorphism (RFLP) gen sitokrom b DNA mitokondria dari sembilan spesies ikan air tawar konsumsi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sartika T, Duryadi D, Mansjoer SS, Gunawan B Genetic diversity of native chicken based on analysis of D-Loop mtdna marker. JITV. 5(2): Shiozawa DK, Kudo J, Evans RP, Woodward SR, Williams RN DNA extraction from preserved trout tissues. Great Basin Nat. 52(1): Shrivastava K, Thakur MS, Tomar MPS, Shrivastav AB, Parmar SNS Extraction of genomic DNA from formaline fixed tissues of different wild avian species. Ann Biol Res. 3(7): Sumantri C, Anggraeni A, Farajallah A, Perwitasari D Keragaman mikrosatelit DNA sapi perah FH di balai pembibitan ternak unggul Baturaden. JITV. 12: Wibowo DA Restriction fragment length polymorphism (rflp) gen sitokrom b DNA mitokondria dari delapan spesies burung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Williams JL The use of marker-assisted selection in animal breeding and biotechnology. Rev Sci Tech of Int Epiz. 24: Yuwono T Teori Dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Yogyakarta (ID): CV Andi Offset.

29 Zimmermann Muntiacus muntjak. [Internet]. [diunduh 9 September 2014]. Tersedia pada: 13

30 14 Lampiran 1 Penghitungan manual fragmen restriksi Hinf I pada sampel anoa Berat molekul (bp) Jarak migrasi DNA (cm) Keterangan : DNA ladder 100 bp : 2 cm 200 bp : 1.5 cm 300 bp : 1.3 cm Fragmen restriksi anoa 1 : 1.5 cm (200 bp) Fragmen restriksi anoa 2 : 1.7 cm (159 bp)

31 15 Lampiran 2 Penghitungan manual fragmen restriksi Alu I pada anoa Berat molekul (bp) Jarak migrasi DNA (cm) Keterangan : DNA ladder 100 bp : 2 cm 200 bp : 1.5 cm 300 bp : 1.3 cm Fragmen restriksi anoa 1 : 1.6 cm (180 bp) Fragmen restriksi anoa 2 : 1.62 cm (179 bp)

32 16 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumatera Utara pada 13 Desember 1992 dari ayah Djaparo Siregar (alm) dan ibu Romina Simbolon. Penulis adalah anak kesepuluh dari sepuluh bersaudara. Penulis menghabiskan masa sekolah SD sampai SMA di Muara. Lulus dari SD Lobutangga tahun 2004 kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Muara lulus pada tahun Tahun 2010 lulus dari SMA Negeri 1 Muara dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten pada mata kuliah Embriologi dan Genetika Perkembangan dan mata kuliah Penghayatan Profesi Kedokteran Hewan pada tahun ajar 2012/2013. Selain itu penulis mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiwa Penelitian dengan judul Pemanfaatan Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata) sebagai Obat Anti Kanker Akibat Infeksi Virus Marek Pada Ayam Petelur dan berhasil didanai Dikti pada tahun Penulis juga tercatat sebagai anggota Himpro Ruminansia FKH IPB, dan aktif dalam Komisi Kesenian PMK IPB.

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR 1 (PIT1) PADA KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DAN SAPI FH (Friesian-Holstein) SKRIPSI RESTU MISRIANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

molekul-molekul agarose. Proses elektroforesis diawali dengan pembuatan gel sebagai medianya yaitu agarose dilarutkan ke dalam TAE 10 X 50 ml yang

molekul-molekul agarose. Proses elektroforesis diawali dengan pembuatan gel sebagai medianya yaitu agarose dilarutkan ke dalam TAE 10 X 50 ml yang Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengisolasi DNA genom yang berasal dari darah sapi segar. Selanjutnya hasil dari isolasi tersebut akan diimplifikasikan dengan teknik in- vitro menggunakan PCR (Polimerase

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Kolokium Ajeng Ajeng Siti Fatimah, Achmad Farajallah dan Arif Wibowo. 2009. Karakterisasi Genom Mitokondria Gen 12SrRNA - COIII pada Ikan Belida Batik Anggota Famili Notopteridae. Kolokium disampaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat gambaran secara sistematis,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan terhadap sampel yang dikoleksi selama tujuh bulan mulai September 2009 hingga Maret 2010 di Kabupaten Indramayu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH 62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Materi Sampel DNA Primer

METODE Waktu dan Tempat Materi Sampel DNA Primer METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai dengan bulan Pebruari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak Bagian Pemuliaan dan Genetika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang digunakan hanya primer GE 1.10 dengan suhu annealing sebesar 49,5 o C yang dapat dianalisis

Lebih terperinci

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Della Rinarta, Roza Elvyra, Dewi Indriyani Roslim Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini meliputi kegiatan lapang dan kegiatan laboratorium. Kegiatan lapang dilakukan melalui pengamatan dan pengambilan data di Balai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. dua lembar plastik transparansi dan semua sisinya direkatkan hingga rapat.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. dua lembar plastik transparansi dan semua sisinya direkatkan hingga rapat. (Polyacrilamide Gel Elektroforesis) 5,5% pada tegangan 85 V selama 6 jam. Standar DNA yang digunakan adalah ladder (Promega) Gel polyacrilmide dibuat dengan menggunakan 30 ml aquades, 4 ml 10xTBE, 5,5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Lampiran 1. Data dan analisis karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. 1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) Srihanto, E.A, Setiaji, G, Rumpaka, R dan Firwantoni Balai Veteriner Lampung Jalan Untung Suropati

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR Tujuan: i) Mengerti metode umum mengisolasi DNA ii) Mengisolasi DNA dari buah dan sel-sel epithelial mulut iii) Mengerti dan mempraktek teknik PCR dengan sempel DNA

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga April 2010 bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

The Origin of Madura Cattle

The Origin of Madura Cattle The Origin of Madura Cattle Nama Pembimbing Tanggal Lulus Judul Thesis Nirmala Fitria Firdhausi G352080111 Achmad Farajallah RR Dyah Perwitasari 9 Agustus 2010 Asal-usul sapi Madura berdasarkan keragaman

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD Herdiyana Fitriani Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)

Lebih terperinci

The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik)

The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik) The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik) Penting: Jangan lupa selalu memberi label pada tabung Eppi dengan hati-hati. Untuk pipet: Pipet 1000 (biru): gunakan tips biru dan hanya untuk memipet 100-1000

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hewan Babi Hewan babi berasal dari Genus Sus, Linnaeus 1758 mempunyai bentuk hidung yang rata sangat khas, hewan ini merupakan jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya keingintahuan peneliti terhadap hasil suatu aktivitas. Metode penelitian ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki banyak bangsa sapi dan hewan-hewan lainnya. Salah satu jenis sapi yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gambaran yang sistematis dengan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE A.

III. MATERI DAN METODE A. III. MATERI DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2015. Proses isolasi DNA, simplex-pcr dan duplex-pcr dilaksanakan di Sub Laboratorium

Lebih terperinci

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION Disusun oleh : Vallery Athalia Priyanka NPM : 130801398 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juli 2012, yang bertempat di Laboratorium Genetika dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2016. Preparasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Fakultas Teknobiologi

Lebih terperinci