PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN BAMBU DI KABUPATEN PEKALONGAN MENURUT PERSPEKTIF GENDER SUKMANDARI HERSANDINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN BAMBU DI KABUPATEN PEKALONGAN MENURUT PERSPEKTIF GENDER SUKMANDARI HERSANDINI"

Transkripsi

1 PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN BAMBU DI KABUPATEN PEKALONGAN MENURUT PERSPEKTIF GENDER SUKMANDARI HERSANDINI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Sukmandari Hersandini NIM E

4 ABSTRAK SUKMANDARI HERSANDINI. Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender. Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI. Pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu upaya pengelolaan hutan rakyat yang ditempuh pemerintah daerah untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan melestarikan salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Penelitian dilakukan di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen terhadap 73 rumah tangga petani peserta program pengembangan bambu dengan komposisi responden 12 orang laki-laki dan 61 orang perempuan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat persepsi laki-laki baik dan perempuan sangat baik. Karakteristik responden yang berkorelasi dengan persepsi laki-laki secara signifikan adalah jumlah anggota keluarga, dan persepsi perempuan berkorelasi dengan pekerjaan, pendapatan, dan kontribusi bambu bagi pendapatan. Tingkat sikap masyarakat laki-laki termasuk kategori baik dan perempuan termasuk kategori sangat baik. Karakteristik luas lahan yang dimiliki mempengaruhi pembentukan sikap laki-laki secara signifikan, sedangkan untuk perempuan tidak ada karakteristik responden yang mempengaruhi sikap secara signifikan. Kata kunci: bambu, gender, persepsi, sikap ABSTRACT SUKMANDARI HERSANDINI. People s Perception and Attitude about Bamboo s Development in The Regency of Pekalongan with Gender Perspective. Supervised by LETI SUNDAWATI. The Government of Pekalongan Regency is developing bamboo as one of primary Non Timber Forest Product (NTFP), to improve community welfare and conserve natural resources. The purpose of study is to analys perception and attitude of people about bamboo s development in Pekalongan Regency. Survey has been conducted to 73 family who joint bamboo s development programme with respondent composition of 12 male and 61 female at Kutorejo Village, Kajen District. The result of study shows that male respondent good and has while female respondent very good perception. The characteristic of number of family member significantly affect the male respondent perception and profesion, income, and bamboo s contribution for income of female respondent perception. Beside that male respondent good and woman respondent very good attitude. The characteristic of land area owned significantly affect the male respondent attitude, while there is no factor affecting significantly in female respondent attitude. Keywords: attitude, bamboo, gender, perception

5 PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN BAMBU DI KABUPATEN PEKALONGAN MENURUT PERSPEKTIF GENDER SUKMANDARI HERSANDINI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6 Judul Skripsi : Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender Nama : Sukmandari Hersandini NIM : E Disetujui oleh Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen Tanggal Lulus:

7 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah perspektif gender dalam pengelolaan hutan, dengan judul Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop selaku pembimbing, serta pihak lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2014 Sukmandari Hersandini

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Kerangka Pikir 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 METODE 3 Alat dan Bahan Penelitian 3 Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden 3 Jenis Data yang Dikumpulkan 4 Uji Validitas dan Reliabilitas 4 Pengolahan dan Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Pekalongan 8 Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan 9 Karakteristik Responden 12 Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu 15 Hubungan antara Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu 18 Karakteristik Responden yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu 18 SIMPULAN DAN SARAN 20 Simpulan 20 Saran 21 DAFTAR PUSTAKA 21 LAMPIRAN 23 RIWAYAT HIDUP 28 vi vi vi

9 DAFTAR TABEL 1 Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach 4 2 Skor pertanyaan pada persepsi 5 3 Kategori tingkat persepsi 5 4 Skor pertanyaan pada sikap 6 5 Kategori tingkat sikap 6 6 Data dan pengolahan karakteristik responden 7 7 Luasan hutan rakyat tahun di Kabupaten Pekalongan 8 8 Luasan lahan kritis tahun 2009 dan 2013 di Kabupaten Pekalongan 9 9 Sebaran potensi bambu di Kabupaten Pekalongan Distribusi responden berdasarkan umur Distribusi responden berdasarkan pendidikan Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama Distribusi responden berdasarkan luas lahan yang dimiliki Distribusi responden berdasarkan pendapatan per tahun Distribusi responden berdasarkan kontribusi bambu bagi pendapatan Tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu Tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin Rata-rata tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu Korelasi persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu Karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap 20 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pikir penelitian 2 2 Bambu di pekarangan rumah 9 3 Bambu di pinggiran sungai 9 4 Kegiatan pelatihan usaha ekonomi produktif/kreatif berbasis kehutanan bagi masyarakat di sekitar hutan 11 5 Kegiatan keterampilan para ibu dalam memanfaatkan bambu 12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Sebaran luasan hutan rakyat beserta jenis tanamannya di Kabupaten Pekalongan tahun Lahan kritis Kabupaten Pekalongan tahun Peta Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan tahun Jenis bambu di Indonesia beserta kegunaannya 26 5 Uji validitas dan reliabilitas kuisioner 27

10

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam berupa hamparan lahan dengan didominasi pohon yang saling berinteraksi satu sama lain. Semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk membuat laju kerusakan hutan semakin meningkat, untuk itu dibutuhkan sebuah pengelolaan hutan yang lebih baik dan lestari agar fungsi hutan tetap terjaga. Pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan dalam hal ini melalui Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (DPPK) khususnya sub bidang kehutanan terus melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Adapun salah satu cara yang dilakukan dengan pengembangan hutan rakyat di 19 kecamatan yang ada. Upaya pengembangan hutan rakyat ini sejalan dengan pendapat Suharjito (2000) bahwa beberapa faktor yang mendorong budidaya hutan rakyat di Jawa adalah faktor ekologis, ekonomi, dan budaya. Hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan mampu mengurangi laju kerusakan hutan dan lahan di Kabupaten Pekalongan terlihat dari kenaikan luasan hutan rakyat sebesar 2% pada lima tahun terakhir, tahun 2009 luasnya sebesar ha menjadi ha pada tahun Megalina (2009) berpendapat bahwa hutan rakyat sebagai alternatif untuk mengatasi masalah lahan kritis dan meningkatkan pendapatan masyarakat, dalam pengelolaannya masih dilakukan secara sederhana dan belum memperhatikan prinsip ekonomi sehingga manfaat yang diperoleh belum optimal, karena lebih mengandalkan faktor alam dengan teknik budidaya yang minim serta kurang memperhatikan kelestarian hasil. Pengelolaan hutan rakyat hingga kini terus dibenahi, dikembangkan dan ditingkatkan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan. Berbagai program terkait pengembangan hasil hutan juga terus dijalankan, seperti yang sedang berjalan sekarang yaitu pengembangan bambu. Pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan merupakan langkah strategis yang diambil karena potensi bambu yang masih baik dan bambu mempunyai berbagai manfaat. Bambu selain dikenal sebagai tanaman pencegah erosi juga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menjadikannya sebagai bahan baku berbagai jenis kerajinan, dan apabila dikembangkan lebih jauh tanaman bambu dapat dijadikan sebagai komoditas substitusi kayu, rotan, dan plastik. Program ini didorong juga dengan adanya rencana pembentukan sentra Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) 2013 wilayah kerja BPDAS Pemali Jratun yang menjadikan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Demak sebagai sentra HHBK bambu di Jawa Tengah. Menganalisis kebutuhan kebijakan program pengembangan bambu yang tepat sasaran diperlukan studi terkait kondisi masyarakat serta karakteristik yang akan membentuk persepsi dan sikapnya. Sehingga tingkat persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menurut perspektif gender ini perlu dikaji, sebagai salah satu bahan acuan dalam mewujudkan kelancaran dan keberhasilan program pengembangan bambu dan pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan yang semakin baik kedepannya serta terwujudnya keadilan gender dalam pengelolaan hutan di Kabupaten Pekalongan.

12 2 Kerangka Pikir Semakin pesatnya kenaikan laju kerusakan hutan di Kabupaten Pekalongan mendorong Pemerintah daerah melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Dalam hal ini banyak dibangun dan dikembangkan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan dengan sistem pengelolaan hutan yang lestari. Berbagai program pengembangan hasil hutan juga terus dilaksanakan yang salah satunya adalah pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Demi keberlangsungan program ini diperlukan peran serta masyarakat yang dilihat menurut perspektif gender, demi terwujudnya pengelolaan hutan rakyat dan pembangunan kehutanan yang berkeadilan gender. Analisis persepsi dan sikap laki-laki dan perempuan dilihat berdasarkan karakteristik responden berupa umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, luas lahan yang dimiliki, pendapatan keluarga, dan kontribusi bambu bagi pendapatan keluarga. Berdasarkan pemikiran ini dapat dibentuk kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 1. Peningkatan Laju Kerusakan Hutan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Hutan Rakyat Pengelolaan Hutan Rakyat Pemanfaatan Hasil Hutan Program Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (Bambu) Pemerintah Masyarakat Laki-laki Karakteristik responden Perempuan Karakteristik responden Persepsi Sikap Persepsi Sikap Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

13 3 Tujuan Penelitian Menganalisis persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menurut perspektif gender, dan menganalisis hubungan karakteristik responden dengan persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan memberikan gambaran tindakan bagi para pengambil keputusan dalam program pengembangan bambu yang berwawasan gender. 2. Menyediakan data terpilah jenis kelamin sebagai acuan untuk menyusun program-program selanjutnya dalam pengelolaan hutan rakyat yang responsif gender. 3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya. METODE Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai interview guide disertai alat tulis dan alat rekam untuk wawancara di lapangan, kamera untuk keperluan dokumentasi, kalkulator, laptop, Microsoft Excel, IBM SPSS (Statistical Program for Social Science) Statistics 22 dan Microsoft Word untuk pengolahan data. Pemilihan Lokasi dan Jumlah Responden Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai bulan Juni 2014 di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu desa sasaran program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dengan potensi bambu yang masih cukup baik. Sasaran penelitian ini yaitu rumah tangga petani peserta program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan, yang terdiri dari petani dan pengrajin bambu. Sampel yang diteliti terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang dihitung berdasarkan metode Slovin (Rahayu 2005), yaitu dengan rumus: n = N 1+Ne² Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = batas toleransi kesalahan (10%)

14 4 Jumlah populasi petani dan pengrajin bambu laki-laki dan perempuan keseluruhan (N) sebanyak 267 jiwa, maka diperoleh nilai n sebesar atau 73 orang untuk keseluruhan responden laki-laki dan perempuan. Jumlah responden laki-laki (n1) dan responden perempuan (n2) ditentukan secara random berdasarkan perbandingan komposisi laki-laki 45 orang dan perempuan 222 orang (17 : 83) di daerah tersebut, sehingga didapatkan nilai n1 sebanyak 12 orang dan n2 sebanyak 61 orang. Jenis Data yang Dikumpulkan Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian, yaitu: jenis data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden melalui wawancara, yang terdiri dari: Identitas responden (nama, jenis kelamin, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga, pendapatan, kontribusi bambu terhadap pendapatan) Persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan (Pengenalan dan pengetahuan bambu, manfaat bambu bagi kehidupan masyarakat, pengembangan bambu) Sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan (ketertarikan, kesetujuan, dukungan, dan kesediaan untuk dilibatkan dalam program pengembangan bambu) Saran terhadap pengembangan bambu dan pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen, arsip, laporan dari instansi dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Data yang diambil berupa kondisi umum lokasi penelitian, data potensi bambu, sebaran hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan dan data-data lainnya. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum kuisioner digunakan di lapangan untuk menentukan keabsahan dan konsistensi alat ukur/kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan hasil data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien alpha cronbach pada software SPSS 17.0 (Sarwono 2006). Jika ri positif dan nilainya mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0.6) maka pengukuran yang digunakan reliabel (Tabel 1). Alpha > > > > Tabel 1 Tingkat reliabilitas metode alpha cronbach Tingkat reliabilitas Kurang reliabel Agak reliabel Cukup reliabel Reliabel Sangat reliabel

15 Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas menggunakan program IBM SPSS (Statistical Program for Social Science) Statistic 22, diketahui dari 10 pertanyaan penduga persepsi jumlah pertanyaan yang valid sebanyak 7 pertanyaan dengan nilai reliabilitas (Cronbach s Alpha) sebesar sehingga dapat disimpulkan pertanyaan tersebut valid dan cukup reliabel. Adapun untuk pertanyaan penduga sikap dari 6 pertanyaan jumlah pertanyaan yang valid adalah 4 pertanyaan dengan nilai reliabilitas sebesar sehingga pertanyaan penduga sikap tersebut dapat disimpulkan valid dan reliabel. 5 Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan pengolahan dan analisis data: 1. Sistem pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan Data yang didapatkan diolah dan dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mendapatkan gambaran sistem pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan. 2. Pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan Data yang didapatkan diolah dan dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. 3. Persepsi masyarakat menurut perspektif gender Persepsi masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan diukur berdasarkan jumlah skor dari 7 pertanyaan persepsi dalam kuisioner dengan menggunakan skala Likert. Skor dari masing-masing pertanyaan tertera pada Tabel 2 dan untuk mengkategorikan tingkat persepsinya bisa dilihat pada Tabel 3. Kategori Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Kategori Sangat baik Baik Cukup Tidak baik Sangat tidak baik Tabel 2 Skor pertanyaan pada persepsi Skor Tabel 3 Kategori tingkat persepsi Skor 18.2 X < X < X < X < X < Sikap masyarakat menurut perspektif gender Sikap masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan diukur berdasarkan jumlah skor dari 4 pertanyaan sikap dalam kuisioner dengan menggunakan skala Likert. Skor dari masing-

16 6 masing pertanyaan tertera pada Tabel 4 dan untuk mengkategorikan tingkat persepsinya bisa dilihat pada Tabel 5. Kategori Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Kategori Sangat baik Baik Cukup Tidak baik Sangat tidak baik Tabel 4 Skor pertanyaan pada sikap Skor Tabel 5 Kategori tingkat sikap Skor 10.4 X < X < X < X < X < Karakteristik responden Karakteristik responden yang dapat mempengaruhi masyarakat baik lakilaki maupun perempuan dalam membentuk persepsi dan sikap terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan diukur dengan menggunakan skala Likert seperti tercantum dalam Tabel 6.

17 Tabel 6 Data dan pengolahan karakteristik responden Variabel Kategori Skor Dasar pengukuran Umur (tahun) Sebaran contoh > 59 5 Tidak tamat SD 1 SD 2 Tingkat pendidikan SMP 3 Sebaran contoh SMA 4 Diploma Jumlah anggota keluarga (orang) Pekerjaan Luas lahan yang dimiliki (ha) Pendapatan keluarga (Rp/tahun) Kontribusi bambu bagi pendapatan keluarga (%) > 10 4 Ibu/Bapak rumah tangga 1 Buruh/Karyawan swasta 2 PNS 3 Wirausaha 4 Petani > 1 5 < < < > Sebaran contoh Sebaran contoh Sebaran contoh Sebaran contoh Sebaran contoh 6. Uji korelasi dan hubungan antar peubah Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan integratif, yaitu gabungan antara metode kuantitatif deskriptif dan metode 7

18 8 kualitatif. Pada analisis kuantitatif digunakan uji korelasi peringkat Spearman untuk melihat besarnya hubungan antar peubah yang digunakan dalam menduga karateristik responden yang mempengaruhi tingkat persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Digunakan program Microsoft Excel dan IBM SPSS Statistics 22. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Pekalongan Hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan kondisinya 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup baik seperti yang tertera pada Tabel 7. Hutan rakyat tersebut tersebar di 19 kecamatan, yaitu: Bojong, Buaran, Doro, Kajen, Kandangserang, Karanganyar, Karangdadap, Kedungwuni, Kesesi, Lebakbarang, Paninggaran, Petungkriyono, Siwalan, Sragi, Talun, Tirto, Wiradesa, Wonokerto, dan Wonopringgo. Tabel 7 memperlihatkan bahwa dari tahun 2009 luas hutan rakyat ha dan menjadi ha pada tahun Tabel 7 Luasan hutan rakyat tahun di Kabupaten Pekalongan Tahun Luas hutan rakyat (ha) Persentase kenaikan (%) Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013 Peningkatan luasan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan terjadi setelah terlaksananya berbagai program terkait pengembangan dan pengkayaan hutan rakyat yang terus dibuat dan dilaksanakan oleh Pemerintah daerah dalam hal ini melalui Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (DPPK) Kabupaten Pekalongan. Program tersebut diantarnya adalah kegiatan pemberian bantuan bibit kepada masyarakat dan penyuluhan akan pentingnya serta manfaat pembangunan hutan rakyat. Upaya ini terus dilakukan agar bisa mengurangi lahan kritis dan bisa membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Pekalongan. Tabel 8 memperlihatkan perbandingan dan perubahan luasan setiap kondisi lahan kritis di Kabupaten Pekalongan tahun 2009 dengan tahun 2013.

19 Tabel 8 Luasan lahan kritis tahun 2009 dan 2013 di Kabupaten Pekalongan Kondisi Tahun Perubahan Sangat kritis (ha) Kritis (ha) Agak kritis (ha) Potensial kritis (ha) Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013 Hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan pada umumnya memiliki pola tanam sistem agroforestri, di mana tidak hanya ditanami dengan jenis kayu-kayuan saja namun di bawahnya juga ditanami dengan jenis tanaman seperti ketela pohon, jagung, lengkuas, dan nilam. Jenis pohon yang ditanam kebanyakan merupakan jenis yang cepat tumbuh seperti sengon, ada pula jenis yang menghasilkan buah dan HHBK lain seperti durian, petai, rambutan, jengkol, bakau, pinus, dan damar, serta beberapa juga ada yang menanam jenis mahoni, suren, dan jati. Manfaat dari hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan ini bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, selain hasilnya dijual untuk menambah pendapatan juga bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. 9 Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Bambu merupakan tanaman masyarakat Indonesia yang sudah dikenal secara luas dan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Bambu juga memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu, bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan (Rahmawati 2009). Gambar 2 dan 3 memperlihatkan lokasi tanaman bambu di Kabupaten Pekalongan yang berada di pekarangan rumah dan di pinggiran sungai. Gambar 2 Bambu di pekarangan rumah Gambar 3 Bambu di pinggiran sungai Melimpahnya sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Pekalongan terutama di sektor kehutanan, memicu pemerintah daerah dengan melalui DPPK mengembangkan beberapa program yang salah satunya adalah pengembangan bambu. Program ini mengacu pada Surat Keputusan Bupati No. 522/412/Tahun

20 tanggal 28 Desember 2012 tentang Penetapan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Unggulan di Kabupaten Pekalongan, yaitu: durian, getah pinus, jamur tiram, dan bambu. Adanya program ini selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil budidaya bambu baik berupa penjualan langsung maupun hasil olahan kerajinan bambu, juga demi menyukseskan rencana pembentukan sentra bambu di Kabupaten Pekalongan. Berikut data sebaran potensi bambu di Kabupaten Pekalongan tertera pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran potensi bambu di Kabupaten Pekalongan Potensi Kecamatan Jenis Perkiraan produksi Luas (ha) tanaman (batang/ha/tahun) Kesesi 45.0 Lokal 500 Kajen 45.0 Lokal 500 Talun 40.0 Lokal 500 Karanganyar Lokal 4150 Kandangserang 30.0 Lokal 500 Paninggaran 45.0 Lokal 500 Doro 40.0 Lokal 500 Lebak Barang 40.0 Lokal 500 Petung Kriyono 25.0 Lokal 500 Jumlah Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013 Perkiraan potensi bambu yang cukup baik untuk meningkatkan perekonomian masyarakat baik dalam produksi maupun memasarkan bambu dan produk olahan bambu lainnya di Kabupaten Pekalongan, jika dilihat dari perkiraan produksi 8150 batang/ha/tahunnya dan luas lahan bambu ha dengan harga jual bambu Rp 7000 per batangnya, maka setiap tahun dapat diperkirakan menghasilkan pendapatan Rp Masyarakat perlu dibekali dengan penyuluhan dan berbagai pelatihan terkait budidaya dan pembuatan olahan kerajinan bambu agar nantinya bambu bisa terus dilestarikan serta berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Menurut Nadeak (2009) bambu juga merupakan bahan baku yang cukup tersedia dan murah untuk membuat alat-alat dan perabotan rumah tangga, bahan bangunan, pipa untuk distribusi air, instrumen musik, dan keperluan keagamaan. Selain itu, beberapa jenis bambu merupakan tanaman hias maupun pengolah penyaring limbah dan pencegah erosi. Bambu tergolong ke dalam hasil hutan non kayu yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kayu. Program pengembangan bambu sudah dimulai sejak Oktober 2013, namun kegiatan yang sudah terlaksana baru seputar pendataan potensi, seminar, diskusi, dan pelatihan kerajinan bambu bagi masyarakat yang diikuti oleh 30 orang perwakilan petani bambu dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Pekalongan.

21 11 (a) (b) Gambar 4 Kegiatan pelatihan usaha ekonomi produktif/kreatif berbasis kehutanan bagi masyarakat di sekitar hutan (a) pemaparan materi dan (b) para peserta pelatihan Gambar 4 memperlihatkan kegiatan pelatihan usaha ekonomi produktif/kreatif berbasis kehutanan bagi masyarakat di sekitar hutan yang telah dilaksanakan pada tanggal 20 hingga 21 Mei 2014 di Hotel Indonesia Pekalongan. Materi pelatihan disampaikan oleh 3 pihak pada Gambar (a) yaitu dari DPPK Kabupaten Pekalongan, Balai pengendali pemanfaatan hasil hutan wilayah III, dan Pusat penelitian dan pengembangan keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan Bogor. Pada Gambar (b) para peserta pelatihan dibekali wawasan seputar bambu dan pelatihan usaha bambu baik kerajinan, pengawetan, hingga produkproduk kreatif bambu lain hasil penelitian badan penelitian dan pengembangan (LITBANG) seperti pembuatan bambu lamina. Pada bulan Oktober 2014 kegiatannya akan berlanjut dengan penerapan di lapangan, pemerintah akan memberikan bantuan bibit bambu kultur jaringan sebanyak 7400 bibit dan pisau pembelah bambu sebanyak 120 buah kepada beberapa desa pada kecamatan yang sebelumnya telah didata potensinya, yaitu Desa Batursari, Sengare, dan Karangasem (Kecamatan Talun), Desa Tambakroto, Kutorejo, dan Linggoasri (Kecamatan Kajen), Desa Tenogo dan Lambanggelun (Kecamatan Paninggaran), Desa Wangkelang (Kecamatan Kandangserang), Desa Gutomo dan Pedawang (Kecamatan Kesesi). Desa Kutorejo berada di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, dengan mata pencaharian utama sebagian besar penduduknya sebagai petani. Komoditas utama dari desa ini berdasarkan buku profil desa tahun 2013 adalah padi dengan luasan sawah padi hingga bulan November 2013 tercatat 72 ha, selain itu ada komoditas lain berupa tebu dan bambu. Bambu di Desa Kutorejo umumnya merupakan warisan atau peninggalan dari orang tua yang di tanam di pekarangan rumah warga dan banyak juga yang tumbuh secara alami di pinggiran sungai. Jenis bambu yang ditanam diantaranya bambu tali, wulung, dan kasap, namun sebagian besar yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah jenis bambu tali. Jenis bambu tali inilah yang hampir setiap hari dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk membuat kerajinan berupa anyaman kotak/tempat nasi atau yang lebih sering disebut masyarakat dengan istilah besek. Masyarakat Desa Kutorejo sudah mengenal kerajinan ini sejak tahun 1972 yang dipelopori oleh seorang warga pendatang asal Desa Kalibeluk Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang. Adanya keterampilan ini bagi sebagian besar masyarakat

22 12 terutama para perempuan merasa terbantu, selain bisa menambah penghasilan juga pengalaman dan keterampilan ilmu baru seperti terlihat pada Gambar 5. (a) (b) Gambar 5 Kegiatan keterampilan para ibu dalam memanfaatkan bambu (a) keterampilan menyayat bambu secara manual dan (b) keterampilan menganyam bambu Masyarakat Desa Kutorejo telah dikenal oleh masyarakat dari berbagai kecamatan terutama di Kabupaten Pekalongan sebagai pengahasil kerajinan besek yang bagus. Keluhan masyarakat akhir-akhir ini adalah semakin sulitnya mencari bahan baku dan mahalnya harga bambu tali di Desa Kutorejo sehingga menurunkan produksi besek, karena dinilai tidak sebanding dengan harga jualnya. Kondisi demikian yang menjadikan masyarakat mempunyai berbagai persepsi dan sikap akan hal ini. Karakteristik Responden Umur Responden laki-laki dan perempuan di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen terdiri dari berbagai tingkatan umur. Responden laki-laki didominasi oleh kelompok umur 48 hingga 58 tahun yaitu sebesar 58.33%, sedangkan responden perempuan didominasi oleh kelompok umur 37 hingga 47 tahun sebesar 50.82%. Distribusi responden berdasarkan umur tertera pada Tabel 10. Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan umur Responden Kelompok umur Laki-laki Perempuan (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) > Jumlah

23 13 Pendidikan Pendidikan responden di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen baik laki-laki maupun perempuan didominasi oleh kelompok dengan tingkat pendidikan terakhir SD yaitu sebesar 58.33% dan 49.18%. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir tertera pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan pendidikan Responden Kelompok Laki-laki Perempuan pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak tamat SD SD SMP SMA Diploma Jumlah Jumlah Anggota Keluarga Dalam karakteristik jumlah anggota keluarga responden laki-laki didominasi dengan 5 hingga 7 orang sebanyak 58.33%, sedangkan responden perempuan didominnasi dengan 2 hingga 4 orang sebanyak 50.82%. Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga tertera pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Responden Jumlah anggota keluarga Laki-laki Perempuan (orang) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) > Jumlah Pekerjaan Pekerjaan responden laki-laki lebih didominasi sebagai petani sebesar 58.33%, sedangkan responden perempuan lebih didominasi sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 36.92%. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan tertera pada Tabel 13.

24 14 Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama Responden Kelompok pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) Ibu/Bapak rumah tangga Petani Wirausaha Buruh/Karyawan swasta PNS Jumlah Luas Lahan Luas lahan yang dimiliki oleh responden laki-laki dan perempuan didominasi dengan 0 hingga 0.25 ha sebesar 41.67% dan 85.25%. Distribusi berdasarkan luas lahan yang dimiliki responden tertera pada Tabel 14. Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan luas lahan yang dimiliki Responden Luas lahan (ha) Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) (%) > Jumlah Pendapatan Responden laki-laki didominasi oleh pendapatan sebesar lebih dari Rp per tahun, sedangkan responden perempuan didominasi oleh pendapatan sebesar Rp hingga kurang dari Rp per tahunnya. Distribusi pendapatan per tahun responden tertera pada Tabel 15.

25 Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan pendapatan per tahun Responden Pendapatan keluarga Laki-laki Perempuan (Rp/tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) < < < > Jumlah Kontribusi Bambu bagi Pendapatan Responden laki-laki maupun perempuan didominasi oleh karakteristik kontribusi bambu bagi pendapatan sebesar 0 hingga 20% yaitu sebesar 91.67% dan 55.74%. Distribusi kontribusi bambu bagi pendapatan tertera pada Tabel 16. Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan kontribusi bambu bagi pendapatan Responden Kontribusi bambu bagi Laki-laki Perempuan pendapatan (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu Persepsi Wade dan Tavris (2007) mendefinisikan persepsi sebagai sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi satu pola bermakna. Persepsi terbagi kedalam persepsi obyek dan persepsi sosial, persepsi obyek diartikan sebagai kesan yang diberikan pada suatu obyek atau benda yang melibatkan proses diantaranya pemberian nama, penggambaran dan pemberian makna pada dunia di sekeliling kita. Pengukuran tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dilihat dari skor total 7 pertanyaan valid penduga persepsi

26 16 yang diukur dengan skala Likert seperti yang tercantum dalam Tabel 17 dan ratarata tingkat persepsinya tertera pada Tabel 18 dibawah ini. Tabel 17 Tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin Kategori Skor Laki-laki Perempuan Total n1 % n2 % N % Sangat baik 18.2 X < Baik 15.4 X < Cukup 12.6 X < Tidak baik 9.8 X < Sangat tidak baik 7 X < Tabel 18 Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu Responden Skor rata-rata Tingkat persepsi Laki-laki 17.8 Baik Perempuan 18.7 Sangat baik Total 18.3 Sangat baik Persepsi masyarakat laki-laki dan perempuan Desa Kutorejo Kecamatan Kajen terhadap pengembangan bambu di Kabupaten pekalongan dapat disimpulkan termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor rata-rata Namun jika dilihat menurut jenis kelamin memiliki perbedaan skor rata-rata, nilai persepsi perempuan lebih tinggi dengan skor rata-rata 18.7 termasuk dalam kategori sangat baik, dibandingkan laki-laki yang nilai skor rata-ratanya 17.8 termasuk dalam kategori baik. Simpulan ini sejalan dengan hasil penelitian Baskoro (2010) mengenai persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan sebagai pengendali banjir, yang menyatakan bahwa faktor karakteristik responden yang mempengaruhi terhadap persepsi adalah jenis kelamin. Umumnya masyarakat Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan menganggap bambu penting dan mempunyai dampak positif bagi kehidupannya, karena dapat menambah penghasilan dan memberikan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu. Adanya pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dinilai dapat meningkatkan penghasilan tambahan, menambah wawasan dan pengetahuan baru terkait tanaman bambu dan berbagai kerajinannya, serta mampu memberikan lapangan pekerjaan tambahan/sambilan. Sikap Menurut Baron dan Byrne (2004) sikap merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial. Para psikolog sosial memandang sikap sebagai sesuatu yang penting, karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial dan sering mempengaruhi tingkah laku manusia. Sikap ini terbentuk dari 3 komponen yaitu pertama beliefs atau keyakinan dan pengetahuan terkait obyek sikap, kedua

27 affective perasaan senang atau tidak senang, dan ketiga konatif atau psikomotorik yaitu kesiapan untuk merespon. Pengukuran tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dilihat dari skor total 4 pertanyaan valid penduga sikap yang diukur dengan skala Likert seperti yang tercantum dalam Tabel 19 dan ratarata tingkat sikapnya tertera pada Tabel 20 dibawah ini. Tabel 19 Tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin Kategori Skor Laki-laki Perempuan Total n1 % n2 % N % Sangat baik 10.4 X < Baik 8.8 X < Cukup 7.2 X < Tidak baik 5.6 X < Sangat tidak baik 4 X < Tabel 20 Rata-rata tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu Responden Skor rata-rata Tingkat sikap Laki-laki 10.3 Baik Perempuan 11.4 Sangat baik Total 11.2 Sangat baik Sikap masyarakat keseluruhan baik laki-laki maupun perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan berada pada tingkat sangat baik dengan skor rata-rata Namun jika diliat berdasarkan jenis kelamin tingkat sikapnya berbeda antara laki-laki dan perempuan, nilai sikap perempuan lebih tinggi dengan skor rata-rata 11.4 yang termasuk dalam kategori sangat baik, dibandingkan dengan laki-laki dengan skor rata-rata 10.3 yang termasuk dalam kategori baik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2010) tentang persepsi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kelestarian hutan di Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor, yang menyimpulkan bahwa jenis kelamin berpengaruh negatif terhadap sikap. Hal ini bisa terjadi karena perbedaan dalam obyek yang diteliti dan karakteristik responden laki-laki dan perempuannya. Masyarakat Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan umumnya memiliki sikap setuju, bersedia mendukung dan dilibatkan dengan pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan, karena bagi masyarakat program ini dinilai positif dapat memajukan desa secara khusus dan Kabupaten Pekalongan secara umumnya. 17

28 18 Hubungan antara Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu Persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu hubungannya dilihat dengan menggunakan uji korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 99%, 95% dan 90%. Tabel 21 menyajikan hasil uji antara persepsi dan sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Tabel 21 Korelasi persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu Responden Koefisien Korelasi sig. (2-tailed) Laki-laki 0.824*** Perempuan 0.286** Total 0.390*** * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.1 (2-tailed); ** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed); *** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.01 (2-tailed) Persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu berpengaruh nyata terhadap sikapnya dengan tingkat keeratan hubungan sebesar pada laki-laki dengan taraf kepercayaan 99%, sebesar pada perempuan dengan taraf kepercayaan 95%, dan sebesar untuk hubungan total persepsi dan sikap responden baik laki-laki maupun perempuan dengan taraf kepercayaan 99%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu, maka sikap masyarakat tersebut akan semakin baik pula terhadap pengembangan bambu. Karakteristik Responden yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu Tabel 22 dan 23 menyajikan hasil uji antara karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi dan sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menggunakan uji korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 99%, 95% dan 90%.

29 Tabel 22 Karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi Persepsi Karakteristik Laki-laki Perempuan Responden Koefisien Korelasi sig. (2- tailed) Koefisien Korelasi sig. (2- tailed) Umur Tingkat pendidikan Jumlah anggota keluarga 0.594** Pekerjaan *** Luas lahan Pendapatan *** Kontribusi bambu bagi pendapatan ** * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.1 (2-tailed); ** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed); *** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.01 (2-tailed) Terlihat untuk laki-laki karakteristik jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata dengan tingkat keeratan hubungan sebesar berpengaruh terhadap pembentukan persepsi. Laki-laki dengan jumlah anggota keluarga 2 hingga 4 orang, 5 hingga 7 orang, dan 8 hingga 10 orang memiliki perbedaan dalam membentuk persepsinya terhadap pengembangan bambu. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin banyak pula pengeluaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga membuat laki-laki yang berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarga mempunyai persepsi yang lebih tinggi terhadap pengembangan bambu karena dinilai bisa menghasilkan tambahan pendapatan. Sedangkan untuk perempuan karakteristik pekerjaan, pendapatan, dan kontribusi bambu bagi pendapatan yang berpengaruh nyata dengan tingkat keeratan hubungan sebesar dengan arah hubungan negatif, dengan arah hubungan negatif dan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi. Perempuan sebagai ibu rumah tangga, petani, wirausaha, buruh/karyawan swasta, dan PNS mempunyai perbedaan dalam membentuk persepsi terhadap pengembangan bambu. Perempuan sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yang bekerja. Ibu rumah tangga lebih cenderung mencari kesibukan untuk mengisi waktu luangnya berkumpul dengan para tetangga dengan membuat kerajinan dari bambu, selain hasil pendapatannya bisa untuk membantu tambahan pendapatan suami sebagai uang jajan anak juga untuk ikut arisan. Sehingga kontribusi bambu bagi pendapatan dari ibu rumah tangga yang menekuni keterampilan bambu juga mencapai 100% dan hal inilah yang membuat persepsi perempuan sebagai ibu rumah tangga lebih tinggi. 19

30 20 Tabel 23 Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap Sikap Karakteristik Responden Laki-laki Perempuan Koefisien sig. (2- Koefisien sig. (2- Korelasi tailed) Korelasi tailed) Umur , Tingkat pendidikan , Jumlah anggota keluarga , Pekerjaan , Luas lahan 0.527* , Pendapatan , Kontribusi bambu bagi pendapatan , * Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.1 (2-tailed) Pada Tabel 23 terlihat untuk laki-laki karakteristik luas lahan yang dimiliki berpengaruh nyata dengan tingkat keeratan hubungan sebesar berpengaruh terhadap pembentukan sikap. Laki-laki dengan kepemilikan lahan 0 hingga 0.25 ha, 0.51 hingga 0.75 ha, 0.76 hingga 1 ha dan lebih dari 1 ha memiliki perbedaan dalam membentuk sikapnya terhadap pengembangan bambu. Semakin luas lahan yang dimiliki membuat laki-laki mempunyai sikap lebih peduli dan mendukung adanya pengembangan bambu, karena dengan luasan lahan yang dimiliki dinilai akan membawa dampak dan hasil yang baik jika pengembangan bambu dilaksanakan. Sedangkan untuk perempuan tidak ada karakteristik responden yang berpengaruh nyata terhadap sikap secara signifikan, karena tidak adanya keragaman tingkat sikap terhadap karakteristik responden perempuan yang diuji dalam penelitian ini. Karakteristik responden yang mempengaruhi pembentukan sikap perempuan mungkin dipengaruhi oleh karakteristik lain diluar karakteristik yang diteliti. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan berbeda antara laki-laki dan perempuan, tingkat persepsi laki-laki termasuk kategori baik dan perempuan termasuk kategori sangat baik. Karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi secara signifikan adalah jumlah anggota keluarga pada laki-laki, serta pekerjaan, pendapatan dan kontribusi bambu bagi pendapatan pada perempuan. Tingkat sikap masyarakat laki-laki termasuk kategori baik dan perempuan termasuk kategori sangat baik. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap secara signifikan adalah luas lahan yang dimiliki pada laki-laki dan untuk perempuan tidak ada karakteristik responden yang mempengaruhi sikap secara signifikan. Masyarakat bersedia

31 mendukung dan dilibatkan dengan program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan, karena bagi masyarakat program ini dinilai positif dan banyak manfaat yang bisa dirasakan. Selain dapat menambah penghasilan, menambah ilmu dan wawasan baru, menambah lapangan pekerjaan, serta dapat memajukan Desa Kutorejo, Kecamatan Kajen dan Kabupaten Pekalongan. Saran 1. Pemerintah Kabupaten Pekalongan perlu melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat peserta program pengembangan bambu untuk memberikan wawasan, motivasi dan ajakan melestarikan bambu sebagai salah satu HHBK unggulan. 2. Dalam melaksanakan program pengembangan bambu kedepannya perlu mempertimbangkan kebutuhan dari masyarakat (laki-laki dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak perlu mendapatkan tambahan penghasilan dan perempuan sebagai ibu rumah tangga perlu ditingkatkan keterampilannya) agar bisa berjalan lancar dan tepat sasaran. 3. Segera menindaklanjuti rencana pembuatan sentra bambu di Kabupaten Pekalongan agar masyarakat termotivasi menghasilkan kerajinan bambu yang lebih kreatif sehingga lebih bernilai jual, dan mempermudah pemasaran produknya. 4. Diperlukan penelitian lanjutan terkait partisipasi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menurut perspektif gender. 21 DAFTAR PUSTAKA Baron RA, Byrne D Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. Baskoro T Persepsi dan sikap masyarakat Kota Jakarta terhadap fungsi hutan di daerah hulu dalam pengendalian banjir [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Megalina PI Peran hutan rakyat dalam pereknomian masyarakat desa (studi kasus di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nadeak NM Deskripsi budidaya dan pemanfaatan bambu di Kelurahan Balumbang Jaya (Kecamatan Bogor Barat) dan Desa Rumpin (Kecamatan Rumpin), Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nuriyatin N Studi analisa sifat-sifat dasar bambu pada beberapa tujuan penggunaan [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rahayu S Aplikasi SPSS Versi dalam Riset Pemasaran. Bandung (ID): CV. Alvabeta Rahayu WM Persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap kelestarian hutan (studi kasus di Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir Kecamatan

32 22 Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahmawati R Peningkatan nilai estetika anyaman bambu melalui finishing teknik batik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sarwono J Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Bandung (ID): Andi Media. Suharjito D Hutan Rakyat di Jawa. Bogor (ID): CV. Dewi Sri Jaya. Wade C, Tavris C Psikologi. Jakarta (ID): Erlangga

33 Lampiran 1 Sebaran luasan hutan rakyat beserta jenis tanamannya di Kabupaten Pekalongan tahun 2013 Kecamatan Luas (Ha) Jumlah tanaman/ha Jenis tanaman atas Jenis tanaman bawah Bojong Jati, mahoni, sengon Ketela pohon, jagung, lengkuas Buaran Jati, sengon Ketela pohon Doro Sengon, mahoni, durian, pete Ketela pohon, jagung Kajen Jati, mahoni, sengon Ketela pohon, jagung Kandangserang Sengon, suren, mahoni, pete, pinus Ketela pohon, nilam, jagung Karanganyar Sengon, pete, durian, rambutan Ketela pohon, jagung Karangdadap Sengon, mahoni Ketela pohon Kedungwuni Sengon, mahoni Ketela pohon Kesesi Jati, mahoni, sengon Ketela pohon, jagung, lengkuas Lebakbarang Sengon, pinus, durian, suren Ketela pohon, jagung Paninggaran Sengon, pinus, damar, suren Ketela pohon, jagung, lengkuas Petungkriyono Sengon, pete, jengkol, pinus Ketela pohon, jagung, lengkuas Siwalan Sengon, bakau Ketela pohon Sragi Sengon, jati, mahoni Ketela pohon Talun Senngon, rambutan, durian, pete, jengkol Ketela pohon, jagung Tirto Sengon Katela pohon Wiradesa Sengon, mahoni, jati Ketela pohon Wonokerto Sengon, bakau Ketela pohon Wonopringgo Sengon, jati, mahoni Ketela pohon, jagung JUMLAH Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan

34 24 24 Lampiran 2 Lahan kritis Kabupaten Pekalongan tahun 2013 Kecamatan Sangat kritis(ha) Kritis (Ha) Agak kritis (Ha) Potensial kritis (Ha) Tidak kritis(ha) Bojong Buaran Doro Kajen Kandangserang Karanganyar Karangdadap Kedungwuni Kesesi Lebakbarang Paninggaran Petungkriyono Siwalan Sragi Talun Tirto Wiradesa Wonokerto Wonopringgo JUMLAH Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013

35 25 Lampiran 3 Peta Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2013 Sumber: Buku Potensi Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Tahun

36 26 26 Lampiran 4 Jenis bambu di Indonesia beserta kegunaannya Jenis bambu Nama botanis Kegunaan Betung Dendrocalamus asper 1, 2, 5, 8 Andong Gigantochloa verticillata/gigantochloa pseudo Arundinacea 1, 5, 12 Kuning Bambusa vulgaris 5, 7, 10, 16, 17 Tutul Bambusa vulgaris 2, 3, 5, 7 Hitam Gigantochloa atroviolacea 5, 7, 11 Cendani Bambusa multiplex 5, 21, 22, 24 Tamiang Schizostachyum blumei 5, 11, 13, 18 Batu Dendrocalamus strictus 6, 17 Ater Gigantochloa atter 2, 4, 5, 11, 14 Cangkoreh Dinochloa scandens 6, 16 Bali Schizostachyum brachycladum 10 Gendang Bambusa ventricosa 10 Pagar Bambusa glaucescens 1, 5, 7, 10, 12 Loleba Bambusa atra 2, 6, 10, 15 Jepang Arandinari japonica 14 Bambu Talang Schizostachyum brachycladum 2, 5, 19, 20, 23 Bambu Perling Schizostachyum zollingeri 2, 15, 18 Bambu Sian Thyrsostachys siamensisi 10,21 Bambu apus Gigantochloa apus 5, 6,11 Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor 2014

37 Keterangan kunci : 1 = bahan bangunan/konstruksi, 2 = dinding rumah, 3 = lantai rumah, 4 = alat rumah tangga, 5 = barang kerajinan, 6 = anyaman, 7 = mebel/furnitur, 8 = saluran air, 9 = penampung air, 10 = tanaman hias, 11 = alat musik, 12 = chopstick, 13 = sumpit, 14 = pagar, 15 = tali/tongkat, 16 = obat, 17 = pulp/kertas, 18 = alat pancing, 19 = rakit, 20 = ukiran, 21 = tangkai payung, 22 = pipa rokok, 23 = bahan atap, 24 = kap lampu. 27 Lampiran 5 Uji Validitas dan reliabilitas kuisioner Poin pertanyaan Sig-2 Tailed Cronbach's Alpha Persepsi Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Sikap Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan

38 28 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 10 November 1992 dari ayah Subandi Abdul Rozaq dan ibu Heru Syafariyah. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2004 penulis mengikuti pendidikan menengah pertama di SMP Muhammadiyah Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan di Pekalongan dan lulus di tahun Pada tahun yang sama 2010 penulis lulus seleksi Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi Bendahara IMAPEKA IPB pada tahun , Bendahara II PC Sylva Indonesia IPB pada tahun , pengurus FMSC IPB bidang Keprofesian selama dua periode pada tahun Selain itu penulis juga pernah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Gunung Papandayan-Sancang Timur, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT Ratah Timber Kalimantan Timur.

PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN KOTA SRENGSENG, JAKARTA BARAT MENURUT PERSPEKTIF GENDER

PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN KOTA SRENGSENG, JAKARTA BARAT MENURUT PERSPEKTIF GENDER PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN KOTA SRENGSENG, JAKARTA BARAT MENURUT PERSPEKTIF GENDER TRI SULISTYO SAPUTRO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Desember 2011 dan Bulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 050.6/261.1 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BUPATI PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Mei 2012 dan bertempat di hutan Desa Pasir Madang, Kec. Sukajaya, Kab. Bogor, Jawa Barat. 3.2. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor 3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor sebagai perusahaan yang bergerak di bidang katering, juga

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pekalongan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pekalongan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Pekalongan Tahun 2013 sebanyak 77.234 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Pekalongan Tahun 2013 sebanyak 7 (tujuh) Perusahaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan

Lebih terperinci

TANDA TANGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN

TANDA TANGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN LAMPIRAN MODEL DB - KWK.KPU SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI PEKALONGAN TINGKAT KABUPATEN KABUPATEN PROVINSI : PEKALONGAN : JAWA TENGAH A. SUARA SAH

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan. PT BFI Finance Indonesia Tbk sebagai perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi teknik penjelasan tentang jenis penelitian; jenis data, lokasi dan waktu penelitian; kerangka sampling, pemilihan responden dan informan; teknik pengumpulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai metode penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yang menggambarkan dan menjelaskan strategi komunikasi pedagang kaki

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang dimiliki oleh Kota Bogor. Munculnya objek wisata baru yang menawarkan keunggulannya baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh dari data primer dan sekunder penelitian. Data primer penelitian ini adalah hasil kuesioner

Lebih terperinci

METODE. Desain, Tempat dan Waktu

METODE. Desain, Tempat dan Waktu 25 METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan metode sensus menggunakan kuesioner dengan lokasi penelitian di STPP Bogor. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan STPP Bogor adalah lembaga

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

SIKAP MASYARAKAT DESA SUNGAI NILAM TERHADAP PENEBANGAN KAYU TANPA IZIN (STUDI KASUS DI DESA SUNGAI NILAM KECAMATAN JAWAI KABUPATEN SAMBAS)

SIKAP MASYARAKAT DESA SUNGAI NILAM TERHADAP PENEBANGAN KAYU TANPA IZIN (STUDI KASUS DI DESA SUNGAI NILAM KECAMATAN JAWAI KABUPATEN SAMBAS) SIKAP MASYARAKAT DESA SUNGAI NILAM TERHADAP PENEBANGAN KAYU TANPA IZIN (STUDI KASUS DI DESA SUNGAI NILAM KECAMATAN JAWAI KABUPATEN SAMBAS) Atttude of Community in Sungai Nilam Village against Illegal logging

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Persaingan bisnis di sektor pertambangan semakin berkembang. Hal ini menyebabkan PT. Aneka Tambang Tbk membutuhkan karyawan yang berkompetensi untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Sesuai

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS 22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 6 Bandung, yang beralamat di Jalan Pasirkaliki No.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk 44 III. METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk mendapatkan data yang akan dianalisis dengan mengoperasionalkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Zaman sekarang internet merupakan kebutuhan bagi banyak orang. Di Indonesia jumlah pemakai internet mengalami peningkatan yang cukup besar setiap

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan produk pangan semakin meningkat dengan timbulnya berbagai macam produk pangan organik. Permintaan akan produk pangan organik

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran Restoran fast food yang banyak bermunculan di kota Bogor saat ini memicu persaingan antar restoran fast food tersebut di kota

A. Kerangka Pemikiran Restoran fast food yang banyak bermunculan di kota Bogor saat ini memicu persaingan antar restoran fast food tersebut di kota III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Restoran fast food yang banyak bermunculan di kota Bogor saat ini memicu persaingan antar restoran fast food tersebut di kota Bogor. Tiap perusahaan akan mengunggulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Tenaga kerja merupakan salah satu asset perusahaan yang paling utama oleh karena itu perlu dibina secara baik. Pada setiap unit IUPHHK-HA PT. Ratah Timber

Lebih terperinci

Gambar 3 Penetapan Responden menggunakan snowball sampling technique.

Gambar 3 Penetapan Responden menggunakan snowball sampling technique. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di desa-desa yang berbatasan langsung dengan Koridor Halimun Salak yang termasuk Kabupaten Sukabumi, yaitu Kampung Sukagalih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha restoran saat ini dinilai sebagai bisnis yang berprospek tinggi. Perkembangan usaha restoran di Kota Bogor telah menimbulkan persaingan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional, yakni menitikberatkan pada masalah atau peristiwa yang berlangsung dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penilaian Citra Perusahaan Oleh Konsumen Pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 33 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif dan korelasional. Pemilihan pendekatan kuantitatif digunakan untuk lebih memahami fakta

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kebutuhan konsumen akan selalu mengalami perubahan dalam hidupnya sejalan dengan perubahan keadaan sosial ekonomi dan budaya yang terjadi pada

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla) STUDI KASUS DI DESA SUNGAI ENAU KECAMATAN KUALA MANDOR B KABUPATEN KUBU RAYA

MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla) STUDI KASUS DI DESA SUNGAI ENAU KECAMATAN KUALA MANDOR B KABUPATEN KUBU RAYA MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENANAMAN MAHONI (Swietenia STUDI KASUS DI DESA SUNGAI ENAU KECAMATAN KUALA MANDOR B KABUPATEN KUBU RAYA (Society Motivation on Study Case in Sungai Enau Village, Sub-District

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggambarkan atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data

3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data 3. METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah yang merupakan sentra mebel, serta Jakarta dan Bogor sebagai daerah pemasaran mebel Jepara. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimum 0,25 ha. Hutan rakyat ini merupakan suatu pengembangan pengelolaan hutan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 17 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pengaruh pola penggunaan jejaring sosial terhadap motivasi dan alokasi waktu belajar siswa SMPN 1 Dramaga, menggunakan desain

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan obyek

Lebih terperinci

3 METODE Rancangan Penelitian

3 METODE Rancangan Penelitian Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PASIRAN TERHADAP HUTAN KOTA GUNUNG SARI KECAMATAN SINGKAWANG BARAT KOTA SINGKAWANG

PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PASIRAN TERHADAP HUTAN KOTA GUNUNG SARI KECAMATAN SINGKAWANG BARAT KOTA SINGKAWANG JURNAL HUTAN LESTARI (2016) Vol. 4 (1) : 100 108 PERSEPSI MASYARAKAT KELURAHAN PASIRAN TERHADAP HUTAN KOTA GUNUNG SARI KECAMATAN SINGKAWANG BARAT KOTA SINGKAWANG The People s Perception of Pasiran District

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang- Undang tersebut, hutan adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 3.1.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan pendekatan retrospektif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan pendekatan retrospektif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan pendekatan retrospektif yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Tumbihe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango terdiri dari Tiga (3) Lingkungan yaitu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN HAMLET GONDOWANGI VILLAGE SAWANGAN DISTRICT MAGELANG REGENCY

THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN HAMLET GONDOWANGI VILLAGE SAWANGAN DISTRICT MAGELANG REGENCY PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DI DUSUN PASEKAN DESA GONDOWANGI KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG THE INCOMES AND HOUSEHOLD WELFARE LEVELS OF SAND MINERS IN PASEKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 2.1. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Dalam penelitian ini data primer yang diambil langsung dari pelatihan otomotif pada UPT BLK Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon (Suharjito, 2000). Menurut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kerajinan anyam di Indonesia sudah banyak digemari oleh para turis dalam dan luar negeri. Karena kerajinan anyam ini sudah berkembang, bentuk kerajinan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Limboto Barat Desa Daenaa selama ± 1 minggu. Sampel dihitung dengan menggunakan tabel penentuan besarnya

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014 1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang kami hormati, Bapak/Ibu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. METODE PENELITIAN Populasi Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penyuluh yang ada di Kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun.

III. METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun. responden dan diukur dalam satuan tahun. 37 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Variabel bebas yang diteliti meliputi: a. Usia (X 1 ), adalah usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilakukan dan diukur dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian

METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian 41 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei. Terdapat dua peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, hutan adalah suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

hutan secara lestari.

hutan secara lestari. UPAYA REVITALISIASI SEKTOR KEHUTANAN DI KABUPATEN BOGOR Ir. Siti Nurianty, MM Kadistanhut Kab.Bogor Selama periode tahun 2014 2015, Distanhut telah berhasil meningkatkan persentase luas penanganan rehabilitasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif karena penelitian ini mendeskripsikan variabel tunjangan kinerja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TERHADAP PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI KOTA KEDIRI

PERSEPSI GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TERHADAP PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI KOTA KEDIRI PERSEPSI GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TERHADAP PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI KOTA KEDIRI Linawati dan Eunike Rose Mita lukiani Prodi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, FKIP, Universitas Nusantara PGRI Kediri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia, yang beralamat di Jalan Setiabudhi No. 229 Bandung, Jawa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DAN STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG MUHAMMAD IZZUDDIN FAIZAL DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2009 di PT. Samawood Utama Works Industries, Medan-Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Semakin banyaknya usaha restoran yang ada di Bogor menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Dalam persaingan yang ketat ini, Restoran Gurih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan yang semakin ketat, membuat setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan bersaing agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survai,

Lebih terperinci

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI 1) Oleh : Evi Sribudiani 1), dan Yuliarsa 2) Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Riau (Email : sribudiani_unri@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI Preview Sidang 3 Tugas Akhir ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN BANGOREJO, KABUPATEN BANYUWANGI Disusun: Nyimas Martha Olfiana 3609.100.049

Lebih terperinci