STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PENGGILINGAN PADI SKALA BESAR DAN KECIL SKRIPSI MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PENGGILINGAN PADI SKALA BESAR DAN KECIL SKRIPSI MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR F"

Transkripsi

1 STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PENGGILINGAN PADI SKALA BESAR DAN KECIL SKRIPSI MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR F DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 TIME AND MOTION STUDIES IN SMALL ANDA LARGE SCALE RICE MILLING PROCCESS Muammar Tawaruddin Akbar and Sam Herodian Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone , ABSTRACT The objective of this research is to establish a better working method using the indication of more effective and efficient time, standardized systems and working method and determine standard time. The research was to determine the performance difference between small and large scale rice mills. The research method used in the research is to observe the motion of an operator to a machine or a tool that is used for time calculation. Observations made by recording the operator while they are working using a camcorder and analyze the time and motion from the recorded video. Motions were analyzed and grouped according to the cycle and type of motion. Average time of each motion adjusted with Westinghouse rating and allowances to obtain the standard time. Standard time of each 100 kg paddy or rice at the small scale rice mill A is seconds for paddy drying, seconds for husking and seconds for polishing. Standard time of each 100 kg paddy or rice at small scale rice mill B is seconds for paddy drying, seconds for husking and seconds. Standard time of each 100 kg paddy or rice at the large scale rice mill is seconds for drying, seconds for husking, seconds for polishing and seconds for packaging. Keywords: Rice mill, Time Study, Motion study, Standard Time i

3 Muammar Tawaruddin Akbar. F Studi Gerak dan Waktu pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Sam Herodian, MS RINGKASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun metode kerja yang lebih baik dengan menggunakan indikasi waktu yang lebih efektif dan efisien, membakukan sistem dan metode kerja, menentukan waktu standar. Penelitian dilakukan pada dua penggilingan skala kecil dan satu penggilingan skala besar untuk mengetahui perbedaan kinerja diantara keduanya. Proses penggilingan padi dibagi menjadi tiga, yaitu proses penjemuran, pemecahan kulit dan penyosohan. Pengambilan data dilakukan dengan cara merekam semua proses pengilingan dengan menggunakan video camera pada saat pekerja sedang melakukan kegiatannya. Hasil rekaman berupa video diputar menggunakan seperangkat komputer. Video yang berisi gerakan pekerja dianalisis elemennya dan dihitung waktunya menggunakan stopwatch lalu dicatat dalam time and motion sheet agar diperoleh waktu yang pantas untuk tiap elemen. Pada penggilingan padi skala kecil lokasi A didapatkan total waktu standar detik/100kg gabah untuk proses penjemuran, detik/100kg gabah kering giling dan detik/100kg untuk beras pecah kulit untuk proses penyosohan. Pada penggilingan padi skala kecil lokasi B didapatkan total waktu standar detik/100kg gabah untuk proses penjemuran, detik/100kg gabah kering giling dan detik/100kg untuk beras pecah kulit untuk proses penyosohan. Besarnya waktu standar pada proses penggilingan padi skala kecil dikarenakan kapasitas mesin yang rendah dan sudah tua sehingga pekerja banyak menghabiskan untuk waktu menganggur. Pada penggilingan skala besar PDS diperoleh total waktu standar yaitu detik/100kg gabah untuk proses penjemuran, detik/100kg gabah kering giling, detik/100kg untuk beras pecah kulit untuk proses penyosohan dan detik/100kg beras untuk pengemasan. Pada penggilinan skala besar faktor kelonggaran yang diberlakukan tinggi karena kondisi lingkungan, atmosfer dan suhu yang lebih buruk dibandingkan penggilingan kecil sehingga waktu normal dan waktu standar berbeda cukup jauh. Gerakan efektif yang dilakukan pekerja pada proses penggilingan padi adalah menjangkau, membawa, melepas, memegang dan memakai sedangkan gerakan tidak efektif yang dilakukan adalah mencari, memeriksa, dan delay. Keterlambatan khususnya keterlambatan tak terhindarkan sering terjadi pada proses penggilingan padi terutama penggilingan padi skala kecil. Keterlambatan tak terhindarkan juga terjadi pada penggilingan skala besar terutama pada kegiatan pemecahan kulit di mesin husker 2. Kondisi lingkungan, atmosfer, dan suhu terutama pada penggilingan padi skala besar sebaiknya diperbaiki karena terkait dengan kenyamanan pekerja dalam melakukan pekerjaanya, perbaikan diharapkan dapat mengurangi kelonggaran yang diberikan kepada pekerja dan meningkatkan kinjerja serta produktifitas pekerja. Perbaikan dapat dilakukan dengan memberikan bantalan pada mesin untuk mengurangi getaran, mengisolasi ruangan pembuangan dedak dengan ruangan kerja giling agar debu tidak menyebar dan penambahan ventilasi untuk sirkulasi udara. Pada proses penjemuran khususnya elemen pengangkutan karung gabah sebaiknya pekerja dibantu dengan alat seperti kereta dorong agar dapat menangkut gabah dalam jumlah banyak sekaligus. iv ii

4 STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PENGGILINGAN PADI SKALA BESAR DAN KECIL SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh : MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR F DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iii

5 Judul Skripsi : Studi Gerak dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil Nama : Muammar Tawaruddin Akbar NIM : F Menyetujui, Dosen Pembimbing Akademik Dr. Ir. Sam Herodian, MS Mengetahui, Ketua Departmen Teknik Mesin dan Biosistem Dr. Ir. Desrial, M.Eng Tanggal Lulus: iv

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Gerak dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, November 2011 Yang membuat pernyataan Muammar Tawaruddin Akbar F v

7 Hak cipta milik Muammar Tawaruddin Akbar, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilin, dan sebagainya ivi

8 BIODATA PENULIS Muammar Tawaruddin Akbar dilahirkan di Bogor, 15 September 1989 dari ayah Tajuddin Bantacut dan ibu Retno Widiastuti, sebagai putra pertama dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikanya di Ironside State School Brisbane pada tahun dan melanjutkan kembali di SDN Polisi 1 Bogor pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Bogor dari tahun Penulis kembali melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bogor pada tahun Pada tahun 2007 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis memilih Program Studi Teknik Mesin dan Biosistem pada Mayor Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis mengambil bidang ilmu Ergonomika dan Elektronika Pertanian dengan dosen pembimbing Dr. Ir. Sam Herodian, MS. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kampus seperti kepanitiaan kegiatan Masa Perkenalan Fakultas dan Masa Perkenalan (SAPA) Penulis juga aktif menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETAN) sebagai ketua Seni in Teknik Pertanian Indonesia (SINTETIS). Penulis aktif dalam program kampus dengan mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan Program Mahasiswa Wirausaha 2010 (PMW 2010). Pada bulan Juni sampai Agustus 2010, penulis melaksanakan Praktek Lapang di PT. Agro Mitra Madani, Jambi, dengan judul Mempelajari Aspek Ergonomika dan K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) Pada Proses Budidaya Kelapa Sawit Di PT. Agrowiyana BSP unit Jambi. Pada bulan April sampai September 2011 penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsinya dengan judul Studi Gerak dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil. vii

9 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat memyelesaikan skripsi ini. Penelitian dengan judul Studi Gerak dan Waktu Pada Proses Penggilingan Skala Besar dan Kecil ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada jurusan Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Bogor. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Sam Herodian, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini. 2. Dr.Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si dan Ir. Mad Yamin, MT selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis. 3. Bapak H. Ahmad selaku owner dari penggilingan padi PDS, Subang yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di penggilingan yang dimilikinya. 4. Bapak Rohim dan Bapak Dadang selaku pengelola penggilingan padi situ gede yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di penggilingan yang dikelolanya dan bersedia menjadi subjek penelitian. 5. Bapak Jajang selaku perwakilan PERPADI yang telah mengantarkan penulis ke penggilingan padi PDS, Subang. 6. Ayah, Ibu, Adik, Nenek serta keluarga yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materiil, serta do a yang diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman seperjuangan TEP 44 untuk kebersamaan selama 3 tahun di Teknik Pertanian, canda, tawa, ilmu, dan pengalaman yang dijalani bersama. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi pertanian, khususnya pada studi gerak dan waktu dan ketidaksempurnaan senantiasa membutuhkan kritik dan saran. Bogor, Desember 2011 Penulis viii

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP PERMASALAHAN... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA PROSES PASCA PANEN PADI PENGGILINGAN PADI ERGONOMI STUDI WAKTU STUDI GERAK... 6 III. METODOLOGI WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN PERALATAN METODE PENELITIAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PROSES PENGGILINGAN PADI ANALISIS GERAKAN DAN WAKTU ANALISIS METODE KERJA V. SIMPULAN DAN SARAN ix

11 5.1 SIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Gerakan Therblig... 5 Tabel 2. Perbedaan spesifikasi lokasi penggilingan padi Tabel 3. Pengaruh temperatur terhadap pekerja Tabel 4. Nilai penyesuaian Tabel 5. Waktu standar proses penjemuran di penggilingan kecil Bpk. Rohim Tabel 6. Waktu standar proses pemechan kulit di penggilingan kecil Bpk.Rohim Tabel 7. Waktu standar proses penyosohan di penggilingan Bpk.Rohim Tabel 8. Waktu standar proses penjemuran gabah di penggilingan Bpk. Dadang Tabel 9. Waktu standar proses pemecahan kulit di penggilingan Bpk.Dadang Tabel 10. Waktu standar proses penyosohan gabah giling di penggilingan Bpk.Dadang Tabel 11. Waktu standar proses penjemuran di penggilingan besar PDS Tabel 12. Waktu standar proses pemecahan kulit di penggilingan besar PDS Tabel 13. Waktu standar proses penyosohan di penggilingan besar PDS Tabel 14. Waktu standar proses pengemasan di penggilingan besar PDS Tabel 15. Tabel Usulan Perbaikan metode kerja di penggilingan besar PDS tiap 100 kg xi

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.Digital video camera Gambar 2. Digital Stopwatch Gambar 3. Time motion sheet Gambar 4.Diagram alir dalam pengukuran untuk mendapatkan waktu standar Gambar 5. Diagram alir metode penelitian Gambar 6. Urutan proses penjemuran gabah di penggilingan skala kecil Gambar 7.Urutan proses pemecahan kulit di penggilingan skala kecil Gambar 8. Urutan proses penyosohan beras pecah kulit di penggilingan skala kecil Gambar 9. Tata letak proses pemecahan kulit dan penyosohan di penggilingan kecil Gambar 10. Lantai jemur bergelombang di penggilingan padi skala besar PDS, Subang Gambar 11. Diagram alir proses penjemuran di penggilingan padi skala besar Gambar 12. Contoh proses pengumpulan gabah di penggilingan skala besar PDS Gambar 13. Contoh proses perataan gabah di penggilingan skala besar PDS Gambar 14. Kotak Penampung Gabah di penggilingan padi PDS, Subang Gambar 15. Husker 1 dan 2 penggilingan padi PDS, Subang Gambar 16. Mendorong gabah kedalam elevator di penggilingan padi PDS, Subang Gambar 17. Diagrarm alir proses pemecahan kulit hingga pengemasan Gambar 18. Tata letak proses pemecahan kulit dan penyosohan di penggilingan besar Gambar 19. Pengangkutan karung pada proses pemecahan kulit Gambar 20. Contoh gerakan hold pada elemen penjahitan di proses pengemasan Gambar 21. Letak hopper yang tinggi di penggilingan padi skala kecil Lokasi A Gambar 22. Pekerja memanjat tumpukan beras xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data waktu pada proses penjemuran di penggilingan padi kecil Bpk. Rohim Lampiran 2. Data waktu pada proses pemecahan kulit di penggilingan padi kecil Bpk. Rohim Lampiran 3. Data waktu pada proses penyosohan di penggilingan padi kecil Bpk. Rohim Lampiran 4. Data waktu pada proses penjemuran di penggilingan padi kecil Bpk. Dadang Lampiran 5. Data waktu pada proses pemecahan kulit di penggilingan padi kecil Bpk. Dadang Lampiran 6. Data waktu pada proses penyosohan di penggilingan padi kecil Bpk. Dadang Lampiran 7.Data waktu pada proses pengangkutan ke lantai jemur di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 8. Data waktu pada proses penjemuran awal di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 9. Data waktu pada proses pembalikan gabah di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 10. Data waktu pada proses akhir penjemuran gabah di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 11. Data waktu pada proses pemecahan kulit di bagian mesin husker 1 di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 12. Data waktu pada proses pemecahan kulit di bagian mesin husker 2 di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 13. Data waktu pada proses penyosohan di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 14. Data waktu pada proses pegemasan di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 15. (Perbaikan) Data waktu pada proses pemecahan kulit di bagian mesin husker 1 di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 16. (Perbaikan) Data waktu pada proses pemecahan kulit di bagian mesin husker 2 di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 17. (Perbaikan) Data waktu pada proses pengemasan di penggilingan besar PDS, Subang Lampiran 18. Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh Lampiran 19. Faktor penyesuaian menurut Westinghouse xiii

15 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Banyak hal yang dilakukan dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas. Kemajuan teknologi membuat tenaga manusia digantikan dengan mesin. Perbaikan dan kemajuan teknologi akan mendorong usaha peningkatan produktivitas, walaupun hal ini justru berakibat buruk pada segi manusia sebagai pelaksana kerja. Mekanisasi ataupun otomatisasi adalah ancaman yang harus dipertimbangkan. Karenanya pekerja akan selalu dibayangi ketakutan akan kehilangan pekerjaannya dan digantikan oleh mesin. Jelas disadari usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas tidak harus selalu dilaksanakan lewat pengembangan atau perbaikan teknologi. Banyak usaha telah dikembangkan ke arah manusia sebagai pelaksana kerjanya. Penggilingan padi merupakan kegiatan pascapanen yang memiliki proses mengolah gabah menjadi beras. Pada penggilingan padi terdapat proses-proses yang dilakukan sebelum menjadi beras siap konsumsi yaitu penjemuran untuk mengurangi kadar air hingga tepat, pemecahan kulit gabah, dan penyosohan untuk mengupas bagian kulit yang kurang diminati mayoritas konsumen. Tiap proses tersebut dapat ditingkatkan kinerja dan efisiensi dengan mengefektifkan gerakan-gerakan dan penggunaan waktu akan memberi dampak langsung terhadap produktivitas. Aktifitas pengaturan dalam hal ini harus dirancang untuk menangani lebih banyak pekerjaan. Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat alat penghitung waktu (Sutalaksana, dkk., 2004). Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan mempehatikan faktor kelelahan, pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan penghitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi. Studi analisis waktu harus dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara benar (Neibel, 1988). Studi gerak adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga gerakan yang kurang efektif dapat dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan sehingga diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya dapat pula menghemat pemakaian fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut (Sutalaksana, dkk., 2004). Studi gerak merupakan analisis dari gerakan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Tujuan dari studi gerak adalah untuk menghilangkan atau mengurangi gerakan yang kurang efektif untuk mendapatkan gerakan yang cepat dan efektif (Niebel, 1988). Studi gerakan visual atau micromotion study adalah metode yang baik sekali diaplikasikan untuk meneliti siklus operasi kerja yang pendek, berlangsung secara berulang-ulang dan dilaksanakan secara manual (Rohman 2008). Studi gerak merupakan analisis yang lebih sensitif mengenai berbagai macam gerakan operartor dalam melakukan pekerjaannya. Studi ini bertujuan untuk mengeliminasi atau mengurangi gerakan yang tidak efisien, dan untuk memfasilitasi dan mempercepat gerakan yang benar-benar efektif. Melalui studi gerakan, pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dengan jumlah output yang meningkat. Studi gerak (motion study) diaplikasikan untuk memperbaiki pelaksanaan operasi kerja dengan cara menghilangkan gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak 1

16 diperlukan, menyederhanakan gerakan kerja, serta menetapkan gerakan dari ukuran langkah kerja yang paling efektif untuk mencapai tingkat efisiensi kerja yang optimal. 1.2 TUJUAN untuk: Studi gerak dan waktu pada proses penggilingan padi skala besar dan kecil ini bertujuan 1. Menentukan waktu standar pada setiap elemen kerja dalam proses penggilingan padi. 2. Membangun sistem dan metode yang lebih baik, dengan indikasi waktu yang lebih efektif dan efisien. 1.3 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN Berdasarkan tujuan dari penelitian, dan agar lebih memusatkan perhatian pada pemecahan masalah maka perlu dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas antara lain : 1. Penelitian akan dilakukan pada proses penggilingan padi skala besar dan kecil, terutama proses penjemuran, pemecahan kulit dan penyosohan. 2. Jenis padi yang digiling adalah varietas IR-64 dengan kadar air 13-14% 3. Posisi pekerja saat melakukan pekerjaan. 4. Tata letak ruang kerja, alat, dan proses pekerjaan. 2

17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI Penanganan pascapanen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu. Dalam penanganan pasca panen padi, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu gabah/beras. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsipprinsip Good Handling Practices (GHP) agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil gabah/ beras. 2.2 PENGGILINGAN PADI Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh (beras putih). Badan pusat Statistik dalam surveynya terhadap alat dan mesin pertanian antara lain memberikan batasan definisi terhadap beberapa mesin pertanian dintaranya sbb: 1) Penggilingan Padi Kecil (PPK) adalah penggilingan padi yang terdiri dari dua unit mesin yang dipasang terpisah, yaitu pemecah kulit padi (husker) dan pemutih beras (polisher). Umumnya proses pemindahan bahan dari satu alat ke alat lain menggunakan tenaga manusia, dengan kapasitas produksi riil antara 0.3 s/d 0.7 ton beras per jam. 2) Penggilingan Padi Besar (PPB) adalah penggilingan padi yang memiliki unit lengkap terdiri dari mesin pembersih gabah, pemecah kulit padi (husker), padi separator, pemutih beras (polisher), shifter, grader dan lainnya. Pemindahan bahan dari satu mesin kemesin lainnya menggunakan elevator dan kapasitas produksi riil lebih besar dari 0.7 ton beras per jam. 3) Rice milling unit (RMU) adalah pengglingan padi yang merupakan satu unit yang kompak dimana antara pemecah kulit padi (husker) dan pemutih beras menjadi satu bagian yang tak terpisahkan. Kapasitas produksi riil antara 0.3 s/d 0.7 ton beras per jam (Sugondo,2000). Suismono dan Damardjati (2000) menyatakan bahwa pengusahaan penggilingan padi dapat dibedakan berdasarkan teknik penggilingan yang digunakan dalam proses produksi, antara lain: 1. Sistem penggilingan padi diskontinyu adalah sistem penggilingan padi yang menggunakan mesin pemecah kulit dan penyosohan yang manual, yang masih digerakkan oleh tenaga manusia. 2. Sistem penggilingan padi sistem modifikasi kontinyu adalah sistem penggilingan padi dengan proses pemecahan kulit berasnya secara kontinyu, tetapi proses penyosohannya dilakukan secara manual. 3. Sistem penggilingan konitinyu adalah sistem penggilingan padi yang terdiri dari satu unit mesin penggilingan padi yang secara kontinyu (langsung atau ban berjalan) kapasitas 1000 kilogram per 3

18 jam yang dilengkapi mesin-mesin pembersih gabah, pemecah kulit, pengayak beras pecah kulit, penyosoh beras, dan ayakan beras. Sistem penggilingan kontinyu maupun modifikasi kontinyu dapat meningkatkan efisiensi kerja, kapasitas produksi dan mutu beras (penampakkan beras lebih jernih). Usaha untuk menigkatkan mutu penampakkan beras dapat dilakukan dengan cara pemolesan beras giling. Proses pemolesan adalah proses penyosohan beras disertai pengkabut uap agar penampakkan beras lebih mengkilap. Beras yang diolah sampai pada proses ini disebut beras Kristal (Suismono dan Damardjati, 2000). Widowati (2001) membagi pengusahaan penggilingan padi berdasarkan kapasitas mesin yang dimiliki, antara lain: 1. Penggilingan Padi Besar (PPB) PPB menggunakan tenaga penggerak lebih dari 60 HP (Horse Power) dan kapasitas produksi lebih dari kg/jam, baik menggunakan sistem kontinyu maupun diskontinyu. PPB sistem kontinyu terdiri dari satu unit penggiling padi lengkap, semua mesin pecah kulit, ayakan, dan penyosoh berjalan secara kontinyu, dengan kata lain masuk gabah keluar beras giling. PPB diskontinyu minimal terdiri dari empat unit mesin pemecah kulit dan empat unit mesin penyosoh yang dioperasikan tidak sinambung atau masih menggunakan tenaga manusia Penggilingan kapasitas besar biasanya dilengkapi grader sehingga menir langsung dipisahkan dari beras kepala. 2. Penggilingan Padi Sedang/Menengah (PPS) PPS menggunakan tenaga penggerak HP, dengan kapasitas produksi kg/jam. Umumnya PPS terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh. PPS ini menggunakan sistem semi kontinyu, yaitu mesin pecah kulitnya kontinyu, sedangkan mesin sosohnya masih manual. Proses pemindahan bahan dari satu alat ke alat yang lain ada yang menggunakan elevator dan sebagian besar lainnya menggunkan tenaga manusia. 3. Penggilingan Padi Kecil (PPK) PPK menggunakan tenaga penggerak HP, dengan kapasitas produksi kg/jam. Penggilingan padi manual yang terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh ini sering disebut Rice Milling Unit (RMU). Di pedesaan masih terdapat Huller, yaitu penggilingan padi yang menggunakan tenaga penggerak kurang dari 20 HP dan kapasitasnya kurang dari 300 kg/jam. Huller terdiri dari satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit penyosoh. Beras yang dihasilkan mutu gilingnya kurang baik, umumnya untuk dikonsumsi sendiri di perdesaan. Bulog (2007) membagi penggilingan padi atas empat kelompok berdasarkan sarana yang dimiliki dan kemampuan produksi beras, sebagai berikut: 1. Penggilingan Padi Terpadu (PPT) PPT merupakan gabungan dari beberapa mesin yang menjadi satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras, dengan kapasitas lebih besar dari PPB serta terintegrasi dengan mesin pengering dan silo penyimpanan oleh elevator dan conveyor. 2. Penggilingan Padi Besar (PPB) PPB memiliki unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan dengan kapasitas antara tiga sampai sepuluh ton GKG per jam atau setara dengan 20 sampai 60 ton beras per hari. Sistem pengolahan PPB minimum harus melalui empat proses utama, yaitu proses pembersihan gabah, proses pecah kulit, proses pemisahan gabah dengan beras pecah kulit, dan proses pemutihan beras pecah kulit secara berulang dua sampai empat kali. 3. Penggilingan Padi Kecil (PPK) PPK memiliki unit peralatan teknik gabungan dari beberapa mesin menjadi satu kesatuan utuh dengan kapasitas lebih kecil dari satu sampai tiga ton GKG per jam atau sekitar lima sampai 4

19 20 ton beras per hari. Sistem PPK dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap. 4. Penggilingan Padi Sederhana (PPS) PPS merupakan unit peralatan teknik baik merupakan satu unit tersendiri maupun merupakan gabungan dari beberapa mesin, dimana proses satu sama lain dihubungkan dengan tenaga manusia dengan kapasitas 0,5 sampai satu ton GKG per jam atau kurang dari lima ton beras per hari. Penggilingan dikatakan sederhana karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak mulai menggunakan mesin penggilingan padi sampai saat ini secara turun temurun tanpa perubahan berarti. Beberapa jenis penggilingan sederhana, antara lain mesin tipe engelberg dan kombinasi dari beberapa mesin khususnya husker, separator, dan polisher. 2.3 ERGONOMI Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aspek aspek manusia dalam lingkungan kerjanya, yang dapat ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan perancangan (Nurmianto, 2004). Di dalam ergonomi, diperlukan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Metode pendekatannya dengan menganalisa hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerjanya. Menurut Oborne (1995), ergonomi adalah cara memandang dunia, berpikir tentang manusia, dan bagaimana interaksinya dengan seluruh aspek dalam lingkungannya, perlengkapannya, dan situasi kerjanya. Menurut Bridger (1995), ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan yang bertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan manusia. Ergonomi menurut American Industrial Hygene Association adalah multidisiplin ilmu yang mengaplikasikan prinsip-prinsip fisika dan psikologi terhadap kapabilitas manusia untuk menciptakan atau memodifikasi pekerjaan, peralatan, produk, dan tempat kerja (Nardi, 1997), sedangkan International Ergonomi Association mendefinisikan ergonomi sebagai disiplin ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara manusia, dan elemen lainnya dalam sistem yang berhubungan dengan perancangan, pekerjaan, produk dan lingkungannya untuk mendapatkan kesesuaian antara kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia. Menurut Bridger (1995) terdapat perbedaan antara ergonomi dengan human factors, yaitu ergonomi lebih menenkankan kepada faktor manusia sebagai sistem biologis, sedangkan human factors lebih menekankan kepada aspek psikologis (psikologi eksperimental dan psikologi teknik) dan menekankan kepada integrasi pertimbangan faktor manusia di dalam total desain. Walaupun demikian, human factors dan ergonomi mempunyai banyak persamaan dan tetap diasumsikan sama. Pada dasarnya, ergonomika memiliki tujuan penting. Tujuan pertama adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta aktifitas lain yang dilakukan, termasuk meningkatkan kemampuan pengguna, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan produktivitas. Tujuan kedua adalah meningkatkan keinginan tertentu; seperti keselamatan, kenyamanan, penerimaan pengguna, kepuasan kerja dan kualitas kehidupan, sama halnya dengan mengurangi kelelahan dan stress (Fitriani, 2003). Maka, manfaat dan tujuan penerapan ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan saat bekerja. Dengan demikian ergonomi berguna sebagai media pencegah terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat fatal dan kronis. 5

20 2.4 STUDI WAKTU Waktu merupakan salah satu sumber input seperti halnya dengan dengan material, energi, dan sebagainya. Waktu adalah sumber yang tidak dapat digantikan, sekali terlewat maka tidak bisa diulang kembali. Penggunaan waktu yang efektif akan memberi dampak langsung terhadap produktivitas. Aktifitas pengaturan dalam hal ini harus dirancang untuk menangani lebih banyak pekerjaan. Studi waktu biasa digunakan untuk pengukuran kerja. Hal ini meliputi teknik untuk menjalankan standar waktu yang diperkenankan untuk dilakukan, berdasarkan pengukuran elemen kerja dari pekerjaan yang telah ditentukan, tanpa adanya kelelahan bagi pelaksananya ataupun keterlambatan yang tidak terhindarkan. Analisa studi waktu menggunakan beberapa teknik untuk membuat standar : studi waktu menggunakan stopwatch, pengumpulan data dengan komputer, data standar, data gerakan dasar, pengambilan contoh kerja, dan melakukan estimasi berdasarkan data yang telah ada. Aktifitas pengukuran waktu kerja diperkenalkan pertama kali untuk penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini maka sistem pengaturan upah atau insentif akan dapat dibuat berdasarkan a fair day s pay for a fair day s work. Begitu pula dengan mengetahui waktu ini maka estimasi akan keluaran kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja dapat dibuat secara lebih akurat. 2.5 STUDI GERAK Studi gerak adalah analisis terhadap beberapa bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan waktu kerja. Sehingga dengan adanya penghematan waktu kerja maka kelelahan dari pekerja dapat diminimalisasi. Studi gerakan visual atau micromotion study sama-sama digunakan untuk menganalisis metode yang ada untuk mengembangkan pekerjaan kearah yang lebih efisien. Studi gerak merupakan analisis yang lebih sensitif mengenai berbagai macam gerakan operartor dalam melakukan pekerjaannya. Studi ini bertujuan untuk mengeliminasi atau mengurangi gerakan yang tidak efisien, dan untuk memfasilitasi dan mempercepat gerakan yang benar-benar efektif. Melalui studi gerakan, pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan jumlah output akan meningkat. Frank B. Gilbreth dan istrinya merupakan pelopor studi gerakan secara manual. Mereka juga membuat teknik gambar-gerakan yang membuat detail dari studi gerakan ini yang dikenal dengan micromotion studies (studi gerakan mikro), yang telah teruji sangat berharga dalam mempelajari operasi manual yang berulang. Studi gerakan visual dapat diaplikasikan dengan sangat luas karena kegiatan dari studi ini sangat ekonomis. Jenis dari studi ini melibatkan observasi yang teliti dari operasi dan gambaran mengenai proses pekerjaan operator dan gambaran analisis berdasarkan hukum dari ekonomi gerakan. Bagian dasar untuk menyempurnakan konsep ini, dikembangkan oleh Frank B. Gilbreth pada awal penelitiannya, dapat diaplikasikan pada semua kegiatan produksi yang dilakukan oleh operator. Gilbreth dan istrinya menguraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar THERBLIG (dieja dari nama Gilbreth secara terbalik). Sebagian besar dari elemen-elemen dasar Therblig merupakan gerakan tangan yang biasa terjadi apabiala suatu pekerjaan terjadi, terlebih bila bersifat manual. Suatu pekerjaan dapat diuraikan menjadi beberapa elemen gerakan untuk dilakukan studi guna mendapatkan rangkaian gerakan yang lebih efisien. Suatu pekerjaan yang akan mempunyai uraian berbeda bila dibandingkan dengan pekerjaan yang lain tergantung pada pekerjaan tersebut. 17 elemen kerja dalam therblig ditampilkan dalam Tabel 1 dan telah dibedakan gerakan efektif dan tidak efektif dalam tabel tersebut. 6

21 Penelitian mengenai metode dan gerakan kerja yang dikembangkan oleh Frank B. Gilbreth dalam Niebel, Benjamin (1988) dilaksanakan dengan mempelajari gerakan-gerakan tubuh manusia yang digunakan untuk melaksanakan operasi kerja. Tujuan pokok dari studi gerak ini adalah untuk memperbaiki pelaksanaan operasi kerja dengan cara menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak diperlukan, menyederhanakan gerakan kerja, serta menetapkan gerakan dan urutan langkah kerja yang paling efektif guna mencapai tingkat efisiensi kerja yang optimal. Tabel 1. Gerakan Therblig Gerakan Therblig Gerakan Efektif Gerakan Tidak Efektif a. Menjangkau (Reach ) i. Mencari (Search) b. Memegang (Grasp) j. Memilih (Select) c. Membawa (Move) k. Mengarahkan (Position) d. Mengarahkan awal (Preposition) l. Memeriksa (Inspection) e. Memakai (Use) m. Merencanakan (Plan) f. Merakit (Assemble) n. Menahan (Hold) g. Mengurai rakit (Dissamble) o. Avoidable delay h. Melepas (Release) p. Unavoidable delay q. Rest to overcome fatigue Secara garis besar masing-masing Therbligs tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Mencari (Search) Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah ditemukan. 2. Memilih (Select) Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur. Tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila objek sudah ditemukan. 3. Memegang (Grasp) Memegang adalah elemen gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Elemen Therblig ini biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa. 4. Menjangkau (Reach) Pengertian menjangkau dalam Therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang. 5. Membawa (Move) Elemen gerak membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan membawa biasanya didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan dengan gerakan melepas. Therblig ini mulai dan berakhir pada saat yang sama dengan menjangkau, karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi waktu geraknya pun hampir sama yaitu jarak pindah dan macamnya. 6. Memegang untuk Memakai (Hold) Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan objek yang dipegang tersebut. Perbedaan dengan elemen gerak memegang, tangan memegang objek dan 7

22 dilanjutkan dengan gerakan membawa, sedangkan elemen gerakan memegang untuk memakai ini terjadi dimana tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol objek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap objek tersebut. 7. Melepas (Release) Elemen gerak melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali objek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dari objek yang dibawa dan berkahir begitu semua jari jelas tidak menyentuh atau memegang objek lagi. 8. Mengarahkan (Position) Mengarahkan adalah elemen gerakan Therblig yang terdiri dari menempatkan objek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan membawa dan diikuti oleh gerakan merakit atau melepas. Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol objek tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan merakit atau melepas/memakai dimulai. 9. Mengarahkan Sementara (Pre position) Mengarahkan sementara merupakan elemen gerak mengarahkan objek pada suatu tempat sementara. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk memudahkan pemegangan apabila objek tesebut akan dipakai kembali. 10. Pemeriksaan (Inspect) Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu atau belum. Elemen gerakan ini dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan, mencium, mendengarkan dan kadang-kadang merasa dengan lidah. 11. Perakitan (Assemble) Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek yang lain menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas. 12. Lepas Rakit (Disassemble) Therblig ini merupakan kebalikan dari Therblig di atas, disini dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan memegang dan dilanjutkan oleh membawa atau bisa juga dilanjutkan oleh melepas. 13. Memakai (Use) Yang dimaksud dengan memakai disini adalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan alat. 14. Kelambatan yang Tak Terhindarkan (Unavoidable delay) Kelambatan yang dimaksudkan disini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi di luar kemampuan mengendalikan pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan lainnya bekerja. 15. Kelambatan yang dapat Dihindarkan (Avoidable delay) Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya sendiri baik disengaja maupun tidak disengaja. 8

23 16. Merencana (Plan) Merencana merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. 17. Istirahat untuk Menghilangkan Fatigue (Rest to Overcome Fatigue) Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatigue sebagai akibat kerja berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu pekerjanya. Di dalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh metode kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Prinsip ekonomi gerakan ini bisa dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah proses kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu proses ke proses kerja yang lainnya. 1) Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pemakaian bagian tubuh : a. Kedua tangan digerakkan pada arah yang simetris secara bersamaan b. Gerakan kedua tangan sedapat mungkin dibuat kecil c. Lebih baik membuat gerakan lengan depan dan tangan daripada gerakan pundak dan lengan atas d. Menghindari perubahan gerakan arah secara tiba-tiba e. Melakukan gerakan bebas yang tidak dibatasi f. Menghindari gerakan naik turunnya badan (membungkuk di mana posisi tubuh tidak tegak) g. Pekerjaan yang dapat dilakukan oleh kaki atau bagian tubuh lainnya sebaiknya tidak dilakukan dengan tangan 2) Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penempatan dan peralatan : a. Peralatan dan material diletakkan di lokasi yang telah ditentukan b. Peralatan dan material sedapat mungkin diletakkan dekat di depan operator c. Hindari gerakan ke atas atau ke bawah untuk memindahka benda, dan pindahkan barang secara horizontal d. Pergunakanlah gaya berat untuk memindahkannya e. Peralatan dan material diletakkan di tempat dengan kondisi yang terbaik untuk gerakan f. Ketinggian meja proses kerja disesuaikan dengan tinggi operator dan karakter pekerjaan g. Berikan penerangan dan pencahayaan yang cocok dengan kerakteristik pekerjaan 3) Pinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan : a. Hindari gerakan mempertahankan material dan alat dengan tangan b. Jangan gunakan peralatan yang bersifat umum (multi fungsi), tetapi gunakan peralatan khusus c. Dua buah alat atau lebih sebaiknya digabungkan menjadi satu d. Handle yang memerlukan tenaga sebaiknya dirancang agar keseluruhan telapak tangan dapat memegang dengan baik Dalam menganalisa gerakan kerja seringkali dijumpai kesulitan dalam menentukan batas-batas suatu elemen Therblig dengan elemen Therblig lainnya karena waktu gerakan kerja terlalu singkat. Demikian juga sering kali kita jumpai bahwa elemen Therblig itu sendiri dengan singkat pelaksanaanya sehingga sangat sulit untuk diamati secara visual. Analisa gerakan kerja dengan 9

24 rekaman film (studi gerakan mikro/ micromotion study) dilakukan dengan merekam gerakan-gerakan kerja dengan menggunakan rekaman film dan segala perlengkapannya. Hasil rekaman yang diambil dapat diputar ulang sehingga analisis gerakan kerja bisa dilakukan dengan lebih teliti. Dalam Barnes (1976), American Society of mechanical Engineers telah menetapkan lima standar simbol. Simbol ini telah telah dimodifikasi dengan menyingkat simbol dari Gilbreth yaitu panah digantikan dengan lingkaran kecil dan tambahan simbol baru untuk menandai waktu menunggu. Berikut ini adalah kelima simbol tersebut : Operasi. Operasi terjadi ketika objek dirubah dari sifat atau karakteristik aslinya. Transportasi. Terjadi ketika benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari operasi. Pemeriksaan. Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik segi kualitas atau kuantitas. Menunggu. Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu. Penyimpanan. Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang lama. 10

25 III. METODOLOGI 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan September Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi penggilingan padi, yaitu dua di penggilingan padi Situ Gede untuk skala kecil dan di penggilingan padi PDS, Subang untuk skala besar. Pengambilan data dilakukan pada proses penggilingan padi yang terdiri dari proses penjemuran, pemecahan kulit dan penyosohan. 3.2 PERALATAN Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Alat tulis dan catatan lapang Alat tulis dan catatan lapang digunakan untuk mencatat hasil-hasil pengamatan dan segala data informasi yang dibutuhkan langsung di lapangan. 2. Digital video camera Digital video camera digunakan untuk merekam setiap proses kegiatan yang akan disimpan dalam bentuk video. Digital video camera yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Digital video camera 3. Seperangkat komputer Seperangkat komputer digunakan untuk menyimpan dan menampilkan video yang terekan oleh Digital video camera agar analisis gerakan dapat dilakukan dengan lebih teliti. 4. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk melihat dan menghitung waktu pada elemen kerja yang terlihat dalam video untuk selanjutnya dicatat dan dianalisis di software spreadsheet. Stopwatch yang digunakan adalah stopwatch digital seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Digital Stopwatch 11

26 5. Software spreadsheet Software spreadsheet digunakan untuk mencatat, menghitung dan menganlisa data waktu yang telah didapat dari video. 6. Meteran Meteran digunakan untuk mengukur jarak dan tata letak dari penggilingan padi. Subjek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pekerja pria pada tiap skala penggilingan padi tanpa adanya kriteria tertentu. Subjek penelitian yang dianalisa adalah pekerja yang sedang bekerja terhadap alat yang digunakan dan terekam oleh video. 3.3 METODE PENELITIAN Pengambilan Data Data yang diperlukan adalah proses penggilingan, metode kerja, lama waktu penyelesaian setiap kegiatan dan jumlah tenaga kerja. Pengambilan data dilakukan dengan cara merekam semua proses pengilingan, pengamatan langsung dan pencatatan data. Dalam metode ini juga diamati mengenai tingkat kenyamanan untuk mengetahui keadaan pekerja yang dipengaruhi oleh lingkungan dan juga tingkat kelelahan serta faktor ergonomika yang lainnya. Cara pengambilan datanya adalah dengan merekam menggunakan video camera pada saat pekerja melakukan kegiatannya. Hasil rekaman berupa video diputar menggunakan seperangkat komputer. Video yang berisi gerakan pekerja dianalisis elemennya dan dihitung waktunya menggunakan stopwatch lalu dicatat dalam time and motion sheet agar diperoleh waktu yang pantas untuk tiap elemen. Time motion sheet dapat dilihat pada Gambar 3. Elemen Kerja : Video : Satuan : No Elemen Siklus Rataan Tahapan Penelitian Gambar 3. Contoh Time motion sheet 1. Tahap Pendahuluan Dalam tahap pendahuluan didapatkan pengukuran waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Terlebih dahulu dilakukan pemilihan pekerjaan yang akan diukur, kemudian dilakukan penentuan terhadap elemen-elemen kerja dari setiap tahap proses produksi agar dapat ditentukan tititk awal dan titik patah dari setiap elemen. Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen elemennya, pertama adalah untuk memperjelas catatan tentang cara kerja yang dibakukan, kedua adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena keterampilan bekerja operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan gerakan kerjanya, ketiga adalah untuk 12

27 memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Alasan keempat adalah untuk memungkinkan dikembangkannnya data waktu standar di tempat kerja yang bersangkutan. 2. Tahap Pengukuran Digital Video Camera digunakan untuk merekam setiap bagian dari proses penggilingan untuk dianalisis studi gerak dan waktunya. Perekaman video dilakukan secara tersembunyi agar tidak mempengaruhi ketegangan pekerja saat bekerja. Pencatatan dilakukan terhadap waktu kegiatan baik secara kontinyu atau berulang. Kondisi kerja, lingkungan, dan tata letak tempat pekerjaan dicatat selama terjadi pengukuran kerja untuk keperluan menentukan waktu penyesuaian dan kelonggaran. 3. Tahap Pengolahan Data Data-data yang diperoleh dari video dan tercatat dalam Time and Motion sheet diolah dan dianalisis menggunakan software spreadsheet. Data yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran Tahap Analisis Analisis yang dilakukan adalah analisis gerak dan analisis waktu. Analisis dilakukan terhadap metode kerja yang telah ada. Metode kerja dilihat dalam serangkaian gerakan yang pada akhirnya akan membentuk satu siklus kerja. Siklus kerja tersebut akan diuraikan ke dalam elemenelemen gerak berdasarkan 17 gerakan THERBLIGS. Penguraian siklus kerja tersebut merupakan langkah awal untuk mendapatkan rangkaian kerja yang lebih efisien. Waktu standar yang dijadikan acuan adalah waktu standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, kemudian dibandingkan dengan pengamatan yang dilakukan secara langsung. Diagram alir untuk mendapatkan waktu standar dapat dilihat pada Gambar 4. Mulai Mempelajari Perusahaan secara umum, proses produksi, sketsa tempat kerja Mempelajari metode kerja dan memecahkan masalah operasi ke dalam elemen kerja Merekam proses kerja dengan Digital Video Camera Mencatat waktu kerja dan pola kerja dari video Waktu normal Kelonggaran Pribadi Hambatan yang tak terhindarkan Waktu Standar Selesai Gambar 4. Diagram alir dalam pengukuran untuk mendapatkan waktu standar. 13

28 5. Tahap Perbaikan Setelah didapatkan pengukuran waktu baku, maka tahap yang selanjutnya dilakukan adalah menganalisa apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas serta tujuan paling utama adalah kenyamanan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dari pekerja. Perbaikan yang mungkin dilakukan adalah menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu urutan-urutan proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin atau peralatan yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antara operasi, dan menemukan gerakan dengan beban yang lebih kecil. Perbaikan sistem kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan karena kebersihan terjamin, pekerja bekerja secara teratur dan waktu menunggu berkurang. Dengan meningkatkan kualitas ini diharapkan produk dapat dipasarkan lebih luas sehingga meningkatkan keuntungan (Alwi dalam Anggraini, 2006). Diagram alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Mulai Mempelajari proses penggilingan padi di penggilingan padi skala besar dan kecil Menentukan dan menguraikan elemen-elemen kerja Merekam bagian-bagian proses kerja mengunakan video camera dan pencatatan waktu, kondisi kerja, lingkungan, dan tata letak. Mengolah data waktu dan gerakan untuk mendapatkan waktu standar Analisis Sistem kerja yang setempat Sesuai Y N Perbaikan sistem kerja Layak N Sistem kerja yang sudah diperbaharui Selesai Y Gambar 5. Diagram alir metode penelitian 14

29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PENGGILINGAN PADI Proses penggilingan padi terdiri dari proses penjemuran, pemecahan kulit, penyosohan dan pengemasan pada penggilingan besar. Kegiatan penggilingan tersebut dilakukan dengan menggunakan mesin dan tenaga manusia. Pembahasan proses kegiatan yang dilakukan pada penggilingan padi dibagi sesuai skalanya yaitu penggilingan padi skala kecil dan besar. Penelitian di Penggilingan padi kecil dilakukan pada dua lokasi yaitu penggilingan padi Lokasi A dan penggilingan padi Lokasi B daerah situ gede darmaga, Bogor sedangkan penggilingan padi besar dilakukan di penggilingan padi PDS, Subang. Perbedaan setiap penggilingan padi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan spesifikasi lokasi penggilingan padi Spesifikasi Lokasi A Lokasi B PDS, Subang Kapasitas giling dan sosoh 110 kg beras/jam 180 kg beras/jam 1500 kg beras/jam Kapasitas lapangan penjemuran 1.5 ton GKP 1.5 ton GKP 24 ton GKP Jumlah pekerja 3 orang 3 orang 18 orang Alsintan yang digunakan Husker, polisher Husker, polisher Paddy cleaner, dua husker, dua polisher, paddy separator, rice grader, alat jahit karung, elevator Sistem penggilingan diskontinyu diskontinyu modifikasi kontinyu Proses Penggilingan Padi Skala Kecil Penggilingan skala kecil ini dibagi menjadi tiga proses kegiatan utama yaitu pengeringan dengan matahari, pemecahan kulit dengan mesin pemecah kulit (husker) dan penyosohan dengan mesin penyosoh (polisher). Penggilingan padi yang diteliti dilakukan pada penggilingan padi skala kecil Lokasi A dengan kapasitas mesin menghasilkan 110 kg beras/jam dan penggilingan kecil Lokasi B dengan kapasitas mesin menghasilkan 180 kg beras/jam. Rendemen rata-rata penggilingan padi Lokasi A dan Lokasi B adalah 50% yang diperoleh dari pengujian organisasi kelompok tani sehingga kapasitas mesin untuk Lokasi A adalah 220 kg gabah/jam dan untuk Lokasi B sebesar 360 kg gabah/jam. Proses penjemuran merupakan proses penurunan kadar air gabah basah sampai nilai tertentu sehingga didapat gabah kering siap giling atau aman disimpan dalam waktu yang lama. Proses penjemuran pada penggilingan kecil diawali pada pagi hari pukul WIB dimana pekerja mulai dengan mengangkut karung gabah dari gudang penyimpanan untuk diletakkan pada lantai jemur yang beralaskan semen datar. Karung-karung gabah diletakkan pada lantai jemur dan disusun merata pada keseluruhan lantai jemur. Pekerja lalu memotong dan melepas tali karung agar karung terbuka. Gabah dalam karung lalu ditumpahkan dan diratakan dengan menggunakan garuk kayu. Gabah yang sudah tersebar dibersihkan dari kotoran yang terbawa dari petani dengan menggunakan sapu lidi. Gabah 15

30 yang sudah terjemur dan bebas dari kotoran lalu dijemur dan dibalikan setiap 45 hingga 1 jam sekali atau saat gabah sudah terlihat menguning. Diagram alir proses penjemuran terlihat pada Gambar 6. Mulai Pekerja mengangkut karung gabah dari gudang penyimpanan Pekerja Mengangkut dan meletakkan karung Pekerja meratakan gabah keseluruh lantai jemur Pekerja menumpahkan gabah dari karung ke lantai jemur Pekerja memotong dan melepas tali karung Pekerja memberishkan gabah dari kotoran yang terbawa Pekerja membalikan gabah agar keseluruhan gabah Selesai Gambar 6. Urutan proses penjemuran gabah di penggilingan skala kecil Pada proses pemecahan kulit di penggilingan padi skala kecil diawali dengan mengangkut gabah kering dalam karung yang sudah dijemur sebelumnya. Karung gabah lalu dibuka dengan memotong talinya lalu menuang isi karung berisi gabah kedalam hopper pada mesin husker. Output gabah dari mesin husker yang tertampung dalam wadah dilihat dan dikontrol kualitasnya. Kualitas gabah dalam wadah penampung yang belum maksimal dimasukkan kembali kedalam mesin husker sedangkan wadah yang berisi gabah yang sudah maksimal diangkut dan diletakkan pada polisher atau langsung dituang kedalam hopper polisher. Diagram alir proses pemecahan kulit dapat dilihat pada Gambar 7. Mulai Pekerja mengangkat gabah dari gudang dan membuka talinya Pekerja mengangkut karung dan dan memuat gabah kedalam hopper Pekerja mengatur wadah penampung untuk ouput gabah pecah kulit dari mesin Gabah pecah kulit sudah maksimal Gabah pecah kulit Belum maksimal Pekerja mengontrol kualitas dari beras pecah kulit yang dihasilkan Pekerja mengangkut wadah ke dekat mesin penyosoh Selesai Gambar 7. Urutan proses pemecahan kulit gabah di penggilingan skala kecil 16

31 Pada proses penyosohan di penggilingan padi skala kecil proses diawali dengan mengangkat dan menuang gabah pecah kulit hasil husking kedalam huller pada polisher. Output dari mesin penyosoh yang masuk kedalam wadah sementara dilihat dan dikontrol kualitasnya. Untuk beras yang belum maksimal kembali dimasukkan kedalam polisher untuk disosoh ulang, sedangkan beras sosoh yang sudah maksimal dimasukkan kedalam karung. Karung yang sudah penuh lalu ditimbang dan diikat dengan menggunakan tali dan jarum. Diagram alir proses penyosohan dapat dilihat pada Gambar 8. Beras belum maksimal Mulai Selesai Pekerja mengangkat dan memuat beras pecah kulit kedalam hopper mesin penyosoh Pekerja mengikat karung beras yang sudah ditimbang Pekerja mengontrol kualitas beras yang dihasilkan Beras sudah maksimal Pekerja memasukkan output beras kedalam karung untuk ditimbang Gambar 8. Urutan proses penyosohan beras pecah kulit di penggilingan skala kecil Tata letak penggilingan padi pada proses pemecahan kulit dan penyosohan skala kecil Lokasi A dan Lokasi B sama yaitu terdiri dari satu unit husker dan satu unit polisher yang terletak berdampingan dan dikerjakan oleh dua orang pekerja. Tata letak penggilingan kecil dapat dilihat pada gambar 9. Tumpukan karung gabah Pekerja Husker Keterangan : : arah proses Pekerja Polisher Gambar 9. Tata letak proses pemecahan kulit dan penyosohan di penggilingan kecil Proses Penggilingan Padi Skala Besar Pada proses penjemuran pada penggilingan besar di PDS, Subang dilakukan pada lantai jemur yang beralas semen berbentuk baris-baris gelombang dengan kapasitas jemur 20 ton seperti terlihat pada Gambar 10. Proses penjemuran diawali dengan pengangkutan karung berisi gabah dari tempat 17

32 penyimpanan karung gabah ke lantai jemur. Karung gabah disusun membentuk baris agar menyebar keseluruh lantai jemur saat ditumpahkan. Karung gabah yang sudah tersebar keseluruh lantai jemur dipotong talinya hingga karung terbuka lalu gabah ditumpahkan ke lantai jemur. Setelah seluruh karung di lantai jemur sudah ditumpahkan lalu diratakan menggunakan alat garuk yang terbuat dari kayu. Perataan gabah menggunakan garuk kayu dilakukan untuk meratakan tumpahan gabah dari karung ke seluruh lantai jemur sehingga penyebaran panas dari sinar matahari pada gabah maksimal. Gambar 10. Lantai jemur bergelombang di penggilingan padi skala besar PDS, Subang Proses yang dilakukan setelah seluruh gabah sudah merata di lantai jemur adalah proses pembalikan gabah. Pembalikan gabah diawali dengan mengumpulkan gabah yang sedang dijemur dengan garuk kayu hingga membentuk tumpukan baris gabah, seperti terlihat pada Gambar 12. Penumpukan gabah mengakibatkan bagian alas semen yang awalnya tertutup gabah basah menjadi terbuka dan terkena panas matahari secara langsung sehingga alas semen menjadi kering dan panas kembali. Pada saat lantai semen sudah dirasa cukup panas maka tumpukan gabah diratakan kembali sehingga gabah yang sebelumnya dibawah atau belum terkena panas matahari menjadi tertukar dengan gabah yang sudah tersinari panas matahari secara langsung, proses perataan gabah dapat dilihat pada Gambar 13. Proses pembalikan gabah dilakukan setiap 40 menit hingga 1 jam sekali atau 6-8 kali sehari dari pukul 8.00 hingga pukul dengan tempering time pukul agar gabah yang terkena panas matahari lebih merata. Diagram proses penjemuran dapat dilihat pada Gambar 11. Mulai Pekerja mengangkut karung gabah dari penyimpanan ke lantai Pekerja membuka tali karung dan menumpahkan Pekerja membalikan gabah dengan cara mengumpul dan menyebar secara bergantian Pekerja membalikan gabah dengan cara mengumpul dan menyebar secara bergantian Pekerja meratakan tumpahan gabah keseluruh lantai jemur Pekerja menyiapkan karung dan memasukan gabah kering kedalam Pekerja menjahit karung dan mengangkutnya ke tempat penyimpanan Selesai Gambar 11. Diagram alir proses penjemuran di penggilingan padi skala besar 18

33 Gambar 12. Contoh proses pengumpulan gabah di penggilingan padi skala besar PDS Gambar 13. Contoh proses perataan gabah di penggilingan padi skala besar PDS Pada lokasi penjemuran, suhu cukup tinggi dengan kisaran 30 C - 49 C sehingga dapat ditahan maksimal 1 jam dan jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental pekerja sesuai dengan Tabel 3. Suhu yang tinggi akan membuat pekerja merasa tidak nyaman dan cepat lelah. Para pekerja sebaiknya menggunakan pakaian yang dapat menutup seluruh tubuh berbahan tipis dan menggunakan penutup kepala seperti topi yang lebar. Pakaian tersebut dimaksudkan agar tubuh pekerja tidak tersengat matahari secara langsung sehingga tidak membuat pekerja kepanasan dan menimbulkan kelelahan fisik. Tabel 3. Pengaruh temperatur terhadap pekerja Temperatur Akibat yang ditimbulkan ± 49 C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental ± 30 C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik ± 24 C Kondisi paling nyaman bagi pekerja ± 10 C Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul Sumber : Nurmianto, Eko (2004) Pada proses pemecahan kulit di penggillingan skala besar PDS, dilakukan proses pemecahan kulit gabah hingga kulit terlepas dan menjadi beras pecah kulit. Pada proses ini gabah dimasukkan kedalam kotak penampung seperti terlihat pada Gambar 14 yang berhubungan langsung dengan elevator lalu gabah masuk kedalam paddy cleaner untuk memisahkan gabah hampa dan kotoran lainnya. Kotoran dipisah dan ditampung dalam karung sedangkan gabah masuk kedalam Rice Husker 1 dan 2 untuk proses pemecahan kulit. Sisa dari hasil pemecahan kulit berupa sekam dipisahkan oleh blower dan ditampung di ruangan penampung sekam melalui pipa. Beras pecah kulit hasil pemecahan lalu diangkat oleh elevator dan masuk kedalam paddy separator untuk memisahkan beras pecah kulit dengan gabah yang tercampur. Gabah yang masih tercampur ditampung dalam wadah lalu dimasukkan kedalam Rice Husker 2 untuk dilakukan proses pemecahan kulit kembali, Rice Husker 1 dan 2 dapat dilihat pada Gambar

34 Gambar 14. Kotak Penampung Gabah di penggilingan padi PDS, Subang Gambar 15. Husker 1 dan 2 penggilingan padi PDS, Subang Beras pecah kulit yang telah melewati paddy separator tipe mesh seharusnya dapat langsung masuk dan diangkat kembali oleh elevator, namun output dari paddy separator dengan elevator sendiri memiliki jarak sehingga perlu ada pekerja tambahan untuk menarik dan mendorong output gabah masuk kedalam elevator menggunakan alat garuk kayu seperti terlihat pada Gambar 16. Gambar 16. Mendorong gabah kedalam elevator di penggilingan padi PDS, Subang Hal ini disebabkan rancangan awal penggilingan yang awalnya dirancang untuk menggunakan paddy separator mekanis, namun yang digunakan adalah paddy separator tipe mesh sedangkan paddy separator mekanis sendiri tidak digunakan. Beras pecah kulit yang telah melewati Paddy Separator diangkat elevator dan langsung masuk kedalam Rice Polisher pertama. Proses penyosohan ini memanfaatkan gesekan antar butiran untuk membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras agar dihasilkan beras yang bening. Selama penyosohan, terjadi penekanan terhadap butir beras sehingga terjadi butir patah dan menir. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang lebih kecil daripada butir patah (Damardjati, 1988). Setelah melewati Rice Polisher pertama, beras kembali diangkat oleh elevator dan masuk kedalam Rice Polisher kedua untuk proses penyosohan kembali agar hasil lebih maksimal dan langsung masuk kedalam Rice Grader untuk memisahkan antara butir kepala dengan butir patah dan menir. Butir kepala selanjutnya masuk ke proses pengemasan sedangkan menir dan butir patah yang dipisahkan ditampung dengan wadah lalu disaring lagi menggunakan mesh untuk memisahkan butir kepala yang tercampur dan beras patah yang masih dapat diterima standar kualitas penggilingan. Beras yang sudah melalui Rice Grader masuk kedalam karung hingga karung terisi penuh. Karung yang sudah penuh kemudian diangkat keatas timbangan untuk diukur beratnya dan karung baru disiapkan sebagai pengganti karung yang 20

35 penuh. Berat beras disesuaikan dengan berat yang ditentukan dengan mengurangi beras jika berat lebih dan menambah beras jika berat kurang. Beras yang ditambahkan diambil dari beras yang tercecer pada saat pergantian karung. Karung yang sudah berisi beras dengan berat yang ditentukan lalu dijahit bagian penutupnya dengan alat jahit semi mekanis. Karung beras yang sudah dijahit lalu diangkut dan disusun dengan susunan kunci lima di tempat penyimpanan sementara sebelum diangkut menggunakan truk atau container. Diagrarm alir proses pemecahan kulit hingga pengemasan dapat dilihat pada Gambar 17 dan tata letak pekerja dapat dilhat pada Gambar 18. Mulai GKG Paddy Cleaner Sampah dan kotoran Sekam Husker 1 Husker 2 Gabah Pecah kulit Paddy Separator Sekam Gabah pecah kulit yang belum sempurna Dedak Polisher 1 Beras pecah ukuran besar Dedak Polisher 2 dan Rice grader Beras Menir dan beras pecah Mesh Penimbangan Menir dan beras pecah ukuran kecil Pengemasan Karung Beras Penyusunan karung beras Keterangan : : Arah proses : Hasil samping Selesai Gambar 17. Diagrarm alir proses pemecahan kulit hingga pengemasan 21

36 Pekerja Penampung gabah Tumpukan karung gabah Pekerja Husker 1 Paddy cleaner Husker 2 Pekerja Paddy separator tipe mesh Pekerja Polisher 1 Polisher 2 Tumpukan karung beras Pekerja Timbangan Rice grader Pekerja Keterangan : : Elevator : Arah proses 22

37 Gambar 18. Tata letak proses pemecahan kulit dan penyosohan di penggilingan besar Daerah sekitar Rice Husker memiliki intensitas debu halus cukup besar dikarenakan lubang pemasukan pipa pembuangan sisa pemecahan kulit kedalam penampung terlalu besar sehingga debu dapat keluar pada saat proses pemecahan kulit berlangsung. Debu juga dapat beterbangan di udara karena adanya benturan sesama bulir padi ataupun adanya benturan antara padi dengan dasar inlet huller rice. Debu yang terhirup oleh pekerja dapat menyebabkan gangguan pada fungsi paru dan kemungkinan mengidap penyakit menular ISPA (infeksi saluran pernafasan atas). Debu yang dihasilkan dari proses pemecahan kulit padi perlu dihilangkan untuk menghindarkan tenaga kerja dari penurunan fungsi paru. Salah satu cara untuk menurunkan debu adalah menggunakan wet scrubber. Suatu scrubber berbentuk silender dengan tinggi 70 cm dan diameter 5 cm yang di dalamnya ditambahkan media berpori dan penyemprotan embun air dapat menurunkan partikel yang berbentuk aerosol (Ciborowski dan Hulewich, 1970). Partikel kecil yang berbentuk powder telah berhasil diturunkan dalam udara dengan menggunakan air yang disemprotkan melalui nozzle (Rambali, 2002). Cara yang lain juga dapat dilakukan dengan mengisolasi ruangan penampung sisa pemecahan kulit dengan ruangan penggilingan. Pekerja sebaiknya menggunakan masker khusus yang dapat menyaring debu dan tidak mempersulit bernafas. Ruangan pemecahan kulit beralaskan keramik dan semen yang selalu terasa getaran pada saat proses berlangsung. Getaran tersebut berasal dari getaran yang dihasilkan mesin terutama engine berbahan bakar solar sebagai sumber tenaga penggerak utama mesin penggilingan. Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang selalu bergetar dirasa kurang baik karena dapat menghilangkan konsentrasi pekerjanya bila terlalu lama berada di ruangan tersebut. Getaran yang dirasakan pekerja dalam jangka waktu yang lama tersebut mengakibatkan tubuh pekerja merasa selalu bergetar. Untuk mengurangi getaran sebaiknya engine dan bagian transmisi diberi dudukan (engine mounting) menggunakan material elastis yang dapat meredam getaran. 4.2 ANALISIS GERAKAN DAN WAKTU Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan guna memilih alternatif metoda kerja yang terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Definisi Pekerjaan Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengukuran waktu kerja adalah dengan teknik micromotion study. Metode ini baik sekali diaplikasikan untuk meneliti siklus operasi kerja yang pendek, berlangsung secara berulang-ulang dan dilaksanakan secara manual. Menurut Wignjosoebroto (2003) aktivitas pengukuran kerja ini memiliki kriteria-kriteria pekerjaan yang harus dipenuhi, yaitu : a. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. b. Isi atau macam pekerjaan itu harus homogen. c. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung. d. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya. Sesuai dengan batasan masalah yang diuraikan di depan, bahwa proses penggilingan padi merupakan proses yang terdiri dari proses penjemuran yang diawali dari pengangkutan karung gabah hingga pembalikan gabah, proses pemecahan kulit yang diawali dengan penuangan gabah dari karung 23

38 kedalam kotak penampung hingga pemasukan gabah pecah kulit ke elevator, proses penyosohan dan proses pengemasan yang diawali dengan mengisi karung hingga penyusunan karung beras. Pekerjaan pada penggilingan padi 100% dilakukan oleh pekerja pria karena mayoritas pekerjannya membutuhkan tenaga yang sangat besar seperti mengangkat karung gabah yang berat dan pembalikan tanah di lantai jemur yang membutuhkan fisik kuat karena sengatan panas matahari. Output pada pekerjaan proses penjemuran gabah berupa sistem berat dalam kilogram, yaitu banyaknya gabah dalam kilogram gabah yang dikerjakan dalam waktu satu jam. Output pada pekerjaan yang dilakukan dalam proses pemecahan kulit, penyosohan dan pengemasan berupa sistem berat dalam kilogram, yaitu banyaknya beras yang diproduksi dalam waktu satu jam. Untuk kontinuitas pekerjaan pada proses penjemuran gabah dilakukan setiap hari jika cuaca panas dan tidak hujan dilakukan setiap hari atau senin sampai minggu dari pukul WIB selama terdapat gabah basah. Kontinuitas pada proses pemecah kulit hingga pengemasan juga dilakukan setiap hari selama terdapat stok gabah kering giling. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pada proses penggilingan padi dan layak untuk dilakukan aktivitas pengukuran kerja Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja Mengukur waktu kerja sekaligus dari saat awal persiapan sampai akhir pekerjaan tersebut selesai dilakukan adalah satu hal yang tidak bisa dibenarkan (Wignjosoebroto, 2003). Dalam pelaksanaan pengukuran kerja, umumnya yang dilakukan terlebih dahulu adalah membagi operasi menjadi elemen-elemen kerja. Berdasarkan 17 gerakan dasar yang telah diuraikan oleh Gilbreth, maka satu operasi preparasi tepung dan pengemasan dapat diuraikan menjadi beberapa segmen gerakan yang diberi nama sesuai elemen gerak yang terjadi. Segmen-segmen tersebut antara lain : 1. Mencari (Search) Mencari (Sh) adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu obyek. Gerakan ini dilakukan oleh mata. Gerakan dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek tersebut sudah ditemukan. Berdasarkan definisi gerakan ini, pada proses pemecahan kulit dimana pekerja memotong tali karung menggunakan pisau sebelum diangkat untuk dimasukan kedalam husker. Gerakan ini dimulai ketika mata pekerja bergerak mencari pisau untuk sampai pekerja menemukan letak pisau yang akan digunakan untuk memotong tali pada karung gabah. Setelah memotong tali pekerja sering meletakkan pisau pada sembarang tempat karena memerlukan kedua tangannya untuk membantu pekerja lain mengangkat karung. Gerakan ini termasuk gerakan yang tidak efektif yang perlu dihilangkan, pekerja menghabiskan waktu untuk mencari dimana terakhir kali ia menaruh pisaunya. Gerakan menjangkau pisau dapat dihilangkan dengan cara menancapkan pisau pada karung selanjutnya yang akan dipotong talinya. Gerakan tidak efektif ini juga dapat dihilangkan dengan membuat wadah khusus untuk menaruh pisau yang dapat diikatkan pada pinggang sehingga mencegah pekerja untuk menaruh pisau disembarang tempat dan mempercepat kegiatan kerja pada proses pemecahan kulit. Gerakan mencari pisau juga terjadi pada proses penjemuran gabah saat pekerja memotong tali karung sebelum ditumpahkan ke lantai jemur. 2. Menjangkau (Transport Empty) dan Memegang (Grasp) Menjangkau (TE) adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek, sedangkan memegang (G) sendiri didefinisikan sebagai gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada suatu objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Berdasarkan definisi tersebut, dalam elemen penjahitan karung pada proses pengemasan gerakan dimulai pada saat pekerja menggerakan tangannya menuju alat jahit, sampai 24

39 menutup jari-jari tangan setelah memegang alat tersebut. Kedua elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan sedangkan tangan kiri dalam keadaan hold hingga tangan kanan selesai menjahit karung. Gerakan tangan kanan termasuk kedalam gerakan efektif karena menjangkau alat (transport empty) dan memegangnya untuk digunakan. Dalam elemen persiapan karung pada proses pengemasan gerakan ini dimulai pada saat pekerja mulai menggerakan tangannya menuju karung beras yang akan dibuka sampai pekerja memegang karungnya dan menutup jari-jari tangan. Gerakan menjangkau dan memegang karung ini dilakukan oleh tangan kanan. Gerakan ini dirasa kurang baik karena pekerja harus membungkuk untuk menjangkau karung yang terlalu rendah. Hal ini dirasa kurang baik karena dapat memperlambat waktu dan mempercepat kelelahan pekerja. Karung yang dipersiapkan untuk proses pengemasan sebaiknya ditempatkan lebih tinggi sehingga pekerja tidak perlu sampai membungkuk untuk menjangkau karung. Pada elemen mengambil karung karung di tempat penyimpanan karung pada proses penjemuran gabah, gerakan dimulai pada saat pekerja berjalan kearah tempat penyimpanan sampai pekerja memegang karung beras yang akan diangkat. Gerakan dirasa kurang efektif karena perjalanan dari lantai jemur ke tempat penyimpanan gabah cukup jauh sedangkan pekerja hanya dapat menangkut satu karung tiap siklus. Hal tersebut mengakibatkan pekerja harus bolak-balik mengambil karung gabah ditempat penyimpanan dan akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Sebaiknya digunakan alat bantu seperti kereta dorong atau gerobak untuk mengangkut karung gabah dalam jumlah yang lebih banyak dalam satu siklus. 3. Membawa dengan beban (Transport Loaded) Membawa dengan beban (TL) merupakan gerak perpindahan tangan, hanya saja tangan yang berpindah ini bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek). Gerakan ini dimulai dan diakhiri pada saat yang sama dengan elemen gerakan menjangkau hanya saja tangan yang menjangkau ini dalam kondisi membawa beban. Berdasarkan definisi ini pada elemen memotong tali pada proses penjemuran, gerakan dimulai ketika pekerja membawa pisau ke karung gabah dilantai jemur dan berakhir ketika memakai pisau tersebut. Gerakan dilakukan oleh tangan kanan sedangkan tangan kiri digunakan untuk memegang (hold) tutup karung. Kedua gerakan ini merupakan gerakan efektif dan waktu rata-rata adalah 5.53 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerjaan adalah pekerja harus selalu pindah dengan berjalan dan membungkuk pada karung berikutnya. Untuk mengurangi keterlambatan sebaiknya bagian pentutup karung gabah disusun berhadapan sehingga pekerja dapat memotong dua tali penutup karung sekaligus dalam satu kali jalan dan membungkuk. Pada elemen mengangkut karung di proses pemecahan kulit gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa karung gabah yang sudah dibuka ke mulut kotak penampung gabah kering giling dan berakhir ketika melepas karung tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu rata-rata untuk mengangkut karung gabah ke kotak penampung gabah kering giling adalah 8.04 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerja dalam membawa karung gabah ialah stamina dari pekerja itu sendiri karena berat dari karung gabah mencapai kg. Disarankan agar kondisi tubuh dari pekerja harus dijaga dengan asupan kalori yang sesuai dengan pekerjaan. Pengangkutan karung pada proses pemecahan kulit dapat dilihat pada Gambar

40 Gambar 19. Pengangkutan karung pada proses pemecahan kulit Pada elemen kerja mengangkut karung gabah pada proses penjemuran, gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa karung gabah basah ke lantai jemur dan berakhir ketika menjatuhkan (melepas) karung tersebut. Gerakan yang dilakukan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri serta pundak sebagai penopang dan merupakan gerakan efektif. Waktu rata-rata yang diperoleh pada elemen kerja mengangkut karung gabah basah adalah detik. Berat karung gabah dapat dikategorikan sangat berat karena memiliki berat berikisar kg sehingga perlu tenaga yang besar dan mempercepat kelelahan pekerja. Hal tersebut dirasa kurang baik karena setelah pekerja selesai meletakkan karung gabah pada lantai jemur, pekerja harus kembali mengambil karung gabah yang lain sedangkan jarak lokasi peletakkan karung gabah dilantai jemur juga semakin jauh. Hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan peralatan handling seperti kereta dorong. Kereta dorong disini dapat membantu pekerja untuk membawa karung sekaligus sehingga pekerja tidak perlu bolak-balik untuk mengambil karung dan membawanya pada lantai jemur. 4. Memegang untuk memakai (Hold) Gerakan ini terjadi saat tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol obyek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Gerakan ini dimulai pada saat satu tangan memegang dan memakai (mengendalikan) obyek dan berakhir ketika tangan yang lainnya selesai melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Berdasarkan definisi ini pada elemen mengikat tali pada proses penjemuran dimulai ketika tangan kiri pekerja memegang bukaan karung sementara tangan kanan mulai menjahit bukaan karung, gerakan ini berakhir ketika pekerja selesai menjahit dan mengikat karung. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Waktu rata-rata memegang untuk memakai pada elemen pengikatan karung adalah detik. Hal yang dapat memperlambat waktu adalah jika tali yang digunakan kurang panjang untuk mengikat karung sehingga proses pengikatan diulang kembali dengan tali yang baru. Gerakan ini juga terjadi pada elemen menjahit karung pada proses pengemesan, gerakan diawali pada saat tangan kiri memegang bukaan karung dan tangan kanan menjangkau alat jahit untuk memegang dan mengunakkanya hingga selesai menjahit. Gerakan hold pada tangan kiri dapat dilhat pada Gambar

41 Gambar 20. Contoh gerakan hold pada elemen penjahitan di proses pengemasan 5. Melepas (Release) Elemen gerakan melepas (RL) terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali obyek yang dipegang sebelumnya. Gerakan ini diawali saat jari-jari tangan membuka lepas dari obyek yang dibawa dan berakhir ketika semua jari sudah tidak menyentuh obyek lagi. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada elemen pengangkutan karung pada proses pemecahan kulit dimulai ketika pekerja melepas karung untuk ditumpuk dekat kotak penampung gabah dan berakhir ketika pekerja tidak lagi menyentuh karung. Gerakan dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Hal yang dapat memperlambat waktu adalah jika tumpukan karung yang sudah tinggi mengakibatkan pekerja kesulitan menumpuk karung yang memiliki beban sangat berat sehingga mempercepat kelelahan pekerja. Pada elemen penjahitan pada proses pengemasan, gerakan dimulai ketika pekerja melepas alat jahit yang diletakkan pada meja dan berakhir ketika pekerja sudah tisak menyentuh alat jahitnya. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan dan merupakan gerkan efektif. Hal yang dapat memperlambat gerakan pekerja adalah ketika pekerja meletakkan alat jahit pada meja yang terbuat dari bahan kayu sehingga peletakkan alat jahit harus hati-hati agar alat jahit tidak terbentur keras. Alas meja berupa kayu sebaiknya ditambahkan bahan yang lebih lunak atau menggunakan tempat penggantung alat penjahit sehingga pekerja tidak perlu menghabiskan waktu untuk meletakkan alat jahit secara hati-hati. 6. Mengarahkan (Position) Mengarahkan (P) adalah gerakan yang menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan merakit (assembling) atau melepas (release). Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan berakhir atau melepas/memakai dimulai. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada elemen menuang wadah berisi gabah pecah kulit pada proses pemecahan kulit yang dimulai ketika pekerja mengarahkan wadah gabah kedalam hopper mesin husker dan berakhir ketika tangan pekerja melepas wadah gabah. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Hal tersebut seharusnya dapat dihilangkan dari proses pemecahan kulit. Pada elemen penjahitan tali pada karung gabah dalam proses penjemuran, gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan tali pada lubang jarum dan berakhir ketika jarum sudah menembus karung. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Gerakan ini sebaiknya dihilangkan dari proses penjahitan tali pada karung gabah. 27

42 Pada elemen memasukkan gabah kedalam hopper mesin husker di proses pemecahan kulit pada penggilingan skala kecil Lokasi A, gerakan dimulai ketika pekerja memegang karung berisi gabah untuk diangkat menuju hopper mesin husker dan berakhir setelah gabah sudah mulai tertuang kedalam hopper. Hopper pada mesin husker dibuat terlalu tinggi sehingga pekerja memerlukan tenaga lebih untuk dapat mencapai hopper dengan memanjat terlebih dahulu seperti terlihat pada Gambar 21. Gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif dan dapat memercepat kelelahan pekerja. Hopper pada mesin husker sebaiknya dimodifikasi mejadi lebih rendah dan mudah dijangkau. Gambar 21. Letak hopper yang tinggi di penggilingan padi skala kecil Lokasi A Apabila hopper telah dimodifikasi gerakan ini dapat mempercepat waktu rata-rata yang awalnya detik dan juga dapat memperingan beban kerja sehingga waktu standar selama detik dapat berkurang akibat penurunan faktor kelonggaran beban kerja. 7. Memeriksa (Inspect) Elemen gerakan ini termasuk langkah kerja untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Gerakan kerja dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama proses kerja berlangsung. Elemen dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan benda kerja dan lain-lain aktivitas yang prinsipnya memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan standar yang ada. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada elemen memasang karung pada proses pengemasan, gerakan dilakukan ketika pekerja memeriksa kualitas beras yang masuk kedalam karung. Gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif sehingga perlu dihilangkan. Pemeriksaan kualitas beras sebaiknya dilakukan dalam waktu tertentu dengan alat yang lebih teliti seperti kaca pembesar sehingga pekerja tidak perlu mengambil beras keluaran dari polisher untuk dilihat kualitasnya. Penggunaan teknologi sensor dapat diaplikasikan untuk mengontrol kualitas dari beras yang diproduksi dengan membedakan warna dari beras hasil sosoh. 8. Memakai (Use) Memakai adalah elemen gerakan dimana salah satu atau kedua tangan digunakan untuk memakai atau mengontrol suatu alat/obyek untuk tujuan tertentu selama kerja berlangsung. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada elemen pemotongan tali pada proses penjemuran, gerakan yang dimulai ketika tangan pekerja memotong tali karung gabah dengan menggunakan pisau dan berakhir ketika karung gabah telah terbuka. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan sedangkan 28

43 tangan kiri digunakan untuk memegang tutupan karung gabah. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan untuk memotong tali merupakan gerakan efektif dengan waktu rata-rata adalah 5.53 detik. Keterlambatan dapat terjadi jika pisau yang digunakan kurang tajam sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memotong tali. Pisau yang digunakan sebaiknya diasah secara rutin agar pemotongan tali menjadi lebih cepat. Pada elemen menuang gabah dari karung pada proses pemecahan kulit, gerakan dimulai ketika tangan pekerja memegang alat yang berbentuk tanda tanya dengan ujung tajam dan gagang dari kayu (gancu) untuk menancapkannya pada karung dan berakhir ketika gancu sudah lepas dari karung. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan sedangkan tangan kiri memegang karung untuk membantu menuang karung kedalam kotak penampung gabah. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif sedangkan tangan kiri merupakan gerakan yang tidak efektif. Waktu ratarata yang diperoleh untuk menuang gabah adalah 4.56 detik tiap karung. Hal yang dapat memperlambat gerakan pekerja adalah jika tancapan gancu pada karung beras kurang kuat atau gancu yang kurang tajam mengakibatkan tidak menancapnya gancu pada karung gabah sehingga perlu diulang kembali. Pada elemen pembalikan gabah dalam proses penjemuran, gerakan dimulai ketika tangan pekerja memegang alat garuk dan berakhir ketika pekerja pindah ke baris gabah yang berikutnya. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan dan merupakan gerakan yang efektif. Waktu rata-rata tiap baris adalah detik untuk mengumpulkan gabah dan detik untuk menyebar gabah. Hal yang dapat memperlambat kerja adalah jika pembalikan gabah terlalu terburu-buru sehingga pembalikan tidak merata dan pekerja harus mundur kembali untuk meratakannya kembali. Pada elemen penjahitan diproses pengemasan, gerakan dimulai pada saat tangan kanan pekerja memegang alat jahit semi mekanis dan berakhir ketika jari tangan sudah tidak menyentuh alat jahit. Gerakan ini merupakan gerakan efektif dengan waktu rata-rata 5.08 detik. Hal yang dapat memperlambat penjahitan adalah apabila benang jahit sudah habis sehingga perlu diganti dengan benang yang baru. Untuk mengganti benang jahit memperlukan waktu lebih sehingga sebaiknya digunakan minimal dua buah alat jahit, sehingga pada saat benang pada mesin jahit yang satu sudah habis langsung menggunakan mesin jahit yang kedua. Mesin jahit yang sudah habis diganti benangnya oleh pekerja lain yang sedang menanggur. 9. Menganggur (Delay) Gerakan menganggur yang dimaksud adalah gerakan menganggur yang dilakukan pekerja selama bekerja. Gerakan ini termasuk ke dalam elemen-elemen kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (UD), kelambatan yang dapat dihindarkan (AD) dan istirahat untuk menghilangkan lelah (R). Terdapat elemen-elemen kerja yang sering dilakukan oleh pekerja dibagian pemecahan kulit hingga pengemasan, yaitu menunggu, merokok, menyapu lantai dan mengobrol serta bercanda dengan pekerja lain. Pada proses pengemasan, gerakan menganggur terjadi pada akhir siklus yaitu pada saat pekerja selesai mengangkat karung untuk disusun pada lokasi penyimpanan. Pekerja pada saat tersebut berdiam diri karena menunggu karung beras yang belum terisi penuh sehingga tidak ada yang dapat dilakukan pekerja selain menunggu. Pekerja rata-rata menunggu selama detik terlebih dahulu sebelum dapat lanjut ke silkus berikutnya. Pada saat menunggu pekerja mengisi waktu dengan menyapu kotoran dilantai dan membersihkan beras yang tercecer. Pada proses pemasukkan gabah keluaran dari paddy separator, pekerja menunggu tumpukan curah keluaran dari paddy separator hingga cukup tinggi sebelum dimasukkan kedalam elevator. Pada proses ini, pekerja meunggu rata-rata selama detik sebelum masuk ke siklus kerja berikutnya. 29

44 Dalam waktu menunggu pekerja terkadang menyapu dan membersihkan kotoran gabah yang tercecer dilantai. Pada proses pemecahan kulit, pekerja di husker 2 berdiam diri yang sangat lama dibandingkan kerjanya sendiri. Pada proses ini pekerja menunggu wadah penampung keluaran dari paddy separator penuh dengan rata-rata waktu selama detik/siklus sedangkan elemen kerja yang terdiri dari menukar, mengangkat dan menuang wadah total hanya selama 8.14 detik/siklus. Pada proses penyosohan pada penggilingan padi skala kecil Lokasi A, keterlambatan terjadi pada saat pekerja berdiam diri menunggu polisher untuk dapat dituang kembali. Polisher pada proses ini memiliki kapasitas yang sudah menurun sehingga penuangan gabah pecah kulit dari mesin husker tidak dapat dilakukan secara kontinyu. Keterlambatan yang terjadi ini mengakibatkan menumpuknya wadah-wadah berisi gabah pecah kulit dari mesin husker karena tidak dapat langsung diproses Waktu Normal dan Waktu Baku Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk melakukan gerakan dalam pekerjaannya. Waktu normal pada proses penggilingan padi skala kecil di penggilingan Lokasi A dapat dilihat pada Tabel 5, 6 dan 7, untuk proses penggilingan padi skala kecil di penggilingan padi Lokasi B dapat dilihat pada Tabel 8, 9 dan 10, sedangkan untuk penggilingan padi skala besar di penggilingan PDS, Subang dapat dilihat pada Tabel 11, 12, 13 dan 14. Seorang operator dianggap bekerja secara wajar jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan dalam menjalankan pekerjaannya. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan cara Westinghouse. Waktu siklus rata-rata yang telah didapatkan harus melewati 2 faktor pertimbangan terlebih dahulu, yaitu faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran. Waktu baku didapat dari waktu siklus ditambah dengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran. Faktor penyesuaian dan kelonggaran ini didapat dari penilaian yang dilakukan melalui pengamatan. Nilai-nilai penyesuaian dan kelonggaran ini dikalikan dengan waktu normal yang ada yang kemudian menjadi faktor penyesuaian dan kelonggaran yang akan ditambahkan dengan waktu normal. Waktu baku yang ditetapkan dapat berfungsi sebagai perencanaan jumlah pekerja yang harus dipekerjakan pada bagian atau proses-proses tertentu agar produktivitas perusahaan meningkat. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih pada perusahaan karena semua sumber daya manusia dialokasikan ke tempat-tempat yang tepat dan melakukan kegiatan kerja yang efektif. 1. Faktor Penyesuaian Faktor penyesuaian ini terdiri dari 4 faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Nilai-nilai penyesuaian dapat dilihat pada Tabel 4. Tiap elemen kerja memiliki nilai penyesuaian tersendiri tergantung dari pekerja terhadap elemen yang ia kerjakan. Faktor penyesuaian pada tiap elemen dapat dilihat pada lampiran

45 Tabel 4. Nilai Penyesuaian Ketrampilan Usaha Superskill A Superskill A A A Excellent B Excellent B1 0.1 B B2 0.8 Good C Good C C C Average D 0 Average D 0 Fair E Fair E E2-0.1 E Poor F Poor F F F Konsistensi Kondisi Kerja Perfect A 0.04 Ideal A 0.06 Excellently B 0.03 Excellently B 0.04 Good C 0.01 Good C 0.02 Average D 0 Average D 0 Fair E Fair E Poor F Poor F Sumber : Metode Westinghouse pada Nurmianto, Eko (2004) 2. Faktor Kelonggaran Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Definisi dari masing-masing faktor dapat dilihat pada Lampiran 15. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi yang diberikan adalah sebesar 5% untuk wanita dan 2% untuk pria, besarnya kelonggaran ini diberikan karena operator bekerja secara terus menerus selama ± 8 jam tanpa istirahat resmi. Faktor kelonggaran untuk rasa fatigue dilihat dari beberapa faktor yang berpengaruh. Faktor yang berpengaruh adalah tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan mata, temperatur, keadaan atmosfer dan keadaan lingkungan. Faktor kelonggaran waktu dan hambatan-hambatan yang tak terhindarkan diberikan nilai sebesar 5%. Dari perhitungan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran sebelummnya, didapatkan bahwa waktu standar pada proses penjemuran, pemecahan kulit, dan penyosohan pada penggilingan kecil dapat dilihat pada Tabel 5, 6 dan 7 untuk penggilingan Lokasi A dan Tabel 8, 9 dan 10 untuk penggilingan padi Lokasi B. Waktu standar yang diperoleh pada penggilingan padi skala besar di penggilingan PDS, Subang dapat dilhat di Tabel 11, 12, 13 dan

46 Elemen Tabel 5. Waktu standar proses penjemuran di penggilingan kecil Lokasi A Rataan Waktu Elemen (detik) Proses Penjemuran Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg GKP (detik) Mengangkat karung ke bahu Mengangkut dan meletakan karung Berjalan mengambil karung Memotong & melepas tali Berjalan ke karung berikutnya Menuang gabah Mengumpul gabah Menyebar gabah TOTAL Pada proses penjemuran di penggilingan padi Lokasi A pada elemen kegiatan pembalikan gabah yang terdiri dari mengumpulkan gabah dan menyebar gabah, masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali setiap hari sehingga total waktu standar adalah detik/100 kg gabah untuk mengumpul gabah dan detik/100 kg gabah untuk menyebar gabah. Total waktu standar untuk proses penjemuran adalah detik/100 kg gabah. Elemen Tabel 6. Waktu standar proses pemechan kulit di penggilingan kecil Lokasi A Proses Pemecahan kulit Rataan Waktu Elemen (detik) Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg beras (detik) Mengambil karung dan membuka tali pada karung Mengangkat dan menuang gabah Memasukan hasil gilang dari wadah kecil kedalam karung Mengatur dan mengganti wadah penampung hasil giling TOTAL

47 Elemen Tabel 7. Waktu standar proses penyosohan di penggilingan Lokasi A Rataan Waktu Elemen (detik) Proses Penyosohan Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg beras (detik) Mengangkat dan menuang gabah Memasukkan beras kedalam karung TOTAL Elemen Tabel 8. Waktu standar proses penjemuran gabah di penggilingan Lokasi B Proses Penjemuran Mengangkat karung ke bahu Mengangkut dan meletakan karung Berjalan mengambil karung Memotong & melepas tali Berjalan ke karung berikutnya Rataan Waktu Elemen (detik) Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg GKP (detik) Menuang gabah Mengumpul gabah Menyebar gabah TOTAL Pada proses penjemuran di penggilingan padi Lokasi B pada elemen kegiatan pembalikan gabah yang terdiri dari mengumpulkan gabah dan menyebar gabah, masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali setiap hari sehingga total waktu standar adalah detik/100 kg gabah untuk mengumpul gabah dan detik/100 kg gabah untuk menyebar gabah. Total waktu standar untuk proses penjemuran adalah detik/100 kg gabah. 33

48 Elemen Tabel 9. Waktu standar proses pemecahan kulit di penggilingan Lokasi B Proses Pemecahan kulit Rataan Waktu Elemen (detik) Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg beras (detik) Memasukkan gabah Menukar wadah TOTAL Tabel 10. Waktu standar proses penyosohan gabah giling di penggilingan Lokasi B Elemen Rataan Waktu Elemen (detik) Proses Penyosohan Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg beras (detik) Mengangkat wadah ke hopper Memasukkan beras ke karung TOTAL Elemen Tabel 11. Waktu standar proses penjemuran di penggilingan besar PDS Rataan Waktu Elemen (detik) Proses Penjemuran Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg beras (detik) Mengangkat karung Menangkut karung Mengambil karung Membuka tali Jalan ke karung Menumpahkan gabah Jalan ke karung Meratakan gabah Mengumpulkan gabah Menyebar gabah Menyiapkan karung Memasukkan gabah ke karung Mempersiapkan tali dan jarum Menjahit karung TOTAL

49 Pada proses penjemuran di penggilingan padi PDS pada elemen kegiatan pembalikan gabah yang terdiri dari mengumpulkan gabah dan menyebar gabah, masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali setiap hari sehingga total waktu standar adalah detik/100 kg gabah untuk mengumpul gabah dan detik/100 kg gabah untuk menyebar gabah. Total waktu standar untuk proses penjemuran adalah detik/100 kg gabah. Jika disamakan dengan kegiatan yang dilakukan pada penggilingan kecil atau tidak ada kegiatan akhir atau hanya dari kegiatan mengangkat karung hingga menyebar gabah (tanpa perataan) maka total waktu standar adalah detik/100 kg gabah. Tabel 12. Waktu standar proses pemecahan kulit di penggilingan besar PDS Elemen Proses Pemecahan kulit Rataan Waktu Elemen (detik) Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg beras (detik) Mengangkat karung Mengangkut karung Menuang gabah dari karung Menukar wadah Mengangkat Menuang TOTAL Elemen Tabel 13. Waktu standar proses penyosohan di penggilingan besar PDS Rataan Waktu Elemen (detik) Proses Penyosohan Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg beras (detik) Mengumpulkan gabah Memasukkan gabah Memasang karung TOTAL

50 Elemen Mengangkat karung Tabel 14. Waktu standar proses pengemasan di penggilingan besar PDS Rataan Waktu Elemen (detik) Proses Pengemasan Rating factor Waktu Normal Elemen (detik) Allowance Waktu Standar Elemen (detik) Waktu Standar 100kg beras (detik) Menimbang beras Melipat karung Menjahit karung Menyusun karung Mengambil karung TOTAL Pada penggilingan padi skala kecil di penggilingan Lokasi A didapatkan total waktu standar detik/100 kg gabah untuk proses penjemuran, detik/100 kg gabah kering giling dan detik/100 kg untuk beras pecah kulit untuk proses penyosohan. Pada penggilingan padi skala kecil di penggilingan Lokasi B didapatkan total waktu standar detik/100 kg gabah untuk proses penjemuran, detik/100 kg gabah kering giling dan detik/100 kg untuk beras pecah kulit untuk proses penyosohan. Penjemuran pada penggilingan Lokasi B membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penggilingan Lokasi A karena pada penggilingan Lokasi B pekerja pada saat penjemuran awal adalah dari petani sendiri yang relatif sudah berumur sehingga performa kurang dan lambat. Pada penggilingan padi Lokasi B memiliki luas lapangan jemur yang lebih luas dibandingkan dengan penggilingan Lokasi A, namun pada penggilingan Lokasi B gabah dijemur dengan ketebalan yang lebih tipis sehingga luas lapangan jemur akan lebih luas untuk jumlah gabah yang sama dan waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama. Perbedaan pada pemecahan kulit ini sangat mungkin disebabkan oleh kapasitas mesin penggiling yang berbeda. Pada penggilingan Lokasi A pekerja memasukan gabah dalam jumlah yang besar sekali tuang atau langsung menuangkan karung gabahnya, sedangkan pada penggilingan padi Lokasi B pekerja memasukkan gabah dalam jumlah yang sedikit atau menggunakan wadah kecil karena proses pemecahan kulit pada husker lambat. melakukan pekerjaan yang lebih cepat namun lebih berat sedangkan pada pekerja di penggilingan Lokasi B terlihat lebih lama menunggu sampai hopper mesin husker kosong. Pada proses penyosohan terlihat bahwa total waktu standar pada penggilingan Lokasi A jauh lebih lama dibandingkan dengan penggilingan Lokasi B karena pada penggilingan Lokasi A terlihat kapasitas polisher sudah sangat menurun sehingga tumpukan beras pecah kulit hasil dari mesin husker lebih banyak menunggu untuk dilanjutkan ke proses polishing. Pada penggilingan skala besar PDS diperoleh total waktu standar yaitu detik/100 kg atau detik/100 kg gabah jika kegiatan yang diukur waktunya sama dengan penggilingan kecil untuk proses penjemuran, detik/100kg gabah kering giling, detik/100 kg untuk beras pecah kulit untuk proses penyosohan dan detik/100 kg beras untuk pengemasan. Pada proses penjemuran waktu banyak terbuang pada saat pekerja mengambil karung dari tempat penyimpanan ke 36

51 lapangan jemur. Jarak antara tempat penyimpanan karung gabah dan lapangan jemur yang luas mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut lebih lama. Pada proses pemecahan kulit dan penyosohan, waktu standar penggilingan PDS lebih cepat dibandingkan dengan penggilingan kecil karena kapasitas mesin yang jauh lebih besar. Proses penjemuran, pemecahan kulit dan penyosohan pada penggilingan skala besar PDS memiliki perbedaan yaitu faktor kelonggaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggilingan kecil terutama pada kondisi lingkungan, atmosfer dan suhu. Faktor kelonggaran kondisi lingkungan yaitu pada getaran dan kebisingan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggilingan kecil. Intensitas debu yang dan suhu yang tinggi sangat mempengaruhi faktor kelonggaran atmosfer dan suhu. Waktu normal yang diperoleh setelah disesuaikan dengan faktor kelonggaran terlihat jauh meningkat. 4.3 ANALISIS METODE KERJA Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, diperlukan perancangan sistem kerja yang baik pula. Suatu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang ekonomis. Prinsip dari ekonomi gerakan menurut Niebel (1999) adalah pengetahuan dasar mengenai fisiologi manusia dan menggunakannya sebagai pertimbangan utama dalam analisis aplikasi suatu metode kerja. Pada penggilingan Lokasi A Pada mesin husker menempatkan hopper pada sangat tinggi dibandingkan dengan polisher sehingga harus menaiki tangga dahulu untuk mencapai husker. Hal tersebut mengakibatkan pekerja membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai hopper dan pekerja juga membutuhkan tenaga yang lebih besar karena harus menaiki tangga sambil mengangkat karung gabah. Posisi menaiki tangga sambil mengangkat karung dapat menyebabkan cedera serius pada sendi-sendi lutut, pergelangan kaki dan paha yang menahan beban yang besar. Sebaiknya mesin husker dimodifikasi dan diletakkan sejajar dengan lantai agar pekerja tidak perlu menjangkau hopper yang terlalu tinggi. Karung beras yang diecer menggunakan wadah bervolume lebih kecil juga dapat mengurangi beban yang ditanggung pekerja. Pada proses penyosohan, pekerja menuang beras hasil sosoh dari wadah penampung beras menggunakan sendok beras pada saat wadah belum terisi penuh sehingga tiap sendokan beras tidak memaksimalkan kapasitas sendok. Sebaiknya pekerja menggunggu wadah terisi penuh dan langsung menuangkan wadah kedalam karung beras tanpa menggunakan sendok beras. Kapasitas mesin penyosoh yang tidak sebanding dengan mesin pemecah kulit mengakibatkan tumpukan beras pecah kulit yang menumpuk dan menunggu untuk diproses ke mesin penyosoh. Pada proses pemecahan kulit pekerja sering mengganti wadah penampung hasil giling yang terisi penuh dengan wadah lain yang kosong. Hal tersebut terjadi karena wadah penampung memiliki kapasitas yang terlalu kecil. Sebaiknya digunakan wadah yang memiliki kapasitas tampung yang lebih besar agar pergantian wadah penampung tidak terlalu sering. Pada lantai jemur di proses penjemuran dibutuhkan perhatian lebih mengenai kebersihan gabah. Hewan liar seperti anjing, bebek dan ayam terlihat dapat bebas masuk ke lantai jemur dan membuang kotoran diatas gabah. Pada penggilingan Lokasi B kapasitas mesin yang rendah mengakibatkan pekerja hanya dapat menuang gabah ke mesin husker dalam jumlah yang sedikit dalam sekalio tuang. Pekerja lebih sering berdiam diri dan menunggu hopper pada mesin husker dapat dituang gabah kembali. Pada penggilingan skala besar di PDS dalam proses penyosohan, pekerja mengumpulkan beras pecah kulit keluaran dari paddy separator tipe mesh untuk dimasukkan kedalam elevator. Pekerja melakukan kegiatan ini dengan posisi tubuh yang membungkuk dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan rasa sakit pada punggung dan pinggang. Kegiatan ini dilakukan karena 37

52 keluaran beras pecah kulit dari paddy separator tipe mesh tidak langsung masuk ke elevator karena desain awal menggunakan paddy separator tipe mekanis yang langsung masuk kedalam elevator. sedangkan yang digunakan adalah paddy separator tipe mesh. Keluaran dari paddy separator tipe mesh sebaiknya disambungkan dengan saluran yang langsung masuk kedalam elevator sehingga kegiatan pada proses penyosohan ini dapat dihilangkan dan pekerja pada kegiatan ini dapat dialihkan pada kegiatan yang lain. Pada elemen kegiatan penuangan gabah dari karung ke kotak penampung gabah pada proses pemecahan kulit, pekerja harus memanjat karung gabah yang ditumpuk agar dapat menuang gabah ke kotak penampung gabah yang letaknya tinggi. Pekerja yang memanjat dan berdiri diatas tumpukan karung dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti terlihat pada Gambar 22. Tangga dan tempat berpijak yang sejajar dengan kotak penampung sebaiknya dibangun untuk menghindari pekerja memanjat tumpukan karung dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Gambar 22. Pekerja memanjat tumpukan beras Pekerja pada proses pemecahan kulit di husker 2 hanya melakukan kegiatan menuang dan mengganti wadah gabah, sedangkan sisa waktunya hanya menunggu wadah terisi penuh. Total ratarata waktu siklus kerjanya adalah 8.14 detik dan waktu menunggu adalah detik. Terlihat bahwa waktu menunggu jauh lebih lama dibandingkan dengan waktu kerjanya, oleh karena itu sebaiknya pekerja pada kegiatan ini digabungkan dengan kegiatan pada proses pemecahan kulit di husker 1. Pada proses penjemuran pekerja mengambil dan mengangkut karung gabah ke lantai jemur. Jarak penyimpanan karung gabah dengan lapangan jemur cukup jauh sehingga pekerja banyak mengabiskan waktu untuk berjalan mengambil karung dan berjalan kembali untuk meletakkan karung di lantai jemur. Hal tersebut dianggap kurang efisien karena pekerja hanya dapat mengangkut satu karung sekali jalan, oleh karena itu sebaiknya digunakan kereta dorong atau gerobak agar pekerja dapat mengangkut karung gabah dalam jumlah yang lebih banyak ke lapangan jemur. Perbaikan Metode Kerja Pada penggilingan padi skala kecil Lokasi A memiliki kapasitas giling dan dan sosoh yaitu sebesar 110 kg beras/jam dengan mesin yang sudah menurun performanya. Kapasitas penggilingan padi dengan 160 kg beras/jam seharusnya masih belum dapat dikategorikan penggilingan kecil sesuai dengan standar Budan Pusat Statistik yaitu ton/jam. Gabah pada penggilingan padi Lokasi A memerlukan 2-3 kali proses pemecahan kulit pada husker yang sama dan polisher memiliki performa yang sudah menurun. Pada proses penyosohan dari data yang diperoleh total waktu menunggu selama detik/63.3 kg beras atau detik/100 kg beras. Jika diasumsikan kapasitas mesin sebesar 300 kg/jam atau batas minimum penggilingan kecil, maka waktu menunggu seharusnya dapat dikurangi dengan membaginya dengan 300/110 kg beras. Waktu menunggu yang awalnya detik/63.3 kg beras dapat berkurang menjadi detik/63.3 kg atau detik/100 kg beras. Pengurangan delay pada proses penyosohan dapat mengurangi waktu total sebesar 47.43%. Pada penggilingan padi skala kecil Lokasi B memiliki kapasitas giling dan dan sosoh yaitu sebesar 160 kg beras/jam dengan mesin yang sudah menurun performanya. Kapasitas penggilingan 38

53 padi Lokasi B juga memiliki kapasitas dibawah standar penggilingan kecil yang minimal sebesar 300 kg beras/jam. Mesin husker pada penggilingan padi Lokasi B memiliki performa yang kurang sehingga perlu menunggu dalam waktu yang cukup lama untuk menuang kembali gabah kedalam hopper mesin husker. Pada proses pemecahan kulit pada mesin husker diperoleh data total waktu menunggu selama detik/125 kg beras atau detik/100 kg beras. Jika diasumsikan kapasitas mesin sebesar 300 kg/jam atau batas minimum penggilingan kecil, maka waktu menunggu seharusnya dapat dikurangi dengan membaginya dengan 300/125 kg beras. Waktu menunggu yang awalnya detik/125 kg beras dapat berkurang menjadi detik/125 kg atau detik/100 kg beras. Pengurangan delay pada proses pemecahan kulit dapat mengurangi waktu total sebesar 41.33%. Pada penggilingan padi skala besar PDS perbaikan dapat dilakukan dengan menambahkan saluran dari paddy separator tipe mesh ke dengan menambahkan saluran langsung ke elevator dengan sehingga tidak diperlukan pekerja untuk mendorong hasil gabah pecah kulit dari paddy separator kedalam elevator. Pada proses pemecahan kulit di husker 2 pekerja sebaiknya difokuskan pada husker 1 yang memiliki kerja lebih berat karena pekerja pada husker 2 memiliki kerja yang jauh lebih kecil dibandingkan waktu menunggunya sehingga waktu karena menunggu dapat dikurangi atau dihilangkan. Perbaikan juga dapat dilakukan pada kondisi lingkungan, atmosfer dan suhu karena dapat mempengaruhi waktu standar dari proses penggilingan padi. Perbaikan kelonggaran dapat dilihat dilampiran dengan asumsi kondisi lingkungan, atmosfer dan suhu sama seperti pada penggilingan kecil. Usulan perrbaikan metode kerja dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Tabel Usulan Perbaikan metode kerja di penggilingan besar PDS tiap 100 kg (detik) Elemen Sebelum perbaikan T Standar Sebelum Perbaikan Elemen Setelah perbaikan T Standar Setelah Perbaikan Mengangkat karung Mengangkat karung 22.3 Mengangkut karung Mengangkut karung Menuang gabah dari karung Menuang gabah dari karung Menukar wadah Menukar wadah Mengangkat Mengangkat Menuang Menuang 16.8 Mengumpulkan gabah Memasukkan gabah Memasang karung Memasang karung Mengangkat karung Mengangkat karung Menimbang beras Menimbang beras 60.4 Melipat karung Melipat karung Menjahit karung Menjahit karung Menyusun karung Menyusun karung Mengambil karung Mengambil karung TOTAL Dari data tersebut diperoleh bahwa usulan perbaikan dapat mengurangi waktu standar dari detik/100 kg beras menjadi detik/100kg beras atau mengurangi waktu sebesar detik/100kg beras. 39

54 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Pada proses penggilingan padi terdapat beberapa elemen gerakan Therblig di dalamnya, elemen gerakan Therblig tersebut adalah mencari, memilih, menjangkau dan memegang, membawa, membawa dengan beban, memegang untuk memakai, mengarahkan, melepas, menganggur. 2. Waktu standar pada proses penggilingan padi skala kecil Lokasi A adalah detik/100 kg GKP untuk proses penjemuran, detik/100 kg beras dan detik/100 kg beras untuk proses penyosohan. Total waktu standar pada penggilingan padi skala kecil Lokasi A adalah detik/100 kg. 3. Waktu standar pada proses penggilingan padi skala kecil Lokasi B adalah detik/100 kg GKP untuk proses penjemuran, detik/100 kg beras dan detik/100 kg beras untuk proses penyosohan. Total waktu standar pada penggilingan padi skala kecil Lokasi A adalah detik/100 kg. 4. Waktu standar pada proses penggilingan padi skala besar PDS adalah detik/100 kg GKP untuk proses penjemuran, detik/100 kg beras, detik/100 kg beras untuk proses penyosohan dan detik/100 kg beras untuk proses pengemasan. Total waktu standar pada penggilingan padi skala besar PDS adalah detik/100 kg. 5. Rendahnya produktivitas pada penggilingan padi skala kecil disebabkan oleh tingginya waktu mengganggur yang merupakan gerakan tidak efektif. 6. Besar kelonggaran yang diberikan pada penggilingan padi skala besar lebih tinggi dibandingkan penggilingan kecil terutama pada kondisi lingkungan, atmosfer dan suhu. 7. Perbaikan metode kerja secara perhitungan dapat untuk penggilingan padi skala kecil dapat mengurangi delay selama detik/100 kg atau waktu total sebesar 47.43% beras untuk penggilingan Lokasi A dan detik/100 kg beras atau waktu total sebesar 47.43% 41.33% untuk penggilingan Lokasi B. 8. Perbaikan metode dan kondisi kerja pada penggilingan padi skala besar dapat mengurangi waktu standar sebesar detik/100kg beras atau sebesar 41.92%. 5.2 Saran 1. Perlunya peningkatan kapasitas mesin pada penggilingan padi skala kecil agar dapat mengurangi keterlambatan pada elemen kerja dan meningkatkan efiseiensi kerja. 2. Perbaikan terhadap kondisi lingkungan, atmosfer dan suhu pada lokasi penggilingan padi skala besar PDS dapat mengurangi faktor kelonggaran yang diberikan pada pekerja. 40

55 3. Terdapat elemen kerja yang sebaiknya dihilangkan, seperti pada proses pemecahan kulit di husker 2 pada penggilingan padi skala besar. Elemen kerja pada proses ini sebenarnya tidak perlu dilakukan jika saluran dari paddy separator tipe mesh langsung masuk kedalam elevator. 4. Penggunaan alat bantu yang lebih baik dapat mempercepat elemen kerja, seperti pada pengangkutan karung pada proses penjemuran sebaiknya pekerja diberi alat angkut seperti kereta dorong atau gerobak agar dapat mengangkut karung dalam jumlah banyak sekali jalan. 5. Penelitian lebih lanjut diharapkan membahas kaidah-kaidah ergonomi khususnya mengenai pengaruh getaran, kebisingan dan debu agar pengukuran faktor kelonggaran bisa lebih akurat. 6. Perbaikan metode kerja didasari oleh asumsi sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan simulasi dan pengujian secara langsung agar hasil yang diperoleh riil. 41

56 DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Diah Studi Gerak dan Waktu pada Proses Sortasi Udang di PT. Kelola Mina Laut, Gresik, Jawa Timur [skripsi]. Bogor:Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor Badan Urusan Logistik Pedoman Umum Pengadaan Gabah dan Beras Dalam Negeri Tahun Divisi Pengadaan Perum Bulog. Jakarta Barnes, R. M Motion and Time Study Design and Measurement of Work, 7 th ed. John Willey and Sons, New York. Haris, Abdul Penurunan Debu Padi Menggunakan Wet Scrubber. [Oktober 2011] Niebel B. W Motion and Time Study. Irwin. Homewood, Illinois. Nurmianto, Eko.2004.Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya.Edisi Kedua.Guna Widya:Surabaya Prawira, Santi Yudha Studi Gerak dan Waktu Pembuatan Kerupuk Putih dan Kerupuk Merah di Perusahaan Doa Ibu, Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor:Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor Rachmatia, Novianda Penerapan Pelatihan Gl s Role Dan Toyota Production System Pada Unit Assembly Shop, Karawang Plant PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia [skripsi]. Bogor:Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor Rohman, Abdul Malik Hosyiyar Studi Gerak Dan Waktu Dengan Analisis Biomekanika Pada Proses Panen Tebu Di Pg. Bungamayang, Lampung [skripsi]. Bogor:Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor Ritonga, Arya Widura Laporan Praktikum Penggilingan Padi.Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor Sari, Duniantri Wenang Hubungan parameter pencemar udara dan dampaknya terhadap kesehatan. http%3a%2f%2fwww.lontar.ui.ac.id%2ffile%3ffile%3ddigital%2f s Hubungan%2520parameter-Literatur.pdf&ei=BfRBTur7F4KrrAfzkvilBw&usg= AFQjCNGmn8gVfmKZpFd76-RHqiXYSEmHOw&sig2=1aUJTDkKbdx GGJieb6A. [10 Agustus 2011] Sugondo, Suwandi Jenis Penggilingan Padi di Indonesia. gspot.com/2011/03/jenis-penggilingan-padi-di-indonesia.html [Oktober 2011] Suismono dan D.S. Damardjati Teknologi Produksi Beras Kristal Dan Beras Instan. Majalah Pangan No. 35/X/Juli BULOG. Jakarta Waries, A Teknologi Penggilingan Padi. [Oktober 2011] Widowati, S Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam Menunjang SIstem Agroindustri di Pedesaan. Buletin AgroBio 4 (1): Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor. Wignjosoebroto, Sritomo Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Edisi Keempat.Guna Widya:Surabaya 42

57 LAMPIRAN 43

58 Lampiran 1. Data waktu pada proses penjemuran di penggilingan padi kecil Lokasi A Pekerja No. Elemen Siklus Mengangkat karung ke bahu Mengangkut dan meletakan karung Berjalan mengambil karung Memotong & melepas tali Berjalan ke karung berikutnya Menuang gabah Mengumpul gabah Menyebar gabah Pekerja No. Elemen Siklus Rataan Satuan 1 1 Menangkat karung ke bahu Mengangkut dan meletakan karung Berjalan mengambil karung Memotong & melepas tali Berjalan ke karung berikutnya Menuang gabah Mengumpul gabah Menyebar gabah

59 Penyesuaian Subyektif Elemen Ketrampilan Usaha Kondisi Kerja Konsistensi Jumlah Kelonggaran Elemen Tenaga Sikap Gerakan Mata Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah Elemen ( Wn)Waktu Normal (Ws) Waktu Standar Ws 100kg

60 Lampiran 2. Data waktu pada proses pemecahan kulit di penggilingan padi kecil Lokasi A Pekerja No. Elemen Siklus Mengambil gabah dalam karung dan membuka tali karung Menangkat dan menuang gabah Memasukkan beras ke karung dengan wadah mengatur dan mengganti wadah penampung beras Pekerja No. Elemen Siklus Satuan Rataan 1 1 Mengambil gabah dalam karung dan membuka tali karung kg Menangkat dan menuang gabah kg Memasukkan beras ke karung dengan wadah kg mengatur dan mengganti wadah penampung beras kg

61 Penyesuaian Subyektif Elemen Ketrampilan Elemen Usaha ( Wn)Waktu Normal (Ws) Waktu Kondisi Kerja Standar Konsistensi Ws 100kg Jumlah Kelonggaran Elemen Tenaga Sikap Gerakan Mata Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah

62 Lampiran 3. Data waktu pada proses penyosohan di penggilingan padi kecil Lokasi A Pekerja No. Elemen Siklus Mengangkat dan menuang gabah Memasukkan beras kedalam karung Menunggu Pekerja No. Elemen Siklus Rataan Satuan 1 1 Mengangkat dan menuang gabah kg 1 2 Memasukkan beras kedalam karung kg 1 3 Menunggu kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen Elemen Elemen 1 2 Ketrampilan Tenaga ( Wn)Waktu Normal (Ws) Waktu Usaha Sikap Standar Kondisi Kerja 0 0 Gerakan Ws 100kg Konsistensi Mata 0 0 Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah

63 Lampiran 4. Data waktu pada proses penjemuran di penggilingan padi kecil Lokasi B Pekerja No. Elemen Siklus Mengangkat karung ke bahu Mengangkut dan meletakan karung Berjalan mengambil karung Memotong & melepas tali Berjalan ke karung berikutnya Menuang gabah Mengumpulkan gabah Meratakan gabah Pekerja No. Elemen Siklus Rataan Satuan 1 1 Mengangkat karung ke bahu kg 1 2 Mengangkut dan meletakan karung kg 1 3 Berjalan mengambil karung kg 1 4 Memotong & melepas tali kg 1 5 Berjalan ke karung berikutnya kg 1 6 Menuang gabah kg 1 7 Mengumpulkan gabah kg 1 8 Meratakan gabah kg 49 49

64 Penyesuaian Subyektif Elemen Ketrampilan Usaha Kondisi Kerja Konsistensi Jumlah Kelonggaran Elemen Tenaga Sikap Gerakan Mata Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah Elemen ( Wn)Waktu Normal (Ws) Waktu Standar Ws 100 kg

65 Lampiran 5. Data waktu pada proses pemecahan kulit di penggilingan padi kecil Lokasi B Siklus Pekerja No. Elemen Memasukkan gabah Menukar wadah Menunggu Pekerja No. Elemen Siklus Rataan Satuan 1 1 Mengangkat dan menuang gabah kg 1 2 Menukar wadah kg 1 3 Menunggu kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen 1 2 Satuan Elemen 1 2 Elemen 1 2 ( Wn)Waktu Normal kg (Ws) Waktu Ketrampilan Tenaga Standar kg Usaha Sikap Ws 100kg kg Kondisi Kerja 0 0 Gerakan Konsistensi Mata 0 0 Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah

66 Lampiran 6. Data waktu pada proses penyosohan di penggilingan padi kecil Lokasi B Pekerja No. Elemen Siklus Mengangkat wadah ke hopper Memasukkan beras ke karung Pekerja No. Elemen Siklus Rataan Satuan 1 1 Mengangkat wadah ke hopper kg 1 2 Memasukkan beras ke karung kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen 1 2 Satuan Elemen 1 2 Elemen 1 2 ( Wn)Waktu Normal kg (Ws) Waktu Ketrampilan Tenaga Standar kg Usaha 0 0 Sikap Ws 100kg kg Kondisi Kerja 0 0 Gerakan Konsistensi Mata 0 0 Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah

67 Lampiran 7. Data waktu pada proses pengangkutan ke lantai jemur di penggilingan besar PDS, Subang Pekerja No. Elemen Siklus Mengangkat karung Mengangkut karung Mengambil karung Pekerja No. Elemen Siklus Rataan satuan 1 1 Mengangkat karung kg 1 2 Mengangkut karung kg 1 3 Mengambil karung kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen Elemen Elemen ( Wn)Waktu Normal (Ws) Waktu Ketrampilan Tenaga Standar Usaha Sikap Ws 100 kg Kondisi Kerja Gerakan Konsistensi Mata Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah

68 Lampiran 8. Data waktu pada proses penjemuran awal di penggilingan besar PDS, Subang Siklus Pekerja No. Elemen Membuka Tali Jalan ke karung ,3 3 Menumpahkan gabah ,3 4 Jalan ke karung berikutnya Meratakan Pekerja No. Elemen Siklus Rataan satuan 1 1 Membuka Tali kg 1 2 Jalan ke karung kg 2,3 3 Menumpahkan gabah kg 2,3 4 Jalan ke karung berikutnya kg 4 5 Meratakan kg 54 54

69 Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen Elemen Ketrampilan Tenaga Usaha Sikap Kondisi Kerja Gerakan Konsistensi Mata Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah Elemen ( Wn)Waktu Normal (Ws) Waktu Standar Ws 100kg

70 Lampiran 9. Data waktu pada proses pembalikan gabah di penggilingan besar PDS, Subang Pekerja No. Elemen Siklus Mengumpul gabah Menyebar gabah Pekerja No. Elemen Siklus Rataan satuan 1 1 Mengumpul gabah kg 1 2 Menyebar gabah kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen 1 2 Elemen 1 2 Elemen 1 2 ( Wn)Waktu Normal (Ws) Waktu Ketrampilan Tenaga Standar Usaha Sikap Ws 100 kg Kondisi Kerja 0 0 Gerakan Konsistensi Mata 0 0 Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan 0 0 Pribadi Tak terhindarkan Jumlah

71 Lampiran 10. Data waktu pada proses akhir penjemuran gabah di penggilingan besar PDS, Subang Pekerja No. Elemen Siklus ,2 1 persiapan karung ,2 2 memasukan GKG ke karung Persiapan tali dan jarum Mengikat karung Pekerja No. Elemen Siklus Rataan satuan 1,2 1 persiapan karung kg 1,2 2 memasukan GKG ke karung kg 3 3 Persiapan tali dan jarum kg 3 4 Mengikat karung kg 57 57

72 Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen Elemen Ketrampilan Tenaga Usaha Sikap Kondisi Kerja Gerakan Konsistensi Mata Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah Elemen ( Wn)Waktu Normal (Ws) Waktu Standar Ws 100 kg

73 Lampiran 11. Data waktu pada proses pemecahan kulit di bagian mesin husker 1 di penggilingan besar PDS, Subang Pekerja No. Elemen Siklus ,2 1 Mengangkat karung ,2 2 Mengangkut karung Menuang gabah dari Karung Pekerja No. Elemen Siklus Rataan satuan 1,2 1 Mengangkat karung kg 1,2 2 Mengangkut karung kg 1 3 Menuang gabah dari Karung kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen Satuan Elemen Elemen ( Wn)Waktu Normal kg (Ws) Waktu Ketrampilan Tenaga Standar kg Usaha Sikap Ws 100kg kg Kondisi Kerja Gerakan Konsistensi Mata Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah

74 Lampiran 12. Data waktu pada proses pemecahan kulit di bagian mesin husker 2 di penggilingan besar PDS, Subang Pekerja No. Elemen Siklus Menukar wadah Mengangkat Menuang Menunggu (UD) Siklus No. Elemen Pekerja satuan Rataan 1 1 Menukar wadah kg Mengangkat kg Menuang kg Menunggu (UD) kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen Elemen Elemen Ketrampilan Tenaga Tak terhindarkan Usaha Sikap Jumlah Kondisi Kerja Gerakan Konsistensi Mata Jumlah Suhu Elemen Satuan Atmosfer ( Wn)Waktu Normal kg Lingkungan (Ws) Waktu Standar kg Pribadi Ws 100kg kg 60 60

75 Lampiran 13. Data waktu pada proses penyosohan di penggilingan besar PDS, Subang Siklus Pekerja No. Elemen Mengumpulkan gabah Memasukkan gabah Delay (UD) Siklus Pekerja No. Elemen Rataan Satuan 1 1 Mengumpulkan gabah kg 1 2 Memasukkan gabah kg 1 3 Delay (UD) kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen 1 2 Satuan Elemen Elemen ( Wn)Waktu Normal kg (Ws) Waktu Ketrampilan 0 0 Tenaga Standar kg Usaha Sikap Ws 100kg kg Kondisi Kerja Gerakan Konsistensi 0 0 Mata 0 0 Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah

76 Lampiran 14. Data waktu pada proses pegemasan di penggilingan besar PDS, Subang Pekerja No. Elemen Siklus Memasang karung Mengangkat karung Menimbang Melipat karung Menjahit karung Menunggu (UD) Menumpuk Karung Kembali Pekerja No. Elemen Siklus Rataan Satuan 1 1 Memasang karung kg 1 2 Mengangkat karung kg 1 3 Menimbang kg 1 4 Melipat karung kg 1 5 Menjahit karung kg 1 6 Menunggu (UD) kg 2 7 Menumpuk Karung kg 2 8 Kembali kg 62 62

77 Penyesuaian Subyektif Elemen Ketrampilan Usaha Kondisi Kerja Konsistensi Kelonggaran Elemen Tenaga Sikap Gerakan Mata Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah Elemen Satuan ( Wn)Waktu Normal Kg (Ws) Waktu Standar Kg (Ws) Waktu Standar 100kg Kg 63 63

78 Lampiran 15. (Perbaikan) Data waktu pada proses pemecahan kulit di bagian mesin husker 1 di penggilingan besar PDS, Subang Pekerja No. Elemen Siklus ,2 1 Mengangkat karung ,2 2 Mengangkut karung Menuang gabah dari Karung Pekerja No. Elemen Siklus Rataan satuan 1,2 1 Mengangkat karung kg 1,2 2 Mengangkut karung kg 1 3 Menuang gabah dari Karung kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen Satuan Elemen Elemen ( Wn)Waktu Normal kg (Ws) Waktu Ketrampilan Tenaga Standar kg Usaha Sikap Ws 100kg kg Kondisi Kerja Gerakan Konsistensi Mata Jumlah Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah

79 Lampiran 16. (Perbaikan) Data waktu pada proses pemecahan kulit di bagian mesin husker 2 di penggilingan besar PDS, Subang Pekerja No. Elemen Siklus Menukar wadah Mengangkat Menuang Menunggu (UD) Siklus No. Elemen Pekerja satuan Rataan 1 1 Menukar wadah kg Mengangkat kg Menuang kg Menunggu (UD) kg Penyesuaian Subyektif Kelonggaran Elemen Elemen Elemen Ketrampilan Tenaga Tak terhindarkan Usaha Sikap Jumlah Kondisi Kerja Gerakan Konsistensi Mata Jumlah Suhu Elemen Satuan Atmosfer ( Wn)Waktu Normal kg Lingkungan (Ws) Waktu Standar kg Pribadi Ws 100kg kg 65 65

80 Lampiran 17. (Perbaikan) Data waktu pada proses pengemasan di penggilingan besar PDS, Subang Pekerja No. Elemen Siklus Memasang karung Mengangkat karung Menimbang Melipat karung Menjahit karung Menunggu (UD) Menumpuk Karung Kembali Pekerja No. Elemen Siklus Rataan Satuan 1 1 Memasang karung kg 1 2 Mengangkat karung kg 1 3 Menimbang kg 1 4 Melipat karung kg 1 5 Menjahit karung kg 1 6 Menunggu (UD) kg 2 7 Menumpuk Karung kg 2 8 Kembali kg 66 66

81 Penyesuaian Subyektif Elemen Ketrampilan Usaha Kondisi Kerja Konsistensi Kelonggaran Elemen Tenaga Sikap Gerakan Mata Suhu Atmosfer Lingkungan Pribadi Tak terhindarkan Jumlah Elemen Satuan ( Wn)Waktu Normal Kg (Ws) Waktu Standar Kg (Ws) Waktu Standar 100kg Kg 67 67

82 Lampiran 18. Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh 68 68

83 Lampirann 18. (lanjutan) 69 69

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI Penanganan pascapanen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil

Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil 1) Muammar Tawaruddin Akbar, 1) Sam Herodian 1) Laboratorium Ergonomika, Departeman Teknik Mesin dan Biosistem Fateta IPB. E-mail:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PEMBUATAN BISKUIT

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PEMBUATAN BISKUIT II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PEMBUATAN BISKUIT Biskuit merupakan produk pangan hasil pemanggangan yang dibuat dengan bahan dasar tepung terigu, dengan kadar air akhir kurang dari 5%.Biasanya formulasi

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN By: Rini Halila Nasution, ST, MT STUDI GERAKAN Studi gerakan atau yang biasanya disebut dengan motion study adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kerja Studi kerja adalah penelaahan secara sistematik terhadap pekerjaan, dengan maksud untuk : (Barnes, 1980, Halaman 6) 1. Mengembangkan sistem dan metode kerja yang lebih

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 6 MOTION STUDY Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com WORK TIME MEASUREMENT (MOTION

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PENGGILINGAN PADI Proses penggilingan padi terdiri dari proses penjemuran, pemecahan kulit, penyosohan dan pengemasan pada penggilingan besar. Kegiatan penggilingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

PETA PETA KERJA. Nurjannah

PETA PETA KERJA. Nurjannah PETA PETA KERJA Nurjannah Peta Kerja Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (Sutalaksana, 2006) Peta kerja merupakan alat komunikasi yang sistematis

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse 32 33 Tabel 2.5 Kelonggaran Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 34 Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 35 36 2.2 Peta Kerja 2.2.1 Pengertian Peta Kerja Peta kerja

Lebih terperinci

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T.

STUDI DAN EKONOMI GERAKAN. Amalia, S.T., M.T. STUDI DAN EKONOMI GERAKAN Amalia, S.T., M.T. Learning Outcomes Pada akhir semester mahasiswa dapat menganalisa dan merancang sistem kerja yang efisien dan efektif dengan melakukan pengukuran kerja. Learning

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 3.2 PERALATAN 3.3 SUBJEK PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN 3.2 PERALATAN 3.3 SUBJEK PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2012. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau dan laboratorium

Lebih terperinci

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA

UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA UJI UNJUK KERJA MESIN PENYOSOH JUWAWUT TIPE ROL TUNGGAL DAN TIPE ROL GANDA Oleh : SALIX FINI MARIS F14104091 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI UNJUK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X )

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X ) Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar 1) Atiqotun Fitriyah, 2) Sam Herodian 1), 2) Laboratorium Ergonomika, Departeman Teknik

Lebih terperinci

STUDY 07/01/2013 MOTION STUDY DAPAT DILAKUKAN DG: SEJARAH MUNCULNYA MOTION DEFINISI : 2. MEMOMOTION STUDY LANGKAH-LANGKAH MICROMOTION

STUDY 07/01/2013 MOTION STUDY DAPAT DILAKUKAN DG: SEJARAH MUNCULNYA MOTION DEFINISI : 2. MEMOMOTION STUDY LANGKAH-LANGKAH MICROMOTION TIME STUDY IS THE ONE ELEMENT IN SCIENTIFIC MANAGEMENT BEYOND ALL OTHERS MAKING POSSIBLE THE TRANSFER OF SKILL FROM MANAGEMENT TO MEN.. FREDERICK W. TAYLOR Etika Muslimah, ST, MT etika_muslimah@yahoo.com

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Berikut adalah

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI BURU HOTONG (Setaria italica (L) Beauv.)

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI BURU HOTONG (Setaria italica (L) Beauv.) SKRIPSI MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MESIN PENYOSOH BIJI BURU HOTONG (Setaria italica (L) Beauv.) Oleh: KINDI KALABADI F14103008 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA

GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA GAMBARAN KESELURUHAN TEKNIK TATA CARA KERJA TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN INDUSTRI Company LOGO Analisis Perancangan Kerja (Method engineering) Merupakan studi yang mempelajari secara

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM KERJA. PPMJ Diploma IPB

PERENCANAAN SISTEM KERJA. PPMJ Diploma IPB PERENCANAAN SISTEM KERJA PPMJ Diploma IPB PERANCANGAN SISTEM KERJA Faktor Sistem Kerja: Pekerja, Bahan, Mesin dan Perlatan, Lingkungan Perancangan Sistem Kerja: Mendapatkan sistem kerja yang lebih baik

Lebih terperinci

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI

PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROSES PENGGILINGAN PADI MENGGUNAKAN RICE MILLING UNIT DI PT. MERTJUBUANA KAB. SUMEDANG-JAWA BARAT ELRADHIE NOUR AMBIYA SI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN POLITEKNIK AGROINDUSTRI SUBANG 2011 PROSES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala

BAB I PENDAHULUAN. sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini masih diperburuk dengan adanya kendala 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di sebagian besar Negara Asia, beras mempunyai nilai politik strategis, yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak stabil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Methods Time Measurement Pengukuran waktu metoda atau Methods Time Measurement adalah suatu sistem penetapan awal waktu baku yang dilakukan secara tidak langsung dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY)

MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY) 1 MODUL 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA (MICROMOTION STUDY) I. TUJUAN PRAKTIKUM a. Tujuan Umum Memperkenalkan kepada Mahasiswa tentang metode Micromotion Study dalam aplikasi pengukuran waktu baku dengan menganalisis

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 4: PETA KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT DEFINISI Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui petapeta

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Peta Kerja Peta kerja ( Peta Proses process chart ) merupaka alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir (Sritomo,

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA DI BAGIAN PACKING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI ( Studi Kasus di PT. Nikkatsu Electric Work)

USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA DI BAGIAN PACKING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI ( Studi Kasus di PT. Nikkatsu Electric Work) USULAN PERBAIKAN STASIUN KERJA DI BAGIAN PACKING DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI ( Studi Kasus di PT. Nikkatsu Electric Work) Yanti Helianty, Caecilia SW, Mita Lianie Astuti Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Semakin tinggi permintaan dari pasar, maka perusahaan harus dapat memenuhi permintaan tersebut, tetapi dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F

STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F STUDI GERAK DAN WAKTU DENGAN ANALISIS BIOMEKANIKA PADA PROSES PANEN TEBU DI PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG OLEH: ABDUL MALIK HOSYIYAR ROHMAN F14104049 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL PERANCANGAN DAN PERBAIKAN METODE KERJA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT)

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 1 ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA (MOTION AND WORK MEASUREMENT) 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL MICROMOTION AND TIME STUDY OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK

PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA TANGAN KIRI DAN KANAN. ABSTRAK Konsumsi Semen PERBAIKAN METODE KERJA PENGANTONGAN SEMEN MENGGUNAKAN PETA DAN KANAN Cut Ita Erliana 1, Listiani Nurul Huda 2, A. Rahim Matondang 2 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DAYA POROS MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN WATER BRAKE DYNAMOMETER YANG SUDAH DIMODIFIKASI

EVALUASI KINERJA DAYA POROS MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN WATER BRAKE DYNAMOMETER YANG SUDAH DIMODIFIKASI EVALUASI KINERJA DAYA POROS MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN WATER BRAKE DYNAMOMETER YANG SUDAH DIMODIFIKASI Oleh : PRAMUDITYA AZIZ FATIHA F14053142 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia dan merupakan komoditas pangan unggulan Provinsi Lampung. Produksi padi yang dihasilkan di Provinsi Lampung secara

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land

Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing. Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Kinerja Penggilingan Padi Kecil di Lahan Kering Kecamatan Lempuing Small Milling Performances In Lempuing Jaya District Dry Land Yeni E Maryana 1*), Budi Raharjo 2) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ERGONOMI MENGAPA PERLU ERGONOMI? ERGO asal kata ERGON = Kerja NOMi asal kata NOMOS = hukum Ergonomi berkaitan dengan disain suatu sistem dimana manusia bekerja di dalamnya Penting,

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

STUDI GERAK DAN WAKTU

STUDI GERAK DAN WAKTU STUDI GERAK DAN WAKTU 1 STUDI GERAK/MOTION STUDY Penganalisisan segenap gerak dasar yang terdapat pada pelaksanaan suatu pekerjaan jasmani dengan tujuan menetapkan cara terbaik untuk melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerja Suatu sistem kerja terdiri dari elemen manusia, material, mesin,metode kerja dan lingkungan. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi sehingga dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012

PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 PROGRAM & KEBIJAKAN REVITALISASI PENGGILINGAN PADI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN 2012 1 LATAR BELAKANG Kementerian Pertanian mengemban amanat untuk terus berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH TIPE KEMASAN DAN PENGGUNAAN VENTILASI TERHADAP KEKUATAN DAN BIAYA KEMASAN PETI KAYU UNTUK DISTRIBUSI HORTIKULTURA SKRIPSI

KAJIAN PENGARUH TIPE KEMASAN DAN PENGGUNAAN VENTILASI TERHADAP KEKUATAN DAN BIAYA KEMASAN PETI KAYU UNTUK DISTRIBUSI HORTIKULTURA SKRIPSI KAJIAN PENGARUH TIPE KEMASAN DAN PENGGUNAAN VENTILASI TERHADAP KEKUATAN DAN BIAYA KEMASAN PETI KAYU UNTUK DISTRIBUSI HORTIKULTURA SKRIPSI Oleh : DIANA DWI PUSPA F01499007 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU. Oleh : RAMLI MANURUNG F

OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU. Oleh : RAMLI MANURUNG F OPTIMALISASI KINERJA PROTOTIPE MESIN PEMANEN UDANG DAN IKAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN TERTENTU Oleh : RAMLI MANURUNG F14102115 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR OPTIMALISASI

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB)

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK BARAT NTB) FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI RICE MILLING UNIT ONE PHASE (STUDI KASUS DI UD. BELEKE MAJU KABUPATEN LOMBOK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

KAJIAN KONFIGURASI MESIN PENGGILINGAN UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN DAN MENEKAN SUSUT PENGGILINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS PADI

KAJIAN KONFIGURASI MESIN PENGGILINGAN UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN DAN MENEKAN SUSUT PENGGILINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS PADI KAJIAN KONFIGURASI MESIN PENGGILINGAN UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN DAN MENEKAN SUSUT PENGGILINGAN PADA BEBERAPA VARIETAS PADI OLEH: ANGGITHA RATRI DEWI F14051034 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Terminologi Pascapanen Padi Pengertian pascapanen padi adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh petani dan juga oleh lembaga tata niaga atau swasta, setelah padi dipanen sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SMED (Single Minute Exchange Die) Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri manufaktur adalah seringnya keterlambatan dalam menyelesaian pekerjaan sehingga tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA. Dosen Pengampu : Amalia, S.T., M.T.

PENGANTAR ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA. Dosen Pengampu : Amalia, S.T., M.T. PENGANTAR ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA Dosen Pengampu : Amalia, S.T., M.T. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa menjelaskan konsep dan tujuan methods engineering Capaian Pembelajaran Pada akhir semester

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan sistem kerja Suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancanganterbaik dari system kerja yang bersangkutan. Teknik-teknik

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. KEMBANG BULAN

PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. KEMBANG BULAN No. 1, Januari 2013, pp 41-48 PERBAIKAN METODE KERJA PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. KEMBANG BULAN Yoppy Setiawan 1, Herry Christian Palit,S.T.,M.T. 2 Abstract: PT Kembang Bulan merupakan salah satu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN

PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN METODE PERAKITAN STEKER MELALUI PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN (Improving The Plug Assembling Method Through The Left and Right Hand Motions) I Wayan Sukania*,

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ergonomi adalah suatu study yang mengkaji tentang manusia dan interaksinya dengan unsure-unsur yang ada dalam lingkungan kerja, baik itu interaksinya dengan peralatan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara Agraris dimana sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Hal ini di dukung dengan kenyataan bahwa di Indonesia tersedia

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT

MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT MODIFIKASI DAN UJI PERFORMANSI MEKANISME ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH ( Arachis hypogaea L) SEMI MEKANIS TIPE BELT Oleh : SUPRIYATNO F141 02 105 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Time and Motion Study Time and motion study adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator (yang memiliki skill rata-rata dan terlatih) baik

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung)

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) WORK SYSTEM DESIGN IN DRY-CORN PROCESSING REFER TO ERGONOMIC

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA

DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA #5_ANALISA OPERASIONAL (PETA KERJA) ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA O U T L I N E Peta Kerja Peta Kerja Keseluruhan Peta Kerja Setempat Standard Operation Procedure PETA KERJA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran waktu kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Dari pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KAPASITAS TANAH MENAHAN AIR OLEH : WAWAN MEI HARYONO F

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KAPASITAS TANAH MENAHAN AIR OLEH : WAWAN MEI HARYONO F PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK KANDANG TERHADAP KAPASITAS TANAH MENAHAN AIR OLEH : WAWAN MEI HARYONO F14101133 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) 1 Setelah mempunyai gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi seperti yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah

Lebih terperinci

Method Time Measurement (MTM-1) Nurjannah

Method Time Measurement (MTM-1) Nurjannah Method Time Measurement (MTM-1) Nurjannah Definisi Basic Methods Time Measurement (MTM-1) adalah suatu sistem penetapan awal waktu baku yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan - gerakan kerja

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN Indriani, Satia Negara Lubis dan Sinar Indra Kusuma Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kerja

Perancangan Sistem Kerja Perancangan Sistem Kerja Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Perancangan Sistem Kerja Rancangan Tugas Pendekatan dalm Rancangan Tugas Analisis

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2)

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK (Minggu 2) DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 1713 Psikologi Industri & Organisasi (Minggu 2) Pensyarah Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD- Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh & Sains Teknologi (UTM) SINOPSIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk dapat menghadapi dan memenangkan persaingan. menimbulkan kerugian baik dari segi finansial dan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk dapat menghadapi dan memenangkan persaingan. menimbulkan kerugian baik dari segi finansial dan waktu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin maju disertai dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, menimbulkan banyak persaingan yang menuntut perusahaan untuk

Lebih terperinci

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU)

UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) UJI KINERJA MESIN PEMECAH KULIT GABAH DENGAN VARIASI JARAK ROL KARET DAN DUA VARIETAS GABAH PADA RICE MILLING UNIT (RMU) Performance Test of Machine Breaking Skin Grain With Rubber Rollers Distance Variation

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

DAFTAR ISI. Kata Pengantar dan Ucapan Terima Kasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran ABSTRAK Pembangunan industri yang baik terutama harus memperhatikan faktor manusia sebagai penggerak utamanya. Manusia akan mampu melaksanakan kegiatan dengan baik bila ditunjang oleh sistem kerja dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2005 / 2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2005 / 2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2005 / 2006 USULAN PERBAIKAN GERAKAN KERJA DENGAN METODE WORK FACTOR UNTUK MENGHEMAT LABOR COST PADA PERAKITAN RESLETING

Lebih terperinci