BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan"

Transkripsi

1 BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten serdang Bedagai. Spiritualitas adalah suatu kepercayaan akan adanya hubungan dengan suatu kekuasaan yang lebih tinggi, memiliki kekuatan, mengandung aspek tentang Tuhan, dan memiliki sumber kekuatan yang tidak terbatas dan terdiri dari dimensi vertikal dan dimensi horizontal (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 2004). Skema 1. Kerangka konseptual spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai. Spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup Tinggi 1. Hubungan dengan Tuhan 2. Hubungan dengan diri sendiri 3. Hubungan dengan orang lain 4. Hubungan dengan lingkungan Rendah /alam

2 2. Defenisi Operasional Tabel 1. Definisi operasional spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai. No. Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 1. Spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup Kepercayaan seorang Suku Batak yang telah berusia 60 tahun keatas terhadap suatu pengalaman kehidupan yang memberikan kekuatan dan hubungan yang bermakna dalam kehidupan setelah kematian suami atau istrinya, dan terdiri dari dimensi spiritualitas, yaitu: Menggunakan 4 bagian kuesioner yang berjumlah 24 pernyataan tertutup dan memiliki pilihan. Tinggi (6196) Rendah (2460) Ordinal 1.) Hubungan dengan Tuhan, yaitu hubungan yang agamis dan tidak agamais. Menggunakan kuesioner yang berjumlah 6 pernyataan tertutup yang memiliki pilihan. Tinggi (1624) Rendah (615) Ordinal

3 2.) Hubungan dengan diri sendiri, yaitu hubungan yang bersumber dari kekuatan diri sendiri, meliputi kepercayaan, harapan, makna dalam kehidupan diri sendiri. Menggunakan kuesioner yang berjumlah 6 pernyataan tertutup yang memiliki pilihan. Tinggi (1624) Rendah (615) Ordinal 3.) Hubungan dengan orang lain, yaitu hubungan yang harmonis dan tidak harmonis dengan orang lain, meliputi maaf dan pengampunan, cinta kasih dan dukungan sosial. Menggunakan kuesioner yang berjumlah 6 pernyataan tertutup yang memiliki pilihan. Tinggi (1624) Rendah (615) Ordinal 4.) Hubungan dengan lingkungan atau alam yaitu mengetahui tentang tanaman, pohon, kehidupan alam liar, cuaca, mampu bersatu dengan alam seperti berkebun, dan berjalan. Menggunakan kuesioner yang berjumlah 6 pernyataan tertutup yang memiliki pilihan. Tinggi (1624) Rendah (615) Ordinal

4 BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhtumbuhan, peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat atau di dalam alam (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia Suku Batak yang sudah kehilangan pasangan hidupnya yang berada di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai. Menurut data dari Kepala Desa Pagar Manik jumlah lansia Suku Batak yang sudah kehilangan pasangan hidup sebanyak 50 orang lansia Sampel Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau terdiri dari sebagian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang sesuai dengan kriteria yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan tekhnik sampling jenuh (total sampling) dengan semua populasi dijadikan sampel (Hidayat, 2009). Tekhnik ini digunakan

5 agar hasil yang didapatkan representatif dan untuk membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2010). Kriteria inklusi 1. Lansia yang tinggal di Desa Pagar Manik Kecamatan silinda Kabupaten serdang Bedagai dan bersuku Batak. 2. Sudah kehilangan pasangan hidup diatas 6 bulan 3. Bersedia menjadi responden 4. Mampu berbahasa Indonesia 5. Mampu berkomunikasi. Pada saat pengumpulan data jumlah responden yang didapat adalah 44 orang dikarenakan ada tiga orang lansia yang tidak bisa di jumpai peneliti karena ternyata sudah berdomisili ditempat lain bersama dengan anaknya, dan terdapat juga seorang lansia yang meninggal pada bulan Maret 2014 sebelum peneliti selesai melakukan pengumpulan data, dan sisanya sebanyak lima orang lansia tidak bersedia menjadi responden, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 41 orang. 3. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari 4 Dusun. Penelitian ini dilakukan di Desa Pagar Manik karena lansia ditempat ini belum pernah dijadikan responden

6 penelitian dan para lansia ini adalah mayoritas Suku batak yang telah kehilangan pasangan hidupnya, sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah sampel yang memadai sesuai dengan kriteria peneliti. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari hingga Maret Pertimbangan Etik Penelitian Penelitian ini telah dilakukan setelah proposal penelitian disetujui oleh fakultas Keperawatan, mendapat surat etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan, setelah selesai melakukan uji reliabilitas instrumen di Desa Pamah Kecamatan silinda, dan terakhir mendapat surat ijin dari Kepala Desa Pagar Manik. Seluruh populasi dijadikan sampel penelitian agar semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Peneliti terlebih dahulu menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Peneliti memberikan kebebasan pada responden dalam menentukan dirinya sehingga penelitian yang dilaksanakan menghargai kebebasan dari setiap responden (self determination). Peneliti juga sangat menghormati pilihan responden antara mau atau tidak menjadi responden penelitian, sehingga tidak ada paksaan dalam penelitian ini. Peneliti juga memberikan surat persetujuan (Informed Consent) antara peneliti dengan responden agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan, dan jika subjek bersedia maka ia harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi responden untuk bertanya tentang penelitian yang dilakukan. Pada lembar kuesioner nama

7 responden juga tidak dicantumkan (anonymity) dan hanya menggunakan kode agar memberikan jaminan kepada responden bahwa data yang didapat akan dijaga kerahasiaannya (Confidentiality). Semua data yang diperoleh dari responden akan digunakan untuk kepentingan penelitian saja. 5. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berguna untuk mendapatkan informasi dari responden tentang spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai. Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua buah kuesioner yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner spiritualitas. Kuesioner data demografi meliputi usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lama hidup menjanda atau duda. Kuesioner spiritualitas yang digunakan mengacu pada tinjauan pustaka dari Bukhardt (1993 dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 2004), dan Potter, P. A. & Perry, A. G. (2007), dengan modifikasi dari peneliti sendiri. Kuesioner spiritualitas terdiri dari pernyataan tentang hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan hubungan dengan lingkungan atau alam. Penilaian yang dilakukan memggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu: Tidak pernah (TP), jarang (J), sering (S), dan sangat sering (SS). Jumlah semua pernyataan adalah 24 yang keseluruhannya adalah pernyataan positif. Untuk pernyataan positif nilai TP =1, J =2, S =3, dan SS =4. Penghitungan penentuan interval akan dilakukan berdasarkan rumus statitistik, yaitu:

8 P= P adalah panjang kelas dengan nilai tertinggi (96) dikurangi nilai terendah (24) sehingga didapat rentang kelas dan banyak kelas adalah 2 kelas yaitu tinggi dan rendah, sehingga didapat hasil tinggi (6196) dan rendah (2460). 6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas isi dilakukan atas isinya untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur (Purwanto, 2007 dalam Siswanto, Susila, dan Suyanto, 2013). Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan pengujian validitas isi (Content Validity) yang dilakukan dengan menggunakan pendapat dari ahli (Judgment Experts) untuk mengukur kevaliditasan instrumen penelitian yaitu kuesioner (Sugiyono, 2010). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh salah satu dosen yang memiliki pengetahuan khusus dibidang spiritualitas di Fakultas Keperawatan, yaitu ibu Nunung Febriany Sitepu, S.kep, Ns, MNS. Perubahan awal yang dilakukan adalah mengurangi pernyataan menjadi 24 dari 30 pernyataan yang disusun peneliti karena dinilai kurang relevan dan memiliki makna yang sama sehingga mungkin akan menjadi bias pada hasil penelitian, lalu perbaikan selanjutnya adalah memperbaiki beberapa katakata

9 dalam setiap pernyataan agar lebih sesuai, dan akhirnya seluruh pernyataan dinilai valid dan seluruh pernyataan diberi nilai 4 kecuali pernyataan nomor 7, 11, dan 28 diberi nilai 3, jika dihitung nilai validitasnya (content validity index) yaitu nilai skor hitung (93) dibagi nilai tertinggi (96) adalah 0.96, sehingga dinyatakan telah valid secara validitas isi oleh ahlinya. b. Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang hasilnya akan tetap sama (Arikunto, 2010). Uji reliabilitas telah dilakukan sebelum pengumpulan data kepada 20 orang lansia pada tanggal 525 Februari 2014 di desa sebelah yaitu Desa Pamah Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai yang sesuai dengan kriteria penelitian. Uji reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan rumus Uji Alpha Cronbach (Cronbach s Alpha Coeffient), yang dianalisa menggunakan proses komputerisasi. Dari hasil uji yang dilakukan jika didapat nilai r alpha yang lebih besar dari r tabel maka seluruh pernyataan dinyatakan reliabel (Arikunto, 2010). Suatu instrumen dikatakan reliabel bila nilai reliabilitasnya > 0.7 (Polit & Hungler, 1995). Hasil uji reliabel yang dilakukan untuk penelitian ini adalah sehingga seluruh pernyataan dikatakan reliabel.

10 7. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan surat ijin dari fakultas keperawatan, lalu mendapat surat etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan, dan mendapat ijin dari Kepala Desa Pagar Manik. Selanjutnya peneliti menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Jika calon responden bersedia menjadi menjadi responden maka diawali dengan mengisi lembar informed consent, dan kemudian mengambil data dari kuesioner spiritualitas yang diisi oleh responden. Peneliti juga memberikan kesempatan kepada responden jika ada halhal yang tidak diketahui atas pertanyaannya. Peneliti mengunjungi responden masingmasing kerumahnya untuk membagikan kuesioner, saat pengisian kuesioner responden didampingi oleh salah satu anggota keluarganya agar para lansia tersebut tidak sedih jika harus mengingat suami atau istrinya yang sudah meninggal. Responden yang tidak pandai membaca ataupun sudah rabun maka peneliti akan membacakan kuesionernya kepada responden. Setelah responden selesai mengisi kuesioner yang ada maka peneliti kembali memeriksa kelengkapan data yang telah diisi, sehingga apabila terdapat data yang kurang lengkap akan langsung dilengkapi oleh peneliti. Setelah memastikan semua data telah diisi oleh responden maka peneliti mengucapkan terimaksih atas partisipasinya dan data yang telah terkumpul dianalisa.

11 8. Analisa Data Analisa data dilakukan setelah para responden mengisi kuesioner yang diberikan. Analisa data diawali dengan editing, yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang telah terkumpul kemudian dilanjutkan dengan pemberian kode (coding) yaitu pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang telah di kategorikan. Kemudian data yang sudah diberi kode akan dimasukkan (entri) kedalam program komputer dan tahap selanjutnya adalah melakukan pembersihan data apabila terdapat kesalahan saat pemasukan data kekomputer (cleaning). Tahap selanjutnya adalah melakukan tekhnik analisis, yaitu analisis deskriptif untuk menggambarkan suatu data secara sistematis. Data akan dianalisis menggunakan tekhnik komputerisasi. Analisa deskriptif yang digunakan akan menggambarkan spiritualitas lansia Suku Batak terhadap kehilangan pasangan hidup. Data yang didapat akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi.

12 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian beserta pembahasan mengenai spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup yang telah dilaksanakan oleh peneliti mulai tanggal 27 Februari hingga 31 Maret 2014 terhadap 41 orang lansia Suku Batak sebagai responden di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai. Penyajian data dalam penelitian ini akan ditampilkan secara deskriptif yaitu karakteristik responden dan spiritualitas pada lansia Suku Batak. 1. Hasil Penelitian 1.1 Deskriptif karakteristik responden Responden pada penelitian ini adalah lansia Suku Batak yang telah kehilangan pasangan hidupnya yang bertempat tinggal di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah responden sebanyak 41 orang. Karakteristik responden yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan lama hidup menjanda/duda. Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa dari 41 orang responden yang diteliti, mayoritas responden termasuk kedalam kelompok usia setengah baya (elderly) yaitu usia 6074 tahun, dengan jumlah 34 orang responden (82.9%) dan hanya sebagian kecil yang termasuk kedalam kelompok usia tua (old) yaitu usia 7590 tahun sebanyak 7 orang (17.1%). Mayoritas responden lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (87.8%), seluruh responden beragama

13 Kristen Protestan sebanyak 41 orang (100%), pendidikan terakhir SD sebanyak 28 orang (68.3%), pekerjaan sebagai buruh/bertani sebanyak 35 orang (85.4%), dan lamanya responden telah kehilangan pasangan hidup yaitu 610 tahun sebanyak 17 orang (41.4%). Hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik demografi responden yaitu lansia Suku Batak di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai (n=41) No. Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Usia Setengah baya (6074 tahun) Tua (7590 tahun) Sangat tua (diatas 90 tahun) 2. Jenis kelamin Lakilaki Perempuan 3. Agama Islam Kristen protestan Kristen Katolik Hindu Budha 4. Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMU DIII Sarjana 5. Pekerjaan Tidak bekerja Buruh/ bertani Pensiunan Wiraswasta Lainlain. 6. Lama hidup menjanda/ duda 611 bulan 15 tahun 610 tahun >10 tahun

14 1.2 Spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai Spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup dikategorikan tinggi dan rendah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa mayoritas lansia memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi sebanyak 27 orang (65.9%), jauh lebih sedikit dengan yang memiliki spiritualitas rendah sebanyak 14 orang (34.1%). Spiritualitas lansia suku batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai (n=41) No. Spiritualitas Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Tinggi Rendah Dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas lansia memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan rendah yaitu sebanyak 24 orang responden (58.5%), jauh lebih sedikit dengan yang memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan tinggi yaitu sebanyak 17 responden (41.5%). Dimensi

15 spiritualitas: hubungan dengan Tuhan pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai (n=41) No. Spiritualitas Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Tinggi Rendah Dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas lansia memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri tinggi yaitu sebanyak 27 orang responden (65.9%), jauh lebih sedikit dengan yang memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri rendah yaitu 14 orang (34.1%). Dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup dapat dilihat pada Tabel 5.4.

16 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai (n=41) No. Spiritualitas Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Tinggi Rendah Dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas lansia memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain tinggi yaitu sebanyak 31 orang (75.6%), jauh lebih sedikit dengan yang memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain rendah yaitu 10 orang (24.4%). Dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase dimensi spiritualitas: hubungan dengan Orang lain lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai (n=41) No. Spiritualitas Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Tinggi Rendah

17 1.2.4 Dimensi spiritualitas: hubungan dengan lingkungan/alam pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan lingkungan/alam tinggi yaitu sebanyak 32 orang (78%), jauh lebih sedikit dengan yang memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan lingkungan/alam rendah yaitu 9 responden (22%). Dimensi spiritualitas: hubungan dengan lingkungan/alam pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel5.6 Distribusi frekuensi dan persentase dimensi spiritualitas: hubungan dengan Lingkungan/alam lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai (n=41) No. Spiritualitas Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Tinggi Rendah 9 22

18 2. Pembahasan Pembahasan pada penelitian ini menjelaskan tentang makna hasil penelitian dan membandingkannya dengan penelitian sebelumnya atau dengan literatur yang ada. Pembahasan hasil penelitian menjelaskan tentang karakteristik demografi dan spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai. 2.1 Spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup Berdasarkan hasil penelitian, secara umum didapatkan bahwa spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 27 orang lansia (65.9%) berada pada tingkat spiritualitas tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Ebersole & Hess (1997) dalam Young & Koopsen (2007) yang menyatakan bahwa spiritualitas merupakan faktor terpenting bagi lansia untuk beradaptasi karena kehilangan orang tercinta, dan menurut Kozier, Erb, Blaiss & Wilkinson (1995) dimana perkembangan spiritualitas lansia yang matang akan membantu lansia dalam menghadapi kenyataan hidupnya. Peneliti juga berasumsi bahwa para lansia pada umumnya tinggal dan dirawat dengan baik oleh anak dan keluarga yang lain setelah kehilangan pasangan hidupnya, sehingga para lansia ini masih merasa berharga dan tidak akan merasa kesepian. Hal ini juga yang memberikan dampak positif terhadap spiritualitas para lansia Suku Batak yang telah kehilangan pasangan hidup, dengan sistem kekerabatan dan nilai agama yang dianut dengan baik oleh masyarakat Suku Batak.

19 Berdasarkan penelitian didapatkan juga bahwa mayoritas lansia tergolong kedalam kelompok usia setengah baya (elderly) yaitu usia 6074 tahun, dengan jumlah 34 orang responden (82.9%), hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Taylor, et, all (1997) bahwa perkembangan spiritualitas pada tahap ini sudah lebih matang, berpartisipasi dalam aktifitas sosial dan keagamaan, sehingga membuat individu lebih mampu untuk mengatasi masalah. Pertumbuhan spiritualitas pada lansia menunjukkan perkembangan perasaan identitas, penciptaan, dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain, dengan Tuhan, mampu menghargai alam, dan mengembangkan suatu kesadaran transendental (Young dan Koopsen, 2007). Berdasarkan penelitian juga didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (87.8%), hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Fatimah (2010) bahwa umur harapan hidup pada wanita 79.3 tahun dan umur harapan hidup pada lakilaki 72.7 tahun, dilanjutkan dengan pernyataan Suardiman (2011) bahwa angka harapan hidup pada wanita 47 tahun lebih panjang daripada lakilaki sehingga menyebabkan jumlah janda lebih banyak daripada jumlah duda, dan menyatakan bahwa para wanita lebih mampu mengatasi kondisi menjadi janda, karena memiliki hubungan persahabatan yang erat dan mendalam dengan orang lain, dan umumnya sudah terbiasa memiliki hubungan sosial yang luas dibanding dengan para duda. Berdasarkan lamanya hidup menjanda/duda, lansia yang sudah menjanda/duda selama 610 tahun sebanyak 17 orang (41.4%). Lamanya proses berduka yang dialami seseorang sangat individual dan dapat sampai beberapa

20 tahun lamanya. Reaksi kesedihan yang terus menerus biasanya reda dalam 612 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut 35 tahun setelah pengalaman kehilangan orang terdekat (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 2004). Kemungkinan para lanjut usia merasa dapat menerima untuk mengenali kesedihan karena kehilangan pasangan hidup. Lansia sering mengalami banyak kepuasaan hidup yaitu kegunaan dan kenikmatan hidup berakhir pada usia tua, semakin lama seseorang hidup maka akan semakin banyak membentuk ikatan cinta (Rando, 1986, Kastenbaum, 1991 dalam Potter & Perry, 2005). Peneliti berasumsi bahwa lamanya waktu hidup sebagai seorang janda/duda bagi seorang lansia menyebabkan lansia tersebut sudah dapat menyesuaikan dirinya kembali. Kebutuhan spiritualitas pada lansia umumnya dilakukan dengan mengisi waktu untuk beribadah, karena dengan beribadah para lansia mendapatkan ketenangan jiwa dan kedamaian (Setiti, 2007). Sedangkan berdasarkan latar belakang budaya, seluruh responden bersuku Batak. Suku Batak memiliki tuntunan agama dan nilai luhur yang menempatkan lanjut usia sebagai seorang yang harus dihormati, dihargai, dan dibahagiakan dalam kehidupan keluarga (Situmeang, 2007). Para lansia yang sudah janda/duda akan dirawat dengan baik oleh keluarganya dan senantiasa terlibat dalam setiap aktivitas hubungan antar manusia, hal ini akan membuat para lansia tersebut tidak merasa kesepian, dan hal ini juga didukung dengan sistem kepercayaan masyarakat Batak yang meyakini adanya Tuhan yang Maha Tinggi yang disebut dengan Mula Jadi Nabolon dan senantiasa berserah kepada Tuhan untuk mendapatkan kekuatan (Harahap, 1940).

21 Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa sebanyak 14 orang lansia (34.1%) memiliki tingkat spiritualitas yang rendah akibat kehilangan pasangan hidupnya. Hal ini bisa terjadi karena dampak kehilangan pada lansia khususnya kehilangan karena kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan (Hidayat, 2009), khususnya bagi seorang duda yang kurang terlibat dalam kegiatan keagamaan yang merupakan suatu sumber dukungan sosial dan kekuatan dari Tuhan (Berk, 2007; 619 dalam Young dan Koopsen, 2007). Peneliti juga berasumsi bahwa spiritualitas seorang juga dipengaruhi oleh pengalaman hidup, dimana pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu kehilangan pasangan hidup dianggap sebagai suatu cobaan dan mempengaruhi spiritualitas lansia. Krisis dan perubahan juga sangat mempengaruhi spiritualitas seorang lansia, proses penuaan dan kehilangan yang dialami oleh lansia dapat menghilangkan spiritualitas seseorang dan bersifat sangat emosional ( Craven & Hirnle, 1996). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hidayat (2004) bahwa kondisi kehilangan pasangan hidup karena kematian akan mengakibatkan gangguan emosional dimana lansia akan merasa sedih akibat kehilangan orang yang dicintainya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan bahwa lansia yang tidak matur dalam spiritualitas akan menunjukkan kelemahan fisik, merasa putus asa, dan berkurangnya minat dalam pekerjaan ataupun komunitas sosial (Kozier, et all, 1995).

22 2.1.1 Dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan rendah yaitu sebanyak 24 orang responden (58.5%). Hasil penelitian ini bertentangan dengan pernyataan Hamid (2000) bahwa seiring bertambahnya usia seseorang keikutsertaan dalam upacara keagamaan akan meningkat karena kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha lebih mengerti nilainilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Meskipun demikian hasil ini didukung dengan nilai Budaya Batak yang menjadikan prioritas nilai budaya yang pertama adalah kekerabatan dan yang kedua adalah religi, kedua nilai prioritas ini menjadi ciri dan identitas bersama orang Batak (Harahap, 1940). Nilai religi mencakup kehidupan keagamaan yang kemudian mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta yang posisinya berada lebih rendah dibandingkan dengan nilai kekerabatan atau keakraban pada masyarakat batak (Situmeang, 2007). Tingkat spiritualitas yang berhubungan dengan Tuhan rendah disebabkan oleh sebagian besar lansia jarang membaca kitab suci/bukubuku rohani yaitu 27 orang (65.9%), dan juga jarang bernyanyi lagulagu rohani setelah kematian suami/istrinya yaitu 22 orang (53.7%), dan masih banyak juga para lansia yang jarang mengikuti kegiatan kelompokkelompok keagamaan di lingkungannya yaitu 24 orang (58.5%). Peneliti berasumsi bahwa para lansia pada penelitian ini umumnya memiliki keterbatasan kemampuan dalam membaca dan menulis karena

23 memang sebagian besar lansia memiliki pendidikan yang rendah yaitu SD sebanyak 28 orang (68.3%), ditambah lagi dengan penurunan penglihatan yang dialami lansia yang mempersulit lansia dalam melakukan ritual ibadah seperti membaca kitab suci yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Penuruan kesehatan fisik para lansia seperti penurunan penglihatan pada umumnya, sehingga menyebabkan para lansia ini tidak mampu melihat ataupun membaca dengan baik, dan kurang aktif dalam kegiatan sosial. Hal ini didukung oleh pernyataan Hardywinoto dan Setiabudhi (2012), dimana kondisi fisik lansia akan mengalami perubahan yang tidak dapat dihindari, perubahan akan terlihat pada jaringan dan organ tubuh, seperti kulit berkeriput, penglihatan semakin menurun, pendengaran juga berkurang, tulang keropos dan mudah patah, otot jantung bekerja tidak efisien, dan otak menyusut sehingga reaksi menjadi lambat. Perubahanperubahan tersebut mengarah pada kemunduran psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial lansia. Hasil diatas juga didukung dengan pernyataan Setijani dan Tri (1998 dalam Agus & Novia, 2008) menyatakan bahwa masalah umum yang dihadapi para lansia dalam beribadah biasanya dikarenakan keadaan kesehatan yang mulai menurun, sehingga pada umumnya kesempatan untuk mengikuti kegiatankegiatan ibadat di masyarakat (pengajian, misa gereja, dll) serta kegiatan ibadah secara pribadi ( Sholat untuk yang beragam islam, bernyanyi, membaca Kitab Suci) mulai berkurang juga. Lansia yang pengetahuan dan pendalaman tentang agama yang diyakininya kurang mendalam, maka mereka tidak akan dapat melakukan kegiatan ibadah dengan baik.

24 Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa 17 orang responden (41.5%) memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan tinggi. Kebutuhan spiritualitas yang berhubungan dengan Tuhan dapat diwujudkan dengan doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama merupakan hal yang penting bagi setiap individu dan dapat memberikan ketenangan pada individu yang melakukannya (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995) Dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa 27 orang responden (65.9%) memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri yang tinggi. Hal ini menujukkan bahwa para lansia Suku Batak yang telah kehilangan pasangan hidupnya tetap mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, juga masih memiliki harapan karena didukung juga oleh para keluarga lansia tersebut. Hasil ini juga didukung oleh pernyataan Potter & Perry (2005), bahwa orang tua atau lansia sering mengarah pada hubungan yang penting dan menyediakan diri mereka bagi orang lain sebagai tugas spiritual, sejalan dengan makin dewasanya seseorang mereka sering introspeksi untuk memperkaya nilai yang telah lama dianutnya. Kesehatan spiritualitas yang sehat pada lansia adalah sesuatu yang memberikan kedamaian dan penerimaan tentang diri sendiri. Hasil penelitian ini juga didukung dengan tuntunan nilai Budaya Batak bahwa lansia Suku Batak menyadari bahwa waktunya hidup didunia sudah tidak lama lagi sehingga para lansia ini akan mengusahakan hidupnya sendiri dengan berbuat baik dan benar kepada keluarga maupun semua orang yang dikenalnya (Situmeang, 2007).

25 Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan sebanyak 14 orang (34.1%) lansia yang memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri yang rendah. Ketika seorang individu tidak mempunyai hubungan yang baik dengan dirinya sendiri seperti kepercayaan, makna kehidupan, khusunya harapan maka individu tersebut akan merasa hampa, letih/lesu, tidak bersemangat, dan terasa mati (Kozier, et all (1995). Hubungan yang rendah dengan diri sendiri juga bisa terjadi ketika para lansia ini tidak mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri yang sebelumnya dilakukan oleh pasangan hidupnya, seperti yang didukung oleh pernyataan Young dan Koopsen (2007) bahwa seorang janda/duda akan mengalami pergantian peran yang sebelumnya dikuasai oleh pasangannya, juga di dukung oleh Suardiman (2011) yang menyatakan bahwa lakilaki yang sudah duda akan mengalami kesulitan dalam hal hubungan sosial, tugas rumah tangga, dan merasa kurang bebas mengekspresikan emosinya Dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 31 orang (75.6%) memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain yang tinggi. Persahabatan adalah hubungan yang dimiliki seseorang dengan orang lain, termasuk keluarga, teman akrab, rekan ditempat kerja, amggota komunitas masyarakat, dan lingkungan tetangga. Persahabatan mencakup komunitas yang mempunyai kepercayaan yang sama dan menciptakan ikatan yang kuat dengan orang lain sehingga menjadi sumber harapan bagi individu tersebut (Farran, et al, 1989 dalam Potter & Perry 2005). Hubungan yang harmonis dengan orang lain

26 seperti cinta kasih, dukungan sosial, perhatian pada anakanak/orang sakit, menunjungi orang yang meninggal, dapat memberikan hubungan yang positif dan memberikan bantuan dan dukungan terhadap masalah yang dihadapi seseorang (Kozier, et all, 1995). Hasil penelitian ini juga didukung dengan orientasi nilai Budaya Batak yang memiliki hubungan dengan intensitas yang tinggi terhadap sesamanya. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat membuat kadar partisipasi yang kuat untuk senantiasa terlibat dalam setiap aktivitas hubungan antar manusia, dan apabila ada salah seorang anggota masyarakat yang berduka maka para masyarakat akan melakukan hak dan kewajibannya pada orang tersebut, khususnya bagi para lansia yang sudah janda ataupun duda akan dirawat dengan baik oleh keluarganya (Harahap, 1940). Hal ini juga sesuai dengan nilai Budaya Batak yaitu masyarakat Suku Batak akan melakukan penghiburan kepada orang yang sedang berduka termasuk para lansia yang kehilangan pasangan hidupnya untuk melakukan penghiburan dan memberikan katakata nasihat kepada yang berduka agar lebih berserah kepada Tuhan untuk mendapatkan kekuatan (Sinaga, 2010) Dimensi spiritualitas: hubungan dengan lingkungan/alam pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 32 responden (78%) memiliki hubungan yang tinggi dengan lingkungan/alam. Hubungan dengan alam/lingkungan meliputi mengetahui tentang tanaman, rekreasi (menonton TV, mendengar musik, berolah raga,dll), dan kedamaian akan membuat seseorang

27 dapat menyelaraskan hubungan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasan dalam kebutuhan spiritualnya (Puchalski, 2004), hal ini terlihat dari hasil penelitian mayoritas lansia 21 orang (51.2%) sangat sering bercocok tanam walaupun telah kematian pasangan hidup. Sebagian lansia sering berjalanjalan saat tidak memiliki kegiatan yaitu 23 orang (56.1%), dan terdapat 19 orang (46.3%) sering menonton TV ataupun mendengarkan musik di rumah jika merasa sendiri. Hasil penelitian ini juga didukung dengan orientasi nilai Budaya Batak yang mengatur hakekat hubungan manusia dengan alam yang pada awalnya membangun suatu perkampungan atau desa yang disebut dengan huta sehingga memiliki hubungan yang akrab dengan alam, karena alam dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Harahap, 1940), hal ini didukung dengan hasil penelitian bahwa mayoritas pekerjaan responden sebanyak 35 orang (85.4%) adalah sebagai seorang petani.

28 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka didapatkan kesimpulan penelitian yaitu: mayoritas responden termasuk kedalam kelompok usia setengah baya (elderly) yaitu usia 6074 tahun, dengan jumlah 34 orang responden (82.9%) dan hanya sebagian kecil yang termasuk kedalam kelompok usia tua (old) yaitu usia 7590 tahun sebanyak 7 orang (17.1%). Mayoritas responden lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (87.8%), seluruh responden beragama Kristen Protestan sebanyak 41 orang (100%), pendidikan terakhir SD sebanyak 28 orang (68.3%), pekerjaan sebagai buruh/bertani sebanyak 35 orang (85.4%), dan lamanya responden telah kehilangan pasangan hidup yaitu 610 tahun sebanyak 17 orang (41.4%). Spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai berada dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 27 orang (65.9%). Dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori rendah sebanyak 24 orang responden (58.5%). Dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori tinggi sebanyak 27 orang responden (65.9%). Dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori tinggi

29 sebanyak 31 orang responden (75.6%). Dimensi spiritualitas: hubungan dengan lingkungan/alam pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup berada dalam kategori tinggi sebanyak 32 orang responden (78%). 2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan beberapa saran sebagai perbaikan dan pemanfaatan penelitian mengenai spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup, yaitu: 1. Pelayanan keperawatan Para perawat di Rumah Sakit Khususnya di komunitas diharapkan selalu melakukan asuhan keperawatan secara holistik, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritualitas seorang lansia dengan pendekatan kultural, khususnya bagi lansia yang telah mengalami kehilangan pasangan hidup, agar perawat dapat membimbing para lansia yang sudah berstatus janda/duda tersebut menemukan koping yang positif dan meningkatkan spiritualitasnya, sehingga dapat memberikan pengaruh yang positif juga terhadap kesehatan lansia. 2. Institusi keperawatan Bagi pendidikan keperawatan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan tentang pengkajian spiritualitas dengan pendekatan kultural, sehingga perlu diberikan penekanan materi tentang spiritualitas khususnya bagi seorang lansia dalam proses belajar didalam mata ajar khusus lansia (gerontik).

30 3. Peneliti selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan bisa sebagai bahan masukan jika akan melakukan penelitian dengan Suku yang lain. berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa spiritualitas lansia Suku batak akibat kehilangan pasangan hidup adalah tinggi, namun spiritualitas yang berhubungan dengan Tuhan rendah, sehingga mungkin perlu diteliti tentang kendala yang dihadapi para lansia khususnya Suku Batak dalam memenuhi kebutuhan spiritualitas yang berhubungan dengan Tuhan. 3. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 41 orang, dan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mungkin perlu diteliti dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan beragam. Pada penelitian ini juga lamanya hidup menjanda/duda beragam dari 1 sampai 10 tahun sehingga memungkinkan para lansia sudah beradaptasi dan memiliki spiritualitas yang baik, sehingga mungkin bisa dilakukan penelitian dengan terlebih dahulu menentukan lamanya para lansia kehilangan pasangan hidup, sehingga hasilnya juga menjadi lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual merupakan komponen integral yang tidak terpisahkan pada semua orang (Stanley

Lebih terperinci

Penjelasan Tentang Penelitian

Penjelasan Tentang Penelitian Lampiran 1 Penjelasan Tentang Penelitian Saya bernama Monica Sales Sipayung, mahasiswi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Medan. Saya ingin melakukan penelitian di Desa Pagar Manik dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas Istilah spiritualitas diturunkan dari kata latin spiritus yang berarti nafas,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas Istilah spiritualitas diturunkan dari kata latin spiritus yang berarti nafas, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas Istilah spiritualitas diturunkan dari kata latin spiritus yang berarti nafas, istilah ini juga berkaitan erat dengan kata Yunani, pneuma,

Lebih terperinci

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep. Dengan variabel yang diteliti adalah tingkat spiritualitas dengan unsur yang dinilai

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep. Dengan variabel yang diteliti adalah tingkat spiritualitas dengan unsur yang dinilai BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat spiritualitas dan stres pada lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah korelasional yaitu bentuk analisis terhadap variabel penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan, bentuk atau

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara L A M P I R A N LEMBAR PERSETUJUAN Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas pernyataan yang saya ajukan, maka saya mengetahui manfaat dan tujuan penelitian ini, saya mengerti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independent dan dependent, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping berada di Jl Wates

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Hubungan Tingkat Spiritual Terhadap Aktivitas Ritual Lansia di UPT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Hubungan Tingkat Spiritual Terhadap Aktivitas Ritual Lansia di UPT Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Hubungan Tingkat Spiritual Terhadap Aktivitas Ritual Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Saya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang BAB I METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi diskriptif frekuentif untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga pada ibu hamil dengan Hiperemesis

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena. Fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat correlational dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi deskriptif untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Deskripsi peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN Wirdasari Hasibuan*, Ismayadi** ABSTRAK Program pelayanan posyandu

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan bahwa variabel

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konseptual pada penelitian ini menggambarkan bahwa variabel BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan tentang variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian, yaitu hubungan dukungan spiritualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang berorientasi pada masa sekarang atau saat ini dan didesain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawabaan terhadap pertanyaan penelitian. Desain

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL. Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola-pola

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL. Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola-pola BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola-pola komunikasi orangtua tunggal yang ditinggal karena kematian maupun perceraian yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian yang data-datanya berhubungan dengan angka-angka baik yang diperoleh dari pengukuran maupun dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep Peran keluarga car 1 Penyedia fasilitas belajar 2 Pendidik 3 Pembimbing Gaya Belajar 4 Model atau teladan hidup Kurang Cukup Baik Visual Auditorial Kinestetik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada pengukuran data variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menerangkan atau membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan mencari hubungan antar variabel

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP

BAB III KERANGKA KONSEP BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. MP-ASI pada bayi di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping

BAB III METODE PENELITIAN. MP-ASI pada bayi di Posyandu Dusun Modinan Banyuraden Gamping BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan point time approach yaitu pendekatan, observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional bersifat diskriptif analitik (eksplanatori reseach),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian kuantitatif dan desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan BAB III KERANGKA PENELITIAN 1.1 Kerangka Penelitian Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan posyandu lansia. Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau rancangan penelitian dan metode pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi. Peneliti melakukan pengukuran variabel independent

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual BAB 3 KERANGKA PENELITIAN Kerangka penelitian menggambarkan stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik Comparative Study dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP. adalah tentang kanker payudara. Sebagai berikut :

BAB III KERANGKA KONSEP. adalah tentang kanker payudara. Sebagai berikut : BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian dijelaskan dalam bentuk bagan, di mana sebagai variabel independen adalah pengetahuan Ibu, dan sebagai variabel dependen adalah tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah bentuk konseptual yang menggambarkan proses interaksi dari beberapa variabel yang diteliti sehingga akan memberikan hubungan sebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan proporsi atau

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODA PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional (Nursalam, 2003). Metode penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional (Nursalam, 2003). Metode penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis atau rancangan penelitian ini adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan memaparkan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berorientasi pada masa sekarang atau saat ini dan didesain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi diskriptif korelasional untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional,

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional, BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian. Hal-hal yang termasuk dalam metode penelitian adalah desain penelitian yang digunakan, subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan data pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang di gunkan dalam penelitian ini survei analitik, yaitu penelitian yang menggali bagaimana tingkat pengetahuan dan kualitas hidup lansia.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel (Alimul,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara No 1 JADWAL TENTATIF PENELITIAN 57 Lampiran 1 September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Aktivitas Penelitian 2015 2015 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian sebagai tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu menggambarkan hubungan pelayanan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien pasca operasi rawat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah rancangan penelitian korelasi (hubungan/ asosiasi) yang mengkaji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. KERANGKA PENELITIAN Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan minum obat yang meliputi faktor ketidakpatuhan sehubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dengan variabel terikat (Nursalam, 2003). Variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas dengan variabel terikat (Nursalam, 2003). Variabel bebas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan landasan berfikir dalam melakukan penelitian yang dikembangkan berdasarkan teori. 40 Variabel yang akan diteliti adalah faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2008).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2008). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan Non Equivalent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Efikasi diri penderita TB Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian dan metode penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimen dengan rancangan deskriptif korelasi yaitu suatu metode

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. 3.1.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Berdasarkan hipotesis yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi karena menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh gambaran tentang permasalahan yang akan. diteliti dalam bentuk angka-angka. Pendekatan ini digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh gambaran tentang permasalahan yang akan. diteliti dalam bentuk angka-angka. Pendekatan ini digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe dan dasar penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan tujuan untuk menemukan, menjelaskan dan memperoleh gambaran tentang permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah dengan menggunakan metode case control yaitu suatu penelitian (survey)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini pengukuran perilaku menggunakan kuesioner. Dengan 15 pernyataan yang berisikan tentang perawatan kejang demam pada balita usia 0-5 tahun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk menyediakan informasi yang saling berkaitan dengan. kemauan, perilaku dan nilai ( Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk menyediakan informasi yang saling berkaitan dengan. kemauan, perilaku dan nilai ( Nursalam, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian non eksperimen yaitu deskriptif survei. Deskriptif survei adalah suatu rancangan yang digunakan

Lebih terperinci