BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN
|
|
- Widya Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Profil PT. Metro Batavia PT. Metro Batavia telah memulai bisnis di Indonesia lebih dari dua puluh tahun. Dimulai dari usaha travel agent dan tumbuh menjadi usaha charter angkatan udara. Pada tahun 2002, PT. Batavia Air memperoleh sertifikasi sebagai operator penerbangan. Dengan pengalaman dibidang usaha biro perjalanan dan industri angkutan udara,dan didukung dengan armada yang dapat dipercaya disertai sumber daya manusia yang handal, Batavia Air percaya dan optimis dapat bertahan didalam melaksanakan kompetisi angkutan udara. PT. Metro Batavia memiliki sebuah semboyan yakni Trust Us to Fly telah menginspirasikan seluruh karyawan untuk mencurahkan segala usahannya yang tulus dengan memberikan hasil kerja yang terbaik bagi kelangsungan hidup perusahaan dalam rangka untuk mempersembahkan yang terbaik bagi konsumen mereka. Dengan komitmen dan integritas yang tinggi menjadikan PT. Metro Batavia sebagai penerbangan yang dapat diandalkan sehingga para pelanggan mereka percaya untuk melakukan penerbangan bersama Batavia Air. Adapun visi yang dimiliki PT. Metro Batavia yakni menjadi sebuah perusahaan penerbangan Nasional yang berorientasi kepada aspek ekonomis, kenyamanan, keselamatan penerbangan dan selalu berusaha melaksanakan komitmen terhadap kepuasan pelanggan, sehingga menjadi pilihan pertama dan terutama bagi pemakai jasa transportasi udara. 30
2 31 Agar visi tersebut dapat dicapai maka PT. Metro Batavia memiliki misi, yakni : `- menjadikan perusahaan yang efektif, efisien, dan menguntungkan, sehingga memberikan nilai tambah bagi lingkungan, masyarakat, pelanggan, dan karyawan serta pemegang saham. - bekerja sebaik mungkin untuk terciptannya keamanan dan keselamatan penerbangan. - Selalu berusaha mencari peluang untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan - Memberikan sumbangsih untuk perkembangan transportasi udara di negara Republik Indonesia - Menjadikan perusahaan yang sehat sehingga menjadi tempat yang nyaman untuk berkarir bagi karyawan. Nilai yang diterapkan untuk mencapai visi dan misi Batavia Air diantarannya etika, integritas, kesepadanan, tanggungjawab, dan kebersamaan. Armada yang dimiliki saat ini, yaitu 2 Airbus A319, 2 Airbus A320, 6 Boeing B , 11 Boeing B , 4 Boeing B Dengan armada yang dimiliki Batavia Air memiliki lebih dari 100 rute setiap harinya ( 27 kota domestic dan 2 kota Internasional). Selain armada yang cukup banyak, PT. Metro Batavia juga memiliki Training Center yang dinamakan Batavia Training Center ( BTC ). Batavia Training Center ( BTC ) didirikan agar karyawan Batavia Air mendapatkan bekal pelatihan dan pendidikan yang baik sebelum bekerja dan terjun melayani masyarakat. Batavia Training Center tersebut sudah mendapatkan sertifikat dari Departemen Perhubungan Cq. Ditjen perhubungan udara sehingga lulusan BTC diakui oleh pemerintah.
3 32 Adapun pelatihan bagi karyawan Batavia Air antara lain adalah pendidikan dan pelatihan Pilot, pendidikan dan pelatihan pramugari, pendidikan dan pelatihan tehnik, serta pendidikan dan pelatihan Niaga. Fasilitas yang tersedia di dalam Batavia Training Center diantaranya Simulator Boeing , Simulator Boeing /400, Mockup Boeing 737 untuk pelatihan Flight attendant, Ruang kelas yang lengkap dengan sarana untuk belajar/mengajar dan ruang pertemuan/auditorium. Struktur organisasi PT. Metro Batavia dapat dilihat pada bagan 4.1 dibawah ini :
4 33 President Directort Managing Director Director of Flight Safety Quality Assurance Manager Director of Operation Technical Director Manager of Operation Chief Pilot Type Chief Standard and Training Manager of Operation Support schedulling Administra tion Chief Flight Attendant Chief Flight Operation Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Metro Batavia
5 34 Tugas dan Tanggung Jawab: Presiden Direktur Presiden dari perusahaan menentukan semua kebijakan dan rencana dari organisasi. Ia secara langsung bertanggung jawab dan mewakili perusahaan dalam semua urusan bisnis. Presiden mengarahkan seluruh departemen dalam organisasi memastikan semua prosedur perusahaan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Presiden bertanggung jawab mengkoordinasi seluruh departemen untuk memastikan kegiatan operasional yang fungsional dan dapat diandalkan. Presdir harus memperhatikan keselamatan dari Pesawat-pesawat udara PT. Metro Batavia. Managing Direktur Managing Direktur melaporkan secara langsung kepada Presdir perusahaan. Di bawah pengarahan presdir, ia bertanggung jawab di dalam operasional maskapai meliputi Ground operation, Flight operation dan maintenance. Memastikan unsur keselamatan dan mengambil tindakan yang diperlukan. Managing Direktur mempunyai wewenang untuk : a. Melatih pengawasan administrative terhadap seluruh operasional armada meliputi departemen ground, penerbangan dan maintenance. b. Mewakili PT. Metro Batavia sekaligus mengembangkan dan mengadministrasikan pengaturan kontrak mengenai kinerja operasional dan maintenance armada. c. Me-review hasil-hasil investigasi dari Safety Officer dan mengambil tindakan yang tepat setelah berkoordinasi dengan Direktur Safety. Mencari solusi atas komplain yang tidak dapat dipecahkan oleh level Safety Officer, Manager Maintenance, Manager Quality Assurance dan Manager operasional. d. Mendelegasikan seluruh wewenang manajemen dari departemen maintenance kepada Manager Maintenance.
6 35 Direktur Keamanan Penerbangan (Director Flight Safety) Tugas-tugasnya adalah sebagai berikut : a. Memotivasi penerapan perilaku aman dari budaya aman perusahaan yang dinamis. b. Mengidentifikasi bahaya dan resiko dari operasional yang aman. c. Bekerja dengan manajemen operasional yang tepat untuk mengembangkan dan mengimplementasikan intervensi. d. Memonitor intervensi strategic untuk memvalidasikan efektifitas e. Mengkomunikasikan hasilnya kepada seluruh bagian perusahaan Kewajiban dari Direktur Keamanan Penerbangan meliputi, dan tidak terbatas kepada hal berikut saja : a. Memonitor dan melaporkan seluruh aktivitas pesawat yang mungkin mempunyai dampak terhadap unsure keamanan. b. Membangun sebuah system pelaporan yang menyediakan aliran informasi yang menyangkut unsur keselamatan secara berkala. c. Mengembangkan dan mengurus database tentang informasi insiden/kecelakaan untuk memonitor dan menganalisa trendnya d. Memonitor dan mengevaluasi berbagai system pelaporan keamanan dan malfungsi untuk memastikan integrasi dan evaluasi data yang tepat. e. Investigasi dan evaluasi terhadap insiden/kecelakaan dan membuat rekomendasi untuk menghindari dan mencegahnya. f. Menjalankan inpeksi dan audit keamanan g. Mengumpulkan dan memproses saran saran untuk peningkatan keamanan h. Mengembangkan dan mengurus program safety-awareness i. Mereview dan mengevaluasi kelayakan dari rencana respons keadaan darurat j. Memonitor yang berhubungan dengan keamanan industri yang mungkin memiliki dampak bagi kegiatan operasional
7 36 k. Menjaga hubungan baik dengan manufacturer, supplier dan kontraktor l. Menajga hubungan baik dengan DGAC, NTSC, otoritas regulasi internasional, secara tepat dan m. Menjaga hubungan baik dengan organisasi dan asosiasi keamanan industri Direktur operasional - Direktur operasional melaporkan kepada Wakil Presdir dan mengawasi seluruh kegiatan operasional, menjalankan rekonsiliasi bulanan atas informasi aktual yang berhubungan dengan kondisi operasional PT Metro Batavia - Menyusun target dan sasaran dalam mendukung rencana jangka panjang perusahaan. Target dan sasaran akan dinyatakan dalam ketentuan rasio pendapatan terhadap pengeluaran, persyaratan jam terbang armada, utilisasi pesawat, ketepatan jadwal, down time pesawat, rata2 delay, dan berbagai factor kinerja lainnya. - Berkoordinasi dan negosiasi dengan pemerintah dan organisasi lain dalam hal yang mempengaruhi seluruh operasional penerbangan. - Memilih dan mengembangkan, memotivasi, dan menilai crew manajemen operasional penerbangan untuk memastikan tujuan dan sasaran operasional tercapai. - Memperkirakan kebutuhan sumber daya manusia dan keuangan untuk memenuhi kebutuhan bisnis. - Merencanakan untuk jangka panjang atas crew penerbangan yang tidak dan berlisensi dan membuat rencana atas pelatihan mereka. - Mengembangkan budget tahunan untuk direktorat operasional dan melatih control secara ketat atas pengeluaran.
8 37 - Memastikan bahwa rencana operasional mendukung kegiatan operasi domestic dan internasional PT Metro Batavia. - Memastikan jadwal pesawat untuk operasional penerbangan sesuai dengan jadwal penerbangan dan mengutilisasi pesawat sementara ground time disediakan untuk pemeliharaan. - Mengadakan pembaruan atau peningkatan program operasional dan keamanan yang komprehensif yang meningkatkan factor keamanan dari personel dan property/ Manager operasional Manager operasional akan memenuhi kualifikasi dari manajemen personel yang diperlukan. Ia bertanggung jawab kepada Presdir atas operasional penerbangan yang aman, dan secara khusus: a. Mengontrol standard operasional dari seluruh pesawat yang beroperasi b. Mengidentifikasi fungsi koordinasi operasi yang mempunyai dampak terhadap kendali operasional c. Mengawasi, mengorganisir, mengawaki dan mengefisensikan berbagai hal berikut ini : 1. Operasional Penerbangan 2. Keamanan kabin 3. Penjadwalan dan Pengaturan crew 4. Program training 5. Isi dari manual operasional perusahaan 6. Pengawasan dari pembuatan dan pengamandemenan manual operasional perusahaan
9 38 7. Hubungan dengan otoritas regulasi dalam semua hal yang menyangkut dengan operasional penerbangan, termasuk berbagai variasi sertifikasi Air Operator perusahaan 8. Hubungan dengan agen eksternal yang mempengaruhi operasional perusahaan. Memastikan bahwa operasional perusahaan dijalankan berdasarkan regulasi, standard dan kebijakan perusahaan saat ini 9. Memastikan penjadwalan crew sesuai dengan regulasi jam kerja dan jam terbang, dan seluruh anggota crew selalu diinformasikan terhadap jika adanya perubahan terhadap regulasi dan standard 10. Menerima dan mengambil tindakan atas berbagai informasi penerbangan yang mempengaruhi keamanan penerbangan 11. Menyebarkan informasi keamanan penerbangan, baik internal maupun eksternal, bersamaan dengan program keamanan penerbangan 12. Kualifikasi anggota crew dan FOO 13. Pemeliharaan daftar pustaka operasional terkini, dan 14. Jika manager operasional absen untuk tugas operasional maka akan di delegasikan kepada individu lain yang berkualifikasi, terkecuali persyaratan pengetahuan di detailkan pada kualifikasi manager operasional
10 39 Direktur Maintenance Direktur maintenance bertanggung jawab kepada Presdir atas pengawasan terhadap operasional pemeliharaan melalui managernya dalam semua hal, dan secara khusus : a. Mengarahkan dan mengkoordinir ruang lingkup project maintenance yang dijalankan perusahaan b. Memastikan bahwa setiap manager menyelesaikan tugasnya secara memuaskan dan sesuai dengan CASR c. Memastikan bahwa sumber daya yang cukup tersedia untuk memenuhi ruang lingkup maintenance yang tengah dijalankan d. Membuat kode dan aturan pelaksanaan dan menerapkannya e. Mengepalai Maintenance Review Board f. Menjalankan tugas lain yang diberikan oleh Presdir g. Mengidentifikasi, menginisiasi, merekomendasikan, atau menyediakan solusi atas masalah2 berkualitas melalui jalur yang dirancang Kepala Pilot (Chief Pilot) Kepala Pilot bertanggung jawab kepada Manager operasional : a. Untuk pengawasan operasional (jenis pesawat) dan mengevaluasi serta mengajukan kebijakan perintah baru seperti operasional, dan memastikan seluruh operasional dijalankan secara sesuai dengan kebijakan umum dan khusus juga instruksi yang tertera dalam manual b. Mengembangkan dan memelihara hal hal seperti jalur kursus dan pembelajaran, simulasi pesawat, dan pelatihan penerbangan untuk menjaga kompetensi pilot, dan untuk merekomendasi promosi pilot dari First Officer menjadi Captain, untuk mendoktrin pilot rute yang tepat dan secara umum meningkatkan standard keamanan dan efisiensi.
11 40 c. Mengadakan ujian yang berfungsi sebagai tolak ukur pengetahuan pilot dan personel lainnya. d. Memastikan seluruh catatan dan laporan pelatihan seluruh crew dan personal terjaga baik dalam kendalinya. e. Membuat, mengupdate, dan menjaga publikasi saat ini yang bersangkutan dengan operasionalnya Kepala Inspector Berikut ini adalah tugasnya : a. Memastikan seluruh pesawat yang digunakan dalam transportasi udara bersertifikasi dan terpelihara secara tepat sesuai dengan Spesifikasi Operasional yang disetujui, Civil Aviation Safety Regulations, Airworthiness Directives, kebijakan dan prosedur perusahaan. b. Memonitor dan menganalisa seluruh peralatan maintenance yang ditangguhkan per waktu yang diperlukan dan ditetapkan dalam Spesifikasi Operasional dan MEL. c. Menyediakan persiapan dan penyerahan dari perubahan komponen pesawat dan mesin sesuai dengan manual ini. d. Memimpin, dan memberikan tugas kepada kelompok mekanik dan bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan oleh mekanik yang tidak bersertifikasi yang bekerja di bawah perintahnya. e. Menyediakan pelatihan awal, evaluasi dan memonitor kemajuan dari mekanik dan trainee baru yang ditugaskan.
12 41 f. Menjalankan fungsi sebagai pemimpin terhadap tugas-tugas yang diberikan. g. Memimpin dan mengarahkan trainee dalam kelompok. h. Memastikan seluruh peralatan perusahaan dapat di service sebelum dan sesudah pekerjaan; seluruh presisi peralatan dan pengetesan dilakukan sebelum digunakan. i. Bertanggung jawab untuk mengumpulkan Log perubahan shift kerja sehingga saat diperlukan kontinuitas kerja dapat dipertahankan. j. Bertanggung jawab memastikan kartu kerja mekanik terdiri atas jumlah kerja, waktu pelaksanaan kerja dan penyelesaian dari setiap tugas. k. Menjaga area kerja tetap bersih dan teratur. Tanggung Jawabnya : a. Inspector, didelegasikan oleh Kepala Quality Assurance bertanggung jawab kepada departemen Quality Assurance untuk penyelesaian fungsi yang ditugaskan. b. Ia bertanggung jawab atas pekerjaannya menurut program Continuous Airworthiness Maintenance perusahaan sesuain dengan CASR dan manual Maintenance perusahaan. c. Ia harus selalu siap dan paham mengenai spesifikasi terkini meliputi toleransi inspeksi, batasan-batasan, dan prosedur yang ditetapkan oleh manufakturer produk yang sedang dilakukan inspeksi, dan sumber informasi inspeksi lainnya, meliputi Airworthiness Directives, Service Buletin, dsb.
13 42 Kepala Flight Attendant Kepala Flight Attendant bertanggung jawab kepada Manager operasional atas standard professional dari Fligh attendant yang bertugas langsung dibawah perintahnya dan secara khusus : a. Pengeluaran Pengarahan dan pemberitahuan kepada Flight attendant sebagaimana diperlukan b. Melakukan tindakan dan distribusi dari kecelakaan, insiden dan laporan kejadian lainnya c. Memproses dan menindak semua laporan Flight attendant d. Pengawasan bagi Flight attendant e. Pelatihan Flight attendant sesuai dengan program training yang telah disetujui f. Maintenance catatan pelatihan Flight attendant. g. Hubungan dengan departemen perusahaan lainnya h. Memastikan semua Flight attendant mencapai kompetensi yang dibutuhkan untuk semua jenis pesawat yang dioperasikan dan diterbangkan oleh PT Metro Batavia i. Mempunyai skill Flight attendant yang cukup dan pengetahuan untuk memulainya j. Standarisasi kompetensi Supervisor Flight attendant. k. Standard pelatihan, tes dan ujian penerbangan diperlukan untuk membentuk kompetensi untuk segala jenis perlengkapan darurat pesawat yang dioperasikan oleh PT Metro Batavia. l. Ketika ia absen, seluruh tanggung jawab atas tugas akan didelegasikan kepada individu lainnya yang memenuhi kualifikasi, yang memiliki pengetahuan mendetail berdasarkan persyaratan kualifikasi Kepala Flight Attendant.
14 43 Kepala Flight Operations Kepala Flight Operations bertanggung jawab kepada Manager Operasional dalam persiapan penerbangan dan secara khusus: a. Mengorganisir penjadwalan pesawat dan crew dan mengkontrol pelaksanaannya sehingga keamanan penerbangan perusahaan terjamin. b. Mengatur dan menyediakan keberangkatan penerbangan dan kendali pergerakan penerbangan. c. Mengkoordinasi persiapan data dan persetujuan penerbangan dengan unit yang bersangkutan. d. Mengevaluasi dan menganalisis situasi airport, fasilitas pendukung operasional, navigasi, dan data pendukung untuk operasional penerbangan perusahaan. e. Mengontrol dan menyediakan aktivitas tentang kinerja pesawat. f. Merencanakan, memeriksa dan mengendalikan penggunaan bahan bakar dan air methanol dan administrasinya. 4.2 Metode Penjadwalan pada PT. Metro Batavia Perlengkapan Manajemen dan Sistem Operasi Geneva merupakan bagian dari layanan perusahaan Navitaire. Sebuah solusi ideal untuk layanan dengan biaya yang ringan, manajemen operasional sehari hari yang efisien, Geneva memastikan aturan tata tertib untuk awak kabin pesawat terbang, dan menawarkan paket penghematan biaya seperti monitor absensi otomatis untuk para awak kabin serta pilihan pengisian informasi berbasis internet. ( Sistem operasi Geneva telah digunakan oleh lebih dari 20 layanan penerbangan saat ini, yang memungkinkan pelanggan untuk membantu mengatur, merencanakan, memperkirakan, mengukur dan
15 44 juga melaporkan segala kegiatan untuk meningkatkan keefektifan dan kelancaran pelayanan sehari hari dari awak kabin dalam penerbangan. Untuk kemudahan bagi para staff senior didalam pesawat, Metode Geneva menyediakan panduan yang dinamakan Executive Ticker module, yang mana dapat memunculkan gambar operational secara detail apabila menekan tombol yang berada pada sudut komputer didekat logo data operasional yang tersedia ( Sistem Manajemen Operasional Maskapai Geneva Navitaire adalah sebuah dasar komprehensif untuk operasional maskapai dan perencanaan manajemen crew, penelusuran dan kepatuhan akan ketentuan. Sistem akan memungkinkan maskapai untuk meramalkan, mengorganisir, merencanakan, memprediksikan, mengukur dan melaporkan berdasarkan aktivitas pada saat real time. Geneva mengintegrasikan beberapa proses bisnis misi yang kritis dan menyampaikan komprehensivitas, informasi berdasar waktu, mengurangi ketergantungan pada proses manual dan memungkinkan staff anda bereaksi secara cepat terhadap perubahan permintaan pasar. Geneva juga mengotomatisasi kepatuhan berdasarkan segala peraturan, kontrak, dan peraturan bisnis. Keuntungan : *. Mengoptimalisasikan penggunaan sumber daya staff dan pesawat. *. Meningkatkan efisiensi dan integritas dari operasional. *. Secara akurat mengukur dan melaporkan indikator kinerja kepada manajemen. *. Merencanakan tindakan terhadap event-event sebelum berubah menjadi kritis dan mengukur kinerja perencanaan vs aktualnya. *. Mengatur ketentuan dan kepatuhan kontraktual.
16 45 *. Secara mulus mengintegrasikan proses dan unit-unit bisnis serta mengurangi kesalahan/error melalui database pusat Geneva Berikut ialah bagan operasional Geneva System yang ditampilkan dalam bentuk flowchart di bawah ini:
17 46 Flowchart Operasional Manajemen Penjadwalan - Menciptakan sebanyak mungkin jadwal yang diperlukan - Memilih satu untuk dipublikasikan - Jadwal yang dipublikasikan tersedia bagi Manajemen Pairing dan Manajemen Operasional Harian Manajemen Pairing Menciptakan sebanyak mungkin kelompok pairing yang diperlukan Memilih satu untuk dipublikasikan (bagi setiap ranking) Pairing yang dipublikasikan tersedia bagi Perencanaan Sumber Daya dan Pendaftaran Manajemen Perencanaan Sumber Daya - Hanya satu rencana per kelompok pairing - Tidak diperlukan publikasi - Digunakan dalam Pendaftaran melalui pengambilan data dari perencanaan sumber daya Manajemen Pendaftaran Menciptakan sebanyak mungkin pendaftaran yang diperlukan Memlih satu untuk dipublikasikan (untuk setiap kelompok kerja) Pendaftaran yang dipublikasikan tersedia bagi system manajemen crew dan dimuat ulang dalam perencanaan sumber daya Sistem Manajemen Crew - Mengedit tugas crew, mengatur jadwal izin sakit dan validasi legalitas - Perubahan pada system ini di replika kan ke perencanaan sumber daya Manajemen Operasional Harian Mengatur keberangkatan/kedatangan/delay penerbangan, pengalihan dan pembatalan Perubahan disini mungkin mempengaruhi Sistem Manajemen Crew, dan digunakan pada aplikasi Manajemen Log Penerbangan dan Manajemen Gaji & Tunjangan Manajemen Log Penerbangan Manajemen Gaji & Tunjangan - Setelah penerbangan dijalankan, semua data aktual dicatat untuk - Mengkalkulasikan gaji atau tunjangan setelah penerbangan dilakukan dalam jangka waktu Setiap penerbangan Gambar 4.2 Flowchart Operasioanal Geneva
18 47 Keterangan Flowchart Operasional sebagai berikut: Tahapan pertama dalam operasional Geneva tersebut adalah dimulai pada manajemen penjadwalan menciptakan jadwal sebanyak mungkin,kemudian memilih salah satu jadwal yang paling tepat untuk dipublikasikan,yang berguna untuk manajemen pairing dan manajemen opersional harian. Tahapan kedua yakni manajemen pairing melanjutkannya dengan menciptakan sebanyak mungkin kelompok kombinasi pairing, lalu memilih sesuai ranking untuk dipublikasikan dan digunakan bagi manajemen perencanaan sumber daya dan pendaftaran. Tahapan ketiga yakni dilanjutkan oleh manajemen perencanaan sumber daya dengan menciptakan 1 rencana untuk penggunaan sumber daya yang dibutuhkan per kelompok pairing, tidak diperlukan publikasi sebab data tersebut masih akan diperiksa dan jika diperlukan akan dilakukan perubahan kembali oleh manajemen pendaftaran. Tahapan keempat yaitu manajemen pendaftaran membuat sebanyak mungkin daftar operasional yang diperlukan terdiri dari nama crew, kelompok pairing, dan jadwal sementara,lalu memilih satu jadwal untuk setiap kelompok yang akan dipublikasikan, data tersebut kemudian digunakan bagi sistem manajemen crew, dan dimuat kembali ke manajemen perencanaan sumber daya. Tahapan kelima yaitu setelah mendapatkan data dari manajemen pendaftaran, sistem manajemen crew mengedit tugas crew, jadwal ijin sakit serta validasi legalitas. Kemudian perubahan yang terjadi disalin kembali ke perencanaan sumber daya. Tahapan keenam setelah semua data telah diproses oleh sistem, manajemen operasi harian melanjutkannya dengan mengatur keberangkatan/kedatangan/delay penerbangan,pengalihan serta pembatalan. Jika terjadi perubahan pada tahap ini,maka akan mempengaruhi sistem manajemen crew.
19 48 Pada tahap ini proses operasional telah selesai dan kembali pada tahap awal yakni manajemen penjadwalan. Data yang sudah dihasilkan pada tahap ini digunakan oleh sub bagian manajemen operasional harian yaitu : - Manajemen Log Penerbangan yang bertugas mencatat semua data aktual setelah penerbangan dijalankan. - Manajemen Gaji & Tunjangan yang bertugas mengkalkulasikan gaji dan tunjangan setelah penerbangan dijalankan dalam jangka waktu tertentu. Berikut adalah peraturan jam terbang pilot yang digunakan sebagai dasar penjadwalan operasioanal pilot : Peraturan jam terbang pilot Min. Crew flight time subject Crew Terbang daily weekly yearly to note Terbang Tambahan day day >_ Note 1 Jika seorang pilot telah terbang lebih dari atau sama dengan 20 jam dalam 48 jam berturut-turut atau lebih dari atau sama dengan 24 jam dalam 72 jam berturut turut, ia harus diberikan paling sedikit 18 jam istirahat sebelum ditugaskan oleh perusahaan Note 2 Untuk setiap pilot, kembali ke pangkalannya dari penerbangan atau serangkaian penerbangan, sebuah periode istirahat minimal 2 kali dari total waktu ia terbang sejak waktu istirahat terakhirnya dari pangkalan utama, tetapi tidak boleh kurang dari 2/5 kali waktu sejak dari pangkalan utama.
20 49 Min add max. max. subject to note Flight flight flight duty deck duty Crew crew time time hours - no no no no hours 12 hours yes yes no no hours 12 hours yes no yes no hours 14 hours yes no yes yes Note 1 Untuk komposisi 3 orang pilot, pilot cadangannya harus lulus kualifikasi captain Note 2 Note 3 a. Pilot cadangan menempati kursi pengamat dek terbang selama waktu lepas landas dan pendaratan b. Sebuah kursi penumpang untuk pilot yang sedang tidak bertugas tersedia di bagian penumpang c. Waktu maksimal tugas jam terbang untuk seorang pilot adalah 12 jam d. Penambahan waktu 2 jam kepada waktu istirahat berdasarkan periode tugas terbang berikutnya a. Fasilitas flight relief ( fasilitas yg ditujukan untuk penumpang yg mempunyai gangguan kesehatan namun mendapat surat dari dokter yg memperbolehkan melakukan penerbangan) diklasifikasikan sebagai kursi fasilitas flight relief Dan tersedianya pemenuhan persyaratan dari DGAC b. Waktu maksimal tugas jam terbang untuk seorang pilot adalah 12 jam c. Jumlah maksimal dari sector yang diselesaikan adalah 3 d. Periode istirahat yang sama dengan lamanya waktu jam terbang sebelumnya akan diberikan berdasar waktu terbang berikutnya,yang paling sedikit 12 jam
21 50 Note 4 a. Fasilitas flight relief diklasifikasikan sebagai flight relief facility bunk (bangku tidur) b. Waktu maksimal tugas jam terbang untuk seorang pilot adalah 14 jam c. Jumlah maksimal dari sector yang diselesaikan adalah 3 d. Periode istirahat yang sama dengan lamanya waktu jam terbang sebelumnya akan diberikan berdasar waktu terbang berikutnya,yang paling sedikit 12 jam Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan metode Geneva untuk menghasilkan suatu skedul yang siap dipublikasikan,yaitu : Departemen Tehnik Tugas : membicarakan kepada bagian operasi mengenai keputusan berapa banyak unit yang dapat digunakan per minggu. Departemen Niaga Tugas : - setelah mendapat informasi dari tehnik mengenai berapa banyak pesawat yang siap dioperasikan maka dimulailah pembuatan rute-rute baik rute transit dan rute connecting yang akan dioperasikan. Per pesawat sesuai dengan batasan jam operasional airpot setempat dengan menggunakan metode Geneva. Departemen Skedul Tugas : - setelah mendapat rotasi pesawat yang didapatkan dari departemen Niaga, departemen skedul menghubungkan antara rute yang sudah ada dengan jumlah crew yang tersedia dengan menggunakan metode Geneva.
22 51 Bagian training Bertugas : - dengan menggunakan metode Geneva membuat perencanaan dan recurrent pada crew seperti license crew,yaitu medical cek-up, dangerous Good, CRM, Aviation Security, latihan dan renang. Bagian Rostering Bertugas :- memasukan block skedul dan pola skedul pada setiap crew selama 1minggu baik cabin maupun pilot dengan memperhatikan limitasi jam terbang per hari, jam kerja/hari ( duty hours) per hari, jam kerja crew per minggu dan per bulan dengan menggunakan metode Geneva. - Mempublikasikan skedul yang sudah jadi, para crew dapat melihat dan mengakses pada website yang tersedia Proses penjadwalan dengan metode Geneva : - Input untuk menyusun jadwal dalam seminggu untuk periode Oktober 2009 yaitu : Rute yang tersedia Tabel 4.1 Rute Boeing
23 52
24 53 Keterangan: Tabel 4.2 Keterangan IATA Code Untuk rute Airbus periode Oktober 2009 yaitu : Tabel 4.3 rute Airbus
25 54 Keterangan : Tabel 4.4 Keterangan IATA Code Data Kapten ( Capt) boeing Data Kapten Boeing Tabel 4.5 Data Kapten Boeing Data kopilot ( F/O) Boeing Berikut ini ialah data F/O Boeing : Tabel 4.6 Data F/O Boeing
26 55 Data Kapten ( Capt) Airbus Data Kapten Airbus : Tabel 4.7 Data Kapten Airbus Data Koplot ( F/O ) Airbus Data F/O untuk Airbus : Tabel 4.8 Data Kopilot (f/o) Airbus
27 56 Jadwal kegiatan Medex dan Profesional Check Boeing Tabel 4.9 Jadwal Kegiatan Medex dan Profesioanal Check Boeing Jadwal kegiatan Medex dan Profesional Check Airbus Tabel 4.10 Jadwal Kegiatan Medex dan Profesioanal Check Airbus
28 57 Data gaji Pilot untuk Boeing dan Airbus dalam 1 bulan Gaji pilot yang dikeluarkan setiap bulannya pada PT. Metro Batavia,yaitu : Capt f/o : Rp /bulan : Rp /bulan - Proses yang dilakukan yaitu : Semua data yang sudah siap dimasukan kedalam komputer, kemudian semua data tersebut terproses dengan metode Geneva yang terkomputerisasi. Berikut adalah jadwal Boeing yang dihasilkan : Tabel 4.11 Jadwal Boeing dengan Metode Geneva
29 58
30 59 Cara membaca jadwal tersebut : Jadwal yang telah dihasilkan dibaca dari kiri ke kanan, no 1 hingga 45 ialah jumlah kapten dan f/o. No 1 mewakili nama kapten dan kopilot masing-masing dan seterusnnya. Nama kapten no 1 dapat dilihat dalam daftar kapten Boeing, dan nama kopilot no 1 dapat dilihat dalam daftar kopilot boeing. Berikut ialah output yang dihasilkan oleh metode Geneva untuk jadwal pilot Boeing Contoh : No 1 adalah kapten dengan nama Kopilot (f/o) dengan nama : Agus Supriyanto :Leo Andi Wijaya jadwal hari jumat : duty free(libur) hari sabtu : PLM-BKS-UPG Palembang-Bengkulu-Ujungpandang Hari minggu : UPG-SRG Ujungpandang-semarang
31 60 Hari senin : standby (cadangan) Hari selasa : TJQ-JOG-BPN TanjungPandang-Yogyakarta-Balikpapan Hari rabu :BPN-JOG-BTH-MES Balikpapan-Yogyakarta-Batam-Medan Hari kamis :MES-BTH-JOG-CGK Medan-Batam-Yogyakarta-Jakarta Berikut adalah Penjadwalan yang dihasilkan untuk armada Airbus Kapten dan Kopilot : Tabel 4.12 Jadwal Aibus Kapten dan Kopilot
32 61 Cara membaca jadwal tersebut : Jadwal yang telah dihasilkan dibaca dari kiri ke kanan, no 1 hingga 45 ialah jumlah kapten dan f/o. No 1 mewakili nama kapten dan kopilot masing-masing dan seterusnnya. Nama kapten no 1 dapat dilihat dalam daftar kapten Airbus, dan nama kopilot no 1 dapat dilihat dalam daftar kopilot Airbus dan code IATA setiap kota dapat dilihat pada daftar keterangan kota beserta code IATA. Berikut ialah output yang dihasilkan oleh metode Geneva untuk jadwal pilot Airbus Contoh : No 2 adalah kapten dengan nama : Cahyo Agung Kopilot (f/o) dengan nama : Alfian Ferdinand Dyalim jadwal hari jumat : libur hari sabtu : MES-PDG Medan-Padang Hari minggu : CGK-MDC-RON Jakarta-Manado-Inap Hari senin : MDC-BPN-PDG Manado-Balikpapan-Padang Hari selasa Hari rabu : Day Available (cadangan) : KOE Kupang
33 62 Hari kamis : CGK-CAN-CGK(Jakarta-Canton-Jakarta) - jadwal yang dihasilkan yaitu jumlah pilot ( kapten dan Kopilot) boeing dan masing-masing berjumlah 45 orang dalam seminggu sesuai dengan qualifikasi kemampuan masing-masing dan 18 pilot ( kapten dan kopilot) untuk jenis pesawat Airbus. Mengeluarkan biaya sebesar : Pesawat Boeing : 45 kopilot x Rp /bulan = Rp 1,125 M 45 kapten x Rp /bulan = Rp 2,025 M Pesawat Airbus : 18 kopilot x Rp /bulan = Rp kapten x Rp /bulan = Rp Penjadwalan dengan menggunakan Guaranteed Scheduling Untuk jadwal Boeing dengan jumlah pesawat sebanyak 17 pesawat yang diterbangkan setiap harinya. Sedangkan untuk pesawat jenis Airbus setiap hari yang beroperasi sebanyak 5 pesawat. - input untuk menyusun jadwal dalam seminggu untuk periode Oktober 2009 yaitu : Rute yang tersedia
34 Tabel Rute Boeing 63
35 64 Keterangan: Tabel 4.14 Keterangan IATA Code Untuk rute Airbus periode Oktober 2009 yaitu : Tabel 4.15 Rute Airbus Keterangan : Data Kapten ( Capt) boeing
36 65 Tabel 4.16 Data Kapten Boeing Data kopilot ( F/O) Boeing Berikut ini ialah data F/O Boeing : Tabel 4.17 Data Kopilot Boeing
37 66 Data Kapten ( Capt) Airbus Data Kapten Airbus : Tabel 4.18 Data Kapten Airbus
38 67 Data Koplot ( F/O ) Airbus Data F/O untuk Airbus : Tabel 4.19 Data Kopilot Airbus Jadwal kegiatan Medex dan Profesional Check Boeing Tabel 4.20 Jadwal Medex dan Profesional Check Boeing
39 68 J a d J a d Jadwal kegiatan Medex dan Profesional Check Airbus Tabel 4.21 Jadwal Medex dan Profesional Check Airbus Data gaji Pilot untuk Boeing dan Airbus dalam 1 bulan Gaji pilot yang dikeluarkan setiap bulannya pada PT. Metro Batavia,yaitu : Capt f/o : Rp /bulan : Rp /bulan Proses yang dilakukan yaitu : Urutkan daftar Kapten dan Kopilot untuk Boeing dan Airbus Melakukan kombinasi untuk memperoleh jadwal yang paling optimal dengan cara ambil satu nama kapten dan kopilot untuk dimasukan kedalam rute masing-masing hari, setiap kapten dan kopilot memiliki kesempatan yang sama untuk diambil,kapten dan kopilot yang sudah dipakai selama dua hari, tidak boleh dipakai lagi pada hari ketiga (berdasarkan
40 69 peraturan jam terbang pilot). Kombinasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.22 Kombinasi Jadwal untuk hari Jumat
41 70 Kombinasi untuk hari sabtu no 1 hingga 17 tidak ambil,yang tetap dipakai adalah no 18 hingga 30. hasil jadwal sabtu sebagai berikut : Tabel 4.23 Kombinasi Jadwal untuk hari Sabtu Berikut jadwal hari minggu no 18 sampai 30 tidak diambil kembali karena sudah dipakai 2hari berturut-turut: Tabel 4.24 Kombinasi Jadwal untuk hari Minggu
42 71
43 72 Berikut adalah jadwal hari senin no yang diambil dari 14-31, lalu selanjutnya diikuti dari no 1 hingga 13 : Tabel 4.25 Kombinasi Jadwal untuk hari Senin Berikut adalah jadwal untuk hari selasa : Tabel 4.26 Kombinasi Jadwal untuk hari Selasa
44 73 Berikut adalah jadwal hasil kombinasi untuk hari rabu : Tabel 4.27 Kombinasi Jadwal untuk hari Rabu
45 74 Berikut adalah jadwal hasil kombinasi untuk hari kamis : Tabel 4.28 Kombinasi Jadwal untuk hari Kamis Setelah kombinasi tersebut selesai dilakukan,maka didapatkan jadwal untuk Boeing sebagai berikut : Tabel 4.29 Jadwal Hasil Guaranteed Scheduling Boeing
46 75 Cara membaca jadwal tersebut sebagai contoh : No 3 yaitu dengan nama Kapten : M. Umar Nama Kopilot : Yoppy Yudian Darma Putra Dengan jadwal : Jumat : PNK-UPG ( Pontianak-Jakarta) Sabtu : Libur Minggu : AMI-DJB(Mataram-Jambi) Senin : TJQ-JOG-BPN
47 76 Selasa : Libur (Tanjung Pandan-Jogyakarta-Balikpapan) Rabu : SRG-DJB(Semarang-Jambi) Kamis : PDG-DPS.RON ( Padang- Inap di Bali) Proses pengkombinasian untuk armada Airbus sama dengan proses kombinasi untuk Boeing,yaitu : Tabel 4.30 Kombinasi Jadwal untuk hari Jumat dan Sabtu Tabel 4.31 Kombinasi Jadwal untuk hari Minggu dan Senin Tabel 4.32 Kombinasi Jadwal untuk hari Selasa dan Rabu
48 77 Tabel 4.33 Kombinasi Jadwal untuk hari Kamis Setelah kombinasi tersebut selesai dilakukan,maka didapatkan jadwal untuk Airbus sebagai berikut : Tabel 4.34 Hasil Jadwal Guaranteed untuk Airbus Cara membaca jadwal tersebut adalah : No 3 dengan nama Kapten Nama Kopilot : Sukisyanto : Arie Primadi Nugraha Memiliki jadwal : Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu :CGK-MDC-RON (Jakarta-Manado-Inap) : Libur : BTH (Batam) : KOE (Kupang) : Libur : MDC-MES (Manado-Medan)
49 78 Kamis : BPN-MDC-RON(Balikpapan-Manado-Inap) - jadwal yang dihasilkan yaitu : jumlah pilot ( kapten dan kopilot) untuk jenis pesawat jenis Boeing masing-masing ialah 48 orang dan untuk jenis pesawat Airbus masingmasing berjumlah 18 orang. Untuk pesawat Boeing : Kopilot 48 0rangx Rp /bulan : Rp 1,2 M Kapten 48 orang x Rp /bulan : Rp 2,160 M Pesawat Airbus : 18 kopilot x Rp /bulan = Rp kapten x Rp /bulan = Rp Perbandingan antara metode Geneva dengan metode Guaranteed Scheduling Perbandingan dilakukan dengan cara perbandingan rasio pemakaian jumlah kapten dan kopilot untuk armada Boeing dan Airbus, rasio perbandingan tersebut diterapkan seperti dibawah ini : - Apabila rasionya lebih dari 1 maka jadwal tersebut tidak optimal. - Rasio dapat dihitung dengan cara: Jumlah pilot yang digunakan Jumlah seluruh pilot yang tersedia Rasio jika < 1,maka penggunaan pilot optimal :1 >1, maka penggunaan pilot tidak optimal - Rasio metode Geneva untuk Boeing Kapten = 45 = 0,83 54
50 79 Maka rasio yang didapat <1 sehingga jumlah kapten yang digunakan optimal, dan meningkatkan efisien sebesar 1 0,83 = 0,17 = 17% Kopilot = 45 = 0,85 52 Maka rasio yang didapat <1 sehingga jumlah kapten yang digunakan optimal, dan meningkatkan efisien sebesar 1 0,85 = 0,15 = 15% Untuk Airbus : Kopilot = 18 = 0,75 24 Maka rasio yang didapat <1 sehingga jumlah kopilot yang digunakan optimal, dan meningkatkan efisien sebesar 1 0,75 = 0,25 = 25% Kapten = 18 = 0,72 25 Maka rasio yang didapat <1 sehingga jumlah kapten yang digunakan optimal, dan meningkatkan efisien sebesar 1 0,72 = 0,28 = 28% - Rasio metode Guaranteed Scheduling Untuk Boeing : Kapten= 48 = 0,87 54 Maka rasio yang didapat < 1 sehingga jumlah kapten yang digunakan optimal, dan meningkatkan efisien sebesar 1 0,87 = 0,13 = 13%
51 80 Kopilot = 48 = 0,92 52 Maka rasio yang didapat <1 sehingga jumlah kopilot yang digunakan optimal, dan meningkatkan efisien sebesar 1 0,92 = 0,08 = 8% Untuk Airbus : Kopilot = 18 = 0,75 24 Maka rasio yang didapat <1 sehingga jumlah kopilot yang digunakan optimal, dan meningkatkan efisien sebesar 1 0,75 = 0,25 = 25% Kapten = 18 = 0,72 25 Maka rasio yang didapat <1 sehingga jumlah kapten yang digunakan optimal, dan meningkatkan efisien sebesar 1 0,72 = 0,28 = 28% Nilai rasio yang rendah berarti meningkatkan efisien yang tinggi, sehingga dengan efisien yang lebih tinggilah yang teroptimal. Maka berdasarkan perbandingan diatas metode yang menghasilkan rasio yang rendah antara metode Geneva dengan Guaranteed Scheduling adalah metode Geneva dengan rasio kapten Boeing sebesar 0,83 dan kopilot sebesar 0,85.
52 Usulan Rekomendasi metode yang diterapkan untuk pengoptimalisasian Jadwal pilot PT. Metro Batavia Dalam perusahaan penerbangan besar maupun kecil, usaha untuk memberikan performa terbaik pilot dalam menerbangkan setiap armada pesawat adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan, karena apabila penggunaan jumlah pilot terlalu dipaksakan hanya karena untuk meminimalkan pengeluaran biaya dapat mengakibatkan hal yang sangat fatal. Menurut analisis, PT. Metro Batavia belum mengelola penggunaan jumlah pilot yang digunakan secara optimal,namun memaksakan penggunaan jumlah pilot sehingga melanggar peraturan jam terbang pilot yang berlaku. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh PT. Metro Batavia dalam pengoptimalisasian jadwal Pilot : o Dengan melihat kedua metode tersebut metode Geneva yang sudah diterapkan PT. Metro Batavia sudah optimal. o Dengan melihat jadwal yang dihasilkan dari metode Geneva, terlihat semua armada terus dioperasikan, jadwal untuk melakukan perawatan armada pesawat pun tidak diberitahukan, maka dapat dikatakan jadwal perawatan armada pesawat tidak dilakukan secara teratur. Seharusnya perawatan terhadap armada pesawat dilakukan secara disiplin, karena faktor keamanan dalam industri penerbangan sangatlah penting bagi konsumen. o Apabila menggunakan metode Geneva,maka semua pilot yang terdiri dari Kapten dan Kopilot memiliki jadwal yang sangat padat sekali, dengan hal tersebut dapat mengakibatkan performa pilot menurun, tetapi pihak PT. Metro Batavia dapat menghemat biaya untuk kopilot Boeing sebesar Rp 78 jt dalam sebulan, dan kapten Boeing sebesar 135jt dalam sebulan.
53 82 o Dengan melihat jadwal yang telah dihasilkan dengan metode Guaranteed Scheduling, jadwal untuk masing-masing kapten serta kopilot Boeing dan Airbus tidak padat, masing-masing kopilot dan kapten bisa menikmati hari liburnya sesuai dengan peraturan yang berlaku yakni setelah 2hari berturut-turut beroperasi maka hari ketiga harus mendapatkan libur,dapat melakukan kegiatan medex dan professional test. Dengan jadwal yang tidak padat maka performa setiap kapten dan kopilot lebih baik dan keamanan untuk para customer terjamin. Penulis lebih merekomendasikan jadwal tersebut menggunakan Guaranteed Scheduling. o Dengan menggunakan metode Guaranteed Scheduling memang pengeluaran gaji menjadi lebih tinggi,sebab jumlah pemakaian untuk masing-masing kapten dan kopilot Boeing lebih banyak. o Dengan metode Guaranteed Scheduling penjadwalan yang dibuat mengikuti peraturan yang berlaku yakni setiap pilot jika sudah bekerja 2 hari berturut-turut hari ke 3 harus diliburkan, dengan metode Geneva jadwal yang dibuat sangat padat dan tidak mengikuti peraturan yang berlaku yakni setiap pilot pada hari ke 4 baru diliburkan. 4.6 Implikasi Hasil Penelitian Setelah dilakukan pengumpulan data yang didapatkan, selanjutnya dilakukan analisis data dan dari analisis dapat diketahui bahwa metode yang sudah berjalan untuk membuat jadwal pilot di PT. Metro Batavia sudah cukup optimal,namun jadwal yang dihasilkan kurang memperhatikan waktu kerja pilot yang sangatlah padat. Dimana menurut peraturan C.A.S.R, setiap kali pilot yang sudah bekerja selama 2hari berturut-turut maka pada hari ketiga tidak boleh
54 83 menerbangkan armada pesawat kembali,setalah hari ke tiga barulah pilot tersebut diperbolehkan menerbangkan armada pesawat. Disamping menganalisa metode yang sudah berjalan di PT. Metro Batavia, dilakukan juga analisa jadwal pilot Boeing dan Airbus dengan metode pengoptimalisasian lainnya,yaitu dengan metode Guaranteed Scheduling. Pada Metode Guaranteed Scheduling menghasilkan output berupa jadwal pilot yang terdiri dari jumlah penggunaan Kapten dan Kopilot untuk armada Boeing dan Airbus. Apabila PT. Metro Batavia menggunakan metode Guaranteed Scheduling dalam membuat jadwal pilot Boeing dan Airbus maka masing-masing pilot memiliki kesempatan untuk memulihkan stamina mereka, namun bila memang metode ini digunakan akan lebih memerlukan penelitian manajemen yang lebih mendalam. Apabila PT. Metro Batavia tetap menggunakan metode Geneva yang sudah berjalan, maka PT. Metro Batavia perlu lebih memperhatikan untuk menambah jumlah armada pesawat dan jumlah pilot yang terdiri dari Kapten dan Kopilot agar para pilot memiliki kesempatan untuk memulihkan stamina mereka kembali, dapat melakukan kegiatan yang diwajibkan seperti medex(medical check-up), Profesional Test, serta semua armada dapat melakukan perawatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Mandala Airlines didirikan pada tanggal 17 April 1969 saat negara kita baru saja membenahi kondisi perekonomian yang cukup pelik,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan gambaran untuk menunjukkan waktu dalam pengambilan data yang akan diteliti, terdapat pula jenis penelitian dan unit analisis yang
Lebih terperinciBAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan P.T. Sriwijaya Air atau lebih dikenal dengan nama Sriwijaya Air adalah perusahaan penerbangan swasta nasional yang saat ini eksis meramaikan dunia
Lebih terperinciANALISA PENJADWALAN PILOT DI PT. METRO BATAVIA DENGAN METODE GUARANTEED SCHEDULLING
ANALISA PENJADWALAN PILOT DI PT. METRO BATAVIA DENGAN METODE GUARANTEED SCHEDULLING SKRIPSI Oleh : Mery Diana 1000848306 Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Jurusan Manajemen Universitas Bina Nusantara Jakarta
Lebih terperinci7.1.Project Control. Schedule kunjungan ke lapangan dan partisipasi audit. Meninjau ulang temuan audit dan pelaporan perbaikan
7.1.Project Control Proyek Control bertanggung jawab kepada manajer lapangan perwakilan PT.Freeport Indonesia dan Dewan Direksi PT Prima Tunggal Javaland juga bertanggung jawab terhadap semua aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebut dengan istilah Official schedule adalah schedule. penerbangan yang dihasilkan oleh operations center system dan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perusahaan yang bergerak di industri airlines, produk utama yang dijual kepada konsumen adalah: tempat, waktu dan tujuan perjalanan yang disebut dengan istilah
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan
BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Biaya awak pesawat adalah biaya kedua terbesar yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan penerbangan setelah biaya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga aspek yaitu keselamatan penerbangan (safety), keselamatan gedung (security), dan total quality management
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 112 TAHUN 2017 TENTANG
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 112 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Lebih terperinciBab 2. Regulasi Aircrew. 2.1 Peraturan Terbang Homebase Lisensi Pilot
Bab 2 Regulasi Aircrew PT. Garuda Indonesia (Persero) mempunyai peraturan - peraturan kerja untuk setiap crew yang harus dipenuhi sebelum membuat jadwal kerja crew. Peraturan- peraturan kerja ini merupakan
Lebih terperinci2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.89, 2015 KEMENHUB. Alokasi. Ketersediaan Waktu Terbang. Bandar Udara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Sejarah Perusahaan. PT Aero Elang Tour atau yang lebih dikenal dengan nama Aero Tour adalah
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT Aero Elang Tour atau yang lebih dikenal dengan nama Aero Tour adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pariwisata. Perusahaan ini didirikan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang
Lebih terperinciMengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 009 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA HAJI TAHUN 1438
Lebih terperinci-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur
-9-4.35. 4.36. 4.37. 4.38. 4.39. 4.40. 4.41 4.42. 4.43. 4.44. 4.45. 4.46. 4.47. 4.48. 4.49. 4.50. 4.51. 4.52. 4.53. 4.54. 4.55. 4.56. 4.57. 4.58. 4.59. Personel AOC melakukan approach to landing yang bertentangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas yang terdiri dari banyak pulau. Kondisi geografis yang sedemikian rupa menyebabkan alat-alat transportasi baik transportasi darat,
Lebih terperinciLampiran 1. Perancangan Sistem Manajemen Mutu. Pada PT. Garuda Indonesia. Pedoman Mutu. Sistem Manajemen Mutu Perusahaan
180 Lampiran 1 Perancangan Sistem Manajemen Mutu Pada PT. Garuda Indonesia Pedoman Mutu Sistem Manajemen Mutu Perusahaan Dalam menjalankan proses bisnisnya, PT. Garuda Indonesia harus menerapkan sistem
Lebih terperinciTENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/ 69/11 /2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 707 TAHUN 2012
MENTERI KEPUTUSAN MENTERI NOMOR 707 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN YANG DAPAT DIDUDUKI OLEH TENAGA KERJA ASING PADA KATEGORI TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN GOLONGAN POKOK ANGKUTAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :SKEP/69/11/2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DENGAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv INTISARI... v ABSTRACT... vi MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard
Lebih terperinci2 Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tenta
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.290, 2015 KEMENHUB. Sertifikat Operator Pesawat Udara. Keselamatan. Penilaian Kinerja. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBAB V MANAJEMEN PERUSAHAAN
112 MANAJEMEN PERUSAHAAN 5.1 Bentuk Perusahaan Pabrik nitrobenzen yang akan didirikan, direncanakan mempunyai: Bentuk Lapangan Usaha Kapasitas produksi Status perusahaan : Perseroan Terbatas (PT) : Industri
Lebih terperinci63.42 Lisensl Juru mesin yang dlberlkan berdasarkan Lisensl Juru mesln Asing
(b) Setelah yang bersangkutan menerima latihan atau instruksi tambahan (terbang, pelatihan sintetik, atau pelatihan darat/dalam kelas, atau kombinasinya) yang dianggap per/u, dalam opini/pendapat Direktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia Bisnis penerbangan di Indonesia semakin terlihat menjanjikan. Pengguna jasa penerbangan di negara kita
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 697, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Ketersediaan Waktu Terbang. Alokasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 57 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN 175-04 (MANUAL OF STANDARD PART
Lebih terperinciPEDOMAN PENGOPERASIAN, PERAWATAN, DAN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG MICROLIGHT TRIKE
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.5/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENGOPERASIAN, PERAWATAN, DAN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG MICROLIGHT TRIKE DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 43 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 143 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah PT. Samudra Marine Indonesia yaitu perusahaan jasa pembuatan kapal, perbaikan
Lebih terperinciBAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN
38 BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Yoyo Toys Nusa Plasindo merupakan sebuah perusahaan distributor yang bergerak dibidang pembelian, persediaan
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN
39 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia adalah sub dari Allianz Group, pemimpin penyedia asuransi dan servis keuangan di dunia. Berdiri pada tahun
Lebih terperinciInternal Audit Charter
SK No. 004/SK-BMD/ tgl. 26 Januari Pendahuluan Revisi --- 1 Internal Audit Charter Latar Belakang IAC (Internal Audit Charter) atau Piagam Internal Audit adalah sebuah kriteria atau landasan pelaksanaan
Lebih terperinciPENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 22 TAHUN 2015 TENTANG PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN OLEH KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
Lebih terperinci2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.496, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara. Tidak Berjadwal. Pesawat Udara. Sipil Asing. NKRI. Kegiatan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 66 TAHUN 2015
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN M E M U T U S K A N : NOMOR : KM 81 TAHUN 2004
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 81 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2001 telah
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU
Halaman : 1 dari 19 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 19 Agustus 2014 Oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak Luwi Budi Nugroho NIP. 195807231981091001 Pedoman ini menguraikan
Lebih terperincilaporan inspeksi terhadap FAL inspeksi terhadap inspeksi ijin usaha Agen Penjualan Umum laporan inspeksi penggunaan hak angkut dan kerjasama angkutan
2 3 4 5 6 7 8 8. pemantauan terhadap rencana pengguna tenaga kerja asing laporan pemantauan terhadap rencana pengguna tenaga kerja asing 0 4.5 45 0.332 9. inspeksi terhadap penggunaan hak angkut dan kerjasama
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM SEDANG BERJALAN
BAB 3 ANALISIS SISTEM SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Profil Perusahaan PT. Kalstar Aviation PT. Kalstar Aviation sudah cukup terkenal dengan strategi pemasaran yang cepat dan inovatif.
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)
Lebih terperinciC. Klasifikasi Ruang Udara dan Struktur Rute. D. Perencanaan Terbang/Flight Plans.
C. Klasifikasi Ruang Udara dan Struktur Rute. D. Perencanaan Terbang/Flight Plans. (1) Domestik. (2) International. E. Pemisahan minimum/separation Minimums. F. Prioritas Penanganan/Priority Handling.
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM OBJEK PEMBAHASAN
BAB 3 GAMBARAN UMUM OBJEK PEMBAHASAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT Toyofuji Serasi Indonesia merupakan perusahaan pelayaran yang bergerak di bidang logistik yang didirikan pada tanggal 7 Desember 2005. PT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi
14 BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Freshklindo Graha Solusi PT. Freshklido Graha Solusi adalah perusahaan jasa kebersihan terkemuka di Indonesia, yang menawarkan solusi cerdas
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Perkembangan PT Indonesia Air Transport Tbk.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perkembangan PT Indonesia Air Transport Tbk. PT Indonesia Air Transport Tbk. memulai kegiatan usahanya pada tahun 1968 hanya memiliki pesawat terbang Piper
Lebih terperinciBAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT
BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Perusahaan TX Travel Sriwijaya merupakan salah satu dari cabang TX Travel dan merupakan cabang yang ke-183 dari 230 cabang yang ada saat ini. TX Travel Sriwijaya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan Permata Hijau Group (PHG) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau Group
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke masa membuat persaingan dalam dunia pekerjaan meningkat. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya.
BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi penjualan pada PT. Bangunan Jaya adalah merupakan suatu proses evaluasi
Lebih terperinciIII ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN
ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN ASPEK ORGANISASI DALAM INDUSTRI PENERBANGAN 1. Organisasi Menurut Stoner Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S.) BAGIAN 143 SERTIFIKASI DAN PERSYARATAN PENGOPERASIAN BAGI PENYELENGGARA PELATIHAN PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dicirikan dengan adanya akses transportasi yang cukup baik. Perbaikan akses transportasi ke suatu tempat akan menjadikan lahan tersebut semakin menarik. Berkembangnya
Lebih terperinciLAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1)
L1 LAMPIRAN A KUESIONER Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) 1 Setiap penggunaan sistem informasi harus melaksanakan aturan yang ditetapkan perusahaan 2 Pimpinan masing-masing unit organisasi
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : XP 93 TAHUN 2015 TENTANG
WiENTERi PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : XP 93 TAHUN 2015 TENTANG PRINCIPAL OPERATION INSPECTOR (POI), PRINCIPAL MAINTENANCE INSPECTOR (PMI) DAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN DI BIDANG MANAJEMEN PENERBANGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDRIVER MANAGEMENT SYSTEM
DRIVER MANAGEMENT SYSTEM Manajemen Pengemudi merupakan salah satu elemen yang berhubungan dengan para Pengemudi dan kegiatan yang menyangkut didalamnya, yang juga salah satu Pilar kinerja dalam Sistim
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Siklus penggajian merupakan salah satu aktivitas yang terdapat dalam fungsi Sumber Daya Manusia. Pengelolaan penggajian yang dilaksanakan dengan baik di perusahaan dapat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN
45 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. GMF Aero Asia PT. GMF Aero Asia (Garuda Maintenance Facility) merupakan anak perusahaan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Operasi merupakan bagian dari organisasi dalam menciptakan dan mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik secara tersirat atau tidak
Lebih terperinciBAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN
BAB 3 SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Dunia kita membutuhkan konsumsi energi yang semakin meningkat untuk sumber daya ekonomi kita. Sumber dominan energi dunia berasal dari pasokan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciBoks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi
Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Perekonomian Jambi yang mampu tumbuh sebesar 5,89% pada tahun 2006 merupakan prestasi tersendiri. Pada awal tahun bekerjanya mesin ekonomi
Lebih terperinciFungsi Jabatan Tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing jabatan adalah sebagai berikut: 1. Jajaran Direksi Perusahaan a.
BAB XI STRUKTUR ORGANISASI A. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN Pabrik benzaldehyde ini direncanakan berbentuk perseroan terbatas sehingga untuk memperlancar jalannya manajemen di perusahaan, perlu dibuat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara Niaga. Keterlambatan Penerbangan. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC
BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC IV.1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Tahap survei pendahuluan merupakan tahap awal yang harus dilaksanakan oleh seorang
Lebih terperincimempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Observasi Setiap manusia di dunia memiliki kebutuhan dan keinginan dalam usaha untuk mempertahankan hidup, namun sering kali manusia tidak suka memperhatikan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciSistem Pengendalian Managemen Southwest Airlines Corporation
Sistem Pengendalian Managemen Southwest Airlines Corporation Class: Executive B 30 C Disususn Oleh : Group 10 Pranandang Adi Laksana Ryan Cipta Kusuma Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha. wadah apa perusahaan didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk usaha Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan perusahaan, ada dua hal yang perlu diputuskan, yaitu dalam bidang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.879, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Manajemen Keselamatan kapal. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN KESELAMATAN
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG IDENTITAS VISUAL MERPATI NUSANTARA AIRLINES TUGAS AKHIR. Oleh. Nama : Angela Leony NIM : Kelas : 08 PCU
PERANCANGAN ULANG IDENTITAS VISUAL MERPATI NUSANTARA AIRLINES TUGAS AKHIR Oleh Nama : Angela Leony NIM : 0800785543 Kelas : 08 PCU Universitas Bina Nusantara Jakarta 2008 i PERANCANGAN ULANG IDENTITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bisa dipungkiri lagi bahwa kebutuhan kita akan berbagai informasi menjadi sesuatu yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abad informasi telah menyentuh kehidupan manusia di berbagai bidang. tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kebutuhan kita akan berbagai informasi menjadi sesuatu yang bersifat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gegap gempita. Peta dunia industri penerbangan dalam negeri pun berubah.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak pemerintah mengeluarkan deregulasi ijin operator penerbangan tiga tahun lalu, beberapa pengusaha di Indonesia menyambutnya dengan gegap gempita. Peta
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN
48 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Harapan Subur didirikan secara resmi pada tanggal 1 Juni 1999. PT. Harapan Subur ini merupakan perusahaan yang berjalan dibidang
Lebih terperincikegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti
-3-1.26. 1.27. 1.28. 1.29. 1.30. 1.31. 1.32. 1.33. 1.34. 1.35. 1.36. 1.37. 1.38. Perusahaan angkutan udara asing dan badan usaha angkutan udara yang melaksanakan kerjasama penerbangan pada rute luar negeri
Lebih terperinciBAB 3 INTI PENELITIAN
BAB 3 INTI PENELITIAN 3.1 Sejarah PT.Sriwijaya Air Sriwijaya Air berdiri tepat pada Hari Pahlawan, yaitu 10 November tahun 2003.Dengan bermodalkan satu armada pesawat Boeing 737-200,Sriwijaya memulai penerbangan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] BAB XXII KETENTUAN PIDANA Pasal 401 Setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara Indonesia atau pesawat udara asing yang memasuki
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERNAL
PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. layanan pengelolaan limbah. PT PPLi beralamat di Jalan Raya Narogong, Desa
BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi) adalah sebuah perusahaan industri Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1994 yang pada awalnya
Lebih terperinciKEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI
KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri
Lebih terperinciManajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko
Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko Solichul HA. BAKRI, et al Ergonomi untuk Keselamatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Mengelola Kelelahan
Lebih terperinci2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Presiden Nomor 47
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1823, 2016 KEMHUB. Inspektur Penerbangan. Inspector Training System (ITS). Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 144 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciJUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja
Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Bidang Programer komputer KODE UNIT : TIK.PR01.001.01 JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja DESKRIPSI UNIT : Unit ini menentukan kompetensi yang diperlukan
Lebih terperinciFakultas Ekonomi Universitas Katolik Soedijapranata Semarang. KUESIONER Judul Audit Operasional pada PT Sriwijaya Air Distrik Semarang
Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soedijapranata Semarang KUESIONER Judul Audit Operasional pada PT Sriwijaya Air Distrik Semarang Responden Yth, Dalam rangka menyelesaikan studi pada program Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di tahun-tahun mendatang muncul suatu tantangan yang harus dihadapi oleh setiap Badan Usaha
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daya tarik (attractiveness) industri penerbangan cukup besar dan menjanjikan.
` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Hal itu dapat dilihat dari ketatnya persaingan pelayanan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan perekonomian di Indonesia dan juga semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap perusahaan harus mempersiapkan diri untuk
Lebih terperinciJ udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan
Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis penerbangan khususnya untuk penerbangan berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. Untuk di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi udara merupakan industri yang memiliki kaitan erat dengan ekonomi global. Peningkatan 1% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) secara global akan meningkatkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tertentu. Begitu juga halnya perjalanan PT. Bahana Sejahtera Tour and Travel
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah adalah rangkuman perjalanan masa lalu dalam kurun waktu tertentu. Begitu juga halnya perjalanan PT. Bahana Sejahtera Tour and Travel
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR :rp 280 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN SLOT TIME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :rp 280 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN SLOT TIME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN
BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi PT Garuda Jaya Sumbar Indah (PT. GJSI) merupakan perusahaan keluarga yang berdiri sejak tahun 1985. PT Garuda Jaya Sumbar Indah bergerak dalam
Lebih terperinciLampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS
Lampiran 1 CHECK LIST PRAKUALIFIKASI CSMS PRAKUALIFIKASI CSMS 3.1. PROFIL KONTRAKTOR 1. Nama Perusahaan : Alamat Pos : Nomor Telephone/Fax :... Email : 2. Anggota Direksi NO JABATAN NAMA PENDIDIKAN TERAKHIR
Lebih terperinci