BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT
|
|
- Hamdani Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT
2 PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang dan atau bongkar muat kargo dan atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi; 2. Kebandarudaraan adalah meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi bandar udara untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan atau pos, keselamatan penerbangan, tempat perpindahan intra dan atau antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah. 4. Bandar Udara umum adalah bandar udara yang dipergunakan untuk melayani kepentingan umum; 4. Bandar Udara khusus adalah bandar udara yang penggunaannya hanya menunjang kegiatan tertentu dan tidak dipergunakan untuk umum; 5. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) adalah wilayah daratan dan atau perairan dan ruang udara disekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan;
3 PENGERTIAN ISTILAH 6. Daerah Lingkungan Kerja Bandar udara (DKLKR) adalah wilayah daratan dan atau perairan yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan bandara. 7. Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah suatu sistem kebandarudaraan nasional yang memuat tentang hirarki, peran, fungsi, klasifikasi, jenis, penyelenggaraan, kegiatan, keterpaduan intra dan antar moda serta keterpaduan dengan sektor lainnya. 8. Sertifikat operasi Bandar Udara adalah bukti telah dipenuhinya persyaratan untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan. 9. Sisi Darat adalah wilayah bandar udara yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan operasi penerbangan. 10. Sisi Udara adalah bagian dari bandar udara dan segala fasilitas penunjangnya yang merupakan daerah bukan publik dimana setiap orang, barang dan kendaraan yang akan memasukinya wajib melalui pemeriksaan keamanan dan atau memiliki izin khusus.
4 PENGERTIAN ISTILAH 11. Personel Penerbangan, yang selanjutnya disebut personel, adalah personel yang berlisensi atau bersertifikat yang diberi tugas dan tanggung jawab di bidang penerbangan. 12. Bandar Udara Pengumpul (Hub) adalah bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara yang melayani penumpang dan/ atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai provinsi. 13. Bandar Udara Pengumpang (Spoke) adalah bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan dan mempengaruhi perkembangan ekonomi terbatas 14. Pangkalan Udara adalah kawasan didaratan dan / atau diperaiaran dengan batas-batas tertentu dalam wilayah RI yang digunakan untuk kegiatan lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan ketahanan negara oleh TNI.
5 PENGERTIAN ISTILAH 15. Navigasi Penerbangan adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari satu titik ke titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya dan / atau rintangan penerbangan. 16. Keselamatan penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, banda udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. 17. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan SDM, fasilitas dan prosedur 18. Lisensi adalah surat ijin yang diberikan kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk melakukan pekerjaan dibidangnya dalam jangka waktu tertentu. 19. Sertifikat Kompetentsi adalah tanda bukti seseorang telah memenuhi persyaratan pengetahuan, keahlian dan kualifikasi di bidangnya.
6 STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DIREKTORAT ANGKUTAN UDARA DIREKTORAT BANDAR UDARA DIREKTORAT KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTORAT NAVIGASI PENERBANGAN DIREKTORAT KELAIKAN UDARA DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA
7 VISI DAN MISI Visi : terwujudnya penyelenggaraan transportasi udara yang andal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah. Penjelasan Visi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara secara garis besar adalah : Andal : mempunyai keunggulan dan memenuhi aspek ketersediaan ketepatan waktu, kelaikan, keselamatan dan keamanan dalam menyelenggarakan transportasi udara. Berdaya saing : efektif, efisien, berkualitas, ramah lingkungan, berkelanjutan, SDM yang professional, mandiri dan produktif. Nilai tambah : dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung Misi : - memenuhi standar keamanan, keselamatan penerbangan dan pelayanan. - menyediakan sarana, prasarana dan jaringan transportasi udara yang andal, optimal dan terintegrasi. - mewujudkan iklim usaha jasa transportasi udara yang kompetitif dan berkelanjutan (sustainable). - mewujudkan kelembagaan yang efektif, efisien didukung oleh SDM yang professional dan peraturan perundang-undangan yang komprehensif serta menjamin kepastian hukum.
8 TUPOKSI fungsi : mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perhubungan udara 1. penyiapan perumusan kebijakan Dephub di bidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara; 2. pelaksanaan kebijakan di bidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara; 3. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur di bidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara; 4. pelaksanaan sertifikasi dan/atau perijinan di bidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian
9 TUPOKSI 5. Pengawasan (dalam arti pemantauan dan penilaian) terhadap pelaksanaan kebijakan dibidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara 6. Pengendalian (dalam arti pemberian arahan, petunjuk bimtek) terhadap pelaksanaan kebijakan dibidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara 7. Penegakan hukum/tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijakan dibidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara 8. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kebijakan dibidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara 9. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
10 fungsi : TUPOKSI mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara 1. pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana, program, dan anggaran, penyiapan bahan rumusan kebijakan, serta evaluasi dan pelaporan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 2 pengelolaan urusan keuangan dan barang inventaris milik/kekayaan negara di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 3. penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pemberian pertimbangan dan bantuan hukum, penyuluhan hukum serta kerjasama luar negeri di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 4. pelaksanaan urusan kepegawaian, organisasi dan tatalaksana, tata usaha, rumah tangga, serta hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga; 5. penelaahan, evaluasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan fungsional dan laporan masyarakat.
11 TUPOKSI mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur, perizinan, pengawasan, pengendalian, penegakan hukum/tindakan korektif serta evaluasi dan pelaporan dibidang sistem data dan standarisasi pelayanan angkutan udara, angkutan udara niaga berjadwal, angkutan udara niaga tidak berjadwal dan angkutan udara non niaga, kerjasama angkutan udara serta pengembangan dan pembinaan usaha angkutan udara. Fungsi : 1.Penyiapan perumusan kebijakan di bidang sistem data dan standarisasi pelayanan angkutan udara, angkutan udara niaga berjadwal, angkutan udara niaga tidak berjadwal dan angkutan udara non niaga, kerjasama angkutan udara serta pengembangan dan pembinaan usaha angkutan udara; 2.Penyusunan standarisasi, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur di bidang sistem data dan standarisasi pelayanan angkutan udara, angkutan udara niaga berjadwal, angkutan udara niaga tidak berjadwal dan angkutan udara non niaga, kerjasama angkutan udara serta pengembangan dan pembinaan usaha angkutan udara;
12 TUPOKSI 3. Pelaksanaan pemberian izin di bidang penyelenggaraan pelayanan angkutan udara. 4. Pelaksanaan dan perumusan naskah perjanjian dan kerjasama bilateral dan multilateral di bidang angkutan udara. 5. Pelaksanaan perjanjian angkutan udara bilateral dan multilateral serta kerjasama lembaga internasional di bidang angkutan udara. 6. Pelaksanaan penerbitan persetujuan kerjasama perusahaan angkutan udara. 7. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait untuk fasilitas pelayanan angkutan udara internasional 9. Pelaksanaan pertemuan di bidang fasilitas pelayanan angkutan udara internasional 10.Pelaksanaan tanggapan dan masukan terhadap perubahan annex 9 organisasi penerbangan sipil internasional tentang facilitation 11.Pelaksanaan audit kinerja pelayanan angkutan udara.
13 TUPOKSI 11. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang sistem data dan standarisasi pelayanan angkutan udara, angkutan udara niaga berjadwal, angkutan udara niaga tidak berjadwal dan angkutan udara non niaga, kerjasama angkutan udara serta pengembangan dan pembinaan usaha angkutan udara. 12. Penegakan hukum / tindakan korektif terhadap pelanggaran pelaksanaan kebijakan, standarisasi, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur di bidang sistem data dan standarisasi pelayanan angkutan udara, angkutan udara niaga berjadwal, angkutan udara niaga tidak berjadwal dan angkutan udara non niaga, kerjasama angkutan udara serta pengembangan dan pembinaan usaha angkutan udara. 13. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang sistem data dan standarisasi pelayanan angkutan udara, angkutan udara niaga berjadwal, angkutan udara niaga tidak berjadwal dan angkutan udara non niaga, kerjasama angkutan udara serta pengembangan dan pembinaan usaha angkutan udara. 14. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian dan rumah tangga Direktorat.
14 TUPOKSI mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur, sertifikasi, pengawasan, pengendalian, penegakan hukum/tindakan korektif serta evaluasi dan pelaporan di bidang tatanan kebandarudaraan dan lingkungan, prasarana bandar udara, peralatan dan utilitas bandar udara, personil dan operasi bandar udara serta penyelenggaraan bandar udara. Fungsi : 1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang tatanan kebandarudaraan dan lingkungan, prasarana bandar udara, peralatan dan utilitas bandar udara, personil dan operasi bandar udara serta penyelenggaraan bandar udara; 2.Penyiapan bahan penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur di bidang tatanan kebandarudaraan dan lingkungan, prasarana bandar udara, peralatan dan utilitas bandar udara, personil dan operasi bandar udara serta penyelenggaraan bandar udara.
15 TUPOKSI 3. Pelaksanaan sertifikasi operasi bandar udara 4. Pengawasan dan pengendalian di bidang tatanan kebandarudaraan dan lingkungan, prasarana bandar udara, peralatan dan utilitas bandar udara, personil dan operasi bandar udara serta penyelenggaraan bandar udara; 5. Penegakan hukum/tindakan korektif terhadap pelanggaran pelaksanaan kebijakan, standarisasi, kriteria, sistem dan prosedur di bidang tatanan kebandarudaraan dan lingkungan, prasarana bandar udara, peralatan dan utilitas bandar udara, personil dan operasi bandar udara serta penyelenggaraan bandar udara; 6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang tatanan kebandarudaraan dan lingkungan, prasarana bandar udara, peralatan dan utilitas bandar udara, personil dan operasi bandar udara serta penyelenggaraan bandar udara; 7. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian dan rumah tangga Direktorat
16 TUPOKSI mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur, sertifikasi, pengawasan, pengendalian, penegakan hukum/tindakan korektif serta evaluasi dan pelaporan di bidang standarisasi dan program kerjasama keamanan penerbangan, pelayanan darurat, sertifikasi personil keamanan penerbangan, fasilitas keamanan penerbangan serta quality control keamanan penerbangan barang berbahaya dan kargo fungsi : 1.penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang standarisasi dan program kerjasama keamanan penerbangan, pelayanan darurat, sertifikasi personil keamanan penerbangan, fasilitas keamanan penerbangan serta quality control keamanan penerbangan, barang berbahaya dan kargo; 2.Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur di bidang standarisasi dan program kerjasama keamanan penerbangan, pelayanan darurat, sertifikasi personil keamanan penerbangan, fasilitas keamanan penerbangan serta quality control keamanan penerbangan, barang berbahaya dan kargo;
17 TUPOKSI 3. Pelaksanaan sertifikasi di bidang personil keamanan penerbangan dan fasilitas keamanan penerbangan. 4. Pelaksanaan investigasi dan pencegahan ancaman keamanan penerbangan 5. Pelaksanaan kerjasama dan hubungan internasional di bidang keamanan penerbangan 6. Pengawasan dan pengendalian di bidang standarisasi dan program kerjasama keamanan penerbangan, pelayanan darurat, sertifikasi personil keamanan penerbangan, fasilitas keamanan penerbangan serta quality control keamanan penerbangan, barang berbahaya dan kargo;
18 TUPOKSI 7. Penegakan hukum/tindakan korektif terhadap pelanggaran pelaksanaan kebijakan, standarisasi, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur di bidang standarisasi dan program kerjasama keamanan penerbangan, pelayanan darurat, sertifikasi personil keamanan penerbangan, fasilitas keamanan penerbangan serta quality control keamanan penerbangan, barang berbahaya dan kargo; 8. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang standarisasi dan program kerjasama keamanan penerbangan, pelayanan darurat, sertifikasi personil keamanan penerbangan, fasilitas keamanan penerbangan serta quality control keamanan penerbangan, barang berbahaya dan kargo 9. Pelaksanaan tata usaha, kepegawaian dan rumah tangga Direktorat.
19 TUPOKSI mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur, sertifikasi, pengawasan, pengendalian, penegakan hukum/tindakan korektif serta evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen lalu lintas penerbangan (air traffic Management /ATM), informasi aeronautika, komunikasi penerbangan, fasilitas bantu navigasi dan pengamatan penerbangan serta standarisasi dan sertifikasi navigasi penerbangan. fungsi : 1.penyiapan perumusan kebijakan di bidang manajemen lalu lintas penerbangan, informasi aeronautika, komunikasi penerbangan, fasilitas bantu navigasi dan pengamatan penerbangan serta standarisasi dan sertifikasi navigasi penerbangan;
20 TUPOKSI 2. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur di bidang manajemen lalu lintas penerbangan, informasi aeronautika, komunikasi penerbangan, fasilitas bantu navigasi dan pengamatan penerbangan serta standarisasi dan sertifikasi navigasi penerbangan serta organisasi pendidikan dan pelatihan navigasi penerbangan; 3. Pelaksanaan sertifikasi di bidang ATM, informasi informasi aeronautika, komunikasi penerbangan, fasilitas bantu navigasi dan pengamatan penerbangan serta organisasi pendidikan dan pelatihan navigasi penerbangan yang meliputi evaluasi, verifikasi, penerbitan dan perpanjangan serta sistem dan prosedur navigasi penerbangan 4. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang manajemen lalu lintas penerbangan, informasi aeronautika, komunikasi penerbangan, fasilitas bantu navigasi dan pengamatan penerbangan, standarisasi dan sertifikasi navigasi penerbangan serta organisasi pendidikan dan pelatihan navigasi penerbangan
21 TUPOKSI 5. Penegakan hukum / tindakan korektif terhadap pelanggaran pelaksanaan kebijakan, standarisasi, kriteria, sistem dan prosedur di bidang manajemen lalu lintas penerbangan, informasi aeronautika, komunikasi penerbangan, fasilitas bantu navigasi dan pengamatan penerbangan, standarisasi dan sertifikasi navigasi penerbangan serta organisasi pendidikan dan pelatihan navigasi penerbangan 6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen lalu lintas penerbangan, informasi aeronautika, komunikasi penerbangan, fasilitas bantu navigasi dan pengamatan penerbangan, standarisasi dan sertifikasi navigasi penerbangan serta organisasi pendidikan dan pelatihan navigasi penerbangan 7. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian dan rumah tangga Direktorat.
22 TUPOKSI mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur, sertifikasi, pengawasan, pengendalian, penegakan hukum/tindakan korektif serta evaluasi dan pelaporan di bidang standarisasi, rekayasa, pabrikasi, produk aeronautika, pengoperasian perawatan dan personil pesawat udara. fungsi : 1.penyiapan perumusan kebijakan di bidang standarisasi, rekayasa, pabrikasi, produk aeronautika, pengoperasian perawatan dan personil pesawat udara; 2.Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur di bidang standarisasi, rekayasa, pabrikasi, produk aeronautika, pengoperasian perawatan dan personil pesawat udara serta organisasi pendidikan dan pelatihan personil pesawat udara
23 TUPOKSI 3. Pelaksanaan sertifikasi di bidang standarisasi, rekayasa, pabrikasi, produk aeronautika, pengoperasian perawatan dan personil pesawat udara serta organisasi pendidikan dan pelatihan personil pesawat udara 4. Pelaksanaan program pencegahan insiden dan kecelakaan pesawat udara 5. Pelaksanaan hubungan internasional di bidang standarisasi, rekayasa, pabrikasi, produk aeronautika, pengoperasian perawatan dan personil pesawat udara 6. pelaksanaan pengawasan (dalam arti pemantauan dan penilaian) yang berupa audit berkala dan pengawasan berkelanjutan dan pengendalian di bidang standarisasi, rekayasa, pabrikasi, produk aeronautika, pengoperasian perawatan dan personil pesawat udara.
24 TUPOKSI 7. Penegakan hukum / tindakan korektif terhadap pelanggaran pelaksanaan kebijakan, standarisasi, kriteria, sistem dan prosedur di bidang standarisasi, rekayasa, pabrikasi, produk aeronautika, pengoperasian perawatan dan personil pesawat udara 8. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang standarisasi, rekayasa, pabrikasi, produk aeronautika, pengoperasian perawatan dan personil pesawat udara 9. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian dan rumah tangga Direktorat.
25 TUPOKSI Bandar Udara adalah UPT dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Bandar Udara mempunyai tugas melaksanakan kegiatan keamanan dan keselamatan penerbangan serta pelayanan jasa kebandarudaraan. fungsi : 1. Penutupan operasional bandar udara dalam keadaan darurat; 2. Penyusunan rencana, program, evaluasi dan pelaporan kegiatan bandar udara; 3. Pelaksanaan kegiatan operasional keamanan dan keselamatan bandar udara; 4. Pelaksanaan kegiatan operasional keamanan dan keselamatan angkutan udara; 5. Pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan penerbangan; 6. Pelayanan navigasi penerbangan; 7. Pelayanan jasa kebandarudaraan; 8. Penyediaan, pengembangan dan perawatan / pemeliharaan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang di bandar udara 9. Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga bandar udara dan hukum.
26 TUPOKSI Administrator Bandar Udara Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna fungsi pemerintahan serta pelayanan kepada masyarakat pada beberapa bandar udara yang diselenggarakan oleh badan usaha kebandarudaraan dibentuk Administrator Bandar Udara. Administrator Bandar Udara adalah Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Administrator Bandar Udara mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian di bidang keamanan, keselamatan dan kelancaran penerbangan serta keamanan dan ketertiban di Bandar udara sesuai peaturan perundang-undangan yang berlaku.
27 TUPOKSI fungsi : 1. Penyusunan rencana strategi dan rencana kerja tahunan Kantor Administrator Bandar Udara; 2. Penyusunan rencana dan program kerja pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan serta kelancaran penerbangan; 3. Penyusunan rencana dan program kerja pengawasan dan pengendalian keamanan dan ketertiban di bandar udara 4. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan serta kelancaran penerbangan. 5. Pelaksanaan Pengawasan dan pengendalian keamanan dan ketertiban di bandar udara 6. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi kegiatan fungsi pemerintahan dan pelayanan jasa bandar udara dan jasa penerbangan untuk kelancaran operasional di bandar udara 7. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan termasuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Administrator Bandar Udara 8. Pelaksanaan administrasi dan kerumah tanggaan serta pelayanan infomasi kepada masyarakat.
28 TRANSPORTASI UDARA SARANA PRASARANA Pesawat Udara Navigasi Penerbangan Bandar Udara PP No. 40 Th Angkutan Udara PP No. 3 Th PP No. 3 Th Keamanan dan Keselamatan Penerbangan PP No. 70 Th Kebandarudaraan
29 Luar Negeri Transportasi Sebagai Urat Nadi Ekonomi Pusat Kegiatan Nasional Pusat Kegiatan Wilayah Pusat Kegiatan Lokal Perintis
30 Kekhususan Transportasi Udara Bandar Udara Keberangkatan Bandar Udara Alternate Bandar Udara Tujuan
31 Dasar Pertimbangan Hukum Penetapan Kebijakan Sub Sektor Transportasi Udara Dalam Rangka Otonomi Daerah UU.1 tahun 2009 tentang Penerbangan UU. 32 Th tentang Pemerintahan Daerah PP. 25 Th tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom PP 38 Th ttg Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemda Prov. Dan Pemda Kab/Kota Kewenangan Pemerintah Pada Sektor Transportasi Udara Proses Kewenangan Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kab/Kota Pada Sektor Transportasi Udara UU. 8 Th tentang Perlindungan Konsumen. UU. 5 Th tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Kesempatan Investasi bagi Pihak Ketiga
32 ANGKUTAN UDARA PEMBINAAN PENYELENGGARAAN Pemerintah Pusat Angkutan Udara NIAGA Angkutan Udara BUKAN NIAGA Sebagian Kewenangan Dekonsentrasi/ Desentralisasi BUMN BUMD BHI PEMERINTAH BHI, Lembaga Tertentu, perorangan WNI
33 NAVIGASI PENERBANGAN PEMBINAAN PENYELENGGARAAN
34 Konsep Dasar Pertimbangan Pelimpahan Kewenangan Bandar Udara Bandara Umum Bandara Khusus Hirarkhi Fungsi Bandara JENIS PENGENDALIAN RUANG UDARA DI BANDARA Kapasitas Pesawat Udara 1. Pusat Penyebaran 2. Bukan Pusat Penyebaran 1. Ruang udara disekitarnya yang dikendalikan 2. Ruang udara disekitarnya yang tidak dikendalikan 1. > 30 Seat Seat
35 BANDAR UDARA UMUM Bandara Pusat Penyebaran atau Bukan Pusat Penyebaran dan Ruang Udara Disekitarnya Dikendalikan Bandara Bukan Pusat Penyebaran yang Ruang Udara Disekitarnya tidak Dikendalikan PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENYELENGGARAAN PEMBINAAN Pemerintah Pusat Sebagian Kewenangan Dekonsentrasi Kepada Gubernur Pemerintah Pusat /BUMN Kecuali Penyelenggaraan Bandar Udara oleh BUMN Pemerintah Kab/Kota dan BUMD Pemerintah Pusat Sebagian Kewenangan Pemerintah Kabupaten Kota
36 BANDAR UDARA KHUSUS Bandara Ruang Udara sekitarnya Dikendalikan dan Kapasitas Pesawat Udara > 30 Seat Bandara Ruang Udara sekitarnya tidak Dikendalikan dan Kap Psw Udara 30 Seat PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENYELENGGARAAN PEMBINAAN Pemerintah Pusat Pemerintah Pusat Sebagian Kewenangan Dekonsentrasi Kepada Gubernur Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kab/Kota BUMN/BUMD BHI Sebagian Kewenangan Pemerintah Kab/Kota
37 P E M B I N A A N PENGATURAN : penetapan kebijakan umum dan teknis yang terdiri atas penentuan norma, standar, pedoman, kriteria, perencanaan dan prosedur termasuk persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan serta perijinan PENGENDALIAN : pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, perijinan, sertifikasi serta bantuan teknis dibidang pembangunan dan pengoperasian. PENGAWASAN : kegiatan pengawasan pembangunan dan pengoperasian agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk melakukan tindakan korektif dan penegakan hukum
38 PERATURAN PEMERINTAH No. 70 Th KEBANDARUDARAAN (17 BAB dan 61 Pasal) TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL PENYELENGGARAAN BANDAR UDARA BANDARA UMUM PEMBANGUNAN BANDARA Penetapan Lokasi Rencana Induk Bandara Penetapan Pembangunan PENGOPERASIAN BANDARA Penetapan Pengoperasian DLKR KKOP KKB Jasa Kebandarudaraan Bandara Internasional Fas. Pengolahan Limbah BANDARA KHUSUS PENGGUNAAN BERSAMA BANDAR UDARA ATAU PANGKALAN UDARA
39 AMANAT Peraturan Pemerintah Nomor 70 TAHUN 2001 PENGATURAN 1. Tatanan Kebandarudaraan Nasional ( KM. 44 TAHUN 2002 ) 2. Penyelenggaraan Bandar Udara Umum ( KM. 48 TAHUN 2002 ) 3. Penyelenggaraan Bandar Udara Khusus 4. Struktur dan Golongan Tarif Jasa Kebandarudaraan 5. Penyerahan Penyelenggaraan Bandar Udara Umum ( Unit Pelaksana Teknis ) ( KM. 45 TAHUN 2002 ) PENETAPAN 1. Penetapan Lokasi Bandar Udara 2. Penetapan Rencana Induk Bandar Udara 3. Penetapan Pembangunan Bandar Udara 4. Penetapan Pengoperasian Bandar Udara 5. Penetapan Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara 6. Penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Sekitar Bandar Udara 7. Penetapan Kawasan Kebisingan di sekitar Bandar Udara 8. Penetapan Pengelolaan Limbah di Bandar Udara 9. Penetapan Pejabat Pemegang Fungsi Koordinasi di Bandar Udara yang dikelola oleh Badan Usaha Kebandarudaraan 10. Penetapan Besaran Tarif Jasa Kebandarudaraan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
40 PP 38 TAHUN 2007 URUSAN-URUSAN PEMERINTAH PUSAT (SUB SEKTOR PERHUBUNGAN UDARA) YANG DISERAHKAN (DESENTRALISASI ) KEPADA : PEMDA TK.I SEBANYAK 38 URUSAN : - SUB BIDANG ANGKUTAN UDARA : 17 URUSAN - SUB BIDANG BANDAR UDARA : 13 URUSAN - SUB BIDANG KESELAMATAN PENERBANGAN : 8 URUSAN PEMDA TK.II/KAB.KOTA SEBANYAK 3 URUSAN MELIPUTI : SUB BIDANG BANDAR UDARA : 3 URUSAN
41
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM. 43 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN SEBAGAIMANA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanakan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1 of 23 08/07/2009 22:34 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali mencabut: PP 71-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 128,
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang
Lebih terperinci2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1297, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jaringan. Rute. Penerbangan. Angkutan Udara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 88 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Visi dan misi a. Visi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Terwujudnya penyelenggaraan transpotasi udara yang andal, berdaya saing dan memberikan nilai
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN
Lebih terperinciStandar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011
Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Posted by jjwidiasta in Airport Planning and Engineering. Standar dan regulasi terkait dengan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,
Lebih terperinci-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG
-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 470 TAHUN 2015 TENTANG
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 470 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN KEGIATAN ORGANISASI DI LINGKUNGAN KANTOR PUSAT DIREKTORAT
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN BANDAR UDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperincid. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.
b. pemberian bimbingan teknis di bidang peralatan informasi dan komunikasi bandar udara dan peralatan pengamanan bandar udara; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peralatan informasi dan komunikasi
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG
1 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH PROVINSI JAMBI
Lebih terperinciBUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH
SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN TOLITOLI
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 71 TAHUN 1996 (71/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/108; TLN NO.3662
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 82 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERHUBUNGAN DAN LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN PROVINSI JAWA TIMUR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI ISTIMEWA ACEH NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
PERATURAN DAERAH PROPINSI ISTIMEWA ACEH NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan
Lebih terperinci- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG
- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, telah diatur
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan 3. Peraturan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TIMUR DI BANDAR UDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciMenimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA ^ PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PELANGGARAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Lebih terperinciBUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG SELATAN
SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, telah
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN I. UMUM Bandar udara sebagai satu unsur dalam penyelenggaraan penerbangan memiliki peranan yang sangat
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 61 TAHUN 2008 T E N T A N G
PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 61 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1289, 2015 KEMENHUB. Perjanjian Tingkat Layanan. Jasa Bandar Udara. Penyusunan Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 129 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM OLEH BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI JEPARA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN,SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEPARA DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2014 EKONOMI. Kawasan. Badan Pengusahaan Batam. Bandar Udara. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5575). PERATURAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.408, 2015 KEMENHUB. Pengusahaan. Bandar Udara. Kegiatan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 56 TAHUN 2015 TENTANG KEGIATAN PENGUSAHAAN DI BANDAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke masa membuat persaingan dalam dunia pekerjaan meningkat. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi
Lebih terperinciDINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123
DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 123 Dinas Perhubungan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Lebih terperinciBUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BANDAR UDARA TEBELIAN DI KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1331,2014 KEMENHUB. Organisasi. Kantor Unit Penyelenggara. Bandar Udara. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 39 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan
Lebih terperinciMatriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun
a. Menurunnya angka kecelakaan 1) Jumlah pedoman standar keselamatan Dokumen 13 11 11 12 13 Tiap Tahun Capaian di tahun 2014 (baseline) adalah 2. Sehingga selama periode 5 tahun perencanaan dari tahun
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG
. BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN, INFORMATIKA, DAN KOMUNIKASI KABUPATEN
Lebih terperinciSALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BULUNGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481]
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara melalui kawasan udara terlarang sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL
Lebih terperinciPERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL Menimbang: a. bahwa dalam Pasal 200 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA
Lebih terperinciPENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 22 TAHUN 2015 TENTANG PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN OLEH KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 1
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2005 T E N T A N G RENCANA INDUK BANDAR UDARA DEPATI PARBO KABUPATEN KERINCI DENGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM OLEH BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dalam memperlancar
Lebih terperinciParagraf 1 Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
BAB XVIII DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 356 Susunan organisasi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris;
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Menimbang : Mengingat BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciNOMOR: KM 8 TAHUN 2010 MENTERI PERHUBUNGAN,
MENTER PERHUBUNGAN REPUBUK NDONESA PERATURAN MENTERPERHUBUNGAN NOMOR: KM 8 TAHUN 2010 DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER PERHUBUNGAN, a. bahwa untuk menjamin keselamatan penerbangan nasional berdasarkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANJUNGPINANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 187 Tahun 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 56 TAHUN 2015 TENTANG KEGIATAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] BAB XXII KETENTUAN PIDANA Pasal 401 Setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara Indonesia atau pesawat udara asing yang memasuki
Lebih terperinciBUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG
-1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN WAY KANAN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PELALAWAN
Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PELALAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,
Lebih terperinciKEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun
Lebih terperinci2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciBUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPasal 862. Bagian Tata Usaha, terdiri dari : c. Subbagian Kepegawaian dan Umum. Pasal 863
Bagian Tata Usaha, terdiri dari : a. Subbagian Perencanaan; b. Subbagian Keuangan; Pasal 862 c. Subbagian Kepegawaian dan Umum. Pasal 863 (1) Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas melakukan penyiapan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 72 TAHUN 2013 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 2 TAHUN 2013 TENTANG KELAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN KELAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN A. KELAS STRUKTURAL I. KELAS
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 91 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN KHUSUS Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN
WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KARJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PROBOLINGGO
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Menimbang PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERHUBUNGAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un
pas GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci1 of 5 02/09/09 11:51
Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 96 TAHUN 2016 /X/2016 TENTANG
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 96 TAHUN 2016 /X/2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BULUKUMBA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempererat hubungan antar bangsa. Pentingnya transportasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan, mempengaruhi semua
Lebih terperinci2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor
No.1212, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelanggaran Bidang Penerbangan. Pengenaan Sanksi Administratif. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 78 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinci