BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Benny Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena merebaknya anak jalanan merupakan persoalan sosial yang kompleks. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Keberadaan anak jalanan yang berada hampir di setiap kota-kota besar termasuk halnya di Kota Semarang telah menjadi permasalahan sosial yang serius (Effendy, Frieda, Warsono, 2008). Berdasarkan survei dari Dinas Sosial Kota Semarang dan LSM-LSM lainnya, sebelum krisis moneter pada tahun 1997 di Kota Semarang didapati ada anak jalanan tetapi setelah tahun didapati jumlah anak jalanan meningkat menjadi 1800 anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan anak jalanan merupakan fenomena gunung es yang terjadi peningkatan baik dalam jumlah maupun wilayah penyebarannya. Menurut Ketua PAJS (Persatuan Anak Jalanan Semarang) Winarto, anak anak jalanan banyak berasal dari Kota Semarang, yaitu sebesar 60 persen dan 40 persen berasal dari luar Kota Semarang. Anak- anak jalanan menyebar di berbagai titik Kota Semarang di antaranya: kawasan Tugu Muda, Simpang Lima, Pasar Johar, Bundaran Kalibanteng, Perempatan Metro, Pasar Karangayu, dan Swalayan ADA Banyumanik (Jawa Pos, 21 juli 2008). 1
2 2 Anak jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan waktu di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anakanak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua atau keluarga (Handayani, dalam Huraerah, 2006). Sementara, definisi yang dirumuskan dalam Lokakarya Kemiskinan dan Anak Jalanan, yang diselenggarakan Departemen Sosial pada tanggal 25 dan 26 Oktober 1995, anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya. Definisi tersebut, kemudian dikembangkan oleh Johanes (dalam Huraerah, 2006) yang menyebutkan bahwa anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan orangtua/keluarga. Anak jalanan biasanya berusia 5-18 tahun yang menjadi bagian dari kehidupan di perkotaan. Mereka melaksanakan aktivitas di luar rumah, seperti di jalan raya, pasar, mall, tempat rekreasi, pelabuhan, terminal dan tempat pembuangan sampah (Suradi, 2011). Masalah anak jalanan tidak dapat lepas dari beberapa hal: pertama masih berlangsungnya kemiskinan struktural di dalam masyarakat. Kedua, keberadaan anak jalanan tersebut telah dirasakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai suatu bentuk gangguan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badiiyanto dkk (dalam Siregar dkk., 2006) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
3 3 menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena dorongan ekonomi keluarga, ingin bebas, dan ingin memiliki uang sendiri karena pengaruh teman. Selain itu, kekerasan dalam keluarga banyak diungkapkan sebagai salah satu faktor yang mendorong anak lari dari rumah dan pergi ke jalanan. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anak memang dapat terjadi di semua lapisan sosial masyarakat. Namun, pada lapisan masyarakat bawah/miskin, kemungkinan terjadinya kekerasan lebih besar dengan tipe kekerasan yang lebih beragam. Tipe-tipe kekerasan bisa berupa kekerasan mental, kekerasaan fisik dan kekerasan seksual. Seorang anak bisa mengalami lebih dari satu tipe kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarganya. Anak yang turun ke jalanan akibat menjadi korban kekerasan mental, sebagian besar dalam bentuk dimarahi, atau merasa tidak dipercaya dan selalu disalahkan oleh anggota keluarganya. Pergi ke jalanan dinilai sebagai upaya untuk melepaskan atau menghindari tekanan yang dihadapi dalam keluarga (Kushartati, 2004). Secara psikologi mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan. Hal ini sebagai penyebab dari perkembangan tidak sehat seorang anak, perkembangan ketidakmampuan menyesuaikan diri, maka kriminalitas muncul sebagai akibat konflik-konflik mental, rasa tidak dipenuhi kebutuhan pokoknya seperti rasa aman, dihargai. Sehingga ada keinginan bebas untuk melakukan apa saja
4 4 termasuk kriminalitas (Juita, Astanti, Riana, 2009). Dapat disimpulkan bahwa masalah anak jalanan merupakan patologi sosial yang memengaruhi perilaku (behavior) anak, dengan pola dan sub kultur yang berkembang di jalanan sebagai daya tarik bagi anak yang masih tinggal di rumah tetapi rentan menjadi anak jalanan, untuk turun ke jalanaan. Profesi yang digeluti anak-anak di jalanan lambat laun telah membentuk perilaku tendensius atau mengarah pada perbuatanperbuatan menyimpang dan perilaku destruktif sehingga mendorong terciptanya kerawanan terhadap tindakan pelanggaran dan kejahatan, baik di jalan dengan sasaran para pengguna jalan, fasilitas publik maupun di lingkungan sosial lainnya seperti pandangan yang mengancam, gerak-geriknya mengancam, mencaci, mencoret mobil atau bahkan menodong. Berdasarkan laporan penelitian Juita, Astanti & Riana (2009) tentang Delinkuensi Anak Jalanan dan Penanganan di Kota Semarang menyatakan bahwa bentuk-bentuk delinkuensi atau kenakalan yang dilakukan anak jalanan di kota Semarang adalah: Pertama, delinkuensi yang bersifat tindak pidana/kriminal yaitu miras, obat terlarang, penodongan, mencopet, berjudi, berkelahi, mencuri. Kedua ialah delinkuensi yang masih bersifat kenakalan biasa yaitu menjadi anggota geng, melakukan vandalisme (coretcoret tembok), mengunjungi tempat hiburan, mengancam, ucapan porno, dan lain-lain. Selaras dengan laporan penelitian tersebut terdapat pula bentuk-bentuk delinkuensi yang dilakukan oleh beberapa anak jalanan yang tinggal Yayasan Emas Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada anak
5 5 yang tinggal di Yayasan Emas Indonesia terdapat anak yang memiliki latar belakang menodong dan memakai obat-obatan yang merupakan bentuk-bentuk dari delinkuensi atau kenakalan. Kondisi sebelum mereka tinggal di yayasan, hidup di jalanan sangat membentuk perilaku mereka yang tidak sesuai dengan normanorma yang ada di masyarakat. Bentuk delinkuensi yang dilakukan antara lain: menodong untuk mendapatkan uang agar bisa membelikan dan memakai obat-obatan. Alasan mereka memakai obat-obatan agar bisa meningkatkan kepercayaan diri pada saat berada di jalanan. Selain itu, alasan melakukan perilaku tersebut karena pengaruh dari teman-teman sesama anak jalanan. Hal tersebut selaras dengan pendapat dari Bowman, dkk (dalam Mantiri & Andriani, 2012) yang menjelaskan bahwa faktor teman sebaya merupakan salah satu faktor munculnya kenakalan. Anak jalanan hidup dalam komunitasnya sendiri. Mereka hidup di wilayah yang kurang menyatu dengan wilayah luar. Jadi wilayah tinggal mereka relatif tertutup untuk wilayah luar. Di dalam komunitas itu, anak jalanan bersosialisasi dan mengembangkan pola relasi sosial berdasarkan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam komunitas mereka. Proses sosialisasi tersebut membentuk sikap mental dan spiritual mereka yang seringkali tidak sesuai dan bahkan bertentangan atau melanggar aturan atau norma dan hukum yang berlaku (Suradi, 2011). Permasalahan anak jalanan sangat kompleks karena menyangkut kehidupan mereka maupun lingkungan masyarakat. Anak jalanan sering dianggap sebagai bagian dari masyarakat yang terlupakan dengan berbagai stigma yang melekat, dianggap kotor, miskin dan
6 6 pembawa masalah sehingga mereka disebut Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Keberadaan anak di jalanan menunjukkan terganggunya keberfungsian sosial anak. Konsep keberfungsian sosial mengacu pada kepada situasi dan relasi anak yang melahirkan berbagai konsep dan tugas mereka. Oleh karena itu, Horton & Hunt (dalam Saripudin & Karim, 2009) berpendapat bahwa orang yang harus menjalani peralihan peran dituntut untuk benar-benar belajar kembali sehingga proses itu disebut resosialisasi. Resosialisasi merupakan salah satu tahap dalam proses pengentasan anak jalanan yang diterapkan di berbagai rumah singgah khususnya Yayasan Emas Indonesia. Hal tersebut berhubungan dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah satu pembina yang menyatakan bahwa resosialisasi merupakan salah satu tahapan dimana anak-anak direkrut di jalanan, lalu dibawah ke rumah pengentasan untuk dibina lebih baik lagi dan terakhir di entaskan ke masyarakat. Memasukkan anak jalanan ke panti rehabilitasi atau rumah singgah untuk resosialisasi merupakan salah satu jalanan menuju masyarakat adil dan makmur di kemudian hari (Nurwijayanti, 2012). Hal ini sejalan dengan penjelasan Asmorowati (2008) yang menyatakan bahwa secara ideal rumah singgah diharapkan dapat menjadi proses pembinaan informal yang memberikan suasana resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga dan masyarakat. Berdasarkan pada penjelasan di atas penuturan UNDP & Depsos RI, Sudrajat, Ishak (dalam Saripudin, Suwirta & Komalasari, 2008) menyatakan bahwa upaya untuk
7 7 mengembalikan sikap dan perilaku terhadap norma sosial sangat penting untuk dilakukan melalui kegiatan resosialisasi. Resosialisasi menekankan sikap dan perilaku anak berubah. Tujuan dari resosialisasi anak jalanan di rumah singgah adalah membuat anak jalanan memiliki sikap baik dan positif, melakukan perilaku sosial yang sesuai dengan norma yang ada di masyarakat, kemampuan untuk mengelola diri dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang terjadi. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2007) tentang Pelayanan Sosial Bagi Anak Yang Dilibatkan Dalam Perdagangan NAPZA terdapat penjelasan mengenai strategi pelayanan sosial terhadap anak yang dilibatkan dalam perdagangan NAPZA. Rumah perlindungan sementara atau rumah singgah juga berfungsi sebagai tempat resosialisasi nilai-nilai kekeluargaan yang selama ini tidak mereka dapatkan di jalanan. Di rumah ini dibangun pola hubungan, dimana pekerja sosial mereka anggap sebagai kakak, teman atau orang tua dan diciptakan aturan-aturan yang disepakati diantara mereka. Program resosialisasi merupakan salah satu pelayanan sosial dalam mengatasi masalah kesejahteraan sosial. Hal tersebut sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hikmawati & Rusmiyati (2011) tentang Kebutuhan Pelayanan Sosial Penyandang Cacat menyatakan bahwa Pelayanan sosial dapat berbentuk pengembangan, pencegahan, penyembuhan atau rehabilitasi. Salah satu tahap dalam rehabilitasi adalah bimbingan resosialisasi yang dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosial dengan wajar.
8 8 Pelayanan sosial bertujuan membantu upaya resosialisasi atau memasyarakatkan kembali penyandang cacat baik lingkungan keluarga maupun masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka. Sehubungan dengan penjelasan di atas, untuk mengetahui keberfungsian program resosialisasi dalam penanganan anak jalanan maka dapat dilihat dari segi proses maupun hasil, salah satunya yaitu dengan melihat sikap anak jalanan yang sedang menjalani proses resosialisasi terhadap program tersebut. Baron & Byrne (2004) menggunakan istilah Attitude untuk merujuk pada evaluasi terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial bahkan objek tertentu. Pendapat dari Baron & Byrne (2004) juga menjelaskan bahwa sikap sebagai sesuatu yang penting bukan hanya karena sikap sulit diubah tetapi ada beberapa alasan logis yang menjadikan sikap sebagai isu sentral dalam bidang psikologi sosial. Pertama, sikap sangat memengaruhi pemikiran sosial, meskipun sikap tersebut tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang nampak. Kedua, sikap sebagai hal yang penting karena sikap memengaruhi tingkah laku individu maupun kelompok, terutama terjadi saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap. Terkait hal tersebut terdapat hasil penelitian dari Sakina (2001) yang berjudul Penilaian Anak Jalanan Terhadap Pelayanan Rumah Singgah dan Hubungannya Dengan Perilaku Mereka menyatakan bahwa mayoritas anak jalanan memiliki penilaian positif dan perilaku yang positif yaitu mereka merasa puas terhadap fungsi rumah singgah sebagai tempat pertemuan,
9 9 perlindungan, pusat informasi, kuratif-rehabilitatif, pelayanan sosial dan resosialisasi misalnya waktu yang digunakan anak jalanan untuk berkeliaran di jalanan menjadi berkurang. Mereka menjadi lebih sering melakukan ibadah dan teratur melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu, terdapat beberapa anak binaan yang kembali tinggal bersama orang tuanya. Namun di sisi lain, ada penelitian yang bertentangan dengan penelitian sebelumnya seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Saripudin & Karim (2009) tentang Program Resosialisasi Kanak-kanak Jalanan di Rumah Singgah: Satu Penilaian menyatakan bahwa program resosialisasi kanak-kanak jalanan di rumah singgah di Bandar Bandung masih terdapat beberapa kelemahan atau masalah yang dihadapi. Seperti pertama, terbatasnya kemudahan prasarana pembelajaran. Kedua, terbatasnya sumber dana yang tersedia. Ketiga, masih tingginya minat kanak-kanak jalanan untuk turun kembali ke jalanan karena lebih banyak menghasilkan uang. Berdasarkan paparan diatas secara tidak langsung menjelaskan adanya hubungan sikap dengan perilaku. Sikap anak jalanan terhadap program resosialisasi juga akan mempengaruhi perilaku anak jalanan. Artinya, semakin positif sikap anak jalanan terhadap program resosialisasi maka semakin positif pula perilaku mereka. Sherif & Sherif menyatakan bahwa sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003). Ahmadi (1999) menjelaskan bahwa meskipun ada beberapa
10 10 perbedaan pengertian sikap, namun ada beberapa ciri yang dapat disetujui. Sebagian besar ahli dan penelitian sikap setuju bahwa sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku. Untuk beberapa alasan inilah sikap telah menjadi konsep utama dalam psikologi sosial dan menjadi konsep utama untuk mengevaluasi ide, pemikiran serta keseluruhan dunia sosial. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melihat program resosialisasi yang merupakan salah satu objek sikap. Berdasarkan paparan di atas serta penjelasan dari beberapa hasil penelitian, maka peneliti tertarik untuk meneliti Resosialisasi Anak Jalanan (Studi Kasus Sikap Anak Jalanan Yang Memiliki Latar Belakang Menodong dan Memakai Obat- Obatan di Yayasan Emas Indonesia). B. Perumusan Masalah Bagaimana sikap anak jalanan yang memiliki latar belakang menodong dan memakai obat-obatan terhadap pelaksanaan program resosialisasi di Yayasan Emas Indonesia. C. Tujuan Penelitian Memperoleh gambaran mengenai sikap anak jalanan yang memiliki latar belakang menodong dan memakai obat-obatan terhadap pelaksanaan program resosialisasi di Yayasan Emas Indonesia.
11 11 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap anak jalanan dalam menjalani program resosialisasi di Yayasan Emas Indonesia serta dapat menjadi referensi yang terkait dengan topik-topik psikologi sosial. 2. Manfaat Praktis 1. Anak Jalanan: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, informasi kepada anak jalanan akan pentingnya program resosialisasi bagi kehidupan mereka yang memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma sosial. 2. Rumah Singgah atau Yayasan Emas Indonesia: Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menjadi masukan dalam meminimalkan dan membantu dalam pengetasan problem anak jalanan. 3. Pemerintah: Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat dijadikan masukan kepada pemerintah untuk memerhatikan keberadaan anak jalanan. 4. Masyarakat: Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat agar ikut berpartisipasi terhadap masalah anak jalanan.
BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anakanak merupakan fase dimana
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Akibat terjadinya bencana alam kekeringan serta krisis ekonomi yang berkepanjangan pada akhir tahun 1997 permasalahan anak jalanan makin mencuat kepermukaan. Hasil penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SIKAP ANAK JALANAN 1. Pengertian sikap Secara historis, istilah sikap (attitude) pertama kali digunakan oleh Herbert Spence pada tahun 1862 yang menunjuk suatu status mental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi dan industrialisasi memunculkan masyarakat modern yang serba kompleks dengan berbagai masalah sosial yang terdapat di dalamnya. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Rumah Singgah Anak Mandiri A. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Provinsi merupakan unsur
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinci20 PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI RUMAH PERLINDUNGAN ANAK
20 PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI RUMAH PERLINDUNGAN ANAK Oleh: Nanda Aidiel Senja, Hadiyanto A. Rachim, & Rudi Saprudin Darwis Email: nanda.aidiel@live.com, hrachim@yahoo.com;rsdarwis@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kemiskinan di daerah perkotaan adalah dampak dari urbanisasi dan kekeliruan dalam menangani ledakan jumlah penduduk. Ketersediaan lapangan kerja yang terbatas
Lebih terperinci2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini masyarakat lambat laun berkembang, di mana perkembangan itu selalu diikuti proses penyesuaian diri yang kadang-kadang proses tersebut terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk di kota besar di Indonesia saat ini cukup besar, sehingga terdapat berbagai masalah yang cukup besar pula. Di antaranya: masalah sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Anak adalah sumber daya bagi bangsa juga sebagai penentu masa depan dan penerus bangsa, sehingga dianggap penting bagi suatu negara untuk mengatur hak-hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BIMBINGAN LANJUT DAN RUJUKAN BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1
Bab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1 2 FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN Bab 1 PENDAHULUAN Berbagai dampak sosial, politik dan budaya telah mencuat sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang
Lebih terperinciPROSES REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSILA DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KARYA WANITA (BRSKW) PALIMANAN KABUPATEN CIREBON
PROSES REHABILITASI SOSIAL WANITA TUNA SUSILA DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KARYA WANITA (BRSKW) PALIMANAN KABUPATEN CIREBON OLEH: WIDYA SUCI RAMADHANI 1, SRI SULASTRI 2, H. SONI AKHMAD NURHAQIM 3 1. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan hidup baik kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani maupun
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia menginginkan kehidupan yang baik yaitu terpenuhinya kebutuhan hidup baik kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani maupun kebutuhan sosial. Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai harapan bangsa, negara dan agama senantiasa menarik perhatian banyak pihak, baik oleh orang tua, pendidik, pemerintah maupun anggota masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia selama ini telah menghasilkan kemajuan di beberapa sektor ekonomi, namun selain itu tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan, baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan Negara yang tertuang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di masyarakat sedemikian luas dan kompleks, saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UU no. 23 Tahun 1992 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Gencarnya promosi rokok banyak menarik perhatian masyarakat. Namun bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok masih
Lebih terperinciFAJAR DWI ATMOKO F
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DELINKUENSI PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam kehidupan dikarenakan adanya percepatan arus globalisasi yang dapat memberikan nilai tambah tersendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena anak hidup dijalan sudah mulai menjadi perbincangan sejak awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari keluarga, dan menempati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan anak menjadi bagian penting untuk memajukan bangsa dan Negara dimasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menyandang predikat sebagai Kota Layak Anak (KLA) merupakan suatu kebanggaan bagi Kota Solo, sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Solo. Hal ini karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus bertahan
Lebih terperinciKenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto
Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk Nama Fakultas Jurusan Universitas Dosen Pembimbing : Andri Sudjiyanto : Psikologi : Psikologi : Universitas Gunadarma : Dr Eko Djuniarto,MPsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, sehingga segala aspek kehidupan manusia tidak memiliki batas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya posisi anak sebagai penerus bangsa sudah seharusnya diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Adanya undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip utama yang telah disepakati oleh pakar pendidikan adalah bahwa setiap warga negara seharusnya mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa diantaranya sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan menjadi modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa krisis identitas bagi kebanyakan anak remaja. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya. Secara umum dan
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA
WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN, PENGEMIS, TUNA SUSILA DAN ANAK JALANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa dampak yang luas bagi masyarakat sampai saat ini. Pertumbuhan ekonomi merosot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa perkembangan dimana manusia berada pada rentan umur 12 hingga 21 tahun. Masa transisi dari kanak-kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Secara umum timbulnya gangguan jiwa pada seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa muncul karena menurunnya fungsi mental pada seseorang sehingga implikasi dari penurunan fungsi tersebut ialah orang dengan gangguan jiwa akan bertingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi saat ini telah banyak menimbulkan permasalahan sosial, terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas menggejala secara
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi dijalani bangsa Indonesia kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung mengalami kemunduran kualitas, meskipun sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Anak jalanan merupakan fenomena kota besar dimana saja. Perkembangan sebuah kota akan mempengaruhi jumlah anak jalanan. Semakin berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terlibat dalam kekerasan ataupun korban dari tindakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi krisis ekonomi yang tidak kunjung usai mengakibatkan permasalahan sosial di berbagai negara, termasuk Negara Indonesia yang dampaknya di rasakan di wilayah
Lebih terperinciINTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA SKRIPSI
INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak merupakan tunas, potensi, dan generasi penerus cita cita perjuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, maka anak merupakan tunas, potensi,
Lebih terperinciSikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa
Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat Oleh : Suzanalisa ABSTRAK Tindak pidana kekerasan premanisme yang sangat lekat dengan pelanggaran hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah Indonesia telah menghasilkan kemajuan di beberapa sektor-sektor ekonomi namun selain itu
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih
Lebih terperinciLAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA
LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA (Studi Situs SMK 1 Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah
Lebih terperinciDAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA
DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : NUARI YAMANI
Lebih terperinciI. UMUM. menjadi...
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI I. UMUM Anak merupakan
Lebih terperinciSELF-DISCLOSURE PADA SESAMA ANAK JALANAN. Skripsi
SELF-DISCLOSURE PADA SESAMA ANAK JALANAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Maryanti Oktaviani F 100 060 150 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih
Lebih terperinciPENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA
PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Standar Kompetensi: Memahami masalah penyimpangan sosial. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemuda adalah generasi penerus perjuangan dan cita-cita bangsa, sehingga pemuda yang mempunyai potensi yang cukup besar ini perlu didukung sepenuhnya baik oleh pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Sebagai ibukota negara, Jakarta telah mengalami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai ibukota negara, Jakarta telah mengalami pembangunan fisik dan ekonomi yang berjalan pesat, menjadi suatu kota metropolitan. Namun pada sisi lain, Jakarta juga terkena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa Jadi masa remaja disebut masa bertumbuh dan berkembang, baik bidang
Lebih terperinci13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK
13 PEMENUHAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK ASUH DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK Oleh: Sella Khoirunnisa, Ishartono & Risna Resnawaty ABSTRAK Pendidikan pada dasarnya merupakan hak dari setiap anak tanpa terkecuali.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan kota adalah salah satu alat transportasi publik yang menyediakan jasa pelayanan angkut penumpang dari satu tempat ke tempat lain yang masih berada dalam
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciFENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi
FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi PENDAHULUAN enomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Berbagai ulasan di media massa menceritakan kisah hidup seseorang yang
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai ulasan di media massa menceritakan kisah hidup seseorang yang sebenamya mencerminkan kepribadian antisosial. Istilah "kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak menuju masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh yang sangat besar. Zakiah Daradjat menyebutkan ada tiga fungsi agama terhadap mereka yang meyakini kebenarannya, yaitu:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai,
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai, contohnya adalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial dan kebudayaan yang mencolok berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harapan orang tua terhadap anak-anak mereka yaitu menginginkan anaknya menjadi orang yang baik, sopan santun, berbudi pekerti luhur, penuh tanggung jawab, patuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai tiga kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku. Kemampuan kognitif merupakan respon perseptual atau kemampuan untuk berpikir,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Tuhan yang Maha Esa. Keberadaanya merupakan anugrah yang harus dijaga, dirawat dan lindungi.setiap anak secara kodrati memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing lagi untuk diperbincangkan. Jumlah perceraian di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus. mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial budaya, politik, ekonomi, teknologi, serta pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi tatanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon
Lebih terperinci