HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. dua lembar plastik transparansi dan semua sisinya direkatkan hingga rapat.
|
|
- Suhendra Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 (Polyacrilamide Gel Elektroforesis) 5,5% pada tegangan 85 V selama 6 jam. Standar DNA yang digunakan adalah ladder (Promega) Gel polyacrilmide dibuat dengan menggunakan 30 ml aquades, 4 ml 10xTBE, 5,5 ml acrilamide, 150 µl APS (Amonium peroxodisulfate) 2,5 %, dan 25 µl TEMED (Tetra Methyle Ethylene Diamine). Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan metode Silver Staining. Proses Silver Staining adalah sebagai berikut. Setelah proses elektroforesis selesai, gel acrilamide dilepas dari cetakannya dan direndam dalam larutan 0,2 g CTAB (cetyl trimethyl ammonium bromide) dan 200 ml aquades kemudian digoyang berlahan selama 20 menit. Kemudian larutan dibuang dan gel dibilas dengan 200 ml aquades lalu digoyang selama 15 menit. Setelah itu air dibuang, digantikan dengan larutan 2,4 ml amonia (NH 4OH), 200 ml aquades dan digoyang selama 20 menit. Setelah selesai, larutan dibuang dan dimasukkan campuran 0,48 gram perak nitrat (AgNO 3), 120 µl NaOH, 1,2 ml amonia, dan 200 ml aquades lalu digoyang 20 menit. Lalu larutan dibuang dan gel dibilas dengan 200 ml aquades dan digoyang selama 15 menit. Aquades kemudian dibuang dan digantikan dengan larutan 4 g natrium karbonat (Na 2CO 3), 100 µl FA (formaldehid), dan 200 ml aquades lalu digoyang sampai terlihat adanya pita DNA. Setelah seluruh pita muncul, larutan tersebut segera dibuang dan digantikan dengan larutan 0,2 ml asam asetat dan 200 ml aquades. Untuk penyimpanan, gel diletakkan diantara dua lembar plastik transparansi dan semua sisinya direkatkan hingga rapat. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Amplifikasi Daerah D-Loop DNA Mitokondria Amplifikasi daerah D-Loop mtdna pada kerbau dengan menggunakan primer dan menghasilkan fragmen yang berukuran sekitar 1361 pb (Gambar 6). Semua sampel yang berhasil diamplifikasi oleh primer tersebut menunjukkan ukuran yang sama pb 1361 pb 1000 pb T1 T2 T3 T4 T5 IAJ INB AJ AB NJ1 NJ2 NJ3 NB1 NB2NB3 Gambar 6 Amplifikasi D-loop dengan PCR. Hasil PCR dielektroforesis pada gel agarosa. Berdasarkan sekuen acuan genom DNA mitokondria B. bubalis yang berasal dari Haikou-Cina (Qian 2004) pada Gen- Bank Database (NCBI) dengan kode akses NC_ (Lampiran 1) menghasilkan fragmen berukuran 1361 pb yang tersusun atas trna Thr (53 pb), trna Pro (50 pb), D-Loop (931 pb), trna Phe (82 pb), dan 12S rrna yang berukuran 245 pb (Gambar 7). Hasil PCR trna Pro trna Thr 1361 pb 931 pb D-Loop trna Phe 12S rrna Gambar 7 Peta pemotongan sekuen acuan berdasarkan Gene-Bank pada B. bubalis.
2 c. Pemotongan dengan enzim restriksi Rsa I (GT\AC). Pemotongan dengan enzim restriksi Rsa I menghasilkan dua pita DNA yang berukuran 284 pb dan 1077 pb (Gambar 12). Berdasarkan sekuen acuan, dihasilkan tujuh pita DNA yang masing-masing berukuran 262 pb, 84 pb, 35 pb, 20 pb, 7 pb, 19 pb, dan 934 pb (Gambar 13). Lokasi situs pemotongan Rsa I pada sekuen acuan dapat dilihat pada lampiran 4. Lokasi situs pemotongan Hinc II pada sekuen acuan dapat dilihat pada lampiran pb 200 pb 158 pb 1077 pb TI T2 T3 T4 T5 IAJ INB AJ AB NJ1 NJ2 NJ3 NB1 NB2 NB3 Gambar 14 Hasil pemotongan dengan Hinc II. 200 pb Gambar 12 Hasil pemotongan dengan Rsa I. Perkiraan situs pemotongan berdasarkan sekuen acuan. 284 pb pb 262 pb 284 pb IAJ INB AJ AB NJ1 NJ2 NJ3 NB1 NB2 NB3 T1 T2 T3 T4 T Gambar 13 Perbandingan hasil pemotongan dengan Rsa I. 934 pb Perkiraan situs pemotongan berdasarkan sekuen acuan pb 1143 pb Gambar 15 Perbandingan hasil pemotongan dengan Hinc II. e. Pemotongan dengan enzim restriksi Bam HI (G\GATCC) dan Eco RI (G\AATTC). Penggunaan enzim restriksi Bam HI dan Eco RI tidak menghasilkan pita hasil pemotongan (Gambar 16 dan 17) pb 158 pb d. Pemotongan dengan enzim restriksi Hinc II (GT(T/C)\(A/G)AC). Pemotongan dengan enzim restriksi Hinc II menghasilkan dua pita DNA yang berukuran 1203 pb dan 158 pb (Gambar 14). Berdasarkan sekuen acuan, dihasilkan tiga pita DNA yang masing-masing berukuran 1143 pb, 60 pb, dan 158 pb (Gambar 15).
3 1500 pb ~1361 pb T1 T2 T3 T4 T5 IAJ INB AJ AB NJ1 NJ2 NJ3 NB1 NB2 NB3 Gambar 16 Hasil pemotongan dengan Bam HI. ~1361 pb T1 T2 T3 T4 T5 IAJ INB AJ AB NJ1 NJ2 NJ3 NB1 NB2 NB3 Gambar 17 Hasil pemotongan dengan Eco RI. Pembahasan DNA mitokondria mamalia merupakan DNA ekstrakromosomal berbentuk sirkuler tertutup. Ukuran mtdna pada kerbau berdasarkan GenBank Database (NCBI) dengan kode akses NC_ adalah pb. Amplifikasi D-loop dengan menggunakan sepasang primer dan menghasilkan produk PCR yang seragam yaitu sekitar 1361 pb. Pada beberapa sampel, ditemukan pita DNA non-spesifik (non-target). Munculnya pita DNA ini disebabkan oleh kondisi PCR, yaitu pengaturan suhu yang tidak optimum pada saat proses penempelan primer (annealing), dimana semakin rendah suhu maka semakin mudah terbentuk pita DNA non-spesifik (Sambrook et al. 1989). Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat polimorfisme fragmen D-loop pada situs-situs restriksi Hae III, Alu I, Rsa I, Hinc II, Bam HI, dan Eco RI. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian pada anggota famili Bovidae yang lain yaitu sapi (Bos taurus) dan anoa (Bubalus depressicornis). Troy et al. (2001) mengatakan bahwa dari 383 sampel sapi yang dipelajari terdapat 152 haplotipe dan Rahajeng (1999) mengatakan bahwa pada anoa terdapat 7 haplotipe dari 10 sampel yang dipelajari. Fragmen D-loop yang cenderung monomorfik juga ditemukan pada hasil penelitian rusa timor (Cervus timorensis). Syafitri (2004) mengatakan bahwa tidak terdeteksi adanya variasi pada situs restriksi tertentu di daerah D-loop rusa timor, sehingga dapat dikatakan bahwa semua sampel rusa berasal dari nenek moyang yang sama. Bath et al. (1997), Amano et al. (1994), dan Misra et al. (1997) dalam Bath (1999) menyatakan adanya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mtdna pada kerbau cenderung kurang beragam. Dari 15 enzim restriksi yang digunakan untuk memotong seluruh genom mitokondria, 14 enzim tidak menunjukkan adanya variasi, kecuali pada enzim Bgl I. Laporan tersebut mengindikasikan bahwa mtdna kerbau mempunyai situs restriksi yang terkonservasi cukup tinggi, kecuali untuk Bgl I. Fragmen D-loop pada sampel kerbau tidak polimorfik dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama yaitu karena kurangnya enzim restriksi yang digunakan. Kedua yaitu kemungkinan situs pemotongan enzimenzim restriksi yang digunakan
4 berada pada daerah D-loop yang tidak hipervariabel. Daerah D-loop merupakan daerah non coding pada mitokondria yang hipervariabel dengan laju mutasi yang lebih tinggi dibanding bagian lain dari mtdna (Silva et al. 2003). Tetapi tidak semua bagian pada D-loop hipervariabel. Berdasarkan Douzery & Randi 1997, D-loop terdiri dari tiga daerah. Daerah pertama terletak terletak dekat trna Prolin. Bagian ini mengandung Terminationassociated Sequence (TAS) dan Repeated Sequence (RS). Daerah kedua terletak di tengah. Daerah ini disebut Central Conserved Region (CCR) dan dicirikan oleh adanya beberapa CSB (Conserved Sequence Blocks) yaitu F, E, D, C, dan B. Daerah ketiga. dekat trna Phenilalanin. Daerah ini mengandung Promotor untuk inisiasi transkripsi Utas Berat maupun Utas Ringan (HSP dan LSP). Pada daerah ini juga terdapat CSB 1-3 dan ruas RS (Lampiran 6). Daerah pertama dan ketiga merupakan daerah yang hipervariabel sedangkan daerah kedua relatif stabil. Hasil pemotongan dengan Hae III menunjukkan kemungkinan bahwa situs pemotongan enzim tersebut terletak pada daerah kedua. Hasil pemotongan dengan Hinc II menunjukkan kemungkinan bahwa situs pemotongan enzim tersebut terdapat pada trna Phenilalanin. Hasil pemotongan dengan Alu I menunjukkan kemungkinan bahwa situs pemotongan enzim tersebut terletak di daerah pertama, kedua, dan ketiga pada D-loop, serta di daerah 12S rrna. Hasil pemotongan dengan Rsa I menunjukkan kemungkinan bahwa situs pemotongan enzim tersebuat terdapat di daerah pertama pada D-loop. Walaupun terdapat di daerah pertama pada D-loop, diduga situs pemotongan tersebut terdapat pada bagian D-loop yang tidak variabel. Kemungkinan ketiga adalah domestikasi kerbau yang kemungkinan berpusat di Indonesia. Domestikasi yaitu perubahan substansial pada suatu spesies yang telah dipelihara oleh manusia secara turun temurun dari generasi ke generasi, baik dalam penampilan maupun perilaku sehingga spesies inipun dinyatakan sebagai spesies yang teradaptasi dengan campur tangan manusia (Wikipedia 2005). Domestikasi kerbau di Asia Tenggara diduga berlangsung pada milenium ke-2 sebelum masehi (Cockrill 1984). Fahimudin 1975 menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu pusat domestikasi kerbau di Asia Tenggara. Tempat lain yang diperhitungkan sebagai pusat domestikasi kerbau menurut Leslie 1967 adalah Laos, Kamboja, Vietnam Utara dan Selatan, serta Thailand. Karena Indonesia merupakan salah satu pusat domestikasi maka dapat dikatakan bahwa kerbau-kerbau yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia berasal dari satu nenek moyang yang kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai daerah. Dengan demikian dapat diduga bahwa kerbau-kerbau di Indonesia mempunyai D-loop dengan tingkat polimorfisme yang rendah. Kemungkinan lainnya adalah terjadinya introduksi kerbau ke Indonesia yang berasal dari satu sumber penyebaran. Karena hasil yang didapat monomorfik maka dapat disimpulkan bahwa belum didapat hubungan yang jelas antara variasi situs restriksi pada fragmen D-loop dengan warna kulit belang pada kerbau. Oleh sebab itu, berarti RFLP pada D-loop tidak dapat digunakan sebagai penciri khusus kerbau belang. Fenotip warna kulit belang pada kerbau kemungkinan dikontrol oleh gen yang
5 terdapat pada DNA inti seperti yang terdapat pada sapi. Pada sapi, gen penyandi warna kulit terdapat di DNA inti. Terdapat lima macam pola warna kulit pada sapi (Noor 2004). Sapi Hereford memiliki pola warna putih pada bagian tubuh depan dan bagian atas leher. Sapi Angus memiliki pola warna yang polos. Sapi FH (Frisien Holstein) mempunyai bercak putih tidak beraturan pada bagian tubuh yang berwarna hitam. Sapi Pinzgauer hanya berwarna pada kepala, leher, samping kiri dan kanan tubuh, sedangkan bagian tubuh lainnya berwarna putih. Terdapat sapi yang memiliki pola warna kulit campuran antara pola warna Hereford dan pola warna samping. Kelima pola warna tersebut dikontrol oleh 4 alel yaitu, S H yang mengontrol pola Hereford, alel S yang mengontrol pola warna Angus, alel s yang mengontrol pola warna FH, dan alel S c yang mengontrol pola warna samping. Derajat dominasi untuk S H, S dan s adalah S H > S > s. Gen yang berada di sebelah kanan resesif terhadap gen yang berada di sebelah kiri. Alel S C bersifat kodominan terhadap alel S H dan dominan lengkap terhadap S dan s. Sapi yang memiliki genotip S H S c akan memperlihatkan pola campuran antara pola warna Hereford dan pola warna samping. Genotipe dan Fenotipe yang berhubungan dengan warna kulit tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Genotipe dan Fenotipe beberapa Genotipe Homozigot pola warna pada sapi (Noor 2004). Genotipe Heterozigot Fenotipe S H S H S H S, S H s Pola Hereford S c S c S c S, S c s Pola samping - S H c Pola samping dengan S wajah putih SS Ss Polos ss - Pola FH Pada kerbau apakah mengikuti pola seperti pada sapi atau mengikuti pola yang lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena selama ini belum ada publikasi mengenai hal tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Amplifikasi fragmen DNA kerbau menggunakan primer dan menghasilkan produk sekitar 1361 pb. Hasil pemotongan dengan menggunakan enzim restriksi Hae III, Alu I, Rsa I, Hinc II, Bam HI, dan Eco RI tidak menunjukkan adanya variasi pada daerah D-loop (monomorfik). Hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa hal. Pertama dapat disebabkan karena enzim restriksi yang digunakan terlalu sedikit. Kedua dapat disebabkan karena situs pemotongan enzim-enzim restriksi yang digunakan berada pada daerah D-loop yang tidak hipervariabel. Ketiga dapat disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu pusat domestikasi kerbau di Asia Tenggara atau telah terjadi introduksi kerbau ke Indonesia yang berasal dari satu sumber penyebaran, sehingga dapat dikatakan bahwa kerbau-kerbau tersebut berasal dari satu nenek moyang yang sama. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa belum ditemukan hubungan antara variasi situs restriksi pada fragmen D-loop dengan warna kulit belang pada kerbau. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih akurat, seperti penggunaan enzim restriksi yang berbeda serta perbandingan hasil sequencing pada sampel yang lebih beragam dan lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Bhat PN Buffaloes. Di dalam : Payne WJA, Wilson RT. An Introduction to
Oleh: Evi Luvina Dwisang G
ANALISIS DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA KERBAU BELANG (Bubalus bubalis) DENGAN MENGGUNAKAN ENZIM RESTRIKSI (PCR- RFLP) Oleh: Evi Luvina Dwisang G04499075 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN
Lebih terperinciGambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST AluI) Amplifikasi fragmen gen CAST AluI dilakukan dengan menggunakan mesin PCR dengan kondisi annealing 60 0 C selama 45 detik, dan diperoleh produk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Daerah D-loop Amplifikasi daerah D-loop DNA mitokondria (mtdna) pada sampel DNA sapi Bali, Madura, Pesisir, Aceh, dan PO dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Applied
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki banyak bangsa sapi dan hewan-hewan lainnya. Salah satu jenis sapi yang terdapat di Indonesia adalah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Hormon Pertumbuhan (GH) Amplifikasi gen hormon pertumbuhan pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, dan BET Cipelang; serta sapi pedaging (sebagai
Lebih terperinciHASIL Amplifikasi Ruas Target Pemotongan dengan enzim restriksi PCR-RFLP Sekuensing Produk PCR ruas target Analisis Nukleotida
2 sampai ke bagian awal gen trna Phe. Komposisi reaksi amplifikasi bervolume 25 µl adalah sampel DNA sebagai cetakan 2 µl (10-100 ng), 2,5nM Primer 2 µl; Taq polimerase (New England Biolabs) 1 unit beserta
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau
PENGANTAR Latar Belakang Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau Wild Mallard). Proses penjinakan telah terjadi berabad-abad yang lalu dan di Asia Tenggara merupakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang digunakan hanya primer GE 1.10 dengan suhu annealing sebesar 49,5 o C yang dapat dianalisis
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara umum telah dilakukan secara turun temurun meskipun dalam jumlah kecil skala rumah tangga, namun usaha tersebut telah
Lebih terperinciLampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid
LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit Amplifikasi DNA mikrosatelit pada sapi Katingan dianalisis menggunakan tiga primer yaitu ILSTS073, ILSTS030 dan HEL013. Ketiga primer tersebut dapat mengamplifikasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel
16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian terhadap urutan nukleotida daerah HVI mtdna manusia yang telah banyak dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa fenomena munculnya rangkaian poli-c merupakan fenomena
Lebih terperinciThe Origin of Madura Cattle
The Origin of Madura Cattle Nama Pembimbing Tanggal Lulus Judul Thesis Nirmala Fitria Firdhausi G352080111 Achmad Farajallah RR Dyah Perwitasari 9 Agustus 2010 Asal-usul sapi Madura berdasarkan keragaman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan
Lebih terperinciKolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria
Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. 3.2 Objek Penelitian DNA ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) yang resisten dan sensitif
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal
TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Genetik Ternak Lokal Keanekaragaman ternak sapi di Indonesia terbentuk dari sumber daya genetik ternak asli dan impor. Impor ternak sapi Ongole (Bos indicus) atau Zebu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam, dimana kondisi lingkungan geografis antara suku yang satu dengan suku yang lainnya berbeda. Adanya
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sumber :
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein merupakan bangsa sapi perah yang banyak terdapat di Amerika Serikat dengan jumlah sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang ada. Sapi ini
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan Lumbrokinase merupakan enzim fibrinolitik yang berasal dari cacing tanah L. rubellus. Enzim ini dapat digunakan dalam pengobatan penyakit stroke. Penelitian mengenai lumbrokinase,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas
11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Koleksi sampel dilakukan pada beberapa lokasi di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciterkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh
PEMBAHASAN UMUM Kebutuhan pangan berupa beras di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi di masa datang kemampuan pertanian di Indonesia untuk menyediakan beras
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian
12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis DNA 4.1.1 Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA merupakan langkah awal dalam analisis molekuler. Masalah-masalah yang timbul dalam ekstraksi DNA merupakan hal yang penting
Lebih terperinciLampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan
39 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan buffer Asetat 20 mm ph 5,4. Larutan buffer asetat 10
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tabel 2. Rincian pengambilan contoh uji baik daun maupun kayu jati
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Dalam penelitian ini contoh uji yang digunakan dibedakan atas contoh uji daun dan kayu. Penelitian terhadap daun dan kayu dilakukan di Ruang Analisis Genetika, Laboratorium
Lebih terperinciPenelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.
Kolokium Ajeng Ajeng Siti Fatimah, Achmad Farajallah dan Arif Wibowo. 2009. Karakterisasi Genom Mitokondria Gen 12SrRNA - COIII pada Ikan Belida Batik Anggota Famili Notopteridae. Kolokium disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produk makanan olahan saat ini sedang berkembang di Indonesia. Banyaknya variasi bentuk produk makanan olahan, terutama berbahan dasar daging yang beredar
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini
Lebih terperinciPEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali
41 PEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali Sekuen individu S. incertulas untuk masing-masing gen COI dan gen COII dapat dikelompokkan menjadi haplotipe umum dan haplotipe-haplotipe
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mitokondria Mitokondria merupakan salah satu organel yang mempunyai peranan penting dalam sel berkaitan dengan kemampuannya dalam menghasilkan energi bagi sel tersebut. Disebut
Lebih terperinciANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI
1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR
IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR 1 (PIT1) PADA KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DAN SAPI FH (Friesian-Holstein) SKRIPSI RESTU MISRIANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein Sapi memiliki peran utama dalam evolusi kebudayaan manusia dan penting dalam segi ekonomi. Semua ternak sapi saat ini diperkirakan telah di domestikasi dari Bos
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti
Lebih terperinciANALISIS KERAGAMAN GENETIK KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) BERDASARKAN HAPLOTIPE DNA MITOKONDRIA
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) BERDASARKAN HAPLOTIPE DNA MITOKONDRIA (Analysis of Genetic Diversity of Local Buffaloes (Bubalus bubalis) Based on Mitochondrial DNA Haplotypes)
Lebih terperinciIII. KARAKTERISTIK AYAM KUB Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb
III. KARAKTERISTIK AYAM KUB-1 A. Sifat Kualitatif Ayam KUB-1 1. Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb Sifat-sifat kualitatif ayam KUB-1 sama dengan ayam Kampung pada umumnya yaitu mempunyai warna
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya keingintahuan peneliti terhadap hasil suatu aktivitas. Metode penelitian ini
Lebih terperinciLampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE
LAMPIRAN Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Medium kultur DMEM merupakan medium Dulbecco s Modified Eagle s Medium (DMEM; Sigma) yang telah dimodifikasi dengan penambahan asam amino non-esensial (AANE;
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling
16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;
BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Sapi Perah FH di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Sapi Perah FH di Indonesia Sapi perah merupakan hasil domestikasi dari Bos taurus primigenius sekitar 2000 tahun yang lalu (Anderson & Kiser 1966; Mason 1984; Gillespie 1992).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,
Lebih terperinciElektroforesis Hasil Amplifikasi Analisis Segregasi Marka SSR Amplifikasi DNA Kelapa Sawit dengan Primer Mikrosatelit HASIL DAN PEMBAHASAN
11 annealing yang tepat dengan mengatur reaksi pada berbagai suhu dalam satu reaksi sekaligus sehingga lebih efektif dan efisien. Proses optimasi dilakukan menggunakan satu sampel DNA kelapa sawit yaitu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Virus Hepatitis B Gibbon Regio Pre-S1 Amplifikasi Virus Hepatitis B Regio Pre-S1 Hasil amplifikasi dari 9 sampel DNA owa jawa yang telah berstatus serologis positif terhadap antigen
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi DNA Mikrosatelit Amplifikasi DNA dilakukan dengan tiga macam primer yaitu ILSTS028, ILSTS052 dan ILSTS056 serta masing-masing lokus menganalisis 70 sampel DNA. Hasil amplifikasi
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di
II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan
Lebih terperinciPolimorfisme Lokus Mikrosatelit RM185 Sapi Bali di Nusa Penida
Polimorfisme Lokus Mikrosatelit RM185 Sapi Bali di Nusa Penida ZAKIATUN MUHAMMAD 1, I KETUT PUJA 2, I NENGAH WANDIA 1 1 Lab Anatomi Hewan, 2 Lab Histologi Hewan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DNA Mitokondria Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga sistem organ. Dalam sel mengandung materi genetik yang terdiri dari DNA dan RNA. Molekul
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili
Lebih terperinciANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL
ISSN 1907-9850 ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL Ketut Ratnayani, I Nengah Wirajana, dan A. A. I. A. M. Laksmiwati Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. banteng liar. Para ahli meyakini bahwa penjinakan tersebut telah dilakukan sejak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Sapi Bali Sapi bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia hasil domestikasi banteng liar. Para ahli meyakini bahwa penjinakan tersebut telah dilakukan sejak
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,
Lebih terperinciBAB V HASIL. Studi ini melibatkan 46 sampel yang terbagi dalam dua kelompok, kelompok
34 BAB V HASIL Studi ini melibatkan 46 sampel yang terbagi dalam dua kelompok, kelompok sampel hipospadia isolated (n=23) dan kelompok laki-laki normal (n=23). Karakteristik pasien hipospadia di Indonesia
Lebih terperinciBIO306. Prinsip Bioteknologi
BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang
TINJAUAN PUSTAKA Kerbau Penemuan-penemuan arkeologi di India menyatakan bahwa kerbau di domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang lalu. Hampir tidak ada bangsa kerbau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Asal Usul Sapi di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul Sapi di Indonesia MacHugh (1996) menyatakan jika terdapat dua spesies sapi yang tersebar diseluruh dunia yaitu spesies tidak berpunuk dari Eropa, Afrika Barat, dan Asia Utara
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil
Lebih terperinciPRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas
PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok
Lebih terperinciKERAGAMAN GENETIK AYAM KAMPUNG BERDASARKAN ANALISIS PENANDA DAERAH D-LOOP MITOKONDRIA DNA
KERAGAMAN GENETIK AYAM KAMPUNG BERDASARKAN ANALISIS PENANDA DAERAH D-LOOP MITOKONDRIA DNA TIKE SARTIKA 1, D. DURYADI 2, S.S. MANSJOER 2, DAN B. GUNAWAN 1 1 Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogar 16002,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan memegang peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama pada ternak penghasil susu yaitu sapi perah. Menurut Direktorat Budidaya Ternak
Lebih terperinci1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan
Lampiran 1. Data dan analisis karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. 1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus
Lebih terperinciISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU
ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Della Rinarta, Roza Elvyra, Dewi Indriyani Roslim Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ikan, sebagai habitat burung-burung air migran dan non migran, berbagai jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segara Anakan merupakan suatu ekosistem unik yang terdiri dari badan air (laguna) bersifat payau, hutan mangrove dan lahan rendah yang dipengaruhi pasang surut. Ekosistem
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (a)
8 tampak diskor secara manual. Kriteria penskoran berdasarkan muncul tidaknya lokus, lokus yang muncul diberi skor 1 dan yang tidak muncul diberi skor 0. Data biner yang diperoleh selanjutnya diolah menjadi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi asli Indonesia secara genetik dan fenotipik umumnya merupakan: (1) turunan dari Banteng (Bos javanicus) yang telah didomestikasi dan dapat pula (2) berasal dari hasil
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang paling sering dijumpai di dunia maupun di Indonesia (Thompson, 2007; Adham et al., 2012). Insidensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, mereka
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna GH ikan mas telah berhasil diisolasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada ukuran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis
Lebih terperinciDASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN
DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN Darda Efendi, Ph.D Nurul Khumaida, Ph.D Sintho W. Ardie, Ph.D Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB 2013 Marka = tanda Marka (marka biologi) adalah sesuatu/penanda
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk
Lebih terperinci