BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)"

Transkripsi

1 79 BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN).1. Analisis Hubungan Pelaksanaan Program PLTMH dengan Proses Pembentukan Citra Pelaksanaan program PLTMH dilihat berdasarkan keterlibatan sasaran program dan penilaian sasaran program terhadap manfaat PLTMH. Proses pembentukan citra dinilai dari tingkat penangkapan informasi, tingkat perhatian, serta tingkat pemahaman. Berdasarkan uji korelasi dengan menggunakan rank spearman corellation diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,000 < α (0,10) sehingga H 1 diterima dan H 0 ditolak. Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara pelaksanaan community relations melalui program PLTMH dengan proses pembentukan citra pada sasaran program. Program PLTMH yang sesuai dengan kebutuhan sasaran program membuat masyarakat mudah menyerap informasi terkait PLTMH dan perusahaan, memliki ketertarikan untuk mengetahui program dan perusahaan lebih lanjut, dan memiliki penerimaan yang tinggi terhadap program dan perusahaan. Tabel 25. Hubungan Pelaksanaan Program PLTMH dengan Proses Pembentukan Citra. Proses Pembentukan Citra Cukup Baik Sangat Baik Pelaksanaan Program Cukup Baik Sangat Baik 25 (92. persen) 10 (40.0 persen) 35 (7.3 persen) 2 (7.4 persen) (0.0 persen) 17 (32.7 persen) Tabel 25 memperlihatkan bahwa dua puluh tujuh responden yang memiliki penilaian bahwa pelaksanaan program PLTMH sudah cukup baik cenderung memiliki proses pembentukan citra yang cukup baik juga yaitu sebanyak 25 responden (92, persen), dan dua responden lain (7,4 persen) dengan proses pembentukan citra tinggi. Responden dengan proses pembentukan citra yang sangat baik juga cenderung memiliki proses pembentukan citra yang sangat baik

2 80 juga. Dua puluh lima responden (100,0 persen) yang menilai bahwa program PLTMH telah dilaksanakan dengan sangat baik, sebanyak lima belas responden (0 persen) memiliki proses pembentukan citra yang sangat baik dan sepuluh responden (40 persen) dengan proses pembentukan citra yang cukup baik. Hubungan antara pelaksanaan program PLTMH dengan proses pembentukan citra dilihat melalui hubungan keterlibatan responden dalam program dengan tingkat penangkapan informasi (exposure), hubungan keterlibatan responden dalam program dengan tingkat perhatian (attention), serta hubungan penilaian responden terhadap manfaat program dengan tingkat pemahaman (comprehensive) Analisis Hubungan Keterlibatan Responden dalam Program dengan Tingkat Penangkapan Informasi (Exposure) Keterlibatan responden dalam program yang dimaksud dalam penelitian adalah sejauh mana keikutsertaan sasaran program dalam program yang dilihat dari perencanaan, pembangunan, pengelolaan, hingga keterlibatan sebagai penerima manfaat. Berdasarkan uji korelasi dengan menggunakan rank spearman corellation diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,227 > α (0,10) sehingga H 0 diterima dan H 1 ditolak, sehingga tidak ada hubungan nyata antara keterlibatan dalam program dengan tingkat penangkapan informasi. Tabel 2. Hubungan Keterlibatan dalam Program dengan Tingkat Penangkapan Informasi (Exposure). Keterlibatan dalam Program Sedang Tinggi Tingkat Penangkapan Informasi 17 (73.9 persen) (2.1 persen) 14 (51.7 persen) (43.8 persen) 32 (1.5 persen) (38.5 persen) Tabel 2 memperlihatkan jumlah responden dengan keterlibatan sedang dalam PLTMH cenderung memiliki tingkat penangkapan informasi yang tinggi, yaitu dari dua puluh tiga responden dengan keterlibatan sedang dalam program ternyata tujuh belas responden (73,9 persen) diantaranya memiliki tingkat penangkapan informasi sedang dan enam responden (2,1 persen) memiliki

3 81 tingkat penangkapan informasi yang tinggi. Sebanyak dua puluh sembilan responden dengan tingkat keterlibatan dalam program yang tinggi ternyara lima belas responden (51,7 persen) diantaranya justru memiliki tingkat penangkapan informasi sedang dan hanya empat belas responden (48,3 persen) dengan keterlibatan tinggi yang memiliki tingkat penangkapan informasi tinggi juga. Data tersebut tidak menunjukkan bahwa semakin tinggi keterlibatan dalam program maka tingkat penangkapan informasinya pun semakin tinggi. Hal ini dimungkinkan karena keterlibatan responden dalam perencanaan tidak berarti sasaran program memiliki peran tertentu dalam pengambilan keputusan. Responden memiliki keterlibatan yang cukup tinggi sebagai penerima program dan dalam pengelolaan dengan mengikuti ronda rutin sesuai jadwal yang disusun lebih dikarenakan kewajiban untuk menjalankan kesepakatan yang disusun bersama dengan warga lainnya supaya mereka mendapatkan aliran listrik dari PLTMH dengan ikut ronda dan membayar iuran rutin tiap bulan. Keterlibatan ini tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penangkapan informasi mereka terhadap pengetahuan terhadap PLN, PLTMH, maupun upaya perusahaan. Tabel 27. Hubungan Manfaat Program dengan Tingkat Penangkapan Informasi (Attention). Manfaat Program Cukup Bermanfaat Sangat Bermanfaat Tingkat Penangkapan Informasi 2 (81.3 persen) (18.7 persen) 14 (30.0 persen) (70.0 persen) 37 (1.5 persen) (38.5 persen) 32 Dalam penelitian kali ini justru tingkat perhatian dipengaruhi oleh manfaat program yang dirasakan oleh responden sebagai sasaran program. Uji korelasi dengan menggunakan rank spearman corellation diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel manfaat program dengan tingkat penangkapan informasi 0,512, dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,000 < α (0,01) sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti terhadap hubungan antara manfaat program dengan tingkat penangkapan informasi pada responden. Kedua variabel ini

4 82 memiliki hubungan signifikan. Tabel 27 memperlihatkan responden dengan penilaian terhadap program berdasarkan manfaat yang dirasakan dengan tingkat penangkapan informasi yang dimiliki. Tiga puluh dua responden yang menilai program PLTMH cukup bermanfaat cenderung memiliki tingkat penangkapan informasi sedang yaitu sebanyak 2 responden (81,3 persen) dan enam responden lain (18,7 persen) memiliki tingkat penangkapan informasi tinggi. Sebanyak dua puluh responden yang menilai PLTMH sangat bermanfaat memiliki tingkat penangkapan informasi yang tinggi juga, yaitu empat belas responden (70,0 persen) memiliki tingkat penangkapan informasi tinggi dan enam responden lain (30,0 persen) memiliki tingkat penangkapan informasi sedang Analisis Hubungan Keterlibatan Responden dalam Program dengan Tingkat Perhatian (Attention) Pengujian hubungan keterlibatan responden dalam program dengan tingkat perhatian ditujukan untuk melihat apakah responden dengan keterlibatan yang tinggi terhadap program juga memiliki tingkat perhatian atau tingkat afektif yang tinggi juga. Berdasarkan uji korelasi variabel keterlibatan program dengan tingkat perhatian didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,703 > α (0,10) sehingga H 0 diterima dan H 1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan bahwa keterlibatan responden dalam program mempengaruhi tingkat perhatian. Data pada Tabel 28 menunjukkan bahwa dua puluh tiga responden dengan tingkat keterlibatan dalam program sedang ternyata sebagian besar yaitu tujuh belas responden (73,9 persen) memiliki tingkat perhatian sedang dan enam responden lain (2,1 persen) memiliki tingkat perhatian sedang. Sebanyak dua puluh sembilan responden dengan tingkat keterlibatan dalam program yang tinggi ternyata cenderung memiliki tingkat perhatian sedang dibandingkan tinggi, karena dua puluh responden (70 persen) dari dua puluh sembilan responden dengan keterlibatan tinggi dalam program ternyata memiliki tingkat perhatian sedang dan hanya sembilan responden (30 persen) yang memiliki tingkat perhatian tinggi. Hal ini dipengaruhi karena PLTMH yang selama ini pernah mengalami kematian selama beberapa bulan mengakibatkan responden merasa bahwa PLN melalui program PLTMH belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan listrik di

5 83 Lebak Picung walau memang selama ini program PLTMH PLN mampu menghasilkan daya listrik yang lebih besar dibandingkan PLTS maupun turbin kecil. Tabel 28. Hubungan Keterlibatan dalam Program dengan Tingkat Perhatian (Attention). Keterlibatan dalam Program Sedang Tinggi Tingkat Perhatian 17 (73.9 persen) (2.1 persen) 9 (9.0 persen) (31.0 persen) 37 (71.2 persen) (28.8 persen) 23 Tingkat perhatian justru dipengaruhi oleh manfaat yang dirasakan responden terhadap program. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung yang diperoleh sebesar 0,043 < α (0,05) dengan nilai korelasi yang berarti terdapat hubungan signifikan antara manfaat program yang dirasakan responden dengan tingkat perhatian, walaupun hubungan yang ada tersebut rendah. Tabel 29. Hubungan Manfaat Program dengan Tingkat Perhatian (Attention). Manfaat Program Sedang Tinggi Tingkat Perhatian 2 (81.3 persen) (18.7 persen) 11 9 (55.0 persen) (45.0 persen) 37 (71.2 persen) (28.8 persen) 32 Sebuah program yang bermanfaat dan mampu memenuhi kebutuhan responden akan meningkatkan tingkat perhatian sasaran program terhadap program dan perusahaan pelaksana program. Semakin program tersebut memberikan manfaat yang positif maka tingkat afektif atau perhatian penerima program akan semakin tinggi juga. Responden yang menilai bahwa PLTMH memberikan manfaat bagi mereka maka responden juga makin merasa bahwa PLN telah berusaha untuk hidup berdampingan dengan mereka.

6 Analisis Hubungan Manfaat Program dengan Tingkat Pemahaman (Comprehensive) Penilaian responden terhadap manfaat program dilihat dari sejauh mana responden menilai PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga mereka dibandingkan pembangkit lain yang pernah mereka miliki seperti PLTS maupun turbin kecil, manfaat lain seperti pemenuhan kebutuhan informasi, peningkatan minat belajar anggota keluarga, peningkatan perekonomian keluarga, maupun interaksi antar anggota keluarga dan masyarakat di malam hari setelah adanya PLTMH. Variabel manfaat program ini dihubungkan dengan variabel tingkat pemahaman, dimana tingkat pemahaman dalam penelitian ini memfokuskan pada kesediaan sasaran program untuk menjaga keberlangsungan PLTMH, kesediaan menjadi pengurus atau turut aktif dalam kegiatan yang menyangkut program, kesediaan menerima perusahaan untuk menjalankan program lain di sekitar lokasi mereka tinggal dan menjadi pengelola dalam program baru tersebut, serta pemahaman bahwa dengan adanya manfaat yang dirasakan PLN telah menjadi sahabat bagi mereka. Tabel 30. Hubungan Manfaat Program dengan Tingkat Pemahaman (Comprehensive). Manfaat Program Cukup Bermanfaat Sangat Bermanfaat Tingkat Pemahaman 29 3 (90. persen) (9.4 persen) 11 9 (55.0 persen) (45.0 persen) (7.9 persen) (33.1 persen) 32 Berdasarkan uji korelasi antara variabel manfaat program dengan tingkat pemahaman didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,002 > α (0,01). Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel dengan hubungan yang positif dimana semakin program memberikan manfaat bagi sasaran program maka tingkat pemahaman (comprehensive) juga semakin tinggi. Tabel 30 menunjukkan bahwa responden yang menilai PLTMH cukup bermanfaat cenderung memiliki tingkat pemahaman sedang, yaitu sebanyak 29 responden (90, persen) dari 32 responden yang menilai program PLTMH dari PLN cukup bermanfaat, sedangkan tiga responden (9,4 persen) lain

7 85 memiliki tingkat pemahaman tinggi. Dua puluh responden (100,0 persen) yang menilai PLTMH sangat bermanfaat, terdapat sebelas responden (55,0 persen) memiliki tingkat pemahaman sedang dan sembilan responden (45,0 persen) memiliki tingkat pemahaman tinggi. Berdasarkan data tersebut maka pelaksana community relations dalam memberikan sebuah program pemberdayaan perlu memperhatikan kebutuhan utama sasaran program. Melalui kebutuhan utama tersebut dirancanglah sebuah program yang sesuai agar tingkat penangkapan informasi, tingkat perhatian, serta tingkat perhatian sasaran progran terhadap program maupun terhadap perusahaan sebagai pelaksana program pun semakin tinggi. Masyarakat sebagai sasaran program bisa mendapatkan program yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan perusahaan sebagai pemberi program juga akan memperoleh penilaian yang positif dari masyarakat, sehingga program community relations yang dijalankan bisa memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak.2. Analisis Hubungan Proses Pembentukan Citra.2.1. Analisis Hubungan Tingkat Penangkapan Informasi (Exposure) dengan Tingkat Perhatian (Attention) Tahap pembentukan citra dimulai dengan tahap penangkapan informasi, dengan adanya informasi yang memadai pada sasaran program maka akan mempengaruhi tingkat perhatian sasaran program. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,001 < α (0,01) yang berarti terdapat hubungan signifikan dan hubungan positif, yaitu semakin tinggi tingkat penangkapan informasi responden maka tingkat perhatian responden juga semakin tinggi. Berdasarkan Tabel 31 diketahui bahwa responden dengan tingkat penangkapan sedang cenderung memiliki tingkat perhatian sedang, dan responden dengan tingkat penangkapan informasi tinggi juga cenderung memiliki tingkat perhatian yang tinggi. Responden dengan informasi yang memadai tentang program dan perusahaan akan memiliki perhatian terhadap program dan perusahaan yang ditunjukkan dengan ketertarikan untuk mengetahui program dan perusahaan lebih lanjut.

8 8 Tabel 31. Hubungan Tingkat Penangkapan Informasi (Exposure) dengan Tingkat Perhatian (Attention). Tingkat Penangkapan Informasi Sedang Tinggi Tingkat Perhatian 28 4 (87.5 persen) (12.5 persen) 9 11 (45.0 persen) (55.0 persen) 37 (71.2 persen) (28.8 persen) 32 Tiap perusahaan harus memperhatikan proses pembentukan citra, dengan memperhatikan tingkat penangkapan informasi pada sasaran program agar mereka lebih mengetahui upaya perusahaan untuk memberdayakan dan melakukan komunikasi dengan masyarakat melalui program PLTMH serta mengenal perusahaan dengan baik. Tingkat perhatian responden ditunjukkan melalui perasaan dan keyakinan bahwa program tersebut dapat memberikan dampak positif pada dirinya. Semakin tinggi informasi dan pengetahuan terhadap program dan perusahaan akan memberikan pengaruh pada tingginya keyakinan bahwa program dan perusahaan dapat memberikan pengaruh yang baik baginya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa manfaat program yang dirasakan masyarakat mempengaruhi tingkat penangkapan informasi dan tingkat perhatian responden, maka program pemberdayaan harus nyata sesuai dengan kebutuhan masyarakat sasaran program Analisis Hubungan Tingkat Perhatian (Attention) dengan Tingkat Pemahaman (Comprehensive) Responden dengan tingkat perhatian yang tinggi akan memiliki tingkat pemahaman yang cenderung tinggi juga. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung yang diperoleh sebesar 0,001 < α (0,01). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat perhatian dengan tingkat pemahaman. Hubungan positif antara kedua variabel memperlihatkan bahwa semakin tinggi tingkat perhatian maka tingkat pemahaman pada responden juga akan semakin tinggi. Responden dengan ketertarikan yang tinggi dari keyakinan yang dimiliki terhadap program dan perusahaan akan cenderung memiliki penerimaan yang tinggi. Penerimaan ini berdasarkan kesediaan menerima program dan perusahaan.

9 87 Tabel 32. Hubungan Tingkat Perhatian (Attention) dengan Tingkat Pemahaman (Comprehensive). Tingkat Perhatian Sedang Tinggi Tingkat Pemahaman 33 4 (89.2 persen) (10.8 persen) 7 8 (4.7 persen) (53.3 persen) (7.9 persen) (23.1 persen) 37 Tabel 32 memperlihatkan bahwa responden dengan tingkat perhatian yang sedang cenderung memiliki tingkat pemahaman yang sedang, sedangkan responden dengan tingkat perhatian tinggi akan memiliki tingkat pemahaman yang tinggi juga. Responden yang memiliki kepercayaan terhadap perusahaan dan program, maka tingkat pemahaman responden akan cenderung tinggi. Melalui keyakinan yang dimiliki bahwa program atau perusahaan bisa memberikan manfaat yang positif bagi sasaran program, maka tingkat penerimaan yang dimiliki pun akan semakin tinggi, namun jika sasaran program memiliki keyakinan bahwa program atau perusahaan tidak memberikan manfaat positif bagi mereka maka tingkat penerimaan pun akan rendah..3. Analisis Hubungan Proses Pembentukan Citra dengan Citra Perusahaan yang Terbentuk Proses pembentukan citra perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan tingkat penangkapan informasi, tingkat perhatian, serta tingkat pemahaman sasaran program. Sedangkan citra perusahaan dilihat berdasarkan penilaian responden terhadap personality, reputation, value ethic, serta corporate identity pemberi program yang dalam kasus ini merupakan PLN. Uji korelasi dengan menggunakan rank spearman menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) hitung sebesar 0,000 < α (0,01). Hasil uji korelasi ini menunjukkan signifikansi hubungan antara proses pembentukan citra dengan citra perusahaan yang terbentuk. Hubungan positif antara kedua variabel menunjukkan bahwa semakin baik proses pembentukan citra pada sasaran program yaitu semakin tinggi tingkat penangkapan informasi, tingkat perhatian, serta tingkat pemahaman maka citra perusahaan yang terbentuk pun semakin positif.

10 88 Tabel 33. Hubungan Proses Pembentukan Citra dengan Citra Perusahaan. Proses Pembentukan Citra Cukup Baik Sangat Baik Citra Perusahaan Cukup Baik Sangat Baik 29 (82.9 persen) (17.1 persen) 11 (35.3 persen) (4.7 persen) (7.3 persen) (32.7 persen) Data pada Tabel 33 menunjukkan bahwa responden yang memiliki proses pembentukan citra yang cukup baik yaitu sebanyak 35 responden (100,0 persen), dan 29 responden (82,9 persen) diantaranya cenderung menilai perusahaan dengan citra yang cukup baik, dan yang lain (17,1 persen) menilai PLN dengan citra sangat baik. Sedangkan responden dengan proses pembentukan citra perusahaan yang baik cenderung menilai perusahaan dengan citra yang sangat baik, yaitu dari tujuh belas responden (100,0 persen) dengan proses pembentukan citra perusahaan baik, sebanyak sebelas responden (4,7 persen) menilai PLN sebagai perusahaan dengan citra yang sangat baik. Pada penelitian ini, sebagian besar responden yaitu sebanyak 7,3 persen memiliki proses pembentukan citra yang sedang atau cukup baik, ini berdasarkan tingkat penangkapan informasi sebagian besar responden yang memang sedang, dimana responden tidak mengetahui tentang prosuder penggantian alat jika mengalami kerusakan. Warga Lebak Picung hanya mengetahui satu nama orang PLN dari PLN-JP Bandung dan tidak ada yang mengenal nama dari PR PLN. Hal ini membuat kerusakan yang pernah terjadi pada mesin PLTMH, membuat perwakilan warga pergi ke Bandung tanpa mengetahui prosuder ataupun informasi lebih lanjut selain nama salah satu pegawai PLN, dan tak membuahkan hasil. Ini menjadi salah satu penyebab personality dari citra PLN tidak sepenuhnya baik, terdapat responden yang menilai PLN belum menjadi perusahaan yang dapat dipercaya karena penggantian alat yang semula dalam perjanjian menjadi tanggung jawab PLN namun karena ketidaktahuan prosedur yang harus dilakukan sasaran program menyebabkan merea harus membeli sendiri alat tersrbut.

11 89 Berkaitan dengan pengalaman PLTMH yang sempat mengalami kematian saat musim kemarau karena debit air sungai yang sedikit menyebabkan sasaran program memiliki tingkat afektif dalam tingkat perhatian yang sedang juga. Sasaran program belum sepenuhnya merasa bahwa program PLTMH yang dilakukan PLN mampu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung. Tingkat perhatian yang sedang menyebabkan responden menilai citra PLN dengan personality yang belum sepenuhnya baik karena kinerja yang ditunjukkan belum bagus. Sebenarnya pelaksanaan PLTMH sepenuhnya diserahkan perusahaan kepada masyarakat untuk mandiri memelihara dan menjaga keberlangsungan PLTMH. PLTMH tergantung pada potensi yang ada disana, yaitu aliran sungai Ciambulawung. Tidak adanya hujan dan adanya sampah di aliran sungai menjadi salah satu penyebab matinya PLTMH, sebagian warga mengetahui sepenuhnya bahwa PLTMH tergantung dengan debit air sungai sehingga mereka menjaga agar tidak menebang pohon sembarangan dan tidak membuang sampah ke sungai, namun sebagian responden tetap menganggap kematian itu disebabkan oleh ketidakadaannya pihak PLN yang mengontrol secara rutin ke lokasi mereka. PLTMH sebenarnya dilakukan PLN dengan konsep mandiri energi, yaitu masyarakat sebagai sasaran program mampu memanfaatkan potensi yang ada di daerah mereka, menjaga dan mengelola secara mandiri sehingga PLN tidak melakukan pengontrolan rutin karena daerah sasaran program CSR PLN menyebar di seluruh Indonesia. Namun ini diartikan lain oleh masyarakat, dan membuat penilaian terhadap citra perusahaan tidak sepenuhnya baik. Dampak positif dari PLTMH yang dirasakan langsung oleh sasaran program menyebabkan sebagian responden memiliki tingkat perhatian yang tinggi. Tingkat perhatian tinggi responden menyebabkan mereka menilai citra PLN dengan reputation yang baik, sebagai perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan semata namun peduli dengan kesejahteraan masyarakat dan telah menjadi perusahaan yang peduli dengan kebutuhan listrik masyarakat walaupun berada di daerah yang sulit dijangkau seperti lokasi mereka tinggal. Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi karena memiliki kesediaan menjaga keberlangsungan PLTMH, penerimaan yang tinggi terhadap PLN untuk melakukan kegiatan atau program lain di sekitar lokasi mereka tinggal,

12 90 namun responden keberatan menjadi pengurus atau pengelola. Hal ini mempengaruhi penilaian responden terhadap citra perusahaan. Secara garis besar citra perusahaan yang terbentuk pada sasaran program community relations melalui PLTMH sudah cukup baik, sebanyak 35 responden (7,3 persen) menilai PLN dengan citra yang sedang yaitu tidak terlalu baik namun tidak juga buruk, tujuh belas responden lain (33,7 persen) menilai PLN dengan citra yang sangat baik, dan tidak terdapat responden yang menilai PLN dengan citra yang buruk. Program Community Relations melalui PLTMH yang memiliki manfaat positif bagi sasaran program berpengaruh pada tingginya proses pembentukan citra, proses pembentukan citra yang baik mempengaruhi penilaian responden terhadap citra PLN dengan baik juga.

BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH

BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH 46 BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH Selain PLTMH, beberapa rumah tangga di Lebak Picung mendapatkan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 28 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif, yang dilakukan untuk menganalisis pembentukan citra perusahaan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORETIS

BAB II PENDEKATAN TEORETIS 5 BAB II PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Public Relations Cutlip et all (2000) menyatakan public relations sebagai fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara

BAB IV PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara BAB IV PENUTUP Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara variabel tingkat pengetahuan mengenai interior Jawa terhadap variabel citra corporate identity Mirota Batik, dimana

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY RELATIONS

ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY RELATIONS ISSN : 1978-4333, Vol. 06, No. 01 ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY RELATIONS Coprorate Image Analysis on The Implementation of Community Relations Programs

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP

BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH PEMULA 3.1 Validitas dan Reliabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini dalam menunjang kemajuan masyarakat. Mudah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini dalam menunjang kemajuan masyarakat. Mudah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan energi listrik amat vital dalam kehidupan masyarakat dewasa ini dalam menunjang kemajuan masyarakat. Mudah diamati listrik sangat diperlukan dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi kemajuan secara keseluruhan suatu bangsa. Saat ini di dunia sedang mengalami krisis energi dan khususnya

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN 6.1. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Dampak Sosial 6.1.1. Analisis Uji Hipotesis Penelitian Hipotesis

Lebih terperinci

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan

Lebih terperinci

Model Desa Mandiri Energi Berbasis Mikrohidro di Sekitar Taman Nasional

Model Desa Mandiri Energi Berbasis Mikrohidro di Sekitar Taman Nasional Model Desa Mandiri Energi Berbasis Mikrohidro di Sekitar Taman Nasional Y. Aris Purwanto 1,2), Lilik B. Prasetyo 2), Ellyn K. Damayanti 2), dan Rais Sonaji 2) *Departemen Teknik Pertanian, Fateta IPB **Pusat

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Terima Kasih atas kesediaan Saudara / saudari yang telah berpartisipasi

KUESIONER PENELITIAN. Terima Kasih atas kesediaan Saudara / saudari yang telah berpartisipasi 101 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Dengan Hormat, Terima Kasih atas kesediaan Saudara / saudari yang telah berpartisipasi untuk mengisi dan menjawab seluruh pernyataan yang ada dalam kuesioner ini. Penelitian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis. No.79, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 54 BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 6.1 Karakteristik Responden Penelitian ini memiliki responden sebanyak 30 orang, jumlah ini didapatkan dari banyaknya aparatur Desa Bantarjati, dari mulai anggota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR ISI ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL...viii DAFTAR GAMBAR...x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Identifikasi Masalah...5 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...5

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan karena penulis tertarik pada topik yang membahas mengenai peranan anggaran biaya produksi untuk menunjang efektivitas pengendalian biaya produksi, dimana anggaran biaya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis. No.351, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun 2015. Penggunaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2014 KEMEN ESDM. Dana Alokasi Khusus. Perdesaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASA HASIL PEELITIA Pada bab ini akan diuraikan hubungan masing-masing variabel pelatihan dan motivasi terhadap penguasaan keterampilan kerja. Untuk menguji hipotesa dan menghitung seberapa

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melakukan segala aktivitas, kita tidak akan pernah lepas dari energi listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal

2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal No.91, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. DAK Fisik Penugasan Bidang Energi Skala Kecil. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb No.112, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Dana. Alokasi Khusus. Energi Skala Kecil. Penggunaan. Tahun Anggaran 2016. Juknis PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LISTRIK PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP MEREK DAN LEAFLET

BAB VI PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP MEREK DAN LEAFLET BAB VI PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP MEREK DAN LEAFLET 6.1. Persepsi Responden Terhadap Merek Pada penelitian ini responden diminta untuk mengisi kuesioner terkait dengan penilaian mereka terhadap desain

Lebih terperinci

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Logistik atau yang disebut model LOGIT untuk mengidentifikasi atribut-atribut

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi peran stakeholders dalam penyelenggaraan program agropolitan di Desa Karacak maka semakin

Lebih terperinci

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok. BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Deskripsi Perumahan Cipinang Elok Perumahan Cipinang Elok terletak di Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Perumahan ini memiliki dua pintu gerbang utama,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dapat dibangun apabila terdapat debit air dan tinggi jatuh yang cukup sehingga kelayakannya dapat tercapai.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan tidak akan pernah terlepas dari sumber daya yang dimilikinya, salah satu yang termasuk didalamnya adalah Sumber Daya Manusia. Karena Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dan merupakan sumber air yang penting bagi masyarakat di sekitarnya yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal pelanggan dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan motivasi pelanggan dalam melakukan pembelian komoditas teh atau kelapa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.64,2012 PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LISTRIK

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Lokasi penelitian dilakukan di sekitar Bogor, bagi pemilik dan pengendara mobil pribadi. Lokasi yang aksidental berada di sekitar kampus IPB, Indraprasta

Lebih terperinci

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik Toha Ardi Nugraha Program/Tahapan Manajemen Energi (Craig B. Smith,1981) Tahap inisiasi : Komitmen manajemen; Koordinator manajemen energi; Komite manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY RELATIONS

ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY RELATIONS 1 ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY RELATIONS (Studi Kasus Program Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Dusun Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada tahun 2013 salah satu brand dari perusahaan Unilever Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada tahun 2013 salah satu brand dari perusahaan Unilever Indonesia yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2013 salah satu brand dari perusahaan Unilever Indonesia yaitu Wipol melaksanakan sebuah program baru yang diberi nama Aksi Anti Kuman Wipol. Wipol merupakan

Lebih terperinci

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang

BAB I PENDAHULUAN. (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan potensi sumber energi yang besar, karena pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir). Tenaga air (hydropower)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN BAURAN PROMOSI TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN HONEY MADOE

BAB VII HUBUNGAN BAURAN PROMOSI TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN HONEY MADOE BAB VII HUBUNGAN BAURAN PROMOSI TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN HONEY MADOE 7.1. Hubungan Bauran Promosi Terhadap Efektivitas Komunikasi Pemasaran HONEY Madoe Bauran komunikasi pemasaran meliputi

Lebih terperinci

VII ANALISIS KETERKAITAN HASIL AHP DENGAN CVM

VII ANALISIS KETERKAITAN HASIL AHP DENGAN CVM VII ANALISIS KETERKAITAN HASIL AHP DENGAN CVM Studi AHP menghasilkan prioritas utama teknologi pengomposan dan incenerator untuk diterapkan dalam pengolahan sampah di Jakarta Timur. Teknologi pengomposan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah melaksanakan semua kegiatan dalam penelitian ini, dapat

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah melaksanakan semua kegiatan dalam penelitian ini, dapat BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Setelah melaksanakan semua kegiatan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan simpulan mengenai kemampuan siswa dalam memahami teks bahasa Inggris dan pengaruh

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN 7.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kesukaan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesehatan. Subjek penelitian ini adalah konsumen produk hijau. Pemilihan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kesehatan. Subjek penelitian ini adalah konsumen produk hijau. Pemilihan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian Seting penelitian ini adalah pembelian produk hijau. Produk hijau sendiri memiliki konsep produk yang tidak merusak lingkungan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kondisi globalisasi ekonomi yang terjadi saat ini menyebabkan semakin tajamnya persaingan bisnis antar perusahaan dan menyebabkan kegiatan bisnis bertambah kompleks. Kompleksitas kegiatan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik serta pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan budaya turun

BAB I PENDAHULUAN. yang baik serta pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan budaya turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Curug Sigay adalah sebuah air terjun setinggi 10 meter yang terletak di kelurahan Isola, kecamatan Sukasari kota Bandung, Jawa Barat. Terletak diantara pemukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan energi listrik semakin hari semakin meningkat, baik untuk konsumsi beban skala kecil seperti rumah tangga maupun untuk skala besar seperti

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO

KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO 4.1 Mengenal Korelasi 56 4.2 Kegunaan Korelasi 4.3 Konsep Linieritas dan Korelasi 57 4.4 Asumsi Asumsi Dalam Korelasi 4.5 Karakteristik Korelasi 58 4.6 Pengertian Koefesien

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT 55 BAB VII HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN EFEKTIVITAS IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Berdasarkan efek yang ditimbulkannya, efek iklan yang menggunakan media massa terhadap khalayak dibedakan menjadi tiga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam pasar yang semakin kompetitif, organisasi yang tidak melaksanakan perbaikan akan kehilangan daya saingnya. Oleh karena itu suatu perusahaan harus memiliki keunggulan dibanding para pesaingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan

Lebih terperinci

Hasil Pengujian Chi-Squere. 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja

Hasil Pengujian Chi-Squere. 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja LAMPIRAN 93 Lampiran 1 Hasil Pengujian Chi-Squere 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja Nominal by Nominal Contingency Coefficient.383.001 H0: tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kondisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha. 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Desa Buminagara merupakan sebuah desa di Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa

Lebih terperinci

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM VI ANALISIS HASIL STUDI CVM 1. Karakteristik Rumah Tangga Jakarta Timur Dalam Masalah Sampah Hasil studi CVM menunjukkan bahwa dari 200 responden rumah tangga, 75% diantaranya membayar retribusi kebersihan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden 4.1.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Seluruh responden penelitian di Kantor Konsultan Pajak HB&P adalah laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

Disusun oleh : N a m a : Sartika Sari Dewi N P M : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Ir. Tety Elida Siregar, MM

Disusun oleh : N a m a : Sartika Sari Dewi N P M : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Ir. Tety Elida Siregar, MM ANALISIS HUBUNGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN, FARMASI, TRANSPORTASI DAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun oleh

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian-pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data-data

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI 2016 SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI PT PLN (PERSERO) PUSAT PEMELIHARAAN KETENAGALISTRIKAN 2016 Halaman : 2 dari 16 Kegiatan : Pelaksanaan Pekerjaan Survey Potensi PLTM Kananggar & Nggongi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Studi Kasus Program SAHABAT PLN di PT PLN (Persero), objek penelitiannya yaitu

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Studi Kasus Program SAHABAT PLN di PT PLN (Persero), objek penelitiannya yaitu BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Objek Penelitian Pada penelitian mengenai Pengaruh Program CSR Terhadap Citra Perusahaan: Studi Kasus Program SAHABAT PLN di PT PLN (Persero), objek penelitiannya yaitu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai ribuan. Dari sekian banyak pulau tersebut belum semua pulau yang dihuni manusia dapat menikmati

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemba

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemba No.963, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Tenaga Listrik. 10 MW. PLTA. Pembelian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PEMBELIAN

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian mengenai hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui penerapan program CSR terhadap kepuasan publik dan perilaku konflik didesain

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK 6.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Kepedulian, dan Ekuitas Merek

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan adalah inti dari komunikasi yang dijalankan oleh Public Relations

BAB I PENDAHULUAN. Pesan adalah inti dari komunikasi yang dijalankan oleh Public Relations BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesan adalah inti dari komunikasi yang dijalankan oleh Public Relations dalam suatu perusahaan, karena Public Relations yang bertugas untuk mengkomunikasikan

Lebih terperinci

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo Kampung Wonorejo merupakan Kampung yang mempunyai masalah pada lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian aaaaaaapenelitian ini dilakukan pada Wajib Pajak kendaraan bermotor di kantor SAMSAT Kota Magelang. Populasi menurut Sugiyono (2013) merupakan obyek/subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan akan energi hampir semua negara meningkat secara sinigfikan. Tetapi jika dilihat dari energi yang dapat dihasilkan sangat terbatas dan juga masih sangat mahal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii LANDASAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU BK

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii LANDASAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU BK DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Pada penelitian ini penulis akan menggunakan metode penelitian Kuantitatif. Menurut Ruslan (2010:24) metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. geografis dimana daerah tersebut berada sangat jauh dari jaringan listrik. Hal ini

I. PENDAHULUAN. geografis dimana daerah tersebut berada sangat jauh dari jaringan listrik. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah terpencil di Indonesia masih banyak yang belum terjangkau listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Faktor yang mempengaruhi adalah letak geografis dimana daerah

Lebih terperinci

terpaksa antri atau harus berjalan jauh puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih. Sebaliknya, ketika musim hujan tiba, air menjadi banyak

terpaksa antri atau harus berjalan jauh puluhan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih. Sebaliknya, ketika musim hujan tiba, air menjadi banyak Di bab awal kamu telah mendapat penjelasan tentang lingkungan alam dan buatan. Lalu bagaimanakah cara memelihara lingkungan alam dan buatan? Bagaimana dampak jika tidak memelihara lingkungan dengan baik?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan hidup perekonomian dalam suatu negara yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

Kata kunci: Kelompok, partisipasi, pengelolaan sampah.

Kata kunci: Kelompok, partisipasi, pengelolaan sampah. PARTISIPASI ANGGOTA MASYARAKAT KELOMPOK PEDULI LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA KARANG TENGAH IMOGIRI M.Joni Iskandar / 00008 Ir. Siti Yusi Rusimah. MS / Dr. Ir. Indardi. M.Si Program

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro I. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama dalam pemuatan PLTMH yaitu air (sebagai sumber energi), turbin, dan generator. Air yang mengalir

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG PROSEDUR PEMBELIAN TENAGA LISTRIK DAN/ATAU SEWA MENYEWA JARINGAN DALAM USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly,

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Energi listrik memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha meningkatkan mutu kehidupan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Keterbatasan penyediaan energi listrik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BERITA NEGARA. No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA DIVESTASI SAHAM DAN MEKANISME PENETAPAN HARGA SAHAM DIVESTASI PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci