HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan"

Transkripsi

1 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan pada Lokasi Pengamatan Gambaran Umum Lokasi Pengamatan Pengamatan pertumbuhan tanaman nenas dilakukan pada dua tempat yang memiliki jenis tanah yang berbeda. Lokasi pertama adalah areal pertumbuhan tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut yang berlokasi di Desa Galang Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak, sedangkan lokasi kedua merupakan areal tanaman nenas yang tumbuh pada tanah aluvial yang berlokasi di Desa Sungai Pangkalan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Bengkayang. Kedua lokasi ini merupakan perkebunan nenas yang ditanam secara monokultur dengan luasan 1-2 ha per kepala keluarga. Gambar 1. Peta lokasi pengamatan nenas di Kalimantan Barat. Secara georafis kedua daerah tersebut terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan posisi Desa Galang pada 0 o 16 LU dan 109 o 04 BT dengan ketinggian

2 22 tempat 2 meter dari permukaan laut, sedangkan posisi Desa Sungai Pangkalan pada 0 o 42 LU dan 108 o 56 BT dengan ketinggian tempat 3 meter dari permukaan laut. Lokasi kedua daerah yang tidak terlalu berjauhan dengan ketinggian tempat yang relatif sama, menyebabkan perbedaan iklim di kedua tempat tidak terlalu nyata. Pada ketinggian tempat seperti ini tanaman nenas menunjukkan pertumbuhan yang baik, meskipun pada jenis tanah yang berbeda. Di daerah tropis, tanaman nenas dapat ditanam di daerah yang mempunyai ketinggian sampai 800 meter di atas permukaan laut. Apabila tanaman nenas ditanam di daerah yang lebih tinggi maka buah nenas menjadi terlalu masam, dan hal ini akan mempengaruhi kualitas buah nenas yang dihasilkan. Lokasi pengamatan pada lahan gambut merupakan sentra produksi tanaman nenas di Kalimantan Barat yang berjarak 55 km dari ibukota propinsi (Pontianak) sedangkan lokasi pada lahan aluvial berjarak 110 km dari Pontianak. Kedua lokasi ini merupakan daerah yang mudah dijangkau oleh kendaraan darat, baik dari ibukota propinsi maupun ibukota kabupaten atau kecamatan. Keadaan ini memudahkan pemasaran buah nenas ke seluruh wilayah Kalimantan Barat, dengan kualitas buah yang baik. Dari pantai sebelah Barat Kalimantan, Desa Galang berjarak 10 km dari garis pantai sedangkan Desa Sungai Pangkalan berjarak 7 km dari bibir pantai. Keadaan ini menyebabkan tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh adanya pengaruh pasang surut air laut, dengan membawa unsur hara yang dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman nenas merupakan salah satu komoditi unggulan masyarakat yang bercocok tanam di lahan gambut. Jenis tanaman lain yang biasa ditanam di lahan gambut kalimantan barat adalah tanaman lidah buaya, jagung, tanaman buahbuahan seperti pepaya dan rambutan, serta tanaman sayuran. Pada lahan gambut penanaman nenas mencapai Ha, sedangkan pada lahan aluvial hanya seluas 50 Ha. Jenis tanaman yang ditanam sebagian besar merupakan tipe Queen, dan sebagian kecil merupakan tipe lain. Curah Hujan dan Pola Curah Hujan Curah hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman, baik langsung (pada lahan kering) ataupun tidak (lahan beririgasi). Curah hujan merupakan

3 23 unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap suatu sistem usahatani, terutama pada lahan kering dan tadah hujan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di dua lokasi pengamatan (Gambar 3), diketahui bahwa masing-masing lokasi memiliki penyebaran, intensitas, jumlah dan lama hujan yang berbeda baik secara harian, bulanan maupun rata-rata selama sepuluh tahun terakhir. Curah hujan merupakan faktor penting dalam aktivitas pertanian terutama produksi tanaman didaerah tropika. Hasil pengamatan curah hujan selama setahun, kedua lokasi memiliki kisaran curah hujan tahunan yang cukup tinggi yaitu antara mm/tahun atau mm/bulan. Pola Curah Hujan pada dua lokasi pengamatan menunjukkan pola yang hampir sama walaupun dengan jumlah dan intensitas yang berbeda. Berdasarkan pola curah hujan yang ada, lahan gambut memiliki pola curah hujan yang cenderung merata sepanjang bulan. Hujan turun pada musim penghujan maupun kemarau, tetapi jumlah dan intensitas curah hujan pada musim kemarau lebih rendah. Lahan Aluvial (mm) Mei Jun jul Agt Sep Okt Nop Des Bulan Jan Peb Mar Apr Gambar 3. Pola penyebaran Curah Hujan pada dua lokasi selama 1 tahun pengamatan (Mei 2006 April 2007). Menurut Kartasapoetra (2004) bulan basah adalah bulan dengan curah hujan melebihi 100 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan dengan curah hujann kurang dari 60 mm. Antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan

4 24 lembab. Bulan lembab ini tidak termasuk dalam perhitungan. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Fergusson menentukan bulan basah dan bulan kering berdasarkan curah hujan rata-rata sepuluh tahun terakhir. Curah hujan bulan basah dan bulan kering dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, kemudian ditentukn nilai golongan iklim yaitu : Jumlah rata-rata curah hujan bulan kering Q = x 100 % Jumlah rata-rata curah hujan bulan basah Berdasarkan data curah hujan sepuluh tahun terakhir (Gambar 4), kedua lokasi pengamatan tidak memiliki bulan kering. Melalui perhitungan nilai Q, kedua wilayah tersebut termasuk kedalam tipe iklim A, yaitu sangat basah (Q = 0). Lahan gambut Lahan aluvial (mm) Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Bulan Sep Okt Nop Des Gambar 4. Pola Curah Hujan tahunan selama sepuluh tahun terakhir pada dua lokasi pengamatan. Lahan Aluvial memiliki pola curah hujan yang tidak merata sepanjang bulan. Hujan tetap turun pada musim penghujan dan musim kemarau. Hujan yang turun pada musim penghujan yaitu pada bulan September hingga Januari memiliki jumlah dan intensitas yang tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Pada bulan Juli dan Agustus merupakan bulan-bulan yang memiliki curah hujan dengan intensitas yang paling kecil.

5 25 Berdasarkan pola Curah Hujan rata-rata sepuluh tahun terakhir, kedua lokasi menunjukkan pola yang hampir sama. Lahan gambut memiliki jumlah dan intensitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan aluvial. Keadaan ini akan mempengaruhi ketesediaan air pada tanah untuk pertumbuhan tanaman. Suhu Udara Suhu merupakan indikasi jumlah energi (panas) yang terdapat dalam suatu system atau massa. Oleh karena itu erat kaitannya dengan kesetimbangan radiasi surya pada sistem atau massa tersebut. Semakin banyak energi radiasi surya yang tersimpan/tertahan dalam sistem tersebut makin tinggi suhunya. Suhu mempengaruhi proses biokimia pada fotosintesa, respirasi proses dalam jaringan atau dilepas ke lingkungannya. Pengaruh suhu juga terlihat pada perkembangan, pembentukan daun, inisiasi organ produktif, pematangan buah dan umur tanaman (Bey dan Las 1991). Transpirasi atau kehilangan uap air melalui stomata daun dipengaruhi oleh suhu. Jumlah transpirasi adalah rendah pada suhu rendah dan meningkat jika suhu menaik. Dibawah kondisi respirasi yang berlebihan, maka kehilangan air akan melewati jumlah air yang memasuki tanaman dan kelayuan segera terjadi. Kisaran suhu rata-rata di dua lokasi pengamatan tidak terlalu berbeda. Suhu rata-rata desa Galang berkisar antara 26,5-28,4 o C sedangkan Desa Sungai Pangkalan berkisar antara 26,2-28,7 o C. Gambar 5 memperlihatkan suhu maksimum dan minimum dari kedua lokasi pengamatan. memiliki suhu maksimum siang hari sebesar 34ºC pada bulan Mei sampai September, sedangkan suhu minimum berkisar 21ºC malam hari pada bulan Juli sampai Oktober. Lahan aluvial memiliki kisaran suhu maksimum siang hari sebesar 33ºC pada bulan Mei sampai September, sedangkan suhu minimum malam hari sebesar 22ºC pada bulan Agustus sampai September. Data Klimatologi selama pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

6 26 Suhu ( C) maksimum minimum Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Bulan Des Jan Peb Mar Apr 35 Lahan Aluvial 30 Suhu ( C) maksimum minimum 0 Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Bulan Des Jan Peb Mar Apr Gambar 4 Keadaan suhu maksimum dan minimum di lokasi pengamatan tanaman nenas pada dan Lahan Aluvial. Kelembaban Udara Pada lokasi pengamatan di Desa Galang dengan kondisi tanah gambut kelembaban udara berkisar antara %, sedangkan di desa Sungai Pangkalan dengan kondisi tanah aluvial kelembaban udara rata-rata berkisar 82 87%. Keadaan kelembaban udara pada lokasi pengamatan dapat dilihat pada gambar 6. Secara umum pola kelembaban udara pada kedua lokasi pengamatan menunjukkan pola yang sama, dimana terjadinya penurunan kelembaban udara terjadi pada bulan Juni dan mencapai titik terendahnya pada bulan Juli kemudian meningkat lagi pada bulan Agustus. Kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Desember dan terjadi penurunan lagi hingga mencapai titik terendah pada bulan Februari dan Maret. Penurunan kelembaban udara yang terjadi pada bulan

7 27 Juli dan Agustus diduga berhubungan dengan adanya musim kemarau yang terjadi pada daerah tersebut. Lahan Aluvial ( % ) Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Bulan Gambar 6 Keadaan kelembaban udara di lokasi pengamatan. Jenis Tanah Desa Galang memiliki jenis tanah gambut dengan ketebalan 1-2 meter dan kandungan C organiknya lebih dari 54,65 % (Tabel 2). Pengertian tanah gambut badalah tanah yang secara alamiah mengandung C organik sebanyak 40% atau lebih dengan ketebalan 100 cm atau lebih. Namun bila sudah diusahakan, mengandung C organik sebanyak 15 % atau lebih. Berdasarkan asal dan penyusunnya, gambut desa Galang termasuk kedalam jenis gambut kayuan (woody peat) yaitu gambut yang berasal dari jenis pohon-pohonan (hutan tiang) beserta tanaman semak (paku-pakuan) dibawahnya, dan berdasarkan proses pembentukannya tergolong gambut ombrogen yaitu gambut yang pembentukannya dipengaruhi oleh curah hujan (Noor 2001). Berdasarkan ketebalan lapisan bahan organiknya, gambut desa Galang tergolong gambut tengahan, yaitu lahan gambut yang mempunyai ketebalan lapisan organik antara cm. Berdasarkan hasil analisis tanah dalam penelitian ini diketahui bahwa ph gambut 4,10 hal ini menunjukkan bahwa tanah gambut bereaksi masam. Menurut Noor (2001) umumnya gambut trofik terutama gambut ombrogen mempunyai kisaran ph 3,0 4,5, kecuali mendapat penyusupan air laut atau payau. Kemasaman tanah gambut cenderung makin tinggi jika gambut tersebut

8 28 makin tebal. Lahan gambut mempunyai lapisan bawah berupa marin (pirit) berpotensi masam. Apabila pirit teroksidasi akibat reklamasi atau pongolahan, maka kemasaman tanah dan perairan meningkat hingga mencapai ph 2 3. Keadaan ini mengakibatkan banyak masalah dalam pengembangan pertanian dan perikanan. Lokasi pengamatan di desa Sungai Pangkalan memiliki jenis tanah aluvial yang merupakan hasil proses penimbunan, sehingga sifat dan cirinya tidak dapat lepas dari bahan induk pembentuknya. Kesuburan tanah aluvial tidak selalu didapat di daerah tropika, didaerah aliran sungai yang hulu sungainya berasal dari permukaan yang sangat lapuk, bahan aluvuimnya biasanya tidak subur (Sanchez 1992). Berdasarkan hasil analisis tanah pada Tabel 2, tingkat kesuburan tanah aluvial yang ditanami nenas di Kalimantan Barat lebih rendah dibandingkan dengan lahan gambut. Kandungan unsur hara dan kriteria tanah memiliki penggolongan sifat yang dinilai berdasarkan sifat umum tanah secara empiris dan belum dihubungkan dengan kebutuhan tanaman (Lampiran 6). Kedua jenis tanah memiliki tingkat kemasaman yang sangat tinggi yaitu gambut dengan ph 3,9 dan aluvial dengan ph 4,1. Tingkat kemasaman tanah yang cukup tinggi ini disebabkan karena adanya ion H+ dan adanya curah hujan yang cukup tinggi yang menyebabkan basa-basa mudah tercuci. Pada tanah gambut kemasaman tanah berhubungan erat dengan asam organik yaitu asam humik dan fulvik. Pada kondisi tanah yang sangat masam tanah akan membebaskan ion besi dan alumunium yang dapat meracuni perakaran tanaman. Reaksi tanah dapat mempengauhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, oleh karena peranannya langsung berpengaruh terhadap ketersediaan unsur-unsur didalam tanah. Nilai ph tanah merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kelarutan unsur-unsur yang cenderung berseimbang dengan fase padat. Kelarutan oksida-oksida atau hidroksida Fe dan Al secara langsung bergantung pada konsentrasi ion hidroksil (OH) dan kelarutannya menurun jika ph meningkat (Depdikbud 1991).

9 29 Tabel 2. Kandungan unsur hara makro dan mikro gambut dan aluvial pada lokasi pengamatan di Kalimantan Barat Peubah Gambut Sifat* Aluvial Sifat* Kandungan Hara C organik (%) 54,65 sangat tinggi ( > 5 ) 0,89 sangat rendah ( < 1 ) N total (%) 1,06 sangat tinggi (< 0,75) 0,10 rendah ( 0,1-0,2 ) P (ppm) 14,3 rendah ( ) 2,1 sangat rendah ( < 10 ) Ca (me/100 g) 2,34 rendah ( 2-5 ) 0,37 sangat rendah ( < 2 ) Mg (me/100 g) 1,43 sedang ( 1,1-2,0 ) 0,22 rendah ( 0,4-1,0 ) K (me/100 g) 0,10 rendah ( 0,1-0,3 ) 0,07 sangat rendah ( < 0,1 ) H (me/100 g) 0,82 0,36 Fe (me/100 g) 5,20 2,12 Zn (me/100 g) 2,16 0,40 Mn (me/100 g) 7,20 1,40 Kriteria Tanah ph 3,90 sangat masam ( < 4,5 ) 4,10 sangat masam ( < 4,5 ) KTK (me/100g) 76,65 sangat tinggi ( > 40 ) 13,90 rendah ( 5-16 ) KB (%) 5,2 sangat rendah ( < 20 ) 5,5 sangat rendah ( < 20 ) Tekstur.pasir 0 90,72.debu 0 2,99.liat 0 6,29 Kadar Air 68,42 0 Kadar Abu 3,50 0 *) Standar penilaian sifat umum tanah secara empiris dari Laboratorium Departemen Ilmu Tanah IPB Secara umum gambut memiliki kandungann unsur hara yang lebih baik daripada aluvial. Hal ini menyebabkan Kapasitas Tukar Kation (KTK)nya sangat tinggi yaitu sebesar 76,65 me/100g untuk tanah gambut, sedangkan pada tanah aluvial bersifat rendah yaitu sebesar 13,90 me/100g. Semakin besar KTK maka semakin besar pula kemampuan dari permukaan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan sejumlah kation, yang bisanya adalah Ca, Mg, K, Na, NH4, Al, Fe dan H (Depdikbud, 1991). Kandungan unsur C dan N pada tanah gambut sangat tinggi, sedangkan unsur P dan K rendah. Kandungan unsur hara N yang cukup tinggi menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman menjadi lebih baik. Nitrogen terutama dibutuhkan tanaman guna sintesis protein, namun secara struktural merupakan bagian dari klorofil. Tanaman yang tumbuh harus mengandung Nitrogen dalam membentuk sel-sel baru.

10 30 Tekstur tanah aluvial menunjukkan tanah tersebut didominasi oleh fraksi pasir 90,72%, debu 2,99% dan liat 6,29%. Hal ini menunjukkan bahwa tanah aluvial yang ditanami tanaman nenas memiliki porositas tanggi sehingga apabila terjadi hujan akan mengalami tingkat pencucian unsur hara yang tinggi. Kajian Budidaya Tanaman Nenas Benih Nenas dapat diperbanyak dengan menggunakan tunas mahkota, tunas batang (anakan), tunas dasar buah, dan stek batang. Tanaman nenas yang ditanam di lahan gambut maupun aluvial di Kalimantan Barat umumnya menggunakan benih nenas yang berasal dari tunas batang (anakan). Hasil wawancara menyatakan bahwa lebih dari 80% petani menggunakan tunas batang sebagai benih, sedangkan sisanya menggunakan benih dari bagian tanaman yang lain. Alasan menggunakan tunas batang adalah untuk memperoleh pohon nenas yang baik dan cepat menghasilkan buah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunarjono (1987) bahwa antara anakan (sucker), tunas ketiak daun (shoots) dan mahkota (crown) terdapat perbedaan sifat fisiologis dalam umur berbunga dan produksinya. Makin kebagian atas tanaman, umurnya makin panjang dan produksinya rendah. Benih nenas yang ditanam di lahan gambut dan aluvial berasal dari daerah Pontianak, yang merupakan tipe Queen, dengan ciri daun berduri. Diperkirakan masuknya benih yang pertama sekali sudah sangat lama dan dikembangkan pertama kali di sekitar pekarangan rumah penduduk. Gambar 7. Bibit nenas yang ditanam pada lahan gambuit dan aluvial

11 31 Benih nenas yang baru diambil biasanya tidak langsung ditanam, para petani memberikan perlakuan penjemuran terlebih dahulu sebelum benih ditanam. Sebagian besar petani yang diwawancarai 75% melakukan penjemuran selama dua hingga tiga minggu (Gambar 7). Bagian bawah daun bibit yang kering akan dibuang dan ditinggalkan bagian atas yang masih segar. Menurut Sunarjono (1987) bahwa anakan atau mahkota bunga yang baru dipotong (dipisahkan) dapat ditanam langsung, tanpa disemai dahulu. Namun sebaiknya dibiarkan dahulu beberapa hari sebelum ditanam. Hal ini dimaksudkan agar lukanya tertutup kalus lebih dahulu sehingga cepat berakar. Persiapan Lahan Umumnya lahan yang digunakan untuk penanaman nenas di Kalimantan Barat berasal dari hutan atau semak belukar yang dilakukan pembersihan dengan cara ditebang dan dibakar. Hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan lahan gambut yang ditanami nenas masih memperlihatkan adanya sisa-sisa bagian tanaman seperti batang maupun akar pada areal pertanaman. Hal ini menunjukkan bahwa petani di lahan gambut tidak membersihkan lahannya sebaik mungkin sebelum melakukan penanaman. Pada lahan aluvial di Desa Sungai Pangkalan lahan terlihat telah dibersihkan sebelum dilakukan penanaman. Hal ini diduga karena vegetasi yang tumbuh merupakan semak belukar yang memiliki batang yang kecil. Gambar 8. Saluran draenase dan Jarak tanam nenas Pembuatan saluran draenase dilakukan oleh petani pada lahan yang akan ditanami nenas (Gambar 8). Ada beberapa alasan mereka membuat saluran air,

12 32 sebanyak 40% menyatakan saluran sebagai batas saja antara satu lahan dengan lahan lainnya. Sebanyak 50% menyatakan bahwa saluran dapat mencegah lahan dari penggenangan air atau banjir, sedangkan 10% tidak menyatakan alasan. Dari data ini menunjukkan bahwa kesadaran petani tentang fungsi saluran pada pertanaman nenas sudah cukup tinggi. Hasil penelitian secara kuantitatif menyatakan bahwa semua petani baik yang melaksanakan budidaya nenas di lahan gambut maupun lahan aluvial tidak melakukan pengolah tanah terlebih dahulu sebelum penanaman. Setelah lahan ditebas dan dibakar bibit yang telah dijemur ditanam dengan berbagai macam jarak tanam. Dari hasil wawancara dengan petani responden dapat dibagi dalam empat kelompok jarak tanam yang dilakukan seperti yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Penggolongan jarak tanam nenas pada lahan gambut dan aluvial Golongan Jarak Tanam Gambut (%) Aluvial (%) I lebih dari 100 x 100cm II 100 x 100 cm III kurang dari 100 x 100 cm 5 10 IV tidak beraturan Sebagian besar dari petani lahan gambut (50%) melakukan penanaman nenas dengan menggunakan jarak tanam lebih dari 1 meter, seperti 120 x 150 cm, 100 x 120 cm dan 100 x 150 cm. Sedangkan pada lahan aluvial petani lebih banyak menggunakan jarak tanam yang tidak beraturan (35%). Penentuan jarak tanam akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi tanaman nenas. Jarak tanam yang rapat menyebabkan persaingan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Persaingan penyerapan unsur hara akan semakin tinggi apabila banyak anakan yang tumbuh. Keadaan ini menyebabkan pertumbuhan tanam,an menjadi terhambat dan kualitas semakin menurun. Tabel 4 memperlihatkan bobot dan ukuran buah nenas yang berasal dari lahan gambut lebih baik dibanding nenas dari lahan aluvial. Demikian pula dengan penyerapan unsur N, P dan K pada daun tanaman (Gambar 13) menunjukkan pertumbuhan tanaman nenas di lahan gambut lebih baik daripada lahan aluvial. Penanaman yang tidak beraturan yang dilakukan oleh petani

13 33 disebabkan kurangnya pemahaman tentang pentingnya jarak tanam dalam pengelolaan perkebunan dan kualitas produksi. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Lahan yang sudah dipersiapkan ditanami dengan bibit tanaman nenas sesuai jarak tanam. Untuk meluruskan tanaman digunakan tali dan setiap jarak dilakukan pengajiran, kemudian bibit ditanam sebanyak 1 bibit setiap lubang tanam. Kedalaman-tanamnya beragam, tetapi umumnya berkisar antara 5-7 cm. Setelah itu lubang tanam ditutup kembali lalu sedikit ditekan agar bibit dapat berdiri dengan tegak. Petani tidak pernah melakukan pemupukan baik pada tanaman nenas yang tumbuh di lahan gambut maupun lahan aluvial karena berproduksi dengan baik walaupun tanpa menggunakan pupuk. Diduga pertumbuhan nenas yang baik disebabkan lahan yang digunakan merupakan lahan bukaan baru sehingga tanah masih banyak menyediakan unsur hara makro maupun mikro. Dari hasil analisis tanah gambut mengandung unsur hara yang lebih baik daripada aluvial (Tabel 2). Keadaan ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman nenas pada gambut lebih baik daripada aluvial, demikian juga dengan buah nenasnya. Gambar 9 memperlihatkan perbandingan antara tanaman nenas pada lahan aluvial dan lahan gambut. Penanaman pada lahan gambut dilakukan dengan jarak tanam dengan ukuran tertentu. Penanaman nenas pada lahan aluvial tidak dilakukan dengan jarak tanam yang beraturan, hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman agak terhambat karena terlalu rapat terutama setelah tumbuh anakan. Penanaman nenas dengan menggunakan jarak tanam yang teratur akan memudahkan pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan tanaman menjadi normal sehingga buah yang dihasilkan menjadi lebih besar. Penentuan jarak tanam telah mempertimbangkan anakan yang akan tumbuh sehingga tanaman tetap akan berproduksi dengan baik.

14 34 a b Gambar 9 Kondisi kebun nenas pada lahan aluvial (a) dan lahan gambut (b). Pembersihan lahan dilakukan oleh petani dengan beragam kegiatan. Sebanyak 20% menyatakan melakukan pembersihan lahan secara rutin, 40% membersihkan lahannya apabila akan melakukan pemanenan, sedangkan 40 melakukan pembersihan lahan bila dianggap perlu saja. Jenis gulma yang hidup pada lahan gambut didominasi oleh jenis pakis, sedangkan pada lahan aluvial didominasi oleh rumput dan alang-alang. Tetapi penebasan juga dilakukan oleh petani pada tanaman nenas yang sudah dipanen. Serasah tanaman dibiarkan saja di areal pertanaman, tujuannya adalah untuk menjaga kelembaban tanah. Terlebih pada lahan gambut, dimana pada musim kemarau lahan menjadi sangat kering dan

15 35 pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Adanya serasah akan mempertahankan kelembaban tanah sehingga perakaran dapat menyerap hara. Pengamatan yang dilakukan pada lokasi pengamatan ternyata penyiraman tanaman tidak pernah dilakukan oleh petani. Hal ini diduga karena pada lokasi tersebut mengalami curah hujan cukup tinggi yang terjadi sepanjang tahun. Hama yang sering menyerang tanaman nenas berupa hama tikus dan musang. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman jarang sekali dikeluhkan oleh petani. Kerusakan tanaman lebih banyak disebabkan kebakaran pada musim kemarau yang terjadi pada lahan gambut (Gambar 10). Dari hasil wawancara dengan petani, penggunaan pestisida dan pupuk tidak pernah dilakukan petani selama bertanam nenas baik pada lahan gambut maupun aluvial. Gambar 10. Kondisi tanaman yang kekurangan air (kemarau). Kondisi kekeringan yang terjadi pada musim kemarau akan mengakibatkan tanaman dan lahan gambut mudah terbakar terbakar, hal ini sulit untuk ditanggulangi oleh petani karena api menjalar dari bagian bawah lahan. Panen dan Pasca Panen Pemanenan tanaman nenas dilakukan pada saat buah telah tua, dengan ciriciri warna kulit buah hijau kekuningan, mata menjadi membesar dan agak mendatar, dan kalau dipukul mengeluarkan bunyi seperti menggema. Tidak terdapat perbedaan waktu panen tanaman nenas dari kedua lokasi tersebut. Tanaman yang telah berumur 9-10 bulan akan mengalami pembungaan, dan setelah 3 5 bulan setelah itu buah nenas dapat dipanen.

16 36 Gambar 11. Buah nenas yang telah matang dan buah hasil panen. Tanaman nenas dapat dipanen sepanjang musim, dan hasil panen buah yang terbesar biasanya pada bulan-bulan Mei, Juni, Nopember dan Desember. Walaupun tanaman nenas pada kedua lokasi dapat dipanen sepanjang tahun, tetapi pada bulan-bulan September dan Oktober biasanya buah nenas agak sulit didapat Pemanenan buah nenas dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan menyisakan 1,5-2 cm dari dasar buah, dengan tidak memotong bagian mahkota buah (Gambar 11). Tanaman nenas yang telah diambil buahnya biasanya ditebas atau dipotong dan biomassanya dibiarkan saja menjadi mulsa untuk menjaga kelembaban tanah. Buah yang telah dipanen biasanya langsung dijual oleh petani secara langsung dipinggir-pinggir jalan atau dititpkan di warung. Kualitas Tanaman dan Buah Nenas Pertumbuhan tanaman Tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut dan lahan aluvial dikelola langsung oleh petani. Setiap petani rata-rata memiliki 1-2 Ha, dengan cara yang masih tradisional. Benih diperoleh dari tanaman sekitarnya atau kebun tetangga dan selama bercocok tanam para petani tidak pernah menggunakan pestisida, baik untuk membasmi hama dan penyakit tanaman maupun untuk pengaturan masa panen. Tanaman yang ditanam nenas yang ditanam umumnya tipe Queen yang memiliki daun yang berduri, dan ukuran buah yang tidak terlalu besar berkisar 0,5 1,3 kg. Jumlah anakan yang tumbuh pada tunas batang biasanya dibirkan tumbuh dan tidak dibatasi sehingga mempengaruhi ukuran buah.

17 37 Pengamatan pertumbuhan tanaman nenas pada lokasi lahan gambut dan aluvial dilakukan sebanyak 5 kali selama 1 tahun, dimulai pada bulan Mei 2006 hingga Mei Dari hasil pengukuran beberapa parameter tanaman, terdapat perbedaan pola pertumbuhan, baik yang disebabkan oleh faktor iklim maupun tingkat kesuburan tanah. Hasil pengukuran panjang daun, lebar daun dan tinggi tanaman pada Gambar 12 memperlihatkan adanya perbedaan pola pertumbuhan tanaman. Pada masa awal, tanaman menunjukkan pertumbuhan yang normal dimana antara tanaman yang tumbuh di lahan gambut dengan lahan aluvial tidak menunjukkan perbedaan nyata,kecuali pada parameter tinggi tanaman. Keadaan ini disebabkan pada awal masa pertumbuhan ketersediaan unsur hara pada tanah masih mencukupi untuk pertumbuhan tanaman, juga curah hujan yang terjadi pada bulan Mei dan Juni masih cukup tinggi (Gambar 3). Pada pengamatan II yang dilakukan pada bulan Agustus 2006 memperlihatkan pertumbuhan tanaman masih normal yang diperlihatkan dari penambahan panjang dan lebar daun serta tinggi tanaman yang cukup signifikan Pada pengamatan ke III terlihat pertumbuhan sedikit lambat pada tanaman nenas yang tumbuh di lahan aluvial. Hal ini disebabkan karena rendahnya curah hujan dibulan Juli dan agustus yang hanya mencapai 63,5 dan 60,5 mm. Pada pengamatan ke IV, tanaman nenas yang tumbuh dilahan aluvial memperlihatkan pertumbuhan yang lambat hingga memasuku fase refroduktif, sedangkan tanaman yang tumbuh pada lahan gambut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik hingga memasuki fase refroduktif (berbuah). Keadaan ini disebabkan karena ketersediaan air pada tanah yang cukup disebabkan curah hujan yang cukup tinggi. Perkembangan tanaman (Gambar 12) menunjukkan pertumbuhan yang sedikit lambat pada bulan Juli hingga September baik pada semua parameter yang diukur. Keadaan ini disebabkan karena keadaan iklim pada bulan-bulan tersebut yang kurang mendukung perkembangan tanaman. Suhu maksimum pada siang hari pada dua lokasi mencapai C pada bulan Mei hingga September. Demikian pula dengan kelembaban udara yang mencapai titik terendah hingga % pada bulan Juli dan Agustus. Keadaan ini menyebabkan kehilangan air pada tanaman melalui evapotranspirasi akan semakin besar sehingga

18 38 menghambat metabolisme di dalam sel yang mengakibatkan proses fotosintesis menjadi terhambat. ( cm ) Perkembangan Panjang Daun Lahan Aluv ial Apr-06 Jun-06 Agust-06 Okt-06 Bulan Des-06 Feb-07 Apr-07 ( cm ) Perkembangan Lebar Daun Lahan Aluv ial Apr-06 Jun-06 Agust-06 Okt-06 Bulan Des-06 Feb-07 Apr-07 ( cm ) Perkembangan Tinggi Tanaman Lahan Aluv ial Apr-06 Jun-06 Agust-06 Okt-06 Bulan Des-06 Feb-07 Apr-07 Gambar 12. Perkembangan pertumbuhan tanaman nenas pada lahan gambut dan aluvial Dibandingkan dengan tanaman nenas yang tumbuh dilahan aluvial, tanaman yang tumbuh pada lahan gambut menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik pada pengamatan ke III sampai ke V. Adanya perbedaan jumlah Curah Hujan dikedua

19 39 tempat menyebabkan kandungan air tanah dikedua tempat berbeda. Hal ini tentu saja mempengaruhi proses metabolisme sel sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman pada dua lokasi menjadi berbeda. Fase pembungaan tanaman nenas baik yang tumbuh pada lahan gambut maupun lahan aluvial terjadi pada pengamatan IV, yaitu pada bulan Nopember, dan setelah hari setelah itu buah nenas baru dapat dipanen. Dengan amemasuki fase pertumbuhan refroduktif, maka pada pengamatan V pertumbuhan vegetatif tanamam nenas menjadi terhenti atau lambat sekali. Hasil analisis jaringan daun tanaman menunjukkan bahwa kandungan unsur N, P dan K pada tanaman nenas yaitu 1,01% N, 0,22% P dan 0,71%K untuk gambut, sedangkan untuk tanah aluvial adalah 0,85% N, 0,13% P dan 0,69% K. Data tersebut menyatakan bahwa tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut memiliki kandungan N, P dan K yang lebih tinggi daripada yang tumbuh di lahan aluvial (Gambar 13). Hal ini berhubungan dengan penyerapan unsur hara yang tersedia dari masing-masing tanah untuk pertumbuhan tanaman (Tabel 2). Keadaan ini tentu saja menyebabkan pertumbuhan tanaman nenas yang tumbuh pada lahan gambut lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di lahan aluvial. Kebutuhan unsur hara N dan K yang tinggi pada tanaman nenas karena tanaman ini merupakan tanaman yang sukulen. Untuk mempertahankan sukulensinya maka tanaman memerlukan unsur hara N yang banyak. Poerwowidodo (1992) diacu dalam Safuan (2007) mengemukakan bahwa, pasok nitrogen yang tinggi mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan kemudian diubah menjadi protoplasma dan sebagian kecil dipergunakan menyusun dinding sel. Pengaruh nitrogen dalam meningkatkan bagian protoplasma dibandingkan bagian bahan dinding sel, menimbulkan beberapa akibat seperti peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman lebih sukulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma. Sedangkan pemupukan K pada tanaman akan menurunkan koefisien transpirasi. Peningkatan konsentrasi K di dalam sel akan mempertahankan potensi osmotik dan meningkatkan kemampuan sel-sel untuk mengangkut air dan menahannya.

20 40 1,2 1 ( % N ) 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Lahan Aluvial Mei-06 Agt-06 Nop-06 Feb-07 Mei-07 0,25 0,2 ( % P ) 0,15 0,1 0,05 0 Lahan Aluvial Mei-06 Agt-06 Nop-06 Feb-07 Mei-07 ( % K ) 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Lahan Aluvial Mei-06 Agt-06 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Gambar 13. Kandungan unsur N, P dan K pada jaringan daun tanaman nenas. Kualitas Buah nenas Tanaman nenas yang dibudidayakan pada lahan gambut dan lahan aluvial sebagian besar merupakan tipe Queen. Buah yang dihasilkan dari tanaman nenas tersebut memiliki berat gram, dan memiliki daging buah yang

21 41 berwarna kuning muda apabila mentah dan kuning keemasan apabila telah tua atau matang. Buah nenas yang telah matang biasanya langsung dijual untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki kesegaran dan rasa yang manis. a Aluvial Gambut Buah Matang b Aluvial Gambut Daging Buah Gambar 14. Sampel buah nenas Queen yang berasal dari lahan Aluvial dan lahan Gambut di Kalimantan Barat. (a) sampel buah matang, (b) bentuk dan warna daging buah. Buah yang dihasilkan dari lahan gambut umumnya memiliki ukuran yang lebih besar dari lahan aluvial. Sedangkan dari bentuk morfologi dan warnanya tidak jauh berbeda.

22 42 Tabel 4 memperlihatkan bahwa buah nenas yang berasal dari lahan gambut memiliki keunggulan dibandingkan dengan buah nenas yang berasal dari lahan aluvial terutama pada bobot buah, bobot buah tanpa mahkota, bobot mahkota, jumlah daun mahkota, panjang buah, diameter buah dan kadar air. Sedangkan buah yang berasal dari lahan aluvial memiliki keunggulan pada Padatan Total Terlarut (PTT) dan Asam Total. Tetapi pada rasio PTT/TAT menunjukkan bahwa buah yang berasal dari lahan aluvial memiliki keunggulan pada Padatan Total Terlarut (PTT) dan Asam Total. Tetapi pada rasio PTT/TAT menunjukkan bahwa buah yang berasal dari lahan gambut memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu sebesar 8,45 dan buah dari lahan aluvial sebesar 8,22. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemanisan dari buah nenas yang berasal dari lahan gambut lebih baik jika dibandingkan dengan nenas asal lahan aluvial. Tabel 4 Hasil analisis sampel buah nenas yang berasal dari lahan gambut dan lahan aluvial dibandingkan dengan nenas queen Bogor. Peubah Lahan Gambut Lahan Aluvial Queen Gati Bogor * Queen Hijau Bogor * Bobot buah dengan mahkota (gr) Bobot buah tanpa mahkota (gr) Jumlah daun mahkota (helai) 141,6 128, Tinggi mahkota (cm) 18,35 18, Panjang buah (cm) 16,2 14, Diameter buah (cm) 9,49 8,76 10,78 9,9 Diameter hati (cm) 2,36 2,4 2,43 1,96 Kedalaman mata (cm) 1,63 1,62 1,23 1,1 Padatan total terlarut (Brix) 17,75 20, Asam total (%) 2,1 2,49 5 6,3 ph buah 5,2 4,8 5,5 5,5 Kadar Air (%) 83,91 82,36 *) Deskripsi Plasma Nutfah Koleksi PKBT Dibandingkan dengan nenas queen gati bogor, nenas yang berasal dari lahan gambut memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat pada bobot buah, panjang dan ph buah. Bauah nenas yang berasal dari lahan aluvial

23 43 memiliki bobot yang lebih kecil dari nenas bogor, tetapi memiliki panjang yang hampir sama dengan nenas queen hijau bogor Bobot Buah 1200 Bobot Buah Tanpa Mahkota ( gram ) ( gram ) Kemarau Penghujan Kemarau Penghujan Lahan Aluvial Lahan Aluvial 16.5 Panjang Buah 9.6 Diameter Buah ( cm ) ( cm ) Kemarau Penghujan Kemarau Penghujan Lahan Aluvial Lahan Aluvial Gambar 15. Ukuran buah nenas dari lahan gambut dan alluvial pada musim kemarau dan musim penghujan. Gambar 15 memperlihatkan perbandingan dari buah nenas yang diambil pada musim kemarau dan musim hujan yang berasal dari lahan gambut dan aluvial pada beberapa parameter. Buah nenas yang dipanen pada musim penghujan memiliki ukuran yang lebih besar bila dibandingkan buah yang dipanen pada musim kemarau. Keadaan ini disebabkan ketersediaan air pada tanah dan kelembaban serta suhu udara yang mendukung reaksi biokimia di dalam sel tanaman. Pertumbuhan tanaman tergantung pada aktivitas sistem fotosintesis, sehingga faktor lingkungan yang mendukung menyebabkan fotosintesis berjalan lebih efisien untuk pembentukan asimilat pada buah. Demikian pula dengan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, kecepatan reaksi dan pergerakannya akan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan disekitarnya terutama adanya kelembaban dan suhu tanah yang optimum.

24 44 ( % ) Kadar Air Buah Kemarau Penghujan ( Brix ) Padatan Total Terlarut Kemarau Penghujan Lahan Aluvial Lahan Aluvial ( % ) Asam Total Kemarau Penghujan Lahan Aluvial Kemarau ph Penghujan Lahan Aluvial Gambar 16. Kualitas buah nenas dari lahan gambut dan alluvial pada musim kemarau dan musim penghujan. Kadar air buah nenas pada musim penghujan pada lahan gambut lebih tinggi dibandingkan buah yang dipanen pada musim kemarau (Gambar 16). Kadar air buah yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dengan kelembaban dan kadar air tanah yang cukup tinggi diserap oleh tanaman. Padatan total terlarut tidak menunjukkan perbedaan pada buah yang dipanen pada musim kemarau maupun pada musim penghujan. Demikian pula dengan asam total. Padatan total terlarut dan asam total buah nenas yang berasal dari lahan alluvial lebih tinggi daripada buah yang berasal dari lahan gambut. Hal ini disebabkan karena pengaruh iklim pada lahan aluvial yang memiliki fluktuasi yang lebih tinggi dari lahan gambut menyebabkan peningkatan laju respirasi. Peningkatan kandungan padatan total terlarut dengan kandungan utama gula sederhana mungkin disebabkan oleh laju respirasi yang meningkat, sehingga terjadi pemecahan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks seperti karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini menyebabkan kandungan pati pada buah menurun dan sukrosa yang terbentuk akan terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa (Winarno 2002)

25 45 Hasil Uji organoleptik dari 25 orang fanelis pada sampel buah nenas yang berasal dari dua lokasi tersebut menunjukkan bahwa buah nenas yang berasal dari lahan gambut memang disukai, baik dari rasa maupun dari penampilan buah seperti yang diperlihatkan pada Gambar Lahan Aluvial ( % ) Aroma Keempukan Kereny ahan Kemanisan Int.rs manis Int.rs asam Gambar 17. Hasil uji organoleptik pada buah nenas. Dari hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa buah nenas yang berasal dari lahan gambut lebih disukai karena rasanya yang manis karena intensitas rasa manis dan asamnya yang cocok, sedangkan nenas yang berasal dari lahan aluvial disukai karena kerenyahan dan keempukannya. Input Budidaya pada Secara umum input budidaya tanaman nenas pada lahan gambut dan lahan aluvial ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kualitas buah. Input budidaya pada kedua lokasi akan berbeda sesuai dengan keadaan tempat dan kondisi tanaman yang diamati. a. Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi tanam adalah untuk menjamin agar produksi nenas dapat dioptimalkan dan mencegah kegagalan proses produksi, serta dapat menghasilkan buah sesuai dengan mutu yang ditetapkan. Tujuan dari pemilihan lokasi adalah untuk mendapatkan lahan yang bebas dari penyakit endemis,

26 46 subur dengan lapisan top soil tanah yang cukup tebal dan banyak mengandung humus. Penanaman nenas yang dilakukan pada lahan gambut dilakukan pada lokasi yang datar, dengan ph tanah berkisar 3,9 4,5. Pertumbuhan nenas pada tingkat kemasaman tanah ini cukup baik bagi pertumbuhan dan produksi nenas. Demikian halnya dengan data iklim selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa pada lahan gambut terjadi hujan sepanjang tahun dengan curah hujan rata-rata mm per tahun dengan suhu rata-rata 26-28ºC. b. Pemilihan Benih Pemilihan benih tanaman dianjurkan menggunakan benih yang memiliki daya adaptasi yang baik pada lahan gambut. Tujuan pemilihan benih adalah untuk mendapatkan benih yang berkualitas dan mempunyai daya tumbuh yang baik, ukuran yang seragam, tidak mengandung penyakit dan berproduksi tinggi. Benih dapat diperbanayak dengan menggunakan bagian mahkota (crown), tunas batang (seler batang), seler (sucker) dan tunas akar. Ukuran panjang benih berkisar cm, kelopak daun paling bawah dibuang 4-6 helai (1 cm). c. Persiapan Lahan (Pembersihan) Pembersihan lahan bertujuan untuk menyiapkan lahan agar siap untuk ditanami dengan membuang bahan-bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Pembersihan lahan gambut yang akan ditanami nenas dilakukan dengan membuang sisa-sisa kayu yang besar, membersihkan semak, pohon kecil, cabang dan ranting pohon besar yang doperkirakan dapat menghalangi tanaman muda untuk mendapatkan sinar matahari. Sasaran dari kegiatan ini agar lahan bebas dari sisa kayu besar, semak belukar dan dahan-dahan yang dapat menjadi sumber penularan hama dan penyakit. Sifat daripada gambut yang memiliki kandungan air yang tinggi pada musim penghujan dan sangat kering pada musim kemarau perlu diatasi dengan membuat saluran-saluran air dengan ukuran lebar 1 1,5 meter. Hal ini bertujuan agar keluar masuknya air ke lahan pertanaman melalui pasang surutnya sungai sesuai dengan kebutuhan tanaman. Saluran yang terlalu sempit menyebabkan terjadinya penggenangan pada lahan, dan hal ini tidak

27 47 menguntungkan bagi perkembangan akar tanaman nenas. Saluran yang terlalu lebar akan menyebabkan air mudah terbuang yang menyebabkan lahan menjadi lebih mudah kering. d. Persiapan Lahan (Pengajiran) Pengajiran adalah suatu upaya untuk menentukan posisi tanam sehingga diproleh populasi tanam sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tujuan pengajiran adalah memperoleh jarak tanam yang menjamin tanaman dapat tumbuh optimum. Peralatan yang digunakan dalam pengajiran adalah tali rafia, ajir dan meteran. Ajir dapat terbuat dari bahan bambu atau kayu yang berfungsi intuk menandai dan melubangi tanah. Pengajiran dilakukan dengan membuat tanda menggunakan ajir dengan mengacu pada jarak tanam. Untuk lahan gambut penanaman dilakukan pada pola tanam 1 alur dengan jarak tanamn baris cm dan jarak tanam antar baris cm. Pada areal pengembangan yang lebih luas sebaiknya menggunakan alat ukur theodolit. e. Penanaman Penanaman adalah kegiatan meletakkan benih pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sesuai dengan jarak tanam. Benih ditanam sedalam 5-10 cm, dengan jumlah satu benih per lubang. Tanah dipadatkan/ditekan disekitar pangkal batang nenas agar tanaman tidak mudah roboh dan perakaran nenas dapat mencapai tanah. Kemudian dilakukan penyiraman agar tanah lembab dan basah. Setelah satu bulan setelah tanam segera dilakukan penyulaman. Anakan yang tumbuh pada tanaman nenas hendaknya dipelihara tidak lebih dari 3 anakan saja. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas buah yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. f. Sanitasi Lahan Kebersihan lingkungan tanaman nesa perlu dijaga agar tanaman dapat tumbuh optimal. Penyiangan dilakukan agar pertanaman bebas dari gulma sampai menjelang panen. Kegiatan lain adalah menjarangkan anakan untuk mengatur jumlah anakan maksimal 3 anakan dalam setiap rumpun.

28 48 g. Pemupukan Lahan gambut memiliki kandungan unsur hara yang baik untuk pertumbuhan tanaman nenas. Kendala yang utama adalah tingkat kemasamannya yang tinggi sehingga menyebabkan unsur hara Al, Fe dan Mn yang bersifat racun bagi perakaran tanaman meningkat. Pengapuran perlu dilakukan pada lahan gambut untuk meningkatkan ph tanah agar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman menjadi tersedia, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas buah. Pemupukan N, P dan K perlu dilakukan pada lahan terutama pada kebun-kebun yang telah berumur diatas 5 tahun. Hal ini disebabkan kandungan unsur hara yang ada telah habis diserap oleh perakaran tanaman, terutama yang memiliki jumlah anakan yang banyak. Apabila tanaman tidak dipupuk akan menyebabkan ukuran tanaman dan buah yang semakin kecil. h. Pengendalian OPT Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah upaya pengendalian dengan mengamati dan melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman. Tujuannya adalah untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang mempunyai potensi untuk menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Kegiatan pengendalian dilakukan dengan pengamatan OPT secara dini dan berkala dengan melakukan identifikasi timbulnya hama dan penyakit, mengidentifikasi jenis-jenis OPT yang membahayakan produksi dan mutu, identifikasi cara pengendaliannya, kemudian melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. i. Panen Pemanenan buah dilakukan apabila buah telah menunjukkan ciri matang pohon. Pemanenan buah sebaiknya dilakukan pada pagi hari yaitu antara pukul WIB. Buah yang telah matang pohon dicirikan dengan 20% warna pada pangkal buah berwarna kuning dan pangkal batang buah telah keriput, pangkal mata buah telah menguning. Pelaksanaan panen dilakukan dengan memangkas tangkai dengan pisau. Buah yang dipanen sebaiknya tidak dilempar/dibanting. Pengumpulan hasil

29 49 panen dilakukan dibawah tempat teduh dengan diberi alas (jangan dibiarkan di tanah). Untuk nenas segar, sebelum dilakukan perlakuan lebih lanjut diupayakan menghilangkan panas lapang dengan diangin-anginkan atau disemprot dengan uap air bersih lalu ditutup dengan terpal. j. Sortasi dan Pengkelasan Buah Sortasi dan pengkelasan buah adalah melakukan pemilihan dan pemisahan beradasarkan ukuran dan tingkat kematangan buah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan buah yang baik dan yang rusak serta untuk mendapatkan buah yang seragam. Prosedur pelaksanaan adalah dengan memisahkan buah yang bentuknya abnormal, cacat, luka atau busuk dari buah yang bentuknya normal dan baik. Buah yang muda, terlalu matang atau terlalu kecil serta buah yang memar dan cacat dikatagorikan sebagai out of grade atau di luar kelas. Buah selanjutnya dibersihkan dengan sikat lunak atau dilap dengan kain. k. Pengepakan Buah Pengepakan buah bertujuan untuk menjaga tingkat kesegaran dan mutu produk. Setelah dikelaskan, buah dipak. Pangkal tangkai buah dicelupkan paraffin cair, kemudian buah dengan mahkota disusun pada posisi tidur. Kemasan dapat berupa peti kayu atau kotak karton. Untuk pengangkutan jarak dekat kapasitas maksimum kemasan 50 kg, dan untuk pengangkutan jarak jauh antar buah duberi penyekat yang berbahan lunak.

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2006 sampai dengan Mei 2007. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Penelitian dilaksanakan di daerah Kalimantan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ubi Jalar Cilembu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ubi Jalar Cilembu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ubi Jalar Cilembu Salah satu jenis ubi jalar yang dapat dikonsumsi langsung setelah dipanggang dengan menggunakan oven adalah Ubi Cilembu. Ubi Cilembu sering disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM I. TINJAUAN PUSTAKA Penetapan Kebutuhan Air Tanaman (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM 2.1.2 Ekologi Nenas Sunarjono (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci