IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PENGGILINGAN PADI Proses penggilingan padi terdiri dari proses penjemuran, pemecahan kulit, penyosohan dan pengemasan pada penggilingan besar. Kegiatan penggilingan tersebut dilakukan dengan menggunakan mesin dan tenaga manusia. Pembahasan proses kegiatan yang dilakukan pada penggilingan padi dibagi sesuai skalanya yaitu penggilingan padi skala kecil dan besar. Penelitian di Penggilingan padi kecil dilakukan pada dua lokasi yaitu penggilingan padi Lokasi A dan penggilingan padi Lokasi B daerah situ gede darmaga, Bogor sedangkan penggilingan padi besar dilakukan di penggilingan padi PDS, Subang. Perbedaan setiap penggilingan padi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan spesifikasi lokasi penggilingan padi Spesifikasi Lokasi A Lokasi B PDS, Subang Kapasitas giling dan sosoh 110 kg beras/jam 180 kg beras/jam 1500 kg beras/jam Kapasitas lapangan penjemuran 1.5 ton GKP 1.5 ton GKP 24 ton GKP Jumlah pekerja 3 orang 3 orang 18 orang Alsintan yang digunakan Husker, polisher Husker, polisher Paddy cleaner, dua husker, dua polisher, paddy separator, rice grader, alat jahit karung, elevator Sistem penggilingan diskontinyu diskontinyu modifikasi kontinyu Proses Penggilingan Padi Skala Kecil Penggilingan skala kecil ini dibagi menjadi tiga proses kegiatan utama yaitu pengeringan dengan matahari, pemecahan kulit dengan mesin pemecah kulit (husker) dan penyosohan dengan mesin penyosoh (polisher). Penggilingan padi yang diteliti dilakukan pada penggilingan padi skala kecil Lokasi A dengan kapasitas mesin menghasilkan 110 kg beras/jam dan penggilingan kecil Lokasi B dengan kapasitas mesin menghasilkan 180 kg beras/jam. Rendemen rata-rata penggilingan padi Lokasi A dan Lokasi B adalah 50% yang diperoleh dari pengujian organisasi kelompok tani sehingga kapasitas mesin untuk Lokasi A adalah 220 kg gabah/jam dan untuk Lokasi B sebesar 360 kg gabah/jam. Proses penjemuran merupakan proses penurunan kadar air gabah basah sampai nilai tertentu sehingga didapat gabah kering siap giling atau aman disimpan dalam waktu yang lama. Proses penjemuran pada penggilingan kecil diawali pada pagi hari pukul WIB dimana pekerja mulai dengan mengangkut karung gabah dari gudang penyimpanan untuk diletakkan pada lantai jemur yang beralaskan semen datar. Karung-karung gabah diletakkan pada lantai jemur dan disusun merata pada keseluruhan lantai jemur. Pekerja lalu memotong dan melepas tali karung agar karung terbuka. Gabah dalam karung lalu ditumpahkan dan diratakan dengan menggunakan garuk kayu. Gabah yang sudah tersebar dibersihkan dari kotoran yang terbawa dari petani dengan menggunakan sapu lidi. Gabah 15

2 yang sudah terjemur dan bebas dari kotoran lalu dijemur dan dibalikan setiap 45 hingga 1 jam sekali atau saat gabah sudah terlihat menguning. Diagram alir proses penjemuran terlihat pada Gambar 6. Mulai Pekerja mengangkut karung gabah dari gudang penyimpanan Pekerja Mengangkut dan meletakkan karung Pekerja meratakan gabah keseluruh lantai jemur Pekerja menumpahkan gabah dari karung ke lantai jemur Pekerja memotong dan melepas tali karung Pekerja memberishkan gabah dari kotoran yang terbawa Pekerja membalikan gabah agar keseluruhan gabah Selesai Gambar 6. Urutan proses penjemuran gabah di penggilingan skala kecil Pada proses pemecahan kulit di penggilingan padi skala kecil diawali dengan mengangkut gabah kering dalam karung yang sudah dijemur sebelumnya. Karung gabah lalu dibuka dengan memotong talinya lalu menuang isi karung berisi gabah kedalam hopper pada mesin husker. Output gabah dari mesin husker yang tertampung dalam wadah dilihat dan dikontrol kualitasnya. Kualitas gabah dalam wadah penampung yang belum maksimal dimasukkan kembali kedalam mesin husker sedangkan wadah yang berisi gabah yang sudah maksimal diangkut dan diletakkan pada polisher atau langsung dituang kedalam hopper polisher. Diagram alir proses pemecahan kulit dapat dilihat pada Gambar 7. Mulai Pekerja mengangkat gabah dari gudang dan membuka talinya Pekerja mengangkut karung dan dan memuat gabah kedalam hopper Pekerja mengatur wadah penampung untuk ouput gabah pecah kulit dari mesin Gabah pecah kulit sudah maksimal Gabah pecah kulit Belum maksimal Pekerja mengontrol kualitas dari beras pecah kulit yang dihasilkan Pekerja mengangkut wadah ke dekat mesin penyosoh Selesai Gambar 7. Urutan proses pemecahan kulit gabah di penggilingan skala kecil 16

3 Pada proses penyosohan di penggilingan padi skala kecil proses diawali dengan mengangkat dan menuang gabah pecah kulit hasil husking kedalam huller pada polisher. Output dari mesin penyosoh yang masuk kedalam wadah sementara dilihat dan dikontrol kualitasnya. Untuk beras yang belum maksimal kembali dimasukkan kedalam polisher untuk disosoh ulang, sedangkan beras sosoh yang sudah maksimal dimasukkan kedalam karung. Karung yang sudah penuh lalu ditimbang dan diikat dengan menggunakan tali dan jarum. Diagram alir proses penyosohan dapat dilihat pada Gambar 8. Beras belum maksimal Mulai Selesai Pekerja mengangkat dan memuat beras pecah kulit kedalam hopper mesin penyosoh Pekerja mengikat karung beras yang sudah ditimbang Pekerja mengontrol kualitas beras yang dihasilkan Beras sudah maksimal Pekerja memasukkan output beras kedalam karung untuk ditimbang Gambar 8. Urutan proses penyosohan beras pecah kulit di penggilingan skala kecil Tata letak penggilingan padi pada proses pemecahan kulit dan penyosohan skala kecil Lokasi A dan Lokasi B sama yaitu terdiri dari satu unit husker dan satu unit polisher yang terletak berdampingan dan dikerjakan oleh dua orang pekerja. Tata letak penggilingan kecil dapat dilihat pada gambar 9. Tumpukan karung gabah Pekerja Husker Keterangan : : arah proses Pekerja Polisher Gambar 9. Tata letak proses pemecahan kulit dan penyosohan di penggilingan kecil Proses Penggilingan Padi Skala Besar Pada proses penjemuran pada penggilingan besar di PDS, Subang dilakukan pada lantai jemur yang beralas semen berbentuk baris-baris gelombang dengan kapasitas jemur 20 ton seperti terlihat pada Gambar 10. Proses penjemuran diawali dengan pengangkutan karung berisi gabah dari tempat 17

4 penyimpanan karung gabah ke lantai jemur. Karung gabah disusun membentuk baris agar menyebar keseluruh lantai jemur saat ditumpahkan. Karung gabah yang sudah tersebar keseluruh lantai jemur dipotong talinya hingga karung terbuka lalu gabah ditumpahkan ke lantai jemur. Setelah seluruh karung di lantai jemur sudah ditumpahkan lalu diratakan menggunakan alat garuk yang terbuat dari kayu. Perataan gabah menggunakan garuk kayu dilakukan untuk meratakan tumpahan gabah dari karung ke seluruh lantai jemur sehingga penyebaran panas dari sinar matahari pada gabah maksimal. Gambar 10. Lantai jemur bergelombang di penggilingan padi skala besar PDS, Subang Proses yang dilakukan setelah seluruh gabah sudah merata di lantai jemur adalah proses pembalikan gabah. Pembalikan gabah diawali dengan mengumpulkan gabah yang sedang dijemur dengan garuk kayu hingga membentuk tumpukan baris gabah, seperti terlihat pada Gambar 12. Penumpukan gabah mengakibatkan bagian alas semen yang awalnya tertutup gabah basah menjadi terbuka dan terkena panas matahari secara langsung sehingga alas semen menjadi kering dan panas kembali. Pada saat lantai semen sudah dirasa cukup panas maka tumpukan gabah diratakan kembali sehingga gabah yang sebelumnya dibawah atau belum terkena panas matahari menjadi tertukar dengan gabah yang sudah tersinari panas matahari secara langsung, proses perataan gabah dapat dilihat pada Gambar 13. Proses pembalikan gabah dilakukan setiap 40 menit hingga 1 jam sekali atau 6-8 kali sehari dari pukul 8.00 hingga pukul dengan tempering time pukul agar gabah yang terkena panas matahari lebih merata. Diagram proses penjemuran dapat dilihat pada Gambar 11. Mulai Pekerja mengangkut karung gabah dari penyimpanan ke lantai Pekerja membuka tali karung dan menumpahkan Pekerja membalikan gabah dengan cara mengumpul dan menyebar secara bergantian Pekerja membalikan gabah dengan cara mengumpul dan menyebar secara bergantian Pekerja meratakan tumpahan gabah keseluruh lantai jemur Pekerja menyiapkan karung dan memasukan gabah kering kedalam Pekerja menjahit karung dan mengangkutnya ke tempat penyimpanan Selesai Gambar 11. Diagram alir proses penjemuran di penggilingan padi skala besar 18

5 Gambar 12. Contoh proses pengumpulan gabah di penggilingan padi skala besar PDS Gambar 13. Contoh proses perataan gabah di penggilingan padi skala besar PDS Pada lokasi penjemuran, suhu cukup tinggi dengan kisaran 30 C - 49 C sehingga dapat ditahan maksimal 1 jam dan jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental pekerja sesuai dengan Tabel 3. Suhu yang tinggi akan membuat pekerja merasa tidak nyaman dan cepat lelah. Para pekerja sebaiknya menggunakan pakaian yang dapat menutup seluruh tubuh berbahan tipis dan menggunakan penutup kepala seperti topi yang lebar. Pakaian tersebut dimaksudkan agar tubuh pekerja tidak tersengat matahari secara langsung sehingga tidak membuat pekerja kepanasan dan menimbulkan kelelahan fisik. Tabel 3. Pengaruh temperatur terhadap pekerja Temperatur Akibat yang ditimbulkan ± 49 C Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental ± 30 C Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik ± 24 C Kondisi paling nyaman bagi pekerja ± 10 C Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul Sumber : Nurmianto, Eko (2004) Pada proses pemecahan kulit di penggillingan skala besar PDS, dilakukan proses pemecahan kulit gabah hingga kulit terlepas dan menjadi beras pecah kulit. Pada proses ini gabah dimasukkan kedalam kotak penampung seperti terlihat pada Gambar 14 yang berhubungan langsung dengan elevator lalu gabah masuk kedalam paddy cleaner untuk memisahkan gabah hampa dan kotoran lainnya. Kotoran dipisah dan ditampung dalam karung sedangkan gabah masuk kedalam Rice Husker 1 dan 2 untuk proses pemecahan kulit. Sisa dari hasil pemecahan kulit berupa sekam dipisahkan oleh blower dan ditampung di ruangan penampung sekam melalui pipa. Beras pecah kulit hasil pemecahan lalu diangkat oleh elevator dan masuk kedalam paddy separator untuk memisahkan beras pecah kulit dengan gabah yang tercampur. Gabah yang masih tercampur ditampung dalam wadah lalu dimasukkan kedalam Rice Husker 2 untuk dilakukan proses pemecahan kulit kembali, Rice Husker 1 dan 2 dapat dilihat pada Gambar

6 Gambar 14. Kotak Penampung Gabah di penggilingan padi PDS, Subang Gambar 15. Husker 1 dan 2 penggilingan padi PDS, Subang Beras pecah kulit yang telah melewati paddy separator tipe mesh seharusnya dapat langsung masuk dan diangkat kembali oleh elevator, namun output dari paddy separator dengan elevator sendiri memiliki jarak sehingga perlu ada pekerja tambahan untuk menarik dan mendorong output gabah masuk kedalam elevator menggunakan alat garuk kayu seperti terlihat pada Gambar 16. Gambar 16. Mendorong gabah kedalam elevator di penggilingan padi PDS, Subang Hal ini disebabkan rancangan awal penggilingan yang awalnya dirancang untuk menggunakan paddy separator mekanis, namun yang digunakan adalah paddy separator tipe mesh sedangkan paddy separator mekanis sendiri tidak digunakan. Beras pecah kulit yang telah melewati Paddy Separator diangkat elevator dan langsung masuk kedalam Rice Polisher pertama. Proses penyosohan ini memanfaatkan gesekan antar butiran untuk membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras agar dihasilkan beras yang bening. Selama penyosohan, terjadi penekanan terhadap butir beras sehingga terjadi butir patah dan menir. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang lebih kecil daripada butir patah (Damardjati, 1988). Setelah melewati Rice Polisher pertama, beras kembali diangkat oleh elevator dan masuk kedalam Rice Polisher kedua untuk proses penyosohan kembali agar hasil lebih maksimal dan langsung masuk kedalam Rice Grader untuk memisahkan antara butir kepala dengan butir patah dan menir. Butir kepala selanjutnya masuk ke proses pengemasan sedangkan menir dan butir patah yang dipisahkan ditampung dengan wadah lalu disaring lagi menggunakan mesh untuk memisahkan butir kepala yang tercampur dan beras patah yang masih dapat diterima standar kualitas penggilingan. Beras yang sudah melalui Rice Grader masuk kedalam karung hingga karung terisi penuh. Karung yang sudah penuh kemudian diangkat keatas timbangan untuk diukur beratnya dan karung baru disiapkan sebagai pengganti karung yang 20

7 penuh. Berat beras disesuaikan dengan berat yang ditentukan dengan mengurangi beras jika berat lebih dan menambah beras jika berat kurang. Beras yang ditambahkan diambil dari beras yang tercecer pada saat pergantian karung. Karung yang sudah berisi beras dengan berat yang ditentukan lalu dijahit bagian penutupnya dengan alat jahit semi mekanis. Karung beras yang sudah dijahit lalu diangkut dan disusun dengan susunan kunci lima di tempat penyimpanan sementara sebelum diangkut menggunakan truk atau container. Diagrarm alir proses pemecahan kulit hingga pengemasan dapat dilihat pada Gambar 17 dan tata letak pekerja dapat dilhat pada Gambar 18. Mulai GKG Paddy Cleaner Sampah dan kotoran Sekam Husker 1 Husker 2 Gabah Pecah kulit Paddy Separator Sekam Gabah pecah kulit yang belum sempurna Dedak Polisher 1 Beras pecah ukuran besar Dedak Polisher 2 dan Rice grader Beras Menir dan beras pecah Mesh Penimbangan Menir dan beras pecah ukuran kecil Pengemasan Karung Beras Penyusunan karung beras Keterangan : : Arah proses : Hasil samping Selesai Gambar 17. Diagrarm alir proses pemecahan kulit hingga pengemasan 21

8 Pekerja Penampung gabah Tumpukan karung gabah Pekerja Husker 1 Paddy cleaner Husker 2 Pekerja Paddy separator tipe mesh Pekerja Polisher 1 Polisher 2 Tumpukan karung beras Pekerja Timbangan Rice grader Pekerja Keterangan : : Elevator : Arah proses 22

9 Gambar 18. Tata letak proses pemecahan kulit dan penyosohan di penggilingan besar Daerah sekitar Rice Husker memiliki intensitas debu halus cukup besar dikarenakan lubang pemasukan pipa pembuangan sisa pemecahan kulit kedalam penampung terlalu besar sehingga debu dapat keluar pada saat proses pemecahan kulit berlangsung. Debu juga dapat beterbangan di udara karena adanya benturan sesama bulir padi ataupun adanya benturan antara padi dengan dasar inlet huller rice. Debu yang terhirup oleh pekerja dapat menyebabkan gangguan pada fungsi paru dan kemungkinan mengidap penyakit menular ISPA (infeksi saluran pernafasan atas). Debu yang dihasilkan dari proses pemecahan kulit padi perlu dihilangkan untuk menghindarkan tenaga kerja dari penurunan fungsi paru. Salah satu cara untuk menurunkan debu adalah menggunakan wet scrubber. Suatu scrubber berbentuk silender dengan tinggi 70 cm dan diameter 5 cm yang di dalamnya ditambahkan media berpori dan penyemprotan embun air dapat menurunkan partikel yang berbentuk aerosol (Ciborowski dan Hulewich, 1970). Partikel kecil yang berbentuk powder telah berhasil diturunkan dalam udara dengan menggunakan air yang disemprotkan melalui nozzle (Rambali, 2002). Cara yang lain juga dapat dilakukan dengan mengisolasi ruangan penampung sisa pemecahan kulit dengan ruangan penggilingan. Pekerja sebaiknya menggunakan masker khusus yang dapat menyaring debu dan tidak mempersulit bernafas. Ruangan pemecahan kulit beralaskan keramik dan semen yang selalu terasa getaran pada saat proses berlangsung. Getaran tersebut berasal dari getaran yang dihasilkan mesin terutama engine berbahan bakar solar sebagai sumber tenaga penggerak utama mesin penggilingan. Menurut Wignjosoebroto (2003) ruangan yang selalu bergetar dirasa kurang baik karena dapat menghilangkan konsentrasi pekerjanya bila terlalu lama berada di ruangan tersebut. Getaran yang dirasakan pekerja dalam jangka waktu yang lama tersebut mengakibatkan tubuh pekerja merasa selalu bergetar. Untuk mengurangi getaran sebaiknya engine dan bagian transmisi diberi dudukan (engine mounting) menggunakan material elastis yang dapat meredam getaran. 4.2 ANALISIS GERAKAN DAN WAKTU Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan guna memilih alternatif metoda kerja yang terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Definisi Pekerjaan Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengukuran waktu kerja adalah dengan teknik micromotion study. Metode ini baik sekali diaplikasikan untuk meneliti siklus operasi kerja yang pendek, berlangsung secara berulang-ulang dan dilaksanakan secara manual. Menurut Wignjosoebroto (2003) aktivitas pengukuran kerja ini memiliki kriteria-kriteria pekerjaan yang harus dipenuhi, yaitu : a. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. b. Isi atau macam pekerjaan itu harus homogen. c. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung. d. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya. Sesuai dengan batasan masalah yang diuraikan di depan, bahwa proses penggilingan padi merupakan proses yang terdiri dari proses penjemuran yang diawali dari pengangkutan karung gabah hingga pembalikan gabah, proses pemecahan kulit yang diawali dengan penuangan gabah dari karung 23

10 kedalam kotak penampung hingga pemasukan gabah pecah kulit ke elevator, proses penyosohan dan proses pengemasan yang diawali dengan mengisi karung hingga penyusunan karung beras. Pekerjaan pada penggilingan padi 100% dilakukan oleh pekerja pria karena mayoritas pekerjannya membutuhkan tenaga yang sangat besar seperti mengangkat karung gabah yang berat dan pembalikan tanah di lantai jemur yang membutuhkan fisik kuat karena sengatan panas matahari. Output pada pekerjaan proses penjemuran gabah berupa sistem berat dalam kilogram, yaitu banyaknya gabah dalam kilogram gabah yang dikerjakan dalam waktu satu jam. Output pada pekerjaan yang dilakukan dalam proses pemecahan kulit, penyosohan dan pengemasan berupa sistem berat dalam kilogram, yaitu banyaknya beras yang diproduksi dalam waktu satu jam. Untuk kontinuitas pekerjaan pada proses penjemuran gabah dilakukan setiap hari jika cuaca panas dan tidak hujan dilakukan setiap hari atau senin sampai minggu dari pukul WIB selama terdapat gabah basah. Kontinuitas pada proses pemecah kulit hingga pengemasan juga dilakukan setiap hari selama terdapat stok gabah kering giling. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pada proses penggilingan padi dan layak untuk dilakukan aktivitas pengukuran kerja Pembagian Operasi Menjadi - Kerja Mengukur waktu kerja sekaligus dari saat awal persiapan sampai akhir pekerjaan tersebut selesai dilakukan adalah satu hal yang tidak bisa dibenarkan (Wignjosoebroto, 2003). Dalam pelaksanaan pengukuran kerja, umumnya yang dilakukan terlebih dahulu adalah membagi operasi menjadi elemen-elemen kerja. Berdasarkan 17 gerakan dasar yang telah diuraikan oleh Gilbreth, maka satu operasi preparasi tepung dan pengemasan dapat diuraikan menjadi beberapa segmen gerakan yang diberi nama sesuai elemen gerak yang terjadi. Segmen-segmen tersebut antara lain : 1. Mencari (Search) Mencari (Sh) adalah elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu obyek. Gerakan ini dilakukan oleh mata. Gerakan dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek tersebut sudah ditemukan. Berdasarkan definisi gerakan ini, pada proses pemecahan kulit dimana pekerja memotong tali karung menggunakan pisau sebelum diangkat untuk dimasukan kedalam husker. Gerakan ini dimulai ketika mata pekerja bergerak mencari pisau untuk sampai pekerja menemukan letak pisau yang akan digunakan untuk memotong tali pada karung gabah. Setelah memotong tali pekerja sering meletakkan pisau pada sembarang tempat karena memerlukan kedua tangannya untuk membantu pekerja lain mengangkat karung. Gerakan ini termasuk gerakan yang tidak efektif yang perlu dihilangkan, pekerja menghabiskan waktu untuk mencari dimana terakhir kali ia menaruh pisaunya. Gerakan menjangkau pisau dapat dihilangkan dengan cara menancapkan pisau pada karung selanjutnya yang akan dipotong talinya. Gerakan tidak efektif ini juga dapat dihilangkan dengan membuat wadah khusus untuk menaruh pisau yang dapat diikatkan pada pinggang sehingga mencegah pekerja untuk menaruh pisau disembarang tempat dan mempercepat kegiatan kerja pada proses pemecahan kulit. Gerakan mencari pisau juga terjadi pada proses penjemuran gabah saat pekerja memotong tali karung sebelum ditumpahkan ke lantai jemur. 2. Menjangkau (Transport Empty) dan Memegang (Grasp) Menjangkau (TE) adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek, sedangkan memegang (G) sendiri didefinisikan sebagai gerakan tangan yang dilakukan dengan menutup jari-jari tangan pada suatu objek yang dikehendaki dalam suatu operasi kerja. Berdasarkan definisi tersebut, dalam elemen penjahitan karung pada proses pengemasan gerakan dimulai pada saat pekerja menggerakan tangannya menuju alat jahit, sampai 24

11 menutup jari-jari tangan setelah memegang alat tersebut. Kedua elemen gerak ini dilakukan oleh tangan kanan sedangkan tangan kiri dalam keadaan hold hingga tangan kanan selesai menjahit karung. Gerakan tangan kanan termasuk kedalam gerakan efektif karena menjangkau alat (transport empty) dan memegangnya untuk digunakan. Dalam elemen persiapan karung pada proses pengemasan gerakan ini dimulai pada saat pekerja mulai menggerakan tangannya menuju karung beras yang akan dibuka sampai pekerja memegang karungnya dan menutup jari-jari tangan. Gerakan menjangkau dan memegang karung ini dilakukan oleh tangan kanan. Gerakan ini dirasa kurang baik karena pekerja harus membungkuk untuk menjangkau karung yang terlalu rendah. Hal ini dirasa kurang baik karena dapat memperlambat waktu dan mempercepat kelelahan pekerja. Karung yang dipersiapkan untuk proses pengemasan sebaiknya ditempatkan lebih tinggi sehingga pekerja tidak perlu sampai membungkuk untuk menjangkau karung. Pada elemen mengambil karung karung di tempat penyimpanan karung pada proses penjemuran gabah, gerakan dimulai pada saat pekerja berjalan kearah tempat penyimpanan sampai pekerja memegang karung beras yang akan diangkat. Gerakan dirasa kurang efektif karena perjalanan dari lantai jemur ke tempat penyimpanan gabah cukup jauh sedangkan pekerja hanya dapat menangkut satu karung tiap siklus. Hal tersebut mengakibatkan pekerja harus bolak-balik mengambil karung gabah ditempat penyimpanan dan akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Sebaiknya digunakan alat bantu seperti kereta dorong atau gerobak untuk mengangkut karung gabah dalam jumlah yang lebih banyak dalam satu siklus. 3. Membawa dengan beban (Transport Loaded) Membawa dengan beban (TL) merupakan gerak perpindahan tangan, hanya saja tangan yang berpindah ini bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek). Gerakan ini dimulai dan diakhiri pada saat yang sama dengan elemen gerakan menjangkau hanya saja tangan yang menjangkau ini dalam kondisi membawa beban. Berdasarkan definisi ini pada elemen memotong tali pada proses penjemuran, gerakan dimulai ketika pekerja membawa pisau ke karung gabah dilantai jemur dan berakhir ketika memakai pisau tersebut. Gerakan dilakukan oleh tangan kanan sedangkan tangan kiri digunakan untuk memegang (hold) tutup karung. Kedua gerakan ini merupakan gerakan efektif dan waktu rata-rata adalah 5.53 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerjaan adalah pekerja harus selalu pindah dengan berjalan dan membungkuk pada karung berikutnya. Untuk mengurangi keterlambatan sebaiknya bagian pentutup karung gabah disusun berhadapan sehingga pekerja dapat memotong dua tali penutup karung sekaligus dalam satu kali jalan dan membungkuk. Pada elemen mengangkut karung di proses pemecahan kulit gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa karung gabah yang sudah dibuka ke mulut kotak penampung gabah kering giling dan berakhir ketika melepas karung tersebut. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. rata-rata untuk mengangkut karung gabah ke kotak penampung gabah kering giling adalah 8.04 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerja dalam membawa karung gabah ialah stamina dari pekerja itu sendiri karena berat dari karung gabah mencapai kg. Disarankan agar kondisi tubuh dari pekerja harus dijaga dengan asupan kalori yang sesuai dengan pekerjaan. Pengangkutan karung pada proses pemecahan kulit dapat dilihat pada Gambar

12 Gambar 19. Pengangkutan karung pada proses pemecahan kulit Pada elemen kerja mengangkut karung gabah pada proses penjemuran, gerakan ini dimulai ketika pekerja membawa karung gabah basah ke lantai jemur dan berakhir ketika menjatuhkan (melepas) karung tersebut. Gerakan yang dilakukan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri serta pundak sebagai penopang dan merupakan gerakan efektif. rata-rata yang diperoleh pada elemen kerja mengangkut karung gabah basah adalah detik. Berat karung gabah dapat dikategorikan sangat berat karena memiliki berat berikisar kg sehingga perlu tenaga yang besar dan mempercepat kelelahan pekerja. Hal tersebut dirasa kurang baik karena setelah pekerja selesai meletakkan karung gabah pada lantai jemur, pekerja harus kembali mengambil karung gabah yang lain sedangkan jarak lokasi peletakkan karung gabah dilantai jemur juga semakin jauh. Hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan peralatan handling seperti kereta dorong. Kereta dorong disini dapat membantu pekerja untuk membawa karung sekaligus sehingga pekerja tidak perlu bolak-balik untuk mengambil karung dan membawanya pada lantai jemur. 4. Memegang untuk memakai (Hold) Gerakan ini terjadi saat tangan yang satu melakukan gerak kerja memegang dan mengontrol obyek sedangkan tangan yang lain melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Gerakan ini dimulai pada saat satu tangan memegang dan memakai (mengendalikan) obyek dan berakhir ketika tangan yang lainnya selesai melakukan kerja terhadap obyek tersebut. Berdasarkan definisi ini pada elemen mengikat tali pada proses penjemuran dimulai ketika tangan kiri pekerja memegang bukaan karung sementara tangan kanan mulai menjahit bukaan karung, gerakan ini berakhir ketika pekerja selesai menjahit dan mengikat karung. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. rata-rata memegang untuk memakai pada elemen pengikatan karung adalah detik. Hal yang dapat memperlambat waktu adalah jika tali yang digunakan kurang panjang untuk mengikat karung sehingga proses pengikatan diulang kembali dengan tali yang baru. Gerakan ini juga terjadi pada elemen menjahit karung pada proses pengemesan, gerakan diawali pada saat tangan kiri memegang bukaan karung dan tangan kanan menjangkau alat jahit untuk memegang dan mengunakkanya hingga selesai menjahit. Gerakan hold pada tangan kiri dapat dilhat pada Gambar

13 Gambar 20. Contoh gerakan hold pada elemen penjahitan di proses pengemasan 5. Melepas (Release) gerakan melepas (RL) terjadi pada saat tangan operator melepaskan kembali obyek yang dipegang sebelumnya. Gerakan ini diawali saat jari-jari tangan membuka lepas dari obyek yang dibawa dan berakhir ketika semua jari sudah tidak menyentuh obyek lagi. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada elemen pengangkutan karung pada proses pemecahan kulit dimulai ketika pekerja melepas karung untuk ditumpuk dekat kotak penampung gabah dan berakhir ketika pekerja tidak lagi menyentuh karung. Gerakan dilakukan oleh kedua tangan pekerja dan merupakan gerakan efektif. Hal yang dapat memperlambat waktu adalah jika tumpukan karung yang sudah tinggi mengakibatkan pekerja kesulitan menumpuk karung yang memiliki beban sangat berat sehingga mempercepat kelelahan pekerja. Pada elemen penjahitan pada proses pengemasan, gerakan dimulai ketika pekerja melepas alat jahit yang diletakkan pada meja dan berakhir ketika pekerja sudah tisak menyentuh alat jahitnya. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan dan merupakan gerkan efektif. Hal yang dapat memperlambat gerakan pekerja adalah ketika pekerja meletakkan alat jahit pada meja yang terbuat dari bahan kayu sehingga peletakkan alat jahit harus hati-hati agar alat jahit tidak terbentur keras. Alas meja berupa kayu sebaiknya ditambahkan bahan yang lebih lunak atau menggunakan tempat penggantung alat penjahit sehingga pekerja tidak perlu menghabiskan waktu untuk meletakkan alat jahit secara hati-hati. 6. Mengarahkan (Position) Mengarahkan (P) adalah gerakan yang menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat. Gerakan ini biasanya didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan merakit (assembling) atau melepas (release). Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut ke arah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan berakhir atau melepas/memakai dimulai. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada elemen menuang wadah berisi gabah pecah kulit pada proses pemecahan kulit yang dimulai ketika pekerja mengarahkan wadah gabah kedalam hopper mesin husker dan berakhir ketika tangan pekerja melepas wadah gabah. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Hal tersebut seharusnya dapat dihilangkan dari proses pemecahan kulit. Pada elemen penjahitan tali pada karung gabah dalam proses penjemuran, gerakan ini dimulai ketika pekerja mengarahkan tali pada lubang jarum dan berakhir ketika jarum sudah menembus karung. Gerakan yang dilakukan ini merupakan gerakan tidak efektif. Gerakan ini sebaiknya dihilangkan dari proses penjahitan tali pada karung gabah. 27

14 Pada elemen memasukkan gabah kedalam hopper mesin husker di proses pemecahan kulit pada penggilingan skala kecil Lokasi A, gerakan dimulai ketika pekerja memegang karung berisi gabah untuk diangkat menuju hopper mesin husker dan berakhir setelah gabah sudah mulai tertuang kedalam hopper. Hopper pada mesin husker dibuat terlalu tinggi sehingga pekerja memerlukan tenaga lebih untuk dapat mencapai hopper dengan memanjat terlebih dahulu seperti terlihat pada Gambar 21. Gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif dan dapat memercepat kelelahan pekerja. Hopper pada mesin husker sebaiknya dimodifikasi mejadi lebih rendah dan mudah dijangkau. Gambar 21. Letak hopper yang tinggi di penggilingan padi skala kecil Lokasi A Apabila hopper telah dimodifikasi gerakan ini dapat mempercepat waktu rata-rata yang awalnya detik dan juga dapat memperingan beban kerja sehingga waktu standar selama detik dapat berkurang akibat penurunan faktor kelonggaran beban kerja. 7. Memeriksa (Inspect) gerakan ini termasuk langkah kerja untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Gerakan kerja dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama proses kerja berlangsung. dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan benda kerja dan lain-lain aktivitas yang prinsipnya memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan standar yang ada. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada elemen memasang karung pada proses pengemasan, gerakan dilakukan ketika pekerja memeriksa kualitas beras yang masuk kedalam karung. Gerakan ini merupakan gerakan tidak efektif sehingga perlu dihilangkan. Pemeriksaan kualitas beras sebaiknya dilakukan dalam waktu tertentu dengan alat yang lebih teliti seperti kaca pembesar sehingga pekerja tidak perlu mengambil beras keluaran dari polisher untuk dilihat kualitasnya. Penggunaan teknologi sensor dapat diaplikasikan untuk mengontrol kualitas dari beras yang diproduksi dengan membedakan warna dari beras hasil sosoh. 8. Memakai (Use) Memakai adalah elemen gerakan dimana salah satu atau kedua tangan digunakan untuk memakai atau mengontrol suatu alat/obyek untuk tujuan tertentu selama kerja berlangsung. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pada elemen pemotongan tali pada proses penjemuran, gerakan yang dimulai ketika tangan pekerja memotong tali karung gabah dengan menggunakan pisau dan berakhir ketika karung gabah telah terbuka. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan sedangkan 28

15 tangan kiri digunakan untuk memegang tutupan karung gabah. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan untuk memotong tali merupakan gerakan efektif dengan waktu rata-rata adalah 5.53 detik. Keterlambatan dapat terjadi jika pisau yang digunakan kurang tajam sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memotong tali. Pisau yang digunakan sebaiknya diasah secara rutin agar pemotongan tali menjadi lebih cepat. Pada elemen menuang gabah dari karung pada proses pemecahan kulit, gerakan dimulai ketika tangan pekerja memegang alat yang berbentuk tanda tanya dengan ujung tajam dan gagang dari kayu (gancu) untuk menancapkannya pada karung dan berakhir ketika gancu sudah lepas dari karung. Gerakan ini dilakukan oleh tangan kanan sedangkan tangan kiri memegang karung untuk membantu menuang karung kedalam kotak penampung gabah. Gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan merupakan gerakan efektif sedangkan tangan kiri merupakan gerakan yang tidak efektif. ratarata yang diperoleh untuk menuang gabah adalah 4.56 detik tiap karung. Hal yang dapat memperlambat gerakan pekerja adalah jika tancapan gancu pada karung beras kurang kuat atau gancu yang kurang tajam mengakibatkan tidak menancapnya gancu pada karung gabah sehingga perlu diulang kembali. Pada elemen pembalikan gabah dalam proses penjemuran, gerakan dimulai ketika tangan pekerja memegang alat garuk dan berakhir ketika pekerja pindah ke baris gabah yang berikutnya. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan dan merupakan gerakan yang efektif. rata-rata tiap baris adalah detik untuk mengumpulkan gabah dan detik untuk menyebar gabah. Hal yang dapat memperlambat kerja adalah jika pembalikan gabah terlalu terburu-buru sehingga pembalikan tidak merata dan pekerja harus mundur kembali untuk meratakannya kembali. Pada elemen penjahitan diproses pengemasan, gerakan dimulai pada saat tangan kanan pekerja memegang alat jahit semi mekanis dan berakhir ketika jari tangan sudah tidak menyentuh alat jahit. Gerakan ini merupakan gerakan efektif dengan waktu rata-rata 5.08 detik. Hal yang dapat memperlambat penjahitan adalah apabila benang jahit sudah habis sehingga perlu diganti dengan benang yang baru. Untuk mengganti benang jahit memperlukan waktu lebih sehingga sebaiknya digunakan minimal dua buah alat jahit, sehingga pada saat benang pada mesin jahit yang satu sudah habis langsung menggunakan mesin jahit yang kedua. Mesin jahit yang sudah habis diganti benangnya oleh pekerja lain yang sedang menanggur. 9. Menganggur (Delay) Gerakan menganggur yang dimaksud adalah gerakan menganggur yang dilakukan pekerja selama bekerja. Gerakan ini termasuk ke dalam elemen-elemen kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (UD), kelambatan yang dapat dihindarkan (AD) dan istirahat untuk menghilangkan lelah (R). Terdapat elemen-elemen kerja yang sering dilakukan oleh pekerja dibagian pemecahan kulit hingga pengemasan, yaitu menunggu, merokok, menyapu lantai dan mengobrol serta bercanda dengan pekerja lain. Pada proses pengemasan, gerakan menganggur terjadi pada akhir siklus yaitu pada saat pekerja selesai mengangkat karung untuk disusun pada lokasi penyimpanan. Pekerja pada saat tersebut berdiam diri karena menunggu karung beras yang belum terisi penuh sehingga tidak ada yang dapat dilakukan pekerja selain menunggu. Pekerja rata-rata menunggu selama detik terlebih dahulu sebelum dapat lanjut ke silkus berikutnya. Pada saat menunggu pekerja mengisi waktu dengan menyapu kotoran dilantai dan membersihkan beras yang tercecer. Pada proses pemasukkan gabah keluaran dari paddy separator, pekerja menunggu tumpukan curah keluaran dari paddy separator hingga cukup tinggi sebelum dimasukkan kedalam elevator. Pada proses ini, pekerja meunggu rata-rata selama detik sebelum masuk ke siklus kerja berikutnya. 29

16 Dalam waktu menunggu pekerja terkadang menyapu dan membersihkan kotoran gabah yang tercecer dilantai. Pada proses pemecahan kulit, pekerja di husker 2 berdiam diri yang sangat lama dibandingkan kerjanya sendiri. Pada proses ini pekerja menunggu wadah penampung keluaran dari paddy separator penuh dengan rata-rata waktu selama detik/siklus sedangkan elemen kerja yang terdiri dari menukar, mengangkat dan menuang wadah total hanya selama 8.14 detik/siklus. Pada proses penyosohan pada penggilingan padi skala kecil Lokasi A, keterlambatan terjadi pada saat pekerja berdiam diri menunggu polisher untuk dapat dituang kembali. Polisher pada proses ini memiliki kapasitas yang sudah menurun sehingga penuangan gabah pecah kulit dari mesin husker tidak dapat dilakukan secara kontinyu. Keterlambatan yang terjadi ini mengakibatkan menumpuknya wadah-wadah berisi gabah pecah kulit dari mesin husker karena tidak dapat langsung diproses Normal dan Baku normal adalah waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk melakukan gerakan dalam pekerjaannya. normal pada proses penggilingan padi skala kecil di penggilingan Lokasi A dapat dilihat pada Tabel 5, 6 dan 7, untuk proses penggilingan padi skala kecil di penggilingan padi Lokasi B dapat dilihat pada Tabel 8, 9 dan 10, sedangkan untuk penggilingan padi skala besar di penggilingan PDS, Subang dapat dilihat pada Tabel 11, 12, 13 dan 14. Seorang operator dianggap bekerja secara wajar jika seorang operator yang dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan dalam menjalankan pekerjaannya. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan cara Westinghouse. siklus rata-rata yang telah didapatkan harus melewati 2 faktor pertimbangan terlebih dahulu, yaitu faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran. baku didapat dari waktu siklus ditambah dengan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran. Faktor penyesuaian dan kelonggaran ini didapat dari penilaian yang dilakukan melalui pengamatan. Nilai-nilai penyesuaian dan kelonggaran ini dikalikan dengan waktu normal yang ada yang kemudian menjadi faktor penyesuaian dan kelonggaran yang akan ditambahkan dengan waktu normal. baku yang ditetapkan dapat berfungsi sebagai perencanaan jumlah pekerja yang harus dipekerjakan pada bagian atau proses-proses tertentu agar produktivitas perusahaan meningkat. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih pada perusahaan karena semua sumber daya manusia dialokasikan ke tempat-tempat yang tepat dan melakukan kegiatan kerja yang efektif. 1. Faktor Penyesuaian Faktor penyesuaian ini terdiri dari 4 faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Nilai-nilai penyesuaian dapat dilihat pada Tabel 4. Tiap elemen kerja memiliki nilai penyesuaian tersendiri tergantung dari pekerja terhadap elemen yang ia kerjakan. Faktor penyesuaian pada tiap elemen dapat dilihat pada lampiran

17 Tabel 4. Nilai Penyesuaian Ketrampilan Usaha Superskill A Superskill A A A Excellent B Excellent B1 0.1 B B2 0.8 Good C Good C C C Average D 0 Average D 0 Fair E Fair E E2-0.1 E Poor F Poor F F F Konsistensi Kondisi Kerja Perfect A 0.04 Ideal A 0.06 Excellently B 0.03 Excellently B 0.04 Good C 0.01 Good C 0.02 Average D 0 Average D 0 Fair E Fair E Poor F Poor F Sumber : Metode Westinghouse pada Nurmianto, Eko (2004) 2. Faktor Kelonggaran Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Definisi dari masing-masing faktor dapat dilihat pada Lampiran 15. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan pribadi yang diberikan adalah sebesar 5% untuk wanita dan 2% untuk pria, besarnya kelonggaran ini diberikan karena operator bekerja secara terus menerus selama ± 8 jam tanpa istirahat resmi. Faktor kelonggaran untuk rasa fatigue dilihat dari beberapa faktor yang berpengaruh. Faktor yang berpengaruh adalah tenaga yang dikeluarkan, sikap kerja, gerakan kerja, kelelahan mata, temperatur, keadaan atmosfer dan keadaan lingkungan. Faktor kelonggaran waktu dan hambatan-hambatan yang tak terhindarkan diberikan nilai sebesar 5%. Dari perhitungan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran sebelummnya, didapatkan bahwa waktu standar pada proses penjemuran, pemecahan kulit, dan penyosohan pada penggilingan kecil dapat dilihat pada Tabel 5, 6 dan 7 untuk penggilingan Lokasi A dan Tabel 8, 9 dan 10 untuk penggilingan padi Lokasi B. standar yang diperoleh pada penggilingan padi skala besar di penggilingan PDS, Subang dapat dilhat di Tabel 11, 12, 13 dan

18 Tabel 5. standar proses penjemuran di penggilingan kecil Lokasi A Rataan Proses Penjemuran Rating factor Normal Allowance 100kg GKP Mengangkat karung ke bahu Mengangkut dan meletakan karung Berjalan mengambil karung Memotong & melepas tali Berjalan ke karung berikutnya Menuang gabah Mengumpul gabah Menyebar gabah TOTAL Pada proses penjemuran di penggilingan padi Lokasi A pada elemen kegiatan pembalikan gabah yang terdiri dari mengumpulkan gabah dan menyebar gabah, masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali setiap hari sehingga total waktu standar adalah detik/100 kg gabah untuk mengumpul gabah dan detik/100 kg gabah untuk menyebar gabah. Total waktu standar untuk proses penjemuran adalah detik/100 kg gabah. Tabel 6. standar proses pemechan kulit di penggilingan kecil Lokasi A Proses Pemecahan kulit Rataan Rating factor Normal Allowance 100kg beras Mengambil karung dan membuka tali pada karung Mengangkat dan menuang gabah Memasukan hasil gilang dari wadah kecil kedalam karung Mengatur dan mengganti wadah penampung hasil giling TOTAL

19 Tabel 7. standar proses penyosohan di penggilingan Lokasi A Rataan Proses Penyosohan Rating factor Normal Allowance 100kg beras Mengangkat dan menuang gabah Memasukkan beras kedalam karung TOTAL Tabel 8. standar proses penjemuran gabah di penggilingan Lokasi B Proses Penjemuran Mengangkat karung ke bahu Mengangkut dan meletakan karung Berjalan mengambil karung Memotong & melepas tali Berjalan ke karung berikutnya Rataan Rating factor Normal Allowance 100kg GKP Menuang gabah Mengumpul gabah Menyebar gabah TOTAL Pada proses penjemuran di penggilingan padi Lokasi B pada elemen kegiatan pembalikan gabah yang terdiri dari mengumpulkan gabah dan menyebar gabah, masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali setiap hari sehingga total waktu standar adalah detik/100 kg gabah untuk mengumpul gabah dan detik/100 kg gabah untuk menyebar gabah. Total waktu standar untuk proses penjemuran adalah detik/100 kg gabah. 33

20 Tabel 9. standar proses pemecahan kulit di penggilingan Lokasi B Proses Pemecahan kulit Rataan Rating factor Normal Allowance 100kg beras Memasukkan gabah Menukar wadah TOTAL Tabel 10. standar proses penyosohan gabah giling di penggilingan Lokasi B Rataan Proses Penyosohan Rating factor Normal Allowance 100kg beras Mengangkat wadah ke hopper Memasukkan beras ke karung TOTAL Tabel 11. standar proses penjemuran di penggilingan besar PDS Rataan Proses Penjemuran Rating factor Normal Allowance 100kg beras Mengangkat karung Menangkut karung Mengambil karung Membuka tali Jalan ke karung Menumpahkan gabah Jalan ke karung Meratakan gabah Mengumpulkan gabah Menyebar gabah Menyiapkan karung Memasukkan gabah ke karung Mempersiapkan tali dan jarum Menjahit karung TOTAL

21 Pada proses penjemuran di penggilingan padi PDS pada elemen kegiatan pembalikan gabah yang terdiri dari mengumpulkan gabah dan menyebar gabah, masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali setiap hari sehingga total waktu standar adalah detik/100 kg gabah untuk mengumpul gabah dan detik/100 kg gabah untuk menyebar gabah. Total waktu standar untuk proses penjemuran adalah detik/100 kg gabah. Jika disamakan dengan kegiatan yang dilakukan pada penggilingan kecil atau tidak ada kegiatan akhir atau hanya dari kegiatan mengangkat karung hingga menyebar gabah (tanpa perataan) maka total waktu standar adalah detik/100 kg gabah. Tabel 12. standar proses pemecahan kulit di penggilingan besar PDS Proses Pemecahan kulit Rataan Rating factor Normal Allowance 100kg beras Mengangkat karung Mengangkut karung Menuang gabah dari karung Menukar wadah Mengangkat Menuang TOTAL Tabel 13. standar proses penyosohan di penggilingan besar PDS Rataan Proses Penyosohan Rating factor Normal Allowance 100kg beras Mengumpulkan gabah Memasukkan gabah Memasang karung TOTAL

22 Mengangkat karung Tabel 14. standar proses pengemasan di penggilingan besar PDS Rataan Proses Pengemasan Rating factor Normal Allowance 100kg beras Menimbang beras Melipat karung Menjahit karung Menyusun karung Mengambil karung TOTAL Pada penggilingan padi skala kecil di penggilingan Lokasi A didapatkan total waktu standar detik/100 kg gabah untuk proses penjemuran, detik/100 kg gabah kering giling dan detik/100 kg untuk beras pecah kulit untuk proses penyosohan. Pada penggilingan padi skala kecil di penggilingan Lokasi B didapatkan total waktu standar detik/100 kg gabah untuk proses penjemuran, detik/100 kg gabah kering giling dan detik/100 kg untuk beras pecah kulit untuk proses penyosohan. Penjemuran pada penggilingan Lokasi B membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penggilingan Lokasi A karena pada penggilingan Lokasi B pekerja pada saat penjemuran awal adalah dari petani sendiri yang relatif sudah berumur sehingga performa kurang dan lambat. Pada penggilingan padi Lokasi B memiliki luas lapangan jemur yang lebih luas dibandingkan dengan penggilingan Lokasi A, namun pada penggilingan Lokasi B gabah dijemur dengan ketebalan yang lebih tipis sehingga luas lapangan jemur akan lebih luas untuk jumlah gabah yang sama dan waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama. Perbedaan pada pemecahan kulit ini sangat mungkin disebabkan oleh kapasitas mesin penggiling yang berbeda. Pada penggilingan Lokasi A pekerja memasukan gabah dalam jumlah yang besar sekali tuang atau langsung menuangkan karung gabahnya, sedangkan pada penggilingan padi Lokasi B pekerja memasukkan gabah dalam jumlah yang sedikit atau menggunakan wadah kecil karena proses pemecahan kulit pada husker lambat. melakukan pekerjaan yang lebih cepat namun lebih berat sedangkan pada pekerja di penggilingan Lokasi B terlihat lebih lama menunggu sampai hopper mesin husker kosong. Pada proses penyosohan terlihat bahwa total waktu standar pada penggilingan Lokasi A jauh lebih lama dibandingkan dengan penggilingan Lokasi B karena pada penggilingan Lokasi A terlihat kapasitas polisher sudah sangat menurun sehingga tumpukan beras pecah kulit hasil dari mesin husker lebih banyak menunggu untuk dilanjutkan ke proses polishing. Pada penggilingan skala besar PDS diperoleh total waktu standar yaitu detik/100 kg atau detik/100 kg gabah jika kegiatan yang diukur waktunya sama dengan penggilingan kecil untuk proses penjemuran, detik/100kg gabah kering giling, detik/100 kg untuk beras pecah kulit untuk proses penyosohan dan detik/100 kg beras untuk pengemasan. Pada proses penjemuran waktu banyak terbuang pada saat pekerja mengambil karung dari tempat penyimpanan ke 36

23 lapangan jemur. Jarak antara tempat penyimpanan karung gabah dan lapangan jemur yang luas mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut lebih lama. Pada proses pemecahan kulit dan penyosohan, waktu standar penggilingan PDS lebih cepat dibandingkan dengan penggilingan kecil karena kapasitas mesin yang jauh lebih besar. Proses penjemuran, pemecahan kulit dan penyosohan pada penggilingan skala besar PDS memiliki perbedaan yaitu faktor kelonggaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggilingan kecil terutama pada kondisi lingkungan, atmosfer dan suhu. Faktor kelonggaran kondisi lingkungan yaitu pada getaran dan kebisingan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggilingan kecil. Intensitas debu yang dan suhu yang tinggi sangat mempengaruhi faktor kelonggaran atmosfer dan suhu. normal yang diperoleh setelah disesuaikan dengan faktor kelonggaran terlihat jauh meningkat. 4.3 ANALISIS METODE KERJA Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, diperlukan perancangan sistem kerja yang baik pula. Suatu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang ekonomis. Prinsip dari ekonomi gerakan menurut Niebel (1999) adalah pengetahuan dasar mengenai fisiologi manusia dan menggunakannya sebagai pertimbangan utama dalam analisis aplikasi suatu metode kerja. Pada penggilingan Lokasi A Pada mesin husker menempatkan hopper pada sangat tinggi dibandingkan dengan polisher sehingga harus menaiki tangga dahulu untuk mencapai husker. Hal tersebut mengakibatkan pekerja membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai hopper dan pekerja juga membutuhkan tenaga yang lebih besar karena harus menaiki tangga sambil mengangkat karung gabah. Posisi menaiki tangga sambil mengangkat karung dapat menyebabkan cedera serius pada sendi-sendi lutut, pergelangan kaki dan paha yang menahan beban yang besar. Sebaiknya mesin husker dimodifikasi dan diletakkan sejajar dengan lantai agar pekerja tidak perlu menjangkau hopper yang terlalu tinggi. Karung beras yang diecer menggunakan wadah bervolume lebih kecil juga dapat mengurangi beban yang ditanggung pekerja. Pada proses penyosohan, pekerja menuang beras hasil sosoh dari wadah penampung beras menggunakan sendok beras pada saat wadah belum terisi penuh sehingga tiap sendokan beras tidak memaksimalkan kapasitas sendok. Sebaiknya pekerja menggunggu wadah terisi penuh dan langsung menuangkan wadah kedalam karung beras tanpa menggunakan sendok beras. Kapasitas mesin penyosoh yang tidak sebanding dengan mesin pemecah kulit mengakibatkan tumpukan beras pecah kulit yang menumpuk dan menunggu untuk diproses ke mesin penyosoh. Pada proses pemecahan kulit pekerja sering mengganti wadah penampung hasil giling yang terisi penuh dengan wadah lain yang kosong. Hal tersebut terjadi karena wadah penampung memiliki kapasitas yang terlalu kecil. Sebaiknya digunakan wadah yang memiliki kapasitas tampung yang lebih besar agar pergantian wadah penampung tidak terlalu sering. Pada lantai jemur di proses penjemuran dibutuhkan perhatian lebih mengenai kebersihan gabah. Hewan liar seperti anjing, bebek dan ayam terlihat dapat bebas masuk ke lantai jemur dan membuang kotoran diatas gabah. Pada penggilingan Lokasi B kapasitas mesin yang rendah mengakibatkan pekerja hanya dapat menuang gabah ke mesin husker dalam jumlah yang sedikit dalam sekalio tuang. Pekerja lebih sering berdiam diri dan menunggu hopper pada mesin husker dapat dituang gabah kembali. Pada penggilingan skala besar di PDS dalam proses penyosohan, pekerja mengumpulkan beras pecah kulit keluaran dari paddy separator tipe mesh untuk dimasukkan kedalam elevator. Pekerja melakukan kegiatan ini dengan posisi tubuh yang membungkuk dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan rasa sakit pada punggung dan pinggang. Kegiatan ini dilakukan karena 37

Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil

Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil Studi Gerak Dan Waktu Pada Proses Penggilingan Padi Skala Besar dan Kecil 1) Muammar Tawaruddin Akbar, 1) Sam Herodian 1) Laboratorium Ergonomika, Departeman Teknik Mesin dan Biosistem Fateta IPB. E-mail:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan Dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penyusun di PT. Surya Alam Rekananda pada proses pengeringan jagung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Penentuan waktu standar akan mempunyai peranan yang cukup penting didalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan. Penentuan waktu standar yang tepat dan

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI 2.2 PENGGILINGAN PADI II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROSES PASCA PANEN PADI Penanganan pascapanen padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung)

PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) PERANCANGAN SISTEM KERJA PADA PROSES PENGERINGAN JAGUNG DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi kasus di PT. Surya Alam Rekananda, Bandar Lampung) WORK SYSTEM DESIGN IN DRY-CORN PROCESSING REFER TO ERGONOMIC

Lebih terperinci

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0.

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0. Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating. SKILL EFFORT 0.15 A1 0.13 A1 Superskill 0.13 A2 0.12 A2 Superskill 0.11 B1 0.1 B1 Excellent 0.08 B2 0.08 B2 Excellent 0.06 C1 0.05 C1 Good 0.03 C2 0.02 C2

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah

II. TINJAUAN PUSTAKA Terminologi Pasca Panen Padi. A. Kualitas Fisik Gabah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminologi Pasca Panen Padi Kegiatan pascapanen padi perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan (Patiwiri, 2006). Padi biasanya dipanen pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Berikut adalah

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

ABSTRAK Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Semakin tinggi permintaan dari pasar, maka perusahaan harus dapat memenuhi permintaan tersebut, tetapi dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN

ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN ERGONOMI & APK - I KULIAH 3: STUDI & EKONOMI GERAKAN By: Rini Halila Nasution, ST, MT STUDI GERAKAN Studi gerakan atau yang biasanya disebut dengan motion study adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN NOTULENSI Pengelompokan Kegiatan Value Added dan Non Value Added No Kegiatan 1. Tebu dibawa ke pabrik menggunakan truk 2. Truk menunggu untuk ditimbang 3. Truk yang berisikan tebu ditimbang 4.

Lebih terperinci

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014

Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Yogyakarta, 5-6 September 2014 PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN TINGKAT KECERAHAN BERAS GILING (ORYZA SATIVA L.) PADA BERBAGAI PENGGILINGAN BERAS Budidarmawan Idris 1, Junaedi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen

Lebih terperinci

STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PENGGILINGAN PADI SKALA BESAR DAN KECIL SKRIPSI MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR F

STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PENGGILINGAN PADI SKALA BESAR DAN KECIL SKRIPSI MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR F STUDI GERAK DAN WAKTU PADA PROSES PENGGILINGAN PADI SKALA BESAR DAN KECIL SKRIPSI MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR F14070068 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PANEN PADI

ALAT DAN MESIN PANEN PADI ALAT DAN MESIN PANEN PADI Sejalan dengan perkembangan teknologi dan pemikiran-pemikiran manusia dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi tahap berkembang sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan 1. Investor 2. Analisis 3. Masyarakat 4. Pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 6 MOTION STUDY Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com WORK TIME MEASUREMENT (MOTION

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Singkong Singkong merupakan tumbuhan umbi-umbian yang dapat tumbuh di daerah tropis dengan iklim panas dan lembab. Daerah beriklim tropis dibutuhkan singkong untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI. Disusun oleh: Kelompok 3 LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PENGGILINGAN PADI Disusun oleh: Kelompok 3 Arya Widura Ritonga Najmi Ridho Syabani Dwi Ari Novianti Siti Fatimah Deddy Effendi (A24051682) (A24051758)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Manusia merupakan salah satu elemen utama pada sistem industri dalam menjalankan aktivitas. Tanpa adanya campur

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI Secangkir kopi dihasilkan melalui proses yang sangat panjang. Mulai dari teknik budidaya, pengolahan pasca panen hingga ke penyajian akhir. Hanya

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Sistem Kerja Pengemasan dan Pengepakan Susu Di MT KPBS Sistem kerja produksi susu yang berlangsung di MT KPBS diawali dengan proses pengujian dan penerimaan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya pengolahan data dan analisis data dalam penelitian Tugas Akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut ini : 1. Gerakan kerja

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGOLAHAN BUAH LADA PENGOLAHAN BUAH LADA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Lada memiliki nama latin Piper nigrum dan merupakan family Piperaceae. Lada disebut juga sebagai raja dalam kelompok rempah

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X )

USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT X ) Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 USULAN PERBAIKAN METODA KERJA PADA STASIUN KERJA POLA DENGAN MOTION ECONOMY CHECK LIST (STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA SEPATU CIBADUYUT

Lebih terperinci

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1

Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ergonomi adalah suatu study yang mengkaji tentang manusia dan interaksinya dengan unsure-unsur yang ada dalam lingkungan kerja, baik itu interaksinya dengan peralatan,

Lebih terperinci

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja Lampiran 1 Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja WC 1 (Laminating) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Sub Total Keterampilan Good C2 +0.03 Usaha Good C2 +0.02 Kondisi Fair E -0.03 Konsistensi Average

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian umum pengecatan Pengecatan adalah salah satu jenis pelapisan permukaan dimana bahan pelapisnya telah diberi pewarna (cat). Pengecatan secara tradisional digambarkan

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

BAB 6 USULAN DAN ANALISIS

BAB 6 USULAN DAN ANALISIS BAB 6 USULAN DAN ANALISIS 6.1 Stasiun Kerja Usulan Berikut merupakan nama-nama stasiun kerja usulan yang digunakan untuk memproduksi toy Nxxxx. Pada usulan ini terdapat 27 stasiun kerja, berikut merupakan

Lebih terperinci

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI

PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PANEN DAN PENGELOLAAN PASCAPANEN PADI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi 11: PANEN DAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse

Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse Tabel 2.4 Penyesuaian menurut Westinghouse 32 33 Tabel 2.5 Kelonggaran Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 34 Tabel 2.5 Kelonggaran ( Lanjutan ) 35 36 2.2 Peta Kerja 2.2.1 Pengertian Peta Kerja Peta kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kerja atau work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi (Eko

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: padi, konfigurasi penggilingan, susut penggilingan, rendemen giling PENDAHULUAN Konfigurasi Mesin Penggilingan Padi Untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Rice Milling Machine Configuration to Reduce Losses and Increase Milling Yield) Rokhani Hasbullah, Anggitha Ratri

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Penarikan kesimpulan diperoleh dari hasil pengolahan data serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya. Adapun beberapa kesimpulan yang didapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 (tiga belas) desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, dan wilayahnya masuk dalam Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari 27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Gerakan kerja operator yang dihubungkan dengan prinsip ekonomi gerakan Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakan-gerakannya

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan telah diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi

Lebih terperinci

Menganggur Independent Kerja Kombinasi

Menganggur Independent Kerja Kombinasi PETA KERJA SETEMPAT PETA PEKERJA-MESIN Menganggur Independent Kerja Kombinasi Contoh Kasus Berapakah jumlah mesin yang seharusnya bisa dilayani oleh seorang operator bilamana diketahui data sebagai berikut

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah studi kelayakan, karena pasar berperan penting untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian preparasi dan pengemasan merupakan bagian yang prosesnya dapat dikategorikan sebagai kegiatan produksi tipe flow shop karena proses produksi terjadi secara terus menerus

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu TINJAUAN PUSTAKA Pencampuran Secara ideal, proses pencampuran dimulai dengan mengelompokkan masingmasing komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama lain dalam bentuk

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian pada PT. Tjipta Rimba Djaja dapat dilihat sebagai berikut: 1. Direktur a. Memberikan garis besar kebijaksanaan

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Waktu siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Tabel 4.1 Data Waktu Siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Per 1 pasang Pengamatan Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan dan kemajuan dalam bidang teknologi berkembang dengan sangat pesat, perkembangan ini dirasakan hampir disemua sektor industri, salah

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sabas Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di pengolahan pakan ternak unggas dan perikanan. Perusahaan ini didirikan pada bulan April

Lebih terperinci

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 121 Lampiran A Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 122 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Ketrampilan Superskil A1 +0,15 A2 +0,13 Excelent B1 +0,11 B2 +0,08 Good

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL

II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL II. MENEKAN KEHILANGAN HASIL 1. Faktor-faktor penyebab kehilangan hasil panen Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat

Lebih terperinci